kesling puskesmas usu

35
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 2.2. Manajemen Puskesmas Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006). 1. Perencanaan Puskesmas Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan. Universitas Sumatera Utara

Transcript of kesling puskesmas usu

Page 1: kesling puskesmas usu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat

pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dan

memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah

kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991).

Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas

pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.

Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan

Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

2.2. Manajemen Puskesmas

Manajemen puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan

yang bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang efisien dan

efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan,

pengendalian serta pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas

merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI,

2006).

1. Perencanaan Puskesmas

Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan kecamatan sehat 2010. Dalam

perencanaan puskesmas hendaknya melibatkan masyarakat sejak awal sesuai

kondisi kemampuan masyarakat di wilayah kecamatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 2: kesling puskesmas usu

Pada dasarnya ada 3 langkah penting dalam penyusunan perencanaan yaitu : (a)

identifikasi kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas

pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan, (b) identifikasi potensi

sumber daya masyarakat dan provider, dan (c) menetapkan kegiatan-kegiatan

untuk menyelesaikan masalah.

Hasil perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun

yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas

(BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia

selanjutnya puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Proses

perencanaan dapat menggunakan instrumen Perencanaan Tingkat Puskesmas

(PTP) yang telah disesuaikan dengan kondisi setempat atau dapat memanfaatkan

instrument lainnya.

2. Penggerakkan Pelaksanaan

Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih

rinci dari rencana pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan

pelaksanaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri

dari :

a. Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan

bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan puskesmas dengan melibatkan

lintas program intern puskesmas.

b. Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan

monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: kesling puskesmas usu

Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra yang lain puskesmas

sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal kegiatan.

3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian

Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian

diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah dikembangkan di

puskesmas adalah:

a. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

b. Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.

2.3. Penyakit Berbasis Lingkungan

Lingkungan tidak mungkin mampu mendukung jumlah kehidupan yang tanpa

batas dengan segala aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu

lagi mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai kesulitan.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak pada kualitas daya

dukung lingkungan, yang pada akhirnya akan merusak lingkungan itu sendiri.

Eksploitasi sumberdaya yang berlebihan akan berdampak buruk pada manusia

(Anies, 2006).

Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah lama

disadari, seperti dikemukakan Blum dalam Planing for health, development and

applicationof social change theory, bahwa factor lingkungan berperan sangat besar

dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi kesehatan

masyarakat yang buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh

lingkungan yang buruk (Anies, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: kesling puskesmas usu

Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara

kuman dengan manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host kemudian

berpindah kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan

lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit berbasis

lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar masyarakat Indonesia.

Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi lingkungan yang buruk seperti ISPA,

diare, DBD, Malaria dan penyakit kulit (Depkes RI, 2002).

2.3.1. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari,

yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah mulai dari hidung sampai

gelembung paru beserta organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah

dan selaput paru (Depkes RI, 2001).

ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia, hemophilhillus

influenza, asap dapur, sirkulasi udara yang tidak baik, tempat berkembang biaknya

disaluran pernapasan, ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi

dengan bakteri ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk kesaluran

pernafasannya (Depkes RI, 2001).

ISPA dapat dicegah dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan

membuka jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah seperti asap

dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar tidur, menjaga kebersihan

rumah dan lingkungan sekitarnya (Depkes RI, 2001).

2.3.2. Diare

Universitas Sumatera Utara

Page 5: kesling puskesmas usu

Diare adalah buang air besar lembek sampai encer yang lebih dari 3 kali

dalam satu hari. Diare dapat disebabkan oleh bakteri/virus seperti : Rotavirus,

Escherrichia Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni,

Cryptospondium (Depkes RI, 2001).

Diare karena bakteri Escherrichia Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri

E.Coli , tempat berkembang biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara

penularan melalui makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa

oleh lalat yang hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan, melalui minum air

yang terkontaminasi bakteri E.Coli yang tidak dimasak sampai mendidih, melalui

tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli karena sudah buang air besar tidak

mencuci tangan dengan sabun (Depkes RI, 2001).

Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara lain : menutup makanan agar

tidak dihinggapi lalat, tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan dengan

sabun sebelum menyiapkan makanan dan setelah buang air besar, mencuci bahan

makanan dengan air bersih, memasak air sampai mendidih dan menggunakan air

bersih yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2001).

