Variasi Genetik Pada Oksitosin Rs2740210 Dan Kesulitan Awal Terkait Depresi Postpartum Dan Durasi...
-
Upload
bundarashya -
Category
Documents
-
view
22 -
download
4
description
Transcript of Variasi Genetik Pada Oksitosin Rs2740210 Dan Kesulitan Awal Terkait Depresi Postpartum Dan Durasi...
VARIASI GENETIK PADA OKSITOSIN RS2740210 DAN KESULITAN AWAL
TERKAIT DEPRESI POSTPARTUM DAN DURASI MENYUSUI
W. Jonas, V. Mileva-Seitz, A.W. Girard, R. Bisceglia, J.L. Kennedy, M.
Sokolowski, M.J. Meaney, A.S. Fleming, dan M. Steiner, atas nama Tim Penelitian
MAVAN
Ibu memiliki berbagai durasi menyusui. Perbedaan individual ini dihubungkan
dengan berbagai faktor maternal demografik dan individual termasuk hormon
maternal, suasana hati dan pengalaman sebelumnya. Namun, sedikit diketahui
tentang peran faktor genetik. Kami mempelajari polimorfisme nukleotida tunggal
(SNPs) pada gen peptide OXT (rs2740210; rs4813627) dan gen reseptor OXT
(OXTR rs237885) pada dua sampel ibu dari studi kesulitan, kerentanan, dan
perkembangan saraf ibu (MAVAN), studi multicenter (Hamilton dan Montreal,
Kanada) mengikuti ibu dan anak-anak mereka dari kehamilan hingga usia 7
tahun. Data dari situs Hamilton yaitu sampel primer (n=201) dan data dari
Montreal yaitu sampel replikasi (n=151). Durasi menyusui, suasana hati (dihitung
dengan skala CES-D) dan kesulitan hidup awal (dihitung dengan skala CTQ)
dilakukan selama 12 bulan postpartum. Pada sampel primer kami, polimorfisme
pada OXT rs2740210, namun tidak SNPs yang lainnya, berinteraksi dengan
kesulitan hidup awal untuk memprediksi variasi durasi menyusui (secara
keseluruhan F8,125 = 2.361, P = 0.021; efek interaksi b= -8.12, t= -2.3, P = 0.023) dan
depresi (secara keseluruhan F8,118 = 5.751, P 0.001; efek interaksi b = 6.06, t =3.13,
P = 0.002). Model mediasi sedang menunjukkan tingkatan yang lebih inggi dari
depresi bermediasi dengan hubungan terbalik dari tingkatan tinggi pada
kesulitan hidup awal ke durasi menyusui, namun hanya pada wanita dengan
genotip CC [ efek a’ = -3.3401, 85% confidence interval (CI) = -7.9466 hingga -
0.0015] dari OXT SNP dan tidak pada wanita dengan genotip AA/AC (a’ = -
1.2942, ns). Penemuan terkini (model mediasi sedang) yang bereplikasi pada
sampel Montreal kami (a’ = -0.277, 95% CI = -0.7987 hingga -0.0348 untuk CC; a’
= -0.1820, ns untuk AA/AC).
1
Kata Kunci:
Menyusui, depresi, kesulitan hidup awal, gen oleh interaksi lingkungan, laktasi, perilaku
maternal, suasana hati maternal, oksitosin
Menyusui dan laktasi merupakan komponen utama pengasuhan pada semua spesies
mamalia (Coates & Riordan, 2005). Menyusui memiliki efek menguntungkan baik
untuk ibu dan bayi engan implikasi kesehatan public terdokumentasi (American
Academy of Pediatrics 2012; WHO 2001) dan berkontribusi dalam pertumbuhan dan
maturasi bayi dan mempengaruhi perkembangan sosial, emosi dan kognitif bayi
(American Academy of Pediatrics, 2012; Kramer et al. 2008). Di samping kejadian
menyusui di dunia dan rekomendasi hubungan medis mayor dengan menyusui eksklusif
untuk paling tidak 6 bulan (American Academy of Pediatrics 2012, WHO 2001),
terdapat variasi individu yang bermacam-macam antar ibu dengan kejadian dan durasi
menyusui. Beberapa faktor berkontribusi dalam variasi ini termasuk usia ibu, status
sosial ekonomi, budaya, kesehatan dan kesejahteraan ibu dan bayi dan pengalaman
hidup ibu (Kendall-Tackett 2007; Li et al. 2008; Scott & Binns 1999). Mudahnya, ibu
yang disusui saat bayi akan lebih besar kemungkinan untuk menyusui bayi-bayi mereka
(Conger et al. 2009; Neppl et al. 2009): pengalaman dari ibu yang hangan dan suportif
berhubungan dengan kasih sayang yang besar, hubungan sosial yang baik, fungsi
eksekutif yang baik saat ini maupun selanjutnya, untuk meningkatkan sensitifitas
maternal (Belsky et al. 2005; Krpan et al. 2005). Kebalikannya juga benar, anak-anak
dari ibu yang memiliki pengalaman dengan orang tua yang menelantarkannya atau
dengan kekerasan lebih cenderung menunjukkan perilaku eksternalisasi, masalah
kesehatan fisik, penyalahgunaan zat (De Wolff & Van Ijzendoorn 1997; Neppl et al.
2009; Repetti et al. 2002) dan depresi (Heim et al. 2004) dan lebih tidak sensitif dan
responsif terhadap bayi mereka ketika mereka menjadi ibu (Krpan et al. 2005; Moehler
et al. 2007). Kemudian, pengalaman penekantaran atau kekerasan dari orang tua
cenderung terulang pada generasi selanjutnya (Bayer et al. 2011; Neppl et al. 2009).
Ketika menjadi ibu di satu generasi berhubungan dengan model menjadi ibu
pada generasi selanjutnya, ibu dipengaruhi oleh pengalaman mereka dengan cara yang
berbeda-beda; pemanjangan kemiripan intergenerasi pada model orang tua tergantung
2
pada faktor host dari lingkungan, termasuk memiliki dukungan sosial lainnya atau
memiliki rekan yang peduli pada saat masa dewasa (Egeland et al. 2002; Langeland &
Dijkstra 1995). Variasi kerentanan ibu ke efek lingkungan awal juga dapat berhubungan
dengan perbedaan individual dalam hal perbaikan genetik dan fungsi sistem
neurotransmisi yang berhubungan (Belsky et al. 2009; Ellis et al. 20122; Wismer Fries
et al. 2005). Sistem oksitosin merupakan salah satu dari sistem yang penting untuk ibu
(Galbally et al. 2011; Strathearn 2011) dan juga penyting pada hal menyusui (Jonas et
al. 2008; Uvnas-Moberg 1998; Uvnäs-Moberg et al. 1990).
