USAID PRIORITAS/Dindin Dampak Signifikan, Diseminasi Jadi...

12
IKH A L LA M S - B E R A Pameran praktik yang baik dalam pendidikan ini menunjukkan bukti-bukti keberhasilan program USAID PRIORITAS di kabupaten Tasikmalaya,” kata Bupati Uu Ruzhanul Ulum (11/2). Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi, sebagaimana disampaikan Sekda Dudung Mulyana, mengatakan, “Ternyata dalam waktu setahun ini telah menunjukkan dampak positif yang menggembirakan. Kehadiran USAID PRIORITAS di kabupaten Cirebon sungguh sangat dibutuhkan.” (18/3) “Kami ingin semua sekolah memiliki mutu yang relatif sama. Setiap sekolah adalah sekolah unggulan sehingga tidak ada sekolah yang terlalu menonjol sebagai sekolah favorit sementara sekolah lain tidak dilirik,” ucap Bupati Kuningan Utje Khairiyah. (18/2) “Saya sangat mengapresiasi program ini karena ini sangat penting bagi pendidikan masyarakat dan bagi kemajuan daerah Bekasi,” kata bupati Neneng Hasanah. “Saya dan DPRD akan menganggarkan dana dampingan diseminasi program USAID karena kami ingin percepatan peningkatan kualitas SDM,” ucap Neneng (11/3). [DS] Pameran Praktik yang Baik Luar biasa!” seru Asdullah Anwar, kepala Disdik kab. Cirebon. “Seperti inilah mestinya proses pembelajaran di semua sekolah kita,” katanya. “Keren, keren, benar-benar keren,” seru Bupati Neneng saat detektor itu ternyata dapat bekerja dengan baik. “Semoga belajarnya lebih sungguh-sungguh lagi dan lebih cerdas lagi ya,” kata bupati sambil mengelus siswa penuh bangga. Rana Suparman, ketua DPRD Kuningan, menyebut dalam simulasi ini siswa tampak kreatif dan aktif berkarya. “Saya percaya metode belajar ini dapat menghantarkan generasi berkualitas,” ujar Rana. “Rasa percaya diri dan kemam- puan siswa menyampaikan pikiran dengan bahasa Arab, Jawa, Inggris, dan Indonesia benar-benar unik, mendunia, dan keren,” ucap Unifah Rosyidi, kepala Pusbangprodik (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik) Kemdikbud RI. Tertarik dengan model pembelajaran, Agus Abdul Kholik, kepala Kemenag Tasikmalaya, merasa perlu menerapkannya di semua madrasah. “Kami siap melaksanakan diseminasi program ini melalui kelompok kerja dan musyawarah guru,” ucap Agus. Saksikan simulasi, para bupati mengaku memiliki harapan besar bagi kemajuan daerah. [DS] Simulasi Pembelajaran Tabur Harapan Siswa Mts al-Mukhtariyyah Bandung Barat peragakan peluncuran roket air karyanya. Bupati Uu Ruzhanul Ulum (paling kiri), didampingi kepala Disdik E.Z. Alfian (tengah) dan koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat Erna Irnawati (kedua kanan), tampak gembira, mobil rakitan siswa yang dicobanya ternyata melaju dengan baik. Mobil itu hasil rakitan Eneng Riska (paling kanan) dan Yoga (kedua kiri) siswa SMPN 1 Pagerageung, Tasikmalaya, sebagai penerapan rumus Matematika garis singgung persekutuan dua lingkaran. Simulasi pembelajaran ini merupakan rangkaian district showcase kabu- paten Tasikmalaya (11/2). Edisi 10 Januari - Maret 2015 Media Komunikasi Pendidikan Dasar di Jawa Barat Dampak Signifikan, Diseminasi Jadi Komitmen Bupati diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar. Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. keun USAID PRIORITAS/Dindin Neneng Hasanah Bupati Bekasi USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah Bupati Utje Khai- riyah meminta penjelasan Fathan Mubina (kiri) tentang bagian- bagian sel tubuh (18/2). Bupati Neneng Hasanah mencoba filter air karya Wafa Nurfarida dan Aji Saputra (11/3). Lihat halaman 11. Saya yakin dengan masa depan anak-anak. Saya titip mereka dididik dengan baik untuk meraih mimpi besarnya.

Transcript of USAID PRIORITAS/Dindin Dampak Signifikan, Diseminasi Jadi...

IKH ALLA MS - BERA

“Pameran praktik yang baik dalam pendidikan ini menunjukkan bukti-bukti keberhasilan program USAID PRIORITAS di kabupaten Tasikmalaya,” kata Bupati Uu Ruzhanul Ulum (11/2).

Bupati Cirebon Sunjaya Purwadi, sebagaimana disampaikan Sekda Dudung Mulyana, mengatakan, “Ternyata dalam waktu setahun ini telah menunjukkan dampak positif yang menggembirakan. Kehadiran USAID PRIORITAS di kabupaten Cirebon sungguh sangat dibutuhkan.” (18/3)

“Kami ingin semua sekolah memiliki

mutu yang relatif sama. Setiap sekolah adalah sekolah unggulan sehingga tidak ada sekolah yang terlalu menonjol sebagai sekolah favorit sementara sekolah lain tidak dilirik,” ucap Bupati Kuningan Utje Khairiyah. (18/2)

“Saya sangat mengapresiasi program ini karena ini sangat penting bagi pendidikan masyarakat dan bagi kemajuan daerah Bekasi,” kata bupati Neneng Hasanah.

“Saya dan DPRD akan menganggarkan dana dampingan diseminasi program USAID karena kami ingin percepatan peningkatan kualitas SDM,” ucap Neneng (11/3). [DS]

Pameran Praktik yang Baik

“Luar biasa!” seru Asdullah Anwar, kepala Disdik kab. Cirebon. “Seperti inilah mestinya proses pembelajaran di semua sekolah kita,” katanya.

“Keren, keren, benar-benar keren,” seru Bupati Neneng saat detektor itu ternyata dapat bekerja dengan baik. “Semoga belajarnya lebih sungguh-sungguh lagi dan lebih cerdas lagi ya,” kata bupati sambil mengelus siswa penuh bangga.

Rana Suparman, ketua DPRD Kuningan, menyebut dalam simulasi ini siswa tampak kreatif dan aktif berkarya. “Saya percaya metode belajar ini dapat menghantarkan generasi berkualitas,” ujar Rana.

“Rasa percaya diri dan kemam-

puan siswa menyampaikan pikiran dengan bahasa Arab, Jawa, Inggris, dan Indonesia benar-benar unik, mendunia, dan keren,” ucap Unifah Rosyidi, kepala Pusbangprodik (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik) Kemdikbud RI.

Tertarik dengan model pembelajaran, Agus Abdul Kholik, kepala Kemenag Tasikmalaya, merasa perlu menerapkannya di semua madrasah. “Kami siap melaksanakan diseminasi program ini melalui kelompok kerja dan musyawarah guru,” ucap Agus.

Saksikan simulasi, para bupati mengaku memiliki harapan besar bagi kemajuan daerah. [DS]

Simulasi Pembelajaran Tabur Harapan

Siswa Mts al-Mukhtariyyah Bandung Barat peragakan peluncuran roket air karyanya.

Bupati Uu Ruzhanul Ulum (paling kiri), didampingi kepala Disdik E.Z. Alfian (tengah)

dan koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat Erna Irnawati (kedua kanan),

tampak gembira, mobil rakitan siswa yang dicobanya ternyata melaju dengan baik.

Mobil itu hasil rakitan Eneng Riska (paling kanan) dan Yoga (kedua kiri) siswa SMPN 1

Pagerageung, Tasikmalaya, sebagai penerapanrumus Matematika garis singgung

persekutuan dua lingkaran. Simulasi pembelajaran ini merupakan

rangkaian district showcase kabu-paten Tasikmalaya (11/2).

Edisi 10 Januari - Maret 2015

Media KomunikasiPendidikan Dasar

di Jawa Barat

Dampak Signifikan, Diseminasi Jadi Komitmen Bupati

”“ diterbitkan oleh USAID PRIORITAS Jawa Barat sebagai media komunikasi untuk mendorong pembaharuan pendidikan dasar.

Isi buletin ini merupakan tanggung jawab konsorsium program USAID PRIORITAS dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat.keun

USAID PRIORITAS/Dindin

Neneng HasanahBupati Bekasi

USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah

USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah

Bupati Utje Khai-riyah meminta

penjelasan Fathan Mubina (kiri)

tentang bagian-bagian sel tubuh

(18/2).

Bupati NenengHasanah mencoba

filter air karyaWafa Nurfaridadan Aji Saputra

(11/3).Lihat halaman 11.

Saya yakin dengan masa depan anak-anak.

Saya titip mereka dididik dengan baik

untuk meraihmimpi besarnya.

Showcase

2

Pada showcase Cirebon (18/3), Dr. Unifah Rosyidi, M.Pd, Kepala Pusbangprodik (Pusat Pengembangan Profesi Pendidik) Kemdikbud RI, sebut Cirebon telah mendahului menerapkan suatu program yang tengah direncanakan Kemdikbud, yakni whole school training.

“Program ini sudah dilakukan oleh PRIORITAS padahal Kemdikbud baru pada tingkat rencana,” ujarnya terus-terang.