2.3.3. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh

nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang dalam darahnya mengandung

virus Dengue bila digigit nyamuk akan terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk

dan berkembang biak, kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah

satu minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat akan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: kesling puskesmas usu

menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh nyamuk sehingga

dapat menularkan kepada orang sehat lainnya (Depkes RI, 2001).

Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di dalam dan di luar rumah seperti

ember, drum, tempayan, tempat penampungan air bersih, vas bunga, kaleng bekas

yang berisi air bersih bak mandi, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,

tempurung kelapa, potongan bambu yang dapat menampung air (Depkes RI, 2001).

Upaya praktis yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan

pemberantasan penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) :

1. Menguras tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum, gantilah air di vas

bunga serta di tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.

2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan tempayan agar nyamuk

tidak dapat masuk dan berkembang biak.

3. Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng

bekas, ban bekas, botol bekas.

4. Tutuplah lubang pagar pada pagar bambu dengan tanah atau adukan semen.

5. Jangan meletakkan pakaian digantungan di tempat terbuka misalnya di belakang

pintu kamar agar nyamuk tidak hinggap.

6. Untuk tempat penampungan air yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam

genangan air tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi hal ini

setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10 liter air cukup

dengan 1 gram bubuk abate.

7. Perlindungan diri terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan anti

nyamuk dan memakai kelambu yang diberi intektisida pada saat tidur.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: kesling puskesmas usu

2.3.4. Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus

Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya melalui vector

nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening, lemas, pucat, nyeri otot,

menggigil, suhu bias mencapai 40ºC terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum.

Di Indonesia terdapat 4 spesies Plasmodium yaitu (Achmadi 2008) :

1. Plasmodium vivax, memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah

beriklim dingin, subtropik hingga daerah tropic. Demam terjadi setiap 48 jam atau

setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi Plasmodium vivak

antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala adalah pembengkakan limpa atau

splenomegali.

2. Plasmodium falciparum, merupakan penyebab malaria tropika secara klinik berat

dan dapat menimbulkan berupa malaria cerebral dan fatal. Masa inkubasi malaria

tropika sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala, pegal linu, demam tidak begitu

nyata serta kadang dapat menimbulkan gagal ginjal.

3. Plasmodium ovale, masa inkubasi malaria dengan penyebab Plasmodium ovale

adalah 12 hngga 17 hari, dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh

sendiri.

4. Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria guartana yang memberikan

gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya terdapat pada daerah

gunung dataran rendah pada daerah tropic. Biasanya berlangsung tanpa gejala

dan ditemukan secara tidak sengaja namun malaria jenis ini sering mengalami

kekambuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: kesling puskesmas usu

Beberapa faktor ligkungan sangat berperan dalam berkembangbiaknya

nyamuk sebagai vector penular malaria, faktor-faktor tersebut antara lain, lingkungan

fisik seperti suhu udara, suhu udara mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi

ekstrinsik yaitu pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk. Kelembaban udara

yang rendah, akan memperpendek umur nyamuk, hujan yang diselingi panas semakin

besar kemungkinan perkembangbiakannya (Achmadi, 2008).

Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam ikan yang

tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang terisi air hujan, batang bambu

yang dapat menampung air hujan, kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung

air hujan serta saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001).

Lingkungan biologi juga berperan dalam perkembangbiakan vector penular

malaria, misalnya ada lumut, ganggang berbagai tumbuhan air yang membuat

Anopheles sundaicus merasa nyaman untuk membesarkan anak keturunannya berupa

telur dan larva (Achmadi, 2008).

Penyakit malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit dan

menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh manusia masuk ke

dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan

menjadi matang dalam waktu 10-14 hari, setelah parasit matang, jika nyamuk

menggigit manusia sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam tubuh orang

yang sehat, maka orang yang sehat akan menjadi sakit (Depkes RI, 2001).

Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk seperti

menyebarkan ikan pemakan jentik, membersihkan semak belukar di sekitar rumah,

mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan, membersihkan

Universitas Sumatera Utara

Page 9: kesling puskesmas usu

tempat air minum burung dan vas bunga secara teratur, menimbun atau mengalirkan

air yang tergenang, membersihkan tambak, empang serta saluran irigasi dari

tumbuhan air (Depkes RI, 2001).

Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan memasang kasa nyamuk dan

jendela, memasang kelambu yang berinsektisida waktu tidur pada malam hari,

menggunakan anti nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup seluruh

badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001).

