ISSN - prioritaspendidikan.org fileISSN 2303 - 0852 Edisi 3 PRIORITAS PENDIDIKAN Apr - Jun 2013...

20
ISSN 2303 - 0852 PRIORITAS PENDIDIKAN Edisi 3 Apr - Jun 2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa Dampingi 50 Daerah Mitra Menata Distribusi Guru Batu. Tim fasilitator tata kelola dan manajemen pendidikan (education governance and management) USAID PRIORITAS memulai rangkaian program mendampingi 50 daerah mitra untuk menata distribusi guru. Tim yang dikoordinasikan oleh Dr. Mark Heyward, Adviser Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan, selama satu minggu (25-31/5) mendapatkan pelatihan untuk pelatih (ToT) tingkat nasional tentang Penataan dan Pemetaan Guru (PPG). ”Kami akan membantu pemangku kepentingan di daerah mendata dan menganalisis kebutuhan guru yang ideal untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan,” tukas Mark Heyward. Tim fasilitator yang akan membantu PPG terdiri dari spesialis tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS, dosen-dosen LPTK mitra, dan perwakilan lembaga pelatihan yang akan menjadi service provider (penyedia layanan) dalam program penataan distribusi guru. ”Peran LPTK sangat strategis untuk mendukung program penataan distribusi guru. Kami akan membantu menyosiali sasikan, mendampingi, dan membantu daerah dalam menata distribusi guru,” kata Suharjo,MS., MA dosen Universitas Negeri Malang yang menjadi tim fasilitator PPG. Secara bertahap tim fasilitator akan bekerjasama dengan pemangku kepentingan di daerah melakukan pemetaan kebutuhan guru di tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten/kota berdasarkan data DAPODIK (Data Pokok Pendidikan). Dinas pendidikan akan didampingi untuk merumuskan pilihan-pilihan kebijakan berdasarkan hasil analisis dan kondisi daerah, serta mengimplementasikannya dalam kegiatan nyata. Program ini dilaksanakan untuk mendukung implementasi kebijakan peraturan bersama (Perber) 5 menteri pada 3 Oktober 2011 mengenai menata pemerataan distribusi guru secara nasional. Baca berita lengkapnya di halaman 2. (Anw) Papua. Rencana perluasan daerah mitra USAID PRIORITAS ke Provinsi Papua memasuki tahap penjajakan. USAID PRIORITAS dan USAID mulai melakukan asesmen dan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah. Pada Bulan April-Mei 2013, tim telah melakukan pemetaan dan mewancarai para pemangku kepentingan untuk mendapatkan data kebutuhan program di Papua. Baca berita lengkapnya di halaman 4. Jajaki Kemitraan dengan Papua LPTK Mitra Siap Fasilitasi Sekolah Implementasikan MBS dan PAKEM Pariabti Palloan, S.Si., MT dosen UNM menerapkan pendekatan kontekstual saat praktik mengajar dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran di SMP/MTs. Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org SINERGI program penyebarluasan praktik pendidikan yang baik dengan LPTK telah dimulai. Hal itu ditandai dengan diselenggarakannya pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) di tujuh provinsi mitra untuk dosen LPTK. Pelatihan tersebut melibatkan setidaknya 1.015 dosen yang berasal dari 16 LPTK mitra dan 31 LPTK konsorsium. Dosen yang terlibat, dipersiapkan memfasilitasi sekolah lab dan sekolah mitra LPTK yang selama ini digunakan sebagai tempat praktik mengajar para mahasiswa. Diharapkan para calon guru tersebut bila sudah lulus dan mengajar, mereka mampu menjadi guru yang menerapkan pembelajaran aktif dan MBS. Berita lengkapnya di halaman 3. (Anw) Untuk mendukung peningkatan layanan pendidikan di sekolah, USAID PRIORITAS membantu 50 daerah mitra menata pemerataan distribusi guru. Siswa SDN INPRES Sanoba 1, Papua.

Transcript of ISSN - prioritaspendidikan.org fileISSN 2303 - 0852 Edisi 3 PRIORITAS PENDIDIKAN Apr - Jun 2013...

ISSN2303 - 0852

PRIORITAS PENDIDIKANEdisi 3Apr - Jun

2013 Media Informasi dan Penyebarluasan Praktik Pendidikan yang Baik

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa

Dampingi 50 Daerah Mitra Menata Distribusi Guru

Batu. Tim fasilitator tata kelola dan manajemen pendidikan (education governance and management) USAID PRIORITAS memulai rangkaian program mendampingi 50 daerah mitra untuk menata distribusi guru. Tim yang dikoordinasikan oleh Dr. Mark Heyward, Adviser Tata Kelola dan Manajemen Pendidikan, selama satu minggu (25-31/5) mendapatkan pelatihan untuk pelatih (ToT) tingkat nasional tentang Penataan dan Pemetaan Guru (PPG). ”Kami akan membantu pemangku kepentingan di daerah mendata dan menganalisis kebutuhan guru yang ideal untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan,” tukas Mark Heyward.

Tim fasilitator yang akan membantu PPG terdiri dari spesialis tata kelola dan manajemen pendidikan USAID PRIORITAS, dosen-dosen LPTK mitra, dan perwakilan lembaga pelatihan yang akan menjadi service provider (penyedia layanan) dalam program penataan distribusi guru. ”Peran LPTK sangat strategis untuk mendukung program penataan distribusi guru. Kami akan membantu menyosiali sasikan, mendampingi, dan membantu daerah dalam

menata distribusi guru,” kata Suharjo,MS.,MA dosen Universitas

Negeri Malang yang menjadi tim fasilitator PPG.Secara bertahap tim fasilitator akan bekerjasama dengan

pemangku kepentingan di daerah melakukan pemetaan kebutuhan guru di tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten/kota berdasarkan data DAPODIK (Data Pokok Pendidikan). Dinas pendidikan akan didampingi untuk merumuskan pilihan-pilihan kebijakan berdasarkan hasil analisis dan kondisi daerah, serta mengimplementasikannya dalam kegiatan nyata. Program ini dilaksanakan untuk mendukung implementasi kebijakan peraturan bersama (Perber) 5 menteri pada 3 Oktober 2011 mengenai menata pemerataan distribusi guru secara nasional. Baca berita lengkapnya di halaman 2. (Anw)

Papua. Rencana perluasan daerah mitra USAID PRIORITAS ke Provinsi Papua memasuki tahap penjajakan. USAID PRIORITAS dan USAID mulai melakukan asesmen dan berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah. Pada Bulan April-Mei 2013, tim telah melakukan pemetaan dan mewancarai para pemangku kepentingan untuk mendapatkan data kebutuhan program di Papua. Baca berita lengkapnya di halaman 4.

Jajaki Kemitraan dengan Papua

LPTK Mitra Siap Fasilitasi Sekolah Implementasikan MBS dan PAKEM

Pariabti Palloan, S.Si., MT dosen UNM menerapkan pendekatan kontekstual saat praktik mengajar dalam pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran di SMP/MTs.

Kunjungi: www.prioritaspendidikan.org

SINERGI program penyebarluasan praktik pendidikan yang baik dengan LPTK telah dimulai. Hal itu ditandai dengan diselenggarakannya pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran dan manajemen berbasis sekolah (MBS) di tujuh provinsi mitra untuk dosen LPTK.

Pelatihan tersebut melibatkan setidaknya 1.015 dosen yang berasal dari 16 LPTK mitra dan 31 LPTK konsorsium. Dosen yang terlibat, dipersiapkan memfasilitasi sekolah lab dan sekolah mitra LPTK yang selama ini digunakan sebagai tempat praktik mengajar para mahasiswa. Diharapkan para calon guru tersebut

bila sudah lulus dan mengajar, mereka mampu menjadi guru yang menerapkan pembelajaran aktif dan MBS. Berita lengkapnya di halaman 3. (Anw)

Untuk mendukung peningkatan layanan pendidikan di sekolah, USAID PRIORITAS membantu 50 daerah mitra menata pemerataan distribusi guru.

Siswa SDN INPRES Sanoba 1, Papua.

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 3

Penataan dan Pemerataan Guru di 50 Daerah Mitra USAID PRIORITAS:

Blitar Mulai Redistribusi Guru, Bantaeng Inisiatif buat Perda

KABUPATEN Blitar merupakan daerah mitra pertama yang menjadi pilot project dalam implementasi program penataan dan pemerataan guru (PPG). Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan dinas pendidikan, kemenag, dan BKD yang didampingi USAID PRIORITAS ditemukan persoalan distribusi yang tidak merata.

Di tingkat SMP ditemukan data kelebihan guru yang mencapai 225 guru. Kelebihan guru mata pelajaran (mapel) tersebut tersebar di 17 kecamatan. Tetapi, ada beberapa sekolah yang tersebar di 9 kecamatan justru masih kekurangan guru.

Kondisi di SD juga tidak jauh berbeda. Untuk guru mapel Pendidikan Agama Islam masih kelebihan 68 guru yang tersebar di 12 kecamatan. Tetapi sekolah yang juga tersebar di 12 kecamatan lainnya masih kekurangan guru. Artinya, penataan distribusi guru menjadi masalah.

”Rencananya mulai tahun ajaran baru 2013/2014, kami akan mulai redistribusi guru merujuk pada data pemetaan guru yang kami lakukan bersama USAID PRIORITAS,” kata Romelan, S.Pd., M.Si Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar yang intens mengikuti kegiatan PPG sejak program digulirkan.

Bantaeng Siap Kawal dengan Perda

Setelah berhasil dengan Blitar, daerah mitra lainnya memulai pelaksanaan PPG, salah satunya adalah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Staf Ahli Bupati Bantaeng, Hartawan Zainuddin, menyambut gembira pelaksanaan PPG di daerahnya. “Pemerataan guru mutlak dilaksanakan dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Ini penting sekali karena dengan data yang akurat, guru yang dimutasi tidak akan lagi merasa dihukum,” ujarnya.

Hal senada juga ditegaskan M. Anas Hasan, Ketua Komisi I DPRD. Setelah

melihat paparan PPG dari USAID PRIORITAS, dia mengusulkan inisiatif untuk membuat paraturan daerah tentang pendidikan untuk memayungi pelaksanaan PPG di Bantaeng.

”Sudah lama kami butuhkan program seperti ini. Yang dapat menyelesaikan permasalahan penataan guru itu hanya Perda. Bahkan sekarang kami berniat membuat Perda Inisiatif Penataan Guru. Tentu kami butuh bantuan dan fasilitasi USAID PRIORITAS,” katanya.

(Anw/Tri/Ham)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

DALAM mendampingi daerah mitra melakukan pemetaan dan penataan distribusi guru, USAID PRIORITAS merancangnya dalam 3 tahapan kegiatan.

Pertama, melaksanakan Lokakarya Penyamaan Persepsi. Pada tahap ini perwakilan dari dinas pendidikan, kemenag, dan BKD bersama tim fasilitator USAID PRIORITAS membangun kesepemahaman tentang teknis kegiatan dan pembagian tugas yang akan dilakukan bersama, termasuk menyiapkan data-data yang relevan.

Kedua, Lokakarya Satu tentang Analisis Data. Perwakilan peserta akan difasilitasi untuk melakukan analisis data dengan menggunakan software yang dikembangkan USAID PRIORITAS. Berdasarkan analisis data tersebut, peserta akan mengidentifikasi dan merumuskan isu strategis. Pada lokakarya ini, daerah mitra didampingi untuk melengkapi data secara komprehensif.

Ketiga, Lokakarya Dua tentang Analisis Kebijakan. Pada tahap ini, daerah akan diminta memaparkan hasil analisis data dan isu strategis yang telah dirumuskan. Berdasarkan hasil tersebut, peserta difasilitasi untuk mengidentifikasi alternatif kebijakan yang relevan dengan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Setelah itu, apabila kabupaten/kota menyetujui dan akan membuat kebijakan maka dilakukan uji publik untuk menguatkan kebijakan penataan distribusi guru di daerah.

Untuk memayungi kebijakan yang dirumuskan, daerah akan didampingi dalam mengimplementasikan kebijakan penataan distribusi guru. Misalnya dengan menerbitkan surat keputusan bupati, surat tugas kepala dinas, atau memasukkannya dalam Renja, Renstra, dan peraturan daerah. (Anw)

KEPALA Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Blitar,

Jawa Timur, Drs Totok Subihandono M.Si merasa mendapatkan jawaban atas permasalahan penataan

distribusi guru yang terjadi di daerahnya. Kelegaannya itu disampaikan setelah melihat paparan data pemetaan guru di Kabupaten Blitar yang dipresentasikan oleh tim dinas pendidikan. Setelah melakukan rangkaian kegiatan mulai sosialisasi program yang dilanjutkan lokakarya1 dan lokakarya 2, Blitar berhasil memetakan kelebihan dan kekurangan guru, serta alternatif kebijakan untuk mengatasinya.

”Program seperti inilah yang selama ini kami cari karena aplikasi dalam program ini, pemetaan distribusi PNS dan alternatif kebijakan penataannya menjadi mudah dilakukan. Kebutuhan data yang dibutuhkan juga mudah disajikan,” ungkapnya pada saat menutup acara lokakarya 2 pemetaan distribusi guru di Blitar. (Tri)

Bagaimana Program Penataan Distribusi Guru?

Totok Subihandono, Kepala BKD Blitar

Kepala BKD Blitar:

Ini yang Kami Butuhkan

M. Anas Hasan, Ketua Komisi I DPRD Bantaeng (tengah), menyatakan komitmennya untuk terlibat aktif dalam membuat regulasi penataan dan pemerataan guru.

Libatkan 1.015 Dosen LPTK Tingkatkan Mutu Perkuliahan bagi Calon Guru

PELATIHAN untuk 1.015 dosen Pedagogi LPTK mitra di tujuh provinsi mitra dilaksanakan secara serentak pada Mei- Juli 2013. Pelatihan untuk para dosen yang mengajar para calon guru itu dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu (1) pelatihan praktik yang baik untuk pembelajaran di SD/MI, (2) pelatihan praktik yang baik untuk pembelajaran di SMP/MTs, serta (3) pelatihan praktik yang baik manajemen berbasis sekolah di SD/MI dan SMP/MTs. "Kami memfasilitasi para dosen pedagogi untuk mengimplementasikan praktik-praktik yang baik dalam pre-service training maupun in-service training sehingga mereka dapat menularkan kepada mahasiswanya yang akan menjadi calon guru," kata Lynne Hill, Adviser Pengajaran dan Pembelajaran USAID PRIORITAS.

Para dosen pedagogi dari LPTK mitra dan konsorsium mengikuti pelatihan dengan antusias. Banyak pengalaman menarik yang diperoleh peserta selama pelatihan. Salah satunya adalah saat peserta harus melakukan praktik mengajar langsung di kelas. Selama ini para dosen terbiasa berhadapan dengan mahasiswa, namun kali ini mereka harus mengajar di SD dan SMP. Banyak kesan menarik dan tak terlupakan dari para peserta."Mengajar siswa SD atau SMP itu ternyata tidak mudah," kata Sutrisno Sahari SPd.,MPd dari Universitas PGRI Kediri yang melakukan praktik mengajar di SD Hang Tuah X Juanda Sidoarjo tentang pengalamannya.

Sutrisno mengaku persiapan mengajarnya berantakan karena

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat tidak bisa dilaksanakan. "Saya sempat putus asa dan ingin mundur, namun fasilitator memberi saya motivasi agar saya meneruskan kegiatan mengajar. Saya bersyukur akhirnya saya malah bisa melaksanakan pembelajaran di luar kelas diikuti oleh siswa dengan semangat tinggi," katanya.

Stuart Weston, Chief of Party USAID PRIORITAS yang mendampingi langsung proses pelatihan untuk dosen LPTK di Medan sangat terkesan dengan semangat para dosen dalam mengikuti pelatihan. “Dosen-dosen di sini semangatnya luar biasa. Mereka mau belajar dan tidak takut salah. Walaupun mereka banyak yang profesor tapi mereka mau menerima umpan balik,” kata Stuart Weston.

(Rep/Anw)

Para dosen pedagogi LPTK tampak antusias dan aktif mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran.

PELATIHAN Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga memberikan pengalaman yang berharga bagi para dosen LPTK. Banyak peserta yang mengatakan bahwa materi-materi ini akan membuat mahasiswa PPL tidak akan kekurangan bahan apabila diminta membantu kepala sekolah. “Kalau mahasiswa paham MBS, khususnya PSM dan RKS/RKT, maka mahasiswa bisa membantu sekolah untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan mengajar,” kata salah satu peserta pelatihan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Untuk menguatkan proses pelatihan, USAID PRIORITAS menghadirkan fasilitator yang berasal dari kepala sekolah dan madrasah yang berhasil mengimplementasikan MBS di sekolahnya. Seperti di Jawa Timur, Kepala SMPN 3 Sidoarjo Drs. Hartoyo, MPd, Kepala MTs Nurul Huda

Sidoarjo Drs. Misbahuddin, dan Guru SMPN 4 Sidoarjo Dwi Indah Sri Astutik SPd membagikan pengalaman-pengalaman terbaik mereka selama menjalankan MBS di sekolah masing-masing.

Siti Nurul Hidayati dosen FMIPA UNESA yang mengikuti pelatihan MBS menilai pelatihan itu sangat perlu untuk dosen karena selama ini dosen pencetak guru sangat jarang yang turun langsung ke sekolah. "Banyak dosen yang bisa mengajar, namun aplikasi keilmuannya secara langsung di lapangan belum teruji. Saya senang menjadi peserta pelatihan ini karena saya bisa menimba ilmu dari narasumber guru dan kepala sekolah yang mengalami langsung rutinitas manajemen sekolah setiap hari, menghadapi permasalahan di sekolah dan bisa mencari solusinya," komentar Nurul Hidayati.

(Rep/Anw)

Siap Fasilitasi Mahasiswa Implementasikan MBS

Bentuk Konsorsium LPTK

Sinergi LPTK untuk meningkatkan mutu pendidikan.

31 LPTK yang tersebar di tujuh provinsi mitra resmi bergabung dalam program USAID PRIORITAS. Mereka akan bekerjasama dengan 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS dalam pelaksanaan program peningkatan mutu guru pra- dan dalam jabatan. Sebelumnya, unsur pimpinan LPTK konsorsium diundang secara khusus dalam pertemuan dengan LPTK Mitra dan USAID PRIORITAS.

Pertemuan yang dihadiri para rektor, pembantu rektor, dekan, dinas pendidikan provinsi, Kemenag, dan LPMP itu, berhasil memberikan banyak masukan terhadap pengembangan kerjasama antar LPTK terutama untuk memikirkan standar kualitas pre-service calon guru. ”Pertemuan seperti ini penting dilakukan untuk menarik mata rantai antara pendidikan dasar dengan pendidikan tinggi, sehingga kita dapat membentuk kapasitas dan SDM yang bermutu terutama guru. Ini dapat menghasilkan anak didik yang berkarakter,” kata Dr. T. Rusli Yusuf, Pembantu Rektor III Universitas Syiah Kuala Aceh. (Rep/Anw)

2 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Nasional PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 3

Penataan dan Pemerataan Guru di 50 Daerah Mitra USAID PRIORITAS:

Blitar Mulai Redistribusi Guru, Bantaeng Inisiatif buat Perda

KABUPATEN Blitar merupakan daerah mitra pertama yang menjadi pilot project dalam implementasi program penataan dan pemerataan guru (PPG). Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan dinas pendidikan, kemenag, dan BKD yang didampingi USAID PRIORITAS ditemukan persoalan distribusi yang tidak merata.

Di tingkat SMP ditemukan data kelebihan guru yang mencapai 225 guru. Kelebihan guru mata pelajaran (mapel) tersebut tersebar di 17 kecamatan. Tetapi, ada beberapa sekolah yang tersebar di 9 kecamatan justru masih kekurangan guru.

Kondisi di SD juga tidak jauh berbeda. Untuk guru mapel Pendidikan Agama Islam masih kelebihan 68 guru yang tersebar di 12 kecamatan. Tetapi sekolah yang juga tersebar di 12 kecamatan lainnya masih kekurangan guru. Artinya, penataan distribusi guru menjadi masalah.

”Rencananya mulai tahun ajaran baru 2013/2014, kami akan mulai redistribusi guru merujuk pada data pemetaan guru yang kami lakukan bersama USAID PRIORITAS,” kata Romelan, S.Pd., M.Si Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Blitar yang intens mengikuti kegiatan PPG sejak program digulirkan.

Bantaeng Siap Kawal dengan Perda

Setelah berhasil dengan Blitar, daerah mitra lainnya memulai pelaksanaan PPG, salah satunya adalah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Staf Ahli Bupati Bantaeng, Hartawan Zainuddin, menyambut gembira pelaksanaan PPG di daerahnya. “Pemerataan guru mutlak dilaksanakan dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Ini penting sekali karena dengan data yang akurat, guru yang dimutasi tidak akan lagi merasa dihukum,” ujarnya.

Hal senada juga ditegaskan M. Anas Hasan, Ketua Komisi I DPRD. Setelah

melihat paparan PPG dari USAID PRIORITAS, dia mengusulkan inisiatif untuk membuat paraturan daerah tentang pendidikan untuk memayungi pelaksanaan PPG di Bantaeng.

”Sudah lama kami butuhkan program seperti ini. Yang dapat menyelesaikan permasalahan penataan guru itu hanya Perda. Bahkan sekarang kami berniat membuat Perda Inisiatif Penataan Guru. Tentu kami butuh bantuan dan fasilitasi USAID PRIORITAS,” katanya.

(Anw/Tri/Ham)

Newsletter PRIORITAS PENDIDIKAN diterbitkan oleh USAID PRIORITAS sebagai media penyebarluasan informasi dan praktik yang baik dalam bidang pendidikan. Kunjungi website kami: www.prioritaspendidikan.org. Manfaatkan berbagai praktik pendidikan yang baik, seperti ide dan pengalaman pembelajaran yang berhasil, penelitian tindakan kelas, video praktik yang baik, karya anak, dan diskusi online forum sekolah. Alamat Redaksi: Gedung Ratu Plaza, Lt. 25.Jl. Jenderal Sudirman Kav 9. Jakarta 10270. Telp: (62-21) 722 7998, Faks: (62-21) 722 7978. Artikel berupa gagasan atau pengalaman praktik yang baik dalam bidang pendidikan dapat dikirimkan melalui email [email protected]. Naskah ditulis dalam format Microsoft Word dengan jumlah kata 350--550. Lampirkan foto yang relevan dengan tulisan dalam format JPG.

USAID PRIORITAS: Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students

DALAM mendampingi daerah mitra melakukan pemetaan dan penataan distribusi guru, USAID PRIORITAS merancangnya dalam 3 tahapan kegiatan.

Pertama, melaksanakan Lokakarya Penyamaan Persepsi. Pada tahap ini perwakilan dari dinas pendidikan, kemenag, dan BKD bersama tim fasilitator USAID PRIORITAS membangun kesepemahaman tentang teknis kegiatan dan pembagian tugas yang akan dilakukan bersama, termasuk menyiapkan data-data yang relevan.

Kedua, Lokakarya Satu tentang Analisis Data. Perwakilan peserta akan difasilitasi untuk melakukan analisis data dengan menggunakan software yang dikembangkan USAID PRIORITAS. Berdasarkan analisis data tersebut, peserta akan mengidentifikasi dan merumuskan isu strategis. Pada lokakarya ini, daerah mitra didampingi untuk melengkapi data secara komprehensif.

Ketiga, Lokakarya Dua tentang Analisis Kebijakan. Pada tahap ini, daerah akan diminta memaparkan hasil analisis data dan isu strategis yang telah dirumuskan. Berdasarkan hasil tersebut, peserta difasilitasi untuk mengidentifikasi alternatif kebijakan yang relevan dengan penataan dan pemerataan guru di daerahnya. Setelah itu, apabila kabupaten/kota menyetujui dan akan membuat kebijakan maka dilakukan uji publik untuk menguatkan kebijakan penataan distribusi guru di daerah.

