Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

23
21 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 Meter Melalui Permainan Hitam-Hijau pada Siswa Kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin Susiyamni 1 , Asriansyah 2 Universitas PGRI Palembang [email protected] 1 , [email protected] 2 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah nilai siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya masih banyak yang belum tuntas sesuai dengan KKM, dalam proses pembelajaran lari jarak pendek kurang menarik bagi siswa, sedangkan karakteristik siswa SD suka bermain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar lari jarak pendek 60 meter melalui pendekatan permainan hijau-hitam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya berjumlah 30 siswa. Hasil penelitian ini menunjukan ada peningkatan hasil belajar lari jarak pendek 60m pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin. Penelitian pada siklus I dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70, didapatkan sebanyak 13 (43,3%) siswa yang dinyatakan tuntas dan 17 (56,7%) siswa yang dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran. Penelitian pada siklus II dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70, didapatkan sebanyak 26 (86,7%) siswa yang dinyatakan tuntas dan 4 (13,3%) siswa yang dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran. . Kata Kunci: belajar, lari jarak pendek, permainan hijau-hitam

Transcript of Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

Page 1: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

21

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 Meter Melalui Permainan

Hitam-Hijau pada Siswa Kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin

Susiyamni1, Asriansyah

2

Universitas PGRI Palembang

[email protected], [email protected]

2

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah nilai siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya

masih banyak yang belum tuntas sesuai dengan KKM, dalam proses pembelajaran lari jarak

pendek kurang menarik bagi siswa, sedangkan karakteristik siswa SD suka bermain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar lari jarak

pendek 60 meter melalui pendekatan permainan hijau-hitam. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya berjumlah 30 siswa. Hasil penelitian ini

menunjukan ada peningkatan hasil belajar lari jarak pendek 60m pada siswa kelas V Sekolah

Dasar Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin. Penelitian pada siklus I dengan nilai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70, didapatkan sebanyak 13 (43,3%) siswa yang

dinyatakan tuntas dan 17 (56,7%) siswa yang dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran.

Penelitian pada siklus II dengan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70,

didapatkan sebanyak 26 (86,7%) siswa yang dinyatakan tuntas dan 4 (13,3%) siswa yang

dinyatakan belum tuntas dalam pembelajaran.

.

Kata Kunci: belajar, lari jarak pendek, permainan hijau-hitam

Page 2: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

22

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 Meter Melalui Permainan

Hitam-Hijau pada Siswa Kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin

Susiyamni1, Asriansyah

2

Universitas PGRI Palembang

[email protected], [email protected]

2

Abstract

The problem in this research is the value of fifth grade students of State Elementary School

17 Makarti Jaya still many unresolved accordance with KKM, in the learning process

sprinting less attractive to students, while the characteristics of elementary school students

like to play. This study aims to determine whether there is an increase in the learning

outcomes of the 60 meter short distance running through the green-black game approach on

the fifth grade students of 17 Makarti Jaya Elementary School in Banyuasin Regency. This

study uses the class action research method (CAR). The subjects used in this study were the

fifth grade students of SD Makarti Jaya Elementary School totaling 30 students. The results

of this study indicate that there is an increase in the learning outcomes of 60m short distance

running in the fifth grade students of Makarti Jaya 17 Elementary School in Banyuasin

District. The research in the first cycle with a minimum completeness criteria (KKM) of 70,

found that as many as 13 (43.3%) students who were declared complete and 17 (56.7%)

students who were declared incomplete in learning. The research in the second cycle with a

minimum completeness criteria (KKM) of 70, was found as many as 26 (86.7%) students

who were declared complete and 4 (13.3%) students who were declared incomplete in

learning.

Keywords: learning, sprint, green-black game

Page 3: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

23

Pendahuluan

Pendidikan jasmani pada dasarnya

merupakan bagian integral dari sistem

pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena

itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus

di arahkan pada pencapaian tujuan tersebut.

Tujuan pendidikan bukan hanya

mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga

mengembangkan aspek kesehatan,

ketrampilan berfikir kritis, stabilitas

emosional, ketrampilan sosial dan tindakan

moral melalui kegiatan aktifitas jasmani dan

olahraga (Husdarta, dkk,2013:2).

Sesuai dengan karakteristik siswa

SD, usia 6-13 tahun siswa cenderung masih

suka bermain, untuk itu guru harus mampu

mengembangkan pembelajaran yang efektif,

disamping harus memahami dan

memperhatikan karakteristik dan kebutuhan

siswa. Pada usia tersebut seluruh aspek

perkembangan manusia baik kognitif,

psikomotor dan afektif mengalami

perubahan. Agar standar kompetensi

pembelajaran pendidikan jasmani dapat

terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud

dan tujuan sebagaimana yang ada di dalam

kurikulum maka guru pendidikan jasmani

harus mampu membuat pembelajaran yang

efektif dan tidak membosankan. Untuk itu

perlu adanya pendekatan, variasi maupun

modifikasi dalam pembelajaran.

Atletik adalah induk dari segala

cabang olahraga. Nomor-nomor atletik

dapat dibagi : lari, lompat dan lempar.

Kemampuan lari, lompat dan lempar sudah

dimiliki sejak dahulu, dengan tujuan untuk

mempertahankan diri dalam berburu.

Dengan alasan-alasan itulah, seharusnya

atletik dapat digemari oleh anak

didik”(Sukirno,2011:30).

Menurut Sukirno (2011:35), Lari

merupakan gerak maju untuk memindahkan

badan dengan secepat-cepatnya, kedua kaki

ada saat melayang dan tidak menempel di

tanah atau lantai. Kecepatan lari akan

tergantung dengan frekuensi gerakan kaki

dan ayunan tangan. Lari salah satu

pembelajaran yang di ajarkan pada sekolah

pada mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,

Olahraga dan Kesehatan pada cabang

olahraga atletik. Pembelajaran lari jarak

pendek pada siswa biasanya diajarkan

dengan cara yang beragam. Tujuannya

menciptakan pembelajaran aktif, inovatif,

kreatif, efektif dan menyenangkan. Bahwa

dalam proses pembelajaran guru harus

menciptakan suasana sedemikian rupa

sehingga siswa aktif bertanya. Peran aktif

dari siswa sangat penting dalam rangka

pembentukan generasi yang kreatif yang

mampu menghasilkan sesuatu untuk

kepentingan dirinya dan orang lain

Atletik salah satu materi pelajaran

yang ada dalam mata pelajaran pendidikan

jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah

baik tingkat SD, SMP, maupun SMA.

Gerakan-gerakan dalam atletik seperti jalan,

lari, lompat, dan lempar. Istilah “atletik”

berasal dari bahasa Yunani yaitu “athlon”

yang berarti berlomba atau bertanding.

Atletik adalah aktivitas jasmani atau latihan

fisik yang berisikan gerakan-gerakan

alamiah seperti jalan, lari, lompat dan

lempar. Atletik memegang peranan penting

dalam pengembangan kondisi fisik, dan

sering menjadi dasar pokok untuk

pengembangan maupun peningkatan

prestasi yang optimal bagi cabang olahraga

yang lain.

Dalam pelaksanaan pembelajaran

Penjasorkes khususnya atletik nomor lari

jarak pendek, yang dilakukan oleh beberapa

sekolah yang ada di kabupaten Banyuasin

pada umumnya dan di SD Negeri 17

Makarti Jaya pada khususnya, menunjukkan

bahwa proses pembelajaran lari jarak

pendek yang dilakukan seperti yang

diajarkan orang dewasa, cenderung

Page 4: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

24

menggunakan pendekatan olahraga prestasi

dalam pembelajarannya, sedangkan anak-

anak sekolah dasar lebih suka bermain yang

akhirnya anak-anak dalam pembelajaran

atletik nomor lari jarak pendek merasa tidak

menyenangkan atau membosankan.

Pada siswa SD Negeri 17 Makarti

Jaya Kabupaten Banyuasin. Pembelajaran

lari jarak pendek menjadi pembelajaran

memiliki tingkat kesulitan untuk dilakukan

dengan benar. Lari jarak pendek merupakan

pembelajaran yang seharusnya dipelajari

dengan berbagai pendekatan-pendekatan

khusus. Menyikapi hal tersebut perlu

diidentifikasi sumber permasalahan yang

muncul pada proses pembelajaran tersebut.

Berdasarkan analisis bahwa penyebab

masalah tersebut timbul adalah

dikarenakan: 1) metode pembelajaran yang

dipakai saat mengajar masih monoton yang

terkesan kurang memberikan rasa nyaman

pada siswa yang belajar, 2) siswa sudah

jenuh terlebih dahulu ketika guru

menyampaikan bahwa akan melaksanakan

pembelajaran lari, 3) pembelajaran lari

harusnya menggunakan pendeketan yang

sesuai dengan karakteristik siswa agar

mudah memahami dan diikuti oleh siswa

dengan rasa senang, masih jarang.Serta

guru mengalami kesulitan menentukan

metode yang tepat dalam pembelajaran

atletik. Padahal untuk meningkatkan

kompetensi siswa dalam gerak dasar atletik

nomor lari jarak pendek dibutuhkan metode

yang sifatnya menarik dan tidak

membosankan. Dengan demikian guru

dituntut untuk bisa menentukan metode

yang tepat, sesuai dengan karakter siswa

yang dominan nya anak - anak yang masih

suka bermain sehingga bisa direspon baik

oleh siswa.

