perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak...

61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010) SKRIPSI Oleh: BAGUS PONCO NUGROHO NIM : K 5603033 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT

TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH

(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar

dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih

Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010)

SKRIPSI

Oleh:

BAGUS PONCO NUGROHONIM : K 5603033

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOT

TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA

( Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar

dan Beban Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih

Karanganyar Tahun Pelajaran 2009/2010 )

Oleh:

BAGUS PONCO NUGROHONIM : K 5603033

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARET

S U R A K A R T A

2010

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN BERBEBAN DAN POWER OTOTTUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYASCHNEPPER PADA SISWA PUTRA KELAS VIII SMP N 2 MATESIHKARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi. Surakarta:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan pengaruhlatihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam terhadap kemampuanlompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahunpelajaran 2009/2010; (2) Perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi danpower otot tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh siswa putra kelasVIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009; dan (3) Adatidaknya interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadapkemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 MatesihKaranganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metodeeksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2. Populasi penelitian ini adalah siswaputra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010berjumlah 78 siswa. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalahpurposive random sampling. Sampel yang digunakan berjumlah 40 siswa. Teknikanalisis data dengan menggunakan uji Anava dan uji rentang Newman Keulsdengan tingkat signifikan 5%.

Penelitian ini menghasilkan simpulan sebagai berikut: (1) Ada perbedaanpengaruh latihan berbeban menggunakan latihan beban dalam dan latihan bebanluar terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIIISMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, pengaruh latihanberbeban luar lebih baik daripada latihan berbeban dalam; (2) Ada perbedaanpengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadapkemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010; (3) Ada interaksi antaralatihan berbeban dan power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gayaschnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahunpelajaran 2009/2010, dimana power otot tungkai tinggi lebih cocok menggunakanlatihan berbeban luar dan power otot tungkai rendah lebih cocok dengan latihanberbeban dalam.

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu

telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh – sungguh

(urusan) yang lain.

(Terjemahan QS. Alam Nasyroh: 6-7)

Bersyukurlah atas apa yang didapati dan apa yang kita tidak dapati

(Bagus Ponco)

Semua pasti terjadi jika sudah tiba waktunya

(Bagus Ponco)

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada :

Bapak dan ibuku tercinta yang mendidikku

dan membimbingku sejak kecil

Saudara-saudaraku tersayang

Theodora Cety Yusnita

Teman-teman POK semua angkatan

Shogun Biru (AD 3615 NS)

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan

skripsi ini.

Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi

berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Kepelatihan Olahraga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. M. Mariyanto, M.Kes, sebagai pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Slamet Widodo, S.Pd, M.Or sebagai pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala Sekolah SMP N 2 Matesih Karanganyar yang telah memberikan ijin

mengadakan penelitian.

7. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat

bermanfaat.

Surakarta, 2010

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………..………………………………………...........

HALAMAN SAMPUL……………………………………………..............

HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………..........................

HALAMAN PENGESAHAN ……………....……………………...............

ABSTRAK ……………..................…………………….………….............

MOTTO …………………………….........................................……...........

HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................

KATA PENGANTAR ……………………………………………..............

DAFTAR ISI ……………………………………………………….............

DAFTAR TABEL ………………………………………………….............

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………...............

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………................

A. Latar Belakang Masalah ……………………………….............

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………

C. Pembatasan Masalah………………………………………...….

D. Perumusan Masalah. …………………………………………...

E. Tujuan Penelitian...........…………………………………..........

F. Manfaat Penelitian.......................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI......................................................................

A. Tinjauan Pustaka.……………………….....................................

1. Lompat Jauh………………… ……………………………..

2. Hakikat Latihan………..……………………………............

3. Latihan Berbeban............... …………………………...........

4. Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam………………...…

5. Latihan Berbeban Dengan Beban Luar……………………..

6. Power Otot Tungkai...............................................................

B. Kerangka Pemikiran.....................................................................

C. Perumusan Hipotesis....................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

ix

xi

xii

xiii

1

1

5

5

6

6

7

8

8

8

12

13

15

20

23

25

28

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………........................

A. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................

B. Metode Penelitian........................................................................

C. Variabel Penelitian.......................................................................

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian.................

E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................

F. Teknik Analisis Data....................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN…………….…….…………......................

