V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR...

12
103 BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan. Konsep ini sangat tepat diaplikasikan pada bangunan, khususnya bagi Gedung Rawat Inap Rumah Sakit yang merupakan pelayanan kesehatan yang beroperasi 24jam non-stop. Pengguna menjadi aspek penting yang diperhatikan dalam perancangan, yang menentukan keseluruhan konsep perancangan bangunan, namun tetap mengacu pada penghematan energi listrik, khususnya untuk penghawaan dan pencahayaan. V.2 Konsep Perencanaan dan Perancangan V.2.1 Konsep Penentuan Pintu Masuk Pintu masuk diletakan di sebelah utara dan selatan tapak, dengan pertimbangan kondisi lalulintas kendaraan, dimana utara dan selatan tapak merupakan akses jalan utama yang sering dilalui kendaraan, Pintu masuk diletakan di tempat yang mudah terlihat, mudah diakses dan tidak menggangu sirkulasi kendaraan lainnya. Gambar 42. Konsep Enterance Terdapat 2 pintu masuk dari utara dan selatan tapak yang bertujuan untuk memudahkan akses pencapaian, serta dapat digunakan sebagai jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat.

Transcript of V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR...

Page 1: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

103

BAB V

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan

Perancangan yang mengangkat konsep hemat energi listrik merupakan

salah satu upaya dalam penerapan arsitektur berkelanjutan. Konsep ini sangat

tepat diaplikasikan pada bangunan, khususnya bagi Gedung Rawat Inap Rumah

Sakit yang merupakan pelayanan kesehatan yang beroperasi 24jam non-stop.

Pengguna menjadi aspek penting yang diperhatikan dalam perancangan,

yang menentukan keseluruhan konsep perancangan bangunan, namun tetap

mengacu pada penghematan energi listrik, khususnya untuk penghawaan dan

pencahayaan.

V.2 Konsep Perencanaan dan Perancangan

V.2.1 Konsep Penentuan Pintu Masuk

Pintu masuk diletakan di sebelah utara dan selatan tapak, dengan

pertimbangan kondisi lalulintas kendaraan, dimana utara dan selatan

tapak merupakan akses jalan utama yang sering dilalui kendaraan, Pintu

masuk diletakan di tempat yang mudah terlihat, mudah diakses dan

tidak menggangu sirkulasi kendaraan lainnya.

Gambar 42. Konsep Enterance

Terdapat 2 pintu masuk dari utara dan selatan tapak yang

bertujuan untuk memudahkan akses pencapaian, serta dapat digunakan

sebagai jalur evakuasi bila terjadi keadaan darurat.

Page 2: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

104

Side enterance diletakan di sebelah barat, dengan pertimbangan

posisi side enterance jauh dari massa bangunan rawat inap serta berada

dekat dengan area service yang memerlukan akses tersendiri untuk

loading barang maupun sampah.

V.2.2 Konsep Zoning Horisontal Bangunan

Gambar 43. Konsep Zoning Horisontal

Orientasi massa bangunan

Orientasi massa bangunan mengarah ke selatan tapak, untuk

memudahkan akses penghubung dengan bangunan rumah sakit, yang

cenderung mengarah ke selatan tapak.

Gubahan Massa

Bentuk massa Bangunan berbentuk Pipih Memanjang, dengan

Orientasi Bukaan massa bangunan ke arah Utara dan selatan sesuai

dengan konsep pencahayaan dan penghawaan alami serta, konsep

bangunan Rawat Inap yang efektif dan efisien dalam memberikan

pelayanan pada pasien (pasien safety) dengan bentuk pipih memanjang

dan koridor double loadaed.

Taman

Taman selain berfungsi sebagai penghijauan kawasan, berfungsi

pula untuk mencegah pemantulan radiasi panas matahari pada material

keras, yang dapat memanaskan bangunan.

Page 3: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

105

Parkir

Perletakan parkitr di atas tapak dengan jumlah terbatas,

dimaksudkan untuk memberi kemudahan bagi pengunjung yang ingin

parkir hanya sebentar, parkir utama terletak di basement agar tampak

keseluruhan bangunan tidak terganggu oleh lahan parkir yang

mendominasi tapak.