Untuk memayungi kebijakan yang dirumuskan, daerah akan didampingi dalam mengimplementasikan kebijakan penataan distribusi guru. Misalnya dengan menerbitkan surat keputusan bupati, surat tugas kepala dinas, atau memasukkannya dalam Renja, Renstra, dan peraturan daerah. (Anw)

KEPALA Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Blitar,

Jawa Timur, Drs Totok Subihandono M.Si merasa mendapatkan jawaban atas permasalahan penataan

distribusi guru yang terjadi di daerahnya. Kelegaannya itu disampaikan setelah melihat paparan data pemetaan guru di Kabupaten Blitar yang dipresentasikan oleh tim dinas pendidikan. Setelah melakukan rangkaian kegiatan mulai sosialisasi program yang dilanjutkan lokakarya1 dan lokakarya 2, Blitar berhasil memetakan kelebihan dan kekurangan guru, serta alternatif kebijakan untuk mengatasinya.

”Program seperti inilah yang selama ini kami cari karena aplikasi dalam program ini, pemetaan distribusi PNS dan alternatif kebijakan penataannya menjadi mudah dilakukan. Kebutuhan data yang dibutuhkan juga mudah disajikan,” ungkapnya pada saat menutup acara lokakarya 2 pemetaan distribusi guru di Blitar. (Tri)

Bagaimana Program Penataan Distribusi Guru?

Totok Subihandono, Kepala BKD Blitar

Kepala BKD Blitar:

Ini yang Kami Butuhkan

M. Anas Hasan, Ketua Komisi I DPRD Bantaeng (tengah), menyatakan komitmennya untuk terlibat aktif dalam membuat regulasi penataan dan pemerataan guru.

Libatkan 1.015 Dosen LPTK Tingkatkan Mutu Perkuliahan bagi Calon Guru

PELATIHAN untuk 1.015 dosen Pedagogi LPTK mitra di tujuh provinsi mitra dilaksanakan secara serentak pada Mei- Juli 2013. Pelatihan untuk para dosen yang mengajar para calon guru itu dibagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu (1) pelatihan praktik yang baik untuk pembelajaran di SD/MI, (2) pelatihan praktik yang baik untuk pembelajaran di SMP/MTs, serta (3) pelatihan praktik yang baik manajemen berbasis sekolah di SD/MI dan SMP/MTs. "Kami memfasilitasi para dosen pedagogi untuk mengimplementasikan praktik-praktik yang baik dalam pre-service training maupun in-service training sehingga mereka dapat menularkan kepada mahasiswanya yang akan menjadi calon guru," kata Lynne Hill, Adviser Pengajaran dan Pembelajaran USAID PRIORITAS.

Para dosen pedagogi dari LPTK mitra dan konsorsium mengikuti pelatihan dengan antusias. Banyak pengalaman menarik yang diperoleh peserta selama pelatihan. Salah satunya adalah saat peserta harus melakukan praktik mengajar langsung di kelas. Selama ini para dosen terbiasa berhadapan dengan mahasiswa, namun kali ini mereka harus mengajar di SD dan SMP. Banyak kesan menarik dan tak terlupakan dari para peserta."Mengajar siswa SD atau SMP itu ternyata tidak mudah," kata Sutrisno Sahari SPd.,MPd dari Universitas PGRI Kediri yang melakukan praktik mengajar di SD Hang Tuah X Juanda Sidoarjo tentang pengalamannya.

Sutrisno mengaku persiapan mengajarnya berantakan karena

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat tidak bisa dilaksanakan. "Saya sempat putus asa dan ingin mundur, namun fasilitator memberi saya motivasi agar saya meneruskan kegiatan mengajar. Saya bersyukur akhirnya saya malah bisa melaksanakan pembelajaran di luar kelas diikuti oleh siswa dengan semangat tinggi," katanya.

Stuart Weston, Chief of Party USAID PRIORITAS yang mendampingi langsung proses pelatihan untuk dosen LPTK di Medan sangat terkesan dengan semangat para dosen dalam mengikuti pelatihan. “Dosen-dosen di sini semangatnya luar biasa. Mereka mau belajar dan tidak takut salah. Walaupun mereka banyak yang profesor tapi mereka mau menerima umpan balik,” kata Stuart Weston.

(Rep/Anw)

Para dosen pedagogi LPTK tampak antusias dan aktif mengikuti pelatihan praktik yang baik dalam pembelajaran.

PELATIHAN Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) juga memberikan pengalaman yang berharga bagi para dosen LPTK. Banyak peserta yang mengatakan bahwa materi-materi ini akan membuat mahasiswa PPL tidak akan kekurangan bahan apabila diminta membantu kepala sekolah. “Kalau mahasiswa paham MBS, khususnya PSM dan RKS/RKT, maka mahasiswa bisa membantu sekolah untuk hal-hal yang tidak berhubungan dengan mengajar,” kata salah satu peserta pelatihan di Universitas Negeri Yogyakarta.

Untuk menguatkan proses pelatihan, USAID PRIORITAS menghadirkan fasilitator yang berasal dari kepala sekolah dan madrasah yang berhasil mengimplementasikan MBS di sekolahnya. Seperti di Jawa Timur, Kepala SMPN 3 Sidoarjo Drs. Hartoyo, MPd, Kepala MTs Nurul Huda

Sidoarjo Drs. Misbahuddin, dan Guru SMPN 4 Sidoarjo Dwi Indah Sri Astutik SPd membagikan pengalaman-pengalaman terbaik mereka selama menjalankan MBS di sekolah masing-masing.

Siti Nurul Hidayati dosen FMIPA UNESA yang mengikuti pelatihan MBS menilai pelatihan itu sangat perlu untuk dosen karena selama ini dosen pencetak guru sangat jarang yang turun langsung ke sekolah. "Banyak dosen yang bisa mengajar, namun aplikasi keilmuannya secara langsung di lapangan belum teruji. Saya senang menjadi peserta pelatihan ini karena saya bisa menimba ilmu dari narasumber guru dan kepala sekolah yang mengalami langsung rutinitas manajemen sekolah setiap hari, menghadapi permasalahan di sekolah dan bisa mencari solusinya," komentar Nurul Hidayati.

(Rep/Anw)

Siap Fasilitasi Mahasiswa Implementasikan MBS

Bentuk Konsorsium LPTK

Sinergi LPTK untuk meningkatkan mutu pendidikan.

31 LPTK yang tersebar di tujuh provinsi mitra resmi bergabung dalam program USAID PRIORITAS. Mereka akan bekerjasama dengan 16 LPTK mitra USAID PRIORITAS dalam pelaksanaan program peningkatan mutu guru pra- dan dalam jabatan. Sebelumnya, unsur pimpinan LPTK konsorsium diundang secara khusus dalam pertemuan dengan LPTK Mitra dan USAID PRIORITAS.

Pertemuan yang dihadiri para rektor, pembantu rektor, dekan, dinas pendidikan provinsi, Kemenag, dan LPMP itu, berhasil memberikan banyak masukan terhadap pengembangan kerjasama antar LPTK terutama untuk memikirkan standar kualitas pre-service calon guru. ”Pertemuan seperti ini penting dilakukan untuk menarik mata rantai antara pendidikan dasar dengan pendidikan tinggi, sehingga kita dapat membentuk kapasitas dan SDM yang bermutu terutama guru. Ini dapat menghasilkan anak didik yang berkarakter,” kata Dr. T. Rusli Yusuf, Pembantu Rektor III Universitas Syiah Kuala Aceh. (Rep/Anw)

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 5

Fasilitasi Pendidikan Inklusif dan Pengarusutamaan Gender

Pendidikan inklusif dan gender menjadi bagian dari isu lintas sektor yang menjadi perspektif pada setiap kegiatan USAID PRIORITAS. Untuk

mendapatkan masukan dan gambaran awal program tersebut, USAID PRIORITAS melaksanakan

kegiatan asesmen persepsi dan kapasitas kabupaten termasuk isu

inklusif dan gender dalam pendidikan. Asesmen ini

dilaksanakan dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan

wawancara yang melibatkan unsur dinas kabupaten (dinas pendidikan

dan kantor Kemenag) serta sekolah.

SEJAK digulirkan pemerintah pada tahun 2006, masih ada beberapa daerah mitra yang belum ada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Dampaknya, pendidikan inklusif belum menjadi prioritas dalam perencanaan program pendidikan. Hanya sebagian kecil yang memasukkan pendidikan inklusif di dalam rencana strategis dan rencana kerja pendidikan di daerah, termasuk dalam penganggarannya.

Kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan inklusi antara dinas kabupaten dengan pihak luar seperti perguruan tinggi/LSM, juga belum banyak

dilakukan. Pemberian dana operasional dan sarana/prasarana untuk pengembangan sekolah inklusif juga masih belum maksimal.

Pada aspek perencanaan, sampai saat ini belum semua dinas menggunakan data terpilah berdasarkan jenis kelamin.

Fokal point dan kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender (PUG) yang diharapkan menjadi motor penggerak di daerah, belum menjadi kebutuhan di dinas kabupaten mitra. Hampir separuh pokja yang ada sudah tidak aktif lagi.

RekomendasiBerdasarkan hasil asesmen tersebut,

USAID PRIORITAS merekomendasikan kegiatan yang memperhatikan aspek-aspek penting berikut ini:1. Meningkatkan pemahaman dan

kesadaran dinas kabupaten dan sekolah tentang pendidikan inklusif dan gender melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan, lokakarya, dan kegiatan peningkatan kapasitas lainnya.

2. Meningkatkan kapasitas kepala sekolah tentang cara membuat perubahan pada kebijakan sekolah dan perencanaan yang responsif gender termasuk penganggarannya.

3. Membangun koordinasi dan kerjasama antar organisasi yang bekerja untuk pendidikan inklusif dan gender di daerah maupun nasional untuk mendekatkan akses peserta didik berkebutuhan khusus pada pendidikan yang berkualitas dan responsif gender.

4. Advokasi kebijakan dan anggaran untuk pemenuhan sarana dan prasarana terkait pendidikan inklusif dan gender berdasarkan data yang ada dan temuan lapangan.

(Wsa)

SDN Lemahputro 1 Sidoarjo Berhasil Kembangkan Pendidikan Inklusif

SDN Lemahputro 1 Sidoarjo, Jawa Timur menyeleng-garakan pendidikan inklusif sejak tahun 2010. Pada awalnya pelaksanaan pendidikan inklusif tidak berjalan mulus.

Ada banyak guru yang merespon kurang baik karena khawatir orangtua murid menolak anaknya yang “normal” terpengaruh jika bergaul dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal itu sempat terbukti dengan menurunnya pendaftar murid baru sampai 50%.

Kejadian tersebut tidak menurunkan semangat Ibu Nanik sang kepala sekolah, untuk terus berjuang memahamkan kepada warga sekolah dan masyarakat. Menurutnya, sekolah juga memiliki kewajiban mendidik dan mempersiapkan ABK untuk dapat hidup mandiri. Walaupun mendapat tantangan, Ibu Nanik

yang memiliki latar belakang Pendidikan Luar Biasa (PLB) tetap berkomitmen mengembangkan pendidikan inklusif di sekolahnya. Beliau juga mengirim gurunya untuk mengikuti sosialisasi dan workshop tentang pendidikan inklusif.

Usaha Ibu Nanik kini telah membuahkan hasil, warga sekolah dan masyarakat memahami alasan sekolah harus menerima murid ABK. Saat kunjungan dilakukan, sekolah memiliki 32 murid ABK dengan beberapa jenis ketunaan, seperti IQ di bawah rata-rata, hedrosepalus, lemah pendengaran, ketakutan terhadap air, dan tuna daksa. Untuk membantu proses pembelajaran ABK, sekolah melengkapinya dengan dukungan 2 guru ABK dan 5 guru kelas yang sudah dilatih tentang ABK. Pembelajaran di kelas menerapkan sistem berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 6 – 7 anak termasuk 1 ABK. Pada saat tertentu, ABK dibuat dalam satu kelompok. Tujuannya untuk mengefektifkan proses pendampingan dari guru pendamping khusus karena ada satu kelas yang memiliki ABK lebih dari satu anak.

Kolaborasi ABK dengan siswa normal dalam pembelajaran membuat mereka sering mengukir prestasi. Prestasi terbaru, mereka berhasil juara 2 tingkat kabupaten dalam lomba samroh. SDN Lemahputro 1 sekarang lebih diminati masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. (Wsa)

PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

Pendidikan Inklusif di 23 Daerah Mitra

Tidak ada data

Ada tetapi tidak disetiap Kecamatan

Belum ada sekolahinklusif

Sudah ada di TiapKecamatan

SDN Lemahputro 1 Sidoarjo memamerkan keberhasilan pendidikan inklusif di sekolahnya.

65%

26%

4% 4%

Data Pendidikan Inklusif di 23 Daerah Mitra

Papua Perlu Peningkatan Kompetensi Guru

Hasil asesmen kebutuhan program di Papua menunjukkan

bahwa Papua memerlukan peningkatan kapasitas manajemen

pendidikan di Kabupaten, distrik atau kecamatan dan sekolah. Selain itu, kompetensi guru mengajar dan

ketidakhadiran guru di sekolah masih menjadi kendala utama

dalam peningkatan mutu pendidikan di Papua.

ASESMEN dilakukan di tujuh kabupaten di Papua pada bulan Maret dan Mei 2013 oleh Tim USAID- PRIORITAS dan USAID. Asesmen dilakukan melalui kunjungan dan wawancara dengan kepala dinas pendidikan kabupaten beserta kepala-kepala bidang, kepala sekolah, beberapa yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.

Saat ini, sebagian besar pengelolaan pendidikan masih terpusat di kabupaten. Karena akses yang sulit, sekolah jarang sekali mendapat supervisi dari para pengawas sekolah. “Jarang sekali pengawas dari kabupaten datang mengunjungi sekolah,” kata Bapak Obet Wanimbo, Kepala SDN Inpres Gum Gum Kelila, Memberamo Tengah, Papua.

Untuk menjangkau sekolah ini dari Kobakma-Ibu kota Kabupaten, pengawas harus naik pesawat ke Kota Wamena dilanjutkan jalan darat dengan mobil dengan 4 penggerak roda (4 WD) sekitar 4 jam.

Peningkatan Mutu Guru Hampir semua sekolah yang

dikunjungi masih menerapkan pembelajaran konvensional, yaitu guru

masih menjadi pusat pembelajaran. Pengaturan bangku juga masih klasikal, semua menghadap ke depan kelas. Tidak banyak kesempatan diberikan kepada siswa untuk melakukan diskusi atau menyampaikan pendapat mereka.

Sebagian guru bahkan mendikte dan meminta murid untuk mencatat.

Hasil tes membaca yang dilakukan USAID PRIORITAS di kelas awal (kelas 1) juga menunjukkan bahwa sebagian besar murid belum mampu membaca. Dua pertiga murid yang mampu membaca, tidak memahami kalimat sederhana yang dibaca. Kemampuan berhitung sederhana siswa juga sangat rendah. Kurang dari 50% siswa dapat menjawab benar separuh dari soal matematika sederhana (penambahan, pengurangan, pembagian dan perkalian sederhana) yang diberikan.

Distribusi guru di kabupaten juga masih menjadi masalah, selain tingkat kehadiran guru dan kualifikasi guru. ”Sebagian besar masih menumpuk di kota,” kata F. Mansawi, Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Yapen. Hal ini karena akses ke wilayah distrik yang sulit, hanya 3 dari 14 distrik yang terhubung melalui jalur darat, selebihnya harus melalui jalur laut.

(Aff)

Ester Manurung dari Education Office USAID/Indonesia, berdialog dengan siswa SDN Inpress Gum Gum Kelila, Memberamo Tengah.

Libatkan Orang Tua untuk Tentukan Kenaikan Kelas Siswa

KEPALA SDN Borai, Angkaisera, Kepulauan Yapen memiliki cara yang unik dalam menentukan kenaikan kelas para siswa, terutama siswa kelas III dan kelas V, yaitu dengan melibatkan orang tua murid.

E. Waroi, A.Ma.Pd, Kepala SDN Borai, Angkaisera menjelaskan bahwa untuk menghindari kemarahan orang tua murid ketika anaknya tidak naik kelas, para wali kelas

diminta untuk menunda keputusan kenaikan kelas anak-anak yang diragukan untuk naik kelas.

Orangtua dari anak-anak ini kemudian diundang ke sekolah bersama anak-anak mereka. Kepala sekolah, guru bersama orang tua menguji anak membaca secara bersama-sama. Anak-anak yang belum bisa membaca dengan baik diputuskan secara bersama untuk tidak dinaikkan. Cara kepala sekolah ini cukup efektif untuk menyeleksi siswa yang akan naik kelas secara transparan dan sekaligus dapat menghindari kemarahan orangtua kepada pihak sekolah.

(Aff)

Praktik yang Baik dari Papua:

Melibatkan orangtua dalam keputusan naik kelas di SDN Borai, Angkaisera sangat efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

PRIORITAS - Nasional

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 5

Fasilitasi Pendidikan Inklusif dan Pengarusutamaan Gender

Pendidikan inklusif dan gender menjadi bagian dari isu lintas sektor yang menjadi perspektif pada setiap kegiatan USAID PRIORITAS. Untuk

mendapatkan masukan dan gambaran awal program tersebut, USAID PRIORITAS melaksanakan

kegiatan asesmen persepsi dan kapasitas kabupaten termasuk isu

inklusif dan gender dalam pendidikan. Asesmen ini

dilaksanakan dengan metode FGD (Focus Group Discussion) dan

wawancara yang melibatkan unsur dinas kabupaten (dinas pendidikan

dan kantor Kemenag) serta sekolah.

SEJAK digulirkan pemerintah pada tahun 2006, masih ada beberapa daerah mitra yang belum ada sekolah penyelenggara pendidikan inklusif. Dampaknya, pendidikan inklusif belum menjadi prioritas dalam perencanaan program pendidikan. Hanya sebagian kecil yang memasukkan pendidikan inklusif di dalam rencana strategis dan rencana kerja pendidikan di daerah, termasuk dalam penganggarannya.

Kerjasama untuk meningkatkan kualitas pendidikan inklusi antara dinas kabupaten dengan pihak luar seperti perguruan tinggi/LSM, juga belum banyak

dilakukan. Pemberian dana operasional dan sarana/prasarana untuk pengembangan sekolah inklusif juga masih belum maksimal.

Pada aspek perencanaan, sampai saat ini belum semua dinas menggunakan data terpilah berdasarkan jenis kelamin.

Fokal point dan kelompok kerja (pokja) pengarusutamaan gender (PUG) yang diharapkan menjadi motor penggerak di daerah, belum menjadi kebutuhan di dinas kabupaten mitra. Hampir separuh pokja yang ada sudah tidak aktif lagi.

RekomendasiBerdasarkan hasil asesmen tersebut,

USAID PRIORITAS merekomendasikan kegiatan yang memperhatikan aspek-aspek penting berikut ini:1. Meningkatkan pemahaman dan

kesadaran dinas kabupaten dan sekolah tentang pendidikan inklusif dan gender melalui berbagai kegiatan seperti sosialisasi, pelatihan, lokakarya, dan kegiatan peningkatan kapasitas lainnya.

2. Meningkatkan kapasitas kepala sekolah tentang cara membuat perubahan pada kebijakan sekolah dan perencanaan yang responsif gender termasuk penganggarannya.

3. Membangun koordinasi dan kerjasama antar organisasi yang bekerja untuk pendidikan inklusif dan gender di daerah maupun nasional untuk mendekatkan akses peserta didik berkebutuhan khusus pada pendidikan yang berkualitas dan responsif gender.

4. Advokasi kebijakan dan anggaran untuk pemenuhan sarana dan prasarana terkait pendidikan inklusif dan gender berdasarkan data yang ada dan temuan lapangan.

(Wsa)

SDN Lemahputro 1 Sidoarjo Berhasil Kembangkan Pendidikan Inklusif

SDN Lemahputro 1 Sidoarjo, Jawa Timur menyeleng-garakan pendidikan inklusif sejak tahun 2010. Pada awalnya pelaksanaan pendidikan inklusif tidak berjalan mulus.

Ada banyak guru yang merespon kurang baik karena khawatir orangtua murid menolak anaknya yang “normal” terpengaruh jika bergaul dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Hal itu sempat terbukti dengan menurunnya pendaftar murid baru sampai 50%.

Kejadian tersebut tidak menurunkan semangat Ibu Nanik sang kepala sekolah, untuk terus berjuang memahamkan kepada warga sekolah dan masyarakat. Menurutnya, sekolah juga memiliki kewajiban mendidik dan mempersiapkan ABK untuk dapat hidup mandiri. Walaupun mendapat tantangan, Ibu Nanik

yang memiliki latar belakang Pendidikan Luar Biasa (PLB) tetap berkomitmen mengembangkan pendidikan inklusif di sekolahnya. Beliau juga mengirim gurunya untuk mengikuti sosialisasi dan workshop tentang pendidikan inklusif.

Usaha Ibu Nanik kini telah membuahkan hasil, warga sekolah dan masyarakat memahami alasan sekolah harus menerima murid ABK. Saat kunjungan dilakukan, sekolah memiliki 32 murid ABK dengan beberapa jenis ketunaan, seperti IQ di bawah rata-rata, hedrosepalus, lemah pendengaran, ketakutan terhadap air, dan tuna daksa. Untuk membantu proses pembelajaran ABK, sekolah melengkapinya dengan dukungan 2 guru ABK dan 5 guru kelas yang sudah dilatih tentang ABK. Pembelajaran di kelas menerapkan sistem berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 6 – 7 anak termasuk 1 ABK. Pada saat tertentu, ABK dibuat dalam satu kelompok. Tujuannya untuk mengefektifkan proses pendampingan dari guru pendamping khusus karena ada satu kelas yang memiliki ABK lebih dari satu anak.

Kolaborasi ABK dengan siswa normal dalam pembelajaran membuat mereka sering mengukir prestasi. Prestasi terbaru, mereka berhasil juara 2 tingkat kabupaten dalam lomba samroh. SDN Lemahputro 1 sekarang lebih diminati masyarakat untuk menyekolahkan anaknya. (Wsa)

PRIORITAS - Nasional

4 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

Pendidikan Inklusif di 23 Daerah Mitra

Tidak ada data

Ada tetapi tidak disetiap Kecamatan

Belum ada sekolahinklusif

Sudah ada di TiapKecamatan

SDN Lemahputro 1 Sidoarjo memamerkan keberhasilan pendidikan inklusif di sekolahnya.

65%

26%

4% 4%

Data Pendidikan Inklusif di 23 Daerah Mitra

Papua Perlu Peningkatan Kompetensi Guru

Hasil asesmen kebutuhan program di Papua menunjukkan

bahwa Papua memerlukan peningkatan kapasitas manajemen

pendidikan di Kabupaten, distrik atau kecamatan dan sekolah. Selain itu, kompetensi guru mengajar dan

ketidakhadiran guru di sekolah masih menjadi kendala utama

dalam peningkatan mutu pendidikan di Papua.

ASESMEN dilakukan di tujuh kabupaten di Papua pada bulan Maret dan Mei 2013 oleh Tim USAID- PRIORITAS dan USAID. Asesmen dilakukan melalui kunjungan dan wawancara dengan kepala dinas pendidikan kabupaten beserta kepala-kepala bidang, kepala sekolah, beberapa yayasan yang bergerak di bidang pendidikan.

Saat ini, sebagian besar pengelolaan pendidikan masih terpusat di kabupaten. Karena akses yang sulit, sekolah jarang sekali mendapat supervisi dari para pengawas sekolah. “Jarang sekali pengawas dari kabupaten datang mengunjungi sekolah,” kata Bapak Obet Wanimbo, Kepala SDN Inpres Gum Gum Kelila, Memberamo Tengah, Papua.

Untuk menjangkau sekolah ini dari Kobakma-Ibu kota Kabupaten, pengawas harus naik pesawat ke Kota Wamena dilanjutkan jalan darat dengan mobil dengan 4 penggerak roda (4 WD) sekitar 4 jam.

Peningkatan Mutu Guru Hampir semua sekolah yang

dikunjungi masih menerapkan pembelajaran konvensional, yaitu guru

masih menjadi pusat pembelajaran. Pengaturan bangku juga masih klasikal, semua menghadap ke depan kelas. Tidak banyak kesempatan diberikan kepada siswa untuk melakukan diskusi atau menyampaikan pendapat mereka.

Sebagian guru bahkan mendikte dan meminta murid untuk mencatat.

Hasil tes membaca yang dilakukan USAID PRIORITAS di kelas awal (kelas 1) juga menunjukkan bahwa sebagian besar murid belum mampu membaca. Dua pertiga murid yang mampu membaca, tidak memahami kalimat sederhana yang dibaca. Kemampuan berhitung sederhana siswa juga sangat rendah. Kurang dari 50% siswa dapat menjawab benar separuh dari soal matematika sederhana (penambahan, pengurangan, pembagian dan perkalian sederhana) yang diberikan.