Berdasarkan pengalaman peneliti

menunjukan bahwa pembelajaran lari jarak

pendek di SD Negeri 17 Makarti Jaya

Kabupaten Banyuasin, lebih dari 50% siswa

belum mencapai kriteria ketuntasan

minimum (KKM) yaitu rata-rata perkelas

85% dengan angka nilai 75 per orang. Fakta

yang telah ditemukan dilapangan saat

pembelajaran berlangsung melalui tes unjuk

kerja bahwa rata-rata nilai per kelas

khususnya kelas V, 50% siswa belum tuntas

kriteria (KKM) perolehan rata-rata perkelas

hanya senilai 7,3.

Dengan demikian berdasarkan

penjelasan-penjelasan di atas, maka peneliti

akan mencoba memberikan solusi terhadap

permasalahan-permasalahan dalam

pembelajaran lari jarak pendek di SD, agar

pembelajaran atletik semakin menarik dan

dapat meningkat KKM siswa sesuai yang

diharapkan di SD Negeri 17 Makarti Jaya

Kabupaten Banyuasin. Melalui permainan

hitam-hijau adalah jenis permainan lari

jarak pendek yang akan marangsang reaksi

kecepatan pada siswa, akan tetapi siswa

tidak menyadari bahwa sedang berlari

dengan kecepatan. Penelitian ini akan

memberikan perlakuan kepada anak tentang

pendekatan permainan hitam-hijau supaya

anak lebih giat dan menyenangkan

mengikuti pembelajaran lari jarak pendek.

Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian

Ilham (Universitas Negeri Jambi 2015)

yang berjudul, “Kontribusi permainan

hitam-hijau terhadap keterampilan lari

Sprint Murid SMP Negeri 11 Kota Jambi”

dengan pencapaian kriteria ketuntasan

minimum perkelas sebesar 93%. Sedangkan

penelitian yang dilakukan Dakwatul

(Universitas Negeri Surabaya 2015) dalam

penelitiannya yang berjudul Penelitian,

“Pengaruh Pembelajaran Gerak Dasar Lari

Terhadap Hasil Belajar Lari Jarak Pendek

40 Meter”.dengan pencapaian kriteria

ketuntasan minimum perkelas sebesar

18.55%. Penelitian selanjutnya dilakukan

oleh Andreas (STKIP Muhammadiyah

Kuningan 2015), menjelaskan bahwa

Page 5: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

25

pelaksanaan pembelajaran lari sprint

melalui penerapan permainan hitam hijau

dapat meningkatkan hasil belajar lari sprint

dari kondisi awal persentase siswa yang

nilainya mencapai KKM 75 sebesar 40%

atau 20 anak dari jumlah keseluruhan siswa,

pada tindakan siklus pertama persentase

siswa yang nilainya mencapai KKM

mencapai 70% atau sebanyak 35 siswa

kemudian pada siklus kedua persentase

ketuntasan belajar mencapai 86% atau

sebanyak 43 siswa.

Dengan demikian peneliti akan

meneliti dengan judul “Upaya

meningkatkan hasil belajar lari jarak pendek

60 meter melalui permainan hitam-hijau

pada siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti

Jaya Kabupaten Banyuasin”.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah ada peningkatan hasil

belajar lari jarak pendek 60 meter melalui

pendekatan permainan hijau-hitam pada siswa

kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten

Banyuasin.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan,

diharapkan dapat memberikan manfaat

praktis yaitu:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan meningkatkan pembelajaran lari jarak

pendek melalui permainan hijau-hitam

pada pembelajaran.

2. Bagi guru, dengan adanya penelitian ini

dapat dijadikan sebagai bahan ajar dalam

pembelajaran lari pada pembelajaran

penjas

3. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini

diharapkan dapat meningkatkan motivasi

dan kemampuan untuk melaksanakan

penelitian selanjutnya.

Bagi sekolah, hasil penelitian ini

diharapkan dapat menjadi salah satu bahan

atau rujukan dalam pembelajaran cabang

atletik, khususnya nomor lari 60 meter.

Kajian Pustaka

Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani merupakan

salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh

manusia dalam mewujudkan terciptanya

karakter manusia yang berorientasi pada

pertumbuhan fisik dan perkembangan

mental. Pendidikan jasmani melalui

rangkaian kegiatannya memiliki

kebermaknaan yang sangat penting bagi

manusia. Pendidikan Jasmani adalah proses

pendidikan yang memanfaatkan aktivitas

jasmani yang direncanakan secara

sistematik, bertujuan untuk meningkatkan

individual secara organik, neuromuscular,

perceptual, kognitif, sosial dan emosional

Depdiknas (2003).

Menurut Husdarta (2011:3)

pendidikan jasmani dan kesehatan pada

hakikatnya adalah proses pendidikan yang

memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan

untuk menghasilkan perubahan holistik

dalam kualitas individu, baik dalam hal

fisik, mental, serta emosional. Pendidikan

jasmani memperlakukan anak sebagai

sebuah kesatuan utuh, makhluk total

daripada hanya mengganggapnya sebagai

seorang terpisah kualitas fisik dan

mentalnya. Secara umum pendidikan

jasmani dan olahraga dapat didefinisikan

sebagai proses pendidikan melalui

aktifivitas jasmani, permainan atau olahraga

yang untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan jasmani ini karenanya

harus menyebabkan perbaikan dalam

‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi

seluruh aspek kehidupan harian seseorang.

Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk

pula penekanan pada ketiga domain

Page 6: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

26

kependidikan: psikomotor, kognitif dan

afektif. Dengan meminjam ungkapan

Robert Gensemer, penjas diistilahkan

sebagai proses menciptakan “tubuhya baik

bagi tempat pikiran atau jiwa”. Artinya,

dalam tubuh yang baik diharapkan pula

terdapat jiwa yang sehat.

Pendapat di atas mewakili beberapa

pengertian mengenai pendidikan jasmani

adalah sebagai proses pendidikan via gerak

insani (human movement) yang dapat

berupa aktivitas jasmani, permainan atau

olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan.

Pendidikan jasmani dapat juga disimpulkan

bahwa pendidikan jasmani adalah suatu

proses pendidikan yang dilakukan dengan

melalui aktivitas jasmani yang di desain

untuk meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan seluruh ranah, jasmani,

psikomotor, kognitif dan afektif siswa.

Pendidikan Jasmani olahraga dan kesehatan

merupakan satu mata ajar yang diberikan di

suatu jenjang sekolah tertentu yang

merupakan salah satu bagian dari

pendidikan keseluruhan yang

mengutamakan aktivitas jasmani dan

pembinaan hidup sehat untuk bertumbuh

dan perkembangan jasmani, mental, sosial

dan emosional yang serasi, selaras dan

seimbang (Depdiknas 2006: 131). Menurut

Suherman, W (2004: 23) Pendidikan

Jasmani olahraga dan kesehatan adalah

suatu proses pembelajaran melalui aktivitas

jasmani yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, mengembangkan

keterampilan motorik, pengetahuan dan

perilaku hidup sehat dan aktif, dan sikap

sportif, kecerdasan emosi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani

adalah suatu proses pembelajaran dan

pendidikan melalui pembelajaran aktivitas

gerak yang terstruktur untuk

menskelompokulus, meningkatkan dan

mengembangkan keterampilan

fisik/motorik, afektif, kogntif, dan hidup

sehat.

Pendidikan Jasmani mempunyai

tujuan diantaranya untuk meningkatkan

keterampilan gerak, menstimulus

pertumbuhan dan perkembangan siswa,

menjaga dan meningkatkan kebugaran

jasmani. Bagi siswa setingkat SD (Sekolah

Dasar) Keterampilan gerak yang dimaksud

adalah keterampilan untuk berolahraga

bukan untuk pencapaian prestasi tertinggi,

namun untuk menuju meraih prestasi

tersebut. Melalui pengenalan olahraga di

pembelajaran pendidikan jasmani siswa

disiapkan melalui pembelajaran gerak dan

sesuai dengan tahap perkembangan dan

kematangannya. Melalui permainan kecil

atau aktivitas bermain secara tidak langsung

siswa-siswa disiapkan untuk menuju

prestasi tertinggi sesuai dengan minat dan

bakat siswa (permainan multilateral).

Belajar dan Pembelajaran

Menurut Dimyati, Mudjiono

(2012:293) Belajar adalah kegiatan individu

memperoleh pengetahuan, perilaku dan

keterampilan dengan cara mengolah bahan

belajar. Dalam belajar tersebut individu

menggunakan ranah-ranah kognitif (otak),

efektif (sikap dan nilai), psikomotorik

(keterampilan).