Oksitosin merupakan peptida asam amino sembilan dengan struktur kimia yang
sangat awet pada spesies mamalia. Hal ini diketahui fungsi hormonalnya selama
persalinan, yang mana menyebabkan kontraksi uterus, dan selama masa laktasi, yang
mana menyebabkan kontraksi sel mioepitelial sekitar alveoli untuk memicu pengeluaran
air susu ibu untuk bayi yang disusui selama masa menyusui (Richard et al. 1991).
Oksitosin juga berperan sebagai neurotransmiter di otak (Richard et al. 1991) dan
dihasilkan di daerah otak yang aktif selama proses kelahiran (Keverne & Kendrick
1994) dan ketika ibu berinteraksi dengan keturunannya (Fleming et al. 1999; Kendrick
2000; Keverne & Kendrick 1992; Levy et al. 1992).
Studi terkait genetik menitikberatkan pada peran ligan dan gen reseptor oksitosin
pada regulasi ibu (Bakermans-Kranenburg & Van Ijzerdoorn 2008; Feldman et al. 2012;
Mileva-Seitz et al. 2013). Polimorfisme reseptor oksitosin [polimorfisme nukleotida
tunggal (SNPs)] juga telah dihubungkan dengan stres pada masa awal (Thompson et al.
2011), perilaku sosial (Higashida et al. 2012; Walum et al. 2012) dan depresi dan
kecemasan (Costa et al. 2009; Saphire-Bernstein et al. 2011). Faktanya, polimorfisme
gen dalam sistem oksitosin melunakkan hubungan antara stres saat ini dan/atau
pengalaman hidup awal dan perilaku kepedulian sosial/maternal (Costa et al. 2009;
Mileva-Seitz et al. 2013).
Akhirnya, suasana hati ibu dihubungkan dengan kepedulian (Mileva-Seitz et al.
20122), dengan pengalaman hidup awal (Heim & Binder 2012; Heim et al. 2004) dan
dengan polimorfisme gen (Heim & Binder 2012; Mileva-Seitz et al. 2011). Studi
epidemiologi menunjukkan bahwa sebanyak 10-2-% ibu mengalami depresi selama
beberapa minggu pertama setelah kelahiran (Miller 2002; Muzik et al. 2009) yang
sering tertangani hingga kurun waktu 6-12 bulan post partum (Cox et al. 1993). Depresi
3
post partum dihubungkan dengan resiko masalah orang tua yang lebih besar (Field
2010; Lovejoy et al. 2000; Paulson et al. 2006), dengan konsekuensi negatif untuk
perkembangan kognitif, emosional, dan perilaku bayi (Grace et al. 2003; Murray &
Cooper 1997; Ward 1991) dan juga dengan penurunan durasi kemungkinan untuk
menyusui (Hatton et al. 2005; Pippins et al. 2006; Seymr et al. 2004; Taveras et al.
2003).
Pada studi ini, kami menanyakan apabila (1) gen polimorfisme gen dan reseptor
oksitosin (OXT rs2740210 dan rs4813627, dan OXTR rs237885) berhubungan dengan
kejadian menyusui dan durasi selama tahun pertama post partum; (2) kesulitan awal dan
depresi maternal berhubungan dengan durasi menyusui dan (3) depresti maternal
memediasi efek kesulitan awal pada menyusui dan apabila polimorfisme terkait OXT
yang sama memoderasi mediasi ini. Studi ini merupakan yang pertama yang meneliti
peran polimorfisme gen oksitosin dalam hubungannya dengan menyusui.
METODE
Peserta dan prosedur
Peserta studi ini berasal dari Studi Kesulitan, Kerentanan, dan Perkembangan Neuro
Maternal (MAVAN), sebuah studi longitudinal yang mengikuti ibu dan bayinya sejak
kehamilan hingga 7 tahun post partum. Ibu direkrut selama kehamilan trimester kedua
dari arahan ke the Women’s Health Concerns Clinic and the Ultrasound Department di
St. Joseph’s Healthcare Hamilton (ON, Canada) dan dari Hospital Obstetrics
Departments of the Douglas Hospital di Montreal (Quebec, Canada). Protokol diulas
oleh majelis etik local di Universitas Toronto dan Universital McGill, Montreal, St.
Joseph’s Hopital, Hamilton dan the Douglas Mental Health University Institute
(Universitas McGill, Montreal). Semua wanita peserta studi melakukan persetujuan
tertulis.
Sampel Hamilton termasuk di dalamnya 280 wanita dengan 225 wanita yang
menggambarkan dirinya sendiri keturunan Kaukasia (80.4%), 19 wanita (6.8%) dari
keturunan lainnya (contohnya keturunan Asia, Amerika asli atau Hispanik) dan 36
wanita (12.9%) dari keturunan yang tidak diketahui. Sampel Montreal yang kami
4
gunakan sebagai sampel replikasi termasuk di dalamnya 151 wanita (dari total sampel
300) yang mana juga telah dilakukan genotipikasi untuk gen yang diinginkan. Darinya,
75.5% menggambarkan dirinya sendiri sebagai keturunan Kaukasia, 7.9% dari
keturunan campuran Kaukasia dan 13.9% dan 2.6% sebagai keturunan lainnya atau
tidak diketahui. Jumlah ini menggambarkan distribusi etnis di daerah Hamilton dan
Montreal. Distribusi frekuensi alel dapat menunjukkan perbedaan antara kelompok etnis
(Kidd et al. 1998) dan sampel keturunan heterogen dapat menurunkan kekuatan (tian et
al. 2008). Kemudian, etnisitas dimasukkan sebagai kovariat pada analisis regresi. Kami
menggunakan data dari sampel Montreal untuk mendukung replikasi untuk hasil primer
yang diperoleh dari sampel Hamilton.
Pengukuran
Hapusan dan genotip sel bukal
Kami mengambil DNA subjek melalui hapusan bukal. Ekstraksi dan genotip DNA
diambil pada Center for Addiction and Mental Health (CAMH), Toronto, ON, Canada.
