LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi · Web viewSedangkan zoning regulation diartikan...
Transcript of LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL - menjadi polisi · Web viewSedangkan zoning regulation diartikan...
LEMBAGA KETAHANAN NASIONALREPUBLIK INDONESIA
DISKUSI KELOMPOK (DK-17) B.S IPTEK
Kertas Karya Acuan
Tema Pendidikan : Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa.
I. Judul : Kontribusi Tehnologi Dalam Zoning Wilayah Guna
Mewujudkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka
Kemandirian Bangsa.
II. Variabel : Variabel-1 : Kontribusi Tehnologi Dalam Zoning Wilayah
Variabel-2 :Mewujudkan Ketahanan Pangan.
Variabel-3 :Kemandirian Bangsa.
III. Pokok Permasalahan.
Sebelum lebih lanjut mengemukakan pokok permasalahan dari Kertas
Karya Acuan (KKA) ini ada sesuatu kata yang mungkin sangat baru bagi kita
dalam mengenalnya, yaitu istilah “zoning”. Zoning ini dalam beberapa literatur
sangat berkaitan dengan kata asalnya yaitu zona dan berkaitan erat dengan
zoning regulation. Zona dimaknakan sebagai kawasan atau area yang memiliki
fungsi dan karakteristik lingkungan yang spesifik. Zona dalam Kamus Besar
Indonesia diartikan (1) Salah satu dari lima bagian besar permukaan bumi yang
dibatasi oleh garis khayal di sekeliling bumi, sejajar dengan khatulistiwa (satu
zona tropik, dua zona sedang dan dua zona kutub); jalur iklim; (2) Daerah yang
ditandai dengan kehidupan jenis binatang atau tumbuhan tertentu yang juga
ditentukan oleh kondisi tertentu disekitarnya; (3) daerah dalam kota dengan
pembatasan khusus; kawasan : zona industri. 1 Sedangkan zoning adalah
pembagian kawasan kedalam beberapa zona sesuai dengan fungsi dan
karakteristik semula atau diarahkan bagi pengembangan fungsi-fungsi lain.
1 Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke tiga, Jakarta, 2007, hal. 1281.
Sedangkan zoning regulation diartikan sebagai ketentuan yang mengatur
tentang klasifikasi, notasi dan kodifikasi zona-zona dasar, peraturan
penggunaan, peraturan pembangunan dan berbagai prosedur pelaksanaan
pembangunan atau juga didifinisikan ketentuan yang mengatur tentang
klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut mengenai pemamfaatan lahan dan
prosedur pelaksanaan pembangunan. Zoning ini menjadi sangat penting
posisinya, karena zoning akan menentukan perencanaan suatu rencana tata
ruang wilayah (RTRW). Jadi RTRW merupakan out put dari pada zoning, tetapi
bukanlah berarti rencana tata ruang merupakan bagian dari peraturan zonasi.
Peraturan zonasi merupakan buku manual bagi para planner (perencana) dalam
menyusun rencana suatu wilayah atau kota, ketiadaan zoning dapat membuat
rencana kota menjadi bersifat multi tafsir, sehingga bisa dimamfaatkan untuk
tujuan yang menyimpang. Zoning merupakan dasar dalam menyiapkan suatu
rencana wilayah/ kota yang bersifat operasional dan dapat dipertanggungjawab-
kan secara hukum. Dalam prakteknya penataan ruang, peraturan zonasi atau
zoning wilayah ini lebih penting kedudukannya ketimbang perencanaan,
sehingga ditetapkan sebagai prioritas dalam penyusunannya. Begitu penting
peraturan zonasi ini, sehingga dikatakan “better regulation without planning
rather than planning without regulation”. 2
Dalam literatur dikatakan tujuan dari pada peraturan zonasi atau zoning
wilayah adalah : (1) Mengatur kepadatan penduduk dan intensitas kegiatan,
mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan tanah dan menentukan
tindakan atas suatu satuan ruang, (2) Melindungi kesehatan, keamanan dan
kesejahteraan masyarakat, (3) Mencegah kesemerawutan, menyediakan
pelayanan umum yang memadai serta meningkatkan kualitas hidup, (4)