Feiny Santosa, Wakil Direktur USAID PRIORITAS, mengapresiasi pameran dan

simulasi pembelajaran. Menurutnya, pameran pendidikan ini menunjukkan bahwa kini di sekolah mitra USAID PRIORITAS telah terjadi perubahan penting. “Kelas penuh pajangan karya siswa, kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, sumber belajar lebih beragam, manajemen sekolah lebih partisipatif dan transparan, dan

peran serta masyarakat juga mulai bagus di sekolah-sekolah,” urai Feiny.

Dangi, Kabid Sosbud Bappeda, sebut Bappeda siap alokasikan dana diseminasi program USAID. “Komitmen bupati jelas, pendidikan adalah prioritas,” katanya. [DS]

Kabar Utama

Unjuk Keberhasilan Daerah Usai asesmen, siswa SDN 2 Rajamanda-lakulon, Cipatat, Bandung Barat, tampak asyik menggambar dan bercerita.

“Bunda bangga dengan kamu, Nak, dan teruslah belajar untuk kemajuan masyarakat Kuningan ya,” kata Bupati Utje Khaeriyah, seraya membelai siswa pada showcase Kuningan (18/2).

Bagi bupati, berbagai jejak keberhasilan sekolah ini merupakan investasi penting. Bupati kembali menyatakan apresiasinya kepada para putera daerah yang menjadi fasilitator daerah (Fasda), atas kerja keras mensyukseskan program USAID.

“Selama ini saya melakukan kunjungan secara teratur ke sekolah-sekolah di Kuningan. Saya melihat ada perbedaan signifikan di sekolah mitra USAID dalam hal pembelajaran dan manajemen,” tutur Asep Taufik Rohman, kepala Dinas Pendidikan.

“Sekolah saya memang bukan mitra USAID, tapi kami sudah mulai mengarahkan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran dan manajemen yang sangat bagus ini,” kata Titin Kartini, kepala SD non mitra, mewakili aspirasi non-mitra.

Opid Ropidi, ketua PGRI, berharap semua guru dilatih USAID. “Guru-guru di sekolah mitra USAID telah mengalami peningkatan profesional,” ujar Opid.

“Kami berharap, program tidak berhenti sampai di sini, tapi terus dikembangkan agar semua sekolah mendapatkan manfaat program,” harap Halil Arisbaya, Ketua Dewan Pendidikan. [DS]

Showcase Kuningan

Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Kuningan, Bekasi, dan Cirebon menggelar unjuk keberhasilan pendidikan (showcase). Semua sekolahmitra USAID PRIORITAS melakukan unjuk praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen melalui pameran, simulasi pembelajaran, dan talkshow. “Semoga pameran ini menginspirasi,” tutur Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat.

Ki-ka: Unifah Rosyidi, Feiny Santosa, Erna Irnawati, dan Sekda Dudung Mulyana mengunjungi setiap stan pameran sekolah

mitra USAID PRIORITAS Kabupaten Cirebon (18/3).

Showcase Cirebon

USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah

Kemdikbud Puji PRIORITAS

Semua Ingin Dilatih“Dampak program USAID PRIORITAS menunjukkan bahwa program ini sejalan dan seiring dengan program pendidikan dasar di kabupaten,” ucap Bupati Uu Ruzhanul Ulum (11/2). Bupati juga mengapresiasi dukungan masyarakat terhadap pengembangan sekolah, sebagaimana didorong oleh USAID.

“Kepercayaan diri siswa merupakan bukti USAID PRIORITAS berdampak positif,” ujar E.Z. Alfian, Kepala Dinas Pendidikan, sambil berjanji menularkan “virus” USAID ke semua sekolah.

“Pola belajar ini akan disebarkanluaskan ke sekolah lain,” kata Eddy Rochadiat, kepala seksi kurikulum Dinas Pendidikan.

Joelistiyana Wijayani, kepala bidang sos-bud Bappeda, berkomitmen untuk merancang program pendidikan yang sesuai dengan program USAID ini.

Agus Abdul Kholik, kepala Kemenag, mengatakan, diseminasi sangat diperlukan di madrasah, mengingat jumlah madrasah mitra USAID sangat sedikit. “Kami siap melaksanakan diseminasi program ini melalui kelompok kerja dan musyawarah guru,” ucap Agus.

Iin Aminudin, mewakili BKPLD, menyebut pihaknya segera merancang anggaran untuk mendukung upaya penyebarluasan program USAID demi peningkatan kualitas guru. [DS]

Showcase Tasikmalaya

Tularkan ‘Virus’ USAIDShowcase Bekasi

Siswa Enggan Pulang“Sekolah menjadi bagaikan sebuah taman yang ramah anak dan menarik bagi anak-anak. Mereka merasa berat meninggalkan sekolah dan merasa senang berangkat ke sekolah,” ujar Rochim Sutisna, Kepala Dinas Pendidikan (11/3). Rochim juga menyatakan, kewajiban pemerintah dan DPRD Bekasi adalah melanjutkan program ini agar tetap berjalan di Bekasi setelah program USAID berakhir tahun 2017.

Jalika, ketua komisi IV DPRD, menyebut program USAID memberikan harapan besar bagi kemajuan masyarakat Bekasi. “Saya yakin anak-anak kita akan lebih maju dari daerah bahkan negara lain bila proses pendidikan model USAID ini diterapkan di Bekasi,” katanya.

Jalika menyatakan siap memberikan dukungan kepada dinas pendidikan untuk menyebarluaskan program ke seluruh kecamatan, agar anak-anak lebih imajinatif, kreatif, dan berjiwa besar.

Sobirin, kepala Kemenag Kabupaten Bekasi, melihat ada nuansa baru, harapan baru, dan masa depan baru bagi dunia pendidikan Bekasi dalam mewujudkan masyarakat cerdas dan bertakwa.

Dra. Ernawati, M.Pd, Kemenag RI, menyebut USAID mendorong keterlibatan siswa yang sangat aktif dalam proses belajar. “Program sangat baik dan perlu disebarkan ke sekolah lain,” katanya. [DS]

Nomor 10

Pemerintah provinsi Jawa Barat dan Banten bekerjasama dengan USAID melakukan lokakarya bagi 130 orang pengelola sekolah unggulan di Hotel Aston, Bandung (24-26/3). Mereka terdiri atas guru, kepala sekolah, komite sekolah, dan pengawas sekolah dari dua puluh sekolah unggulan di Jawa Barat dan Banten. Sekolah ini terpilih menjadi Sekolah Praktik yang Baik (Good Practice School/GPS) karena telah menunjukkan beragam praktik yang baik dalam bidang pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan peran serta masyarakat. Selama lokakarya, para pengelola sekolah itu bekerjasama mengembangkan lebih jauh beragam praktik yang baik di sekolah.

Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menjelaskan tujuan lokakarya adalah untuk pengembangan lebih-lanjut sekolah GPS sebagai pusat pengembangan profesionalisme guru dan kepala sekolah, sebagai tempat praktik mengajar dalam pelatihan guru, dan sebagai sekolah rujukan untuk dikunjungi oleh sekolah lain dari daerah sendiri maupun luar daerah. Menurut Erna, tujuan akhir

pembinaan GPS adalah peningkatan mutu semua sekolah agar setiap anak bangsa memiliki kesempatan mengenyam pendidikan yang berkualitas. “Adalah hak siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan, untuk mendapatkan akses pendidikan berkualitas, dengan guru berkualitas, di sekolah yang berkualitas,” tegas Erna.

“Para pengelola sekolah GPS ini dibina secara khusus oleh UPI dan UIN Bandung sebagai perguruan tinggi mitra USAID PRIORITAS Jawa Barat,” lanjut Erna. “Di Banten, sekolah GPS ini mendapat pembinaan khusus oleh Untirta dan IAIN SMH Banten,” timpal Rifki Rosyad, koordinator USAID PRIORITAS Banten.

Lebih jauh, Rifki mengatakan, fokus pembinaan untuk jenjang SD/MI adalah memberikan pemahaman dan melatih keterampilan dalam membangun kebiasaan literasi, membuat bigbook, strategi membaca, portofolio, dan simulasi mengajar. Sementara fokus pembinaan untuk jenjang SMP/MTs adalah membangun kebiasaan literasi, pengajaran efektif yang menggunakan pendekatan

saintifik dan penilaian portofolio, serta praktik peer teaching.

Ujang Sukandi, spesialis pelatihan guru SMP/MTs USAID PRIORITAS, pusat perhatian pengembangan GPS adalah kinerja siswa. Menurut dia, anak perlu didorong untuk menghasilkan produk pembelajaran tertulis yang panjang, teliti, dan terstruktur seperti laporan, karangan, bukan berupa karya yang mengisi satu atau dua kata saja.