Karena kurangnya hubungan yang diketahui tentang polimorfisme fungsional pada dua
gen kandidat, khususnya gen peptida OXT, kami memilih SNPs berdasarkan pada bukti
yang ada tentang hubungan dengan kelainan suasana hati (Strauss et al. 2010), respons
pengobatan anti psikotik (Souza et al. 2010) dan perilaku maternal, termasuk kepedulian
dan vokalisasi maternal untuk bayi (Mileva-Seitz et al. 2013). Selanjutnya, terdapat
bukti bahwa OXTR SNP pada studi ini (rs237885) adalah bagian dari penghalangan
haplotype untuk OXTR, yang mana secara signifikan berhubungan dengan perilaku
prososial (Israel et al. 2009; Saphire-Bernstein et al. 2011). Rs2740210 merupakan
region pengapit 3’ dari gen OXT , rs4813627 56kb downstream gen OXT dan rs237885
berada pada daerah intron dari gen OXTR. Genotip polimorfisme OXT ditentukan oleh
metode pengujian Taqman menggunakan ABI PRISM 7000 (Applied Biosystems,
Foster City, CA, Amerika Serikat). IDs untuk pengujian on demand yang tersedia dari
ABI yaitu sebagai berikut: C__16061225_10 (rs2740210), C__2712196_10
(rs4813627) dan C__3290319_1_ (rs237885).
5
Kesulitan hidup awal
Laporan dari Kuisioner Trauma Anak (CTQ) digunakan untuk menghitung pengalaman
kekerasan anak (Bernstein et al. 1994, 2003). Hal ini termasuk 28 hal yang menilai
pengalaman buruk awal (kekerasan fisik, emosional dan seksual dan penelantaran
emosional dan fisik) selama masa kanak-kanak dan remaja. Hal ini mengukur frekuensi
pengalaman-pengalaman tersebut dengan skala 5 titik (dari 0 = tidak pernah hingga 5 =
sangat sering ). Nilai cut off menyatakan keparahan pengalaman buruk (tidak ada atau
minimal, sedikit, sedang dan parah) (Bernstein et al. 2003; Fink et al. 1995). Data
didapat pada usia kehamilan 12-24 minggu, di mana peserta secara retrospektif
melaporkan pengukuran dari kerugian awal, yang mana, namun, mungkin berhubungan
dengan recall bias (Benedict et al. 1999). Pada sampel Hamilton, nilai CTQ yang
didapatkan selama masa kehamilan verkorelasi dengan nilai CTQ yang didapatkan 24
bulan seterlah kelahiran (r = 0.915, P 0.001). Pada sampel Montreal, CTQ diisi hanya
pada 24 bulan post partum. CTQ merupakan alat psikometrik yang baik (Bernstein et al.
1994).
Suasana hati ibu
The Center of Epidemiological Studies Depression Scale (CES-D) (Radloff 1977)
digunakan untuk menilai suasana hati ibu pada 6 bulan post partum. Skala penilaian diri
memiliki 20 hal pada format respons 4 titik anntara 0 dan 3, untuk range nilai
keseluruhan dari 0 (tidak depresi) hingga 60 (tingkat tertinggi depresi). Nilai 27 atau
indikasi lebih depresi mayor (Zich et al. 1990). CES-D meruoakan skala depresi yang
sering digunakan dengan validitas dan stabilitas yang tinggi pada sampel klinis dan
komunitas (Knight et al. 2010; Morin et al. 2011). Nilai CES-D pada kedua sampel
secara signifikan berkorelasi dengan skala yang lain dalam menghitung tingkatan
suasana hati pada 6 bulan post partum, contohnya the Edinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS) (Cox et al. 1987) [ r = 0.743, P 0.001 (Hamilton) dan r = 0.379, P
0.001 (Montreal)] dan the State-Trait Anxiety Scale (STAI) (Spielberger et al. 1970) [ r
6
= 0.793, P 0.001 (Hamilton) dan r = 0.379, P 0.001 (Montreal), 3 bulan post
partum.
Menyusui
Indikator menyusui berasal dari MAVAN ‘Kuisioner Kesehatan dan Kesejahteraan Ibu
dan Bayinya’, gabungan dari beberapa pengukuran yang memperhatikan kesehatan
bayi. Pertanyaan dipilih secara primer dari the National Longitudinal Study of Children
and Youths (NLSCY) (Statistics Canada Human Resources and Skills Development,
Canada 2008/2009). Ibu menamatkan modul menyusui pada 3, 6, dan 12 bulan post
partum. Pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut. (1) pada usia berapa Anda
menghentikan proses menyusui (atau memberikan susu ASI kepada) bayi Anda? (2)
Berapa usia bayi Anda ketika pertama kali diberi makanan selain ASI? Respon
pertanyaan ini digunakan untuk menciptakan indikator durasi menyusui dalam bulan
(variabel kontinu) dan eksklusivitas menyusui (variabel dikotomisasi untuk pemberian
ASI eksklusif pada 3 dan 6 bulan post partum dan menyusui parsial pada 3, 6 dan 12
bulan post partum). Ibu mampu untuk mengindikasi bila mereka tidak memulai
menyusui atau jika mereka memberikan air susuna dengan dikeluarkan dan diberikan
dengan botol. Semua wanita mengindikasikan bahwa mereka melakukan program
menyusui. Namun, kemungkinan wanita (atau yang lain) kadangkala memberi air
susunya dengan dipompa , yang mana dengan peningkatan durasi menyusui, tidak dapat
dieliminasi. ASI eksklusif pada 12 bulan post partum tidak dilaporkan sehingga variabel
ini tidak digunakan dalam analisis. Pada sampel Montreal, durasi menyusui (minggu)
dihitung negatif iring dan berubah dengan transformasi log natural (Ln).
Analisis dan prediksi
Uji ekuilibrium Hardy-Weinberg dilakukan dengan Kalkulator Ekuilibrium Hardy-
Weinberg (Rodriguez et al. 2009). Untuk menguji hubungan antara SNPs dan
menyusui, uji X2 dilakukan untuk pemberia ASI eksklusif ataupun menyusui yang lain
pada 3, 6 atau 12 bulan post partum dan varian alel dari kedua OXT SNPs (rs2740210
7
dan rs4813627) dan OXTR (rs237885). Koefisien korelasi Pearson (Hamilton) dan
Spearman (Montreal) dihitung untuk mengetahui durasi hubungan menyusui dalam
minggu, CTQ dan skala depresi.