Meminimumkan dampak pembangunan yang merugikan dan (5) Memudahkan
pengambilan keputusan secara tidak memihak dan berhasilguna serta
mendorong peran serta masyarakat. 3
Berdasarkan sejarah kelahirannya zoning wilayah ini baik di Amerika Serikat
maupun Inggris dikatakan sebagai upaya mengendalikan keserakahan
pengusaha properti maupun industri dalam penggunaan lahan tanpa
2 Website http://imazu.wordpress.com/zoning/, Arti Zoning, diunduh tanggal 14 Agustus 2012, hal. 2.3 Ibid, hal. 5.
2
memperhatikan kepentingan kesejahteraan masyarakat, termasuk pengalihan
lahan-lahan pertanian sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan. Salah
satu pakar perencanaan Kota Robert Hood (A.S) mengatakan zoning wilayah
adalah langkah awal menuju comunity planning dimana milik perorangan tunduk
terhadap kepentingan kesejahteraan masyarakat. Hugh Feriis menyatakan
bahwa zoning adalah dimensi demokratis dalam pembangunan kota, karena
melindungi hak publik terhadap hak property yang semula tidak terbatas.
Di Indonesia zoning wilayah ini diawali dengan penerbitan Kringen Types
Verondening tahun 1941 (KTV 1941) semacam peraturan tentang lingkungan
dan jenis bangunan untuk kota Jakarta yang dilaksanakan oleh pemerintahan
kolonial Belanda. Karena perkembangan Jakarta maka pada tahun 1975
diterbutkan Peraturan Daerah No. 4 Tahun 1975 tentang Ketentuan Bangunan
Bertingkat di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Untuk selanjutnya
diterbitkan Surat Keputusan Gubernur (SK Gubernur) No. 540, SK Gubernur No.
640, SK Gubernur No. 678 sebagai peraturan-peraturan pembangunan di
Jakarta yang tersebar dalam berbagai peraturan dan dikatakan ada yang saling
tumpang tindih, bahkan saling bertentangan, disamping kekuatan hukum SK
Gubernur yang sangat lemah. Pada tahun 1999 diterbitkanlah Perda DKI
Jakarta No. 6 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta, yang
salah satu isinya menyatakan KTV 1941 tidak berlaku lagi dan mengamanatkan
untuk disusunnya peraturan zonasi yang baru. Dalam literatur dikatakan
pembangunan kawasan Menteng dan Kebayoran Baru adalah salah satu ujud
hasil dari penerapan KTV 1941 yang sampai saat ini belum ada penataan suatu
kawasan yang dapat menyayingi kedua kawasan tersebut, tidak terkecuali
kawasan Pondok Indah dan Simprug, walaupun belakangan kawasan Menteng
dan Kebayoran Baru menuju degradasi lingkungan yang parah.
Belakangan Indonesia telah memiliki berbagai peraturan perundang-
undangan yang pada prinsifnya berorientasi pada zoning wilayah ini seperti
misalnya UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, PP No. 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan beberapa Peraturan
Presiden seperti Perpres No. 13 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang
Pulau Sumatera, beberapa Peraturan Menteri seperti Permen PU Nomor :
20/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Tehnis Analisis Aspek Phisik dan
3
Lingkungan, Ekonomi, Sosial Budaya Dalam Penyusunan Rencana Tata Ruang
dan Permen PU Nomor : 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan
Substansi Dalam Penetapan Rancangan Perda Tentang RTRW Provinsi dan
RTRW Kabupaten/ Kota beserta rencana rincinya.
Sebagai sebuah data untuk melaksanakan amanat UU No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang, yang mengamanatkan bahwa paling lambat dua
tahun sejak diundangkannya UU No. 26/ 2007 tanggal 26 April 2007 maka
setiap Provinsi harus sudah selesai menyusun RTRW Provinsi masing-masing
dan dalam waktu tiga tahun paling lambat untuk Kabupaten dan Kota harus
sudah selesau menyusun RTRW masing-masing. Tetapi kenyataannya masih
sangat kecil baik Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang sudah selesai menyusun
RTRW masing-masing dalam bentuk Peraturan Daerah. 4
Sumber : Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU, 2010 5
Dari data di atas, sampai pada bulan Oktober 2010 yang lalu, dari 33 (tiga
puluh tiga) Provinsi, baru 6 (enam) Provinsi yang sudah selesai membuat
RTRW Provinsi dan sudah dalam bentuk Peraturan Daerah, sedangkan yang
lain masih dalam proses dan bahkan ada yang sama sekali belum melakukan
revisi.