Distribusi guru di kabupaten juga masih menjadi masalah, selain tingkat kehadiran guru dan kualifikasi guru. ”Sebagian besar masih menumpuk di kota,” kata F. Mansawi, Kasubag Umum dan Kepegawaian Dinas Pendidikan Kabupaten Kepulauan Yapen. Hal ini karena akses ke wilayah distrik yang sulit, hanya 3 dari 14 distrik yang terhubung melalui jalur darat, selebihnya harus melalui jalur laut.

(Aff)

Ester Manurung dari Education Office USAID/Indonesia, berdialog dengan siswa SDN Inpress Gum Gum Kelila, Memberamo Tengah.

Libatkan Orang Tua untuk Tentukan Kenaikan Kelas Siswa

KEPALA SDN Borai, Angkaisera, Kepulauan Yapen memiliki cara yang unik dalam menentukan kenaikan kelas para siswa, terutama siswa kelas III dan kelas V, yaitu dengan melibatkan orang tua murid.

E. Waroi, A.Ma.Pd, Kepala SDN Borai, Angkaisera menjelaskan bahwa untuk menghindari kemarahan orang tua murid ketika anaknya tidak naik kelas, para wali kelas

diminta untuk menunda keputusan kenaikan kelas anak-anak yang diragukan untuk naik kelas.

Orangtua dari anak-anak ini kemudian diundang ke sekolah bersama anak-anak mereka. Kepala sekolah, guru bersama orang tua menguji anak membaca secara bersama-sama. Anak-anak yang belum bisa membaca dengan baik diputuskan secara bersama untuk tidak dinaikkan. Cara kepala sekolah ini cukup efektif untuk menyeleksi siswa yang akan naik kelas secara transparan dan sekaligus dapat menghindari kemarahan orangtua kepada pihak sekolah.

(Aff)

Praktik yang Baik dari Papua:

Melibatkan orangtua dalam keputusan naik kelas di SDN Borai, Angkaisera sangat efektif dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

PRIORITAS - Provinsi Sumatra UtaraPRIORITAS - Provinsi Aceh

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 76 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

Membahas Perencanaan Program dengan LPTK

Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar Raniry, dua LPTK besar di Aceh bersepakat untuk menyinergikan program dengan USAID PRIORITAS dalam kegiatan Introductory Meetings and Planning Workshop yang dilaksanakan dalam dua waktu berbeda.

Lokakarya untuk Universitas Syiah Kuala (12/2) dihadiri oleh 24 peserta yang terdiri dari pembantu dekan, ketua dan sekretaris program studi pada Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Lokakarya untuk IAIN Ar Raniry

(13/2) dihadiri pula oleh 17 peserta yang terdiri dari pembantu dekan, ketua dan sekretaris jurusan pada Fakultas Tarbiyah.

Lokakarya yang bertujuan untuk menyosialisasikan dan menyelaraskan program USAID PRIORITAS dengan kebutuhan FKIP dan Tarbiyah IAIN tersebut menghasilkan beberapa

kesepakatan. Pertama, semua peserta sudah memahami rencana program USAID PRIORITAS terutama yang berhubungan dengan pengembangan LPTK.

Kedua, secara umum telah tersusun rencana pengembangan mutu pembelajaran FKIP dan Fakultas Tarbiyah. Ketiga, telah terpilihnya 6 SD dan 6 MI serta 3 SMP dan 3 MTs sebagai sekolah lab dan sekolah mitra FKIP Unsyiah dan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry yang akan didampingi USAID PRIORITAS Aceh dalam rangka meningkatkan

kualitas praktik pengalaman lapangan mahasiswa kedua LPTK tersebut.

Hasil diskusi merekomendasikan USAID PRIORITAS perlu menyelaraskan programnya agar mutu FKIP dan Fakultas Tarbiyah menjadi lebih baik. Kedua lembaga tersebut dapat difasilitasi dalam merancang rencana pengembangan kurikulum, penyusunan silabus, dan penyusunan rencana kegiatan perkuliahan (RKP), peningkatan kualitas pembelajaran, penguatan kapasitas dosen dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).

USAID PRIORITAS Aceh juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kemenag Kota Banda Aceh untuk penetapan sekolah/madrasah lab dan sekolah/madrasah mitra. FKIP Universitas Syiah Kuala dan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry. (Tmk)

Fasilitator pelatihan bagi pelatih (Training of Trainer/ToT) untuk tingkat SD/MI mendapat kejutan dari Bupati Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Secara terpisah beliau berdua mengunjungi dan memberi dukungan secara langsung kepada fasilitator dari daerahnya.

Bupati Aceh Tengah, Drs. Nasaruddin, MM merasa bangga atas keikutsertaan perwakilan Fasda dari Kabupaten Aceh Tengah. Beliau berharap Fasda dapat menjadi motor penggerak dalam peningkatan mutu pendidikan di Aceh Tengah.

Sementara itu, sehari setelah kunjungan Bupati Aceh Tengah, Bupati Bener Meriah, Ir. H. Ruslan Abdul Gani, Dipl.SE mengunjungi dan memberi motivasi kepada fasilitator dari daerahnya secara mendadak. Dalam kunjungannya, bupati melihat secara langsung proses ToT tersebut dan juga merasa bangga atas keikutsertaan perwakilan Fasda dari Kabupaten Bener Meriah.

Sebelumnya, kunjungan secara mendadak juga dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Anas M. Adam saat ToT tingkat SMP/MTs. Kadis pendidikan juga menyempatkan bergabung bersama peserta pelatihan. (Tmk)

Peserta lokakarya dari FKIP Unsyiah saat berdiskusi menyamakan persepsi dan program kegiatan FKIP dengan USAID PRIORITAS.

Bupati Bener Meriah dan Aceh Tengah Pantau Langsung Pelatihan Fasilitator

Bupati Bener Meriah, Ir. Ruslan Abdul Gani, Dipl.SE saat mengunjungi peserta ToT Fasda di Banda Aceh dan memperhatikan karya kelompok Fasda yang terpajang.

Rekomendasi dari Daerah Mitra

PERTEMUAN sosialisasi program USAID PRIORITAS di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Jaya yang dihadiri Wakil Bupati, DPRK, MPD (Majelis Pendidikan Daerah), Dinas Pendidikan, Kemenag, LSM, serta perwakilan sekolah (kepala sekolah, guru dan komite) menghasilkan rekomendasi berikut:

Kabupaten Bener Meriah:Program yang perlu mendapat

perhatian secara khusus adalah (1) program berkaitan dengan pengembangan kapasitas manajerial di tingkat sekolah maupun dinas, (2) Peningkatan kemampuan guru SD/MI dan SMP/MTs dalam menyusun perencanaan pembelajaran, penerapan, dan penyusunan perangkat evaluasi hasil pembelajaran, (3) Pola pelatihan yang perlu ditempuh adalah pola “lokakarya dan model” dengan pendampingan secara berkelanjutan.

Kabupaten Aceh Jaya: Hal yang perlu ditingkatkan adalah (1)

pelatihan guru tentang PBM secara langsung atau dengan modeling, (2) Pembekalan ilmu manajemen untuk pengelolaan sekolah, (3) Memfungsikan kembali MGMP, (4) Menyediakan softcopy modul pelatihan pada setiap sekolah, sehingga bisa dicontoh dan disebarluaskan, (5) kegiatan fokus untuk membebaskan anak kelas awal dari masalah membaca, dan (6) sekolah melakukan studi banding untuk mendapatkan praktik yang baik yang dilakukan oleh sekolah lainnya. (Tmk)

Medan. Walikota Medan, Drs. Rahudman Harahap, MM dan Konsul Amerika Serikat (AS) untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart, meresmikan gedung Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) MTsN 2 Medan, Sumatra Utara (2/5). Gedung tersebut dibangun atas dukungan penuh komite sekolah yang selama ini aktif mendukung proses pendidikan di sekolah.

Menurut Walikota Medan, ruang MGMP yang ada di MTsN 2 Medan merupakan satu-satunya gedung MGMP yang ada di kota Medan. “Saya menyambut baik dan memberikan apresiasi yang setingginya kepada MTsN 2 Medan yang melengkapi sarana dan prasarana sekolah

Komite MTsN 2 Medan Bangun Gedung MGMP Seharga Rp. 262, 3 juta

untuk menciptakan anak didik yang berkualitas, dan juga terima kasih saya kepada kepala sekolah MTsN 2 dan para guru atas dedikasinya selama ini,” ujar Rahudman Harahap.

Konsul AS mengatakan, MTsN 2 Medan adalah salah satu sekolah mitra program USAID PRIORITAS. Sebagai sekolah mitra, USAID PRIORITAS akan membantu MTsN 2 Medan meningkatkan mutu pendidikan. Kathryn mengatakan bahwa MGMP merupakan wadah berkumpulnya para guru dalam satu kelompok mata pejaran untuk memecahkan masalah, menguji coba dan mengembangkan ide-ide baru dalam pembelajaran.” Melalui MGMP, guru akan semakin profesional dan mutu pendidikan akan semakin baik,” jelas Kathryn.

Kepala MTsN 2 Medan, Dra. Nursalimi, MAg menjelaskan pembangunan ruang MGMP dilakukan oleh sekolah melalui komite sekolah. Secara mandiri komite sekolah mengumpulkan dana sebesar Rp. 262.300.000,-. Dana itu dialokasikan sebesar Rp 188.170.000,- untuk pembangunan fisik dan Rp 73.650.850,- untuk mebeler.

Nursalimi berharap MGMP di MTsN 2 Medan bisa berjalan lancar demi peningkatan mutu guru. Dengan meningkatnya mutu guru tentu akan berdampak pula pada kualitas pembelajaran di kelas. "Kami ingin memfasilitasi kreativitas semua guru," ujar Nursalimi.

Nursalimi juga berharap, gedung

MGMP ini dapat dimanfaatkan semua pihak. Tak hanya guru-guru di madrasah ini, atau madrasah lain tetapi juga sekolah lain di Medan.

Turut hadir pada peresmian gedung MGMP tersebut, Ketua DPRD Medan Amiruddin, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan Prof.Dr. H. Muhammad Hatta, Kadisdik Medan Drs. Parluhutan Hasibuan dan Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut, Agus Marwan. (Eh)

Media pembelajaran non IT yang dikembangkan guru-guru di MTs N 2 Medan dipajang pada dinding ruang MGMP (atas); Media pembelajaran tiga dimensi disusun rapi dalam lemari kaca.

Bupati Labuhan Batu: Percepatan Perluasan Program USAID PRIORITAS

Rantau Prapat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhan Batu, Sumatra Utara mempercepat perluasan program USAID PRIORITAS pada tahun 2013. Pemkab menambah dua kecamatan baru sebagai lokasi impelementasi program yaitu Pangkatan dan Panai Hulu. Percepatan ini akan menjangkau 16 sekolah (12 SD dan 4 SMP) dan memberikan manfaat langsung kepada 2.500 siswa. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kab. Labuhan Batu, Drs. Iskandar, M.Pd, Senin (10/6).

Kepala dinas pendidikan menyebut percepatan perluasan program USAID PRIORITAS ini, merupakan kebijakan Bupati Dr. H. Tigor Panusunan Siregar untuk memperluas layanan pendidikan bermutu di Labuhan Batu. Direncanakan dalam lima tahun, semua kecamatan dapat mengakses layanan pendidikan berkelas dunia yang dikembangkan oleh United States Agency for International Development (USAID). ”Setiap tahun kami akan menambah dua kecamatan baru dengan dana APBD,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya bersama dengan USAID PRIORITAS akan melakukan seleksi calon distrik fasilitator untuk kedua kecamatan baru pada bulan Juni 2013. Setelah seleksi, maka fasda terpilih akan mengikuti training of trainers (ToT). Setelah itu fasda baru melakukan pelatihan dan pendampingan di tingkat sekolah.

”Kami mengalokasikan dana untuk peningkatan mutu pendidikan tahun ini sekitar Rp. 1,2 milyar. Kami ingin memastikan semua siswa di Labuhan Batu mendapat pendidikan berkualitas, sehingga mereka bisa berhasil di masa depan,” tukasnya.

Kabupaten Labuhan Batu merupakan mitra baru program USAID PRIORITAS yang terpilih pada tahun 2012. Sejak awal, Pemkab Labuhan Batu menyatakan keinginan melakukan diseminasi mulai tahun pertama. Di daerah ini USAID PRIORITAS bekerja di Kecamatan Rantau Utara dan Bilah Hulu.

Di kedua kecamatan ini, USAID PRIORITAS membangun kapasitas 24 sekolah dengan dukungan 30 fasilitator daerah. Melalui penambahan dua kecamatan baru di tahun 2013, berarti ada empat kecamatan, 40 sekolah (30 SD/MI dan 10 SMP/MTs) dan 60 fasilitator yang mengimplementasikan layanan pendidikan berkelas dunia di Labuhan Batu. (Eh)

Walikota Medan dan Konsul AS saat meresmikan gedung MGMP MTsN 2 Medan.

Drs. Iskandar, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Labuhan Batu

PRIORITAS - Provinsi Sumatra UtaraPRIORITAS - Provinsi Aceh

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 76 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

Membahas Perencanaan Program dengan LPTK

Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar Raniry, dua LPTK besar di Aceh bersepakat untuk menyinergikan program dengan USAID PRIORITAS dalam kegiatan Introductory Meetings and Planning Workshop yang dilaksanakan dalam dua waktu berbeda.

Lokakarya untuk Universitas Syiah Kuala (12/2) dihadiri oleh 24 peserta yang terdiri dari pembantu dekan, ketua dan sekretaris program studi pada Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Lokakarya untuk IAIN Ar Raniry

(13/2) dihadiri pula oleh 17 peserta yang terdiri dari pembantu dekan, ketua dan sekretaris jurusan pada Fakultas Tarbiyah.

Lokakarya yang bertujuan untuk menyosialisasikan dan menyelaraskan program USAID PRIORITAS dengan kebutuhan FKIP dan Tarbiyah IAIN tersebut menghasilkan beberapa

kesepakatan. Pertama, semua peserta sudah memahami rencana program USAID PRIORITAS terutama yang berhubungan dengan pengembangan LPTK.

Kedua, secara umum telah tersusun rencana pengembangan mutu pembelajaran FKIP dan Fakultas Tarbiyah. Ketiga, telah terpilihnya 6 SD dan 6 MI serta 3 SMP dan 3 MTs sebagai sekolah lab dan sekolah mitra FKIP Unsyiah dan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry yang akan didampingi USAID PRIORITAS Aceh dalam rangka meningkatkan

kualitas praktik pengalaman lapangan mahasiswa kedua LPTK tersebut.

Hasil diskusi merekomendasikan USAID PRIORITAS perlu menyelaraskan programnya agar mutu FKIP dan Fakultas Tarbiyah menjadi lebih baik. Kedua lembaga tersebut dapat difasilitasi dalam merancang rencana pengembangan kurikulum, penyusunan silabus, dan penyusunan rencana kegiatan perkuliahan (RKP), peningkatan kualitas pembelajaran, penguatan kapasitas dosen dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK).

USAID PRIORITAS Aceh juga akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan Kemenag Kota Banda Aceh untuk penetapan sekolah/madrasah lab dan sekolah/madrasah mitra. FKIP Universitas Syiah Kuala dan Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry. (Tmk)

Fasilitator pelatihan bagi pelatih (Training of Trainer/ToT) untuk tingkat SD/MI mendapat kejutan dari Bupati Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah. Secara terpisah beliau berdua mengunjungi dan memberi dukungan secara langsung kepada fasilitator dari daerahnya.

Bupati Aceh Tengah, Drs. Nasaruddin, MM merasa bangga atas keikutsertaan perwakilan Fasda dari Kabupaten Aceh Tengah. Beliau berharap Fasda dapat menjadi motor penggerak dalam peningkatan mutu pendidikan di Aceh Tengah.

Sementara itu, sehari setelah kunjungan Bupati Aceh Tengah, Bupati Bener Meriah, Ir. H. Ruslan Abdul Gani, Dipl.SE mengunjungi dan memberi motivasi kepada fasilitator dari daerahnya secara mendadak. Dalam kunjungannya, bupati melihat secara langsung proses ToT tersebut dan juga merasa bangga atas keikutsertaan perwakilan Fasda dari Kabupaten Bener Meriah.

Sebelumnya, kunjungan secara mendadak juga dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, Drs. Anas M. Adam saat ToT tingkat SMP/MTs. Kadis pendidikan juga menyempatkan bergabung bersama peserta pelatihan. (Tmk)

Peserta lokakarya dari FKIP Unsyiah saat berdiskusi menyamakan persepsi dan program kegiatan FKIP dengan USAID PRIORITAS.

Bupati Bener Meriah dan Aceh Tengah Pantau Langsung Pelatihan Fasilitator

Bupati Bener Meriah, Ir. Ruslan Abdul Gani, Dipl.SE saat mengunjungi peserta ToT Fasda di Banda Aceh dan memperhatikan karya kelompok Fasda yang terpajang.

Rekomendasi dari Daerah Mitra

PERTEMUAN sosialisasi program USAID PRIORITAS di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Jaya yang dihadiri Wakil Bupati, DPRK, MPD (Majelis Pendidikan Daerah), Dinas Pendidikan, Kemenag, LSM, serta perwakilan sekolah (kepala sekolah, guru dan komite) menghasilkan rekomendasi berikut:

Kabupaten Bener Meriah:Program yang perlu mendapat

perhatian secara khusus adalah (1) program berkaitan dengan pengembangan kapasitas manajerial di tingkat sekolah maupun dinas, (2) Peningkatan kemampuan guru SD/MI dan SMP/MTs dalam menyusun perencanaan pembelajaran, penerapan, dan penyusunan perangkat evaluasi hasil pembelajaran, (3) Pola pelatihan yang perlu ditempuh adalah pola “lokakarya dan model” dengan pendampingan secara berkelanjutan.

Kabupaten Aceh Jaya: Hal yang perlu ditingkatkan adalah (1)

pelatihan guru tentang PBM secara langsung atau dengan modeling, (2) Pembekalan ilmu manajemen untuk pengelolaan sekolah, (3) Memfungsikan kembali MGMP, (4) Menyediakan softcopy modul pelatihan pada setiap sekolah, sehingga bisa dicontoh dan disebarluaskan, (5) kegiatan fokus untuk membebaskan anak kelas awal dari masalah membaca, dan (6) sekolah melakukan studi banding untuk mendapatkan praktik yang baik yang dilakukan oleh sekolah lainnya. (Tmk)

Medan. Walikota Medan, Drs. Rahudman Harahap, MM dan Konsul Amerika Serikat (AS) untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart, meresmikan gedung Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) MTsN 2 Medan, Sumatra Utara (2/5). Gedung tersebut dibangun atas dukungan penuh komite sekolah yang selama ini aktif mendukung proses pendidikan di sekolah.

Menurut Walikota Medan, ruang MGMP yang ada di MTsN 2 Medan merupakan satu-satunya gedung MGMP yang ada di kota Medan. “Saya menyambut baik dan memberikan apresiasi yang setingginya kepada MTsN 2 Medan yang melengkapi sarana dan prasarana sekolah

Komite MTsN 2 Medan Bangun Gedung MGMP Seharga Rp. 262, 3 juta

untuk menciptakan anak didik yang berkualitas, dan juga terima kasih saya kepada kepala sekolah MTsN 2 dan para guru atas dedikasinya selama ini,” ujar Rahudman Harahap.

Konsul AS mengatakan, MTsN 2 Medan adalah salah satu sekolah mitra program USAID PRIORITAS. Sebagai sekolah mitra, USAID PRIORITAS akan membantu MTsN 2 Medan meningkatkan mutu pendidikan. Kathryn mengatakan bahwa MGMP merupakan wadah berkumpulnya para guru dalam satu kelompok mata pejaran untuk memecahkan masalah, menguji coba dan mengembangkan ide-ide baru dalam pembelajaran.” Melalui MGMP, guru akan semakin profesional dan mutu pendidikan akan semakin baik,” jelas Kathryn.

Kepala MTsN 2 Medan, Dra. Nursalimi, MAg menjelaskan pembangunan ruang MGMP dilakukan oleh sekolah melalui komite sekolah. Secara mandiri komite sekolah mengumpulkan dana sebesar Rp. 262.300.000,-. Dana itu dialokasikan sebesar Rp 188.170.000,- untuk pembangunan fisik dan Rp 73.650.850,- untuk mebeler.

Nursalimi berharap MGMP di MTsN 2 Medan bisa berjalan lancar demi peningkatan mutu guru. Dengan meningkatnya mutu guru tentu akan berdampak pula pada kualitas pembelajaran di kelas. "Kami ingin memfasilitasi kreativitas semua guru," ujar Nursalimi.

Nursalimi juga berharap, gedung

MGMP ini dapat dimanfaatkan semua pihak. Tak hanya guru-guru di madrasah ini, atau madrasah lain tetapi juga sekolah lain di Medan.

Turut hadir pada peresmian gedung MGMP tersebut, Ketua DPRD Medan Amiruddin, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan Prof.Dr. H. Muhammad Hatta, Kadisdik Medan Drs. Parluhutan Hasibuan dan Koordinator Provinsi USAID PRIORITAS Sumut, Agus Marwan. (Eh)

Media pembelajaran non IT yang dikembangkan guru-guru di MTs N 2 Medan dipajang pada dinding ruang MGMP (atas); Media pembelajaran tiga dimensi disusun rapi dalam lemari kaca.

Bupati Labuhan Batu: Percepatan Perluasan Program USAID PRIORITAS

Rantau Prapat. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Labuhan Batu, Sumatra Utara mempercepat perluasan program USAID PRIORITAS pada tahun 2013. Pemkab menambah dua kecamatan baru sebagai lokasi impelementasi program yaitu Pangkatan dan Panai Hulu. Percepatan ini akan menjangkau 16 sekolah (12 SD dan 4 SMP) dan memberikan manfaat langsung kepada 2.500 siswa. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan Kab. Labuhan Batu, Drs. Iskandar, M.Pd, Senin (10/6).

Kepala dinas pendidikan menyebut percepatan perluasan program USAID PRIORITAS ini, merupakan kebijakan Bupati Dr. H. Tigor Panusunan Siregar untuk memperluas layanan pendidikan bermutu di Labuhan Batu. Direncanakan dalam lima tahun, semua kecamatan dapat mengakses layanan pendidikan berkelas dunia yang dikembangkan oleh United States Agency for International Development (USAID). ”Setiap tahun kami akan menambah dua kecamatan baru dengan dana APBD,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, pihaknya bersama dengan USAID PRIORITAS akan melakukan seleksi calon distrik fasilitator untuk kedua kecamatan baru pada bulan Juni 2013. Setelah seleksi, maka fasda terpilih akan mengikuti training of trainers (ToT). Setelah itu fasda baru melakukan pelatihan dan pendampingan di tingkat sekolah.

”Kami mengalokasikan dana untuk peningkatan mutu pendidikan tahun ini sekitar Rp. 1,2 milyar. Kami ingin memastikan semua siswa di Labuhan Batu mendapat pendidikan berkualitas, sehingga mereka bisa berhasil di masa depan,” tukasnya.

Kabupaten Labuhan Batu merupakan mitra baru program USAID PRIORITAS yang terpilih pada tahun 2012. Sejak awal, Pemkab Labuhan Batu menyatakan keinginan melakukan diseminasi mulai tahun pertama. Di daerah ini USAID PRIORITAS bekerja di Kecamatan Rantau Utara dan Bilah Hulu.

Di kedua kecamatan ini, USAID PRIORITAS membangun kapasitas 24 sekolah dengan dukungan 30 fasilitator daerah. Melalui penambahan dua kecamatan baru di tahun 2013, berarti ada empat kecamatan, 40 sekolah (30 SD/MI dan 10 SMP/MTs) dan 60 fasilitator yang mengimplementasikan layanan pendidikan berkelas dunia di Labuhan Batu. (Eh)

Walikota Medan dan Konsul AS saat meresmikan gedung MGMP MTsN 2 Medan.