Analisis regresi, analisis mediasi dan moderasi
Untuk menentukan apabila terdapat hubungan antara pengalaman hidup awal (nilai
CTQ), depresi (nilai CES-D) dan menyusui dan bila hubungan ini dimoderasi dengan
polimorfisme oksitosin, kami melakukan satu seri analisis regresi multipel hierarki pada
sampel Hamilton. Durasi menyusui dan depresi merupakan hasil primer. Model
menyesualkan dengan variabel sosiodemografik yang dikenal berhubungan dengan hasil
menyusui yaitu berat badan lahir, jenis kelamin bayi, usia maternal dan pendapatan
rumah tangga.
Analisis regresi hierarki untuk durasi menyusui dalam minggu yang mana
hasilnya memperkenalkan blok variabel dalam urutan sebagai berikut: (1) variabel
sosiodemografik dan maternal, (2) dua prediktor primer (OXT rs2740210 dan nilai
CTQ) dan (3) interaksi antara OXT rs2740210 dan nilai CTQ (OXT rs2740210 x CTQ).
Analisis regresi kedua termasuk prediktor yang sama dengan pada analisis yang
pertama; namun, variabel hasil adalah depresi dihitung dengan nilai CES-D (dan bukan
dengan durasi menyusui). Semua prediktor ditrandarisasi dan berpusat.
Pada kedua sampel, kami kemudian menguji model mediasi sedang utuh sesuai
dengan Model 8 PROCESS Hayes (Hayes 2013) untuk menentukan apakah efek dari
pengalaman hidup awal (nilai CTQ) pada proses menyusui dimediasi lewat depresi ibu
dan bila OXT rs2740210 memoderasi hubungan mediasi ini. Pada analisis mediasi
sedang, kami memasukkan OXT rs2740210 sebagai moderator CTQ pertama pada
depresi (a’) dan kemudian pada menyusui (c’). Kami memasukkan durasi menyusui
model, menghitung kesulitas awal (nilai total CTQ) dan depresi (nilai total CES-D).
menggunakan program PROCESS (Hayes 2013) semua analisis termasuk bootstrap
koreksi bias 95% confidence interval (CI) berdasarkan 10 000 sampel bootstrap. Kami
memprediksikan bahwa depresi dapat memediasi hubungan antara pengalaman hidup
8
awal dan durasi menyusui. Semua analisis dilakukan menggunakan SPSS versi 20.0
(2011; IBM SPSS, Chicago, IL, Amerika Serikat). Ukuran sampel bervariasi karena
data yang hilang pada pertanyaan-pertanyaan spesifik. Data tidak diperhitungkan.
Hasil
Hasil primer: data Hamilton
Semua distribusi genotip dalam ekuilibrium Hardy-Weinberg. Distribusi genotip berikut
yang terlihat: untuk OXT rs2740210, AA (20), CA (77) dan CC (104); untuk OXT
rs4813627, AA (44), AG (71) dan GG (44) dan untuk OXTR rs237885, GG (41), CG
(72) dan CC (49).
Hubungan antara gen oksitosin dan menyusui dan karakteristik sosiodemografik
Semua distribusi genotip dan hubungannya dengan kejadian menyusui pada sampel
Hamilton dan Montreal diperlihatkan pada Tabel 1. Tidak terdapat hubungan signifikan
antara menyusui eksklusif dan tipe lainnya dan depresi dan OXT rs4813627 dan OXTR
rs237885. Kemudian, semua analisis lebih lanjut dilakukan hanya pada data
menggunakan OXT rs2740210. Seratus dan lima puluh Sembilan wanita menyelesaikan
kedua data baik menyusui dan informasi pada polimorfisme gen OXT rs2740210. Tidak
terdapat perbedaan statistik pada variabel demografik mayor manapun (usia maternal
dan pendidikan, pendapatan keluarga dan berat badan bayi lahir) antara wanita termasuk
analisis dan hal itu tidak termasuk yang berdasaran pada data yang hilang pada gen atau
status menyusui.
Tidak terdapat perbedaan statistik pada karakteristik sosiodemografik klinis
antara wanita dengan OXT rs2740210 genotip AA, AC atau CC (Tabel 2a) dank arena
rendahnya jumlah ibu pada kelompok AA, kami mengelompokkan ulang tiga genotip ke
dalam dua kelompok ibu; yaitu yang membawa alel A (AA dan AC, kombinasi) yang
mereka yang homozigous untuk alel C (CC). Kami menemukan hubungan yang
signifikan antara dua varian OXT rs2740210 (karier CC vs. AA/AC) dan menyusui
9
eksklusif pada 3 dan 6 bulan post partum (X2 = 4.68, df = 1, P = 0.022 dan X2 = 6.43, df
= 1, P = 0.010) juga pada menyusui parsial pada 12 bulan post partum (X2 = 0.45, df =
1, P = 0.033).
Hubungan antara variabel pada model regresi
Semua wanita memulai menyusui. Durasi menyusui berhubungan secara signifikan
dengan usia maternal (r = 0.257, P 0.001), nilai CTQ (r = -0.189, P 0.016) dan nilai
CES-D (r = -0.216, P = 0.008). untuk korelasi yang lain, lihat Tabel 3a. Paritas, ibu
perokok, medikasi maternal, kembalinya ke pekerjaan dan status pernikahan tidak
berhubungan dengan durasi menyusui dan tidak dimasukkan sebagai kovariat dalam
analisis berikutnya.
Analisis regresi
Efek CTQ pada menyusui dimoderasi oleh OXT rs2740210. Pada model yang sesuai,
terdapat efek keseluruhan yang signifikan untuk model 3 (F8,125 = 2.36, P = 0.021)
(Tabel 4a). terdapat interaksi signifikan antara OXT x CTQ pada durasi menyusui (b= -
8.12, t = -2.3, P = 0.023) (Tabel 4a). kemudian, OXT rs2740210 memoderasi durasi
menyusui dalam konteks kerugian awal (nilai CTQ yang tinggi) seperti ibu yang
memiliki nilai yang lebih tinggi pada CTQ mengusui lebih panjang [28.6 (SD 19.8)
minggu] jika mereka membawa alel A dan menyusui untuk durasi yang lebih pendek
[20.6 (SD 17.3) minggu] jika homozigous untuk alel C (Gambar 1). Model final ini
menjelaskan 7.6% varian pada durasi menyusui.