2.3.5. Penyakit Kulit

Penyakit kuliat atau sering disebut dengan kudis/scabies/gudik/budukan yang

disebabkan oleh tungau atau sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes Scabies),

tempat berkembangbiaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan membuat terowongan

dibawah kulit sambil bertelur.

Penularannya dapat melalui kontak langsung dengan penderita dan dapat pula

ditularkan melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan penderita

kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat dilakukan dengan

menghindar menukar baju, handuk, lingkungan tidak terlalu padat, menjaga

kebersihan lingkungan dan personal hygiene (Depkes RI, 2001).

2.4. Upaya Kesehatan Lingkungan

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan

lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status

kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2007).

Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan lingkungan adalah untuk

menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga

Universitas Sumatera Utara

Page 10: kesling puskesmas usu

faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit

menular dimasyarakat (Muninjaya, 2004).

Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk

menciptakan lingkungan sehat telah dipilih beberapa indikator, yaitu persentase

rumah sehat, persentase keluarga yang memiliki akses air bersih dan air minum,

jamban sehat, saluran pembuangan air limbah, tempat pembuangan sampah serta

Tempat-Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TTUPM). Beberapa upaya untuk

memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai

instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar, pemantauan dan penataan

lingkungan, pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan (Dinkes Dumai,

2008).

2.4.1. Perumahan

Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia.

Perumahan yang baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai

fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor, tempat sampah, sumber

air bersih, lampu jalan, dan lain-lain. Standar arsitektur bangunan terutama untuk

perumahan umum pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang

cukup baik dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas lainnya agar

dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal

yang sehat dan menyenangkan (Budiman, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: kesling puskesmas usu

Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential Environment

dari WHO (1974) antara lain :

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai tempat

istirahat.

2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan kamar mandi.

3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh, dan dapat melindungi penghuninya

dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri.

Sementara itu, kriteria rumah menurut Winslow antara lain :

1. Dapat memenuhi kebutuhan fisiologis.

Terdapat beberapa variabel yang perlu diperhatikan didalam pemenuhan

kebutuhan fisiologis yang berkaitan dengan perumahan, diantaranya :

a. Suhu ruangan. Suhu ruangan harus dijaga agar jangan banyak berubah. Suhu

sebaiknya tetap berkisar antara 18-20ºC. Suhu ruangan ini sangat dipengaruhi

oleh : suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara, suhu benda-

benda yang ada disekitarnya.

b. Penerangan. Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada siang

maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik.

Setiap ruangan diupayakan mendapat sinar matahari terutama dipagi hari.

c. Ventilasi. Pertukaran udara yang cukup menyebabkan udara tetap segar

(cukup mengandung oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 12: kesling puskesmas usu

jendela yang memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang dari 15% dari

luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat

mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.

d. Jumlah ruangan atau kamar. Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan

jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama didalam satu rumah

atau sekitar 5 m per orang.

2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.

Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang harus

dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah. Kebutuhan tersebut,

antara lain :

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa

keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga

yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang

tinggal dirumah tersebut.

c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus

memiliki ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima

tamu.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: kesling puskesmas usu

3. Dapat menghindarkan dari terjadinya kecelakaan atau kebakaran.

Ditinjau dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang sehat dan

aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut. Adapun kriteria

yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara lain :

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak

mudah runtuh.

b. Memiliki sarana pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-

tempat lain terutama untuk anak-anak.

c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar.

d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas.

e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.

4. Dapat menghindarkan dari terjadinya penularan penyakit.

Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya

penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti : infeksi saluran nafas,

infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan, kecelakaan, dan gangguan mental.

2.4.2. Penyediaan Air Bersih

Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama

hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah penduduk

dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air.

Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat

diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas

penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga akan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: kesling puskesmas usu

bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini

sumber air minum dan air bersih semakin langka (Soemirat, 2007).

Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih

harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang

terbatas memudahkan timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata kebutuhan

air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan air tersebut

bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan dan kebiasaan

masyarakat.

Bagi manusia air minum adalah salah satu kebutuhan utama, manusia

mengunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi

pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh

air kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air

minum/bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah penyakit bawaan air. Dengan

demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih,

semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini (Soemirat, 2007).