4 Direktur Jenderal Penataan Ruang, Ir.Imam S. Ernawi, Mcm. Msc, Arah Pengembangan Kota Masa Depan Melalui Pendekatan “Smart Green City Planning”, Jakarta, disampaikan pada pertemuan Bakohumas Kementerian tanggal 21 Oktober 2010. 5 Ibid, Slide 41.
4
Sumber : Dirjend Penataan Ruang Kementerian PU, 2010 6
Data di atas menunjukkan dari 502 (lima ratus dua) Kabupaten/ Kota, baru
12 (dua belas) Kabupaten/ Kota yang sudah memiliki Perda RTRW, selebihnya
masih dalam proses, bahkan ada yang sama sekali belum membuat.
Sedangkan data pengalihan lahan sawah yang berkaitan dengan zoning
wilayah ini maupun dengan masalah upaya mewujudkan ketahanan pangan
adalah, sebagai berikut :
Sumber : Dirjend Penataan Ruang Kementerian PU, 2010 7
Sebagai sebuah kenyataan, bahwa geografi Indonesia juga merupakan
pertemuan dari tiga lempeng tektonik dunia, sehingga Indonesia juga rawan
6 Ibid, Slide 42.7 Ibid, Slide 12.
5
bencana maupun rawan gempa. Sebagai sebuah data dapat dilihat dari data di
bawah ini.
Sumber : Drs. Sukendra Martha, M.Sc., MappSc, Tajar Bidang Geografi Lemhannas R.I.
Sumber : Drs. Sukendra Martha, M.Sc., MappSc, Tajar Bidang Geografi Lemhannas R.I.
Apabila hal di atas dikaitkan dengan masalah pangan, khususnya UU NO. 7
Tahun 1996 tentang Pangan, maka dikatakan bahwa pangan merupakan
kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat
Indonesia dalam mewujudkan SDM yang berkualitas untuk melaksanakan
pembangunan nasional. 8 Dikatakan bahwa pangan yang aman, bermutu,
bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupakan persyaratan utama
yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya suatu sistem pangan yang
8 ______, Undang-undang No. 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal Pertimbangan.
JALUR GEMPA DI DUNIA
6
memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan
dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih lanjut dalam
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 Tentang Ketahanan Pangan
dikatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dalam
rangka pembangunan nasional untuk membentuk manusia Indonesia yang
berkualitas, mandiri, dan sejahtera melalui perwujudan ketersediaan pangan
yang cukup, aman, bermutu, bergizi dan beragam serta tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia dan terjangkau oleh daya beli masyarakat. Dengan
demikian apabila ekonomi rakyat baik, dalam arti besaran usaha kecil dan
menengah berjumlah semakin besar dan usaha mikro semakin kecil, maka
dengan sendirinya kemampuan ketahanan pangan akan semakin kuat.
Dari uraian fakta dan analis singkat di atas, maka tulisan kertas karya acuan
sebagai bahan diskusi ini merumuskan pokok permasalahannya adalah :
Bagaimana Kontribusi Tehnologi Dalam Zoning Wilayah Guna Mewujudkan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Kemandirian Bangsa ?.
IV. Pokok-Pokok Persoalan.
Berdasarkan uraian di atas dan rumusan pokok permasalahan, maka
pokok-pokok persoalan kontribusi tehnologi dalam zoning wilayah ini adalah
sebagai berikut :
1. Belum adanya rumusan penggunaan tehnologi apa dan bagaimana yang akan dipakai dalam zoning wilayah. Hal ini berkaitan dengan
kebijakan pemerintah baik pusat dan daerah tentang pemilihan jenis
tehnologi apa dan bagaimana menggunakannya dalam zoning wilayah.
