3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut...

14
38 Universitas Kristen Petra 3. PERANCANGAN BANGUNAN Pada perancangan bangunan didasarkan atas konsep dasar dan konsep bentuk yang didapat, yaitu dengan mengambil proses dari munculnya sehingga ide itu dapat teraktualisasi. Dalam hal ini masih berhubungan dengan judul proyek yaitu Fasilitas Aromaterapi di Villa Puncak Tidar, Malang, yang berarti suatu tempat yang menyediakan sarana untuk pengobatan dengan media aroma. Bentuk dasar merupakan bentuk geometri yang nantinya akan terolah secara dinamis melalui permainan atap dan ornamen serta bahan tiap bangunan itu sendiri. Dalam perancangan banyak berpedoman pada teori / konsep Broadbent, antara lain: Container, suatu proyek harus mampu mewadahi secara tepat dari fungsi yang sebenarnya. Crimate modifier, Proyek yang dibuat harus dapat menyesuaikan diri dengan keadaan iklim dan cuaca ataupun kondisi fisik setempat beserta aturan-aturan mengenainya. Enviromental filter, adanya pembatas yang jelas pada site sehingga antara daerah privat - publik terlihat jelas. Behaviour modifier, pengolahan ruang luar yang ada, sehingga modifikasi pelaku dapat dirasakan. Capita investmant, proyek harus dapat dijadikan sarana investasi yang menguntungkan bagi daerah dimana proyek didirikan. Artistic form, terdiri dari 5 aspek yaitu kesatuan (mengolah bentuk yang beragam menjadi satu kesatuan unit melalui pengolahan detail), tekanan (memiliki suatu karakter yang kuat pada bangunan sehingga skala bangunan dapat dinikmati secara utuh, selain itu harus memiliki suatu vocal point guna menarik perhatian orang), keseimbangan (membuat massa menjadi satu kesatuan bangunan yang seimbang walaupun sebenarnya bangunan tidak simetri), irama (adanya pengulangan yang teratur dari garis-garis, bentuk- bentuk, potongan-potongan, ataupun warna), proporsi (dibagi menjadi 2 bagian proporsi struktur dan proporsi skala). (Broadbent, 1978)

Transcript of 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut...

Page 1: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

38

Universitas Kristen Petra

3. PERANCANGAN BANGUNAN

Pada perancangan bangunan didasarkan atas konsep dasar dan konsep

bentuk yang didapat, yaitu dengan mengambil proses dari munculnya sehingga ide

itu dapat teraktualisasi. Dalam hal ini masih berhubungan dengan judul proyek

yaitu Fasilitas Aromaterapi di Villa Puncak Tidar, Malang, yang berarti suatu

tempat yang menyediakan sarana untuk pengobatan dengan media aroma. Bentuk

dasar merupakan bentuk geometri yang nantinya akan terolah secara dinamis

melalui permainan atap dan ornamen serta bahan tiap bangunan itu sendiri. Dalam

perancangan banyak berpedoman pada teori / konsep Broadbent, antara lain:

• Container, suatu proyek harus mampu mewadahi secara tepat dari fungsi yang

sebenarnya.

• Crimate modifier, Proyek yang dibuat harus dapat menyesuaikan diri dengan

keadaan iklim dan cuaca ataupun kondisi fisik setempat beserta aturan-aturan

mengenainya.

• Enviromental filter, adanya pembatas yang jelas pada site sehingga antara

daerah privat - publik terlihat jelas.

• Behaviour modifier, pengolahan ruang luar yang ada, sehingga modifikasi

pelaku dapat dirasakan.

• Capita investmant, proyek harus dapat dijadikan sarana investasi yang

menguntungkan bagi daerah dimana proyek didirikan.

• Artistic form, terdiri dari 5 aspek yaitu kesatuan (mengolah bentuk yang

beragam menjadi satu kesatuan unit melalui pengolahan detail), tekanan

(memiliki suatu karakter yang kuat pada bangunan sehingga skala bangunan

dapat dinikmati secara utuh, selain itu harus memiliki suatu vocal point guna

menarik perhatian orang), keseimbangan (membuat massa menjadi satu

kesatuan bangunan yang seimbang walaupun sebenarnya bangunan tidak

simetri), irama (adanya pengulangan yang teratur dari garis-garis, bentuk-

bentuk, potongan-potongan, ataupun warna), proporsi (dibagi menjadi 2

bagian proporsi struktur dan proporsi skala). (Broadbent, 1978)

Page 2: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

39

3.1. Konsep Dasar Perancangan

3.1.1. Konsep Dasar Desain

Fasilitas Aromaterapi di Villa Puncak Tidar ini adalah sebuah bentuk

interaksi antara proses terapi dan rekreasi yang dihadirkan secara bersamaan

sehingga pengunjung tidak merasa sedang menjalani terapi melainkan sedang

berekreasi. Dalam konteks tersebut, kompleks terapi sekaligus rekreatif ini di

desain dengan konsep :

• Proses aromaterapi tidak dibuat seperti proses berobat yang kaku, tetapi

pengunjung dibuat merasa bebas untuk memilih fasilitas apa yang diperlukan

oleh dirinya sendiri.

