Urin Dibentuk Oleh Ginjal

17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Urin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh. Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 ml Pada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk

description

laporan biokimia ginjal urin

Transcript of Urin Dibentuk Oleh Ginjal

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakangUrin dibentuk oleh ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat khusus dengan 2 fungsi utama yaitu mengeliminasi sisa-sisa metabolisme dalam bentuk larutanserta memperthanakan homeostasis cairan tubuh.Dalam keadaan normal pada orang dewasa akan dibentuk 1200-1500 ml urin dalam satu hari. Secara fisiologis maupun patologis volume urin dapat bervariasi. Pmebentukan urin dipengaruhi oleh cairan yang masuk dan jenis makanan. Diet tinggi protein akan meningkatkan pemebentukan urin sebab urin yang terbentuk pada proses metabolisme protein mempunyai efek diuretik. Pada suhu lingkungan tinggi, volume urin berkurang. Volume urin yang diperlukan untuk mengeskresi produk metabolisme tubuh adalah 500 mlPada keadaan volume urin meningkat (poliuria) ditemukan pada berbagai keadaan. Pada diabetes insipidus,akibat tidak adanya hormon anti diuretik, volume urin tiap ahri dapat mencapai 10-20 L. Pada diabetes melitus,volume urin dapat mencapai 5- 6L dalam 1 hari. Oligouria (volume urin berkurang) dapat ditemukan pada keadaan demam, nefritis akut, glomerulonefritis kronik, gangguan harian akut, diare, dan gagal jantung. Anuria (tidak terbentuk urin) pada suatu keadaan tertentu dapat menyebabkan syok,keracunan air raksa,nefritis akut, atau batu ginjal.Rasio antara urin siang hari (pk. 08.00- pk. 20.00) dan urin malam hari (pk. 20.00-pk. 08.00) adalah 2 : 1, kadang-kadang 3:1. Pada kelainan ginjal rasio ini akar berubah bahkan terbalik. Pada keadaan normal, urin yang terbentuk berwarna kuning muda dan jernih dengan bau khas dan juga turut dipengaruhi oleh jenis makanan. Berat jenis urin 24 jam adalah 1,000-1,030. Ph bersifat asam (6,0) dan sangat bervariasi anatar 4,9 8,0.Kandungan zat pada urin 24 jam adalah sebagai berikut : Klorida sebagai NaCl : 10 gr. Ca++, Mg++, dan Iodium : sedikit Urea : 20 30 gr Kreatinin : 1,5 gr Amonia : 0,7 gr Asam urat : 0,7 grSelain itu ditemukan sulfat, fosfat,oksalat,asam amino, vitamin,enzim,dan hormon,Pada keadaan abnormal dapat ditemukan glukosa,benda keton,protein dan berbagai senyawa lain seperti pigmen empedu, darah dan porfirin yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis penyakit tertentu. Dalam saluran kemih dapat terjadi batu sebagai akibat menurunnya kelarutan senyawa tertentu dalam urin. Kira-kira 1/3 batu saluran kemih terdiri dari Ca fosfat, Ca Karbonat, dan Mg-Amonium fosfat. Pembentukan batu terjadi akibat peningkatan ekskresi kalsium, infeksi, dan peningkatan Ph. Dalam urin juga dpat ditemukan batu oksalat dan batu asam urat.Dalam keadaan tertentu perlu dilakukan penetapan jumlah zat dalam urin yang dikumpulkan selama 24 jam. Pada pengumpulan urin 24 jam ini perludigunakan bahan pengawet seperti toluen,sebab dapat terjadi perubahan senyawa dalam urin akibat kerja bakteri didalam urin.Pada wanita hamil dalam urin ditemukan hormon hCG (Human chorionic gonadotropin) yang dihasilkan oleh plasenta. Hormon ini menunjukkan hasil positif pada uji kehamilan.