“Anak perlu diberi tugas/pertanyaan tingkat tinggi ketika dia sudah selesai dalam satu kegiatan,” papar Ujang. Misalnya, kata Ujang, ketika anak menghasilkan pestisida, perlu diajukan pertanyaan semisal “Apakah pestisida yang kamu hasilkan itu bagus?” Contoh lainnya, ketika anak menemukan informasi planet venus dari internet, minta anak untuk membandingkan dengan planet bumi. “Anak perlu didorong untuk pertanyaan lanjutan,” tegas Ujang. Lebih jauh, Ujang juga menegaskan, tuntutan kualitas produk anak SMP/MTs harus lebih tinggi dibandingkan anak SD/MI. [DS/AR]

Siswa Jadi Pusat Kepentingan di Sekolah GPS

Kabar Utama

3

Dosen seyogyanya menyajikan perkuliahan yang dapat membekali mahasiswa kemampuan praktis pengelolaan sekolah. Sebagai calon tenaga kependidikan, mahasiswa membutuhkan keterampilan praktis manajemen sekolah yang mengacu pada teori-teori pendidikan. Pelajaran penting dari kuliah kerja nyata (KKN) sejauh ini adalah mahasiswa lebih siap mengabdi dalam hal pembelajaran dan kurang siap terlibat dalam bidang manajemen sekolah.

Demikian dikatakan oleh Prof. Dr. H. Sumarto, MSIE, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPI, pada pelatihan manajemen sekolah bagi dosen (15-16/1). Pelatihan yang bertempat di Hotel Aston Bandung ini merupakan kerjasama USAID PRIORITAS Jawa Barat dengan UPI dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pelatihan diikuti oleh 50 orang dosen UPI, UIN, dan konsorsium (Unpas, STAI Siliwangi Cimahi, UNINUS, dan IAID Ciamis).

Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, menjelaskan bahwa pelatihan bagi dosen ini merupakan paket pelatihan kedua, yakni Modul II

Praktik yang Baik dalam Manajemen Sekolah bagi dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Tahun lalu, para dosen ini telah mengikuti paket pelatihan pertama.

“Modul dua merupakan hasil adaptasi dari modul 'Praktik yang Baik dalam Manajemen di SD/MI dan SMP/MTs' yang telah digunakan untuk pelatihan-pelatihan di tingkat sekolah. Upaya adaptasi dalam pelatihan ini dilakukan agar modul menjadi lebih relevan dengan kebutuhan dosen di LPTK,” tutur Erna.

Prof. Sumarto juga memaparkan ihwal pemetaan dan pendistribusian guru berdasarkan Permendiknas, mulai SPM (sistem penjaminan mutu) 01 distribusi sekolah sampai dengan SPM 27 tentang MBS. Terkait MBS, Prof. Sumarto menekankan pentingnya perkuliahan manajemen sekolah yang relevan dan praktis sesuai dengan kebutuhan sekolah. “Perkuliahan seharusnya mendorong calon tenaga kependidikan untuk mampu mengelola sekolah secara memadai,” tegasnya.

Erna Irnawati berharap para dosen peserta pelatihan kiranya dapat benar-

benar memanfaatkan kesempatan pelatihan untuk mendukung perkuliahan yang mampu menjawab kebutuhan praktis mahasiswa. Menurutnya, sesi-sesi telah dirangkai sedemikian rupa secara padu dan saling terkait, sehingga peserta dituntut melibatkan diri secara menyeluruh di setiap sesi pelatihan dari awal sampai akhir. “Di penghujung pelatihan, dosen hendaknya dapat menyusun rencana kerja untuk implementasi di kampusnya masing-masing,” pesan Erna.

Ida Rosyidah, dosen UIN Bandung, mengaku mendapat banyak inspirasi dari pelatihan USAID PRIORITAS soal strategi mengemas perkuliahan manajemen sekolah. “Selama ini, mahasiswa lebih berkutat pada teori-teori manajemen pendidikan yang cenderung terlepas dari konteks praktis manajemen madrasah,” ucapnya.

Sementara itu, Dr. Asep Dion Nugraha, SH, MH, dosen STAI Siliwangi Cimahi, menuturkan, “Pelatihan menjadi penyempurna bagi dosen untuk dapat memfasilitasi perkuliahan secara lebih baik, lebih relevan, dan lebih praktis.” [DS]

Kuliah Manajemen Sekolah Harus Relevan dan Praktis

Januari - Maret 2015

ShowcaseImbang Otak Kiri-KananProses pembelajaran berlangsung secara seimbang antara pengembangan otak kanan dan kiri. Siswa terlibat dalam pembelajaran sains dan matematika sebesar keterlibatan mereka dalam pembelajaran keterampilan dan kesenian. Interaksi guru dan siswa tampak sangat dekat dalam suasana saling

mengasihi dan saling menghargai. Orangtua juga berpartisipasi aktif mendukung proses pendidikan yang berkualitas. Di atas itu semua, kepala sekolah menerapkan tatakelola yang baik.

Demikian kesan umum yang disampaikan oleh rombongan tamu dari kantor pusat Research Triangle Institute (RTI) Amerika Serikat saat berkunjung ke

SDN Kebon Pedes 5 Kota Bogor (31/1). Rombongan tamu terdiri atas Jason Norman, Senior Director, Engineering and Operation-Energy Technology Division, Angelique Helberg, Senior Corporate Strategy Analyst, Genelle Wilson, Market Research Analyst, dan Robin Bush, RTI Indonesia. [DS]

Guru tidak perlu galau mengenai kebijakan kurikulum. Apapun kurikulum yang berlaku, guru tidak semestinya terbebani, karena justeru kunci keberhasilan pendidikan itu adalah guru bukan kurikulum. Apalagi, para guru yang mengikuti program pelatihan guru USAID PRIORITAS pasti lebih siap melaksanakan kurikulum.

Demikian dikatakan oleh Diding Gusutardi, Kasi Pembinaan SD Disdik Jawa Barat, saat membuka pelatihan fasilitator daerah (Fasda) tingkat Jawa Barat di Bandung (9-14/1). Pelatihan diikuti oleh enam puluh orang Fasda dari empat daerah mitra USAID PRIORITAS.

“Kami memberikan keterampilan praktis kepada peserta mengenai pembelajaran aktif dan manajemen sekolah. Pendekatan praktis kiranya dapat memfasilitasi guru untuk menjalankan tugasnya dengan mudah dan baik,” kata Erna Irnawati, Koordinator Program USAID PRIORITAS Jawa Barat.

Erna menjelaskan program ini

kompatibel dengan kurikulum apapun sehingga guru tetap siap memfasilitasi pembelajaran aktif baik dengan KTSP maupun K-13. Erna juga menegaskan paket pelatihan kedua ini fokus pada peningkatan literasi, kemampuan membaca dengan pemahaman, dan melayani perbedaan siswa. “Paket pelatihan pertama tahun lalu sudah menunjukkan dampak positif di sekolah. Paket kedua ini diharapkan lebih berhasil lagi,” harap Erna.

Siswa Jangan Jadi KorbanSementara itu, TOT jenjang SMP/MTs diselenggarakan pada tanggal 2-7 Februari 2015 dan diikuti oleh enam puluh orang Fasda. Firman Adam, Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Jawa Barat, berharap Fasda dapat melanjutkan tren dampak positif program melalui paket pelatihan kedua.

Seperti Erna, Firman himbau peserta mengikuti pelatihan secara aktif dan penuh agar dapat menjadi fasilitator yang efektif di

daerah. “Pesan sebesar kuda jangan sampai menjadi sekecil kuya,” ucapnya.

Erna Irnawati dan Firman Adam juga memberikan penjelasan mengenai kebijakan kurikulum. Menurut Erna, para Fasda tidak perlu risau mengenai kurikulum. “Perlu dicatat, siswa jangan sampai menjadi korban karena kegamangan guru soal kurikulum,” tegas Erna.[DS]

Kabar Daerah

Guru Kunci Kebermaknaan Kurikulum

4

Tamu mengamati proses belajar dan karya siswa yang terpajang di ruang kelas.

Sunaja Dulhadi (paling kanan) bekerjasama dalam kelompok mengkaji ulang dampak program paket satu.

SMPN 2 Jatibarang

Gelar Pameran SekolahSekolah mitra SMPN 2 Jatibarang, Indramayu, menggelar pameran sekolah tahunan ke-6 sejak 2009. Dihelat selama tiga hari (12-14/3), pameran ini bertajuk “Belajar adalah seni. Dengan seni kita belajar untuk menciptakan lingkungan yang lebih indah.”

Ketua panitia Enjang Bahtiar berujar, pameran menyajikan karya siswa dan guru. “Hasil karya siswa bukanlah menggunakan bahan yang mahal dan sulit, akan tetapi menggunakan bahan bekas dan mudah terjangkau,” ucapnya.

Pameran ini dibuka untuk umum, terutama untuk sekolah terdekat, mulai SD hingga SMA/SMK. H. Warmadi, kepala sekolah, meyakini kreativitas dan inovasi siswa akan terbangun ketika bila pola pembelajarannya kondusif. “Pameran menjadi semacam cambuk untuk terus memacu karya-karya siswa ke depan,” katanya. Warmadi juga menegaskan, inovasi siswa harus diiringi penguatan moral siswa agar tidak menjadi inovasi yang keblinger.

Ojo Subarjo, pengurus Dewan Pendidikan, mengapresiasi pameran sebagai bukti cara pembelajaran aktif yang menyenangkan. Ojo juga menyebut SMPN 2 Jatibarang dan sekolah lain terus konsisten menerapkan contextual teaching and learning dan memajang hasil karya siswa di sekolah. [ES/DS]

Siapkan Siswa Percaya Diri Pelatihan sekolah putaran dua mulai bergulir di Kuningan dengan pelatihan Contextual Teaching & Learning (CTL) jenjang SMP/MTs di Kecamatan Cilimus (16-18/3). Pelatihan diikuti oleh 26 orang (guru, kepala sekolah, pengurus MGMP, dan pengawas).