Menurut Syah (2003 : 63-68).

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental

dalam penyelenggaraan setiap jenis dan

jenjang pendidikan. Belajar juga dapat

dipahami sebagai tahapan perubahan

seluruh tingkah laku individu yang relatif

menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang

melibatkan proses kognitif.

Menurut Sardiman (2012 : 20).

Belajar senantiasa merupakan perubahan

tingkah laku atau penampilan, dengan

Page 7: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

27

serangkaian kegiatan misalnya dengan

membaca, mengamati, mendengarkan,

meniru dan lain sebagainya. Dan belajar itu

akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu

mengalami atau melakukannya, jadi tidak

bersifat sehingga tingkah lakunya

berkembang. Semua aktifitas dan prestasi

verbalistik.

Sedangkan pembelajaran menurut

Sanjaya (2013:51) menyatakan,

“Pembelajaran adalah kegiatan yang

bertujuan untuk membelajarkan siswa.

Proses pembelajaran merupakan rangkaian-

rangkaian yang melibatkan berbagai

komponen dengan harapan perubahan

tingkah laku berupa sikap, pengetahuan dan

keterampilan”. Pembelajaran adalah proses

yang diselenggarakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dalam belajar

bagaimana belajar memperoleh dan

memproses pengetahuan, keterampilan dan

sikap ( Dimyati dan Mudjiono 2006 :15 ).

Dari pengertian para pakar di atas

dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses usaha sadar untuk

memperoleh perubahan baik tingkah laku,

sifat, tata cara untuk menghadapi kehidupan

sebagai suatu pengalaman. Pembelajaran

adalah kegiatan yang bertujuan untuk

membelajarkan siswa. Proses pembelajaran

merupakan rangkaian-rangkaian yang

melibatkan berbagai komponen dengan

harapan perubahan tingkah laku berupa

sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penjelasan di atas dapat ditarik

sebuah kesimpulan mengenai hakikat

belajar dan pembelajaran adalah usaha yang

dirancang sebagai bentuk perangkat satuan

tersusun untuk mendukung proses

terwujudnya perubahan tingkah laku

manusia baik sifat, dan tata kehidupan

untuk bekal selama hidup bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Atletik

Cabang olahraga atletik bertindak

sebagai cabang olahraga yang dikenal

sebagai induknya seluruh olahraga lainnya.

Cabang olahraga atletik menggambarkan

cara kerja kehidupan manusia sehari-hari.

Atletik adalah gabungan dari beberapa jenis

olahraga yang secara garis besar dapat

dikelompokkan menjadi lari, lempar, dan

lompat. Atletik telah lama dikenal sebagai

“mother of sport” artinya atletik merupakan

sumber gerakan dari olahraga lainnya.

Menurut Bahagia (2011:18), dalam

olahraga atletik,terdapat beberapa nomor-

nomor yang diperlombakan, antara lain Lari

Lompat, dan Lempar.

a) Nomor lari, lari sprint: 100 m.

200 m dan 400 m; lari

menengah: 800 m dan 1500 m

dan lari jarak jauh dari lari

5000 m sampai kepada lari

marathon.

b) Nomor lompat, seperti:

lompat jauh, lompat tinggi,

lompat jangkit dan lompat

tinggi galah.

c) Nomor lempar, seperti:

lempar cakram, lempar

lembing, tolak peluru dan

lontar martil.

Lari Jarak Pendek

Lari jarak pendek merupakan lari

yang di perlombakan pada nomor-nomor

atletik khususnya nomor lintasan. Lari

merupakan gerak maju untuk memindahkan

badan dengan secepat-cepatnya, kedua kaki

ada saat melayang dan tidak menempel

ditanah atau lantai. Kecepatan lari akan

tergantung dengan frekuensi gerakan kaki

dan ayunan tangan.

Sprint disebut juga lari jarak pendek

(Kurniawan 2010:14). Setiap pelari dituntut

berlari secepat mungkin hingga ke garis

finish. Hal ini memerlukan kesiapan fisik

Page 8: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

28

yang prima untuk menunjang keberhasilan

teknik yang digunakan. Adapun nomor

lomba dalam sprint, yaitu : 100 m, 200 m,

dam 400 m. Menurut Rachman (2014:45)

Tujuan lari jarak pendek adalah melakukan

kecepatan secara horizontal dengan

maksimal dan secepat-cepatnya.

Dari beberapa defenisi tersebut di

atas dapat disimpulkan bahwa lari adalah

salah satu cabang dalam olahraga atletik

dimana dalam cabang tersebut terdapat

beberapa nomor-nomor lari yaitu, lari jarak

pendek (sprint), lari jarak menengah dan

lari jarak jauh. Terutama lari jarak pendek

yang sangat membutuhkan kecepatan yang

maksimum untuk memenangkan sebuah

pertandingan. Penelitian ini disesuaikan

pada kurikulum pendidikan jasmani pada

tingkat sekolah dasar yaitu menggunakan

lari jarak pendek 60 meter dengan media

permainan hitam-hijau.

Teknik Dasar Lari Jarak Pendek

Olahraga atletik jarak pendek pada

dasarnya sama dengan olahraga atletik

lainya, hanya terdapat perbedaan pada daya

tahan tubuh, halangan dan jarak tempuh

yang dekat. Pada olahraga atletik lari jarak

pendek 100 meter lebih menekankan

kecepatan daripada daya tahan tubuh.

Karena olahraga ini tidak membutuhkan

waktu yang lama, mungkin hanya bebrapa

detik saja. Maka dari itu kita harus

mengetahui hal apa saja yang terpenting

dalam melakukan olahraga ini. Berikut

adalah teknik dasar yang harus kamu

ketahui.

Teknik Start Lari 100 Meter.

Dalam setiap perlombaan atletik lari

ada 3 macam bentuk dalam melakukan start

yaitu:

1) Start jongkok (crouching start) teknik ini

dipakai saat lari jarak pendek.

2) Start berdiri (standing start) teknik ini

dipakai saat lari jarak menengah, jarak

jauh dan marathon.

3) Start melayang (flying start) teknik ini

dipakai saat saat lari sambung atau estafet

oleh pelari yang kedua dan pelari

selanjutnya.

Teknik Start Jongkok Dibagi Menjadi 3

Macam Posisi:

1) Start Pendek (Short startbunc start)

Pada garis start sampai block start

depan diukur 16 inchi. Ketika melakukan

jongkok lutut salah satu kaki berada di

depan ujung kaki yang lain. Jika berdiri,

bagian ujung kaki belakang kaki berada di

samping tumit. Teknik start ini akan

menghasilkan kecepatan yang tinggi jika

dilakukan secara benar, teapi untuk anak-

anak teknik start ini tidak cocok digunakan,

sebab dengan posisi kaki yang berdekatan,

peran kedua tangan juga akan terasa lebih

berat, sehingga teknik start ini sesuai bila

digunakan oleh atlet yang terlatih.

2) Start Menengah (Medium start)

Pada garis start sampai block start

depan diukur 21 inchi. Ketika melakukan

jongkok lutut kaki bagian belakang berada

di samping lekukan telapak kaki depan.

Teknik ini dapat menghasilkan kecepatan

yang tinggi. Saat posisi ini dilakukan atlet

perlu mengeluarkan tenaga yang cukup

besar untuk melesat jauh dari block start

dengan kecepatan tinggi. Karena itu teknik

ini banyak digunakan oleh para atlet.

3) Start Panjang (Long start)

Pada garis start sampai block start

depan diukur 21 inchi, dengan jarak antar

block 26 inchi diantara block. Ketika

melakukan jongkok lutut kaki bagian

belakang berada di samping atau kira-kira

sejajar dengan tumit kaki bagian depan atau

bagian lutut berada sedikit lebih mundur,

Page 9: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

29

kedua telapak kaki saling berjauhan. Pada

teknik ini jarang dilakukan oleh para atlet,

hanya pelari yang mempunyai kaki panjang

saja dalam melakukan teknik start ini.

Gerakan yang Dilakukan Saat Melakukan

Lari Jarak Pendek.

1) Ketika aba-aba bersedia.

Saat ada aba-aba posisi lutut bagian

belakang diangkat ke atas saat itu

posisi pinggang otomatis akan

mengikuti, sehingga tumpuan berada

di ujung kedua kaki. Posisi

punggung lurus, pandangan mata ke

depan.

2) Ketika bunyi pistol atau aba-aba

mulai.

Pada saat posisi ini atlet

mengeluarkan tenaga penuh untuk

melakukan reaksi yang sepat

bertolak dari balok start. Saat

mengangkat kedua tangan dan

memulai untuk melakukan lari posisi

badan tidak seimbang, hal ini umum

dirasakan oleh setiap atlet karena

sebagai tahap awal dari gerakan

start.

Teknik yang dilakukan Saat Melakukan

Lari Jarak Pendek 100 meter.