1.2. Tujuan praktikuma. Mengetahui sifat fisik urinb. Membuktikan adanya indikan dalam urinc. Menetapkan kadar kreatinin urind. Menentukan kadar glukosa urin secara semikuantitatife. Membuktikan adanya protein dalam urinf. Membuktikan adanya benda keton dalam uring. Membuktikan adanya pigmen empedu dalam urin

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Sifat fisik urin2.1.1 Volume urinVolume urin normal per hari adalah 900 1200 ml, volume tersebut dipengaruhi banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat diuretika (teh, alcohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH, dan emosi. Interpretasi warna urin dapat menggambarkan kondisi kesehatan organ dalam seseorang.a. Keruh.Kekeruhan pada urin disebabkan adanya partikel padat pada urin seperti bakteri, sel epithel, lemak, atau Kristal-kristal mineral.b. Pink, merah muda dan merah. Warna urin seperti ini biasanya disebabkan oleh efek samping obat-obatan dan makanan tertentu seperti bluberi dan gula-gula, warna ini juga bisa digunakan sebagai tanda adanya perdarahan di system urinaria, seperti kanker ginjal, batu ginjal, infeksi ginjal, atau pembengkakkan kelenjar prostat.c. Coklat muda seperti warna air teh, warna ini merupakan indicator adanya kerusakan atau gangguan hati seperti hepatitis atau serosis.d. Kuning gelap, Warna ini disebabkan banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks yang banyak terdapat dalam minuman berenergi.

2.1.2 Berat jenis urinPada keadaan normal,berat jenis urin 24 jam 1,020 dengan kisaran 1,016 1,024. Berat jenis urin bervariasi. Setelah minum sejumlah besar air, berat jenis urin akan turun jadi 1,002 dan bila berkeringat banyak berat jenis urin dapat mencapai 1,040. Variasi berat jenis urin normal terutama diakibatkan oleh kandungan urea, Nacl, dan fosfat. Berat jenis urin pada keadaan patologis akan berubah. Berat jenis urin padapenderita diabetes melitusakan meningkat karena adanya glukosa pada urinnya.Dalam penetapan berat jenis urin ini akan diperkirakan kandungan zat padat dalam urin. Jumlah zat padat pada urin dihitung dengan cara mengkalikan 2 angka terakhir berat jenis dengan 2,6 (= koefisien long). Angka yang diperoleh menyatakan gram zat pada dalam 1 liter urin.alay yang digunakan untuk menentukan berat jenis urin adalah urinometer.

2.2 Uji indikan Bahan makanan akan diserap dari usus halus dan sisa makanan yang tidak diserap akan terus ke usus besar. Dalam usus besar terjadi penyerapan air secara gradual isi usus akan menjadi padat. Dalam usus besar terjadi proses fermentasi dan pembusukan terhadap sisa bahan makanan oleh pengaruh enzim enzim bakteri usus. Pada proses ini akan dihasilkan gas CO2,metan,hidrogen,nitrogen,dan H2S,serta asam laktat,asam asetat,dan asam butirat.Indikan dalam urin berasal dari proses pembusukan asam amino triptofan dalam usus, bukan berasal dari katabolisme protein dalam tubuh. Ekskresi indikan ke dalam urin memberi gambaran proses pembusukan dalam usus. Pada keadaan normal, dalam sehari diekskresi 10 20 mg. variasi ekskresi terutama ditentukan oleh jenis makanan. Makanan tinggi protein akan meningkatkan ekskresi indikan dalam urin dan sebaliknya pada makanan tinggi karbohidrat. Bila terjadi peningkatan proses pembusukan dalam usus atau bila ada stagnasi isi usus juga karena terjadi peningkatan ekskresi indikan urin. Peningkatan indikan urin juga dapat ditemukan bila ada dekompensasi protein dalam tubuh oleh bakteri sperti gangren. Indikasi dalam urin dpat ditetapkan dalam uji orbenmeyer.