A. Deskripsi Data.............................................................................

B. Uji Reliabilitas ............................................................................

C. Uji Prasyarat Analisis Data.........................................................

D. Pengujian Hipotesis.....................................................................

E. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................................

A. Simpulan.....................................................................................

B. Implikasi.....................................................................................

C. Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

LAMPIRAN – LAMPIRAN..........................................................................

29

29

29

30

31

31

32

37

37

39

40

41

43

47

47

47

48

49

51

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2....................................

Tabel 2. Ringkasan ANAVA Untuk Eksperimen Faktorial 2 X 2........

Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper

Menurut Kelompok Penelitian................................................

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes

Akhir......................................……………………………….

Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas.............................................

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors...........................…....…

Tabel 7. Tabel Hasil Uji Bartlet.....................…........................................

Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya

Schnepper Berdasarkan Latihan Berbeban Tingkat Power

Otot Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.…..….

Tabel 9. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor ...

Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls........................

30

34

37

39

39

40

40

41

41

42

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok...........................................….

Gambar 2. Lompat Jauh Gaya Bergantung......................................….

Gambar 3. Lompat Jauh Berjalan Di Udara.........................................

Gambar 4. Skematis Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam Secara r

Sirkuit...................................................................………....…

Gambar 5. Skematis Latihan Berbeban Dengan Beban Dalam Secara r

Sirkuit....................………………........................................

Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya

Schnepper Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan

Tingkat Power Otot Tungkai................................................

Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Lompat

Jauh Gaya schnepper antara Kelompok Perlakuan...............

Gambar 8. Interaksi Latihan Berbeban dan Power Otot Tungkai..........

Gambar 9. Tes Power Otot Tungkai.....................................………….

9

10

10

19

22

38

38

45

52

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Power Otot

Tungkai............................................................................

Lampiran 2. Petunjuk PelaksanaanTes Lompat Jauh Gaya Schnepper

Surakarta………………………………………………...

Lampiran 3. Petunjuk Program Latihan Berbeban Dengan Beban

Dalam dan Beban Luar......................................................

Lampiran 4. Program Latihan Berbeban dengan Beban Luar .............

Lampiran 5. Data Hasil Tes Power Otot Tungkai................................

Lampiran 6. Rekapitulasi data hasil tes power otot tungkai beserta

klasifikasinya…………………………………………..

Lampiran 7. Data Tes Awal Lompat Jauh............................................

Lampiran 8. Data Tes Akhir Lompat Jauh...........................................

Lampiran 9. Uji Reliabilitas Dengan Anava Untuk Hasil Tes Awal

dan Tes Akhir Lompat Jauh……………………………...

Lampiran 10. Tabel kerja untuk menghitung nilai homogenitas dan

Analisis Varians.................................................................

Lampiran 11.Uji Normalitas Data Dengan Metode Lilliefors..............

Lampiran 12. Uji Homogenitas Dengan Uji Bartlet………………….

Lampiran 13. Analisis Varians..............................................................

Lampiran 14. Uji Rata – Rata Rentang Newman Keuls.......................

Lampiran 15. Foto – Foto Penelitian………………………………….

50

52

53

54

55

58

60

61

62

68

70

73

74

76

77

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas

jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu

secara menyeluruh. Banyak aspek yang dikembangkan melalui pendidikan

jasmani. Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 7) menyatakan, “Melalui

pendidikan jasmani anak didik akan memperoleh berbagai pengalaman terutama

yang sangat erat kaitannya dengan kesan pribadi yang menyenangkan, berbagai

ungkapan yang kreatif, inovatif, keterampilan gerak, kebugaran jasmani,

membiasakan hidup sehat, pengetahuan dan pemahaman terhadap sesama

manusia”.

Pendidikan jasmani mempunyai peran penting untuk menunjang

perkembangan dan pertumbuhan siswa. Oleh karenanya, pendidikan jasmani

diberikan dari sekolah tingkat paling rendah (Taman Kanak-kanak) sampai

Sekolah Menengah Atas (SMA). Dalam pendidikan jasmani diajarkan bebagai

macam cabang olahraga baik olahraga atletik, permainan maupun olahraga

pilihan.

