usu askep

6
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks keperawatan, perawat harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi klien adalah nyeri. Nyeri merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry, 2001). Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International Association for the Study of Pain, IASP) mengatakan bahwa “Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan” (IASP, 1979 dalam Potter, 2005). Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan utama orang mencari bantuan perawatan kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang merasa tertekan atau menderita akan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri Universitas Sumatera Utara

description

gl

Transcript of usu askep

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

    Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Kebutuhan rasa nyaman

    ini dipersepsikan berbeda pada setiap orang. Ada yang mempersepsikan bahwa

    hidup terasa nyaman bila mempunyai banyak uang. Ada juga yang indikatornya

    bila tidak ada gangguan dalam hidupnya. Dalam konteks keperawatan, perawat

    harus memperhatikan dan memenuhi rasa nyaman. Gangguan rasa nyaman yang

    dialami klien diatasi oleh perawat melalui intervensi keperawatan. Kondisi

    ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi klien adalah nyeri. Nyeri

    merupakan sensasi ketidaknyamanan yang bersifat individual. Klien merespon

    nyeri yang dialaminya dengan beragam cara, misalnya berteriak, meringis, dan

    lain-lain. Oleh karena nyeri bersifat subjektif, maka perawat mesti peka terhadap

    sensasi nyeri yang dialami klien (Potter & Perry, 2001).

    Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (International Association

    for the Study of Pain, IASP) mengatakan bahwa Nyeri sebagai suatu sensori

    subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan

    kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam

    kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (IASP, 1979 dalam Potter, 2005).

    Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu.

    Nyeri merupakan alasan utama orang mencari bantuan perawatan kesehatan.

    Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling sering terjadi di bidang

    medis, nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit dipahami. Individu yang

    merasa tertekan atau menderita akan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri

    Universitas Sumatera Utara

  • yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang

    mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama

    menghasilkan respons atau perasaan yang identik pada seorang individu. Nyeri

    merupakan sumber penyebab frustasi, baik klien maupun bagi tenaga kesehatan

    (Brunner & Suddart, 2001).

    Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan yang hebat merupakan

    intervensi keperawatan utama yang memerlukan keterampilan seni dan

    pengetahuan keperawatan. Hal tersebut juga memerlukan konsep yang

    berhubungan dengan nyeri, pengumpulan data terapi, terapi yang bermanfaat dan

    juga memerlukan kepekaan dan empati. Salah satu usaha perawat mencari tahu

    apa yang dialami oleh pasien dan mengkomunikasikan asuhan yang akan

    diberikan. Perawat memerlukan pendekatan yang sistematis (proses keperawatan)

    pada pasien yang menderita nyeri (Barbara, 1996).

    Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama pasien yang

    mengalami nyeri dibanding tenaga profesional lainnya dan perawat mempunyai

    kesempatan untuk membantu menghilangkan nyeri dan efek yang

    membahayakan. Peran memberi perawatan primer adalah untuk mengidentifikasi

    dan mengobati nyeri. Perawat tidak hanya berkolaborasi dengan tenaga profesi

    lain tetapi juga memberi intervensi, dan bertindak sebagai advokat pasien saat

    intervensi tidak efektif. Selain itu, perawat berperan sebagai pendidik untuk

    pasien dan keluarga, mengajarkan mereka untuk penggunaan analgesik atau

    regimen pereda nyeri oleh mereka sendiri ketika memungkinkan (Brunner &

    Suddart, 2001).

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengkajian karakteristik umum nyeri membantu perawat membentuk

    pengertian pola nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri.

    Penggunaan instrumen untuk menghitung luas dan derajat nyeri bergantung

    kepada klien sadar secara kognitif dan mampu memahami instruksi perawat.

    Laporan tunggal klien tentang nyeri yang dirasakan merupakan indikator tunggal

    yang paling dapat dipercaya tentang keberadaan dan intensitas nyeri dan apapun

    yang berhubungan dengan ketidaknyamanan (NIH, 1986 dalam Brunner &

    Suddart, 2001).

    Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

    dirasakan individu. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling

    mungkin adalah menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri.

    Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat

    pengukur nyeri seperti visual analog, skala nyeri numerik, skala nyeri deskriptif

    atau skala nyeri Wong-Bakers untuk anak-anak (Tamsuri, 2007).