Drs. Iskandar, M.Pd, Kepala Dinas Pendidikan Labuhan Batu

PRIORITAS - Provinsi Banten PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 9

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

Setelah mengikuti TOT tingkat nasional di Medan, Yudi Dirgantara

Dosen Prodi Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

langsung mempraktikkan pembelajaran kontekstual pada

mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Mahasiswa Pak Yudi menyatakan bahwa mereka merasa senang dengan cara perkuliahan “model Pak Yudi” saat ini. Selama perkuliahan mereka mengaku mengalami suasana baru yang lebih segar, menantang, mendorong kreativitas, dan menyenangkan. “Pengetahuan tentang ciri ciri pembelajaran bermakna dapat saya peroleh tidak hanya dari dosen tetapi juga dari teman sendiri,” tutur salah seorang mahasiswa.

Mahasiswa juga mengakui ada kesempatan untuk berpikir sejenak dan menuangkan pemikiran secara individual maupun secara kelompok. Yudi memberikan kesempatan mahasiswa

Perkuliahan Kontekstual ‘Belajar dan Pembelajaran’

untuk menelaah, menilai, dan memberikan masukan terhadap pemikiran dan kesimpulan serta hasil diskusi kelompok lain. Selain itu, hasil karya mereka pun mendapatkan kritik, masukan, dan penghargaan dari kelompok lain.

Langkah perkuliahan seperti ini diawali dengan pengelompokan mahasiswa. Mahasiswa dimintai untuk memecahkan masalah tentang ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran. Masalah itu didiskusikan di masing-masing kelompok.

Pada diskusi kelompok mereka mengurutkan ciri-ciri yang pokok dan menuliskannya dalam kertas plano. Mahasiswa melakukan penyusunan itu menurut pemikiran kelompok.

Setelah mereka meyakini hasil karyanya merupakan hasil pemikiran bersama yang terbaik dan layak untuk “dijual” kepada kelompok lainnya, juru bicara melakukan presentasi selama 5 menit. Presentasi seperti ini dapat

dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk menyampaikan hasil diskusi, menerima kritik dan masukan. Presentasi dilakukan 4 kali putaran di depan kelompok yang berbeda.

Setelah selesai presentasi, presenter kembali ke kelompok semula dan menyempurkan hasil karyanya. Setiap kelompok lalu memajangkan karyanya di dinding kelas (ruang perkuliahan).

Hal yang membuat para mahasiswa sangat antusias adalah adanya kesempatan mereka untuk berbagai pendapat, menyimpulkan dan mempresentasikan butir-butir pokok ciri-ciri belajar bermakna.

Penyajian hasil diskusi kelompok di depan kelompok lain selama beberapa kali presentasi memberikan kesempatan mahasiswa untuk menunjukkan kompetensi kognitif, psikomotor, maupun afektif/sikap.

Secara kognitif, penyajian yang baik dilakukan sesuai dengan informasi yang bersumber dari rujukan yang tepat. Secara psikomotor, mahasiswa yang menyajikan dituntut untuk mampu berbicara dan memberikan argumen untuk meyakinkan teman yang berada di kelompok lain.

Terakhir, pada aspek sikap, mahasiswa ketika menyajikan dan merespons masukan, kritikan, dan saran dari mahasiswa lain dituntut untuk bersikap sopan, penuh perhitungan, hangat, dan penuh rasa rendah hati, humble. (Cr)

Dosen mendampingi kelompok saat mahasiswa aktif berdiskusi. Hasil diskusi dipajangkan di sekitar dinding kelas.

Tangerang. ”Sebelumnya saya merasa sudah pintar. Ternyata, saya belum tahu apa-apa,” aku Bambang Eko Wibowo, Kepala Sekolah SMPN 9 Kota Tangerang setelah mengikuti pelatihan tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). SMPN 9 Tangerang yang dipimpin oleh pak Bambang adalah salah satu sekolah favorit di kota tersebut.

Ia yakin betul bahwa pengalaman pelatihan dengan USAID PRIORITAS tidak akan berbeda jauh dengan pelatihan-pelatihan lain yang pernah diikutinya. Semua pernah ia dengar, bahan pelatihan hanya akan masuk ke dalam flash disc tanpa akan dibuka lagi, dan tidak akan ada dampak nyata.

Ternyata ia salah. Dia baru menyadari bahwa dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS), atau Rencana Kerja Tahunan (RKT) akan jauh lebih baik jika didasarkan pada Evaluasi Diri Sekolah atau EDS dari masing-masing guru. Selama ini, sekolah yang dipimpinnya hanya membuat perencanaan itu setiap kali ditagih oleh Dinas Pendidikan. Proses yang dilalui pun tidak berdasarkan masukan terperinci dari guru-guru semua

mata pelajaran. “Itu kemarin

benar-benar kayak orang pusing minum obat. Terus langsung pleng,” katanya saat menceritakan betapa sederhananya pengetahuan atau pemahaman baru yang ia peroleh dari pelatihan USAID PRIORITAS.

Menurut kepala sekolah yang dikenal akrab dengan para gurunya itu, selama ini mereka terbiasa mempersulit diri, karena tidak taat proses dan bekerja secara terburu-buru serta berorientasi pada hasil instan. Hal itu diutarakannya saat pertemuan koordinasi distrik Tangerang di hadapan para wakil dari Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, dan Bappeda Kota Tangerang (27/3).

Langkah pak Bambang tak berhenti sampai di situ. Ia bersama Kepala Sekolah

SMPN 5 Tangerang, Mulyono Sobar, S.Pd., menginisiasi lokakarya penyusunan EDS untuk semua SMP negeri di wilayah Kota Tangerang pada tanggal 14 Mei lalu. Kegiatan ini dilanjutkan dengan lokakarya penyusunan RKS, RKAT, dan RKAS (20-22/5). Sambutan dari 24 SMP negeri di Kota Tangerang sangat positif. Mereka antusias mengirimkan wakil sekolah pada acara tersebut. (Nic)

SETELAH mengikuti Pelatihan USAID PRIORITAS sejumlah 100 Fasilitator Daerah di Kabupaten Pandeglang dan Serang, mengikuti kunjungan belajar ke daerah Kabupaten Subang, Jawa Barat (28/5). Mereka bertandang ke 4 sekolah, yaitu SDN Ciater, SDN Girimekar, SMPN 2 Subang, dan MTs Kasomalang.

Para peserta pada awalnya memang sempat kaget melihat bangunan sekolah yang dikunjungi tidaklah megah atau hebat. Namun, mereka tidak butuh waktu lama untuk bisa mengenali kelebihan sekolah-sekolah tersebut. Di SDN Ciater, misalnya, para peserta disambut di dalam kelas yang penuh dengan karya siswa yang dipajang di dinding, dan siswa yang antusias menanggapi setiap pertanyaan yang dilontarkan guru.

Para siswa itu juga memiliki daftar hadir mandiri. Daftar hadir mandiri itu adalah jam buatan tangan yang menunjukkan kedatangan mereka setiap hari. Setiap siswa wajib mengatur letak jarum jam sesuai kedatangan mereka hari itu. Hal

ini dibuat untuk melatih sikap disiplin dan kejujuran siswa.

Peserta juga bertemu dengan Komite Sekolah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang, dan wakil dari Kementerian Agama. Peserta berdialog untuk mencari tahu mengenai pengalaman sekolah dalam mengaplikasikan pembelajaran aktif, manajemen sekolah, dan penggalangan partisipasi masyarakat yang lebih baik.

Kepala Sekolah MTs AL-Khairiyah Kepandean, Ciruas, Serang, Edi Suhedi, mengakui sejumlah kemajuan yang ditemukannya di sekolah tempat kunjungan. Komite sekolah berpartisipasi penuh dalam setiap upaya memajukan sekolah. Mereka bahkan berperan seperti layaknya humas dan marketing bagi sekolah. (Nic)

Pelatihan yang Membuka Mata

Belajar dari Kunjungan Sekolah

Edi Suhedi, Kepsek MTs Al-Khairiyah.

Bambang Eko Wibowo, M.Si., Kepala Sekolah SMPN 9 Tangerang, didampingi Mulyono Sobar S.Pd., Kepsek SMPN 5 Tangerang, saat memberikan testimoni mengenai Pelatihan USAID PRIORITAS.

Rangkas Bitung. Ahmad Firdaus, M.Si Kepala MTsN Model Pasir Sukarayat, Rangkasbitung, melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan sekolahnya. Salah satu kebijakan terbarunya adalah melibatkan siswa dalam penilaian kinerja guru. Kebijakan ini mulai diterapkan di MTSN Model Pasir Sukarayat akhir tahun ajaran 2013 ini. Murid-murid kelas IX yang akan meneruskan ke jenjang SMA/MA, diminta untuk mengisi formulir berisi penilaian mereka atas kinerja para guru dan staf sekolah.

Ahmad menjelaskan bahwa selama ini, penilaian kinerja guru merupakan proses yang tidak mudah, karena penilaian yang dilakukan oleh asesor resmi selalu hanya berdasarkan pengamatan sesaat, dan tidak bisa setiap tahun dilaksanakan. Dengan cara ini, penilaian bisa dilakukan setiap tahun. “Kami jadi punya data tertulis mengenai kinerja guru di kelas,” Ahmad menjelaskan.

Beberapa guru menyambut baik inisiatif pelibatan siswa dalam menilai kinerja mereka. “Moga-moga baguslah (penilaiannya),” komentar salah seorang guru.

(Nic/Nov)

Libatkan Siswa Sebagai Asesor

Siswa MTsN Model Pasir Sukaryat dilibatkan untuk menilai kinerja guru dan staf sekolah.

PROGRAM USAID PRIORITAS adalah kepentingan kami, karena kami membutuhkan program semacam ini untuk menghadapi berbagai masalah pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Kami merasa program ini adalah milik kami. Sebab itu, kami segenap jajaran pemerintah daerah menyatakan siap menjadi agen perubahan dan memimpin pembaharuan dalam bidang pendidikan.

Demikian intisari sambutan Walikota Cimahi, Bupati Ciamis dan Bandung Barat, yang disampaikan Wakil Walikota Cimahi, Kepala Dinas Pendidikan Ciamis, dan Bandung Barat, saat sosialisasi program USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu.

Kesempatan untuk GuruPelaksanaan program USAID

PRIORITAS menurut Eep Saeful Rojab Fansuri perwakilan dari Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Umum (BPPTK-PU) Jawa Barat, pelatihan ini menjadi kesempatan untuk guru meningkatkan kompetensi. Hal itu dikatakannya saat mewakili Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat membuka ToT Provinsi untuk Fasilitator Daerah jenjang SD/MI di Tasikmalaya.

Ibarat mobok manggih gorowong (menggali ketemu lubang besar), kurikulum 2013 diresmikan saat USAID PRIORITAS mulai bergulir. Maka, pemerintah RI dan USAID bertemu dalam program yang saling bersesuaian dan saling mendukung. “Program USAID PRIORITAS yang mengedepankan PAKEM amatlah sejalan dengan semangat dan jiwa kurikulum 2013," ujarnya. (Ddn)

Pemangku Kepentingan Pimpin Pembaharuan Pendidikan

Finger Print SMPN 2 Cikoneng: “Mesin” finger print yang terbuat dari kayu, berbentuk seperti meja tulis yang dipenuhi laci-laci kecil, ternyata cukup efektif mengatasi masalah keterlambatan siswa. Ide pembuatan finger print merupakan hasil musyawarah guru dan komite sekolah. Di dalam laci itu terdapat daftar hadir kelas. Setiap siswa yang datang dan pulang diwajibkan mampir ke mesin untuk menandatangani daftar hadir. Mesin ini dikunci tepat jam 7.00 pagi dan dibuka pada jam kepulangan. Maka, siswa yang datang lewat jam 7 tidak bisa menandatangani daftar hadir dan dihitung terlambat, untuk lalu mendapat peringatan bertahap. (Ddn)

PRIORITAS - Provinsi Banten PRIORITAS - Provinsi Jawa Barat

8 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 9

Stakeholder Provinsi Sepakati FGD Rutin

Setelah mengikuti TOT tingkat nasional di Medan, Yudi Dirgantara

Dosen Prodi Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

langsung mempraktikkan pembelajaran kontekstual pada

mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Mahasiswa Pak Yudi menyatakan bahwa mereka merasa senang dengan cara perkuliahan “model Pak Yudi” saat ini. Selama perkuliahan mereka mengaku mengalami suasana baru yang lebih segar, menantang, mendorong kreativitas, dan menyenangkan. “Pengetahuan tentang ciri ciri pembelajaran bermakna dapat saya peroleh tidak hanya dari dosen tetapi juga dari teman sendiri,” tutur salah seorang mahasiswa.

Mahasiswa juga mengakui ada kesempatan untuk berpikir sejenak dan menuangkan pemikiran secara individual maupun secara kelompok. Yudi memberikan kesempatan mahasiswa

Perkuliahan Kontekstual ‘Belajar dan Pembelajaran’

untuk menelaah, menilai, dan memberikan masukan terhadap pemikiran dan kesimpulan serta hasil diskusi kelompok lain. Selain itu, hasil karya mereka pun mendapatkan kritik, masukan, dan penghargaan dari kelompok lain.

Langkah perkuliahan seperti ini diawali dengan pengelompokan mahasiswa. Mahasiswa dimintai untuk memecahkan masalah tentang ciri-ciri dan karakteristik pembelajaran. Masalah itu didiskusikan di masing-masing kelompok.

Pada diskusi kelompok mereka mengurutkan ciri-ciri yang pokok dan menuliskannya dalam kertas plano. Mahasiswa melakukan penyusunan itu menurut pemikiran kelompok.

Setelah mereka meyakini hasil karyanya merupakan hasil pemikiran bersama yang terbaik dan layak untuk “dijual” kepada kelompok lainnya, juru bicara melakukan presentasi selama 5 menit. Presentasi seperti ini dapat

dimanfaatkan oleh mahasiswa untuk menyampaikan hasil diskusi, menerima kritik dan masukan. Presentasi dilakukan 4 kali putaran di depan kelompok yang berbeda.

Setelah selesai presentasi, presenter kembali ke kelompok semula dan menyempurkan hasil karyanya. Setiap kelompok lalu memajangkan karyanya di dinding kelas (ruang perkuliahan).

Hal yang membuat para mahasiswa sangat antusias adalah adanya kesempatan mereka untuk berbagai pendapat, menyimpulkan dan mempresentasikan butir-butir pokok ciri-ciri belajar bermakna.

Penyajian hasil diskusi kelompok di depan kelompok lain selama beberapa kali presentasi memberikan kesempatan mahasiswa untuk menunjukkan kompetensi kognitif, psikomotor, maupun afektif/sikap.

Secara kognitif, penyajian yang baik dilakukan sesuai dengan informasi yang bersumber dari rujukan yang tepat. Secara psikomotor, mahasiswa yang menyajikan dituntut untuk mampu berbicara dan memberikan argumen untuk meyakinkan teman yang berada di kelompok lain.

Terakhir, pada aspek sikap, mahasiswa ketika menyajikan dan merespons masukan, kritikan, dan saran dari mahasiswa lain dituntut untuk bersikap sopan, penuh perhitungan, hangat, dan penuh rasa rendah hati, humble. (Cr)

Dosen mendampingi kelompok saat mahasiswa aktif berdiskusi. Hasil diskusi dipajangkan di sekitar dinding kelas.

Tangerang. ”Sebelumnya saya merasa sudah pintar. Ternyata, saya belum tahu apa-apa,” aku Bambang Eko Wibowo, Kepala Sekolah SMPN 9 Kota Tangerang setelah mengikuti pelatihan tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). SMPN 9 Tangerang yang dipimpin oleh pak Bambang adalah salah satu sekolah favorit di kota tersebut.

Ia yakin betul bahwa pengalaman pelatihan dengan USAID PRIORITAS tidak akan berbeda jauh dengan pelatihan-pelatihan lain yang pernah diikutinya. Semua pernah ia dengar, bahan pelatihan hanya akan masuk ke dalam flash disc tanpa akan dibuka lagi, dan tidak akan ada dampak nyata.

Ternyata ia salah. Dia baru menyadari bahwa dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Anggaran Sekolah (RKAS), atau Rencana Kerja Tahunan (RKT) akan jauh lebih baik jika didasarkan pada Evaluasi Diri Sekolah atau EDS dari masing-masing guru. Selama ini, sekolah yang dipimpinnya hanya membuat perencanaan itu setiap kali ditagih oleh Dinas Pendidikan. Proses yang dilalui pun tidak berdasarkan masukan terperinci dari guru-guru semua

mata pelajaran. “Itu kemarin

benar-benar kayak orang pusing minum obat. Terus langsung pleng,” katanya saat menceritakan betapa sederhananya pengetahuan atau pemahaman baru yang ia peroleh dari pelatihan USAID PRIORITAS.

Menurut kepala sekolah yang dikenal akrab dengan para gurunya itu, selama ini mereka terbiasa mempersulit diri, karena tidak taat proses dan bekerja secara terburu-buru serta berorientasi pada hasil instan. Hal itu diutarakannya saat pertemuan koordinasi distrik Tangerang di hadapan para wakil dari Dinas Pendidikan, Kantor Kementerian Agama, dan Bappeda Kota Tangerang (27/3).

Langkah pak Bambang tak berhenti sampai di situ. Ia bersama Kepala Sekolah

SMPN 5 Tangerang, Mulyono Sobar, S.Pd., menginisiasi lokakarya penyusunan EDS untuk semua SMP negeri di wilayah Kota Tangerang pada tanggal 14 Mei lalu. Kegiatan ini dilanjutkan dengan lokakarya penyusunan RKS, RKAT, dan RKAS (20-22/5). Sambutan dari 24 SMP negeri di Kota Tangerang sangat positif. Mereka antusias mengirimkan wakil sekolah pada acara tersebut. (Nic)

SETELAH mengikuti Pelatihan USAID PRIORITAS sejumlah 100 Fasilitator Daerah di Kabupaten Pandeglang dan Serang, mengikuti kunjungan belajar ke daerah Kabupaten Subang, Jawa Barat (28/5). Mereka bertandang ke 4 sekolah, yaitu SDN Ciater, SDN Girimekar, SMPN 2 Subang, dan MTs Kasomalang.

Para peserta pada awalnya memang sempat kaget melihat bangunan sekolah yang dikunjungi tidaklah megah atau hebat. Namun, mereka tidak butuh waktu lama untuk bisa mengenali kelebihan sekolah-sekolah tersebut. Di SDN Ciater, misalnya, para peserta disambut di dalam kelas yang penuh dengan karya siswa yang dipajang di dinding, dan siswa yang antusias menanggapi setiap pertanyaan yang dilontarkan guru.

Para siswa itu juga memiliki daftar hadir mandiri. Daftar hadir mandiri itu adalah jam buatan tangan yang menunjukkan kedatangan mereka setiap hari. Setiap siswa wajib mengatur letak jarum jam sesuai kedatangan mereka hari itu. Hal

ini dibuat untuk melatih sikap disiplin dan kejujuran siswa.

Peserta juga bertemu dengan Komite Sekolah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang, dan wakil dari Kementerian Agama. Peserta berdialog untuk mencari tahu mengenai pengalaman sekolah dalam mengaplikasikan pembelajaran aktif, manajemen sekolah, dan penggalangan partisipasi masyarakat yang lebih baik.

Kepala Sekolah MTs AL-Khairiyah Kepandean, Ciruas, Serang, Edi Suhedi, mengakui sejumlah kemajuan yang ditemukannya di sekolah tempat kunjungan. Komite sekolah berpartisipasi penuh dalam setiap upaya memajukan sekolah. Mereka bahkan berperan seperti layaknya humas dan marketing bagi sekolah. (Nic)

Pelatihan yang Membuka Mata

Belajar dari Kunjungan Sekolah

Edi Suhedi, Kepsek MTs Al-Khairiyah.

Bambang Eko Wibowo, M.Si., Kepala Sekolah SMPN 9 Tangerang, didampingi Mulyono Sobar S.Pd., Kepsek SMPN 5 Tangerang, saat memberikan testimoni mengenai Pelatihan USAID PRIORITAS.

Rangkas Bitung. Ahmad Firdaus, M.Si Kepala MTsN Model Pasir Sukarayat, Rangkasbitung, melakukan berbagai inovasi untuk mengembangkan sekolahnya. Salah satu kebijakan terbarunya adalah melibatkan siswa dalam penilaian kinerja guru. Kebijakan ini mulai diterapkan di MTSN Model Pasir Sukarayat akhir tahun ajaran 2013 ini. Murid-murid kelas IX yang akan meneruskan ke jenjang SMA/MA, diminta untuk mengisi formulir berisi penilaian mereka atas kinerja para guru dan staf sekolah.

Ahmad menjelaskan bahwa selama ini, penilaian kinerja guru merupakan proses yang tidak mudah, karena penilaian yang dilakukan oleh asesor resmi selalu hanya berdasarkan pengamatan sesaat, dan tidak bisa setiap tahun dilaksanakan. Dengan cara ini, penilaian bisa dilakukan setiap tahun. “Kami jadi punya data tertulis mengenai kinerja guru di kelas,” Ahmad menjelaskan.

Beberapa guru menyambut baik inisiatif pelibatan siswa dalam menilai kinerja mereka. “Moga-moga baguslah (penilaiannya),” komentar salah seorang guru.

(Nic/Nov)

Libatkan Siswa Sebagai Asesor

Siswa MTsN Model Pasir Sukaryat dilibatkan untuk menilai kinerja guru dan staf sekolah.

PROGRAM USAID PRIORITAS adalah kepentingan kami, karena kami membutuhkan program semacam ini untuk menghadapi berbagai masalah pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan. Kami merasa program ini adalah milik kami. Sebab itu, kami segenap jajaran pemerintah daerah menyatakan siap menjadi agen perubahan dan memimpin pembaharuan dalam bidang pendidikan.

Demikian intisari sambutan Walikota Cimahi, Bupati Ciamis dan Bandung Barat, yang disampaikan Wakil Walikota Cimahi, Kepala Dinas Pendidikan Ciamis, dan Bandung Barat, saat sosialisasi program USAID PRIORITAS beberapa waktu lalu.

Kesempatan untuk GuruPelaksanaan program USAID

PRIORITAS menurut Eep Saeful Rojab Fansuri perwakilan dari Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Umum (BPPTK-PU) Jawa Barat, pelatihan ini menjadi kesempatan untuk guru meningkatkan kompetensi. Hal itu dikatakannya saat mewakili Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat membuka ToT Provinsi untuk Fasilitator Daerah jenjang SD/MI di Tasikmalaya.

Ibarat mobok manggih gorowong (menggali ketemu lubang besar), kurikulum 2013 diresmikan saat USAID PRIORITAS mulai bergulir. Maka, pemerintah RI dan USAID bertemu dalam program yang saling bersesuaian dan saling mendukung. “Program USAID PRIORITAS yang mengedepankan PAKEM amatlah sejalan dengan semangat dan jiwa kurikulum 2013," ujarnya. (Ddn)

Pemangku Kepentingan Pimpin Pembaharuan Pendidikan

Finger Print SMPN 2 Cikoneng: “Mesin” finger print yang terbuat dari kayu, berbentuk seperti meja tulis yang dipenuhi laci-laci kecil, ternyata cukup efektif mengatasi masalah keterlambatan siswa. Ide pembuatan finger print merupakan hasil musyawarah guru dan komite sekolah. Di dalam laci itu terdapat daftar hadir kelas. Setiap siswa yang datang dan pulang diwajibkan mampir ke mesin untuk menandatangani daftar hadir. Mesin ini dikunci tepat jam 7.00 pagi dan dibuka pada jam kepulangan. Maka, siswa yang datang lewat jam 7 tidak bisa menandatangani daftar hadir dan dihitung terlambat, untuk lalu mendapat peringatan bertahap. (Ddn)

PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

BANYAK variabel yang bisa mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran, salah satunya adalah peran pengawas. Pengawas mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi kepala sekolah, guru, orangtua dan masyarakat di wilayahnya. Mereka secara aktif bekerja untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannya.

Berkait erat dengan hal tersebut, pada 16-18 April 2013 lalu, Dinas Pendidikan Kab. Bangkalan mengadakan Diseminasi MBS melalui Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pengawas. Kegiatan yang didanai oleh APBD ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pengetahuan dalam rangka peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Bangkalan. Kegiatan yang diikuti oleh 120 pengawas dari 18 kecamatan se-Kab. Bangkalan ini dipandu langsung oleh 2 Fasilitator Daerah (Fasda) dan 6 Distrik Fasilitator (DF) USAID PRIORITAS dari Kab. Bangkalan.