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara

langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air

disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease. Berdasarkan cara

penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi menjadi empat, yaitu :

1. Waterborne mechanism, didalam mekanisme ini, kuman patogen dalam air yang

dapat menyebabkan penyakit pada manusia ditularkan kepada manusia melalui

mulut atau sistem pencernaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: kesling puskesmas usu

2. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan

kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara

penularan, yaitu : (a) infeksi melalui alat pencernaan, (b) infeksi melalui kulit dan

mata dan (c) penularan melalui binatang pengerat.

3. Water-based mechanism, penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini

memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh

vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air.

4. Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan melalui gigitan

serangga yang berkembang biak didalam air.

Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut hendaknya

diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan, setidak-tidaknya

diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air yang sehat harus mempunyai

persyaratan sebagai berikut :

1. Syarat fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak berwarna,

tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara mengenal air yang

memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar.

2. Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari

segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk mengetahui apakah air

minum terkontaminasi oleh bakteri patogen, adalah dengan memeriksa sampel

(contoh) air tersebut.

3. Syarat kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam

jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat kimia dalam

air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: kesling puskesmas usu

Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus memenuhi

standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas

airnya sebelum didistribusikan kepada pelanggan. Karena air baku belum tentu

memenuhi standart, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi

standart air minum (Soemirat, 2007).

Pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks,

tergantung dari kualitas air bakunya. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak

diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka

desinfeksi saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka

pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi, sedimentasi, filtrasi dan

desinfeksi (Soemirat, 2007).

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan

tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan

segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat

kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan

dapat merugikan secara ekonomis (Soemirat, 2007).

2.4.3. Jamban Sehat

Ekskreta manusia yang terdiri atas feses dan urine merupakan hasil akhir dari

proses yang berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan

pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dibutuhkan

oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni (Budiman, 2007).

Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area

pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi

Universitas Sumatera Utara

Page 17: kesling puskesmas usu

kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah

yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feses) adalah

sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Soekidjo, 2007).

Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping dapat

langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan sebagainya, juga air,

tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja

tersebut (Soekidjo, 2007).

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya

pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit yang

ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia

antara lain : tifus, disentri, kolera, schistosomiasis dan sebagainya (Soekidjo, 2007).

Untuk mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan

maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya

pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu

jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan-

persyaratan sebagai berikut (Soekidjo, 2007) :

1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut

2. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya

3. Tidak mengotori air tanah di sekitarnya

4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang-binatang

lainnya

5. Tidak menimbulkan bau

6. Mudah digunakan dan dipelihara

Universitas Sumatera Utara

Page 18: kesling puskesmas usu

7. Sederhana desainnya

8. Murah

9. Dapat diterima oleh pemakainya

Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah tentu

berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh karena itu, teknologi

jamban di daerah pedesaan disamping harus memenuhi persyaratan jamban sehat juga

harus didasarkan pada sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan (Soekidjo,

2007).

Pengelolaan tinja manusia dapat dilakukan didalam septik tank. Di dalam

septik tank tinja akan dikonversi sacara anaerobik menjadi biogas (campuran gas

Carbindioksida dan gas Metan). Diharapkan dengan penyedian jamban yang sehat

dan pengelolaan tinja secara tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat

diminimalkan (Ricki, 2005).

2.4.4. Pengelolaan air limbah

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari

rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya

mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan

manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain mengatakan bahwa air

limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah

pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, bersama-sama dengan air tanah,

air permukaan dan air hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985).

Dari batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang

sisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti

Universitas Sumatera Utara

Page 19: kesling puskesmas usu

industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya

besar, karena lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan

manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar).

Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh

manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola atau diolah secara baik

(Soekidjo, 2007).

Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu air limbah yang berasal

dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta

(tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri

dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses

produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan

bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri. Oleh sebab itu pengolahan

jenis air limbah ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih

rumit.

3. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari daerah : perkantoran,

perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan

sebagainya. Pada umumnya zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama

dengan air limbah rumah tangga.

Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak

buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Beberapa dampak buruk tersebut

Universitas Sumatera Utara

Page 20: kesling puskesmas usu

antara lain : gangguan kesehatan, penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap

keindahan dan gangguan terhadap kerusakan benda (Ricki, 2005).

Pada awalnya tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan

bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik biodegradable

serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan dengan perkembangannya,

tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini juga terkait dengan aspek estetika dan

lingkungan (Ricki, 2005).

Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan

bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya dilakukan dengan

bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi sangat direkomendasikan untuk

pengolahan air limbah di daerah tropis dan negara berkembang sebab biaya yang

diperlukan untuk membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang luas.

Kolam stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik

(anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam maturasi

(aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya digunakan untuk mengolah air

limbah dengan kandungan bahan organik yang sangat pekat, sedangkan kolam

maturasi biasanya digunakan untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam

air limbah (Ricki, 2005).

Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan biasanya dilakukan pada

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di dalam IPAL, biasanya proses

pengolahan dikelompokkan sebagai pengolahan pertama (primary treatment),

pengolahan kedua (secondary treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment)

(Ricki, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Page 21: kesling puskesmas usu

2.4.5. Pengelolaan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi

oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan

manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan sampah

(waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau

sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan

sendirinya (Soekidjo, 2007).

Agar dapat mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas

dasar sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat, 2006):

1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun, sampah kebun,

pertanian dan lainnya.

2. Sampah yang tidak membusuk seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan

lainnya.

3. Sampah yang berupa debu atau abu.

4. Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan

industri yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya.

Sampah ini dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu yang mudah

membusuk karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya

menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam pembuangannya.

Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang berbahaya karena dapat terurai

dengan sempurna menjadi zat-zat organik yang berguna bagi fotosintesa tumbuh-

tumbuhan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: kesling puskesmas usu

Sampah yang tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse. Sampah

ini apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat bermanfaat

kembali baik melalui suatu proses ataupun secara langsung. Apabila tidak dapat

didaur ulang, maka diperlukan proses untuk memusnahkannya, seperti pembakaran.

Sampah berupa debu atau abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan

bakar ataupun sampah tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk

mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang beracun,

maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap lingkungan dan masyarakat.

Yang dimaksud dengan sampah berbahaya (B3) adalah sampah yang karena

jumlahnya, atau konsentrasinya, atau karena sifat kimiawi, fisika dan

mikrobiologinya dapat (a) meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna

atau menyebabkan penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi menimbulkan

bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang terhadap kesehatan ataupun

lingkungan apabila tidak diolah, ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik.

Sampah, baik kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai

kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah:

1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah bahwa semakin banyak

penduduk, semakin banyak pula sampahnya. Pengelolaan sampah ini pun berpacu

dengan laju pertambahan penduduk.

2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat,

semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. Kualitas sampahnya

pun semakin banyak bersifat tidak dapat membusuk. Perubahan kualitas sampah

Universitas Sumatera Utara

Page 23: kesling puskesmas usu

ini, tergantung pada bahan yang tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran

masyarakat akan persoalan persampahan.

3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi akan menambah jumlah maupun

kualitas sampah, karena pemakaian bahan baku yang semakin beragam.

Penyakit bawaan sampah sangat luas dan dapat berupa penyakit menular dan

tidak menular, dapat juga berupa akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Oleh

sebab itu dapat dipahami bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas berbagai

pertimbangan, yaitu : untuk mencegah terjadinya penyakit, konservasi sumber daya

alam, mencegah gangguan estetika, memberi intensif untuk daur ulang atau

pemanfaatan, dan bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat (Soemirat,

2006).

Untuk dapat mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat

melakukan teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat

mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir sampah. Baik dari

segi kualitas maupun kuantitas dengan : meningkatkan pemeliharaan dan kualitas

barang sehingga tidak cepat menjadi sampah, meningkatkan efisiensi pengunaan

bahan baku, dan meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah.

Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran sertanya (Soemirat,

2006).

Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada pengumpulan sampah mulai dari

produsen sampai pada tempat pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat

penampungan sampah sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan

Universitas Sumatera Utara

Page 24: kesling puskesmas usu

pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah dahulu baik

untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau dimanfaatkan kembali.

2.4.6. Sanitasi Tempat-Tempat Umum

Tempat-tempat umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan

penyakit, pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya. Pengawasan

dan pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum dilakukan untuk

mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang bersih guna melindungi

kesehatan masyarakat dari kemungkinan penularan penyakit dan gangguan kesehatan

lainnya (Budiman, 2006).

Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan sanitasi

lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang dikelola secara

komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya penularan penyakit, atau tempat

layanan umum yang intensitas jumlah dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum

semacam itu meliputi hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisional atau swalayan

pertokoan, bioskop, objek wisata dan lain-lain (Budiman, 2006).