• Memasukkan proses aromaterapi kedalam cottage, sehingga pengguna cottage

dapat menjalani terapi secara lebih privat.

Page 3: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

40

3.2. Perancangan Tapak

3.2.1. Pola penataan Ruang Luar / Zoning

Gambar 3.1. Pembagian Zoning

COTTAGE

PARKIR

PARKIR

OFFICE

OPEN RESTO

MAIN LOBBY

AREA TERAPI

ADMINISTRATION

COTTAGE

Page 4: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

41

Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep

Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa bangunan penerima

(hall / lobby) sengaja diletakkan di bagian depan site agar mudah terlihat oleh para

pengendara jalan yang lewat. Sedangkan area privat yaitu area sosialisasi

(interaksi) dan massa bangunan fasilitas terapi sengaja diletakkan di bagian

belakang site, karena para penderita membutuhkan privacy dan ketenangan untuk

mencapai proses penyembuhan yang optimal.

3.2.2. Pencapaian dan Pintu Masuk

Gambar 3.2. Site Plan

IN

OUT

Page 5: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

42

3.3. Perancangan Bangunan

3.3.1. Pola Penataan Massa

Pola penataan massa bangunan berdasarkan kesimpulan yang diperoleh

dari pemecahan masalah dengan berdasarkan pendekatan kontekstual, dimana

merumuskan pemecahan masalah berdasarkan arah datangnya matahari, arah

datangnya angin, kegiatan dan aktivitas manusia menjadi pertimbangan dalam

menentukan pola penataan massa bangunan.

3.3.2. Jalur Sirkulasi Antar Massa

Sirkulasi ke dalam tapak harus menampung pengunjung (pejalan kaki,

ruda dua, roda empat, dan bus), kendaraan servis, kendaraan penjual, kendaraan

pengelola / staff, dan kendaraan karyawan. Sedangkan untuk penentuan entrance,

ditentukan dengan mengambil titik tangkap site yang paling menarik.

Gambar 3.3. Skema Sirkulasi Antar Massa

Pintu Masuk Parkir

Main Lobby Office Building Administration Building

Area Terapi

Area Servis

Open Resto Cottage

Page 6: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

43

3.3.3. Sirkulasi Parkir Dalam Tapak

Gambar 3.4. Sirkulasi Parkir

Sirkulasi parkir pada tempat ini dibedakan antara parkir untuk sepeda

motor pengunjung dan parkir mobil pasien ataupun pengunjung. Sedangkan parkir

untuk open resto dan cottage berupa parkiran untuk golf car.

3.3.4. Bentuk

Bentuk dan penampilan bangunan mengakomodasi bentuk dan penampilan

dari bangunan yang ada di sekitar lingkungan site. Hal ini dikarenakan

kebanyakan lingkungan sekitar site dihuni oleh masyarakat yang berada pada

tingkat ekonomi menengah ke atas. Bangunan kebanyakan memiliki denah segi-4

memanjang atau kotak dengan menggunakan dinding tembok bata dan atap

genteng pelana. Untuk bisa beradaptasi dengan bangunan sekitar maka, unsur-

MOBIL PENGUNJUNG

SEPEDA MOTOR

SERVIS GOLF CAR

GOLF CAR

Page 7: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

44

unsur dari bangunan sekitar ikut dimasukkan dalam desain tampilan dan bentuk

bangunan.

3.3.5. Penataan ruang dalam bangunan

Penataan ruang ditentukan berdasarkan pengelompokkan ruang

berdasarkan fungsi ruang, aktivitas pengguna, kebutuhan ruang (view, kebisingan,

bau, matahari, angin), jenis pengguna ruang, waktu berlangsungnya aktivitas,

ruang-ruang yang diperlukan (sesuai dengan kebutuhan program ruang).

3.3.6. Karakter ruang

3.3.6.1. Karakter Ruang Luar

Gambar 3.5. Perspektif Bird Eye View

Dalam membentuk karakter ruang luar, terdapat 3 aspek yang di desain,

yaitu karakter tampilan bangunan, area sosialisasi, dan elemen landscape.