Kegiatan yang dibuka oleh M. Kamil, MPd, Sekretaris Dinas

Pendidikan Kab. Bangkalan ini memberikan kesan yang positif dari peserta. “Menurut saya pelatihan ini luar biasa dan saya bersyukur mengikutinya. Semoga bukan hanya selesai di pelatihan ini saja, tetapi harus ada kemauan dan inovasi dalam melaksanakannya agar kualitas pendidikan di Bangkalan meningkat,” ujar Dra. Siti Suhartaningsih, Pengawas SD dari Kantor UPTD Kec. Klampis. (Da)

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 11

Pelatihan MBS untuk Pengawas

Tingkatkan Kompetensi Pengawas di Bangkalan

kebutuhan pembiayaan siswa di Kabupaten Tuban per tahun.

Tujuan pelaksanaan diseminasi penghitungan BOSP ini adalah melakukan update biaya operasional sekolah yang disesuaikan dengan kebijakan daerah dan digunakan bahan pertimbangan alokasi pendanaan dari pemerintah daerah. Kegiatan ini juga untuk memantapkan pengalaman service provider USAID PRIORITAS dalam memfasilitasi penghitungan BOSP.

Hasil analisis kebutuhan pembiayaan siswa pertahun dari diseminasi ini yakni untuk SD/MI Rp. 649.544; SMP/MTs Rp. 912.543; SMA/MA Rp. 1.541.043 dan SMK Rp. 2.519.106. Dari hasil penghitungan tersebut terdapat selisih atau lebih besar dari dana BOS Nasional

Pelatihan Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP).

DINAS Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Tuban baru saja menggelar Pelatihan Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) untuk siswa per tahun (10-14/6). Kegiatan pelatihan diikuti oleh staf kantor Dispora Kab Tuban, Kepala UPTD dari 9 Kecamatan, koordinator pengawas, perwakilan kepala sekolah dan guru dari SDN/MI, SMPN/ MTs, dan SMAN/ MA/SMKN.

Diseminasi ini sepenuhnya menggunakan dana APBD dari Kabupaten Tuban. Fasilitator pelatihan ini, selain dari USAID PRIORITAS juga melibatkan unsur LPTK yakni Universitas Negeri Malang (UM). Kepala Dispora Kabupaten Tuban Drs. Sutrisno, MM mengungkapkan, pelatihan ini digelar untuk menjawab

Dispora Tuban Diseminasi Pelatihan BOSP

per siswa/tahun, kekurangan biaya tersebut menjadi tanggung jawab kabupaten. (Mab)

Para pengawas bekerjasama merancang implementasi MBS.

Boyolali. Salah satu hal yang menarik dalam kegiatan kunjungan belajar ke Kabupaten Boyolali adalah dana pendukung dari APBD dan kontinuitasnya. “Sejak pertama kali masuk (tahun 2005) Kabupaten Boyolali mendukung secara penuh pelaksanaan program USAID, antara lain dengan mengalokasikan dana pendamping secara bertahap,” terang Drs. Jono Trimanto, M.Pd, Kepala Seksi Kurikulum SMP dalam sesi presentasinya.

Tercatat dana pendamping dari APBD tahun 2007 yang dikeluarkan sebesar 250 juta, tahun 2008 sebesar 750 juta, tahun 2009 sebesar 500 juta, tahun 2010 sebesar 250 juta, tahun 2011 sebesar 100 juta, tahun 2012 sebesar 100 juta, dan tahun 2013 sebesar 75 juta.

Kepala Seksi Kurikulum SD Disdikpora Kabupaten Boyolali, Puji Rahayu Fitriyani, M.Pd menjelaskan USAID melalui program DBE masuk ke Boyolali pada tahun 2005. Hasilnya berupa peningkatan manajemen dan tata kelola, proses pembelajaran lebih bermakna, dan peran serta masyarakat di sekolah mitra, khususnya di Kecamatan Cepogo dan Ngemplak mengalami peningkatan.

Menyadari hal itu lanjutnya, model pengembangan sekolah tersebut perlu disebarluaskan secara mandiri maupun dengan dana APBD

kabupaten. Strategi yang dilakukan bentuknya: 1) membentuk dan meningkatkan jumlah fasilitator kabupaten dari lingkup dinas pendidikan dan kalangan pendidik, melaksanakan replikasi program DBE dari dana APBD, meningkatkan jumlah sekolah dan wilayah binaan baik di kecamatan perkotaan maupun pedesaan, mengembangkan universitas sebagai mitra, melibatkan partisipasi pemangku kepentingan pendidikan yang lebih luas, menerbitkan surat keputusan tentang kewajiban sekolah untuk menyusun RKS, RKT dan RKAS dan membangun pengembangan profesionalisme guru.

“Untuk tahun selanjutnya dinas pendidikan akan mengalokasikan dana secara berkesinambungan untuk pelaksanaan diseminasi, karena semakin banyak yang telah mendapatkan manfaat dari program,” tegas Drs. Jono Trimanto, M.Pd diakhir sesi presentasinya. (Arz)

Maksimalkan Dana APBD untuk Diseminasi

Kunjungan belajar Kepsek dari Purbalingga di salah satu SD di Boyolali berbagi tentang manajemen sekolah dan komite dalam memaksimalkan dana APBD.

Sidoarjo. Sebanyak 37 guru SDN Pabean 1 mengikuti Diseminasi Pelatihan PAKEM yang diselenggarakan sekolah dengan dana mandiri dan difasilitasi oleh USAID PRIORITAS (21-23/5). Adalah Dra. Hj. Mahmudati, M. Ag, Kepala SDN

Pabean 1 Sedati, Sidoarjo yang memunculkan ide ini. Beliau ingin sekolah yang dipimpinnya semakin berkualitas.

Awalnya menurut Mahmudati, para guru peserta pelatihan enggan mengikuti pelatihan. “Jadwal pelatihannya sampai sore hari, mereka berpikir sepanjang hari pasti akan membosankan,” ungkapnya.

Mahmudati tak menyangka dengan respon para guru yang berbalik saat mengikuti pelatihan. Mulai hari pertama hingga terakhir, mereka sangat bersemangat mengikuti setiap sesi pelatihan.

Kesan positif sangat dirasakan oleh peserta, salah satunya adalah

Kristianningsih, S. Sos, guru Kelas 3 SDN Pabean 1. Meski sudah menjadi guru dan mengajar 11 tahun, beliau tetap saja grogi saat ditugaskan praktik mengajar. “Saya grogi karena yang saya hadapi siswa yang sudah biasa diajar dengan metode PAKEM,” ujarnya. Kebetulan beliau mendapatkan tugas untuk praktik mengajar di SDN Sedatigede 2 Sidoarjo. Beliau baru merasakan manfaat pelatihan setelah praktik langsung. “Mengajar dengan metode PAKEM tenyata sangat menyenangkan. Siswa sangat antusias dan guru termotivasi untuk menyiapkan materi mengajar dengan lebih baik lagi,” ungkapnya. (Dkd)

Grogi Praktik Mengajar Meski Jadi Guru 11 Tahun

Guru SDN Pabean I sedang menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kolaborasi dengan Plan

Grobogan. USAID PRIORITAS Jawa Tengah dan Plan International Unit Grobogan bekerjasama dalam melakukan pelatihan dan pendampingan sekolah di Grobogan. Dua program ini saling mengisi karena di tahun 2013 dan 2014 USAID PRIORITAS melakukan program diseminasi, sedangkan Plan memiliki program penguatan manajemen pemangku kepentingan pendidikan.

Untuk membahas teknis kegiatannya, USAID PRIORITAS Jawa Tengah, Plan Grobogan, Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama melakukan pertemuan bersama, Hasilnya, disepakati akan ada program diseminasi yang dananya berasal dari USAID PRIORITAS dan Plan Grobogan untuk mendukung terlaksananya diseminasi program USAID PRIORITAS bidang MBS dan Pembelajaran SD/MI di seluruh Kabupaten Grobogan. “Sinergi ini akan memberi solusi kepada Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama yang selama terkendala dengan keterbatasan dana APBD maupun DIPA,” tutur Samuri, School Improvement Program (SIP) Officer Plan Grobogan. (Arz)

Banjarnegara. Saling mengisi dan saling berbagi. Itulah semangat yang ada di SMPN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada saat

difasilitasi USAID PRIORITAS melakukan studi visit ke SMPN 3 Karanganyar, mereka dapat belajar mengembangkan sekolah hijau dan pembelajaran bermakna.

“Banyak pelajaran dan inspirasi yang kami peroleh di SMPN 3 Karanganyar. Kami dapat belajar tentang pengelolaan sampah menjadi kompos, bank sampah, pendisiplinan dan penyadaran tanggung jawab siswa terhadap lingkungan, pembuatan biopori, pemanfaatan sampah tutup kaleng plastik sebagai penama tumbuhan, kawasan konservasi tumbuhan, dan banyak lagi contoh-contoh yang menginspirasi kami,” ungkap Heri Purwanto, wakil kepala sekolah SMPN 2

Banjarnegara yang ikut dalam kunjungan belajar. Begitu kembali ke sekolah, SMPN 2 Banjarnegara

melengkapi program penghijauan sekolah yang sedang dikembangkannya. “Kami langsung realisasikan inspirasi dari studi visit. Alhamdulillah dalam lomba green school yang diadakan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam rangka UNNES Green School Award 2013, SMPN 2 Banjarnegara bisa menjadi juara 1,” katanya.

Doko Harwanto, S.Pd., MM. Kepala Sekolah SMPN 2 Banjarnegara yang juga fasilitator daerah USAID PRIORITAS mengatakan bahwa sekolahnya akan mengembangkan prinsip pembelajaran bermakna dan kontekstual seperti hasil pelatihan USAID PRIORITAS.

“Kami sudah mengawalinya dengan baik dengan sekolah hijau. Setelah banyak hal yang saya dapatkan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS, saya akan coba kombinasikan dan satukan antara pembelajaran bermakna dan pengembangan sekolah hijau semoga hasilnya akan menggembirakan dan sekolah bisa lebih baik lagi,” kata pak Doko. (Arz)

Terinspirasi dari Studi Visit, SMPN2 Banjarnegara Raih Juara 1 Green School

Lingkungan SMPN 2 Banjarnegara, pemenang juara I UNNES Green School Award 2013.

PRIORITAS - Provinsi Jawa Tengah PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

BANYAK variabel yang bisa mempengaruhi peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran, salah satunya adalah peran pengawas. Pengawas mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi kepala sekolah, guru, orangtua dan masyarakat di wilayahnya. Mereka secara aktif bekerja untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannya.

Berkait erat dengan hal tersebut, pada 16-18 April 2013 lalu, Dinas Pendidikan Kab. Bangkalan mengadakan Diseminasi MBS melalui Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pengawas. Kegiatan yang didanai oleh APBD ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pengetahuan dalam rangka peningkatan kompetensi pengawas sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran dengan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah di Bangkalan. Kegiatan yang diikuti oleh 120 pengawas dari 18 kecamatan se-Kab. Bangkalan ini dipandu langsung oleh 2 Fasilitator Daerah (Fasda) dan 6 Distrik Fasilitator (DF) USAID PRIORITAS dari Kab. Bangkalan.

Kegiatan yang dibuka oleh M. Kamil, MPd, Sekretaris Dinas

Pendidikan Kab. Bangkalan ini memberikan kesan yang positif dari peserta. “Menurut saya pelatihan ini luar biasa dan saya bersyukur mengikutinya. Semoga bukan hanya selesai di pelatihan ini saja, tetapi harus ada kemauan dan inovasi dalam melaksanakannya agar kualitas pendidikan di Bangkalan meningkat,” ujar Dra. Siti Suhartaningsih, Pengawas SD dari Kantor UPTD Kec. Klampis. (Da)

10 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 11

Pelatihan MBS untuk Pengawas

Tingkatkan Kompetensi Pengawas di Bangkalan

kebutuhan pembiayaan siswa di Kabupaten Tuban per tahun.

Tujuan pelaksanaan diseminasi penghitungan BOSP ini adalah melakukan update biaya operasional sekolah yang disesuaikan dengan kebijakan daerah dan digunakan bahan pertimbangan alokasi pendanaan dari pemerintah daerah. Kegiatan ini juga untuk memantapkan pengalaman service provider USAID PRIORITAS dalam memfasilitasi penghitungan BOSP.

Hasil analisis kebutuhan pembiayaan siswa pertahun dari diseminasi ini yakni untuk SD/MI Rp. 649.544; SMP/MTs Rp. 912.543; SMA/MA Rp. 1.541.043 dan SMK Rp. 2.519.106. Dari hasil penghitungan tersebut terdapat selisih atau lebih besar dari dana BOS Nasional

Pelatihan Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP).

DINAS Pendidikan dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Tuban baru saja menggelar Pelatihan Penghitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) untuk siswa per tahun (10-14/6). Kegiatan pelatihan diikuti oleh staf kantor Dispora Kab Tuban, Kepala UPTD dari 9 Kecamatan, koordinator pengawas, perwakilan kepala sekolah dan guru dari SDN/MI, SMPN/ MTs, dan SMAN/ MA/SMKN.

Diseminasi ini sepenuhnya menggunakan dana APBD dari Kabupaten Tuban. Fasilitator pelatihan ini, selain dari USAID PRIORITAS juga melibatkan unsur LPTK yakni Universitas Negeri Malang (UM). Kepala Dispora Kabupaten Tuban Drs. Sutrisno, MM mengungkapkan, pelatihan ini digelar untuk menjawab

Dispora Tuban Diseminasi Pelatihan BOSP

per siswa/tahun, kekurangan biaya tersebut menjadi tanggung jawab kabupaten. (Mab)

Para pengawas bekerjasama merancang implementasi MBS.

Boyolali. Salah satu hal yang menarik dalam kegiatan kunjungan belajar ke Kabupaten Boyolali adalah dana pendukung dari APBD dan kontinuitasnya. “Sejak pertama kali masuk (tahun 2005) Kabupaten Boyolali mendukung secara penuh pelaksanaan program USAID, antara lain dengan mengalokasikan dana pendamping secara bertahap,” terang Drs. Jono Trimanto, M.Pd, Kepala Seksi Kurikulum SMP dalam sesi presentasinya.

Tercatat dana pendamping dari APBD tahun 2007 yang dikeluarkan sebesar 250 juta, tahun 2008 sebesar 750 juta, tahun 2009 sebesar 500 juta, tahun 2010 sebesar 250 juta, tahun 2011 sebesar 100 juta, tahun 2012 sebesar 100 juta, dan tahun 2013 sebesar 75 juta.

Kepala Seksi Kurikulum SD Disdikpora Kabupaten Boyolali, Puji Rahayu Fitriyani, M.Pd menjelaskan USAID melalui program DBE masuk ke Boyolali pada tahun 2005. Hasilnya berupa peningkatan manajemen dan tata kelola, proses pembelajaran lebih bermakna, dan peran serta masyarakat di sekolah mitra, khususnya di Kecamatan Cepogo dan Ngemplak mengalami peningkatan.

Menyadari hal itu lanjutnya, model pengembangan sekolah tersebut perlu disebarluaskan secara mandiri maupun dengan dana APBD

kabupaten. Strategi yang dilakukan bentuknya: 1) membentuk dan meningkatkan jumlah fasilitator kabupaten dari lingkup dinas pendidikan dan kalangan pendidik, melaksanakan replikasi program DBE dari dana APBD, meningkatkan jumlah sekolah dan wilayah binaan baik di kecamatan perkotaan maupun pedesaan, mengembangkan universitas sebagai mitra, melibatkan partisipasi pemangku kepentingan pendidikan yang lebih luas, menerbitkan surat keputusan tentang kewajiban sekolah untuk menyusun RKS, RKT dan RKAS dan membangun pengembangan profesionalisme guru.

“Untuk tahun selanjutnya dinas pendidikan akan mengalokasikan dana secara berkesinambungan untuk pelaksanaan diseminasi, karena semakin banyak yang telah mendapatkan manfaat dari program,” tegas Drs. Jono Trimanto, M.Pd diakhir sesi presentasinya. (Arz)

Maksimalkan Dana APBD untuk Diseminasi

Kunjungan belajar Kepsek dari Purbalingga di salah satu SD di Boyolali berbagi tentang manajemen sekolah dan komite dalam memaksimalkan dana APBD.

Sidoarjo. Sebanyak 37 guru SDN Pabean 1 mengikuti Diseminasi Pelatihan PAKEM yang diselenggarakan sekolah dengan dana mandiri dan difasilitasi oleh USAID PRIORITAS (21-23/5). Adalah Dra. Hj. Mahmudati, M. Ag, Kepala SDN

Pabean 1 Sedati, Sidoarjo yang memunculkan ide ini. Beliau ingin sekolah yang dipimpinnya semakin berkualitas.

Awalnya menurut Mahmudati, para guru peserta pelatihan enggan mengikuti pelatihan. “Jadwal pelatihannya sampai sore hari, mereka berpikir sepanjang hari pasti akan membosankan,” ungkapnya.

Mahmudati tak menyangka dengan respon para guru yang berbalik saat mengikuti pelatihan. Mulai hari pertama hingga terakhir, mereka sangat bersemangat mengikuti setiap sesi pelatihan.

Kesan positif sangat dirasakan oleh peserta, salah satunya adalah

Kristianningsih, S. Sos, guru Kelas 3 SDN Pabean 1. Meski sudah menjadi guru dan mengajar 11 tahun, beliau tetap saja grogi saat ditugaskan praktik mengajar. “Saya grogi karena yang saya hadapi siswa yang sudah biasa diajar dengan metode PAKEM,” ujarnya. Kebetulan beliau mendapatkan tugas untuk praktik mengajar di SDN Sedatigede 2 Sidoarjo. Beliau baru merasakan manfaat pelatihan setelah praktik langsung. “Mengajar dengan metode PAKEM tenyata sangat menyenangkan. Siswa sangat antusias dan guru termotivasi untuk menyiapkan materi mengajar dengan lebih baik lagi,” ungkapnya. (Dkd)

Grogi Praktik Mengajar Meski Jadi Guru 11 Tahun

Guru SDN Pabean I sedang menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Kolaborasi dengan Plan

Grobogan. USAID PRIORITAS Jawa Tengah dan Plan International Unit Grobogan bekerjasama dalam melakukan pelatihan dan pendampingan sekolah di Grobogan. Dua program ini saling mengisi karena di tahun 2013 dan 2014 USAID PRIORITAS melakukan program diseminasi, sedangkan Plan memiliki program penguatan manajemen pemangku kepentingan pendidikan.

Untuk membahas teknis kegiatannya, USAID PRIORITAS Jawa Tengah, Plan Grobogan, Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama melakukan pertemuan bersama, Hasilnya, disepakati akan ada program diseminasi yang dananya berasal dari USAID PRIORITAS dan Plan Grobogan untuk mendukung terlaksananya diseminasi program USAID PRIORITAS bidang MBS dan Pembelajaran SD/MI di seluruh Kabupaten Grobogan. “Sinergi ini akan memberi solusi kepada Dinas Pendidikan dan Kantor Kementerian Agama yang selama terkendala dengan keterbatasan dana APBD maupun DIPA,” tutur Samuri, School Improvement Program (SIP) Officer Plan Grobogan. (Arz)

Banjarnegara. Saling mengisi dan saling berbagi. Itulah semangat yang ada di SMPN 2 Banjarnegara, Jawa Tengah. Pada saat

difasilitasi USAID PRIORITAS melakukan studi visit ke SMPN 3 Karanganyar, mereka dapat belajar mengembangkan sekolah hijau dan pembelajaran bermakna.

“Banyak pelajaran dan inspirasi yang kami peroleh di SMPN 3 Karanganyar. Kami dapat belajar tentang pengelolaan sampah menjadi kompos, bank sampah, pendisiplinan dan penyadaran tanggung jawab siswa terhadap lingkungan, pembuatan biopori, pemanfaatan sampah tutup kaleng plastik sebagai penama tumbuhan, kawasan konservasi tumbuhan, dan banyak lagi contoh-contoh yang menginspirasi kami,” ungkap Heri Purwanto, wakil kepala sekolah SMPN 2

Banjarnegara yang ikut dalam kunjungan belajar. Begitu kembali ke sekolah, SMPN 2 Banjarnegara

melengkapi program penghijauan sekolah yang sedang dikembangkannya. “Kami langsung realisasikan inspirasi dari studi visit. Alhamdulillah dalam lomba green school yang diadakan Universitas Negeri Semarang (UNNES) dalam rangka UNNES Green School Award 2013, SMPN 2 Banjarnegara bisa menjadi juara 1,” katanya.

Doko Harwanto, S.Pd., MM. Kepala Sekolah SMPN 2 Banjarnegara yang juga fasilitator daerah USAID PRIORITAS mengatakan bahwa sekolahnya akan mengembangkan prinsip pembelajaran bermakna dan kontekstual seperti hasil pelatihan USAID PRIORITAS.

“Kami sudah mengawalinya dengan baik dengan sekolah hijau. Setelah banyak hal yang saya dapatkan dalam pelatihan yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS, saya akan coba kombinasikan dan satukan antara pembelajaran bermakna dan pengembangan sekolah hijau semoga hasilnya akan menggembirakan dan sekolah bisa lebih baik lagi,” kata pak Doko. (Arz)

Terinspirasi dari Studi Visit, SMPN2 Banjarnegara Raih Juara 1 Green School

Lingkungan SMPN 2 Banjarnegara, pemenang juara I UNNES Green School Award 2013.

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 13

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

BAPPEDA Minta Review Renstra Pendidikan PESERTA Rapat Pemangku Kepentingan Provinsi sedang

memberikan tanggapan tentang program pendidikan dan USAID PRIORITAS. “Saran saya untuk BAPPEDA, Diknas dan Kemenag agar berkoordinasi dengan baik untuk meramu secara konkret hasil-hasil program yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan mutu pendidikan kita,” kata Prof. Dr. H. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, saat mengikuti Rapat Pemangku Kepentingan Pendidikan Provinsi di Hotel Swiss-Belinn Makassar (8/5).

Rapat itu sangat inspiratif, demikian dikatakan Kepala LPMP Sulsel, Prof. Dr. A. Qashas Rahman, karena merupakan rapat yang pertama kali mendudukkan secara bersama-sama segenap pemangku kepentingan kunci pendidikan di tingkat provinsi. Hadir dalam pertemuan itu adalah 23 peserta sebagai focal point (tokoh kunci) dari Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, Bappeda, Biro Kerjasama, LPTK, Komisi E DPRD, LPMP, dan Dewan Pendidikan.

USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan mengundang mereka ke pertemuan itu untuk bersama-sama mengkaji dan mengkritisi isu strategis tentang pendidikan di Sulsel. Khususnya isu-isu yang bersinggungan langsung dengan program USAID PRIORITAS.

Hasil rapat kemudian menjadi rujukan rekomendasi rapat yaitu: (1) Penguatan koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan pendidikan; (2) Diseminasi praktik baik di bidang pendidikan dituangkan dalam dokumen perencanaan-Renstra, RPJMD, dan Renja tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, DPRD, LPTK serta RKS/RKT sekolah; (3) Pemetaan hasil intervensi program lembaga mitra di bidang pendidikan serta (4) Pertemuan berkala pemangku kepentingan pendidikan tingkat provinsi. Dan agenda kegiatan review Renstra Pendidikan yang akan didahului dengan pertemuan teknis antara Bappeda, Diknas, Kemenag, dan USAID PRIORITAS disepakati sebagai Rencana Tindak Lanjut dari pertemuan itu. (Ham)

Mahasiswa PPG Prajabatan SM-3T UNM:

Dosen Perkaya Kami Model Pembelajaran CTL

A. Irawan Bintang, Kabid Kelembagaan dan Pengembangan SDM BAPPEDA Sulsel.

Kiri-Kanan: (1) Kerja LKS dalam kelompok; (2) Sumber belajar kontekstual dengan wawancara staf security kampus; (3) Membaca berita dengan media video liputan berita SCTV; (4) Kegiatan Karya Kunjung didampingi oleh dosen Sulastriningsih.

ASRIYANI Mappiwali, Samsuriah, Asrianto, dan M. Ilham Ali bergantian mengajarkan Bahasa Indonesia kepada 30 siswa SMP Kelas IX. Mereka berdua tengah melaksanakan praktik mengajar (micro teaching) di depan teman sendiri, dan cara mengajarnya seperti guru yang profesional. Sangat lengkap mereka menyiapkan perangkat pembelajarannya. Mulai dari silabus, RPP, materi ajar (soft file dan hard copy), buku siswa, media, LKS, lembar penilaian, perangkat ICT, dan berbagai sumber belajar. Model dan metode pembelajarannya pun sangat efektik mengaktifkan siswa-siswanya selama belajar.