1) Langkah Kaki

Salah satu faktor yang bisa

mempengaruhi kecepatan lari adalah

gerakan kaki atau langkah kaki. Jika kita

berlari dengan menggunakan teknik yang

salah. hal ini sangat berpengaruh pada

kecepatan langkah kaki. Ada beberapa

teknik gerakan kaki yaitu tahap melangkah

(drive), kontak (contact), support dan tahap

pemulihan (recovery).

2) Gerakan Tangan

Ketika melakukan teknik lari jarak

pendek ayunan tangan akan bergerak lebih

cepat dibandingkan dengan lari jarak

menengah atau jauh. Hal ini disebabkan

oleh pengaruh kecepatan lari.

3) Kemiringan Badan

Pada teknik lari jarak pendek ini

posisi kemiringan badan lebih condong

kedepan, tidak membusungkan dada dan

juga tidak membungkukan tubuh, untuk

pandangan mata sebaiknya tidak terlalu

jauh mengarah kedepan, disarankan 5

sampai 10 meter kedepan.

4) Teknik Ketika Mendekati Garis Finish

a) Berlari terus menerus dan tidak

mengubah sikap lari.

b) Posisi dada sedikit dicondongkan ke

depan, kedua tangan diayunkan dari

bawah ke belakang. Di negara

Amerika umumnya disebut

merobohkan diri atau the lunge.

c) Posisi dada diputar menggunakan

ayunan tangan ke depan atas hingga

bahu sebelah sedikit maju ke depan.

d) Saat mendekati garis finish, teknik

yang umum dipakai oleh pelari jarak

pendek adalah dengan menggunakan

cara posisi dada dicondongkan

kedepan, kedua tangan di ayunkan

ke belakang.

Bermain dan Permainan

Bermain merupakan salah satu

metode pendekatan dalam pembelajaran,

“Play and game are a source of creativity

from below, renewed by each young

generation” (Eichberg, 2005: 4),

maksudnya bahwa bermain dan permainan

adalah salah satu sumber kreativitas bagi

generasi siswa muda. Dengan demikian

bermain dapat menjadi media utama bagi

Page 10: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

30

proses belajar-mengajar, proses ini juga

dilatarbelakangi karena dunia siswa adalah

bermain dan belajarnya siswa melalui

bermain. Sebagaimana menurut Huizinga

dalam orasinya yang berjudul "The

Cultural Limits of Play and the Seriously"

bahwa karakteristik manusia adalah

makhluk bermain (Homo Ludens) (Caillois,

2001: 3).

Menurut Tomoliyus (2009) bermain

memiliki dua pengertian yang harus

dibedakan, pengertian pertama dapat

bermakna sebagai aktivitas bermain yang

murni mencari kesenangan tanpa mencari

menang atau kalah (Play). Sedangkan

pengertian yang kedua sebagai aktivitas

bermain yang dilakukan dalam rangka

mencari kesenangan dan kepuasan namun

ditandai dengan adanya pencarian menang

atau kalah (games). Menurut Sukadiyanto

(2012) Bermain merupakan suatu aktivitas

yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh kesenangan, tanpa

mempertimbangkan hasil akhir. Menurut

Utama (2010: 3) bermain merupakan

aktivitas yang menggembirakan mempunyai

arti dalam kehidupan siswa yaitu mampu

membawa siswa ke perubahan yang baik

dalam berbagai aspek kehidupannya.

Selanjutnya menurut Mudjihartono (2009:

3) bermain merupakan cara untuk

bereksploitasi dan bereksperimen dengan

dunia sekitar sehingga siswa akan

menemukan sesuatu dari pengalaman

bermain.

Mencermati beberapa pengertian

bermain yang dikemukakan di atas, maka

bermain dapat dimaknai suatu aktivitas fisik

yang dilakukan secara individu atau

kelompok untuk mengeksplorasi diri

melalui benda-benda dan lingkungan untuk

mendapatkan rasa senang. Dari hasil

bermain tersebut siswa mendapat berbagai

pengalaman baik itu pengalaman gerak dan

pengetahuan/informasi melalui lingkungan

alam sekitar.

Teori Bermain

Menurut beberapa ahli, bahwa ada

beberapa teori yang relevan dengan kajian

bermain. Berikut ini adalah teori-teori

tentang bermain dari para pakar:

Teori Kelebihan Tenaga Dari Herbert

Spencer

Teori ini menjelaskan bahwa tenaga

yang berlebihan pada siswa akan menuntut

disalurkan melalui sebuah aktivitas

bermain. Dengan demikian melalui aktivitas

bermain salah satunya permainan

tradisional, kelebihan tenaga yang dimiliki

seorang siswa dapat disalurkan. Penyaluran

tenaga ini dapat menstimulus pertumbuhan

dan perkembangan seorang siswa tercapai

dengan optimal.

Teori Rekreasi dari Schaller dan Lazarus

Teori ini menjelaskan bahwa

permainan adalah keasyikan yang bukan

dalam waktu bekerja atau rutinitas sehari-

hari dan bermaksud untuk bersenang-

senang. Rekreasi atau bersenang-senang

merupakan kebutuhan setiap orang. Siswa

memiliki rutinitas yakni menimba ilmu di

sekolah dan juga lembaga-lembaga

pendidikan informal. Dalam rutinitas

sehari-hari yang dilakukan siswa tentu

menimbulkan rasa jenuh (bosan) dan dalam

keadaan bersamaan menimbulkan keinginan

untuk mencari kesenangan atau rekreasi.

Permainan tradisional merupakan aktivitas

bermain yang dapat menimbulkan rasa

senang dan gembira. Dengan demikian

sangat tepat jika permainan tradisional

dijadikan sebagai aktivitas rekreasi atau

olahraga rekreasi di sekolah melalui

pembelajaran pendidikan jasmani.

Page 11: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

31

Teori Atavisme dari Stanley Hall

Menerangkan bahwa permainan

siswa-siswa adalah ulangan dari pada

kehidupan nenek moyangnya. Teori ini

boleh dikatakan sesuai dengan pendapat

Haeckel, yang mengatakan bahwa menurut

hukum dasar biogenese setiap manusia akan

mengulangi perbuatan-perbuatan nenek

moyangnya. Beberapa permainan

tradisional sampai saat ini belum ada yang

mengetahui siapa dan kapan permainan

tradisional diciptakan, namun permainan

tradisional selalu dimainkan dan diturunkan

dari generasi ke generasi.

Teori Persiapan atau Latihan dari Gross

Teori persiapan atau latihan

menjelaskan bahwa memandang bermain

sebagai latihan awal manusia sebelum

dewasa untuk menyiapkan beberapa fungsi

bagi keperluan hidup selanjutnya. Misalnya

permainan Pikak melatih gerakan lompat

dan loncat gerakan ini berhubungan dengan

gerakan cabang olahraga atletik yakni

lompat dan loncat. Permainan Panteng

melatih koordinasi mata dan tangan,

gerakan ini berhubungan dengan gerakan

cabang permainan Bulutangkis, permainan

Tenis Meja, Permainan Tenis Lapangan,

yang menggunakan koordinasi mata dan

tangan. Setiap permainan tradisional

mempunyai karakteristik dan aspek-aspek

pengembangannya, sehingga tidak

berlebihan jika permainan tradisional dapat

dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk

persiapan atlet dan dimasuka dalam

program latihan.

Berdasarkan beberapa jenis teori

bermain menurut para ahli di atas, dapat

disimpulkan bahwa permainan tradisional

dapat menjangkau teori-teori bermain

tersebut. Secara teoritis dapat disimpulkan

bahwa permainan tradisional merupakan

permainan yang kompleks dan mempunyai

banyak manfaat bagi pertumbuhan dan

perkembangan siswa, dengan demikian

permainan kecil dapat dijadikan sebagai

bahan pembelajaran Pendidikan Jasmani di

sekolah sebagai bentuk latihan/persiapan,

dan juga rekreasi.

Manfaat Aktivitas Bermain

Melalui bermain dapat mengaktifkan

fungsi otak sebagai solusi untuk

mengembangkan kecerdasan-kecerdasan

yang dimiliki siswa. Dalam proses belajar

siswa adalah sebagian besar melalui

bermain yang dilakukan oleh siswa-siswa

itu sendiri, baik itu bersama teman-teman,

guru, orangtua dan orang dewasa. Siswa-

siswa yang bermain akan mendapatkan

sebuah pengalaman yang berharga bagi

perkembangan dan pertumbuhan siswa

selanjutnya. Play becomes increasingly

imaginative and is an important part of

kids' growth and development now (Parent,

2014: http:// kidshealth.org/parent

/growth/growth/growth_4_to_5. html),

maksudnya adalah bermain membuat siswa

semakin imajinatif dan merupakan bagian

penting dari pertumbuhan dan

perkembangan siswa, dengan demikian

sangat disarankan kepada guru, orangtua,

dan orang dewasa harus memberikan

kesempatan leluasa kepada siswa untuk

bermain agar siswa tumbuh dan kembang

secara wajar sesuai dengan usia siswa,

namun bermain harus mempunyai manfaat

yang positif bagi siswa, dan juga

keselamatan siswa. Siswa-siswa pada

zaman sekarang sudah diberikan les baik itu

les keterampilan, bahasa ataupun akademik.