2. Masih lemahnya kapasitas khususnya kualitas SDM baik pada tingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah. Hal ini berkaitan dengan tingkat pemahaman para SDM
tentang bagaimana menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah di tingkat
Provinsi, Kabupaten dan Kota serta implementasinya yang masih tidak
sesuai dengan rencana yang dibuat.
3. Masih lemah atau belum optimalnya Pengawasan dan penegakan hukum tentang penataan ruang. Hal ini berkaitan dengan peran unsur
pengawas baik ditingkat Provinsi, Kabupaten dan Kota dibidang Penataan
7
Ruang secara berjenjang serta penegakan hukum baik oleh Polri maupun
Penyidik Pegawai Negeri Sipil di ligkungan Kementerian PU ataupun pada
level Provinsi, Kabupaten dan Kota.
4. Lemahnya sinergitas Kementerian terkait dan lembaga maupun Pemda otonom terhadap zoning wilayah atau penataan ruang . Hal ini
berkaitan dengan seringnya terjadi arogansi setiap kementerian ataupun
lembaga yang memiliki unsur pelaksana di daerah seperti misalnya
Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, BPN dan Pemda Provinsi,
Kabupaten dan Kota yang tidak sinkron. Kondisi ini dapat mengakibatkan
terjadi kelambatan dalam penyusunan rencana tata ruang Provinsi,
Kabupaten dan Kota atupun sulitnya zoning wilayah. Hal lain yang berkaitan
dengan sinergitas ini adalah pemberian ijin suatu ruang tertentu untuk
kepentingan lain yang tidak sesuai dengan fungsinya seperti lahan sawah
atau ruang terbuka hijau untuk industri, perumahan dan perkantoran. Hal
lain adalah perluasan suatu zoning wilayah atau ruang tertentu seperti
perluasan ruang untuk hutan oleh Pemda atau Kementerian Kehutanan
secara arogansi, sehingga dapat menimbulkan konflik baik antar pemerintah
dan dengan masyarakat.
5. Posisi geografis Indonesia yang berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng tektonik yang rawan bencana. Hal ini berkaitan dengan
sering terjadinya bencana alam yang tentu saja relatif sulit untuk diprediksi,
sehingga dapat menimbulkan kerugian baik phisik maupun non phisik relatif
besar, misalnya bencana gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir,
tanah longsor dan lain-lain.
V. Pokok-Pokok Pemecahan Persoalan.
1. Kebijakan.Untuk mewujudkan kontribusi teknologi dalam zoning wilayah
guna ketahanan pangan dalam rangka kemandirian bangsa, maka
kebijakan yang dirumuskan dalam KKA ini adalah “Terbentuknya rencana tata ruang wilayah dan zoning wilayah seluruh Pemda se Indonesia yang didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi modern”.
8
2. Strategi.Untuk mewujudkan kebijakan di atas maka strategi yang ditempuh
adalah :
a. Perumusan penggunaan ilmu pengetahuan dan tehnologi apa dan
bagaimana yang akan dipakai atau diterapkan dalam zoning wilayah
dengan menyesuaikan perkembangan.
b. Meningkatkan kualitas SDM baik pada tingkat Provinsi, Kabupaten
dan Kota dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah.
c. Mengoptimalkan peran pengawasan dan penegakan hukum tentang
rencana penataan ruang wilayah.
d. Memperkuat sinergitas Kementerian terkait dan lembaga maupun
Pemda otonom dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah.
e. Meningkatkan kesadaran geografis atau ruang Indonesia yang
berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng tektonik dan rawan
bencana.
3. Upaya.
Upaya strategi-1; Perumusan penggunaan ilmu pengetahuan dan tehnologi
apa dan bagaimana yang akan dipakai atau diterapkan dalam zoning
wilayah dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan.
a. Pemerintah Pusat maupun daerah menggunakan data yang
dikeluarkan oleh satu badan yaitu Badan Informasi Geopasial, dimana
pengumpulan data untuk membuat peta rupabumi Indonesia sudah
melalui informasi dari berbagai perkembangan ilmu pengetahuan seperti
satelit, pesawat udara, survey darat, survey laut.
b. Pemerintah Pusat dan Badan Informasi Geopasial merumuskan
penggunaan tehnologi seperti spaceborne SAR dan OPTIK, kapal
survey, airborne OPTIC dan LIDAR, ground survey seperti GPS, ETS
dan Grafity. Data yang diperoleh tersebut dilakukan konpilasi data,
sistem pengolahan data, sistem penyajian data dan sistem desiminasi
data.