Asep Taufik Rohman, kepala Disdikpora, yakin pelatihan ini membuat guru tidak galau masalah perbedaan kurikulum. “ Yang terpenting, guru mengajar dengan baik agar tercipta suasana kelas yang efektif dan menyenangkan sehingga siswa menjadi betah belajar dan percaya diri," ujar Asep.

Rokhidin, Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag, mendukung langkah fasilitator daerah dari MTs yang akan mendiseminasi program USAID di setiap madrasah. “Kami berterima kasih madrasah sudah dilibatkan dalam PRIORITAS dan berkomitmen menyebarluaskan," tuturnya. [ASB/DS]

USAID PRIORITAS/Dindin

USAID PRIORITAS/Dindin

Nomor 10

Praktik yang Baik

5

Dulu perpustakaan SDN 2 Rajamandala-kulon bernama Pusat Sumber Belajar (PSB). Ruang PSB sangatlah membosankan. Ruangan yang gelap dan penuh debu mebuat kami tidak nyaman berada di sana.

Koleksi buku PSB sangatlah tidak menarik. Kebanyakan koleksinya hanyalah buku paket pelajaran. Hanya sedikit koleksi cerita fiksi. Yang ada itupun penuh debu dan sudah usang. Setiap kami membaca buku bawaannya males. Hanya sedikit siswa-siswi berkunjung.

Ruangan PSB pun dipenuhi dengan peralatan seni dan olahraga. Ada angklung, degung, marching band, dan alat-alat olah raga yang tidak tertata.

Perubahan drastis terjadi. Ruangan PSB berpindah dari lantai satu ke lantai dua, tepat di atas ruangan PSB lama. Namaya pun berubah menjadi perpustakaan. Ruang ini menjadi nyaman dan menyenangkan.

Tak lama kemudian datanglah seorang petugas perpustakaan, yaitu Kak Deni Nurzaman. Semenjak kedatangan Kak Deni, banyak perubahan dilakukan seperti posisi rak buku, pemasangan komputer untuk belajar, penambahan buku cerita yang banyak, dan penataan ruangan yang menyenangkan. Seolah-olah terhipnotis oleh perubahan tersebut, kami sekarang sangat senang membaca di perpustakaan.

Kak Deni pun kewalahan melayani para pengunjung yang begitu banyak. Maka, Kak Deni mempunyai gagasan untuk

mendirikan organisasi Himpunan Pelajar Pencinta Perpustakaan (HP3).

Atas ijin kepala sekolah, Kak Deni pun mengumumkan HP3 saat upacara. Kami dan teman-teman tertarik untuk mengikuti HP3. Kami pun segera mendaftarkan diri. Siswa yang sudah daftar anggota HP3 berjumlah 42 orang.

Dua hari kemudian seluruh anggota HP3 berkumpul melakukan pemilihan pengurus. Kami pun sangat antusias untuk menjadi ketua HP3. Tak kusangka, saya memperoleh suara terbanyak.

Setelah struktur organisasi terbentuk saya dan kawan-kawan diberikan pelatihan-pelatihan, seperti pelatihan jurnalis cilik, reporter cilik, pembuatan robot dari kaleng bekas, dan banyak pelatihan lainnya yang membuat kami senang dan bangga mengikuti organisasi ini. Setiap anggota HP3 diberikan sebuah ID Card yang kami pasang di dada. Kami pun semakin bangga dengan itu.

Untuk menambah pengunjung perpustakaan kami mempunyai gagasan mendirikan sebuah kantin yang diberi nama ‘Kantin Kejujuran’. Kantin ini sangatlah karena tidak ada yang menjaganya. Setiap pembeli bisa langsung mengambil makanan atau minuman kemudian membayarnya ke dalam tempat penyimpanan. Kembalian pun diambil sendiri. Di sini kejujuran sangatlah diuji. Siswa yang terbukti berbuat tidak jujur akan dikenakan sangsi seratus kali lipat.

Dengan kantin ini kami secara tidak sadar diajarkan sejak dini cara berbisnis. Kami juga diajarkan bagaimana cara mengelola sebuah warung. Sungguh asyik.

Kami juga mempunyai gagasan lagi meniru Time Zone. Kami akan membuat Read Zone, yaitu Zona Membaca. Setiap pembaca rencananya akan diberikan sebuah tiket untuk membaca dan tiket tersebut dapat ditukarkan langsung dengan hadiah-hadiah yang sudah disediakan. Mudah-mudahan rencana ini akan segera terlaksana biar para pembaca semakin tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan. []

Syfa Septiani Kelas V SDN 2 Rajamandalakulon

Cipatat, Bandung Barat

Asyiknya Bermain dan Membaca dengan HP3

Karyono

USAID PRIORITAS/Asep Iryanto

Guru mainkan peranan strategis. Setiap upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari guru, dengan peningkatan profesionalisme dan kesejahteraannya. Dalam kerangka inilah diperlukan upaya penataan dan pemerataan guru (PPG).

Demikian dikatakan oleh Bupati Utje Khairiyah pada konsultasi publik PPG di Kuningan (28/1). Konsultasi publik PPG diseleng-garakan juga di Kabupaten Bekasi (26/2), Tasikmalaya (3/3), dan Cirebon (26/3).

Menurut Erna Irnawati, koordinator USAID PRIORITAS Jabar, pemerataan guru itu sama dengan pemerataan mutu pendidikan. “Adalah hak siswa, baik di perkotaan maupun di perdesaan, untuk

mendapatkan pendidikan berkualitas dengan guru yang berkualitas,” tegas Erna. Dengan demikian, kata Erna lagi, setiap guru mestinya merasa bangga bila dimutasi-kan karena ia berarti guru bagus.

Sekda Bekasi Muhyiddin tidak sepakat dengan kebijakan morato-rium PNS guru. Menurutnya, apa yang mendesak dibutuhkan Bekasi adalah penataan guru dalam bentuk penambahan guru PNS, peningkatan kualifikasi guru, dan pemerataan guru per kecamatan (26/2).

E. Z. Alfian, kadis pendidikan Tasimalaya, dan Asdullah Anwar, kadis pendidikan

Cirebon, sebut analisis data dan kebijakan distribusi guru memperkuat keperluan PPG. Dibutuhkan kebijakan bupati mengenai PPDB (peneriamaan peserta didik baru) berdasar wilayah, regrouping sekolah, regulasi mutasi guru PNS, dan ijin operasional sekolah swasta. Sedangkan kebijakan multigrade cukup diterbitkan oleh kepala dinas. [DS]

Guru Merata Mutu Sekolah MerataKonsultasi Publik PPG

Januari - Maret 2015

USAID PRIORITAS/Dindin

Sekda Bekasi Muhyiddin (tengah), konsultan ahli USAID PRIORITAS Aos Santosa (kiri), dan Kadis Rochim

Sutisna (kanan) pada konsultasi publik PPG Kabupaten Bekasi (26/2).

ShowcaseAlat Pengubah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar CairHoree…… seru anak-anak sambil membawa satu alat yang mereka hasilkan selepas mengikuti pelajaran IPA. Teriakan anak-anak tersebut mencirikan kegembiraannya karena mereka berhasil menciptakan satu alat berharga yang terbuat dari barang-barang yang sudah dianggap sampah. Alat tersebut berfungsi membuat bahan bakar cair dari sampah plastik.

Ide itu terlahir saat guru mengajak anak-anak brainstorming tentang masalah sampah yang terjadi di kab. Tasikmalaya. “Anak-anak, Tasik adalah kota resik dan bersih. Tetapi hari ini, kota kita tercinta ini sudah tidak menandakan slogan tersebut gara-gara sampah yang berserakan. Coba kalian amati, sepanjang perjalanan kalian dari rumah menuju sekolah. Adakah sampah-sampah yang berserakan?” Serempak anak-anak menjawab, “Adaa…” “Apa ide kalian untuk mengatasi persoalan sampah?”

Itulah dialog guru dan siswa saat melakukan connection pada awal pembelajaran IPA kali itu. Siswa lalu mengidentifikasi sampah basah dan kering, sampah berjenis plastik dan bukan plastik.

Dari dialog yang singkat tapi mengena pada masalah kota Tasik, siswa tertantang melahirkan ide kreatif untuk mengolah sampah plastik menjadi sesuatu yang bermantaat bagi kehidupan. Tiba-tiba seorang siswa berteriak mengatakan “Aha, saya akan membuat sampah plastik menjadi bahan bakar cair. Itu akan mengurangi jumlah sampah dan akan mendatangkan manfaat besar.

Guru mengapresiasi ide kreatif tersebut. Ia memberikan bimbingan yang telaten dan sabar dalam proses

pembuatannya. “Ayo anak-anak, kita mulai identifikasi bahan yang diperkulan ya,” ujar guru. Anak-anak menyebutkan bahan-bahan berikut: kaleng bertutup (1 buah), botol bekas air mineral ukuran 2 liter (2 buah ), pipa alumunium diameter 1 cm

(1m), selang plastik diameter 1 cm (1m), sumbat karet, kawat (1 m), dan lem plastik steel.