Konsep Sirkulasi Horizontal

Sirkulasi yang akan diterapkan pada perancangan bangunan

rawat inap menggunakan pola sirkulasi linear. Pola ini dapat

memudahkan pencapaian ke unit-unit hunian (kamar). Jenis koridor yang

akan digunakan adalah double loaded, dengan pertimbangan kemudahan

pencapaian tiap unit dan dapat menampung unit lebih banyak dan

penggunaan lahan menjadi lebih efisien,

Nurse Station menggunakan pola sirkulasi terpusat, disebabkan

karena sebagian besar kegiatan akan dilakukan terpusat dari satu (1)titik,

yaitu connector bride dan core yang menjadi pusat kegiatan pelayanan

rawat inap. dimana connector bridge diletakan 1 level dibawah kamar

perawatan.

Gambar 44. Layout kamat Perawatan

dari RS

Page 4: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

106

V.2.3 Konsep Zoning Vertikal Tapak

Gambar 45. Zoning Vertikal Tapak

Connector Bridge, digunakan untuk menghubungan 2 massa bangunan,

terdapat 2 jenis connector, yaitu untuk pasien dan untuk loading.

Connector Bridge Pasien, diletakan di atas tapak, berupa

jembatan di lantai 2 rumah sakit, sebagai jalur akses ke lokasi rawat inap

dari rumah sakit, letak jembatan berdasarkan pertimbangan terhadap

fasilitas lantai 2 rumah sakit yang merupakan bagian poliklinik, sehingga

memudahkan akses pasien yang akan dirawat setelah berkonsultasi. Serta

pertimbangan agar jalan raya tetap dapat diakses untuk jalur umum.

Connector Bridge Service diperlukan karena letak fasilitas

penunjang medis dan penunjang klinik terletak pada massa bangunan

rumah sakit, seperti Laundry dan CSSD untuk mencuci Linen kotor dan

desinfeksi peralatan kesehatan, sehingga sebaiknya jalur ini terpisah dari

jalan umum yang biasa dilalui pasien.

V.2.4 Konsep Zoning Vertikal Bangunan

Massa Bangunan dibuat beberapa lapis, dengan pembagian zona

lantai digunakan dasar untuk fasilitas penunjang bangunan, dan kamar

kamar perawatan diletekan di lantai berikutnya.

Page 5: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

107

Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan

Fasilitas penunjang yang terletak di lantai 1 terutama berada di

sebelah Timur tapak, dengan pertimbangan memperoleh cahaya matahari

pagi, sehingga membantu penghematan energi listrik tanpa penerangan

buatan. Basement untuk parkir, menggunakan sistem semi basement

pada basement (satu) dan penggunaan sistem cut and fill untuk

mencegah perusakan daerah resapan, pada basemen terdapat ruang

sevice seperti ruang genset, panel serta ruang STP, yang terletak di dekat

side Enterance yang bertujuan agar, akses tersebut terpisah dari jalur

umum dan terletak jauh dari bangunan utama yang membutuhkan

ketenangan dan kebersihan. Jalur service yang terletak di dekat side

enterance bertujuan untuk memudahkan akses pembuangan sampah dan

karena terletak jauh dari gedung utama.

Konsep Sirkulasi Vertikal

Sirkulasi vertikal bangunan akan menggunakan tangga, lift dan ramp.

Tangga dapat digunakan pada saat keadaan darurat, seperti kebakaran

Page 6: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

108

dimana lift tidak dapat digunakan. Sedangkan lift sangan dibutuhkan

untuk bangunan tingkat tinggi agar dapat memudahkan penghuni dalam

pencapaian ke ruangan tertentu, ramp berfungsi untuk pengguna

bangunan yang cacat atau lanjut usia, yang tidak memungkinkan mereka

menggunakan tangga.

V.2.5 Konsep Perancangan Kamar

Berdasarkan tanalisa yang telah dilakukan kamar pasien

dibedakan menjadi 2 tipe berdasarkan usia pasien, yaitu untuk pasien

dewasa dan anak-anak. Dengan layout kamar yang sama namun,

penggunaan material interior ruang kamar disesuaikan dengan usia

pasien (anak) dengan nuansa yang lebih ceria dan berwarna.dengan

seluruh kamar perawatan merupakan kelas III dengan jumlah 5

bed/kamar dilengkapi dengan 1 kamar mandi, TV dan area tunggu untuk

masing-masing keluarga pasien. Area tunggu dapat menggunakan

furniture built-in berupa sofabed yang dapat di tarik menjadi kasur pada

malam hari, untuk memaksimalkan area kamar yang ada, serta memberi

kenyamanan bagi keluarga pasien tanpa mengganggu layout ruang kamar

pada siang hari.