Keempat mahasiswa program prajabatan SM-3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) UNM itu mengajarkan materi yang berbeda. Asriyani menyajikan materi Menyunting Karangan; Samsuriah, Bercerita Bersambung; Asrianto, Membaca Berita; dan Ilham Ali, Berwawancara. Mereka tampak piawai dan terampil sekali memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dan semua berhasil membuat siswa aktif.

Terdapat sejumlah komponen yang sama dari cara mereka mengelola dan mengaktifkan siswanya selama pembelajaran yaitu: (1) penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas; (2) apersepsi yang sesuai kondisi kekinian siswa. Misalnya, Asrianto mencuplik video liputan demo BBM dari SCTV News.Com sebelum mengajarkan Membaca Berita; (3) media relevan dan sumber belajar kontekstual; (4) LKS dengan pertanyaan kritis, terukur, dan kontekstual; (5) fasilitasi/pendampingan kerja sama dan diskusi kelompok efektif; (5) teknik apresiasi hasil karya menarik dan memotivasi siswa; (6) penguatan indikator tujuan

dan hasil belajar; (7) penilaian autentik dan komprehensif; dan (8) refleksi proses serta hasil pembelajaran yang partisipatif.

Karena Dosen Sajikan Kuliah lewat Pembelajaran Aktif“Kami senang berada di sini. Kami betul-betul dibina untuk

menjadi guru profesional. Dosen perkaya kami dengan pembelajaran inovatif. Kami merasakan perkuliahan aktif dan kreatif dari dosen-dosen kami. Itu sebabnya kami mampu menerapkan pembelajaran aktif,” kata Asriyani yang pernah praktik mengajar (2012) di pedalaman Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT.

Ilham Ali juga mengungkapkan pengalamannya. Menurutnya, selain dibekali dengan metode pembelajaran yang variatif, dosen mereka selalu mengingatkan kalau harus memilih media dan sumber belajar kontekstual. Demikian pula Asrianto yang telaten merancang pembelajaran kontekstual yang berbasis IT. “Guru sekarang lebih profesional jika kreatif memanfaatkan IT dalam pembelajaran,” ujarnya.

Sulastriningsih Djumingin, dosen Pendidikan Bahasa Indonesia juga Fasilitator Menajemen Berbasis Sekolah program USAID PRIORITAS mengaku kalau mahasiswa calon guru harus diberikan dukungan optimal agar mereka kelak menjadi guru profesional. “Salah satu upaya yang saya lakukan adalah memberikan perkulihan aktif. Mereka penting menguasai materi, merancang perangkat pembelajaran, dan diperkaya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), tapi yang tak kalah pentingnya adalah membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” ungkapnya. (Ham)

Bermain Koordinat Kartesius Pada Lantai KelasDi depan kelas, 3 kelompok

secara bergantian melemparkan dua buah dadu dan kemudian

meletakkan benda yang ada dalam genggamannya ke atas lantai ubin.

Hari itu, murid kelas 6 SDN 4 Calang, Aceh, sedang belajar

matematika yang diasuh oleh guru kelas Fauzi Ansari S.Pd.

Satu persatu mereka berusaha secara cepat memenuhi benda di

atas lantai kelasnya sambil mengisi LKS yang telah disediakan. Sedang

apa ya mereka?

Aceh Jaya, Aceh. Salah seorang murid dengan wajah ceria menjelaskan bahwa mereka sedang belajar menentukan titik koordinat kartesius dengan memanfaatkan bidang ubin di lantai. “Kami secara kelompok sedang berlomba siapa yang lebih dulu membentuk susunan horizontal atau vertikal atau diagonal pada benda di atas ubin,” jelas Siti Aya Murzifa sembari bersiap-siap melemparkan dua buah dadu di dalam genggamannya.

Lho, dadunya kenapa dua? “Iya, ini dadu angka 1 sampai 6 dan yang ini dadu abjad A sampai F,” jelas Siti sambil menampakkan dadu di tangannya.

Fauzi Ansari, S.Pd guru yang menginovasi muridnya dengan pembelajaran aktif tersebut menjelaskan bahwa ide awal praktik baik ini tercetus ketika beliau melihat materi tentang bidang koordinat (sebelum murid belajar tentang sistem kartesius). “Awalnya dipelajari dalam bentuk bidang, maka timbul ide saya karena dalam bentuk kotak-kotak persegi empat, mengapa tidak menggunakan lantai ubin saja?” kenang pak Fauzi.

Selain itu, Bapak Fauzi mengakui bahwa sebelumnya banyak murid yang kurang memahami dan kesulitan dalam menentukan titik koordinat kartesius sehingga beliau berfikir untuk mengembangkan sebuah media belajar sambil bermain, “Media pembelajaran yang biasa digunakan sulit untuk merangsang keingintahuan murid,

sehingga perlu dikembangkan media sederhana dan inovatif yang mampu merangsang keingintahuan murid. ”Walaupun dilakukan sambil bermain, mereka juga tidak terlepas dari belajar, karena tiap kelompok wajib mengisi Lembaran Kerja Siswa (LKS) masing-masing,” jelas Bapak Fauzi lagi.

Langkah-langkah permainanPermainan ini sangat sederhana dan

tidak membutuhkan ruangan yang besar. Dengan jumlah ubin standar di depan kelas sebanyak 16 ubin maka permainan ini siap dilakukan. Berikut langkah-langkah permainannnya.

(1) Guru memberikan arahan dan penjelasan awal tentang bidang dan titik-titik koordinat. Selanjutnya,

(2) guru bersama murid mempersiapkan ruang kelas (membuat area untuk membuat titik koordinasi di lantai),

(3) Guru menjelaskan kompetensi dasarnya yaitu menetukan sistem titik koordinasi dalam koordinat Kartesius,

(4) Murid dibagi kedalam dua atau tiga kelompok (kelompok merah, kuning dan hijau dengan masing-masing benda berwarna sama dengan kelompok untuk diletakkan di atas ubin,

(5) Kelompok melemparkan dua buah dadu (dadu angka dan dadu huruf) yang dilanjutkan dengan meletakkan benda sesuai dengan angka dan huruf yang terlihat pada dadu,

(6) Murid mengerjakan lembaran kerja yang dibagikan guru secara berkelompok, selanjutnya setiap kelompok diberikan giliran untuk melemparkan dadu dan bergerak sesuai dengan angka dan huruf yang terlihat,

(7) Setelah selesai, guru dan murid

Siswa mengerjakan soal sambil duduk di lantai kelas, memecahkan masalah koordinat kartesius.

berdiskusi dan menyimpulkan hasil dari permainan dan pekerjaan murid serta memberikan kesimpulan. Pemenang pada permainan titik kartesius ini adalah kelompok yang lebih dulu memiliki benda (warna) di atas ubin yang membentuk garis horizontal atau vertikal atau diagonal (tidak terputus). Catatannya, jika mata dadu atau benda yang akan diletakkan sama dengan yang sebelumnya (ubin yang sudah memiliki warna) maka kelompok tersebut tidak boleh meletakkan warna lainnya di atas ubin, dadupun dilanjutkan oleh kelompok lainnya.

(Tmk)

Siswa tengah bermain titik koordinat kartesius.

Semua ubin terisi oleh warna masing-masing kelompok untuk menentukan juara.

PRIORITAS - Provinsi Jawa Timur

12 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 13

PRIORITAS - Provinsi Sulawesi Selatan

BAPPEDA Minta Review Renstra Pendidikan PESERTA Rapat Pemangku Kepentingan Provinsi sedang

memberikan tanggapan tentang program pendidikan dan USAID PRIORITAS. “Saran saya untuk BAPPEDA, Diknas dan Kemenag agar berkoordinasi dengan baik untuk meramu secara konkret hasil-hasil program yang dapat dimanfaatkan untuk peningkatan mutu pendidikan kita,” kata Prof. Dr. H. Halide, Ketua Dewan Pendidikan Sulsel, saat mengikuti Rapat Pemangku Kepentingan Pendidikan Provinsi di Hotel Swiss-Belinn Makassar (8/5).

Rapat itu sangat inspiratif, demikian dikatakan Kepala LPMP Sulsel, Prof. Dr. A. Qashas Rahman, karena merupakan rapat yang pertama kali mendudukkan secara bersama-sama segenap pemangku kepentingan kunci pendidikan di tingkat provinsi. Hadir dalam pertemuan itu adalah 23 peserta sebagai focal point (tokoh kunci) dari Dinas Pendidikan, Kantor Kemenag, Bappeda, Biro Kerjasama, LPTK, Komisi E DPRD, LPMP, dan Dewan Pendidikan.

USAID PRIORITAS Sulawesi Selatan mengundang mereka ke pertemuan itu untuk bersama-sama mengkaji dan mengkritisi isu strategis tentang pendidikan di Sulsel. Khususnya isu-isu yang bersinggungan langsung dengan program USAID PRIORITAS.

Hasil rapat kemudian menjadi rujukan rekomendasi rapat yaitu: (1) Penguatan koordinasi dan kerjasama antar pemangku kepentingan pendidikan; (2) Diseminasi praktik baik di bidang pendidikan dituangkan dalam dokumen perencanaan-Renstra, RPJMD, dan Renja tingkat provinsi dan Kabupaten/Kota, DPRD, LPTK serta RKS/RKT sekolah; (3) Pemetaan hasil intervensi program lembaga mitra di bidang pendidikan serta (4) Pertemuan berkala pemangku kepentingan pendidikan tingkat provinsi. Dan agenda kegiatan review Renstra Pendidikan yang akan didahului dengan pertemuan teknis antara Bappeda, Diknas, Kemenag, dan USAID PRIORITAS disepakati sebagai Rencana Tindak Lanjut dari pertemuan itu. (Ham)

Mahasiswa PPG Prajabatan SM-3T UNM:

Dosen Perkaya Kami Model Pembelajaran CTL

A. Irawan Bintang, Kabid Kelembagaan dan Pengembangan SDM BAPPEDA Sulsel.

Kiri-Kanan: (1) Kerja LKS dalam kelompok; (2) Sumber belajar kontekstual dengan wawancara staf security kampus; (3) Membaca berita dengan media video liputan berita SCTV; (4) Kegiatan Karya Kunjung didampingi oleh dosen Sulastriningsih.

ASRIYANI Mappiwali, Samsuriah, Asrianto, dan M. Ilham Ali bergantian mengajarkan Bahasa Indonesia kepada 30 siswa SMP Kelas IX. Mereka berdua tengah melaksanakan praktik mengajar (micro teaching) di depan teman sendiri, dan cara mengajarnya seperti guru yang profesional. Sangat lengkap mereka menyiapkan perangkat pembelajarannya. Mulai dari silabus, RPP, materi ajar (soft file dan hard copy), buku siswa, media, LKS, lembar penilaian, perangkat ICT, dan berbagai sumber belajar. Model dan metode pembelajarannya pun sangat efektik mengaktifkan siswa-siswanya selama belajar.

Keempat mahasiswa program prajabatan SM-3T (Sarjana Mengajar di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) UNM itu mengajarkan materi yang berbeda. Asriyani menyajikan materi Menyunting Karangan; Samsuriah, Bercerita Bersambung; Asrianto, Membaca Berita; dan Ilham Ali, Berwawancara. Mereka tampak piawai dan terampil sekali memilih model dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Dan semua berhasil membuat siswa aktif.

Terdapat sejumlah komponen yang sama dari cara mereka mengelola dan mengaktifkan siswanya selama pembelajaran yaitu: (1) penyampaian tujuan pembelajaran dengan jelas; (2) apersepsi yang sesuai kondisi kekinian siswa. Misalnya, Asrianto mencuplik video liputan demo BBM dari SCTV News.Com sebelum mengajarkan Membaca Berita; (3) media relevan dan sumber belajar kontekstual; (4) LKS dengan pertanyaan kritis, terukur, dan kontekstual; (5) fasilitasi/pendampingan kerja sama dan diskusi kelompok efektif; (5) teknik apresiasi hasil karya menarik dan memotivasi siswa; (6) penguatan indikator tujuan

dan hasil belajar; (7) penilaian autentik dan komprehensif; dan (8) refleksi proses serta hasil pembelajaran yang partisipatif.

Karena Dosen Sajikan Kuliah lewat Pembelajaran Aktif“Kami senang berada di sini. Kami betul-betul dibina untuk

menjadi guru profesional. Dosen perkaya kami dengan pembelajaran inovatif. Kami merasakan perkuliahan aktif dan kreatif dari dosen-dosen kami. Itu sebabnya kami mampu menerapkan pembelajaran aktif,” kata Asriyani yang pernah praktik mengajar (2012) di pedalaman Kab. Manggarai Timur, Provinsi NTT.

Ilham Ali juga mengungkapkan pengalamannya. Menurutnya, selain dibekali dengan metode pembelajaran yang variatif, dosen mereka selalu mengingatkan kalau harus memilih media dan sumber belajar kontekstual. Demikian pula Asrianto yang telaten merancang pembelajaran kontekstual yang berbasis IT. “Guru sekarang lebih profesional jika kreatif memanfaatkan IT dalam pembelajaran,” ujarnya.

Sulastriningsih Djumingin, dosen Pendidikan Bahasa Indonesia juga Fasilitator Menajemen Berbasis Sekolah program USAID PRIORITAS mengaku kalau mahasiswa calon guru harus diberikan dukungan optimal agar mereka kelak menjadi guru profesional. “Salah satu upaya yang saya lakukan adalah memberikan perkulihan aktif. Mereka penting menguasai materi, merancang perangkat pembelajaran, dan diperkaya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), tapi yang tak kalah pentingnya adalah membiasakan mereka dengan perkuliahan aktif,” ungkapnya. (Ham)

Bermain Koordinat Kartesius Pada Lantai KelasDi depan kelas, 3 kelompok

secara bergantian melemparkan dua buah dadu dan kemudian

meletakkan benda yang ada dalam genggamannya ke atas lantai ubin.

Hari itu, murid kelas 6 SDN 4 Calang, Aceh, sedang belajar

matematika yang diasuh oleh guru kelas Fauzi Ansari S.Pd.

Satu persatu mereka berusaha secara cepat memenuhi benda di

atas lantai kelasnya sambil mengisi LKS yang telah disediakan. Sedang

apa ya mereka?

Aceh Jaya, Aceh. Salah seorang murid dengan wajah ceria menjelaskan bahwa mereka sedang belajar menentukan titik koordinat kartesius dengan memanfaatkan bidang ubin di lantai. “Kami secara kelompok sedang berlomba siapa yang lebih dulu membentuk susunan horizontal atau vertikal atau diagonal pada benda di atas ubin,” jelas Siti Aya Murzifa sembari bersiap-siap melemparkan dua buah dadu di dalam genggamannya.

Lho, dadunya kenapa dua? “Iya, ini dadu angka 1 sampai 6 dan yang ini dadu abjad A sampai F,” jelas Siti sambil menampakkan dadu di tangannya.

Fauzi Ansari, S.Pd guru yang menginovasi muridnya dengan pembelajaran aktif tersebut menjelaskan bahwa ide awal praktik baik ini tercetus ketika beliau melihat materi tentang bidang koordinat (sebelum murid belajar tentang sistem kartesius). “Awalnya dipelajari dalam bentuk bidang, maka timbul ide saya karena dalam bentuk kotak-kotak persegi empat, mengapa tidak menggunakan lantai ubin saja?” kenang pak Fauzi.

Selain itu, Bapak Fauzi mengakui bahwa sebelumnya banyak murid yang kurang memahami dan kesulitan dalam menentukan titik koordinat kartesius sehingga beliau berfikir untuk mengembangkan sebuah media belajar sambil bermain, “Media pembelajaran yang biasa digunakan sulit untuk merangsang keingintahuan murid,

sehingga perlu dikembangkan media sederhana dan inovatif yang mampu merangsang keingintahuan murid. ”Walaupun dilakukan sambil bermain, mereka juga tidak terlepas dari belajar, karena tiap kelompok wajib mengisi Lembaran Kerja Siswa (LKS) masing-masing,” jelas Bapak Fauzi lagi.

Langkah-langkah permainanPermainan ini sangat sederhana dan

tidak membutuhkan ruangan yang besar. Dengan jumlah ubin standar di depan kelas sebanyak 16 ubin maka permainan ini siap dilakukan. Berikut langkah-langkah permainannnya.

(1) Guru memberikan arahan dan penjelasan awal tentang bidang dan titik-titik koordinat. Selanjutnya,

(2) guru bersama murid mempersiapkan ruang kelas (membuat area untuk membuat titik koordinasi di lantai),

(3) Guru menjelaskan kompetensi dasarnya yaitu menetukan sistem titik koordinasi dalam koordinat Kartesius,

(4) Murid dibagi kedalam dua atau tiga kelompok (kelompok merah, kuning dan hijau dengan masing-masing benda berwarna sama dengan kelompok untuk diletakkan di atas ubin,

(5) Kelompok melemparkan dua buah dadu (dadu angka dan dadu huruf) yang dilanjutkan dengan meletakkan benda sesuai dengan angka dan huruf yang terlihat pada dadu,

(6) Murid mengerjakan lembaran kerja yang dibagikan guru secara berkelompok, selanjutnya setiap kelompok diberikan giliran untuk melemparkan dadu dan bergerak sesuai dengan angka dan huruf yang terlihat,

(7) Setelah selesai, guru dan murid

Siswa mengerjakan soal sambil duduk di lantai kelas, memecahkan masalah koordinat kartesius.

berdiskusi dan menyimpulkan hasil dari permainan dan pekerjaan murid serta memberikan kesimpulan. Pemenang pada permainan titik kartesius ini adalah kelompok yang lebih dulu memiliki benda (warna) di atas ubin yang membentuk garis horizontal atau vertikal atau diagonal (tidak terputus). Catatannya, jika mata dadu atau benda yang akan diletakkan sama dengan yang sebelumnya (ubin yang sudah memiliki warna) maka kelompok tersebut tidak boleh meletakkan warna lainnya di atas ubin, dadupun dilanjutkan oleh kelompok lainnya.

(Tmk)

Siswa tengah bermain titik koordinat kartesius.

Semua ubin terisi oleh warna masing-masing kelompok untuk menentukan juara.

Ciamis-Jawa Barat. Hiruk pikuk dan suara gaduh khas suara anak-anak itu terdengar sampai ke dalam ruangan kantor kepala sekolah SDN 1 Sindangsari, Ciamis. Tampak terlihat kerumunan anak laki-laki dan perempuan sedang berlarian sambil berjingkrakan dengan memegang secarik kertas di tangan masing-masing. Mereka terlihat sangat gembira, ceria berhamburan ke sana ke mari.

Rupanya kerumunan anak-anak tersebut tidak sedang bercanda atau bermain-main tak karuan. Mereka adalah siswa-siswi Kelas 2 SDN 1 Sindangsari yang sedang belajar Bahasa Inggris secara PAKEM.

Tampak guru mereka Ibu Deasy Maulidia sedang memberi arahan agar mereka dapat memahami apa yang sedang dipelajari dalam permainan tersebut. Suara ibu guru itu terdengar sangat nyaring berbaur dengan kegaduhan suara muridnya dalam mempraktikkan pelajaran Bahasa Inggris.

This is not Tiger!PAKEM Bahasa Inggris melalui Permainan Rakyat

Ciamis-Jawa Barat. Siswa Kelas V SDN 3 Sukamanah, Sindangkasih, Ciamis, Jawa Barat, mengawali pembelajaran dengan bernyanyi ”Tik-tik air hujan.” Siswa tampak penuh gairah belajar.

Usai memberi tahu tujuan pembelajaran, Bu Een kemudian berdialog dengan siswa mengenai kegiatan yang dilakukan siswa sebelum ke sekolah: makan, minum, mencuci, masak, mandi…

Siswa lalu ditanya perbedaan air bersih dan air kotor. Mereka juga bertanya-jawab tentang kegiatan usaha/ekonomi yang ada di lingkungan masyarkat (air isi ulang, air kemasan, PDAM, dll).

Sampailah pada pembicaraan mengenai cara membuat alat penjernih air. Siswa tampak penasaran.

Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok kecil. Setelah diberi penjelasan mengenai kegiatan dan tujuan belajar di luar kelas, siswa diajak ke luar kelas.

Ketua kelompok berlari mengambil bahan-bahan eksperimen (Botol air kemasan, kapas, kerikil, pasir, arang, tawas, sabut kelapa/ijuk, air bersih/kotor, kertas

tisu).Gabung kembali dengan kelompok,

sang ketua memimpin anggotanya memahami LK. Mereka kemudian mengisi botol kemasan itu dengan media penyaring secara tersusun sesuai dengan panduan LK.

Ketika filter sudah jadi, mereka tuangkan air keruh ke botol itu. Mereka fokus mengamati hasil penyaringan. Eh,

ternyata air hasil saringan masih keruh. “Ayo coba diskusikan, mengapa masih keruh!” kata guru.

Mereka lalu membongkar filter dan menyusun ulang dengan lebih padat. Air keruh dituang kembali. Ternyata hasilnya lebih jernih. Filter kemudian diperbaiki lagi. Dipadatkan dan dirapihkan. Proses penyaringan dicoba kembali. “Jernih, Bu, jernih,” teriak suatu kelompok.

Setiap kelompok lalu berdiskusi membuat kesimpulan hasil percobaan. Mereka menuliskan laporan hasil kegiatan, mencakup keberhasilan dan kegagalan penyaringan air bersih. Laporan kelompok itu kemudian dipresentasikan. Kelompok lain memberikan feedback.

Untuk ‘konfirmasi,’ guru dan siswa bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru memberikan penguatan dan umpan balik tentang hasil kerja siswa. Karya kelompok akhirnya dipajang di papan pajangan.

Siswa kemudian menuliskan refleksi individual. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah, membuat alat penjernih air secara individual. (Ddn)

Buat Filter Air, Siswa Girang ‘Jernih Bu, Jernih’

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 15

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Alat yang digunakan dalam pelajaran itu hanya secarik kertas, berukuran kartu, yang ditulisi dengan berbagai nama benda atau binatang dalam Bahasa Inggris. Kertas tersebut rame-rame dilemparkan ke udara.

Pada saat kertas berjatuhan, siswa mengambilnya, membacanya, lalu berteriak “This is a tiger.” Pada kesempatan lain ada yang berteriak “This is not a lion.” Rupanya ibu guru tersebut memberikan arahan sebelumnya bahwa apabila tulisan pada kartu berbunyi “tiger,” siswa harus mengatakan “This is a tiger.” Apabila tulisan ‘tiger’ disilang, siswa harus berucap, “This is not tiger.”

Proses belajar ini dimaksudkan untuk menempa kemampuan siswa membuat kalimat dalam Bahasa Inggris. Tulisan pada kertas tersebut digunakan sebagai sumber inspirasi siswa menyusun kalimat.

Sungguh, ini merupakan metode pembelajaran yang sederhana tetapi sangat menarik serta menyenangkan. Semua anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut tampak sangat antusias mengikutinya. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang diam. Apalagi di tengah kerumunan itu ada anak balita yang juga ingin terlibat dalam permainan tersebut. Sungguh lucu dan menyenangkan.

Siapakah Ibu Deasy? Ia merupakan salah seorang guru di SDN 1 Sindangsari, yang dikepalai oleh Ibu Sri Kispriowati, Fasda USAID PRIORITAS dari gugus Banjarsari. Usai mengikuti ToT di Tasikmalaya, Bu Kis bersama Bu Wiwin Carwinah, salah seorang guru yang juga Fasda, mensosialisasikan cara pembelajaran PAKEM kepada guru lainnya. Mereka berdua berbagi pengalaman ToT kepada guru-guru lain. Para guru, termasuk Bu Deasy, mencoba mempratikkannya di kelas masing-masing.

“Itung-itung ngapalin,” kata Bu Kis, “sambil menunggu jadwal pelatihan yang akan serentak dilaksanakan di sekolah mitra USAID PRIORITAS.” Pelatihan sekolah memang belum dimulai. Tapi, nuansa PAKEM sudah mulai mewarnai sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS. (Ipn)

Menemukan Volum Kerucut dengan Inkuiri

Subang-Jawa Barat. Materi bangun ruang sisi lengkung merupakan materi yang penting untuk dipelajari karena banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kompetensi dasar tentang materi bangun ruang adalah menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola. Dari kompetensi dasar itu disusun indikator. Salah satunya adalah menghitung volum kerucut.