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dalam

pendidikan jasmani baik dari Sekolah Dasar (SD) sampai SMA atau SMK, bahkan

Perguruan Tinggi. Di Perguruan Tinggi cabang olahraga atletik merupakan Mata

Kuliah Dasar Umum (MKDU). Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia, Ucup

Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000: 1) bahwa:

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jamani (Penjas)yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), SekolahLanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas(SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satuMata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sedangkan bagi MahasiswaPendidikan Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang harusdiambil.

Atletik merupakan cabang olahraga yang wajib diajarkan dari sekolah

tingkat paling rendah bahkan sampai perguruan tinggi. Hal ini karena dalam

gerakan atletik terdapat pada semua cabang olahraga. Adapun nomor-nomor yang

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

dilombakan dalam cabang olahraga atletik terdiri dari: jalan, lari lompat dan

lempar. Dari nomor-nomor tersebut, masing-masing di dalamnya terdapat

beberapa nomor yang telah ditentukan berdasarkan peraturan yang berlaku. Untuk

nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau

marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country. Nomor lompat

meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat jangkit, lompat tinggi galah. Nomor

lempar meliputi lempar cakram, lempar lembing, tolak peluru dan lontar martil.

Lompat jauh merupakan nomor lompat yang dalam pelaksanaannya

dilakukan dengan awalan lari, menolak, melayang di udara dan mendarat. Dalam

nomor lompat diajarkan beberapa macam gaya yaitu gaya jongkok (sit down in

the air), gaya berjalan di uadara (walking in the air) dan gaya menggantung

(snepper). Dari ketiga jenis gaya lompat jauh tersebut letak perbedaannya pada

saat melayang di udara.

Membelajarkan lompat jauh bagi siswa sekolah tidaklah mudah,

dibutuhkan cara yang tepat. Hal ini karena, lompat jauh gerakan keterampilan

yang cukup sulit, karena geraknya terdiri beberapa gerakan yang harus

dirangkaian secara baik dan harmonis baik dari awalan, menumpu untuk menolak,

melayang di udara dan pendaratan. Untuk mencapai hasil belajar lompat jauh,

maka dibutuhkan latihan yang sistematis dan kontinyu.

Melompat setinggi-tinginya merupakan salah satu faktor utama yang dapat

mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Untuk mencapai lompatan yang

setinggi-tingginya perlu dilakukan latihan yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan otot tungkai. Dalam hal ini Soegito, Bambang Wijanarko dan

Ismaryati (1993: 59) menyatakan, "Untuk dapat melompat dengan kuat dan baik,

diperlukan latihan-latihan penguatan otot-otot kaki".

Melatih otot tungkai merupakan salah satu cara untuk mendukung

pencapaian prestasi lompat jauh. Hal ini karena kemampuan otot tungkai berperan

penting untuk melakukan lompatan yang tinggi dan jauh ke depan. Otot- otot

tungkai dikerahkan terutama pada saat gerakan menumpu untuk menolak setinggi-

tingginya. Dengan tolakan tinggi dan jauh ke depan, maka akan mendukung

pencapaian prestasi lompat jauh lebih maksimal. Upaya meningkatkan

kemampuan otot tungkai harus dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

dengan bentuk latihan yang tepat. Untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai

dapat dilakukan dengan latihan berbeban. Harsono (1988: 185) berpendapat,

“Latihan berbeban atau weight training adalah latihan-latihan yang sistematis

dimana beban hanya dipakai sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna

mencapai tujuan tertentu”. Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam latihan

berbeban harus didasarkan pada prinsip-prinsip latihan berbeban yang benar.

Menurut Suharno HP. (1985: 15) bahwa, “Dalam pemberian beban latihan dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu dengan beban luar (outter load) dan beban dalam

(inner load)”.

Pemberian beban latihan baik dengan beban luar maupun beban dalam,

masing-masing dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai.

Dari kedua bentuk latihan berbeban tersebut belum diketahui latihan berbeban

mana yang lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, sehingga

dapat mendukung kemampuan lompat jauh. Namun disisi lain, pencapaian

prestasi lompat jauh tidak hanya dipengaruhi penerapan bentuk latihan untuk

meningkatkan otot-otot tungkai. Individu (siswa) merupakan faktor yang dominan

berpengaruh terhadap pencapaian prestasi lompat jauh. Faktor siswa ini sangat

kompleks di antaranya penguasaan teknik lompat jauh yang baik dan benar,

kemampuan kondisi fisik yang baik, semangat latihan dan lain sebagainya.