Efek CTQ pada depresi dimoderasi oleh OXT rs2740210. Terdapat efek keseluruhan
yang signifikan pada model 3 (F8, 118 = 5.75, P 0.001) (Tabel 4b). di sini, kami juga
menemukan interaksi signifikan antara OXT x CTQ pada depresi (b = 6.06, t = 3.13, P
= <0.002) (Tabel 4b). kemudian, pada konteks kesulitan awa; (nilai CTQ tinggi), ibu
menunjukkan tingkatan lebih tinggi dari depresi ketika mereka memiliki genotip CC
10
[nilai CES-D = 31.1 (SD = 12.2) ketika dibandingkan dengan ibu yang memiliki paling
tidak satu alel A [nilai CES-D = 28.7 (SD 9.7)] (Gambar 2). Model ini menjelaskan
23.2% varian pada nilai depresi.
Efek CTQ pada menyusui dimediasi oleh depresi tetapi efek-efek ini dimoderasi oleh
OXT rs2740210. Analisis ini (n=148) menunjukkan bahwa OXT rs2740210
memoderasi efek pengalaman awal (CTQ) pada depresi, menghasilkan interaksi
signifikan CTQ x OXT rs2740210 (efek keseluruhan F3, 144 = 17.0035, P 0.001, efek
interaksi a = 7.13, t = 2.77, P < 0.006, dengan 95% CI = 2.04 – 12.23 berdasarkan pada
10 000 sampel bootstrap). Namun, dengan depresi pada model, OXT rs2740210 tidak
secara langsung memoderasi pengalaman hidup awal pada menyusui, seperti yang
dinyatakan di atas (c’ = -5.92, 95% CI = -14.28 hingga 2.44). mediasi pengalaman
hidup awal pada menyusui selama depresi terjadi pada wanita yang memiliki genotip
CC (efek -3.34, 95% CI = -7.1736 hingga – 0.0277) (Gambar 3). Untuk mengontrol
fakta bahwa penghentian proses menyusui terjadi pada 59 orang ibu sebelum 6 bulan
post partum (titik waktu ketika CES-D diadministrasikan), kami melakukan analisis
moderasi mediasi termasuk hanya ibu yang melakukan proses menyusui selama 6 bulan
atau lebih lama (n=89). Hubungan yang sama antara pengalaman hidup awal, OXT
rs2740210, depresi dan menyusui ditemukan.
Contoh replikasi sampel: data Montreal
Semua distribusi genotip – OXT SNPs (rs2740210 dan rs4813627) dan OXTR
(rs237885) berada di EkuilibriumHardy – Weinberg. Distribusi genotip selanjutnya
terlihat: untuk OXT rs2740210, AA (12), CA (63), dan CC (76); untuk OXT rs4813627,
AA (45), AG (74) dan GG (34) dan untuk OXTR rs237885, GG (37), CG (68) dan CC
(47).
11
Karakteristik sosiodemografik
Tidak terdapat perbedaan statistik pada variabel demografik mayor manapun (usia
maternal dan pendidikan, penghasilan keluarga dan berat badan lahir bayi) antara wanita
yang termasuk dalam analisis dan yang tidak termasuk berdasarkan pada data yang
hilang pada gen atau status menyusui. Juga tidak ditemukan perbedaan statistik pada
variabel demografik mayor (usia maternal dan pendidikan, penghasilan keluarga dan
berat badan lahir bayi) sebagai fungsi untuk setiap genotip. Namun, sehubungan dengan
PXT rs2740210, terdapat perbedaan pada berat lahir (F2, 114 = 4.40, P = 0.014) (Tabel
2b). karena kami ingin untuk mereplikasi penemuan kami dari sampel Hamilton, pada
sampel ini kami juga menyatukan genotip AA dan AC, seperti yang kami lakukan pada
sampel Hamilton. Juga terdapat beberapa perbedaan dengan respek terhadap berat lahir,
usia maternal, nilai CES-D pada 6 bulan post partum dan jumlah primipara antara ibu
Hamilton dan Montreal (Tabel 5).
Hubungan antara gen oksitosin dan menyusui
Kami menemukan hubungan signifikan marginal antara tiga varian OXT rs2740210
(karier AA, AC, dan CC) dan menyusui parsial pada 12 bulan post partum (X2 = 5.248,
df = 2, P = 0.073) dan antara dua genotip (AA/AC vs CC) dan menyusui parsial pada 12
bulan (X2 = 3.581, df = 1, P = 0.074) (Tabel 1). Terdapat hubungan signifikan antara
tiga varian OXT rs4813627 (karier AA, GA dan GG) dan menyusui eksklusif dan
lainnya pada 3 bulan post partum (X2 = 7.265, df = 2, P = 0.026 dan X2 = 7.735, df = 2,
P = 0.021) (Tabel 1). Hubungan antara menyusui, variabel demografik maternal,
kerugian awal (CTQ) dan depresi (CES-D) diperlihatkan pada Tabel 3b.
Mediasi dan mediasi termoderasi
Efek CTQ pada menyusui dimediasi oleh depresi. Ibu yang mengalami kerugian awal
yang lebih besar mengalami depresi maternal yang lebih tinggi pada 6 bulan (efek
12
keseluruhan F1, 136 = 11.2327, P = 0.0010; a = 5.5828, t = 3.3515, P = 0.0010), namun
depresi yang lebih tinggi tidak dihubungkan dengan durasi menyusui yang lebih pendek
(efek keseluruhan F2, 135 = 2.13, P = 0.1220; a= -0.0281, t = - 1.8812, P = 0.0621).
namun, walaupun pada sampel Montreal, terdapat hubungan tidak langsung dari CTQ
ke menyusui melalui depresi (ab = -0.1567, 95% CI = -0.5197 hingga – 0.0071,
berdasarkan pada 10 000 sampel bootstrap). Kerugian awal tidak mempengaruhi
menyusui secara langsung saat efek depresi post partum dikoreksi (c’ = 0.4051, t =
1.3431, ns) (n = 138).