Gambar 47. Layout Unit Kamar Perawatan

Page 7: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

109

Perancangan Menggunakan modul untuk menghemat waktu

pengerjaan dan, penggunaan material yang dapat membantu

penghematan energi listrik untuk penghawaan dan pencahayaan dalam

bangunan.

Material prefabrikasi yang digunakan adalah Beton Aerasi

Ringan, yang disesuaikan dengan modul kamar perawatan dengan jarak

bentang antar kolom 660 x 900 cm,yang menyesuaikan dengan material

prefabrikasi yang tersedia, sehingga diperoleh ukuran panel yang

digunakan adalah: Lebar.60, Panjang.330 Tebal 15cm.

Gambar 48. Panel Lantai Prefabrikasi

V.2.6 Konsep Sistem Struktur

Pondasi yang akan digunakan pada bangunan rawat inap ini

adalah pondasi tiang pancang dengan sistem hidrolik. Hal tersebut

dikarenakan getaran yang ditimbulkan pada saat pelaksanaan cukup kecil

sehingga cocok untuk digunakan di daerah tapak yang akan dibangun

karena getaran yang dihasilkan kecil, maka akan memperkecil pula

kemungkinan kerusakan pada lingkungan.

Untuk upper structure, akan menggunakan portal dengan beton

bertulang untuk bagian hunian karena pada hunian tidak membutuhkan

bentangan yang lebar, sedangkan bentangan yang melebihi 9 meter pada

ruang seminar akan menggunakan truss baja untuk mengurangi

kebutuhan ruang bagi tinggi balok dan dikondisikan agar tidak terjadi

lendutan.

Page 8: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

110

V.2.7 Konsep Hemat Energi Listrik

Dari analisa terhadap pembayangan matahari yang berpengaruh

besar dalam aspek perancangan karena, sinar matahari yang dapat

menjadi potensi untuk pencahayaan dan kedala dalam penghematan

energi listrik, akibat radiasi panas yang dapat meningkatkan beban listrik

pendingin ruangan,maka:

Penerangan alami:

Meletakan bukaan-bukaan pada sisi utara dan selatan unit kamar

perawatan, sehingga kamar perawatan tidak menggunakan penerangan

buatan pada siang hari.

Penerangan buatan

Unit-unit kamar perawatan akan menggunakan pencahayaan

buatan ini, tingkat terang cahaya akan dirancang sesuai peraturan yang

berlaku, dengan intensitas 100-200 lux dan dibawah 50 lux (saat tidur).

Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan lampu recessed, lampu ini

memberikan pancaran yang lembut dan tidak langsung menerangi ke

area yang diterangi serta tidak mengumpulkan debu.

Penghawaan

Penghawaan dalam bangunan dibagi menjadi 2, yaitu

penghawaan alami dan buatan. Penghawaan buatan dapat dilakukan pada

kamar perawatan dengan penggunaan AC slit duct yang dapat dimatikan

apabila kamar perawatan sedang tidak digunakan.

Sedangkan, penghawaan alami dalam bangunan rawat inap dapat

dilakukan dengan ventilasi silang agar udara dapat mengalir pada koridor

bangunan.

Fasade

Untuk mengurangi radiasi panas matahari langsung pada area

barat yang banyak memperoleh radiasi matahari menggunakan overstek

pada jendela agar ruangan tetap memperoleh cahaya mataharu namun

mengurangi radiasi panas yang masuk dalam bangunan dan dapat

meningkatkan beban energi listrik untuk pendingin ruangan.

