UTS Sejarah Arsitektur Timur

13
Uma Bokulu Kelompok : Wisesa Abadi ( 441201754 ) Alip Sofyan ( 441201698 )

description

Tugas UTS sejarah arsitektur timur

Transcript of UTS Sejarah Arsitektur Timur

Page 1: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Uma Bokulu

Kelompok :Wisesa Abadi ( 441201754 )Alip Sofyan ( 441201698 )

Page 2: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Sumba adalah sebuah pulau di kawasan timur Indonesia, adalah salah satu dari Kepulauan Sunda Kecil, dan di provinsi Nusa Tenggara Timur. Menurut mitos Sumba kuno, ketika rumah leluhur pertama dibangun pada bola langit kedelapan / muka bumi ini, atap ditutupi oleh rambut manusia asli yang diambil selama berburu kepala atau peperangan antar suju. Dijaman sekarang daun lering kelapa disimboliskan menggantikan rambut manusia tersebut.Pulau Sumba merupakan salah satu dari gugusan pulau-pulau di Propinsi Nusa

Tenggara Timur. Secara geografis, Pulau Sumba berada pada 9⁰-10⁰ LS dan 119⁰-120⁰ BT dengan luas pulau ±11.153 km². Posisi Pulau Sumba berada di sebelah selatan Pulau Flores dan Pulau Sumbawa serta berada di sebelah utara benua Australia. Panta selatan dan barat Pulau Sumba merupakan lautan lepas Samudera Hindia sedangkan sebelah timur merupakan laut Sawu.

Page 3: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Uma bokulu  berbentuk rumah panggung. Rumah ini dibangun dari bahan-bahan alami. Lantai dan kerangka dari bambu. Atapnya dari  rumput ilalang atau jerami. Kekuatan bangunan ini terletak pada 4 tiang utama berupa batang kayu gelondongan ukuran raksasa yang disebut kambaniru ludungu . Di sekitar tiang utama terdapat 36 tiang pendukung yang disebut kambaniru.

Uma Bokulu dibangun secara bergotong-royong melalui serangkaian upacara adat. Untuk membangun rumah besar tidak dipergunakan paku, tetapi dengan tali rotan. Saat memasang atap ilalang, mereka tidak boleh istirahat makan sebelum penutupan atap selesai.

Tim Peneliti Universitas Widya Mandira, 1992

Page 4: UTS Sejarah Arsitektur Timur

- Bagian bawah, digunakan sebagai kandang hewan-hewan peliharaan.- Bagian tengah, digunakan sebagai tempat tinggal keluarga.- Bagian atas, digunakan untuk menyimpan makanan dan persembahan bagi Dewa Merapu.

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 17, 2005

Page 5: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Masyarakat Sumba juga mempercayai bahwa dunia terbagi ke dalam 7 lapisan yang kemudian tergambarkan pada 7 lapis ikatan gording yang terdapat pada menara.

Bumi menurut mereka terbagi menjadi 6 lapisan dan diwujudkan dalam tata ruang rumah adatnya, yaitu :1.         Uma dalo        : loteng tempat menyimpan bibit dan bahan makanan2.         Pedambahano  : loteng panas di atas perapian3.         Pedalolo          : loteng tempat menyimpan makanan sehari-hari4.         Katendeng      : tahta untuk duduk dan tidur penghuni rumah5.         Tabolo             : balai pertemuan6.         Katonga tana  : balai untuk pijakan kaki sebelum memasuki rumah

Masyarakat Sumba dengan rumah atap menara yang menjulang tinggi, dibangun di kampung adat diyakini bahwa semakin tinggi atap rumah semakin dekat dengan Sang Ilahi.

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lemlit USAKTI 17, 2005

Page 6: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Menara ini merupakan tempat khusus para marapu, arwah leluhur , dan arwah sanak keluarga yang telah meninggal. Di bagian ini, arca-arca marapu leluhur, alat-alat perhiasan penghuni rumah, dan benda-benda warisan disimpan. Pada bagian ini pula, makanan pilihan disimpan untuk dipersembahkan kepada marapu.