Kemampuan kondisi fisik yang baik merupakan syarat mutlak untuk

mencapai prestasi olahraga. Hal ini sesuai pendapat M. Sajoto (1995: 8) bahwa,

“Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha

peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan

dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi”. Salah satu unsur kondisi

fisik dalam nomor lompat jauh yaitu daya ledak atau power (Tamsir Riyadi, 1985:

69). Power otot tungkai sangat berperan penting dalam gerakan menumpu untuk

menolak. Kemampuan mengerahkan power otot tungkai pada teknik yang benar,

maka akan diperoleh lompatan setinggi dan sejauh mungkin, sehingga prestasi

lompat jauh gaya jongkok dapat dicapai lebih maksimal.

Latihan berbeban secara sistematis dan kontinyu serta kemampuan fisik

yang memadai merupakan komponen yang saling mendukung untuk mencapai

kemampuan lompat jauh. Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

masing-masing bertujuan untuk mengembangkan kekuatan otot-otot tungkai.

Sedangkan pada saat gerakan menumpu untuk menolak dibutuhkan power otot

tungkai. Untuk mengetahui pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan

beban luar dan pengaruh power otot tungkai terhadap kemampuan lompat jauh,

maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun

praktik melalui penelitian eksperimen.

Siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun

pelajaran 2008/2009 adalah obyek yang akan dijadikan sampel dalam penelitian

untuk membuktikan dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian.

Ditinjau dari pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri 2

Matesih Karanganyar berjalan dengan baik. Namun kenyataannya kemampuan

lompat jauh masih rendah. Masih rendahnya kemampuan lompat jauh disebabkan

oleh beberapa faktor di antaranya penguasaan teknik yang belum baik,

kemampuan fisik yang belum memadai, terbatasnya waktu pembelajaran, siswa

kurang sungguh-sungguh dalam mengikuti pelajaran dan lain sebagainya.

Terbatasnya waktu pembelajaran merupakan salah satu kendala yang

menyulitkan guru. Waktu pembelajaran pendidikan jasmani yang hanya 2 X 40

menit tidak memungkinkan untuk mengembangkan faktor-faktor yang

mendukung pencapaian prestasi lompat jauh. Waktu yang tersedia hanya dapat

dimanfaatkan untuk mengajarkan teknik lompat jauh, itu pun waktunya tidak

mencukupi. Jika tidak ada waktu tambahan di luar jam pelajaran, (latihan khusus),

maka kemampuan lompat jauh tidak dapat meningkat. Selain itu juga, waktu yang

tersedia tidak memungkinkan untuk melatih komponen-komponen kondisi fisik

yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh termasuk power otot tungkai.

Belum pernah dilakukan latihan untuk meningkatkan kemampuan otot

tungkai, sehingga berpengaruh terhadap kemampuan lompat jauh. Untuk

mendukung kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VII SMP Negeri 2 Matesih

Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, maka perlu dilakukan latihan berbeban.

Di samping itu juga, untuk mendukung kemampuan lompat jauh dibutuhkan

power otot tungkai.

Upaya mengetahui pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan

beban luar serta pengaruh power otot tungkai dengan kemampuan lompat jauh,

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

maka perlu dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Latihan

Berbeban dan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh (Studi

Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Beban dengan Beban Luar dan Beban

Dalam pada Siswa Putra Kelas VIII SMP N 2 Matesih Karanganyar Tahun

Pelajaran 2009/2010).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah

dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Pembelajaran lompat jauh di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun

pelajaran 2009/2010 belum menunjukkan hasil yang maksimal.

2. Faktor-faktor yang mendukung lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum terlatih.

3. Perlunya latihan berbeban secara sistematis dan kontinyu untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih

Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

4. Belum diketahui pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban

dalam terhadap kemampuan lompat jauh.

5. Power otot tungkai siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih

Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 belum diketahui.

6. Perlunya upaya meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII

SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian ini maka perlu dibatasi.

Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam

terhadap kemampuan lompat jauh.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap

kemampuan lompat jauh.

3. Kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2

Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah

diungkapkan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut:

1. Adakah perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban

dalam terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII

SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?