Kesemua program itu baik, namun aktivitas

jasmani dan bermain siswa berkurang

sehingga akan menghambat perkembangan

gerak siswa dan juga menghambat proses

tumbuh kembang siswa secara optimal.

Play gives the child a possibility of

active participation and enables

development, achieving self-confidence and

better relations within the group. At a

younger school age, play has a special

Page 12: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

32

significance for children’s development and

can easily be integrated in the teaching

process (Kovacevic & Opic, 2014: 98).

Keaktifan seorang anak dalam bermain

memberikan atau menstimulus anak dalam

meningkatkan perkembangan.

Menurut Kennets Ginsburg dari

laporan klinik Akademi Pediatrics dari

Amerika dalam jurnal Dimension

Educational Research Fundation (Dana,

2009: 4) bahwa ada beberapa manfaat dari

bermain yakni:

1) Penting untuk perkembangan otak yang

sehat.

2) Memungkinkan siswa-siswa untuk menjadi

kreativitas, selain itu untuk pengembangan

imajinasinya, ketangkasan, fisik, kognitif,

dan kekuatan emosional.

3) Memungkinkan siswa-siswa untuk membuat

dan menjelajahi dunianya dengan menguasai,

menaklukkan ketakutan mereka saat berlatih

peran orang dewasa.

4) Membantu siswa mengembangkan

kompetensi baru yang mengarah pada tingkat

keyakinan dan ketahanan untuk menghadapi

tantangan masa depan.

5) Bermain memungkinkan siswa-siswa untuk

bekerja dalam kelompok berbagi,

bernegosiasi, menyelesaikan konflik, dan

belajar mandiri menyokong keterampilan.

6) Siswa yang aktif bermain memungkinkan

siswa-siswa untuk berlatih keterampilan,

membuat keputusan, bergerak dengan

kecepatanya sendiri, menemukan jati diri

sendiri, dan terlibat penuh dalam

kegemarannya.

7) Membangun tubuh yang selalu sehat.

8) Membantu siswa dalam bidang akademik,

menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekolah dan meningkatkan kesiapan belajar

siswa, perilaku belajar, dan kemampuan

memecahkan masalah.

9) Bermain yang terjadwal memungkinkan

siswa untuk interaksi teman sebaya

merupakan komponen penting dari

pembelajaran sosial-emosional.

Menurut Zulkifli (2005: 41) ada

beberapa faedah dari permainan bagi siswa

antara lain:

1) Saran untuk membawa siswa ke alam

masyarakat.

2) Mampu mengenal kekuatan sendiri.

3) Mendapat kesempatan mengembangkan

fantasi dan menyalurkan kecenderungan

pembawaanya.

4) Berlatih menempah perasaan siswa.

5) Memperoleh kegembiraan, kesenangan,

dan kepuasan.

6) Melatih diri untuk menaati peraturan yang

berlaku.

Menurut Asriansyah (2017: 222)

bahwa permainan merupakan suatu aktivitas

yang penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan siswa. Yang memberikan

manfaat-manfaat bagi siswa, yakni:

1) Dengan siswa bermain secara fisiologis

organ-organ tubuh siswa akan tumbuh

dengan optimal.

2) Dengan siswa bermain otak siswaakan

aktif bekerja.

3) Dengan bermain potensi siswaakan

terlihat.

4) Dengan bermain karakter siswaakan

terbentuk.

5) Dengan bermain siswaakan

memperoleh kepuasaan, kegembiraan,

kesenangan.

6) Dengan bermain emosional siswa akan

terbentuk.

7) Dengan bermain jiwa sosial siswa akan

terbentuk.

Permainan Tradisional

Tradtitional games are part one’s

heritage and cultural tradition, but, with the

passing of time, they are being forgotten

and are not passed on to younger

generations, due to modern slifestyle and

growing alienation (Kovacevic, 2013: 99).

Permainan tradisional adalah salah satu

Page 13: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

33

bagian dari kekayaan tradisi dan budaya

yang terlupakan oleh gaya hidup modern.

Permainan kecil atau sering juga

disebut permainan tradisional adalah suatu

bentuk permainan yang tidak mempunyai

peraturan baku, baik mengenai peraturan

permainannya, alat-alat yang digunakan,

ukuran lapangan, maupun lama

permainannya (Hartati, 2012: 7-28).

permainan kecil merupakan permainan yang

berasal dari hasil cipta arya nenek moyang

yang diturunkan secara turun temurun

(tradisi) sebagai aktivitas untuk mencari

kesenangan di waktu luang yang

menggembirkan (Asriansyah, 2018: 96).

Permainan tradisional mempunyai

ciri-ciri yakni tidak mempunyai peraturan

baku, baik mengenai peraturan

permainannya, alat-alat yang digunakan,

ukuran lapangan, waktu permainannya.

Permainan tradisional dapat

mencangkup ketiga ruang lingkup olahraga

tersebut. Permainan tradisional dapat

dijadikan sebagai olahraga pendidikan

karena permainan tradisional dapat

mengembangkan aspek psikomotorik, aspek

kognitif, dan aspek afektif, sama halnya

dengan pendidikan jasmani. Permainan

tradisional dapat dijadikan sebagai olahraga

rekreasi, dengan bermain permainan

tradisonal akan menimbulkan rasa senang,

gembira, sehingga dapat dijadikan sebagai

penawar rasa jenuh/bosan dari rutinitas

aktivitas belajar siswa. Olahraga prestasi

dalam hal ini sebagai pembentukkan awal

untuk menuju olahraga prestasi (calon atlet)

karena salah satu manfaat dari aktivitas

permainan tradisonal siswa akan

mempunyai pengalaman-pengalaman gerak

biomotor (Asriansyah. 2018: 84).

Permainan mempunyai jenis-jenis

atau bentuk yang dapat dimain perankan

oleh siswa. Beberapa jenis permainan

(game) di antaranya adalah:

Agon

Agon merupakan permainan yang

bersifat pertandingan/perlombaan kedua

pihak mendapat kesempatan yang sama

untuk meraih kemenangan, sehingga

memerlukan perjuangan secara fisik.

Contohnya permainan Sepakbola, Bolavoli,

Bolabasket, perlombaan cabang atletik, dan

lain-lain.

Alea

Alea adalah permainan yang

mengandalkan hasil secara untung-

untungan (hukum peluang). Contohnya

permainan Ular tangga, permainan

monopoli, bentuk permainanya

melemparkan dadu, sehingga bagi pemain

untung-untungan.

Mimikri

Mimikri adalah permainan fantasi

yang memerlukan kebebasan dan tidak

sungguh-sungguh. Bentuk permainan ini

dapat dicontohkan yakni bermain mobil-

mobilan, seorang anak laki-laki yang

bermain mobil-mobilan memerankan

seorang sopir dan juga menirukan suara

mobilnya.

Illink

Illink adalah permainan yang

mencerminkan keinginan untuk

melampiaskan kebutuhan untuk bergerak,

berpetualang. Permainan ini merupakan

permainan yang dilakukan seseorang secara

tiba-tiba untuk bergerak, misalnya anak

melihat suatu benda, kemudian anak

bermain dengan benda tersebut.

Dari beberapa jenis permainan di

atas, maka permainan kecil atau permainan

tradisional merupakan permainan yang

mencangkup keempat jenis permainan

tersebut. Permainan kecil tidak hanya

semata-mata sebagai media pelampiasan

gerak siswa, namun lebih dari itu, siswa

memperoleh informasi pengetahuan yang

Page 14: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

34

bermakna dari tema permainan dan jenis

permainan yang dimainkan.

Permainan Hijau-Hitam

Permainan hitam hijau adalah

bentuk permainan sederhana tanpa alat yang

dimainkan oleh dua regu yang bertujuan

untuk melatih kecepatan reaksi dalam

berlari. Permainan Hijau-Hitam adalah

suatu permainan yang berusaha untuk

menyentuh ketika nama Hijau atau Hitam

disebut dan berlari hingga sampai garis

finish. Permainan Hitam Hijau merupakan

permainan tradisional yang dapat melatih

biomotor seperti dapat melatih aksi-reaksi,

melatih kecepatan, konsenterasi (kognitif)

dan pancaindera yakni pendengaran

(Asriansyah, 2018: 175-176).

Permainan Hitam Hijau merupakan

permainan tradisional yang dapat melatih

biomotor seperti dapat melatih aksi-reaksi,

melatih kecepatan, konsenterasi (kognitif)

dan pancaindera yakni pendengaran.