Efek CTQ pada menyusui dimediasi oleh depresi namun efek-efek ini dimoderasi oleh
OXT rs2740210. Mirip dengan sampel Hamilton, mediasi dari pengalaman hidup awal
pada menyusui melalui depresi terjadi pada wanita yang memiliki genotip CC dari OXT
rs2740210 (efek -0.2770, 95% CI -0.7987 hingga -0.0348) namun tidak pada wanita
yang memiliki paling tidak satu alel A (efek -0.1820, 95% CI = -0.8020 hingga 0.0068)
(n = 111) (Gambar 4). Untuk mengontrol kenyataan bahwa penghentian menyusui
terjadi pada mayoritas ibu sebelum 6 bulan post partum, analisis mediasi moderasi yang
lain termasuk hanya ibu yang menyusui selama 6 bulan atau lebih (n = 71) dilakukan.
Tidak terdapat hubungan antara pengalaman hidup awal, OXT rs2740210, depresi dan
menyusui.
Diskusi
Penemuan utama studi ini menyarankan bahwa paparan kepada kerugian hidup awal
dasi asal keluarga berhubungan dengan meningkatnya tingkatan depresi pada ibu 6
bulan post partum; tingkatan depresi, gilirannya, berhubungan dengan menurunnya
durasi menyusui pada tahun pertama post partum. Selain itu, varian pada OXT
rs2740210 memoderasi efek dari kerugian awal pada depresi, seperti pada ibu yang
mengalami kerugian awal menunjukkan peningkatan depresi dan penurunan proses
menyusui jika mereka memiliki alel A (genotip AA/AC). Kemudian, depresi
memainkan peranan penting dalam menentukan hubungan antara kerugian awal dan
13
hasil menyusui, namun hanya pada wanita yang homozigous untuk alel C. hubungan
yang sama ditemukan pada ibu pada sampel replikasi kami di Montreal. Sebagai
tambahan, pada sampel primer kami, kami menemukan bahwa OXT rs2740210
berhubungan dengan menyusui eksklusif pada 3 dan 6 bulan post partum. Proporsi yang
lebih besar pada ibu dengan genotip AA/AC, ketika dibandingkan dengan genotip CC,
dilakukan penyusuan eksklusif pada titik waktu ini. Pada sampel replikasi kami,
terdapat hubungan signifikan marginal yang ditemukan antara OXT rs2740210 dan
semua jenis menyusui pada 12 bulan post partum. Menggunakan sampel replikasi
merupakan kekuatan mayor dari artikel ini dan di samping beberapa perbedaan antara
ibu Hamilton dan Montreal pada data demografik dan latar belakang klinis, kami
menemukan hasil yang mirip pada kedua sampel.
Penemuan baru-baru ini berkontribusi kepada literature dengan menunjukkan
bahwa gen yang berhubungan dengan sistem oksitosin berelasi baik dnegan menyusui
dan juga dengan depresi post partum pada ibu-ibu baru, dan selanjutnya, genotip OXT
rs2740210 ibu dapat memoderasi efek merugikan dari kerugian awal pada beberapa
perhitungan proses menyusui.
Mekanisme di balik hubungan antara genotip OXT dan menyusui masih belum
jelas. OXT rs2740210 dapat berhubungan dengan kejadian menyusui lewat
hubungannya dengan reflex ejeksi susu (Lincoln & Paisley 1982) dan ke pola pelepasan
oksitosin (Johnson & Amico 1986), yang mana berhubungan dengan jumlah susu yang
dikeluarkan selama sesi menyusuo (Nissen et al. 1998). Ibu yang membawa paling tidak
satu alel A dapat memiliki pelepasan susu yang lebih efisien sebagai respons dari
stimulus menetek untuk memfasilitasi proses menyusui lebih lanjut. Selanjutnya,
diantara ibu-ibu yang sama pada sampel Hamilton (dengan genotip AA/AC), 38%
wanita menyusui pada 12 bulan post partum dibandingkan dengan 22% wanita yang
homozigous untuk CC, sebuah observasi yang juga mendukung hipotesis bahwa proses
fisiologis laktasi pada karier alel A dapat lebih efisien daripada mereka yang
homozigous untuk alel C.
OXT rs2740210 dapat juga berhubungan dengan menyusui di luar ‘laktasi’
melalu efek perilaku maternal, contohnya efek yang dimoderasi oleh oksitosin otak.
Sayangnya, penilaian fungsi signifikan pada lokasi rs2740210 downstream di
14
www.RegulomeDB.org dan data dasar UCSC menunjukkan tidak ada bukti yang
signifikan dari alterasi kromatin atau faktor transkripsi yang diikat oleh varian SNP ini.
Data dasar ini didasarkan pada studi cell line in vitro, dan tidak memiliki informasi pada
regulasi genetik pada jaringan neuronal asli. Meskipun efek OXT rs2740210 belum
dihitung pada jaringan neuronal, Mileva-Seitz et al. (2013) juga menemukan hubungan
dan interaksi dengan SNP tertentu ini dan perilaku maternal berhubungan dengan
kepedulian instrumental, menyentuh dan vokalisasi bayi. Oleh karena itu, OXT
rs2740210 khususnya berhubungan dengan perilaku interaktif dengan keturunan.
Menyusui, menyentuh dan vokalisasi adalah bagian penting dari perilaku maternal yang
dapat berkontribusi dengan kualitas ibu (Mileva-Seitz et al. 2013) dan kemudian perlu
dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Ibu yang telah terpapar kepada tingkatan yang lebih tinggi dari menyusui
merugikan awal untuk periode yang secara signifikan lebih pendek dalam perbandingan
dengan ibu yang mengalami tingkatan yang lebih rendah dari kerugian awal. Hubungan
dini dimoderasi oleh OXT rs2740210. Dukungan kepada gagasan bahwa pengalaman
hidup awal dapat mempengaruhi perilaku maternal selanjutnya lewat fungsi oksitosin
didukung oleh penelitian hewan (Bales et al. 2011; Murgatroyd & Nephew 2013) dan
studi manusia yang lain menunjukkan pengalaman kekerasan awal oleh ibu yang
berhubungan dengan menurunnya sensitivitas maternal, yang mana ia sendiri
berhubungan dengan menurunnya proses menyusui dan menyusui yang bermasalah
(Brighton et al. 2006; Kendall-Tackett 2007; Moehler et al. 2007; Tharner et al. 2012).