2.3 Uji kreatininKreatininmerupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Banyaknya kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein, walaupun keduanya juga menimbulkan efek. Pembentukan kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot (Riswanto, 2010). Ginjal mempertahankan kreatinin darah dalamkisaran normal. Kreatinin telah ditemukan untuk menjadi indikator yang baik untuk menguji fungsi ginjal (Siamak, 2009).Pada orang yang mengalami kerusakan ginjal, tingkat kreatinin dalam darah akan naik karena clearance/ pembersihan kratinin oleh ginjal rendah.Tingginya kreatinin memperingatkan kemungkinan malfungsi atau kegagalan ginjal.Ini adalah alasan memeriksa standar tes darah secara rutin untuk melihat jumlah kreatinin dalam darah. Hal ini penting untuk mengenali apakah proses menuju ke disfungsi ginjal (gagal ginjal,azotemia) akut atau kronik. Sebuah ukuran yang lebih tepat dari fungsi ginjal dapat diestimasi dengan menghitung berapa banyak kreatinin dibersihkan dari tubuh oleh ginjal, dan ini disebut kreatinin clearance (Siamak, 2009). Klirens kreatininadalah laju bersihan kreatinin menggambarkan volume plasma darah yang dibersihkan dari kreatinin melalui filtrasi ginjal per menit. Bersihan kreatinin biasanya dinyatakan dalam mililiter per menit.. 3.4. Uji benedict semikuantitatifPrinsip kerja dari uji benedict semi kuantitatif ini adalah pereaksi benedict yang mengandung kuprisulfat dalam suasana basa akan tereduksi oleh gula yang menpunyai gugus aldehid atau keton bebas (misal oleh glukosa). Dalam suasana Alkalis sakarida akan membentuk enidid yang mudah teroksidasi. Semua monosakarida dan diskarida kecuali Sukrosa dan trekalosa akan bereaksi positif bila dilakukan uji Benedict. Larutan-larutan tembaga yang alkalis bila direduksi oleh karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan memebentuk cupro oksida (Cu2O) yang berwarna hijau merah orange atau merah bata dan adanya endapan merah bata pada dasar tabung reaksi.Normalnya glukosa tidak ada atau ada tapi dalam jumlah yang sangat kecil di dalam urin. Ketika tingkat glukosa dalam darah in melebihi batasan gula ginjal (160-180 mg/dl) maka glukosa mulai nampak dalam urin. Kehadiran glukosa dalam urin (glucosuria) merupakan indikasi adanya penyakit diabetes mellitus

3.5. Uji protein3.5.1. Uji hellerUji ini dapat digunakan untuk menentukana adanya protein secara kuantitatif dan cepat. Protein akan terkonjugasi akibat adanya asam kuat atau akibat panas. Hasil positif ditandai terbentuknya cincin di atas lapisan HNO3 pekat. 3.5.2 Uji koagulasiProtein dengan penambahan asam atau pemanasan asam akan mengalami koagulasi. Pada Ph iso-elektrik,kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperatur > 600c kelarutan protein akan berkurang,karena pada temperatur yang tinggi energi kinetik molekul protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat untuk merusak ikatan / struktur sekunder,tersier,kuarter yang disebabkan adanya koagulasi.bila endapan tetap ada menandakan adanya protein sebab fosfta akan larut dalam keadaan asam.3.6 Uji keton (Rothera)Benda keton terdiri dari 3 senyawa yaitu aseton, asam eseto asetat dan asm - hidroksibutirat yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Benda keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk maenghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohirat (misalnya Diabetes Mellitus), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan , diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat, gangguan mobilisasi glukoma, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (misal bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dL. Keton memiliki struktur kecil dan dapat diekskresikan kedalam urin. Namun kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atau serum, kemudian baru urin. Ketonuria terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urin terutama adalah aseton dan asam aseto asetat.Faktor yang mempengaruhi hasil laborat :a.Diet rendah karbohidrat atau tinggi lemak dapat menyebabkan temuan positif palsu.b.Urin disimpan pada temperature ruangan dalm waktu yang lama dapatmenyebabkanhasil uji negative palsu.c.Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam aseto asetat.d.Anak penderita Diabetes cenderung mengalami ketonuria daari pada dewasa.

BAB IIIMETODOLOGI

3.1 Sifat fisik urin Isilah gelas ukuran 100/200 ml dengan urin (bahan pengawet harus dibuang terlebih dahulu). Letakkan urinometer di dalamnya. Urinometer akan mengapung dan tidak boleh menyentuh dinding tabung. Catat suhu urin tersebut. Tiap urinometer telah ditera untuk suhu tertentu dan tertulis pada alat. Bila suhu urin tidak sama pada suhu tera alat, perlu dilakukan koreksi pada angka yang ditunjukkan pada urinometer.Tiap perbedaan 30C di atas suhu tera alat berat jenis urin harus ditambah 0,001dan tiap perbedaah 30C di bawah suhu tera alat berat jenis urin harus dikurang 0,001.

3.2 Uji indikanDasar: Pereaksi orbenmeyer yang mengandung Fecl3 dan HCl pekat mengoksidasi gugus hidroksil membentuk biru indigo yang larut dalam kloroform.