Tujuan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum, antara lain adalah untuk

memantau sanitasi tempat-tempat umum secara berkala serta untuk membina dan

meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan

sehat di tempat-tempat umum (Budiman, 2006).

2.4.7. Sanitasi Pengelolaan Makanan

Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk kesehatan manusia

mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh

makanan. Kasus penyakit bawaan makanan (foodborne disease) dapat dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara

Page 25: kesling puskesmas usu

oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kebiasaan mengolah makanan

secara tradisional, penyimpanan dan penyajian yang tidak bersih dan tidak memenuhi

persyaratan sanitasi.

Sanitasi makanan adalah upaya-upaya yang ditujukan untuk kebersihan dan

keamanan makanan agar tidak menimbulkan bahaya keracunan dan penyakit pada

manusia. Dengan demikian, tujuan sebenarnya dari upaya sanitasi makanan antara

lain : menjamin keamanan dan kebersihan makanan, mencegah penularan wabah

penyakit.

Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor, yakni faktor fisik,

faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan

yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang

baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab, dan sebagainya. Untuk

menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik, maka perlu

diperhatikan susunan dan konstruksi dapur serta tempat penyimpanan makanan

(Ricki, 2005).

Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor kimia karena adanya zat-

zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan,

penggunaan wadah bekas obat-obat pertanian untuk kemasan makanan, dan lain-lain.

Sanitasi makanan yang buruk disebabkan oleh faktor mikrobiologis karena

adanya kontaminasi oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Akibat buruknya sanitasi

makanan dapat timbul gangguan kesehatan pada orang yang mengkonsumsi makanan

tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Page 26: kesling puskesmas usu

Gangguan kesehatan yang dapat terjadi akibat makanan dapat dikelompokkan

menjadi 2, yaitu : keracunan makanan dan penyakit bawaan makanan (Slamet, 2002).

Keracunan makanan dapat disebabkan oleh racun asli yang berasal dari

tumbuhan atau hewan itu sendiri maupun oleh racun yang ada di dalam panganan

akibat kontaminasi. Makanan dapat terkontaminasi oleh berbagai racun yang dapat

berasal dari tanah, udara, manusia dan vector.

Penyakit bawaan makanan pada hakekatnya tidak dapat dipisahkan secara

nyata dari penyakit bawaan air. Yang dimaksud penyakit bawaan makanan adalah

penyakit umum yang dapat diderita seseorang akibat memakan sesuatu makanan yang

terkontaminasi mikroba patogen, kecuali keracunan.

2.5. Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal

yang essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan

faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya

masalah kesehatan masyarakat.

Ruang lingkup Kesehatan lingkungan adalah :

1. Menurut WHO

a. Penyediaan air minum

b. Pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran

c. Pembuangan sampah padat

d. Pengendalian vektor

e. Pencegahan/pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta manusia

f. Higiene makanan, termasuk higiene susu

Universitas Sumatera Utara

Page 27: kesling puskesmas usu

g. Pengendalian pencemaran udara

h. Pengendalian radiasi

i. Kesehatan kerja

j. Pengendalian kebisingan

k. Perumahan dan pemukiman

l. Aspek kesling dan transportasi udara

m. Perencanaan daerah dan perkotaan

n. Pencegahan kecelakaan

o. Rekreasi umum dan pariwisata

p. Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan

epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan penduduk.

q. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

2. Menurut UU No 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan (Pasal 22 ayat 3), ruang

lingkup kesehatan lingkungan sebagai berikut :

a. Penyehatan air dan udara

b. Pengamanan Limbah padat/sampah

c. Pengamanan Limbah cair

d. Pengamanan limbah gas

e. Pengamanan radiasi

f. Pengamanan kebisingan

g. Pengamanan vektor penyakit

Universitas Sumatera Utara

Page 28: kesling puskesmas usu

3. Menurut Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/2010, ruang lingkup kesehatan

lingkungan sebagai berikut :

a. Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas

b. Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat

c. Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat

d. Persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat

e. Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat

f. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat

g. Persentase penduduk stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)

h. Cakupan daerah potensial yang melaksanakan strategi adaptasi dampak

kesehatan akibat perubahan iklim

i. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan STBM sebesar 100%

Kab/Kota

j. Persentase provinsi yang memfasilitasi penyelenggaraan kota sehat yang

sesuai standart 50%

k. Persentase Kab/Kota Kawasan yang telah melaksanakan Kab/Kota/Kawasan

sehat

2.6. Tujuan Program Kesehatan Lingkungan

2.6.1.Tujuan secara umum

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada

kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber-sumber lingkungan

dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

Universitas Sumatera Utara

Page 29: kesling puskesmas usu

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan

institusi pemerintah serta lembaga nonpemerintah dalam menghadapi bencana alam

atau wabah penyakit menular.