9
c. Pemerintah pusat maupun daerah menggunakan informasi
geopasial baik yang berupa basic Geopasial Information (bGI) maupun
thematic Geopasial Information (tGI) dan informasi geopasial yang
sudah diolah dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan
kebijakan, keputusan dan atau kegiatan yang berkaitan atau
berhubungan dengan pembuatan rencana tata ruang wilayah atau lebih
sederhananya Badan Informasi Geopasial menyediakan peta atau
informasi spasial digital.
d. Pemerintah pusat maupun daerah menggunakan kemajuan
tehnologi terkini dalam mempublikasikan rencana tata ruang wilayah
maupun zoning wilayah mereka seperti melalui website atau portal dan
jejaring sosial yang ada seperti twitter, facebook maupun youtobe.
Penggunaan media online ini sebagai upaya memudahkan publik
mengakses berbagai informasi publik yang berkaitan dengan tata ruang
maupun zoning wilayah, kecuali informasi yang dikecualikan dapat
diajukan melalui proses permohonan tertulis.
e. Pemerintah pusat, daerah, Badan Informasi Geopasial dan Badan
Metereologi dan Geofisika menggunakan tehnologi terkini dan yang
terintegrasi sebagai cara untuk mendeteksi secara dini adanya
kemungkinan berbagai bencana dan memberikan early warning kepada
masyarakat luas.
Upaya strategi-2; Meningkatkan kualitas SDM baik pada tingkat Provinsi,
Kabupaten dan Kota dalam menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah
maupun pengetahuan masyarakat.
a. Pemerintah pusat dengan Kementerian yang terkait memberikan
kesadaran sejak dini kepada seluruh warga negara Indonesia tentang
geografi Indonesia sebagai ruang dan alat juang mereka dengan segala
kelebihan atau peluang maupun kekurangan atau kendala yang ada
didalamnya.
b. Pemerintah pusat maupun daerah serta Badan Nasional Pengelola
Perbatasan melakukan sosialisasi UU No. 43 Tahun 2008 tentang
Wilayah Negara Indonesia yang terdiri dari beribu pulau dengan
10
kondisinya seperti keanekaragaman hayati, sebagai perlintasan kapal
internasional, merupakan pertemuan tiga lempeng tektonik, potensi
minyak dan gas serta mineral lainnya.
c. Kementerian Dalam Negeri, PU, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/
Kota melakukan program pendidikan dan pelatihan terhadap SDM yang
ada di tiap-tiap Provinsi dan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab
terhadap pembuatan rencana tata ruang wilayah masing-masing.
d. Pemerintah pusat melakukan assistensi kepada pemerintah daerah
seperti menurunkan Konsultan Mananjemen Regional (KMR) maupun
Tim Pendamping Daerah (TPD) sebagai upaya mempercepat
penyelesaian penyusunan RTRW masing-masing daerah.
Upaya Strategi-3; Mengoptimalkan peran pengawasan dan penegakan
hukum tentang rencana penataan ruang wilayah.
a. Pemerintah pusat melakukan pengawasan kepada pemerintah
Provinsi, Kabupaten/ Kota dan seterusnya secara berjenjang sesuai
kewenangan masing-masing melalu proses pemantauan, evaluasi dan
pelaporan.
b. Pemerintah Pusat maupun Provinsi dalam proses pengawasan ini
melibatkan peran masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat dalam
bentuk pelaporan atau pemberian informasi khususnya jika ada
pelanggaran penggunaan tata ruang baik oleh pemerintah sendiri
maupun oleh perusahaan tertentu.
c. Pemerintah pusat melakukan pemotongan dana infrastruktur
Provinsi, Kabupaten dan Kota jika ada keterlambatan dalam perumusan
RTRW masing-masing.
d. Pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/ Kota membentuk dan
kemudian melakukan pendidikan dan pelatihan baik kepada anggota Polri
sebagai penyidik maupun Penyidik Pegawai Negeri Sipil di tiap-tiap
Provinsi, Kabupaten/ Kota sebagai upaya penegakan hukum peraturan
perundang-undangan penataan ruang.