Siswa dibagi beberapa kelompok. Setiap kelompok bekerjasama melakukan tahapan sebagai berikut: Siapkan semua alat dan bahan.

Perhatikan G. 1; Lubangi bagian pinggir kaleng (1)

seukuran diameter pipa (2); Lubangi botol bekas air mineral (3) di

kedua ujung (tutup dan alas) seukuran diameter pipa. Botol ini akan difungsikan sebagai pendingin;

Lubangi botol bekas air mineral (3) di satu sisi dengan diameter seukuran leher botol (4);

Lubangi sisi lain dengan diameter 0,5 cm (8);

Belah botol bekas air mineral kedua menjadi 2 bagian. Bagian 1 sebagai corong (4), bagian 2 sebagai penampung bahan bakar yang dihasilkan (7);

Rakit semua bagian seperti pada gambar. Rekatkan dengan lem plastik steel;

Sambungkan selang (6) pada pipa alumunium, dihubungkan dengan sumbat karet yang dilubangi (5);

Lilitkan kawat pada selang (6) agar selang tidak terlipat;

Hubungkan selang dengan wadah penampung (7).

Perwakilan kelompok menyajikan karyanya. Berikut kutipan presentasi kelompok Ajeng:

Plastik dapat diubah menjadi bahan bakar cair dengan prinsip kerja alat sebagai berikut: Plastik yang dipanaskan akan mendidih dan

uap plastik akan bergerak menuju pipa; Pada pipa yang dilengkapi pendingin, uap

plastik akan kehilangan kalor dan mengalami pengembunan;

Wadah pendingin yang berisi air dingin berfungsi mempercepat terjadinya proses pengembunan uap plastik tersebut.

Setelah proses penguapan dan pengembunan pada plastik selesai, akan dihasilkan tetesan bahan bakar cair yang dialirkan melalui selang.

Tabung yang dipakai berdiameter 15 cm (jari-jari 7,5 cm) dengan tinggi 15 cm, sehingga volumenya dihitung dengan rumus πr2 t = 3,14 x (7,5 )2 x 15 cm3= 2.649,375 cm3 = 2,69375.10-3 m3.

Siswa Anggota Kelompok: Ajeng Febry Melia Nur’azizah

Indah Nurul FahmiMuhammad Fauzi Nursalam

Tegar Raga Wibawa

Guru Pembimbing: Ernita Ruganda

SMPN 2 Singaparna, Kab. Tasikmalaya

Praktik yang Baik

6

Foto USAID PRIORITAS/Dindin

G. 1

Gagasan berawal dari niat memberikan penghargaan bagi siswa yang giat membaca. Siswa yang berhasil membaca 30 buku dalam satu bulan dilantik menjadi Duta Baca SDN Utama Mandiri 1 Cimahi.

Menurut Irma Rahayu, guru yang juga koordinator pengembangan budaya baca sekolah, misi seorang duta-baca adalah mendorong budaya baca di sekolah. Mereka memfasilitasi dan melayani siswa membaca. Mendorong roda bermuatan bahan bacaan, mereka menjajakan buku pada waktu istirahat.

Kepala Sekolah Cucum Suminar sebut roda pintar awalnya akan dirakit dari barang bekas, tetapi agar cepat beroperasi dibelilah roda jadi. Untuk pengadaan buku, digalang infak buku dari siswa. [DS/Pri]

Roda Pintar

USAID PRIORITAS/Fery ApriadiUSAID PRIORITAS/Pribadi

USAID PRIORITAS/Pribadi

Nomor 10

Praktik yang Baik

ShowcasePerkuliahan Persamaan Diferensial II dengan Model KooperatifPertemuan tatap muka kali ini membahas aplikasi penyelesaian deret untuk persamaan diferensial linier orde-dua. Mengawali proses perkuliahan, saya menjelaskan cara belajar membaca senyap dan materi pembelajaran tentang selesaian deret.

Mahasiswa mulai membaca senyap tentang persamaan Airy, persamaan Chebyshev, persamaan Hermite, dan persamaan Legendre. Selesai membaca senyap, mahasiswa menulis dan berbagi refleksi tentang pengalaman membaca senyap.

Kemudian mahasiswa dibagi menjadi 11 kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 4–6 orang. Kelompok 1, 5, dan 9 mendiskusikan tentang aplikasi selesaian deret dalam menyelesaikan persamaan Hermite. (Persamaan diferensial , dengan p suatu konstanta, disebut persamaan Hermite).

Kelompok 2, 6, dan 11 mendiskusikan persamaan Airy. (Persamaan diferensial y” xy = 0 disebut persamaan Airy. Penyelesaian persamaan Airy di sekitar titik biasa disebut fungsi Airy).

Kelompok 3 dan 7 mendiskusikan persamaan Chebyshev. ( Persamaan diferensial dengan p suatu konstanta, disebut persamaan Chebyshev. Penyelesaian berbentuk polinom ini disebut polinom Chebyshev).

Kelompok 4 dan 8 mendiskusikan persamaan Legendre. (Persamaan

diferensial dengan p suatu konstanta, disebut persamaan Legendre. Penyelesaian persamaan ini disebut polinom Legendre).

Mahasiswa berdiskusi dalam kelompok masing-masing. Dosen berkeliling untuk memberikan penjelasan pada kelompok yang memerlukan bantuan. (Pada kelompok 2 dan 6 dosen mengingatkan kembali sifat linearitas

Mahasiswa kemudian melakukan diskusi (kunjungan )antar kelompok. Kelompok dengan bahasan materi yang sama saling mengunjungi untuk berbagi pendapat hasil diskusi pada masing-masing kelompoknya (Misalnya kelompok 2 berkunjung ke kelompok 6 untuk memaparkan cara menyelesaikan pesamaan Airy. Kelompok 7 berkunjung ke kelompok 3 untuk memaparkan cara menyelesaiakn persamaan Chebyshev. Dan begitu seterusnya untuk kelompok-kelompok lainnya).

Saat kembali ke kelompok masing-masing, mereka menggunakan feedback hasil kunjungan untuk menyempurnakan hasil kerja kelompok. Setiap kelompok menunjuk salah seorang anggotanya untuk melakukan karya-kunjung ke kelompok lain. Kelompok 1 berkunjung ke kelompok 2 dan kelompok 2 berkunjung ke kelompok 3 dan seterusnya. Selesai karya kunjung, setiap kelompok

menyempurnakan kembali hasil diskusinya. Anggota yang menjadi utusan menjadi tumpuan kelompok untuk kaji-ulang hasil kelompok.

Saya kemudian melakukan refleksi pembelajaran dengan bertanya secara acak kepada mahasiswa bagaimana cara menyelesaikan persamaan: Airy, Hermite, Chebyshev, dan Legendre. Kemudian mahasiswa diberi tugas pengembangan untuk pertemuan berikutnya. Tugasnya, setiap kelompok membuat dua rangkuman cara menyelesaikan persamaan-persamaan tersebut. Materi hasil diskusinya yaitu materi yang dibahas dalam kelompoknya dan materi karya yang berkunjung pada kelompoknya. Misalnya, kelompok 1 membuat rangkungkuman cara menyelesaikan persamaan Hermite dan persamaan Airy, karena kelompok 1 menerima karya kunjung dari kelompok 11(Persamaan Airy).

Asep Syarif HidayatDosen UPI Bandung

UPI/Asep Syarif HidayatProses karya-kunjung

USAID PRIORITAS/Ahmad Saeful Bahri USAID PRIORITAS/Ahmad Saeful Bahri

Bu Atun mengajak siswanya mengamati proses penguapan air

di halaman SDN 1 Cilimus, Kuningan, dalam rangka belajar teori penguapan air pada mata

pelajaran IPA.

Firda Nazwa Aulia, siswa Kelas IV SDN 1 Cilimus, Kuningan,menggambarkan proses penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) kepada masyarakat melalui stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).

Januari - Maret 2015 7

8

Praktik yang Baik

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa, yakni menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Membaca sangat penting karena dengan membaca kita dapat membuka cakrawala dunia. Membaca adalah kunci untuk membuka buku sebagai gudang ilmu.

Mengingat betapa pentingnya kemampuan membaca bagi siswa khususnya dan bagi semua warga sekolah pada umumnya, SDN 2 Sukasari, Banjarsari, Ciamis, mengembangkan program khusus budaya baca. Tujuan pengembangan program budaya baca adalah untuk menarik minat baca siswa agar kemampuan membaca siswa meningkat. Tingkat kemampuan membaca siswa berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mereka dan kehidupannya.

Program budaya baca dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan kegiatan yang telah dirumuskan tim pengembang program budaya baca di sekolah. Kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan budaya baca di sekolah adalah ‘Membaca Senyap.’

Membaca senyap merupakan kegiatan membaca tanpa suara. Kegiatan membaca senyap dilakukan setiap hari selama 15 menit sebelum masuk sekolah, yakni pukul 07.00 – 07.15 WIB. Kegiatan membaca senyap ditandai dengan bunyi bel panjang satu kali. Ketika mendengar bel tanda membaca senyap, seluruh siswa dan siswi SDN 2 Sukasari beserta seluruh warga sekolah baik guru, orangtua, maupun

pedagang yang ada di sekitar sekolah, segera bergegas mengambil sebuah buku. Buku tersedia di depan setiap kelas, di berbagai sudut, dan lorong yang ada di sekolah.