Permainan ini disebut permainan Hijau-

Hitam karena pemilihan kata untuk melatih

konsenterasi dan pendengaran anak, pada

saat permainan berlangsung kata Hi

dipanjangkan Hiiiiitam atau Hiiiiijau. Kata

Hijau-Hitam dapat diganti dengan kata lain

seperti Bunga dan Buah, pada saat

permainan berlangsung kata Bu

dipanjangkan Buuuuunga atau Buuuuuah.

Diskripsi Tata Cara Bermain 1) Permainan ini akan dibagi menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok hijau dan

kelompok hitam.

2) Siswa berbaris bershaf dan berpasang-

pasangan antara kelompok hijau dan

hitam (setiap pasangan diusahakan

mimiliki kemampuan yang seimbang,

misalnya siswa putri berpasangan

dengan putri, siswa putra berpasangan

dengan putra, siswa yang tinggi

berpasangan dengan yang tinggi, siswa

yang gemuk berpasangan dengan siswa

sama gemuk).

3) Jarak antar shaf satu dengan yang lain

1.5m, sedangkan jarak antara kelompok

Hihau dan Hitam 1.5m dengan posisi

berhadap-hadapan.

4) Siswa bersiap-siap untuk berlari atau

dikejar dengan mendengarkan aba-aba

dari guru. Posisi siap mulai dari yang

mudah hingga yang sulit, misalnya

pada pelaksanaan pertama posisi antar

kelompok saling berhadap-hadapan,

pelaksanaan yang kedua saling

membelakangi, pelaksanaan ketiga

jongkok, pelaksanaan keempat duduk.

5) Kelompok yang disebut namanya

merupakan regu yang dikejar

sebaliknya kelompok yang tidak

disebut mengejar. Contoh, apabila guru

meneriakkan aba-aba "hiiiiiiiiiiii-tam"

maka kelompok yang berlari adalah

kelompok hitam sedangkan kelompok

hijau mengejar hingga garis finish

begitupun sebaliknya.

6) Siswa berlari secepat-cepatnya untuk

menghindari lawan yang mengejar

hingga garis finish, dan tidak boleh

berbelok-belok supaya menghindari

tabrakan antar siswa.

7) Setiap siswa yang mampu sampai di

garis finish mendapat poin satu

sebaliknya siswa yang tersentuh/gagal

mendapat pengurangan poin satu,

dengan demikian poin finish dikurang

poin yang gagal sehingga didapat poin

total kelompok yang menang dan

kelompok yang kalah.

Desain permainan Jiau-Hitam dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

Page 15: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

35

Gambar 1: Lapangan Hitam-Hijau

(Asriansyah, 2018: 179)

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Setiap individu memiliki ciri-ciri

yang khas atau karakteristik, karakteristik

seorang individu dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah diperoleh

melalui pengaruh dari lingkungan.Pengaruh

dari lingkungan dapat diidenfikasi yakni

dari aktivitas bermain. Tahapan bermain

pada siswa SD kelas atas (usia10-11 tahun)

berada pada tahapan permainan sosial yang

memiliki aturan, misalnya permainan

tradisional. Menurut Desmita (2010: 35)

usia rata-rata siswa Indonesia saat masuk

sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai

pasa usia 12 tahun. Mengacu pada

pembagian tahapan perkembangan siswa,

bahwa siswa usia sekolah berada dalam dua

masa perkembangan, yaitu masa anak-anak

tengah (6-9 tahun), dan masa anak-anak

akhir (10-12 tahun). Siswa-siswa usia

sekolah ini memiliki karakteristik yang

berbeda dengan siswa-siswa yang usianya

lebih muda. Siswa-siswa senang bermain,

senang bergerak, senang bekerja dalam

kelompok, dan senang merasakan atau

melakukan sesuatu secara langsung.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah

metode tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas di arahkan untuk menjawab

permasalahan yang muncul pada

pembelajaran yang sedang berlangsung.

Adapun jenis PTK dalam penelitian

ini adalah PTK partisipan yaitu apabila

orang yang akan melaksanakan penelitian

terlibat langsung dalam proses penelitian

sejak awal sampai dengan hasil penelitian

berupa penyusunan laporan. Dengan

demikian, sejak perencanan panelitian

peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya

peneliti memantau, mencacat, dan

mengumpulkan data, lalu menganalisa data

serta berakhir dengan melaporkan hasil

panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga

dilakukan di sekolah. Hanya saja, di sini

peneliti dituntut keterlibatannya secara

langsung dan terus-menerus sejak awal

sampai berakhir penelitian (Syarifah,

2014:3). PTK terdiri atas empat tahap, yaitu

planning (perencanaan), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan Reflection

(refleksi) disetiap siklusnya.

Prosedur Penilitian

Penelitian Tindakan Kelas terdiri

dari dua siklus. Penelitian Tindakan Kelas

ini ditujukan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa materi pokok lari jarak pendek

60 meter. Setiap siklus mencakup empat

tahapan yaitu perencanaan (planning),

tindakan (action), pengamatan (observasi)

dan refleksi (reflection)

Page 16: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

36

Gambar 5. Siklus Penelitian (Arikunto (2006:124)

SIKLUS

Evaluasi 1

Pelaksanaan

Perencanaan

SIKLUS

Evaluasi 2

RefleksiPelaksanaan

?

Refleksi

PERENCANAAN

Gambar 2. Siklus Penelitian (Arikunto

(2006:124)

Rancangan Siklus I

Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah,

mendiagnosis masalah, dan

mengembangkan pemecahan

masalah.

b. Merancang rencana pembelajaran

sesuai indikator pada siklus I yaitu

melakukan lari jarak pendek melalui

pendekatan permainan hitam-hijau.

c. Merancang media peraga untuk

permainan hitam-hijau.

d. Menyusun lembar pengamatan

proses pembelajaran siswa.

Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah kegiatan yang

dilakukan pada tahap pelaksanaan dari

perencanaan yang telah dibuat adalah

dengan melaksanakan proses pembelajaran

antara lain:

a. Menyiapkan rencana pembelajaran

b. Menyiapkan media pembelajaran.

c. Menyiapkan lembar pengamatan

aktivitas belajar siswa, kemudian

memberikan kepada guru mitra

(pengamat) untuk mengamati proses

pembelajaran.

d. Melakukan pengelolaan kelas,

meliputi:

1) Kesiapan siswa dalam

mengikuti pembelajaran.

2) Mengadakan presensi dari

semua siswa yang hadir.

3) Menjelaskan kegiatan belajar

mengajar lari jarak pendek

melalui pendekatan

permainan hitam-hijau.

4) Melakukan pemanasan.

5) Melakukan pembelajaran

permainan hitam-hijau.

6) Penilaian dilaksanakan

selama proses pembelajaran

berlangsung.

7) Melakukan pendinginan.

8) Menarik kesimpulan.

Pengamatan Tindakan

Pengamatan dilakukan untuk

mengamati proses pembelajaran dibuat

dengan urutan 1, 2, 3 dan 4 dengan

ketentuan:

1. Kurang Baik

2. Cukup Baik

3. Baik

4. Sangat Baik

Page 17: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

37

TABEL 1

PENGAMATAN TINDAKAN TABEL 2PENGAMATAN TINDAKAN

NO OBJEK YANG DIAMATI

Skala

Skor

1 2 3 4

1 Minat belajar siswa ketika melakukan tindakan

2 Motivasi siswa selama mengikuti proses pembelajaran

3 Keseriusan siswa melakukan kegiatan

4 Keaktifan siswa selama pembelajaran

5 Antusias siswa selama pembelajaran

6 Keberanian siswa dalam melakukan gerakan

7 Kedisiplinan siswa (gerakan dilakukan dengan tertib)

8 Kelancaran langkah-langkah pembelajaran

9Tanggung jawab siswa (menjaga keselamatan diri dan orang

lain)

10 Kerjasama siswa

JUMLAH SKOR PEROLEHAN

JUMLAH SKOR MAKSIMAL

Sumber : RPP KTSP

Tahap Evaluasi (Refleksi)

Refleksi merupakan uraian tentang

prosedur analisis terhadap hasil penelitian

dan refleksi berkaitan dengan proses dan

dampak tindakan yang dilaksanakan serta

kriteria dan rencana bagi siklus berikutnya.

Rancangan Siklus II

Pada siklus II perencanaan tindakan

dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai

pada tindakan siklus I sebagai upaya

perbaikan dari siklus tersebut dengan materi

pembelajaran sesuai dengan silabus mata

pelajaran pendidikan jasmani. Demikian

juga termasuk perwujudan tahap

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

tindakan, dan refleksi juga mengacu pada

siklus sebelumnya.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

Observasi

Dalam menggunakan metode

observasi cara yang paling efektif adalah

melengkapinya dengan format atau blangko

pengamatan sebagai instrumen (Arikunto,

2006: 229). Pelaksanaan observasi

dilakukan oleh peneliti dan guru mitra pada

saat pembelajaran berlangsung. Observasi

dimaksudkan untuk mengetahui apakah

selama proses pembelajaran siswa aktif dan

bertanggung jawab, baik secara individual

maupun secara kelompok dengan

instrument lembar pengamatan aktivitas

siswa.