Dulu ketika mengajar materi volum kerucut saya memberikan langsung rumusnya. “Anak-anak ini lho rumus volume kerucut. Perhatikan contoh soalnya lalu kerjakan latihannya.” Siswa didoktrin bahwa inilah rumus volume kerucut, tanpa tahu dari mana mendapatkan rumus itu. Di sini ditekankan keterampilan berhitungnya saja.

Setelah mengikuti pelatihan yang difasilitasi USAID, saya mencoba untuk membelajarkan materi volume kerucut ini dengan metode inkuiri. Diharapkan siswa menemukan sendiri rumus volume kerucut dengan petunjuk di LKS dengan bimbingan guru.

Dengan menemukan sendiri rumus volume kerucut ingatan siswa terhadap rumus tersebut akan melekat kuat karena mereka mengalami sendiri. Walaupun lupa rumusnya tapi dengan mengingat proses mendapatkanya, ia dapat kembali menyusun rumus itu.

Ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa dengan duduk dan mendengarkan, saja ingatan siswa hanya 10%, dengan mencatat, 30-40%, dan dengan melakukan

sendiri, 98-99%. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk melamun.

Ibarat kita mempunyai dua buah motor, satu hasil beli sendiri dan satunya lagi diberi. Ketika salah satu harus dijual, manakah yang akan kita jual? Tentu kita mempertahankan motor hasil beli sendiri karena dengan susah payah dan kerja keras kita mendapatkannya.

Begitu juga pembelajaran dengan menemukan sendiri siswa tidak mudah lupa (tidak mudah melepaskan apa yang sudah diingat). Sedangkan jika rumus itu diberikan, siswa akan mudah lupa.

Siswa sebelumnya diberi tugas untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan: dua buah kertas mika, solatif, steples, gunting, penggaris, dan pasir/gula pasir.

Secara berkelompok siswa menemukan volume kerucut dengan petunjuk LKS. Langkah-langkahnya adalah:

1. Buatlah sebuah tabung tanpa tutup dan sebuah kerucut tanpa alas yang jari-jari dan tingginya sama.

2. Tuangkan pasir/gula pasir ke dalam kerucut sampai penuh lalu tuangkan ke dalam tabung.

3. Berapa banyak kerucut yang diperlukan untuk mengisi tabung hingga penuh?

4. Apa yang

dapat kamu simpulkan tentang rumus volume kerucut?

Berdasarkan percobaan siswa menjawab pertanyaan berapa banyak kerucut yang diperlukan untuk mengisi tabung hingga penuh. Semua siswa dalam kelompok mendapatkan hasil untuk mengisi tabung hingga penuh diperlukan 3 buah kerucut yang jari-jari dan tingginya sama dengan tabung.

Kenapa digunakan tabung sebagai pembanding? Karena tabung terlebih dahulu sudah dipelajari sehingga siswa sudah mengetahui volume tabung. Kemudian siswa menuliskan dalam kalimat matematikanya. Volume tabung = 3 x volume kerucut Volume kerucut = 1/3 volume tabung Volume kerucut = 1/3 luas alas x

tinggi

Selesailah siswa menemukan volume kerucut. Kemudian hasil penemuan/diskusi itu dipresentasikan di depan kelas. Setelah itu siswa diberi latihan soal sebagai aplikasi rumus yang sudah mereka dapatkan. Kemudian siswa diberi post test. Di akhir pembelajaran siswa menuliskan refleksinya dalam kertas post-it. Mereka menjawab pertanyaan: Apa yang kalian pelajari? Apa yang kalian rasakan selama

pembelajaran berlangsung? Apa yang akan kalian lakukan setelah

mempelajari materi ini? Rata-rata siswa menjawab bahwa

mereka telah mempelajari materi volum kerucut. Siswa mengaku merasa senang dengan pembelajaran seperti ini. Mereka berencana mempelajari kembali materi ini sehingga mereka dapat menghitung volum kerucut dengan lancar.

(Elah Hayati, S.Pd. Guru SMPN 2 Jalancagak Subang)

Sekelompok siswa sedang membaca LK untuk bereksperimen membuat alat penjernih air.

Siswa kelas 2 SDN 1 Sindangsari melakukan permainan di kelas Bahasa Inggris dengan pendekatan PAKEM.

Bekerjasama untuk menemukan volum kerucut.

Penemuan volum kerucut melalui proses praktik dapat menguatkan pemahaman siswa.

Ciamis-Jawa Barat. Hiruk pikuk dan suara gaduh khas suara anak-anak itu terdengar sampai ke dalam ruangan kantor kepala sekolah SDN 1 Sindangsari, Ciamis. Tampak terlihat kerumunan anak laki-laki dan perempuan sedang berlarian sambil berjingkrakan dengan memegang secarik kertas di tangan masing-masing. Mereka terlihat sangat gembira, ceria berhamburan ke sana ke mari.

Rupanya kerumunan anak-anak tersebut tidak sedang bercanda atau bermain-main tak karuan. Mereka adalah siswa-siswi Kelas 2 SDN 1 Sindangsari yang sedang belajar Bahasa Inggris secara PAKEM.

Tampak guru mereka Ibu Deasy Maulidia sedang memberi arahan agar mereka dapat memahami apa yang sedang dipelajari dalam permainan tersebut. Suara ibu guru itu terdengar sangat nyaring berbaur dengan kegaduhan suara muridnya dalam mempraktikkan pelajaran Bahasa Inggris.

This is not Tiger!PAKEM Bahasa Inggris melalui Permainan Rakyat

Ciamis-Jawa Barat. Siswa Kelas V SDN 3 Sukamanah, Sindangkasih, Ciamis, Jawa Barat, mengawali pembelajaran dengan bernyanyi ”Tik-tik air hujan.” Siswa tampak penuh gairah belajar.

Usai memberi tahu tujuan pembelajaran, Bu Een kemudian berdialog dengan siswa mengenai kegiatan yang dilakukan siswa sebelum ke sekolah: makan, minum, mencuci, masak, mandi…

Siswa lalu ditanya perbedaan air bersih dan air kotor. Mereka juga bertanya-jawab tentang kegiatan usaha/ekonomi yang ada di lingkungan masyarkat (air isi ulang, air kemasan, PDAM, dll).

Sampailah pada pembicaraan mengenai cara membuat alat penjernih air. Siswa tampak penasaran.

Siswa membagi diri menjadi beberapa kelompok kecil. Setelah diberi penjelasan mengenai kegiatan dan tujuan belajar di luar kelas, siswa diajak ke luar kelas.

Ketua kelompok berlari mengambil bahan-bahan eksperimen (Botol air kemasan, kapas, kerikil, pasir, arang, tawas, sabut kelapa/ijuk, air bersih/kotor, kertas

tisu).Gabung kembali dengan kelompok,

sang ketua memimpin anggotanya memahami LK. Mereka kemudian mengisi botol kemasan itu dengan media penyaring secara tersusun sesuai dengan panduan LK.

Ketika filter sudah jadi, mereka tuangkan air keruh ke botol itu. Mereka fokus mengamati hasil penyaringan. Eh,

ternyata air hasil saringan masih keruh. “Ayo coba diskusikan, mengapa masih keruh!” kata guru.

Mereka lalu membongkar filter dan menyusun ulang dengan lebih padat. Air keruh dituang kembali. Ternyata hasilnya lebih jernih. Filter kemudian diperbaiki lagi. Dipadatkan dan dirapihkan. Proses penyaringan dicoba kembali. “Jernih, Bu, jernih,” teriak suatu kelompok.

Setiap kelompok lalu berdiskusi membuat kesimpulan hasil percobaan. Mereka menuliskan laporan hasil kegiatan, mencakup keberhasilan dan kegagalan penyaringan air bersih. Laporan kelompok itu kemudian dipresentasikan. Kelompok lain memberikan feedback.

Untuk ‘konfirmasi,’ guru dan siswa bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum dipahami. Guru memberikan penguatan dan umpan balik tentang hasil kerja siswa. Karya kelompok akhirnya dipajang di papan pajangan.

Siswa kemudian menuliskan refleksi individual. Guru memberikan tugas pekerjaan rumah, membuat alat penjernih air secara individual. (Ddn)

Buat Filter Air, Siswa Girang ‘Jernih Bu, Jernih’

14 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 15

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Alat yang digunakan dalam pelajaran itu hanya secarik kertas, berukuran kartu, yang ditulisi dengan berbagai nama benda atau binatang dalam Bahasa Inggris. Kertas tersebut rame-rame dilemparkan ke udara.

Pada saat kertas berjatuhan, siswa mengambilnya, membacanya, lalu berteriak “This is a tiger.” Pada kesempatan lain ada yang berteriak “This is not a lion.” Rupanya ibu guru tersebut memberikan arahan sebelumnya bahwa apabila tulisan pada kartu berbunyi “tiger,” siswa harus mengatakan “This is a tiger.” Apabila tulisan ‘tiger’ disilang, siswa harus berucap, “This is not tiger.”

Proses belajar ini dimaksudkan untuk menempa kemampuan siswa membuat kalimat dalam Bahasa Inggris. Tulisan pada kertas tersebut digunakan sebagai sumber inspirasi siswa menyusun kalimat.

Sungguh, ini merupakan metode pembelajaran yang sederhana tetapi sangat menarik serta menyenangkan. Semua anak yang terlibat dalam kegiatan tersebut tampak sangat antusias mengikutinya. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang diam. Apalagi di tengah kerumunan itu ada anak balita yang juga ingin terlibat dalam permainan tersebut. Sungguh lucu dan menyenangkan.

Siapakah Ibu Deasy? Ia merupakan salah seorang guru di SDN 1 Sindangsari, yang dikepalai oleh Ibu Sri Kispriowati, Fasda USAID PRIORITAS dari gugus Banjarsari. Usai mengikuti ToT di Tasikmalaya, Bu Kis bersama Bu Wiwin Carwinah, salah seorang guru yang juga Fasda, mensosialisasikan cara pembelajaran PAKEM kepada guru lainnya. Mereka berdua berbagi pengalaman ToT kepada guru-guru lain. Para guru, termasuk Bu Deasy, mencoba mempratikkannya di kelas masing-masing.

“Itung-itung ngapalin,” kata Bu Kis, “sambil menunggu jadwal pelatihan yang akan serentak dilaksanakan di sekolah mitra USAID PRIORITAS.” Pelatihan sekolah memang belum dimulai. Tapi, nuansa PAKEM sudah mulai mewarnai sekolah-sekolah mitra USAID PRIORITAS. (Ipn)

Menemukan Volum Kerucut dengan Inkuiri

Subang-Jawa Barat. Materi bangun ruang sisi lengkung merupakan materi yang penting untuk dipelajari karena banyak sekali manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kompetensi dasar tentang materi bangun ruang adalah menghitung luas selimut dan volum tabung, kerucut, dan bola. Dari kompetensi dasar itu disusun indikator. Salah satunya adalah menghitung volum kerucut.

Dulu ketika mengajar materi volum kerucut saya memberikan langsung rumusnya. “Anak-anak ini lho rumus volume kerucut. Perhatikan contoh soalnya lalu kerjakan latihannya.” Siswa didoktrin bahwa inilah rumus volume kerucut, tanpa tahu dari mana mendapatkan rumus itu. Di sini ditekankan keterampilan berhitungnya saja.

Setelah mengikuti pelatihan yang difasilitasi USAID, saya mencoba untuk membelajarkan materi volume kerucut ini dengan metode inkuiri. Diharapkan siswa menemukan sendiri rumus volume kerucut dengan petunjuk di LKS dengan bimbingan guru.

Dengan menemukan sendiri rumus volume kerucut ingatan siswa terhadap rumus tersebut akan melekat kuat karena mereka mengalami sendiri. Walaupun lupa rumusnya tapi dengan mengingat proses mendapatkanya, ia dapat kembali menyusun rumus itu.

Ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa dengan duduk dan mendengarkan, saja ingatan siswa hanya 10%, dengan mencatat, 30-40%, dan dengan melakukan

sendiri, 98-99%. Siswa tidak mempunyai kesempatan untuk melamun.

Ibarat kita mempunyai dua buah motor, satu hasil beli sendiri dan satunya lagi diberi. Ketika salah satu harus dijual, manakah yang akan kita jual? Tentu kita mempertahankan motor hasil beli sendiri karena dengan susah payah dan kerja keras kita mendapatkannya.

Begitu juga pembelajaran dengan menemukan sendiri siswa tidak mudah lupa (tidak mudah melepaskan apa yang sudah diingat). Sedangkan jika rumus itu diberikan, siswa akan mudah lupa.

Siswa sebelumnya diberi tugas untuk membawa alat dan bahan yang diperlukan: dua buah kertas mika, solatif, steples, gunting, penggaris, dan pasir/gula pasir.

Secara berkelompok siswa menemukan volume kerucut dengan petunjuk LKS. Langkah-langkahnya adalah:

1. Buatlah sebuah tabung tanpa tutup dan sebuah kerucut tanpa alas yang jari-jari dan tingginya sama.

2. Tuangkan pasir/gula pasir ke dalam kerucut sampai penuh lalu tuangkan ke dalam tabung.

3. Berapa banyak kerucut yang diperlukan untuk mengisi tabung hingga penuh?

4. Apa yang

dapat kamu simpulkan tentang rumus volume kerucut?

Berdasarkan percobaan siswa menjawab pertanyaan berapa banyak kerucut yang diperlukan untuk mengisi tabung hingga penuh. Semua siswa dalam kelompok mendapatkan hasil untuk mengisi tabung hingga penuh diperlukan 3 buah kerucut yang jari-jari dan tingginya sama dengan tabung.

Kenapa digunakan tabung sebagai pembanding? Karena tabung terlebih dahulu sudah dipelajari sehingga siswa sudah mengetahui volume tabung. Kemudian siswa menuliskan dalam kalimat matematikanya. Volume tabung = 3 x volume kerucut Volume kerucut = 1/3 volume tabung Volume kerucut = 1/3 luas alas x

tinggi

Selesailah siswa menemukan volume kerucut. Kemudian hasil penemuan/diskusi itu dipresentasikan di depan kelas. Setelah itu siswa diberi latihan soal sebagai aplikasi rumus yang sudah mereka dapatkan. Kemudian siswa diberi post test. Di akhir pembelajaran siswa menuliskan refleksinya dalam kertas post-it. Mereka menjawab pertanyaan: Apa yang kalian pelajari? Apa yang kalian rasakan selama

pembelajaran berlangsung? Apa yang akan kalian lakukan setelah

mempelajari materi ini? Rata-rata siswa menjawab bahwa

mereka telah mempelajari materi volum kerucut. Siswa mengaku merasa senang dengan pembelajaran seperti ini. Mereka berencana mempelajari kembali materi ini sehingga mereka dapat menghitung volum kerucut dengan lancar.

(Elah Hayati, S.Pd. Guru SMPN 2 Jalancagak Subang)

Sekelompok siswa sedang membaca LK untuk bereksperimen membuat alat penjernih air.

Siswa kelas 2 SDN 1 Sindangsari melakukan permainan di kelas Bahasa Inggris dengan pendekatan PAKEM.

Bekerjasama untuk menemukan volum kerucut.

Penemuan volum kerucut melalui proses praktik dapat menguatkan pemahaman siswa.

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

tersebut akhirnya menandatangani dan membayar denda,” cerita Kusmanto.

Bank Sampah SekolahKebijakan bank sampah yang dibuat

sekolah, cukup efektif mengatasi masalah sampah. Sekolah juga memfasilitasi sebuah kantor khusus sebagai sekretariat bank sampah yang dibuka dan beroperasi setiap hari Jumat untuk bertransaksi.

Prosesnya dimulai dari pengumpulan sampah di lingkungan kelas yang menjadi tanggung jawab siswa di kelas tersebut. Setiap Jumat perwakilan dari kelas akan mengumpulkan dan memilah sesuai dengan jenis dan kegunaannya. Setelah sampah dipilah, kemudian dikumpulkan dan dibawa ke bank sampah untuk bertransaksi dengan petugas yang sedang piket.

Harga yang diberikan 75% lebih murah dari harga normal. Kegiatan ini berlangsung setiap hari Jumat setelah senam pagi. Bila sampah yang terkumpul sudah cukup banyak maka petugas akan memanggil pengepul sampah untuk menimbang dan mengambil sampah.

Uang yang terkumpul dari transaksi tersebut akan dikembalikan ke kelas yang selanjutnya dijadikan kas kelas. Dana selebihnya digunakan untuk pengembangan program sekolah hijau.

Kompos untuk Sekolah HijauUntuk sampah organik yang telah

dipilah diolah menjadi kompos. “Kami menyediakan alat untuk menggiling sampah, menghancurkannya sehingga akan mempercepat proses menjadi kompos,” terang Drs. Aris Munandar, M.Pd. Kepala

Sampah bukanlah bahan yang tidak berguna SMPN 3

Karanganyar, Jawa Tengah. Seluruh warga sekolah bersatu padu

mengelola sampah melalui Sistem Bank Sampah.

Karanganyar-Jawa Tengah.

Jumlah siswa SMPN 3 Karangnyar yang mencapai seribu siswa merupakan jumlah besar penghasil sampah produktif. ”Bila kita tidak kelola dengan baik, sampah akan menjadi masalah. Sampah akan selalu ada. Sekarang tinggal bagaimana kita mengelolanya,” kata Kusmanto, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang ikut bertanggungjawab dalam pengelolaan bank sampah sekolah.

Kebijakan yang diambil sekolah dalam pengelolaan sampah diantaranya membentuk organisasi pengelolaan bank sampah yang anggotanya terdiri dari guru dan siswa.

Tugasnya yaitu menegakkan kedisiplinan siswa dan guru dalam membuang sampah. Warga sekolah yang membuang sampah sembarangan di denda 1000, guru 10.000, dan denda untuk merokok di lingkungan sekolah senilai Rp. 25.000,-.

“Pernah salah seorang guru merokok di tempat yang dikiranya aman di lingkungan sekolah. Namun tiba-tiba ada dua orang siswa yang datang dan menunjukkan form pelanggaran. Kemudian meminta guru menandatanganinya serta membayar denda. Karena merasa malu guru

“Buanglah Sampah Sesuai Manfaatnya!” Kompor Bertenaga Matahari Karya Siswa MTsN 2 Medan

Hanya dengan modal Rp.30.000,- Habibul Khoir Lubis, siswa MTs Negeri 2 Medan berhasil

membuat kompor bertenaga matahari. Kompor ini dikerjakan Habibul selama masa liburan

sekolah guna memenuhi tugas IPA yang diberikan gurunya.

Medan-Sumatra Utara. Habibul sedikit grogi ketika semua mata mulai mengarah kepadanya. Suaranya berlahan membahana kala berbicara di depan puluhan tamu penting. Walikota Medan Drs. Rahudman Harahap, MM, Konsul AS untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart dan puluhan pejabat Pemerintah Kota Medan dengan tekun menyimak Habibul mempresentasikan penggunaan kompor tenaga surya yang Ia kembangan.

Kompor tenaga surya ini sebenarnya bukan murni terobosan Habibul. Ia mendesain ulang apa yang sudah ditemukan Horace de Saussure pada 1767. Kala itu Horace berhasil memanfaatkan energi surya sebagai bahan bakar kompor rancangannya.” Saya mendapat informasi dari internet,” tukas Habibul.

Lalu bagaimana cara membuatnya? Sederhana sekali. Bahannya hanya kardus bekas mie instant, aluminium foil, cat hitam, lem dan gunting. “Bentuk kardus menyerupai kotak ataupun panel sedemikian rupa. Gunting aluminium foil sesuai

lebar dalam kardus, lalu tempelkan. Gunting karton hitam sesuai lebar luar kardus, kemudian rekatkan. Usahakan bagian dalam bawah kardus berwarna hitam. Selesai.”

Kelihatannya mudah bukan. Namun perlu diketahui, karena prinsip utama kompor ini adalah mengandalkan tenaga surya. Maka sebaiknya digunakan saat sinar matahari memadai, biasanya antara pukul 9 pagi hingga pukul 2 sore. Hal lain yang perlu diindahkan, kecepatan angin, ketebalan panci, jumlah dan ukuran bahan yang dimasak, dan banyaknya air yang digunakan. Semua itu akan memengaruhi kecepatan masaknya bahan makanan.

Prinsip kerja alat ini juga mudah dipahami. Pertama, pemusatan cahaya matahari. Kedua, mengubah cahaya menjadi panas. Ketiga, memerangkap panas. Almunium foil berfungsi untuk memusatkan cahaya. Sedangkan cat hitam ditujukan untuk menangkap panas. Kedua material ini membuat panas terperangkap dalam kotak. Kotak inilah yang disebut kompor.

Ini seru. Di tengah gembar-gembor isu pemanasan global serta krisis energi yang mendera negeri ini, rasanya pemanfaatan kompor tenaga surya patut kita lirik. Dengan menggunakan alat yang ramah lingkungan ini, kita sudah bisa menekan pemakaian bahan bakar seperti minyak, gas, dan kayu bakar yang setiap saat dapat habis.

Drs. Rahudman Harahap, MM menguji kompor tenaga surya Habibul. Ia pun tak ragu menyantap pisang yang direbus dengan kompor tenaga surya itu. Sambil melahap pisang, Rahudman mengayungkan jempol. Para undanganpun bertepuk tangan. Selamat buat Habibul.

Dedy Gunawan Hutajulu adalah wartawan Harian Analisa. Tulisan merupakan reportase yang berjudul Memanfaatkan Kompor

Bertenaga Surya (Harian Analisa, 7/5/3013). Disarikan kembali dengan persetujuan penulis.

Walikota Medan dan Konsul AS untuk Pulau Sumatra menyimak presentasi Habibul.

Habibul mempresentasikan pembuatan dan penggunaan kompor bertenaga matahari.

1

2

2

4

3

1. Kantor Bank Sampah Sekolah. 2. Proses pengomposan. 3. Pembelajaran di lingkungan sekolah yang hijau; 4. Program Jumat Bersih

SMPN 3 Karanganyar.Kompos dibuat bersama-sama antara

siswa, guru, dan pengurus sekolah. Setelah kompos jadi, sebagian besar digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Berbagai jenis tanaman memenuhi pekarang sekolah yang luasnya hampir mencapai 2 hektar. Bila kebutuhan kompos untuk kelas sudah terpenuhi, kelebihan stok kompos akan didistribusikan ke luar sekolah atau dijual.

Proses pembuatan kompos, pengelolaan sampah, sekolah hijau, dan pembiasaan positif memilah sampah merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran bermakna yang ditanamkan kepada siswa.

“Yang lebih penting adalah pembelajaran pada anak tentang berinteraksi dengan lingkungan, cara pengelolaan sampah dan memanfaatkannya. Itu yang paling utama!” tegas pak Aris. (Arz)Guru dan siswa bekerjasama membuat kompos dari bahan sampah organik yang telah dipilah.

16 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 17

PRIORITAS - Praktik yang Baik

tersebut akhirnya menandatangani dan membayar denda,” cerita Kusmanto.

Bank Sampah SekolahKebijakan bank sampah yang dibuat

sekolah, cukup efektif mengatasi masalah sampah. Sekolah juga memfasilitasi sebuah kantor khusus sebagai sekretariat bank sampah yang dibuka dan beroperasi setiap hari Jumat untuk bertransaksi.

Prosesnya dimulai dari pengumpulan sampah di lingkungan kelas yang menjadi tanggung jawab siswa di kelas tersebut. Setiap Jumat perwakilan dari kelas akan mengumpulkan dan memilah sesuai dengan jenis dan kegunaannya. Setelah sampah dipilah, kemudian dikumpulkan dan dibawa ke bank sampah untuk bertransaksi dengan petugas yang sedang piket.

Harga yang diberikan 75% lebih murah dari harga normal. Kegiatan ini berlangsung setiap hari Jumat setelah senam pagi. Bila sampah yang terkumpul sudah cukup banyak maka petugas akan memanggil pengepul sampah untuk menimbang dan mengambil sampah.

Uang yang terkumpul dari transaksi tersebut akan dikembalikan ke kelas yang selanjutnya dijadikan kas kelas. Dana selebihnya digunakan untuk pengembangan program sekolah hijau.