Setelah memilih sebuah buku, mereka mencari tempat duduk yang nyaman untuk membaca. Ada yang duduk di teras kelas, di bawah pohon, dan di taman bunga yang ada di halaman sekolah kami yang cukup luas. Kemudian mereka menikmati bacaannya.

Kegiatan membaca senyap tidak hanya dilakukan sebelum masuk kelas. Tetapi juga dilakukan waktu istirahat atau sebelum pulang sekolah. Kegiatan ini dilakukan di perpustakan sekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan secara bergiliran mulai dari siswa kelas 1 sampai dengan siswa kelas 6. Setiap siswa diperbolehkan meminjam buku perpustakaan untuk dibawa dan dibaca di rumah.

Di sekolah kami terdapat ruang perpustakaan yang dilengkapi dengan berbagai jenis buku. Referensi buku di sekolah semakin kaya setelah menerima bantuan buku bacaan dari USAID PRIORITAS. Siswa siswi SDN 2 Sukasari sangat menyenangi buku-buku dari USAID karena ceritanya sangat menarik.

Selain di luar kelas dan di perpustakaan, kegiatan membaca juga dilakukan di dalam

kelas karena di dalam kelas tersedia pojok baca yang dilengkapi dengan berbagai buku bacaan yang menarik bagi siswa dan disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan siswa.

Setiap siswa di kelas memiliki kartu baca yang mereka isi dengan judul buku yang telah selesai mereka baca. Untuk memotivasi siswa agar giat membaca, sekolah memberikan reward pada siswa yang paling banyak membaca buku di antara siswa lainnya di setiap akhir semester.

Cara lain yang dilakukan untuk mengajak siswa membaca adalah dengan bersama-sama menyanyikan lagu ajakan membaca. Lirik lagu dalam bahasa daerah.

Yu....urang maca Yu batur urang maracaLamun getol maca geus tangtu sagala bisaYu...urang macaYu batur urang maracaMaca hiji cara, cara pinter pikeun pinter

Deungkleung dengdek (2X)Buah kopi raranggeuyanHayu urang pada daekMaca di perpustakaan

Kini siswa menjadi gemar membaca dan mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Berbekal wawasan bacaan, siswa SDN 2 Sukasari bersiap menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Susi WidianingsihSDN 2 Sukasari, Banjarsari, Ciamis

Membaca dengan Kesenangan

Membaca dengan Pemahaman

USAID PRIORITAS/Ipin Rohana USAID PRIORITAS/Ipin Rohana

Nomor 10

Sudah hampir lima tahun aku mengajarkan debit air di kelas VI pada pelajaran matematika. Selalu saja murid-muridku susah mengerti apa itu debit air. Berulang-ulang aku menjelaskan tidak pernah berhasil, paling kalau pun ada yang bisa hanya mengubah satuannya dari m³ menjadi liter, dari jam ke menit, atau sebaliknya tanpa mengerti apa maksud debit air tersebut. Kuperlihatkan gambar-gambar seperti air sungai yang mengalir, air yang mengalir ke sawah, dan lain-lain pun hasilnya tidak maksimal.

Bagi murid-muridku setiap tahunnya materi debit air adalah materi yang “menakutkan”. Sampai-sampai ada muridku tahun lalu yang bilang “Aku paling ga suka sama debit air. Gak ngerti. Untung gak ada di UN.”

Ucapan muridku itu terus terngiang di telingaku, sampai aku kenal dengan USAID PRIORITAS yang bahan sederhana bahkan barang bekas selalu bisa menjadi alat peraga yang menyenangkan. Ketika aku belanja ke swalayan tiba-tiba saja mataku tertuju pada botol-botol minuman yang berjejer di rak, dan ‘ting’ muncullah ide.

Kuminta murid-muridku membawa botol bekas minuman yang diisi air, alat pencatat waktu, dan paku besar untuk

membuat lubang. Tak lupa kubuatkan sebuah Lembar Kerja dengan penuh keyakinan bahwa materi debit air kali ini akan menyenangkan buat murid-muridku.

Di hari selasa itu, murid-muridku membawa botol bekas minuman yang volumenya beragam. Ada yang 600 mℓ, 1 ℓ, 1,5 ℓ, 2 ℓ, 3,1 ℓ bahkan ada yang membawa galon yang bervolume 5 ℓ. Untuk menjaga waktu, aku perbolehkan mereka membawa handphone yang memiliki fasilitas stopwatch.

Selama pelajaran berlangsung, anak-anak tampak senang belajar di luar kelas mengamati air yang keluar dari botol yang telah dilubangi. Mereka mencatat waktunya ketika air itu habis. Mereka bahkan bisa membuat definisi tentang debit air dengan bahasa mereka sendiri.

Perfect. Aku berhasil membuat murid-muridku senang dan mengerti sendiri apa itu debit air. Setelah praktik di luar, di dalam kelas mereka kuajak bertanya jawab tentang debit air. Aku menyuruh mereka membayangkan bagaimana debit air di

Sungai Citanduy saat sedang meluap, debit air saat banjir di Jakarta, dan lain-lain.

Aku bangga ketika ada muridku yang bertanya, “Kalau volumenya banyak dan waktunya sedikit, debit airnya jadi besar ya, Bu?” “Bu, berapa debit air pada saat terjadi badai tsunami?” Dan banyak lagi muridku bertanya.

Ternyata sekarang materi debit air bukanlah materi yang menakutkan lagi buat siswa-siswa kelas VI di MI PUI Cibadak. Soal debit air menjadi materi yang mengasyikkan. []

Ina Nur InayahMIS PUI Cibadak, Banjarsasi, Ciamis

Debit Air, Siapa Takut

Praktik yang Baik

Foto USAID PRIORITAS/Fery Apriadi

9

MI PUI Cibadak/Ina Nur Inayah

Siswa kelas VI lakukan per-coban debit air menggunakan botol bekas

Inspirasi Batu Alam

Cipta Alat Penjernih AirTepuk tangan meriah seluruh tamu undangan pada District Showcase Kabupaten Cirebon di Aula Asrama Haji (18/3), menyusul ucapan selamat dan pujian serta ungkapan rasa bangga yang disampaikan kepada Afriadi dan Syela oleh Dr. Unifah Rosyidi, Kepala Pusbangprodik Kemendikbud, didampingi Sekda Dudung Mulyana dan Kadisdik Asdullah Anwar.

Afriadi Pamungkas dan Syela Asyarahmah, siswa kelas V MIN Sindangmekar Kab. Cirebon, berhasil membuat terkesan para pejabat Pemkab Cirebon, Kemdikbud, dan USAID PRIORITAS dengan alat penjernih air yang dibuatnya.

Berawal dari pengalaman Afriadi Pamungkas, yang mengeluhkan kotor dan keruhnya air sungai, yang biasa dipakai warga kampungnya untuk mencuci pakaian, akibat penambangan batu alam di bagian hulu sungai, muncullah gagasan luar biasa dan terciptalah karya kreatif berupa

alat penjernih air sederhana.Beruntung Afriadi memiliki guru

kreatif yang pernah mendapat pelatihan PAKEM melalui Program USAID PRIORITAS dan menerapkannya di madrasah tempatnya belajar. Mardianah, namanya.

Pada suatu hari, Mardianah mengajak siswa kelas V mengamati langsung aktivitas penambangan batu alam yang tidak jauh dari madrasah. Mereka mengamati kondisi air sungai yang keruh akibat aktivitas penambangan. Kegiatan pun berlanjut dengan diskusi kelas membicarakan langkah apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah air keruh itu.

Banyak gagasan muncul dari siswa. Ada siswa yang mengusulkan agar aktivitas penambangan batu alam segera dihentikan. Ada pula siswa mengusulkan agar warga sama sekali tidak memanfaatkan air sungai yang keruh. Gagasan menarik disampaikan oleh Syela, yaitu membuat alat penjernih air. Gagasan itupun didukung oleh seluruh siswa kelas V.

Mardianah memberi tugas kelompok untuk merancang alat penjernih air

sederhana. Siswa boleh mencari informasi dari sumber manapun. Bisa dari narasumber, buku, bahan pustaka di sekolah dan di luar sekolah, atau sumber lain yang memungkinkan di lingkungan tempat tinggal mereka.

Untuk memberi motivasi dan menambah semangat, kegiatan membuat alat penjernih air itu dilombakan. Kelompok terbaik dijanjikan hadiah yang diserahkan oleh kepala madrasah pada upacara bendera hari Senin. Meskipun hadiahnya murah-meriah berupa buku tulis dan pensil, para siswa tampak bersemangat dan senang melakukannya.

“Kelompok Afriadi dan Syela inilah yang saat itu jadi juara, sehingga hari ini, merekalah yang kami anggap paling tepat untuk tampil,” ujar Mardianah.