    Ekspresi wajah atau gerakan tubuh yang bahkan tidak terlalu kentara

    seringkali lebih menunjukkan karekteristik nyeri dari pada pertanyaan yang akurat

    misalnya, klien menangis atau mulai mengguling kekiri dan kekanan dan akan

    kembali dalam waktu interval teratur. Jumlah gerakan gelisah. klien dan gerakan

    untuk melindungi bagian yang nyeri meningkat seiring proses pengkajian. Sifat

    nyeri menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman, kemudian ia terus melawan

    rasa tidak nyaman tersebut atau menyerah, dan menarik diri dari masyarakat

    (Potter & Perry, 2005).

    Sasaran utama pasien pasca bedah orthopedi adalah pengurangan

    nyeri. Nyeri sangat hebat akan dialami pasien pasca bedah ORIF, edema,

    Universitas Sumatera Utara

  • hematoma, dan spasme otot merupakan penyebab nyeri yang dirasakan. Beberapa

    pasien mengatakan bahwa nyeri hebat dirasakan setelah pembedahan, dan akan

    hilang setelah hari ke tiga atau empat pasca pembedahan. Tingkat dan respon

    nyeri pasien pasca bedah perlu dipantau ketat, agar penambahan intensitas dan

    komplikasi nyeri tidak terjadi. Nyeri yang terus bertambah dan tak terkontrol

    perlu dilaporkan ke dokter bedah untuk dievaluasi (Brunner & Sudart, 2001).

    Berdasarkan data dari hasil survei awal peneliti di Rumah Sakit

    Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, pasien dengan bedah orthopedi memilki

    angka tertinggi kedua setelah bedah digestive. Ibu R, petugas di Ruang Rekam

    Medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan menyatakan bahwa:

    Setiap Bulannya di 1 tahun terakhir ini pasien yang diberikan

    tindakan pembedahan digestive meningkat dan pembedahan Orthopedi

    menempati urutan kedua setelahnya dengan penambahan angka kejadian yang

    melonjak dari dua tahun sebelumnya.

    Pada akhir tahun 2009 didapatkan data bahwa jumlah pasien bedah

    Orthopedi sebanyak 385 jiwa, yang didalamnya termasuk 136 jiwa, pasien yang

    diberikan tindakan bedah ORIF.

    Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka peneliti tertarik melakukan

    penelitian mengenai intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien pasca bedah ORIF

    di RSUP Haji Adam Malik Medan.

    2. Tujuan Penelitian

    2.1 Mengkaji intensitas nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di Rumah Sakit

    Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.2 Mengkaji tingkah laku nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di Rumah

    Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

    3. Pertanyaan Penelitian

    3.1 Berapa intensitas nyeri yang dialami pasien pasca bedah ORIF di Rumah

    Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

    3.2 Bagaimana tingkah laku nyeri pada pasien pasca bedah ORIF di Rumah

    Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

    4. Manfaat Penelitian

    4.1 Bagi Praktek Keperawatan

    Karena sasaran intervensi keperawatan pada pasien pasca bedah ORIF

    adalah pengurangan nyeri, maka hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

    informasi bagi perawat untuk menentukan intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada

    pasien pasca bedah ORIF yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pemantauan

    nyeri dan pembenahan konsep diri pasien pasca bedah ORIF, baik dalam

    pemberian terapi farmakologi atau terapi nonfarmakologi yang disediakan.

    4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

    Hasil penelitian ini berupa data objektif dan subjektif dari pasien pasca

    bedah ORIF, maka akan dapat menjadi pengkajian awal bagi mahasiswa sebagai

    bahan dasar dalam pembentukan intervensi keperawatan untuk menurunkan

    intensitas nyeri dan manajemen perilaku nyeri pasien pasca bedah ORIF.

    4.3 Bagi Penelitian Keperawatan

    Hasil penelitian ini merupakan pengkajiaan awal tentang intensitas

    nyeri dan perilaku nyeri pada pasien pasca bedah ORIF, maka akan dapat

    Universitas Sumatera Utara

  • digunakan sebagai sumber data dalam pelaksanaan peneliti selanjutnya berkaitan

    dengan intervensi keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien pasca bedah

    ORIF.

    Universitas Sumatera Utara