2.6.2. Tujuan secara khusus

meliputi usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup

manusia, yang di antaranya berupa:

1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara

luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan

gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi

penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan,

industri, rumah sakit, dan lain-lain

5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara

memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan

lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: kesling puskesmas usu

2.7. Sumber Daya Program Kesehatan Lingkungan

Dalam melaksanakan program-program kesehatan lingkungan diperlukan

sumber daya untuk mencapai tujuan program, sumber daya program kesehatan

lingkungan adalah sebagai berikut :

2.7.1. Tenaga Pelaksana

Adapun tenaga yang dibutuhkan untuk melaksanakan program kesehatan

lingkungan adalah terdiri dari tenaga inti dibidang kesehatan lingkungan seperti

sanitarian atau diploma III kesehatan lingkungan. Disamping itu dalam pelaksanaan

program kesehatan lingkungan ini juga dibutuhkan tenaga pendukung yang telah

ditunjuk oleh pimpinan puskesmas dalam pelaksanaan program.

2.7.2. Sarana dan Prasarana Program Kesehatan Lingkungan

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program kesehatan

lingkungan adalah ruangan sebagai tempat petugas kesehatan lingkungan melakukan

kegiatan-kegiatan penyuluhan, konsultasi, konseling, demonstrasi, pelatihan atau

perbaikan sarana sanitasi dasar dan penyimpanan peralatan kerja.

Peralatan-peralatan kesehatan lingkungan berupa alat-alat peraga penyuluhan,

cetakan sarana air bersih dan jamban keluarga, alat pengukur kualitas lingkungan (air,

tanah dan udara), lembar chek list untuk inspeksi pada tempat-tempat umum dan

tempat pengolahan makanan serta alat transportasi untuk mendukung kegiatan

program kesehatan lingkungan yang dilaksanakan.

Alat peraga dan media penyuluhan yang digunakan dalam melaksanakan

program kesehatan lingkungan antara lain berupa maket, media cetak, sound system,

media elektronik dan formulir untuk pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan.

Universitas Sumatera Utara

Page 31: kesling puskesmas usu

2.7.3. Sumber Dana Program Kesehatan Lingkungan

Untuk mendukung tercapainya cakupan program kesehatan lingkungan

dibutuhkan dana, adapun dana ini diperoleh dari APBD (Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah) Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, BLN (Bantuan Luar Negeri),

kemitraan dan swadaya masyarakat. Besarnya dana yang dibutuhkan sangat berbeda

dimasing-masing puskesmas, tergantung masalah kesehatan lingkungan yang

ditangani di wilayah kerja puskesmas (Depkes RI, 2000).

2.8.Kegiatan Program Kesehatan Lingkungan

2.8.1. Penyehatan Air

Secara umum Program Penyehatan Air bertujuan untuk meningkatkan kualitas

air untuk berbagai kebutuhan dan kehidupan manusia untuk seluruh penduduk baik

yang berada di pedesaan maupun di perkotaan dan meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kemampuan masyarakat dalam memakai air. Secara khusus program penyehatan

air bertujuan meningkatkan cakupan air bersih pada masyarakat dan meningkatkan

kualitas air yang aman untuk konsumsi masyarakat.

Kegiatan upaya penyehatan air meliputi : Surveilans kualitas air; Inspeksi

Sanitasi Sarana Air Bersih; Pemeriksaan kualitas air; Pembinaan kelompok pemakai

air. Kegiatan dilaksanakan dengan strategi terpadu pengawasan, perbaikan dan

pembinaan pemakai air.

Target Program Penyehatan Air yang ingin dicapai yaitu : Cakupan air bersih

perkotaan 100% dan pedesaan 85% dan Memenuhi syarat kimia dan bakteriologis

70%.

Universitas Sumatera Utara

Page 32: kesling puskesmas usu

Kegiatan surveylance kualitas air terdiri dari observasi sarana air bersih dan

observasi penduduk yang menggunakan sarana air bersih dan bukan sarana air bersih.