Sebaliknya, durasi menyusui secara signifikan berhubungan dengan ingatan positif akan
pengalaman kepedulian maternal saat masa kecil (Ekstrom & Nissen 2006; Ferguson &
Woodward 1999). Pada studi ini, ibu yang mengalami kerugian hidup awal yang lebih
besar juga mengalami depresi maternal yang lebih tinggi, dan OXT rs2740210 juga
memoderasi hubungan ini. Paling tidak satu studi hubungan genetik yang lain
menemukan hubungan antara polimorfisme gen reseptor oksitosin dan depresi (Costa et
al. 2009) dan pada artikel terbaru, Kumsta dan Heinrichs (2013) mengulas beberapa
studi yang menghubungkan polimorfisme gen reseptor oksitosin, dan perilaku sosial dan
kognitif.
Namun, pada model mediasi kami, kami menunjukkan bahwa terdapat efek tidak
15
langsung dari kerugian hidup awal ke menyusui lewat depresi; tidak ditemukan bukti
bahwa kerugian hidup awal mempengaruhi proses menyusui secara independen dari
efeknya pada depresi, begitu depresi dapat dikontrol. Terdapat beberapa studi yang
menghubungkan kerugian hidup awal dengan kejadian depresi lebih lanjut dalam hidup
(Heim & Nemeroff 2001) dan ke perilaku dan masalah orang tua (Bales et al. 2011;
Moehler et al. 2007; Repetti et al. 2002; Thulier 2009). Satu mekanisme yang mendasari
antara kerugian hidup awal dan depresi dapat berhubungan dengan sistem oksitosin
(Bales et al. 2011), juga pengalaman kekerasan saat masa kanak-kanak dihubungkan
dengan tingkatan yang lebih rendah dari oksitosin di cairan serebrospinal pada wanita
dewasa (Heim et al. 2009), menyarankan fungsi oksitosin yang terus menerus berubah
(Heim et al. 2009), yang mana kemudian dapat bermanifestasi pada perkembangan
depresi lebih lanjut dalam kehidupan (Heim & Nemeroff 2001; Heim et al. 2004).
Sebagai dukungan untuk hal ini, tingkatan oksitosin plasma selama kehamilan yang
terlambar secara negatif berhubungan dengan resiko yang lebih tinggi dari depresi post
partum (Skundz et al. 2011) dan sebaliknya, ingatan orang dewasa akan pengalaman
masa kecil yang penuh kepedulian yang positif berhubungan dengan oksitosin plasma
yang lebih tinggi (Feldman et al. 2011).
Masalah suasana hati dan menyusui sering terjadi bersamaan pada periode post
partum awal (Dennis & Mcqueen 2009; Watkins et al. 2011) di mana depresi diketahui
dapat menurunkan kemungkinan menyusui atau untuk mempercepat penghentian
menyusui (Hatton et al. 2005; Pippins et al. 2006; Seimyr et al. 2004; Taveras et al.
2003). Namun, kebalikannya juga benar; menyusui bersifat protektif terhadap depresi
post partum (Henderson et al. 2003) dan berkontribusi untuk peningkatan suasana hati
maternal [(Heinrich et al. 2001; Jonas et al. 2008; Lonstein 2007; Mezzacappa & Katlin
2002; Neppl et al. 2009; Uvnäs-Moberg et al. 1990; Virden 1988), namun lihat (Taveras
et all 2003)]. Di sini, juga, mekanisme yang mendasari dapat berhubungan dengan
sistem oksitosin (Cyranowski et al. 2008; Frasch et al. 1995; Scantamburlo et al. 2007;
Skrundz et al. 2011; Stuebe et al. 2012) dan untuk efeknya pada sistem endokrin yang
lain misalnya pada ‘stres’ sistem hipotalamus-pituitari-adrenal (Altemus et al. 1995;
Amico et al. 1994; Chiodera et al. 1991; Handlin et al. 2009; Heinrichs et al. 2001; Tu
et al. 2006; Walker et al. 2004). Juga, terdapat bukti yang masih dikembangkan yang
mengindikasikan bahwa ibu yang depresi memiliki tingkat oksitosin yang lebih rendah
16
(Heim et al. 2004, 2009; Skrundz et al. 2011) dan bahwa mereka cenderung untuk
merespon kurang baik terhadap bayinya dan menghabiskan waktu yang lebih sedikit
dengan mereka (Field 2010; Fleming et al. 1988; Herrera et al. 2004). Hal ini
menunjukkan bahwa bayi-bayi tersebut tidak mendukung sinyal yang jelas untuk
mengindikasikan keinginan disusui atau bahwa ibu kurang mampu untuk menilai sinyal
dari bayi mereka untuk disusui.
Efek polimorfisme gen oksitosin dalam hubungannya antara kerugian, depresi
dan menyusui bersifat kompleks. Ketika kami memperluas model mediasi menjadi
model mediasi yang dimoderasi komplit, kami menemukan bahwa moderasi OXT pada
efek kerugian hidup awal pada menyusui faktanya terjadi lebih jelas pada mediator,
depresi dan deprsi yang kemudian memprediksi menyusui; karenanya, diantara wanita
yang memiliki genotip CC yang menentang genotip AA/AC, kesulitan awal
dihubungkan dengan depresi yang meningkat dan wanita-wanita ini juga yang
menunjukkan menurunnya proses menyusui.
Laporan ini adalah yang pertama, yang kami ketahui, menilai variasi genetic
pada gen peptida oksitosin OXT rs2740210 dalam hubungannya dengan menyusui.
Namun, mengingat ukuran sampel yang relatif kecil, bahkan ketika telah
dipertimbangkan fakta bahwa temuan kami telah direplikasi, hasil studi ini harus
diinterpretasikan dengan hati-hati.
Penelitian masa mendatang harus dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
OXT rs2740210 dan fungsinya pada ibu menyusui dan harus secara ideal menggunakan
pendekatan tag –SNP. Namun, SNP ini terdapat pada diekuilibrium jalur tinggi dengan
SNP yang lain yang sebelumnya dilaporkan telah memiliki hubungan dengan ibu
(rs53576) (Bakermans-Kranenburg & Van Ijzendoorn 2008; Saphire-Bernstein et al.
2011). Pada saat pemilihan SNP, kami tidak mengetahui SNPs pada daerah kode gen
OXTR dengan frekuensi alel minor >5%. Dengan fakta bahwa kami menemukan efek
gen ini pada menyusui dalam artikel ini dan juga pada perilaku maternal pada artikel
yang lain (Mileva-Seitz et al. 2013), gen ini memerlukan investigasi lebih lanjut.