Page 8: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

45

• Tampilan Bangunan

Gambar 3.6. Tampak Depan

Gambar 3.7. Tampak Belakang

Gambar 3.8. Tampak Kiri

Gambar 3.9. Tampak Kanan

Dari gambar tampak diatas, terlihat bahwa warna yang dominan

digunakan adalah warna coklat muda. Dimana warna coklat muda digunakan

karena warna coklat bisa menjadi sumber energi yang konstan, serta dapat

membuat pasien atau penderita merasa kuat.

Pada aksen dindingnya diberikan elemen batu-batuan alam, karena dapat

menghidupkan suasana agar terasa berenergi dan dinamis.

Page 9: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

46

• Area Sosialisasi (interaksi)

Gambar 3.10. Perspektif Bird Eye View Area Interaksi

Desain ruang luar dengan pemakaian material lantai yang berupa batuan

alam, ruang luar yang berupa area sosialisasi ini diharapkan mampu menarik

perhatian agar para penggunanya bisa menjalin interaksi dan komunikasi yang

nyaman satu sama lainnya. Area sosialisasi ini merupakan penghubung antara

massa bangunan penerima (hall serta fasilitas umum) dengan massa bangunan

terapi.

• Elemen Landscape

Yang termasuk dalam elemen landscape adalah : pertama, unsur air.

Unsur ini merupakan salah satu media terapi, karena suara gemericik air serta

kejernihannya dapat memberikan efek positif yang menenangkan. Serta, elemen

Page 10: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

47

air didesain sebagai pembatas atau pemberi jarak antara massa penerima yang

digunakan untuk masyarakat umum dengan bangunan terapi yang terkesan privat.

Kedua, unsur vegetasi. Unsur vegetasi juga dapat dijadikan media terapi,

karena warnanya yang hijau dapat menimbulkan perasaan diterima dan

kemantapan serta dapat meringankan masalah-masalah yang mengganjal di hati.

Ketiga, unsur material. Unsur material jalur sirkulasi didesain untuk

memberikan kenyamanan dan keamanan bagi penderita kelumpuhan, yang

cenderung menggunakan kursi roda maupun kruk untuk berjalan. Pola lantai yang

digunakan adalah polos dan sedikit agak kasar, untuk menghindari penggunannya

agar tidak terjatuh, terpeleset atau tergelincir.

3.3.6.2. Karakter Ruang Dalam

Dalam membentuk karakter ruang dalam, terdapat 2 aspek yang didesain,

yaitu karakter area sosialisasi / area penghubung antar ruang dan karakter ruang

terapi (terapi psikis dan terapi fisik).

• Pemilihan Bahan Atap Yang Digunakan

Atap genteng dengan kuda-kuda kayu dan dak beton pada tempat

peletakan tandon atas. Pertimbangannya adalah curah hujan dan penyesuaian

dengan lingkungan sekitar.

• Pemilihan Bahan Plafond

Plafon yang digunakan adalah variasi antara gypsum dan balok kayu

dengan pertimbangan mudah dipasang dan dibentuk sesuai keinginan, serta yang

paling penting penciptaan kesan tradisional pada ruang tersebut.

• Pemilihan Bahan Lantai

Bahan lantai pada Fasilitas Aromaterapi ini bervariasi tergantung dengan

fungsi ruang dan estetika dengan pertimbangan karakter ruang yang diinginkan.

• Pemilihan Bahan Dinding

Bahan Dinding yang digunakan pada Fasilitas ini didominasi oleh

penggunaan bahan kayu.

Page 11: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

48

3.3.7. Sistem Utilitas

3.3.7.1. Sistem Distribusi Air Bersih

Sistem distribusi yang direncanakan dalam tapak adalah untuk memenuhi

kebutuhan akan air bersih bagi pengunjung maupun pengelola. Untuk itu, air

bersih disupplai langsung dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan

menggunakan sistem up feed, dengan pertimbangan untuk efisiensi penggunaan

listrik dan pompa, mengingat fasilitas yang dirancang merupakan massa banyak

dan penggunaan fasilitas yang hanya efektif pada jam-jam tertentu saja.

Karena terdapat 3 massa bangunan, dengan 2 massa bangunan yang

cukup luas, maka dipakai 2 buah tandon dan pompa. Tandon utama yang terletak

di semi basement bangunan servis melayani bangunan servis, bangunan pengelola,

informasi masyarakat, hall, serta medis. Sedangkan tandon yang satunya lagi,

melayani bangunan terapi.

Aliran air bersih dari PDAM tersebut menuju meteran yang kemudian

akan ditampung oleh tandon utama. Kemudian pompa akan mengalirkan ke

tandon penunjang lainnya.