Pada simulasi pembelajaran, kedua siswa kelas V MI itu secara bergantian menyebutkan bahan, memperagakan pembuatan, dan menjelaskan cara kerja alat penjernih air yang dibuatnya. Bukan hanya penuh percaya diri, mereka juga menggunakan Bahasa Arab, Inggris, Indonesia, dan Jawa secara fasih. [SMD]

Januari - Maret 2015

Showcase

10

PAKEM Lahirkan Murid MembanggakanSeorang anak perempuan terlihat sibuk di depan ruang kelas V SDN CIlimus 1 Kabupaten Kuningan. Anak itu memasukkan benda-benda yang sudah ia siapkan ke dalam botol besar bekas air mineral. Tak berselang lama, seorang anak laki-laki datang menghampirinya dengan membawa segelas air keruh.

Rahmat, guru SDN 1 Cilimus, mengaku kedua anak itu, Nazwa dan Rifky, merupakan siswanya di kelas V. Keduanya sedang menguji coba alat penjernih air sederhana yang mereka buat. Pengamatan mereka terhadap air sungai berair keruh yang melintas dekat sekolah telah menginspirasi untuk menciptakan alat yang mampu membuat air sungai yang keruh menjadi jernih.

“Saya bangga ketika mereka menyatakan kesiapan untuk simulasi pembelajaran pada showcase USAID PRIORITAS dengan sangat antusias,” ucap

Rahmat. Beberapa hari ini kedua siswa itu bersedia pulang sore hari untuk mempersiapkan alat penjernih air yang akan mereka simulasikan. “Sikap antusias, bersemangat, percaya diri, bekerja sama, dan pantang menyerah dalam belajar ditunjukkan murid-murid setelah selama ini kami mempraktikkan PAKEM,” katanya.

Dengan lantang dan penuh percaya diri Rifky Aditya Firdaus, biasa dipanggil Adit, memaparkan alat buatannya. Adit mengatakan, kebutuhan manusia terhadap air bersih semakin lama semakin besar, sementara ketersediaannya berkurang. Oleh sebab itu, diperlukan alat untuk memproduksi air bersih.

“Alat penjernih air yang kami buat berusaha menjawab tantangan itu,” ujar Adit. Nazwa menjelaskan, bahan yang digunakan cukup sederhana, murah, dan mudah didapat, yaitu kapas, ijuk, batu kerikil, arang kayu, dan botol bekas.

Rasa bangga Rahmat bertambah ketika Bupati Utje Khaeriyah berkenan menerima permintaan kedua muridnya yaitu Nazwa dan Adit untuk mencoba penggunaan alat penjernih air buatannya. Percobaannya berhasil, Bupati pun mengungkapkan kekaguman dan rasa bangganya terhadap guru dan siswa.

Dalam kesempatan itu pula Bupati menyampaikan terima kasih dan apresiasi terhadap USAID PRIORITAS yang telah berhasil mendorong dan memfasilitasi 24 sekolah mitra sehingga mampu menunjukkan keberhasilannya secara nyata dalam praktik pembelajaran, manajemen berbasis sekolah, dan tata kelola.

Sebagai wujud kebanggaan dan terimakasih, Bupati menghadiahkan sebuah lagu yang disambut dengan tepuk tangan seluruh undangan yang hadir di Lembah Ciremai. [SMD]

Praktik yang Baik

Mengajak perubahan menuju kebaikan tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi mengubah pola pikir seseorang yang sudah bertahun-tahun berada dalam kejumudan. Untuk berubah sedikit saja terasa sulit.

Banyak pendidik yang merasa sudah cukup dengan apa yang ia miliki, sehingga tidak mau mengambil hal baik di luar sekolah mereka. Selain karena ketiadaan kesempatan, tentunya mereka juga merasa bingung harus ke mana mencontoh dan mencari praktik yang baik dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

Ada pula guru tidak mau mengubah pola belajar-mengajar karena keterbatasan alat media pembelajaran. Mereka berpikir bahwa untuk menyediakan alat media pembelajaran perlu mengeluarkan banyak uang, sehingga menambah beban anggaran pribadi maupun sekolah.

Padahal di luar sana, banyak sekolah sudah menerapkan alat peraga murah yang tidak mengeluarkan biaya. Beberapa di antaranya bisa didapatkan di lingkungan sekolah.

Salah satu upaya untuk mengubah pola pikir itu adalah mengajak melihat langsung perubahan yang terjadi di sekolah mitra USAID PRIORITAS. Beberapa guru di sekolah non mitra mengunjungi SDN 1 Cilimus dan SDN 4 Cilimus. Ternyata ini membangkitkan semangat para guru yang

ikut dalam kunjungan.Salah satu sekolah non mitra yang

mengunjungi sekolah mitra adalah SDN 2 Kertayasa Kec. Sindangagung. Rombongan dipimpin langsung oleh Fasilitator Daerah Uti, S.Pd., M.Pd, yang juga kepala sekolah tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Selasa, (03/03).

Beberapa hal yang diamati guru-guru non mitra adalah sudut baca, proses pembelajaran, pengelolaan kelas, dan pajangan karya siswa.

“Seru,” kata Wahyudin, guru kelas V SDN 2 Kertayasa. “Pembelajarannya asyik, atraktif, dan tidak membosankan,” katanya.

Guru-guru lain pun merasa senang dan bangga bisa melakukan studi banding untuk belajar praktik yang baik di sekolah mitra USAID PRIORITAS.

Beberapa guru tampak bersemangat melihat proses pengajaran yang dilaksanakan oleh ibu Atun, S.Pd di SDN 1 Cilimus.

“Saya kagum, Bu Atun begitu enerjik dan bersemangat, tidak pernah lelah dalam melaksanakan pengajaran di kelas,” ucap Yayat Sumiati, guru kelas I SDN 2 Kertayasa.

Uti mengakui awalnya sulit mengajak para guru karena mereka merasa sudah cukup dengan apa yang dimiliki. Secara perlahan Uti mampu meyakinkan para guru perlunya melakukan studi banding.

“Saya mengajak rapat para guru terlebih dahulu. Setelah guru setuju, baru disampaikan kepada komite sekolah untuk memperoleh persetujuan program studi banding,” ujar Uti.

“Studi banding tidak perlu jauh-jauh. Kalau memang di Kuningan ada yang bagus, kenapa cari yang jauh,” pungkas Uti.

Uti juga mengucapkan terima kasih kepada komite sekolah yang sudah memberikan persetujuan. Bahkan Uti berencana akan mengajak para komite sekolah untuk melihat bagaimana sekolah lain mampu mengembangkan peran serta masyarakat melalui komite sekolah. [ASB]

Fasda Rangsang Inovasi dengan Kunjungan Antarsekolah

Siswa memilih bahan bacaan sesuai selera masing-masing.

Nomor 10

USAID PRIORITAS/Ahmad Saeful Bahri

Siswa tampak asyik dalamkegiatan pembelajaran.

Wahyudin serius mengamati proses pembelajaran.

“Kereen..! kalian siswa SD yang hebat!” Kalimat singkat yang disampaikan dengan penuh semangat dan kebanggaan oleh Hj. Neneng Nurhasanah, Bupati Bekasi saat diminta pendapat dan kesan oleh Aji Saputra siswa kelas V SDN 3 Sukaresmi Kab. Bekasi tentang alat pendeteksi banjir yang dibuatnya bersama Wafa Nurfarida.

Dialog tersebut terjadi pada simulasi pembelajaran sebagai salah satu mata acara Distric Showcase di Kab. Bekasi (11/3). Saat itu Aji dan Wafa yang didampingi guru Siti Farida Mustakila mempresentasikan alat pendeteksi banjir yang mereka buat dari bahan dan alat-alat sederhana lagi murah.

Di hadapan para pejabat Pemkab Bekasi, Kemdikbud, dan Kemenag pusat, dengan lantang dan lancar kedua siswa kelas V itu menjelaskan secara rinci alat dan bahan sekaligus memperagakan cara kerja alat pendeteksi banjir buatannya.

“Alat dan bahan yang digunakan adalah sebuah baterai lengkap dengan dudukannya, seutas kabel, kayu gabus, pipa paralon kecil, botol bekas air mineral,

speaker, dan batang bambu dengan paku payung di ujungnya. Hubungkan ujung positif dan negatif kabel pada dudukan baterai, sementara ujung kabel yang satu dihubungkan dengan paku payung yang ditancapkan di ujung batang bambu dan satu lagi dihubungkan dengan logam pada rangka,” urai Wafa.

Aji kemudian melanjutkan, “Cara kerja alat ini sederhana. Ketika banjir terjadi permukaan air naik dan mendorong kayu gabus pada batang bambu ikut naik. Pada akhirnya ujung kabel pada paku payung bersentuhan dengan ujung kabel pada rangka logam. Akibatnya sirene akan berbunyi. Ini menandakan bahwa banjir tengah terjadi.”

Benar apa yang dipaparkan Aji, beberapa saat setelah Bupati Bekasi menuangkan air ke dalam botol terdengar bunyi sirene tanda peringatan dini banjir. Hal ini mengundang tepuk tangan meriah dari seluruh hadirin di Gedung Swatantra Wibawa Mukti. Sebelum turun dari panggung, Bupati pun berkenan memberi ucapan selamat kepada siswa dan guru.