11
e. Pemerintah pusat, Provinsi, Kabupaten dan Kota secara berjenjang
meningkatkan kesadaran akan kualitas lingkungan hidup masing-masing
khususnya berkaitan dengan penggunaan atau ekploitasi ruang SDA
yang berlebihan.
Upaya Strategi-4; Memperkuat sinergitas Kementerian terkait dan lembaga
maupun Pemda otonom dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah.
a. Pemerintah pusat yang dapat diwakili oleh Kementerian
Koordinator maupun Kementerian PU ataupun Bappenas mengkoordi-
nasikan dan mensinergikan Kementerian terkait dengan urusan ruang
ataupun lahan seperti kementerian kehutanan, pertanian, Badan
Pertanahan Nasional dengan Pemda Provinsi, Kabupaten dan Kota
dalam menyusun maupun merevisi rencana tata ruang wilayah masing-
masing.
b. Pemerintah pusat berupaya menghindarkan konflik atau menjadi
mediator karena adanya arogansi kementerian/ lembaga tertentu dalam
penggunaan lahan baik dalam proses pemberian ijin (pengurangan
lahan) maupun perluasan lahan seperti misalnya perluasan lahan hutan
yang bisa menimbulkan konflik antara pemerintah Provinsi dengan
Kabupaten/ Kota maupun dengan masyarakat disekitar lahan hutan
tersebut.
c. Pemerintah pusat membuat sistem intsentif atau reward kepada
pemerintah Provinsi, Kabupaten/ Kota, antar pemerintah daerah maupun
kelompok warga masyarakat yang memperhatikan keberlangsungan
penggunaan tata ruang sesuai rencana yang dibuat.
Upaya Startegi-5; Meningkatkan kesadaran geografis atau ruang Indonesia
yang berada pada kawasan pertemuan tiga lempeng tektonik dan rawan
bencana.
a. Pemerintah pusat maupun Pemda melalui lembaga pendidikan,
secara dini memberikan pemahaman kepada warga negara tentang
posisi geografi/ wilayah Indonesia yang berada pada lempeng tektonik
yaitu Indian Ocean-Australian Plate, West Pasific Plate dan South East
Asian Plate. Kemudian juga dipenui oleh jalur gempa duia maupun
12
beberapa tempat sebagai wilayah yang berpotensi tsunami apabila
terjadi gempa bumi.
b. Pemerintah pusat, Kementerian terkait dan Pemda dalam membuat
RTRW baik kepulauan, Provinsi, Kabupaten dan Kota sudah berisi zona
wilayah yang rawan bencana.
c. Pemerintah pusat, Kementerian terkait dan Pemda menggunakan
tehnologi yang terpadu serta terintegrasi untuk mencapai kedaya-
gunaan dan keefektifan sebagai sistem early detection maupun early
warning kepada masyarakat.
d. Kementerian pendidikan dan kebudayaan dan Pemda bersama-
sama masyarakat musisi menciptakan lagu-lagu ataupun produk
budaya lainnya yang menumbuhkan kesadaran akan ruang/ wilayah
geografi Indonesia.
e. Pemerintah pusat maupun kementerian terkait dan Pemda
melakukan ekpedisi geografi secara rutin bagi sekolah-sekolah maupun
kelompok mahasiswa, pemuda dan komunitas lainnya.
f. Pemerintah pusat maupun Pemda harus betul-betul memperhatikan
bahwa setiap produk RTRW masing-masing sudah mengandung aspek
mitigasi bencana maupun adaptasi perubahan iklim.
Jakarta, 17 Agustus 2012.
Peserta PPRA XLVIII/ 2012,
Zulkarnain.Nomor ururt absen : 82
Lampiran :
1. Alur Pikir.2. Pola Pikir.
13