Kompos untuk Sekolah HijauUntuk sampah organik yang telah

dipilah diolah menjadi kompos. “Kami menyediakan alat untuk menggiling sampah, menghancurkannya sehingga akan mempercepat proses menjadi kompos,” terang Drs. Aris Munandar, M.Pd. Kepala

Sampah bukanlah bahan yang tidak berguna SMPN 3

Karanganyar, Jawa Tengah. Seluruh warga sekolah bersatu padu

mengelola sampah melalui Sistem Bank Sampah.

Karanganyar-Jawa Tengah.

Jumlah siswa SMPN 3 Karangnyar yang mencapai seribu siswa merupakan jumlah besar penghasil sampah produktif. ”Bila kita tidak kelola dengan baik, sampah akan menjadi masalah. Sampah akan selalu ada. Sekarang tinggal bagaimana kita mengelolanya,” kata Kusmanto, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan yang ikut bertanggungjawab dalam pengelolaan bank sampah sekolah.

Kebijakan yang diambil sekolah dalam pengelolaan sampah diantaranya membentuk organisasi pengelolaan bank sampah yang anggotanya terdiri dari guru dan siswa.

Tugasnya yaitu menegakkan kedisiplinan siswa dan guru dalam membuang sampah. Warga sekolah yang membuang sampah sembarangan di denda 1000, guru 10.000, dan denda untuk merokok di lingkungan sekolah senilai Rp. 25.000,-.

“Pernah salah seorang guru merokok di tempat yang dikiranya aman di lingkungan sekolah. Namun tiba-tiba ada dua orang siswa yang datang dan menunjukkan form pelanggaran. Kemudian meminta guru menandatanganinya serta membayar denda. Karena merasa malu guru

“Buanglah Sampah Sesuai Manfaatnya!” Kompor Bertenaga Matahari Karya Siswa MTsN 2 Medan

Hanya dengan modal Rp.30.000,- Habibul Khoir Lubis, siswa MTs Negeri 2 Medan berhasil

membuat kompor bertenaga matahari. Kompor ini dikerjakan Habibul selama masa liburan

sekolah guna memenuhi tugas IPA yang diberikan gurunya.

Medan-Sumatra Utara. Habibul sedikit grogi ketika semua mata mulai mengarah kepadanya. Suaranya berlahan membahana kala berbicara di depan puluhan tamu penting. Walikota Medan Drs. Rahudman Harahap, MM, Konsul AS untuk Pulau Sumatra, Kathryn A. Crockart dan puluhan pejabat Pemerintah Kota Medan dengan tekun menyimak Habibul mempresentasikan penggunaan kompor tenaga surya yang Ia kembangan.

Kompor tenaga surya ini sebenarnya bukan murni terobosan Habibul. Ia mendesain ulang apa yang sudah ditemukan Horace de Saussure pada 1767. Kala itu Horace berhasil memanfaatkan energi surya sebagai bahan bakar kompor rancangannya.” Saya mendapat informasi dari internet,” tukas Habibul.

Lalu bagaimana cara membuatnya? Sederhana sekali. Bahannya hanya kardus bekas mie instant, aluminium foil, cat hitam, lem dan gunting. “Bentuk kardus menyerupai kotak ataupun panel sedemikian rupa. Gunting aluminium foil sesuai

lebar dalam kardus, lalu tempelkan. Gunting karton hitam sesuai lebar luar kardus, kemudian rekatkan. Usahakan bagian dalam bawah kardus berwarna hitam. Selesai.”

Kelihatannya mudah bukan. Namun perlu diketahui, karena prinsip utama kompor ini adalah mengandalkan tenaga surya. Maka sebaiknya digunakan saat sinar matahari memadai, biasanya antara pukul 9 pagi hingga pukul 2 sore. Hal lain yang perlu diindahkan, kecepatan angin, ketebalan panci, jumlah dan ukuran bahan yang dimasak, dan banyaknya air yang digunakan. Semua itu akan memengaruhi kecepatan masaknya bahan makanan.

Prinsip kerja alat ini juga mudah dipahami. Pertama, pemusatan cahaya matahari. Kedua, mengubah cahaya menjadi panas. Ketiga, memerangkap panas. Almunium foil berfungsi untuk memusatkan cahaya. Sedangkan cat hitam ditujukan untuk menangkap panas. Kedua material ini membuat panas terperangkap dalam kotak. Kotak inilah yang disebut kompor.

Ini seru. Di tengah gembar-gembor isu pemanasan global serta krisis energi yang mendera negeri ini, rasanya pemanfaatan kompor tenaga surya patut kita lirik. Dengan menggunakan alat yang ramah lingkungan ini, kita sudah bisa menekan pemakaian bahan bakar seperti minyak, gas, dan kayu bakar yang setiap saat dapat habis.

Drs. Rahudman Harahap, MM menguji kompor tenaga surya Habibul. Ia pun tak ragu menyantap pisang yang direbus dengan kompor tenaga surya itu. Sambil melahap pisang, Rahudman mengayungkan jempol. Para undanganpun bertepuk tangan. Selamat buat Habibul.

Dedy Gunawan Hutajulu adalah wartawan Harian Analisa. Tulisan merupakan reportase yang berjudul Memanfaatkan Kompor

Bertenaga Surya (Harian Analisa, 7/5/3013). Disarikan kembali dengan persetujuan penulis.

Walikota Medan dan Konsul AS untuk Pulau Sumatra menyimak presentasi Habibul.

Habibul mempresentasikan pembuatan dan penggunaan kompor bertenaga matahari.

1

2

2

4

3

1. Kantor Bank Sampah Sekolah. 2. Proses pengomposan. 3. Pembelajaran di lingkungan sekolah yang hijau; 4. Program Jumat Bersih

SMPN 3 Karanganyar.Kompos dibuat bersama-sama antara

siswa, guru, dan pengurus sekolah. Setelah kompos jadi, sebagian besar digunakan untuk memupuk tanaman yang ada di lingkungan sekolah. Berbagai jenis tanaman memenuhi pekarang sekolah yang luasnya hampir mencapai 2 hektar. Bila kebutuhan kompos untuk kelas sudah terpenuhi, kelebihan stok kompos akan didistribusikan ke luar sekolah atau dijual.

Proses pembuatan kompos, pengelolaan sampah, sekolah hijau, dan pembiasaan positif memilah sampah merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran bermakna yang ditanamkan kepada siswa.

“Yang lebih penting adalah pembelajaran pada anak tentang berinteraksi dengan lingkungan, cara pengelolaan sampah dan memanfaatkannya. Itu yang paling utama!” tegas pak Aris. (Arz)Guru dan siswa bekerjasama membuat kompos dari bahan sampah organik yang telah dipilah.

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 19

Drs. Alimin

Kasek MTS Neg. Takalala

PRIORITAS - Praktik yang Baik

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Fasda Ela Sebarkan PAKEM di SekolahnyaPandeglang-

Banten. Pengetahuan baru memang bernilai tinggi, terlebih apabila pengetahuan itu dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Hal ini yang juga terjadi di SDN 2 Bojong, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Sepulangnya dari Pelatihan Fasilitator Daerah (Fasda) USAID PRIORITAS untuk tingkat SD/MI pada April lalu, Ela Nurlaelasari, S.Pd yang juga guru kelas VI SDN 2 Bojong, berhasrat untuk segera mengaplikasikan pengetahuan baru yang ia peroleh.

Di dalam pelatihan yang memakan waktu tujuh hari tersebut, Fasda Ela memperoleh berbagai hal baru, dari metode pembelajaran, manajemen sekolah, sampai cara menggalang partisipasi masyarakat untuk memajukan pendidikan di sekolah.

Gayung rupanya bersambut. Rekan-rekan sejawatnya di SDN 2 Bojong antusias untuk menyaksikan apa saja yang diperolehnya selama pelatihan di Serpong. Kepala Sekolah E. Khuzaenah pun sepakat untuk segera mencoba mengaplikasi-kan hasil pelatihan. Singkat kata, para guru dikumpulkan dan

sepakat untuk melihat dan menyaksikan Ela mengajar dengan pendekatan siswa yang aktif di kelas.

Setelah beberapa hari, beberapa guru mulai mencoba memberikan pelajaran seperti Fasda Ela. Termasuk

Afiah, S.Pd., yang mengajar Matematika untuk kelas I. Di dalam kelas, tempat duduk murid dibuat berkelompok, 5 sampai 6 siswa per kelompok.

Di kelas, interaksi guru-siswa diusahakan agar bersuasana menyenangkan. Siswa difasilitasi menggunakan media pembelajaran dan lebih banyak bekerja dalam kelompok. Setiap kelompok menempelkan hasil karyanya di dinding kelas dan mempresentasikan karyanya, yang akan dinilai oleh kelompok lain. Perbedaan positif segera tampak. “Saya sudah dua kali mengajar seperti ini, dan hasilnya murid-murid saya senang sekali,” ujar Afiah. Beberapa murid mengaku lebih mudah dan lebih cepat memahami pelajaran. (Nic/Usm)

Pinrang-Sulawesi Selatan. “Ini gambar kursi. Ini namanya, ada lima hurufnya,” jawab Syakira dengan semangat sambil menunjukkan gambar dan nama gambar kepada teman-temannya. Syakira bersama 27 orang temannya murid kelas I SDN 166 Mattirobulu Pinrang di pagi itu (22/5), belajar membaca dan menjumlahkan bilangan.

Judul di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan Hajrah Jafar, guru kelas I SD mitra USAID PRIOIRITAS itu untuk mengukur dengan sederhana kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik murid-muridnya. Melalui pembelajaran integratif Bahasa Indonesia dan Matematika dalam tema Lingkungan Sekitar, ia mengembangkan Kompetensi Dasar Matematika (4.4): Melakukan penjumlahan dan pengurangan dua angka serta Bahasa Indonesia (5.1): Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar.

Hajrah Jafar mengelola waktu pembelajaran 2x35 menit secara efektif dengan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe Bermain dan Berlomba dalam Tim (Teams Games Tournament). Ia memilih model itu untuk membuat muridnya fokus, aktif, dan gembira selama belajar. Dirinya membagi muridnya ke dalam empat kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok yang ditindaklanjuti dengan tugas individu yakni, bermain dan berlomba antar kelompok mengambil gambar beserta namanya sebanyak-banyaknya dari dalam kotak yang terpisah, lalu

Pembelajaran di Kelas Awal: Ini Gambar Apa, Yang Mana Namanya dan Berapa Jumlah Hurufnya?

menjodohkannya dengan menempelkan secara berpasangan (gambar-nama) di papan planel.

Tugas kelompok berikutnya, meliputi: (1) mengamati dan menilai hasil kerja kelompok lain dengan menghitung berapa banyak gambar dan namanya yang dijodohkan dengan benar maupun yang salah. Nilai 1 diberikan untuk setiap penjodohan yang benar dan minus 1 untuk setiap yang salah; (2) mengamati dan menilai kerapian dan keindahan cara menempelkannya; (3) menjumlahkan dan mengurangkan skor setiap kelompok; dan (4) secara partisipatif menentukan juara atau pemenang lomba. Tugas individu anak adalah presentasi di depan kelas dengan menunjukkan gambar, mendeskripsikannya secara sederhana sesuai kemampuannya, membaca nama gambar, dan menghitung jumlah huruf dari nama gambar.

Selama pembelajaran berlangsung, suasana kelas begitu dinamis dan semangat. Murid-murid berkomunikasi aktif baik sesama anggota maupun antarkelompok. Riuh yel-yel “Ayo, ayo, ayo...Tempel... tempel...” oleh kelompok suporter menyatu dengan

teriakan kritik polos, saling mengoreksi karena salah menjodohkan, salah baca, salah menjumlahkan dan tidak rapi menempel.

Suasana itu membuat Hajrah yang dibantu Ibu Nurjannah semakin cermat memfasilitasi. Dirinya harus menginterupsi, mendiamkan sambil mengajak bernyanyi, lalu menguatkan indikator tujuan yang akan dicapai.

Indikator tujuan pembelajaran di ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditetapkan terbukti dicapai murid di akhir pembelajaran. Untuk mapel Matematika tujuan pembelajaran yang tercapai meliputi: menunjukkan cara yang benar serta menjumlahkan dua bilangan; menunjukkan kesungguhan bekerja sama dalam kelompok; menjumlahkan skor yang dikumpulkan.

Untuk mapel Bahasa Indonesia adalah membaca nama gambar/benda yang dijodohkan; mengidentifikasi gambar yang dideskripsikan oleh guru; menerima koreksi bacaan nama gambar yang salah; membaca dengan benar; dan memasangkan nama benda sesuai dengan gambarnya.

“Pada setiap bagian dari proses pembelajaran, khususnya pada bagian yang bersinggungan dengan materi yang saya sajikan secara tematik, saya selalu mengingatkan murid-muridku makna yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran,” ujar Hajrah.

Dirinya juga membiasakan murid-muridnya memiliki sifat dan berprilaku positif seperti sifat tertib dan disiplin ia biasakan pada saat mengatur barisan lanjut memeriksa kebersihan tangan, kuku dan pakaian muridnya. Ia lalu meminta setiap muridnya membaca kata yang dituliskan di kertas metaplan sebelum melangkah ke bangku dan mejanya masing-masing. Kata Hajrah, itu dimaksudkan agar mereka rajin membaca kata yang dilihat sehingga cepat pintar membaca. (Ham)

Murid kelas 1 SDN 166 Mattirobulu sedang presentasi membaca seusai menjodohkan gambar dengan namanya.

Nurjannah, Guru Kelas Awal partner team teaching Hajrah Jafar mendampingi siswa menjumlahkan dengan jari tangan sebagai media.

Usai mengikuti pelatihan PAKEM, Fasda Ela menularkan PAKEM kepada teman sejawatnya. Contohnya, Fasda Ela dalam mengajar lebih banyak mendampingi siswa di dalam kelompok kecil. Hal itu juga dilakukan oleh sejawatnya Afiah, S.Pd, guru yang mengajar di kelas awal.

Fasda Ela berhasil menularkan PAKEM kepada guru lain di sekolahnya. Tampak para siswa di kelasnya maupun di kelas yang diajarkan guru lainnya, tampak aktif dalam kerja kelompok yang memanfaatkan media pembelajaran, dan memajangkan hasil karyanya di papan pajangan kelas.

Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013 - 19

Drs. Alimin

Kasek MTS Neg. Takalala

PRIORITAS - Praktik yang Baik

18 - Prioritas Pendidikan: Edisi 3/ April - Juni/ 2013

PRIORITAS - Praktik yang Baik

Fasda Ela Sebarkan PAKEM di SekolahnyaPandeglang-

Banten. Pengetahuan baru memang bernilai tinggi, terlebih apabila pengetahuan itu dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Hal ini yang juga terjadi di SDN 2 Bojong, Kabupaten Pandeglang, Banten.

Sepulangnya dari Pelatihan Fasilitator Daerah (Fasda) USAID PRIORITAS untuk tingkat SD/MI pada April lalu, Ela Nurlaelasari, S.Pd yang juga guru kelas VI SDN 2 Bojong, berhasrat untuk segera mengaplikasikan pengetahuan baru yang ia peroleh.

Di dalam pelatihan yang memakan waktu tujuh hari tersebut, Fasda Ela memperoleh berbagai hal baru, dari metode pembelajaran, manajemen sekolah, sampai cara menggalang partisipasi masyarakat untuk memajukan pendidikan di sekolah.

Gayung rupanya bersambut. Rekan-rekan sejawatnya di SDN 2 Bojong antusias untuk menyaksikan apa saja yang diperolehnya selama pelatihan di Serpong. Kepala Sekolah E. Khuzaenah pun sepakat untuk segera mencoba mengaplikasi-kan hasil pelatihan. Singkat kata, para guru dikumpulkan dan

sepakat untuk melihat dan menyaksikan Ela mengajar dengan pendekatan siswa yang aktif di kelas.

Setelah beberapa hari, beberapa guru mulai mencoba memberikan pelajaran seperti Fasda Ela. Termasuk

Afiah, S.Pd., yang mengajar Matematika untuk kelas I. Di dalam kelas, tempat duduk murid dibuat berkelompok, 5 sampai 6 siswa per kelompok.

Di kelas, interaksi guru-siswa diusahakan agar bersuasana menyenangkan. Siswa difasilitasi menggunakan media pembelajaran dan lebih banyak bekerja dalam kelompok. Setiap kelompok menempelkan hasil karyanya di dinding kelas dan mempresentasikan karyanya, yang akan dinilai oleh kelompok lain. Perbedaan positif segera tampak. “Saya sudah dua kali mengajar seperti ini, dan hasilnya murid-murid saya senang sekali,” ujar Afiah. Beberapa murid mengaku lebih mudah dan lebih cepat memahami pelajaran. (Nic/Usm)

Pinrang-Sulawesi Selatan. “Ini gambar kursi. Ini namanya, ada lima hurufnya,” jawab Syakira dengan semangat sambil menunjukkan gambar dan nama gambar kepada teman-temannya. Syakira bersama 27 orang temannya murid kelas I SDN 166 Mattirobulu Pinrang di pagi itu (22/5), belajar membaca dan menjumlahkan bilangan.

Judul di atas adalah pertanyaan yang dilontarkan Hajrah Jafar, guru kelas I SD mitra USAID PRIOIRITAS itu untuk mengukur dengan sederhana kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik murid-muridnya. Melalui pembelajaran integratif Bahasa Indonesia dan Matematika dalam tema Lingkungan Sekitar, ia mengembangkan Kompetensi Dasar Matematika (4.4): Melakukan penjumlahan dan pengurangan dua angka serta Bahasa Indonesia (5.1): Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar.

Hajrah Jafar mengelola waktu pembelajaran 2x35 menit secara efektif dengan mengembangkan model pembelajaran Kooperatif tipe Bermain dan Berlomba dalam Tim (Teams Games Tournament). Ia memilih model itu untuk membuat muridnya fokus, aktif, dan gembira selama belajar. Dirinya membagi muridnya ke dalam empat kelompok untuk mengerjakan tugas kelompok yang ditindaklanjuti dengan tugas individu yakni, bermain dan berlomba antar kelompok mengambil gambar beserta namanya sebanyak-banyaknya dari dalam kotak yang terpisah, lalu

Pembelajaran di Kelas Awal: Ini Gambar Apa, Yang Mana Namanya dan Berapa Jumlah Hurufnya?

menjodohkannya dengan menempelkan secara berpasangan (gambar-nama) di papan planel.

Tugas kelompok berikutnya, meliputi: (1) mengamati dan menilai hasil kerja kelompok lain dengan menghitung berapa banyak gambar dan namanya yang dijodohkan dengan benar maupun yang salah. Nilai 1 diberikan untuk setiap penjodohan yang benar dan minus 1 untuk setiap yang salah; (2) mengamati dan menilai kerapian dan keindahan cara menempelkannya; (3) menjumlahkan dan mengurangkan skor setiap kelompok; dan (4) secara partisipatif menentukan juara atau pemenang lomba. Tugas individu anak adalah presentasi di depan kelas dengan menunjukkan gambar, mendeskripsikannya secara sederhana sesuai kemampuannya, membaca nama gambar, dan menghitung jumlah huruf dari nama gambar.

Selama pembelajaran berlangsung, suasana kelas begitu dinamis dan semangat. Murid-murid berkomunikasi aktif baik sesama anggota maupun antarkelompok. Riuh yel-yel “Ayo, ayo, ayo...Tempel... tempel...” oleh kelompok suporter menyatu dengan

teriakan kritik polos, saling mengoreksi karena salah menjodohkan, salah baca, salah menjumlahkan dan tidak rapi menempel.

Suasana itu membuat Hajrah yang dibantu Ibu Nurjannah semakin cermat memfasilitasi. Dirinya harus menginterupsi, mendiamkan sambil mengajak bernyanyi, lalu menguatkan indikator tujuan yang akan dicapai.

Indikator tujuan pembelajaran di ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditetapkan terbukti dicapai murid di akhir pembelajaran. Untuk mapel Matematika tujuan pembelajaran yang tercapai meliputi: menunjukkan cara yang benar serta menjumlahkan dua bilangan; menunjukkan kesungguhan bekerja sama dalam kelompok; menjumlahkan skor yang dikumpulkan.

Untuk mapel Bahasa Indonesia adalah membaca nama gambar/benda yang dijodohkan; mengidentifikasi gambar yang dideskripsikan oleh guru; menerima koreksi bacaan nama gambar yang salah; membaca dengan benar; dan memasangkan nama benda sesuai dengan gambarnya.

“Pada setiap bagian dari proses pembelajaran, khususnya pada bagian yang bersinggungan dengan materi yang saya sajikan secara tematik, saya selalu mengingatkan murid-muridku makna yang mendukung pencapaian tujuan pembelajaran,” ujar Hajrah.

Dirinya juga membiasakan murid-muridnya memiliki sifat dan berprilaku positif seperti sifat tertib dan disiplin ia biasakan pada saat mengatur barisan lanjut memeriksa kebersihan tangan, kuku dan pakaian muridnya. Ia lalu meminta setiap muridnya membaca kata yang dituliskan di kertas metaplan sebelum melangkah ke bangku dan mejanya masing-masing. Kata Hajrah, itu dimaksudkan agar mereka rajin membaca kata yang dilihat sehingga cepat pintar membaca. (Ham)

Murid kelas 1 SDN 166 Mattirobulu sedang presentasi membaca seusai menjodohkan gambar dengan namanya.

Nurjannah, Guru Kelas Awal partner team teaching Hajrah Jafar mendampingi siswa menjumlahkan dengan jari tangan sebagai media.

Usai mengikuti pelatihan PAKEM, Fasda Ela menularkan PAKEM kepada teman sejawatnya. Contohnya, Fasda Ela dalam mengajar lebih banyak mendampingi siswa di dalam kelompok kecil. Hal itu juga dilakukan oleh sejawatnya Afiah, S.Pd, guru yang mengajar di kelas awal.

Fasda Ela berhasil menularkan PAKEM kepada guru lain di sekolahnya. Tampak para siswa di kelasnya maupun di kelas yang diajarkan guru lainnya, tampak aktif dalam kerja kelompok yang memanfaatkan media pembelajaran, dan memajangkan hasil karyanya di papan pajangan kelas.

USAID PRIORITAS adalah program lima tahun yang didanai oleh USAID, yang diimplementasikan oleh Research Triangle Institute (RTI), Education Development Center (EDC), dan World Education (WE). USAID PRIORITAS dirancang untuk meningkatkan akses pendidikan dasar berkualitas di Indonesia, khususnya untuk: (1) Meningkatkan kualitas dan relevansi pembelajaran di sekolah; (2) Meningkatkan tata kelola dan manajemen pendidikan di sekolah dan kabupaten/kota; (3) Meningkatkan dukungan koordinasi di dalam dan antar sekolah, lembaga pendidikan/ pelatihan guru dan pemerintah di semua jenjang. Isi dari newsletter ini tidak mewakili pendapat resmi dari USAID atau pemerintah Amerika Serikat.

USAID PRIORITAS Raih Juara Kedua pada Kontes Foto USAID 2013

Cinta Membaca! Program membaca 10 menit di MTs

Nurul Huda Kalanganyar Sidoarjo Jawa Timur-salah satu sekolah mitra USAID

PRIORITAS Jawa Timur, mampu meningkatkan minat baca siswa. Tampak

dua siswa sedang membaca salah satu buku yang ada di perpustakaan kelasnya.

FOTO yang dipotret oleh Dian Kusuma Dewi, Communications Specialist USAID PRIORITAS di Jawa Timur ini berhasil menjadi juara kedua dalam foto kontes USAID 2013.

Keberhasilan ini menjadi motivasi dalam penyebarluasan praktik pendidikan yang baik dari program USAID PRIORITAS. Foto-foto lainnya dapat dilihat melalui situs www.flickr.com/photos/97015351@N06/

Apa yang dapat diperoleh?

Contoh pembelajaran yang inspiratif.

Inovasi dalam pengelolaan pendidikan di tingkat sekolah dan daerah.

Modul pelatihan pembelajaran dan pengelolaan pendidikan.

Pembaruan dalam pendidikan guru dari LPTK.

Diskusi online forum sekolah.

Anda juga dapat mengunduh naskah, foto, video, dan bahan pelatihan praktik pendidikan yang baik tersebut.

INGIN BERBAGI PENGALAMAN?

Tuliskan narasi praktik pendidikan yang baik sekitar 350--500 kata disertai foto dalam versi JPEG. Kirimkan melalui email [email protected]

Situs Praktik yang Baik dalam Pendidikan

KUNJUNGIprioritaspendidikan.org