“Sungguh membanggakan, percobaan rangkaian listrik sederhana yang kami lakukan di sekolah ternyata mampu menumbuhkembangkan gagasan dan sikap kreatif siswa,” tutur Siti Farida sumringah. Simulasi ini telah membuktikan bahwa PAKEM menjadi pengalaman belajar siswa yang bermakna. “PAKEM mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut mengembangkan dan menerapkan pengetahuan serta keterampilannya di lingkungan sekitar,” imbuh Farida. [SMD]

Picu Gagasan dan Sikap Kreatif Siswa

Praktik yang Baik

11

Gagasan dan karya inovatif siswa sering muncul melalui PAKEM. Anak didik saya di kelas V mampu merancang dan membuat alat pendeteksi gempa. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, tanya jawab di ruang kelas, yang dilanjutkan dengan kegiatan di luar kelas, mampu melahirkan karya inovatif yang sangat bermanfaat bagi masyarakat di kaki Gunung Galunggung.

Awalnya saya mengajak anak-anak keluar kelas untuk mengamati lingkungan sekitar. Ini terkait dengan pokok bahasan peristiwa alam yang tengah dipelajari anak-anak. Berbagai pertanyaan kritis seputar Gunung Galunggung pun muncul dari anak-anak.

“Bu, pernahkah Galunggung meletus dan apa yang terjadi saat itu?”

“Bagaimana proses terjadinya letusan?”

“Apa akibatnya bagi manusia?” “Bagaimana cara mencegah dan

menghindari bahayanya?” Kegiatan pun dilanjutkan dengan

diskusi dan presentasi. Pada saat itulah Cindy Maulani, salah seorang murid saya menyampaikan gagasannya untuk membuat alat pendeteksi gempa.

“Sebelum gunung meletus, itu kan selalu didahului gempa. Jadi kalau ada alat pendeteksi gempa, kita akan tahu bahwa gunung akan meletus, sehingga kita bisa cepet-cepet menyelamatkan diri,” tutur Cindy menjelaskan latar belakang munculnya gagasan pembuatan alat pendeteksi gempa.

Bersama Aldi Juliansyah dan Azhar, Cindy membuat alat pendeteksi gempa itu. Mereka menggunakan alat-alat sederhana dan bahan-bahan yang murah serta mudah ditemukan seperti botol bekas air mineral, kelereng, kabel, sendok plastik bekas, dan speaker. Rangka alatnya dibuat dari potongan kayu bekas. Mengetahui anak-anak kesulitan mencari speaker, saya pun membantu mencarikan. Speaker kecil dipinjam dari Kit IPA punya sekolah.

“Kami senang waktu merancang dan membuat alat pendeteksi gempa ini. Kami juga puas, akhirnya alat itu bisa selesai. Tapi kami semua deg-degan banget waktu alat itu dicoba di atas

panggung, takut kalau alat itu tidak berfungsi,” ucap Aldi menuturkan pengalaman presentasi alat yang dibuatnya di panggung showcase yang dihadiri Bupati dan para pejabat terkait di Kabupaten Tasikmalaya.

Saya senang dapat berbagi pengalaman menerapkan PAKEM hingga siswa saya terpilih untuk tampil dalam simulasi praktik pembelajaran yang baik pada Distric Showcase Kabupaten Tasikmalaya tanggal 11 Februari 2015.

Yeni MaryaniGuru di SDN Citatah, Indihiyang, Tasikmalaya

Karya Inovatif Lahir Lewat PAKEM

Januari - Maret 2015

USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah

USAID PRIORITAS/Irwan Rudiansyah

Bupati Neneng Hasanah berbaur dengan polisi cilik yang tengah asyik membacadi sudut baca pada showcase Bekasi.

12

Kabar Diseminasi

tiga

Tlp. 022-2003133 Fax. 022-2007266

Kunjungi:www.prioritaspendidikan.org

www.siapbelajar.com

Nomor 10

Cirebon Sasar

Program pendidikan USAID PRIORITAS perlu segera didiseminasikan ke seluruh kecamatan di kabupaten Cirebon. Diseminasi terutama mendesak untuk sekolah-sekolah non mitra di pelosok-pelosok. Untuk keperluan diseminasi ini, kami mulai berpikir mengenai dana dampingan dari APBD.

Demikian dikatakan oleh Drs. H. Asdullah Anwar SA, MM, kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, didampingi oleh Hermana, kepala bidang pendidikan dasar, H. Sarno WS, kepala seksi kurikulum pendidikan dasar, dan M. Iman S, kepala seksi tenaga teknis pendidikan dasar (26/1). Rencana diseminasi ini didasarkan pada dampak positif program.

Mengenai perlunya diseminasi, Sarno memberikan contoh kasus mata pelajaran Matematika. Menurutnya, masih banyak guru Matematika yang seperti tidak memiliki motivasi mengajar dan cenderung asal gugur kewajiban. “USAID tentu bisa memberikan jurus memotivasi guru agar terjadi semacam revolusi mental,” ujarnya.

Iman melihat peluang diseminasi program USAID PRIORITAS di Cirebon sangat terbuka. Menurutnya, diseminasi bisa bersinergi dengan program peningkatan mutu guru yang sudah teranggarkan di dinas pendidikan kabupaten Cirebon.

Sementara itu, H. Mujayin, kepala seksi pendidikan madrasah Kemenag kabupaten Cirebon, melihat para guru madrasah yang mengikuti program USAID mengalami peningkatan kepercayaan diri. “Kami juga merasa perlu mendiseminasikan program USAID PRIORITAS ke semua madrasah di kabupaten Cirebon,” ucapnya.

Untuk memperlancar penyebarluasan program USAID, pihak dinas pendidikan dan kementerian agama kabupaten Cirebon berniat menambah jumlah fasilitator daerah (Fasda). Maka, pemerintah kabupaten Cirebon berencana menyelenggarakan Training of Trainers (TOT) tingkat kabupaten Cirebon. [DS]

Kegiatan ini sangat menyenangkan dan sarat manfaat. Kami diajak mengevaluasi skenario pembelajaran dengan kerja kelompok membahas RPP. Skenario ini kemudian kami praktikkan di kelas dan kami mendapat pengalaman baru.

Demikian kata Baryadi, guru SMPN 1 Lakbok, Ciamis, saat mengikuti pelatihan guru SMP. Kegiatan diseminasi program USAID PRIORITAS ini diprakarsai oleh kepala SMP Negeri 1 Lakbok, Nana, S.Pd, M.Pd. Pelatihan diikuti oleh 75 peserta dari 7 sekolah yang ada di komisariat 8 baik sekolah negeri maupun swasta.

Toto Marwoto, kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ciamis, melihat langsung proses pelatihan dan menyatakan

apresiasinya. “Ini sangat positif bagi pengembangan profesionalisme guru,” kata Toto. Ia berkomitmen untuk terus menyebarluaskan USAID PRIORITAS. “Kita memasukkan anggaran pelatihan seperti ini dalam APBD,” ujarnya.

Ipin Rohana, koordinator USAID PRIROITAS daerah Ciamis, menyebut penting diseminasi. “Tidak ada siswa yang bodoh. Tidak ada siswa yang tidak mengerti. Yang ada adalah siswa yang kurang beruntung karena tidak mendapatkan guru yang baik,” tegas Ipin.

“Kami harap kegiatan seperti ini berlanjut agar kami termotivasi terus dan semakin profesional,” kata Hasyim, peserta dari SMPN 2 Lakbok. [IR/DS]

Sebar ke Lakbok, Ciamis Penuhi Hak Siswa

Terjadi kegairahan baru di kalangan guru untuk meningkatkan kapasitas dan potensinya. Para kepala sekolah binaan USAID tampak berkomitmen untuk meningkatkan tatakelola dan manajemen berbasis sekolah dalam mendukung proses pembelajaran yang baik. Maka, program pendidikan USAID PRIORITAS perlu segera disebarluaskan ke seluruh kecamatan di kabupaten Tasikmalaya.

Demikian dikatakan oleh Drs E.Z. Alvian, M.Pd, kepala Dinas Pendidikan kabupaten Tasikmalaya, dalam kesempatan berbincang dengan tim USAID PRIORITAS provinsi Jawa Barat (9/2). Alvian mensinyalir, sekolah-sekolah non mitra menunjukkan keinginannya untuk menapatkan manfaat program USAID PRIORITAS.

Eddy Rochadiat, kepala seksi kurikulum dan kesiswaan pendidikan menengah Dinas Pendidikan kabupaten Tasikmalaya, menyebut program USAID PRIORITAS membuat sekolah dan guru termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya, melalui peningkatan kompetensi dan profesionalitasnya.

“Banyak hal baru dalam

bidang pembelajaran dan manajemen sekolah mitra perlu disebarluaskan ke sekolah-sekolah lain,” ujar Eddy.

Di kalangan madrasah, sebenarnya penyebarluasan program USAID PRIORITAS sudah berjalan. Dadang Budimansyah, M.Pd, kepala MTsN Cikatomas, telah menerapkan manajemen berbasis sekolah (MBS) di madrasahnya yang bukan mitra USAID PRIORITAS.

“Dampak program USAID PRIORITAS menunjukkan bahwa program ini sejalan dan seiring dengan program pendidikan Tasikmalaya,” ujar Ellien Herlina, pengawas sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan. [DS]

Tasik Sebar Manfaat Program

Seluruh Kecamatan

USAID PRIORITAS/Fery Apriadi

Siswa SMPN 1 Padakembang, Tasikmalaya, memanfaatkanlingkungan sekolah sebagai sumber belajar (9/2).