Tinggi menara Uma Bokulu mencapai 20 meter bahkan dapat lebih. Pada bagian puncaknya terdapat balok kayu yang kedua ujungnya berupa patung ukiran kayu yang menyimbolkan perempuan dan laki-laki. Kerangka atap berupa bambu bulat dan penutup atap menggunakan rumput ilalang atau jerami. Material penutup atap ini dipasang dengan metode ikat, yaitu dengan menggunakan tali rotan. Kerangka setinggi itu dapat berdiri kokoh karena disangga oleh empat buah tiang utama di bawahnya, yang berada pada badan hingga kolong rumah.

 http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/25/mengintip-pembuatan-rumah-adat-sumba

Page 7: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Uma Bokulu merupakan rumah adat berbentuk rumah panggung. Badan rumah ini berperan sebagai lantai kedua dari bangunan, tepatnya di atas kolong bangunan. Kekuatan bangunan ini terletak pada empat tiang utama berupa batang kayu gelondongan berukuran raksasa yang disebut dengan kambaniru ludungu. Susunan keempat tiang ini berhubungan dengan batang-batang bambu sebagai balok membentuk struktur post and lintel. Antara tiang kayu dengan batang-batang bambu ini disambungkan dengan sambungan pasak tanpa bantuan paku sama sekali. 

Keempat tiang utama membentuk sebuah ruang yang digunakan sebagai dapur dan diletakkan meja makan di bagian depannya. Oleh penghuninya, asap yang dikeluarkan dari aktivitas di dapur tetap dijaga mengepul karena bertujuan untuk mengawetkan material pembentuk rumah ini. sementara itu, di sekitar tiang utama terdapat 36 tiang pendukung yang disebut dengan kambaniru.

http://sosbud.kompasiana.com/2011/10/25/mengintip-pembuatan-rumah-adat-sumba

 Materi Kuliah Arsitektur Nusantara dan Asia AR2131 ITB

Page 8: UTS Sejarah Arsitektur Timur

A : Rapu atau perapian dengan 3 batuB : Penalunu, area priaC : Kerihanuangu, area wanita tempat mencuci

peralatan memasakD : Bina penalunu, pintu untuk kaum priaE : Bina kerihanuangu, pintu untuk kaum wanitaF : Hadoka, bagian depan rumah – formalG : Halibar, bagin belakang rumah – informal, tempat

membersihkan jenasah saat upacaraH : Hedang kabala mata, bale-bale tempat menerima tamuI : Pani deha, bale-bale dalam rumahJ : Pajalu, kendi atau gerabah tempat air bersihK : Korung, ruang tidur (suami-istri)L : Lenang erihanuangu, beranda/teras untuk kaum wanitaM : Lenang penalunu, beranda untuk kaum pria – formalN : Keripani, tempat untuk menunggu ketika Rato berdoaO : Hedang, tempat untuk menyimpan peralatan memasak

Page 9: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Detail Pondasi dengan Join Sendi

Tahapan pembangunan atap rumah adat sumba barat :

Sistem pembebanan

Page 10: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Pola tata massa rumah Sumba diatur secara linier dan berada dalam  pagar batas dari susunan batu tanpa perekat/pengikat yang tingginya bervariasi. Memiliki satu atau dua pintu masuk yang disesuaikan dengan kondisi geografis dan aktifitasnya. setiap bangunan berorientasi pada sebuah ruang terbuka bersama yang digunakan sebagai area public atau dalam bahasa Sumba dikenal dengan istilah Natara, dimana pada area ini sering digunakan sebagai salah satu tempat upacara/ritual adat atau sebagai tempat meletakkan batu kubur.

paraimajangga.blogspot.com.jpghttpwww.lomboktravelagent.com

Page 11: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Kaum perempuan di Sumba Timur umumnya mempunyai keahlian membuat kain tenun. Keahlian itu mereka peroleh melalui pendidikan praktis di lingkungan keluarganya secara turun-temurun, dengan masa belajar bertahun-tahun, penuh kesungguhan dan ketekunan. Selain itu, untuk menghasilkan sehelai kain yang bermutu mereka harus memiliki daya imajinasi dan intuisi yang kuat. Hal itu disebabkan seluruh pola dan disain dari kain itu hanya direkam dalam ingatan saja.