Reaksi pembentuk indikan :Dalam usus :Triptofan indol dan skatolDalam hati :Indol oksidasiS04Indoksil indikan OH-(indoksil sulfat) Skatol

Bahan dan pereaksi :1. Urin2. Pereaksi orbenmeyer (Larutkan 6,7 g feri klorda (FeCl3.6h2O) dalam asam klorida pekat (berat jenis 1,19) dan encerkan sampai volume 1000 ml dengan asam yang sama)3. Kloroform

Pelaksanaan :Pipetkan ke dalam tabung reaksi

Larutan Tabung

Urin 8 ml

Pereaksi orbenmeyer8 ml

Diamkan beberapa menit Kloroform 3 ml

Campur dengan mebalik-balikkan tabung kira-kira 10 kali (jangan dikocok)Klororm akan mengekstraksi biru indigo

3.3 Uji kreatininDasar : kreatin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi jaffe) menghasilkan senyawa kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.

Bahan dan pereaksi :1. Urin 24 jam2. Larutan pikrat jenuh3. Larutan NaOH 10%4. Larutan standar kreatinin mengandung 1mg/mlLarutan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 ml

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung takar 100 ml :Larutan Standar Blanko 1 Blanko 2Uji 1Uji 2

Akuades 1 ml----

Standar1 ml1 ml-

Urin1 ml1 ml

Larutan asam pikrat jenuh20 ml20 ml20 ml20 ml20 ml

NaOH1,5 ml1,5 ml1,5 ml1,5 ml1,5 ml

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 ml. campur dengan membalik-balik labu. Bacalah serapan pada panjang gelombnag 540 nm.

Perhitungan :AU - AB volume urin 24 jamKadar kreatinin : x 1x x g/24 jamAS - AB1x 100Kadar kreatinin dalam 24 jamKoefisien kreatinin : Berat badan (kg)

3.4. Uji benedict semikuantitatif Dasar : gugus aledhil atau keton bebas gula akan mereduksi kuprioksida dalam pereaksi benedict menjadi kuprioksida yang berwarna. Dengan uji ini dapat diperkirakan secara kasar (semikuantitatif) kadar gula dalam urin.

Bahan dan pereaksi :1. Urin normal2. Larutan glukosa 0,3 %3. Larutan glukosa 1 &4. Larutan glukosa 5 &5. Pereaksi benedict Larutan 173 g Na sitrat dan 100 g Na karbonat dalam kirakira 800 ml akuades (perlu pemanasan). Larutan 17,3 g kristal tembaga sulfat dalam 100 ml akuades. Tambahkan larutan tembaga sulfat ke dalam larutan sitrat-karbonat sambil terus diaduk. Encerkan dengan akuades sampai volume 1000 ml.

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :Larutan Tabung 1Tabung 2Tabung 3Tabung 4

Pereaksi benedict2,5 ml2,5 ml2,5 ml2,5 ml

Urin4 tetes

Larutan glukosa 0,3%4 tetes

Larutan glukosa 1 %4 tetes

Larutan glukosa 5 %4 tetes

Panaskan dalam penangas air mendidih selama 5 menit atau didihkan diatas api kecil selama 1 menit. Biarkan menjadi dingin perlahan-lahan. Endapan berwarna hijau, kuning, atau merah menandakan hasil positif, sedangkan perubahan warna larutan saja tidak berarti bereaksi positif.

3.5 Uji proteinBahan dan pereaksi :1. Urin dan urin yang mengandung protein2. Asam nitrat pekat

Pelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :Larutan Tabung

Asam nitrat pekat5 ml

Miringkan tabung reaksi dan tambahkan perlahan-lahan.Urin jernih (normal / patologis)5 ml

Hasil positif ditandai oleh terbentuknya cincin diatas larutan HNO3 pekat.

3.6 Uji koagulasiBahan dan pereaksi :1. Urin dan urin yang mengandung protein2. Asam asetat 2%

Pelaksanaan : Pipetkan ke dalam tabung reaksi :Larutan Tabung

Urin jernih (bila perlu disaring terlbih dahulu)5 ml

Didihkan . endapan yang terbentuk adalah protein dan fosfat. Asam asetat 2 %5 tetes

Bila endapan tetap ada menandakan ada protein sebab fosfat akan larut dalam suasana asam.

3.6 Uji benda ketonBahan dan pereaksi :1. Urin dan urin yang mengandung keton2. Kristal amonium sulfat3. Larutan Na nitropusid 5%4. Amonium hidroksi pekatPelaksanaan : Pipetkan ke tabung reaksi :LarutanTabung

Urin (normal / patologis)5 ml

Kristal amonium sulfatDitambah sampai jenuh

Na nitropusid 5 %2-3 tetes

Amonium hidroksi pekat1-2 tetes

Campur,dan diamkan selama 30 menit. Hasil positif ditandai dengan warna ungu