Dengan perkembangan teknologi yang luas dan lebih murah dan baru tentang gen yang
tersedia, layak untuk diperluasnya pengetahuan tentang gen SNPs untuk mengeksplorasi
seluruh gen untuk menyediakan jalur yang bermakna dan haplotipe. Akhirnya,
17
penelitian lebih lanjut dapat mendukung analisis yang lebih rinci tentang data menyusui
termasuk data yang diambil pada durasi menyusui dan perilaku dan pilihan maternal,
volume susu, frekuensi menyusui, dll, yang mana, untuk melakukan analisis yang lebih
rinci dari pengukuran dependen yang diketahui untuk bergantung pada pengeluaran
oksitosin dan susu.
Meskipun sering sulit untuk mengetahui implikasi klinis langsung dari studi
perilaku-genetik, pada konteks ini terdapat praktik yang sedang berkembang dari
penggunaan semprotan nasal oksitosin untuk mengatasi kesulitan menyusui, khususnya
selama post partum awal (Fewtrell et al. 2006). Namun, respon akan pengobatan ini
bermacam-macam dan memiliki efek yang terbatas pada ibu (Fewtrell et al. 2006). Studi
lebih lanjut harus menggunakan pendekatan farmakogenetik (Kumsta & Heinrichs
2013) untuk menilai apakah variasi pada perbaikan genetic ibu berhubungan dengan
variasi pada efikasi oksitosin dalam fasilitasi menyusui.
18
Keterangan:
Durasi menyusui (minggu); kerugian awal (CTQ): kerugian awal rendah, kerugian awal
tinggi
Gambar 1: interaksi antara OXT rs2740210 dan kerugian awal pada durasi
menyusui selama tahun post partum pertama pada ibu (sampel primer, n = 127).
Pada ibu yang memiliki genotip CC, kerugian awal yang tinggi berhubungan dengan
durasi menyusui yang rendah. Durasi menyusui merupakan variabel hasil dan berat
lahir, jenis kelamin bayi, usia maternal, penghasilan keluarga, genotip OXT rs2740210
(dikelompokkan sebagai genotip CC vs. genotip AC/AA), nilai CTQ total dan interaksi
GxE sebagai prediktor. Terdapat efek keseluruhan yang signifikan untuk model 3 (F8, 125
= 2.361, P = 0.021) dengan interaksi signifikan antara OXT rs2740210 x CTQ pada
durasi menyusui (b = -8.12, t = -2.3, P<0.023) (Tabel 4a). Kemudian, OXT rs2740210
19
memoderasi durasi menyusui dalam konteks kerugian awal (tingkatan tinggi skala
CTQ): ibu yang memiliki nilai lebih tinggi pada CTQ menyusui lebih lama [38.6 (SD
19.8) minggu] jika mereka memiliki genotip AA/AC dan menyusui dengan durasi yang
lebih pendek [20.6 (SD 17.3) minggu] jika mereka homozigous terhadap alel C. Model
ini menjelaskan 7.6% variasi pada durasi menyusui.
Keterangan:
Nilai depresi (CES-D); kerugian awal (CTQ): kerugian awal rendah, kerugian awal
tinggi
Gambar 2: interaksi antara genotip rs2740210 dan kerugian awal pada nilai
depresi CES-D pada 6 bulan post partum pada ibu (sampel primer, n = 134). Pada
ibu yang membawa genotip CC, kerugian yang tingi berhubungan dengan depresi post
partum yang lebih tinggi. Pada model regresi linear, nilai depresi (CES-D) pada 6 bulan
20
post partum merupakan variabel hasil dan berat lahir, jenis kelamin bayi, usia maternal,
penghasilan keluarga, genotip OXT rs2740210 [dikelompokkan sebagai genotip CC vs.
genotip AA/CA), nilai CTQ total dan interaksi GxE merupakan prediktor. Terdapat efek
keseluruhan yang signifikan untuk model 3 (F8, 118 = 5.751, P 0.001) dengan interaksi
yang signifikan antara OXT rs2740210 x CTQ pada depresi (b = 6.06, t = 3.13, P <
0.002) (Tabel 4b). Model ini menjelaskan 23.2% variasi nilai depresi.
Keterangan:
Sampel Hamilton:
Depresi – durasi menyusui – kerugian awal
Gambar 3: Model Mediasi termoderasi (model 8 PROCESS) (Hayes 2013) dari
hubungan antara pengalaman awal, depresi dan durasi menyusui dan
moderasinya oleh genotip OXT rs2740210 (genotip CC) pada sampel Hamilton.
Model ini diuji apakah kerugian awal dan genotip OXT rs2740210 (genotip CC vs.
AA/AC) secara interaktif mempengaruri mediator depresi, yang mana kemudia
21
mempengaruuhi variabel hasil durasi menyusui. Pada model ini (n = 148), tidak terdapat
hubungan langsung yang signifikan dari CTQ x OXT rs2740210 [tidak juga dengan CC
(c’ = -5.9236, ns) ataupun genotip AA/AC (c’ = -0.8929, ns)] pada durasi menyusui.
Namun, terdapat jalur tidak langsung yang signifikan: hubungan antara kerugian awal
pada durasi menyusi yang dimediasi melalui depresi ibu, namun juga lewat wanita yang
memiliki genotip CC, *P 0.05 [efek a’ (koefisien regresi tidak terstandar) = -3.3401,
95% CI = -7.9466 hingga -0.0015] dan tidak pada wanita dengan genotip AA/AC (a’ = -
1.2942).
Keterangan:
Sampel Montreal:
Depresi – durasi menyusui - kerugian awal
Gambar 4: Model mediasi termoderasi (model 8 PROCESS) (Hayes 2013) dari
hubungan antara oengalaman awal, depresi dan durasi menyusui dan
moderasinya oleh genotip OXT rs2740210 (genotip CC) pada sampel Montreal.
22
Pada model ini (n = 111), tidak terdapat hubungan langsung yang signifikan dari CTQ x
OXT rs2740210, namun terdapat jalur tidak langsung yang signifikan: seperti terlihat
pada sampel Hamilton, hubungan antara kerugian awal pada durasi menyusui dimediasi
melalui depresi ibu, namun hanya pada wanita yang memiliki genotip CC, P 0.05
[efek a’ (koefisien regresi tidak terstandar)= -0.2770, 95% CI= -0.7987 hingga -
0.0348] dan tidak pada wanita dengan genotip AA/AC (a’= -0.1820, ns).
23