Page 9: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

111

Gambar 49. Analisa Pembayangan (google sketch-up)

Page 10: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

112

V.2.8 Konsep Pewarnaan Ruang

Pewarnaan ruang luar kamar akan dibagi menjadi 2 sesuai

pembagian tipe berdasarkan usia, untuk perawatan anak, warna ruang

luar kamar, seperti koridor, ruang tunggu, akan digunakan warna-warna

yang ceria dan colourfull terutama merah, peach/kuning dan hijau

muda. Sedangkan untuk perawatan dewasa akan digunakan warna

putih/ abu-abu muda dan hijau muda, karena warna tersebut

merupakan yang netral dan dapat memberi rasa nyaman serta membantu

menenangkan syaraf.

Pewarnaan ruang luar selain unit hunian seperti lobby dan

reseption akan menggunakan warna dominan putih dan dipadukan

warna coklat yang memiliki kesan hangat dan menyambut (welcoming).

V.2.9 Konsep Utilitas

� Proteksi Kebakaran

Proteksi pasif menggunakan tangga darurat atau struktur

bermaterial tahan api. Tangga kebakaran maksimal berjarak 30m dari

unit hunian,12m dari koridor buntu, lebar koridor minimum 180 cm.

Sedangkan, proteksi aktif, menggunakan hidran, sprinkler, APAR

dan alarm. Penyediaan alarm dirancang dengan peletakkan setiap 20m

pada koridor, sprinkler otomatis yang diletakkan setiap 9m dengan

daya jangkau 25 m2/unit.

Hidran dalam biasanya ditempatkan di dekat atau di dalam

tangga kebakaran, dilengkapi selang, katup, tabung pemadam, serta

alarm atau tombol panggil. Air yang digunakan diambil dari menara

air, yang memang sebagian isinya dicadangkan untuk keperluan

darurat. Hidran luar berupa kepala hidran dan selang. Sumber airnya

dari sistem hidran kota.

� Sistem Pembuangan Limbah

Limbah Medis

Sistem pengangkutan sampah yang akan diaplikasikan pada

bangunan rawat inap ini adalah sistem pengangkutan door-to-door.

Page 11: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

113

Setelah sampah dikumpulkan dari tiap unit hunian per lantai, sampah

kemudian di angkut melalui jalur service, menuju tempat pemusnahan

(incenerator). Sedangkan untuk limbah medis cair, menggunakan

sistem shaft karena bangunan rawat inap ini terdiri dari beberapa lapis

lantai.

Limbah Non Medis

Limbah non medis merupakan limbah padat yang dihasilkan dari

kegiatan dapur, kantor dan taman, sampah tersebut diangkut menuju

tempat penampungan sampah sementara, atau untuk sampah-sampah

organik dapat menggunakan sistem biopori untuk membantu menjaga

kesuburan tanah.

V.3 Tuntutan Rancangan

V.3.1 Terhadap Aspek Manusia

Rawat inap ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan rawat

inap, khususnya kelas III. Hunian ini dirancang dengan memperhatikan

perilaku pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan dan pasien, Dengan

demikian dapat diketahui kebutuhan-kebutuhan serta perancangan kamar

yang sesuai untuk pasien.

V.3.2 Terhadap Aspek Lingkungan

Orientasi massa bangunan rawat inap menghadap timur dan

barat, untuk itu penggunaan sunshading diperlukan untuk mengurangi

radiasi panas yang masuk, dan untuk membelokan arah angin agar terjadi

cross ventilation dalam bangunan. Disekitar bangunan juga akan

diberikan pepohonan sebagai sound buffer dari bising dan penghijauan

lingkungan, selain itu juga berfungsi sebagai elemen pendukung estetika

bangunan.

V.3.3 Terhadap Aspek Bangunan

Bangunan rawat inap ini dirancang dengan mengacu pada konsep

sustainable, khususnya dalam penghematan energi listrik dimana

Page 12: V.1 Dasar Perencanaan dan Perancanganlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/2011-2-01142-AR Bab5001.… · 107 Gambar 46. Zoning Vertikal Bangunan Fasilitas penunjang yang terletak

114

bangunan tersebut akan dirancang agar kenyamanan thermal pasien

dengan penghawaan buatan dapat tercapai, namun minim dalam

penggunaan energi listrik, yang meliputi beberapa aspek seperti, layout

ruang, pencahayaan, pewarnaan pada ruang, utilitas sehingga

karakteristik ruang yang baik dapat tercapai.