Adapun yang akan diobservasi

dalam penelitian ini yakni, tentang cara-cara

yang digunakan dalam proses belajar untuk

meningkatkan atau memperbaiki keadaan

(masalah) sudahkah berjalan dengan

semestinya. Misalnya, jika cara

meningkatkan proses belajar dan hasil

belajar murid itu dengan menggunakan alat

peraga, maka diteliti apakah cara

menggunakan alat peraga (bagaimana alat

peraga itu digunakan untuk meragakan

materi pelajaran) sudah berjalan dengan

baik. Selain itu, peneliti juga mengobservasi

tentang alat bantu pengajaran yang

digunakan apakah sudah tepat atau belum.

Aspek motivasi belajar siswa dan tingkat

keberhasilan siswa yang diukur melalui tes

juga menjadi bahan observasi peneliti.

Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya

dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis (Arikunto, 2006:158). Dalam

penelitian ini, dokumentasi akan digunakan

meliputi data nilai Pendidikan Jasmani

Olahraga dan Kesehatan materi lari jarak

pendek dan foto-foto kegiatan

pembelajaran. Dokumentasi dalam

penelitian ini adalah seluruh bahan rekaman

selama penelitian berlangsung dan hasil

Page 18: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

38

kartu kegiatan siswa, buku-buku, catatan-

catatan, transkip nilai dan foto yang

berhubungan dengan penelitian tindakan

kelas ini yaitu tentang “peningkatan hasil

belajar lari jarak pendek 60 meter melalui

pendekatan permainan hitam-hijau pada

siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti Jaya

Kabupaten Banyuasin”. Dari hasil

dokumentasi ini dapat dijadikan petunjuk

dan bahan pertimbangan pelaksanaan

selanjutnya dan penarikan kesimpulan.

Tes Unjuk Kerja

Adalah instrumen yang berupa tes

subjektif yang berisi perintah pada siswa

dengan memperhatikan aspek-aspek

penilaian. Bentuk instrumen Tes, yaitu

berupa hasil belajar lari jarak pendek. Tes

digunakan untuk mengetahui kemampuan

siswa dalam melakukan lari jarak pendek

pada siswa kelas V SD Negeri 17 Makarti

Jaya Kabupaten Banyuasin. Adapun

indikator-indikator penilaian lari jarak

pendek sebagai berikut :

TABEL 2.

INDIKATOR PENILAIAN TEKNIK

DASAR LARI CEPAT

TABEL 3. INDIKATOR PENILAIAN

TEKNIK DASAR LARI CEPAT

NO INDIKATOR SUB INDIKATOR SKALA

1 2 3 4

1SIKAP AWAL(START)

Posisi tubuh saat aba-aba bersedia

Posisi tubuh saat aba-aba siap

Posisi tubuh saat aba-aba Ya

2SIKAPPELAKSANAAN

Sikap tubuh condong ke depan dantolakan kaki

Langkah kaki dan ayunan tangansemakin kencang

Pandangan mata lurus ke depan

3 SIKAP AKHIR Pelari tidak mengubah kecepatan

Sikap tubuh membusungkan dada ke

depan

Langkah dan ayunan tangan di

perlambat setelah memasuki garisfinish

JUMLAH

JUMLAH SKOR MAKSIMAL 36

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah di SD

Negeri 17 Makarti Jaya Jalan Kenanga

Dusun III. Pendowo Harjo. Kabupaten

Banyuasin.

Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan

pada bulan Oktober 2018.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya. Teknik sampel

menggunakan sampel jenuh, dengan

demikian sampel dalam penelitian ini

adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri 17

Makarti Jaya dengan berjumlah 30 siswa.

Kriteria Keberhasilan Tindakan

Analisis data kuantitatif dilakukan

dengan cara menghitung data berdasarkan

hasil penelitian yang diperoleh dari hasil tes

maupun nontes siswa sebanyak dua kali,

yaitu siklus I dan siklus II.

a. Merekap skor yang diperoleh siswa

b. Menghitung skor komulatif dari seluruh

aspek

c. Menghitung skor rata-rata

d. Merekap perhitungan nilai masing-

masing tes (siklus I dan siklus II).

e. Nilai pembelajaran lari jarak pendek pada

tiap siklus dirata-rata.

f. Membandingkan hasil nilai antara siklus

I dan siklus II (meningkat atau tidak).

g. Menghitung persentase peningkatan lari

jarak pendek dari siklus I ke siklus II.

Hasil perhitungan peningkatan

belajar lari jarak pendek melalui permainan

hitam-hijau dari masing-masing siklus ini

Page 19: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

39

dibandingkan. Hasil ini memberikan

gambaran mengenai persentase

peningkatan. Dengan adanya peningkatan

ini berarti peningkatan kemampuan siswa

dalam belajar lari jarak pendek melalui

permainan hitam-hijau dapat berhasil

optimal. Adapun kriteria keberhasilan

tindakan dapat di lihat pada tabel di bawah

ini :

TABEL 3.

KRITERIA KEBERHASILAN

TINDAKAN

Interval Keterangan

0 – 24 Sangat tidak tuntas KKM

25 – 49 Tidak tuntas KKM

50 – 74 Belum Tuntas

75 – 100 Tuntas KKM

Jumlah

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini

dilaksanakan selama 2 siklus. Masing-

masing siklus dilakukan sebanyak satu kali

pertemuan. Siklus I berlangsung pada

tanggal 01 Oktober 2018. Siklus II

berlangsung pada tanggal 04 Oktober 2018

di SD Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten

Banyuasin.

Siklus I Berdasarkan hasil observasi

diketahui hasil observasi aktivitas guru pada

siklus I Memperoleh skor sebesar 10 yang

menujukan katagori penilaian cukup,

menurut pengamat ada beberapa aspek yang

dilakukan Guru yang belum berjalan

dengan baik, adapun aspek-aspek tersebut

adalah :

a. Guru belum memberikan pembelajaran

lari jarak pendek yang menarik pada

siswa

b. Guru belum menggunakan metode

permainan hijau-hitam.

Sedangkan nilai hasil observasi

aktivitas siswa selama proses pembelajaran

diperoleh skor sebesar 19 dengan katagori

penilaian cukup, aspek yang menurut

pengamat belum dilakukan oleh siswa

dengan maksimal antara lain:

a) Siswa masih kurang aktif dalam

pembelajaran penjaskes.

b) Siswa kurang antusias dalam mengikuti

pembelajaran lari jarak pendek.

Hasil Tes Siklus I

Dari tes yang dilakukan oleh peneliti

terhadap hasil belajar lari jarak pendek

siswa pada siklus I diperoleh hasil sebagai

berikut:

TABEL 4. PERHITUNGAN NILAI HASIL TES BELAJAR LARI JARAK PENDEK

SISWA SIKLUS I

Perhitungan Nilai Hasil Tes Belajar Lar i Jarak Pendek Siswa Siklus I

No Aspek

Ketuntasan

Jumlah

Siswa

Nilai

KKM

Persentase

(% )

1 Tuntas 13 ≥ 70 43,3%

2 Belum Tuntas 17 ≤ 70 56,7%

30

Berdasarkan tabel di atas, diketahui

pada siklus I dengan nilai kriteria

ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70,

didapatkan sebanyak 13 (43,3%) siswa yang

dinyatakan tuntas dan 17 (56,7%) siswa

yang dinyatakan belum tuntas dalam

pembelajaran.

Page 20: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

40

Adapun hasil tes unjuk kerja siswa

dalam tes lari jarak pendek 60 meter dapat

dilihat pada table berikut.

TABEL 5. KETUNTASAN LARI JARAK

PENDEK 60 METER SISWA SIKLUS I

NO INDIKATOR SUB INDIKATORPersentase

Ketuntasan

Tuntas Tidak

Tuntas

1SIKAP AWAL

(START)Posisi tubuh saat aba-aba bersedia

40% 60%

Posisi tubuh saat aba-aba siap 40% 60%

Posisi tubuh saat aba-aba Ya 33,3% 56,7%

2

SIKAP

PELAKSANA

AN

Sikap tubuh condong ke depan dan

tolakan kaki

33,3% 56,7%

Langkah kaki dan ayunan tangan

semakin kencang

33,3% 56,7%

Pandangan mata lurus ke depan 33,3% 56,7%

3SIKAP

AKHIRPelari tidak mengubah kecepatan

36,6% 53,4%

Sikap tubuh membusungkan dada ke

depan

33,3% 56,7%

Langkah dan ayunan tangan di

perlambat setelah memasuki garis

finish

40% 60%

Refleksi siklus I.

Hasil refleksi analisis data siswa

yang memperoleh nilai 70 keatas jumlahnya

13 orang dengan persentase ketuntasan 43,3

%. Hal ini belum mencapai ketuntasan

secara klasikal maka peneliti harus

memperbaiki pembelajaran pada siklus

selanjutnya.