Gambar 3.11. Skema Distribusi Air Bersih

3.3.7.2. Sistem Pembuangan Air Kotor dan Kotoran

Mengingat fasilitas yang dirancang merupakan massa banyak, maka air

kotor dan kotoran dibuang pada septiktank dan sumur resapan yang terletak pada

samping bangunan servis.

PDAM METERAN AIR TANDON UTAMA

POMPA

TANDON PENUNJANG KRAN, KATUP, GELONTOR

Page 12: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

49

Gambar 3.12. Skema Distribusi Air Kotor

Gambar 3.13. Skema Pembuangan Kotoran

3.3.7.3. Sistem Pembuangan Air hujan.

Air hujan dibuang dengan sistem terpisah dari sistem pembuangan air

kotor dan kotoran. Karena ruang luar yang di dalam tapak cukup luas maka air

hujan yang langsung jatuh pada tapak dirembeskan ke dalam tanah.

Untuk menghindari genangan air dalam tapak maka dibuat saluran air

kota dalam tapak. Air hujan pada atap dibuang dari talang dan pipanya diletakkan

dalam kolom dan dibungkus water resistant gypsum. Setelah itu disalurkan pada

bak kontrol dan kemudian dibuang ke selokan dan dilanjutkan ke saluran kota.

Gambar 3.14. Skema Pembuangan Air Hujan

3.3.7.4. Sistem Pembuangan Sampah

Sistem pembuangan sampah menggunakan sistem carry out, yaitu suatu

sistem dimana sampah yang ada dikumpulkan pada suatu tempat dan kemudian

diangkut oleh mobil khusus untuk dibuang ke penampungan. Dimana sampah

dibuang ke tong sampah dan kemudian oleh staff kebersihan dibawa ke tempat

pembuangan sementara di area servis. Sampah tersebut akan diambil setiap hari

oleh truk pengangkut sampah melalui jalur loading dock. Setelah itu baru dibawa

ke tempat pembuangan akhir.

WASTAFEL, FLOOR DRAIN SUMUR RESAPAN

KLOSET SEPTIKTANK SUMUR RESAPAN

TALANG ATAP PIPA TALANG BAK KONTROL

SELOKAN SALURAN KOTA

Page 13: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

50

3.3.7.5. Sistem Telephone

Sistem telephone di dalam fasilitas ini menggunakan Sistem PABX.

3.3.7.6. Sistem Distribusi Listrik

Untuk melayani kebutuhan listrik, diambil dari PLN serta dilakukan

penyediaan genset, untuk menjaga jika ada pemadaman listrik PLN.

Gambar 3.15. Skema Distribusi Listrik

3.3.7.7. Sistem Pemadam Kebakaran

Sistem pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada setiap massa

menggunakan beragam peralatan penangggulangan kebakaran sesuai dengan

kebutuhannya, misalnya hydrant halaman yang diletakkan setiap 20 meter;

hydrant dalam, sprinkler, unit-unit pemadam satuan (PAR), smoke detector,

alarm, dimana penempatannya harus mudah dilihat dan dijangkau.

Fasilitas yang dirancang ini termasuk kelas C dalam klasifikasi bangunan

menurut ketentuan sistem struktur terhadap api, dimana struktur utamanya harus

ATS

TRAFO

PANIL UTAMA

PANEL DISTRIBUSI

GENSET

PLN

PANEL LISTRIK

LOBBY & RETAIL SHOP

RESTAURANT

FASILITAS AROMATERAPI

TIM MEDIS

COTTAGE

SERVICE AREA

PENGELOLA

Page 14: 3. PERANCANGAN BANGUNAN · Universitas Kristen Petra 41 Pola penataan ruang luar / zoning tersebut dipengaruhi oleh Konsep Dasar Desain, dimana peletakkan area publik yaitu massa

Universitas Kristen Petra

51

tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam untuk keperluan evakuasi. Untuk

pemadam kebakaran, yang harus disediakan antara lain :

• Portable Fire Extinguisher (PAR / Pemadam Api Ringan) ditempatkan pada

setiap bangunan, yaitu disediakan 1 unit untuk setiap 100 m².

• Hydrant halaman diletakkan setiap 20 meter. Air berasal dari tandon bawah

yang tersedia, dimana tandon tersebut dibagi menjadi 2 bagian, yaitu untuk

keperluan distribusi air bersih dan air pemadam kebakaran. Pompa air berasal

dari tandon ke hydrant disediakan 2 buah sebagai cadangan bila salah satu

rusak.

• Tidak digunakan sistem splingker dalam ruang karena mengingat bangunan

hanya memiliki ketinggian 1 lantai.

• Tapak dapat dikelilingi oleh mobil pemadam kebakaran, sehingga

mempermudah proses pemadaman kebakaran.