Kegiatan pengawasan kualitas air secara umum bertujuan mengetahui gambaran

keadaan sanitasi sarana dan kualitas air sebagai data dasar dan penyediaan informasi

pengamanan kualitas air sehingga tersedia rekomendasi tindak lanjut dalam upaya

perlindungan pencemaran dan perbaikan kualitas air. Pengawasan kualitas air

dilakukan dengan upaya inspeksi sanitasi sarana air bersih.

2.8.2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman

Penyelenggaraan upaya penyehatan lingkungan permukiman, dilaksanakan

dengan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi dengan lingkungan

dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang bebas dari risiko yang

membahayakan kesehatan pada berbagai substansi dan komponen lingkungan, yaitu

meliputi jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan pengelolaan

sampah.

2.8.3. Penyehatan Tempat -Tempat Umum (TTU)

Program Penyehatan Tempat Tempat Umum (TTU) bertujuan untuk

meningkatkan kualitas lingkungan tempat-tempat umum dan sarana kemasyarakatan

lainnya yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga dapat melindungi

masyarakat dari penularan penyakit, keracunan, kecelakaan, pencemaran lingkungan

serta gangguan kesehatan lainnya.

Penyehatan tempat-tempat umum meliputi hotel dan tempat penginapan lain,

pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan

umum, salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya. Selain itu juga dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 33: kesling puskesmas usu

upaya pembinanan institusi yang meliputi : Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain,

sarana pendidikan, dan perkantoran.

Target program penyehatan tempat-tempat umum yaitu: memenuhi syarat

kesehatan 76%.

2.8.4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM)

Secara umum penyehatan TPM bertujuan untuk melakukan pembinaan teknis

dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan & minuman, kesiapsiagaan

dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit bawaan

makanan.

Target program TPM memenuhi syarat sehat sebesar 55 % dengan upaya

kegiatan antara lain melaksanakan pengawasan higiene dan sanitasi TPM pada

restoran, rumah makan, jasa boga, industri rumah tangga, dan depot air minum isi

ulang.

2.9. Kriteria Keberhasilan Program Kesehatan Lingkungan

Lingkungan mempunyai dua unsure pokok yang sangat erat kaitannya satu

sama lain yaitu unsure fisik dan social, lingkungan fisik dapat mempunyai hubungan

langsung dengan kesehatan dan perilaku sehubungan dengan kesehatan seperti akibat

pengelolaan limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit antara

lain ISPA, DBD, Diare, Malaria, Penyakit Kulit. Lingkungan social seperti

ketidakadilan social yang menyebabkan kemiskinan yang berdampak terhadap status

kesehatan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya penyakit berbasis lingkungan

(Depkes RI, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Page 34: kesling puskesmas usu

Keberhasilan program kesehatan lingkungan ini dapat ditunjukan dengan :

1. Meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah yang memenuhi syarat

kesehatan 75%, persentase keluarga menggunakan air bersih menjadi 62%,

persentasi keluarga menggunakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan

menjadi 64% dan persentase tempat-tempat umum dan tempat pengolahan

makanan minuman yang sehat menjadi 76 dan 55%.

2. Penurunan angka kejadian penyakit berbasis lingkungan seperti ISPA, DBD,

diare, penyakit kulit, malaria.

3. Terciptanya hubungan kerjasama yang baik antara lintas program dan lintas sector

diwilayah kerja puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Page 35: kesling puskesmas usu

2.10. Kerangka Konsep

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan kerangka konsep penelitian

sebagai berikut :

Mutu Pelayanan

Program Kesehatan

Lingkungan

1. Petugas

2. Dana

3. Saranana dan

prasarana

4. Pedoman dan

petunjuk teknis

5. jumlah penyakit

berbasis

lingkungan

6. Kerjasama Lintas

Program

7. Kerjasama Lintas

Sektor

8. Evaluasi

Program Kesehatan Lingkungan (Kepmenkes RI Nomor HK.03.01/160/I/2010)

1. Cakupan rumah yang memiliki

sarana air bersih 100% 2. Persentase penduduk yang

menggunakan jamban sehat 64%

3. Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat 75%

4. Cakupan rumah yang memiliki SPAL yang memenuhi syarat

5. Cakupan rumah yang memiliki tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat

6. Persentase cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi syarat 76%

7. Persentase cakupan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat 55%

Mencapai target

Tidak mencapai

target

Universitas Sumatera Utara