Ketika membuat disain kain tenun ada beberapa prinsip yang secara tetap menunjukkan suatu

keseluruhan yang terstruktur. Prinsip-prinsip ini sejalan dengan prinsip - prinsip formal yang juga mengatur segala aspek kehidupan masyarakat

Sumba Timur. Prinsip pertama ialah pengaturan komposisi yang membagi permukaan kain tenun menjadi

tiga bidang, yaitu satu bidang pusat dan dua bidang akhir (atas dan bawah) yang berisikan rancangan sama tetapi terletak pada arah berlawanan secara simet ris. Apabila kain itu digantung pada bagian tengahnya, maka kedua bidang akhir masing-masing menghadap ke satu arah, sedangkan bidang pusat menghadap kedua arah. Dapat dikatakan bahwa dalam sehelai kain terdapat satu pasangan yang berlawanan tapi serupa pada bidang akhir, dan ditambah satu bidang pusat yang bersifat “bermuka dua’ (netral, ambivalen). Sifat ambivalen itu menunjukkan bahwa bidang pusat mempunyai hubungan yang sama dengan bidang-bidang lainnya. Prinsip kedua dalam pengaturan komposisi pada kain tenun ialah prinsip bayangan dalam cermin (mirror image). Untuk busana resmi, khususnya bagi laki-laki, ada dua helai kain yang dikenakan, yaitu yang dikenakan secara horizontal di pinggang, dan yang dikenakan secara vertikal di pundak. Setiap kain akan mempunyai dua muka yang identik, yaitu pada bagian kiri dan kanan. Baik bagian atas maupun bagian bawah akan membentuk setengah lingkaran atau lekukan pada bidang tengahnya, sedangkan disain pada bidang-bidang akhir akan saling berhadapan. Sehingga kedua kain itu, walaupun berbeda cara pemakainnya, tetapi mempunyai karakteristik yang sama. Hal itulah yang dimaksud dengan prinsip bayangan dalam cermin.

Page 12: UTS Sejarah Arsitektur Timur

Prinsip ketiga dalam pengaturan komposisi pada kain tenun ialah penggunaan angka-angka yang paling disukai masyarakat dalam mengklasifikasikan atau menilai sesuatu. Angka-angka atau hilangan-bilangan itu ialah 2, 4, 8, dan 16 (2 x 8). Bilangan dua mempunyai arti penting dalam konsep bayangan dalam cermin, bilangan empat mempunyai arti penting dalam pengaturan kehidupan sosial, bilangan delapan merupakan bilangan yang dianggap sempurna, terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan upacara-upacara keagamaan, dan bilangan enam belas menandakan pada hal-hal yang sangat istimewa (biasanya yang bersangkutan dengan keagamaan, raja, dan alam gaib). Masyarakat Sumba Timur percaya bahwa segala aturan yang mengatur kehidupan mereka ditetapkan oleh delapan marapu (arwah nenek moyang yang didewakan) yang kini dipuja di delapan rumah pe mujaan yang tersebar di berbagai daerah di Sumba Timur. Konsepsi masyarakat Sumba Timur mangenai alam semesta menunjukkan hubungan bilangan antara dua kali delapan. Menurut pandangan mereka, langit (alam atas) terdiri dari delapan tingkat yang disebut Awangu walu-ndani, bumi dan laut (alam bawah) terdiri dari delapan lapis yang disebut Tana walu ndawa, sedangkan tanah yang ditempati manusia (alam tengah) merupakan pusat yang disebut Ina tanangu - Ama lukungu.

Pulau sumba ternyata kaya dengan ragam budaya berupa tradisi warisan leluhur bernilai tinggi seperti ritual pasola yang diselenggarakan setiap Februari dan Maret. Ritual ini terdiri dari dua kubu, semua pria menunggang kuda dengan lembing di tangan. Mereka berhadap-hadapan, melarikan kuda sekencang-kencangnya sambil berlemparan lembing.

Page 13: UTS Sejarah Arsitektur Timur