Siklus I I

Setelah diiterapkannya tindakan

disiklus I, kemudian dilanjutkan siklus II,

berikut ini hasil penelitian siklus II:

TABEL 6. PERHITUNGAN NILAI HASIL TES BELAJAR LARI JARAK PENDEK

SISWA SIKLUS I No

Aspek Ketuntasan

Jumlah

Siswa

Nilai KKM

Persentase (%)

1 Tuntas 26 ≥ 70 86,7%

2 Belum Tuntas

4 ≤ 70 13,3%

30

Berdasarkan tabel di atas, diketahui

pada siklus II dengan nilai kriteria

ketuntasan minimal (KKM) sebesar 70,

didapatkan sebanyak 26 (86,7%) siswa yang

dinyatakan tuntas dan 4 (13,3%) siswa yang

dinyatakan belum tuntas dalam

pembelajaran.

Adapun hasil tes unjuk kerja siswa

dalam tes lari jarak pendek 60 meter dapat

dilihat pada table berikut.

TABEL 7. KETUNTASAN LARI JARAK

PENDEK 60 METER SISWA SIKLUS II

NO INDIKATOR SUB INDIKATORPersentase

Ketuntasan

Tuntas Tidak

Tuntas

1SIKAP AWAL

(START)Posisi tubuh saat aba-aba bersedia

80% 20%

Posisi tubuh saat aba-aba siap 70% 30%

Posisi tubuh saat aba-aba Ya 60% 40%

2SIKAP

PELAKSANAAN

Sikap tubuh condong ke depan dan

tolakan kaki

70% 30%

Langkah kaki dan ayunan tangan

semakin kencang

80% 20%

Pandangan mata lurus ke depan 80% 20%

3 SIKAP AKHIR Pelari tidak mengubah kecepatan 83,6% 27,4%

Sikap tubuh membusungkan dada

ke depan

70% 30%

Langkah dan ayunan tangan di

perlambat setelah memasuki garis

finish

40% 60%

Page 21: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

41

Refleksi siklus II.

Pelaksanaan siklus II ini apabila

dilihat per aspek, maka hasil refleksi

analisis data siswa yang memperoleh nilai 7

keatas meningkat jumlahnya menjadi 26

orang dengan prosentase 86,6 %. Ini sudah

dapat dikatakan tuntas apabila dilihat secara

klasikal siswa yang mendapat nilai 7 keatas

mencapai 85 % .

Berdasarkan hasil yang dicapai

tersebut diatas, maka data penelitian ini

cukup untuk bahan analisis suatu karya

ilmiah sesuai dengan prosedur yang ada.

Pembahasan

Berdasarkan hasil data yang telah

dicapai persiklusnya mengalami

peningkatan pada siklus I menjadi 43,3%,

siklus II meningkat sebesar 86,6% ini sudah

dikatakan tuntas karena menurut Depdiknas

(2006) bahwa pembelajaran dikatakan

tuntas apabila secara klasikal siswa yang

mendapat nilai 7 keatas mencapai 85 %.

Dalam hal ini peneliti berusaha

memecahkan permasalahan dari siklus I

rata-rata 6,4 dan pada siklus II naik menjadi

7,1 maka permainan hitam dan hijau dalam

pembelajaran lari jarak pendek 60 meter

dapat meningkatkan hasil belajar lari jarak

pendek 60m siswa kelas V Sekolah Dasar

Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten

Banyuasin sehingga siswa dapat termotivasi

untuk mengikuti pembelajaran.

Dari hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa ada peningkatan hasil

belajar lari jarak pendek pada siswa, dengan

demikian dalam proses pembelajaran

pendidikan jasmani perlu ada pendekatan

atau metode pembelajaran supaya hasil

belajar dapat tercapai dengan optimal,

metode belajar ini yakni dengan bermain,

melalui pendekatan permainan hijau-hitam.

Berdasarkan karakteristiknya bahwa siswa

SD berada pada masa senang bermain

sehingga pembelajaran dapat diterima dan

menyenangkan.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pengolahan data dapat disimpulkan bahwa

melalui permainan hijau-hitam ada

peningkatan hasil belajar lari jarak pendek

60m pada siswa kelas V Sekolah Dasar

Negeri 17 Makarti Jaya Kabupaten

Banyuasin. Penelitian pada siklus I dengan

nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM)

sebesar 70, didapatkan sebanyak 13

(43,3%) siswa yang dinyatakan tuntas dan

17 (56,7%) siswa yang dinyatakan belum

tuntas dalam pembelajaran. Penelitian pada

siklus II dengan nilai kriteria ketuntasan

minimal (KKM) sebesar 70, didapatkan

sebanyak 26 (86,7%) siswa yang dinyatakan

tuntas dan 4 (13,3%) siswa yang dinyatakan

belum tuntas dalam pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2006. Proedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Akbari H., et.al. 2009. The effect of

traditional games in fundamental

motor skill development in 7-9 year-

old boys. Journal. Vol 19 (No 2),

Pp:123-129).

Asriansyah. (2018). Permainan Kecil. Edisi

1. Inspira: Bogor.

------------. (2014). Permainan tradisional

dalam dunia pendidikan dan

kepelatihan. Makalah disampaikan

dalam seminar Peluang dan

Tantangan Pendidikan di Era

Masyarakat Ekonomi Asia (MEA),

pada tanggal 7 Maret 2015. di

Universitas PGRI Palembang.

Page 22: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

42

Asriansyah & Almy Akmal, M. (2017).

Developing of traditional games as

nation culture through in physical

education learning for elementary

school students. Makalah

disampaikan dalam seminar

internasional dengan tema 1st

Yogyakarta International Seminar on

Health, Physical Education, and

Sports Science. Pada tanggal 14

Oktober 2017 di Hotel Eastparc

Yogyakarta.

__________. (2018). Pengembangan

permainan tradisional untuk

melestraikan budaya bangsa melalui

pendidikan jasmani di sekolah dasar.

Jurnal Pendidikan Jasmani dan

Olahraga. Volume 3 No 1 April.

ISSN. 2580-071X (online), Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia.

Bahagia, Yoyo. 2011. Atletik. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Caillois, R. (2001). Man, play and games.

(Terjemahan Mayer Barash).

Paris: Librarie Gallimard.

Dana., L.M. (2007). The seeds of learning:

Young children develop important

skills through their gardening

activities at a midwestern early

education program. Applied

Ensvironmental Education and

Communication, 6(1), 49-66.

Darst, P. W., Pangrazi, R. P., Sariscsany,

M. J., & Brusseau, T. A. (2012).

Dynamic physical education for

secondary school students (7th ed.).

San Francisco, CA: Benjamin

Cummings.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Standar

Kompetensi Mata Pelajaran

Pendidikan Jasmani. Jakarta.

Didik Sidik, Zafar. 2010. Gemar Atletik.

Bandung: Alfabeta

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Eichberg, H. 2005. Traditional games: A

joker in modern development. Some

experiences from Nordic countries

and Nordic-African exchange. Paper

for the international conference Play

the game. Copenhagen: University of

Southern Denmark, Centre for Sport,

Health and Civil Society, Gerlev.

Hartati Yuli, C.S., dkk. (2012. Permainan

kecil. Wineka Media: Malang.

Husdarta. 2010. Sejarah dan Falsafah

Olahraga. Alfabeta. Bandung.

Kurniawan. Feri. 2010. Buku Pintar Olahraga.

Bandung: Alfabeta.

Kovacevic, T., & Opic S. (2014).

Contribution of tradisional games to

the quality of students relation and

frequency of students socialization in

primary education. Journal of

Education.

Mudjihartono. (2009). Seminar nasional

permainan kecil sebagai media

untuk pengembangan potensial

kemampuan siswa di sekolah.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Odok, E.A., et.al. (2013). Effects of motor

skills and flexibility on psychomotor

achievement of secondary school

stidents in physical education in

Page 23: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Lari Jarak Pendek 60 ...

43

calabar municipitality of cross river

state, Nigeria. Asian Journal of

Education and e-Learning, (ISSN:

2321-2454).

Parents. (2014). http://www.pbs.org/

parents/ childdevelopmenttracker

/five/socialandemotionalgrowth.

html. Dikutip Tanggal 11 Maret

2014. Jam 21:40.

Rosdiani, D. (2012). Model pembelajaran

langsung dalam Pendidikan Jasmani

dan kesehatan. Alfabeta: Bandung. Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran.

Jakarta: Kencana

Sardiman. 2010. Motivasi Pembelajaran.

Alfabeta; Bandung.

Sugiyono. (2010). Prosedur penelitian

suatu pendekatan praktek. Rineka

Cipta: Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia No. 20

tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Utama, B. (2010). Bermain dalam

pendidikan jasmani. Fakultas Ilmu

Keolahragaan. Universitas Negeri

Yogyakarta: Yogyakarta.

Zulkifli, L. (2005). Psikologi

perkembangan. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

(https://www.statista.com/statistics/712741/

share- of- gamers- by- gender-and-

ageindonesia/. dikutip tanggal 5 Juli

2018).