2. Adakah perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai

rendah terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII

SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?

3. Adakah interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap

kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP Negeri

2Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk mengetahui:

1. Perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban luar dan beban dalam

terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

2. Perbedaan pengaruh power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah

terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

3. Ada tidaknya interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai

terhadap kemampuan kemampuan lompat jauh siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti

maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh siswa yang dijadikan obyek

penelitian.

2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru Penjaskes di SMP

Negeri 2 Matesih Karanganyar pentingnya latihan berbeban untuk mendukung

kemampuan lompat jauh atau nomor atletik lainnya yang melibatkan kerja otot

tungkai.

3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang

penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik.

Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu

kaki yang bertujuan untuk mencapai jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan

lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah bak

lompat yang berisi pasir atau bahan yang sejenis. Hal ini sesuai pendapat Aip

Syarifuddin (1992:90) bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan

melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat

badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat

dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang

sejauh-jauhnya”.

Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam.

Dari ketiga gaya dalam lompat jauh tersebut, letak perbedaaanya pada saat

melayang di udara. Pada saat melayang di udara tersebut membentuk gerakan atau

gaya sesuai yang dikehendaki. Berikut ini akan dikaji dan diteliti lebih mendalam

lompat jauh gaya schnepper atau menggantung.

a. Gaya Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan suatu bentuk gerak melompat mengangkat kaki

ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di

udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dengan jalan melalui

tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya.

Berdasarkan gayanya, gaya lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam

yaitu gaya jongkok (sit down in the air), gaya berjalan di udara (walking in the

air) dan gaya menggantung (schnepper). Dari ketiga gaya tersebut letak

perbedaanya pada saat melayang di udara. Hal ini sesuai pendapat Tamsir Riyadi

(1985: 95) bahwa, “Perlu diketahui bahwa yang menyababkan adanya perbedaan

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dari ketiga gaya lompat jauh tersebut sebenarnya hanya terletak pada saat

melayang di udara. Jadi mengenai awalan, tumpuan dan cara melakukan

pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, secara keseluruhan teknik lompat

jauh adalah sama yaitu terdiri dari awalan, tumpuan untuk menolak, melayang di

udara dan pendaratan. Letak perbedaan dari ketiga gaya lompat jauh yaitu pada

saat melayang di udara. Adapun teknik gerakan saat melayang di udara dari ketiga

gaya dalam lompat jauh menurut Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati

(1993: 62-63) sebagai berikut:

1) Gaya jongkok:Saat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpuan, kaki ayundiayunkan ke depan atas untuk membantu mengangkat titik beratbadan ke atas, diikuti kaki tolak menyusul kaki ayun. Saat melayangkedua kaki sedikit ditekuk sehingga posisi badan berada dalam sikapjongkok. Kemudian pada saat akan mendarat kedua kaki diacungkanke depan bersamaan dengan kedua lengan diluruskan ke depan.Meluruskan kedua lengan ke depan dimaksudkan agar setelahmendarat tidak akan terjungkal ke belakang, sehingga akanmengurangi jarak lompatan.

Gambar 1. Lompat Jauh Gaya Jongkok(Soegito dkk., 1993: 62)

2) Gaya bergantung:Sesaat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpu, kaki ayundiayunkan ke depan ata, kemudian diturunkan atau diluruskanbersamaan pinggul didorong ke depan dengan kedua lengan diayunkanke atas agak ditarik sedikit ke belakang. Saat akan mendarat keduakaki segera diacungkan ke depan dengan togog badan dibungkukkanke depan disertai gerakan kedua lengan lurus ke depan.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Gambar 2. Lompat Jauh Gaya Bergantung(Soegito dkk., 1993: 63)

3) Gaya berjalan di udara:Sesaat kaki tolak menolakkan kaki pada balok tumpu, kaki ayundiangkat ke depan atas untuk membantu mengangkat titik berat badanke atas. Kemudian kaki ayun tersebut diturunkan dan ditarik kebelakang bersamaan kaki tolakan diayunkan ke depan (seperti gerakanorang berlari/berjalan). Dan diakhiri kaki ayun dibawa secepatnya kedepan kemudian mendarat bersama-sama kedua kaki. Agar gerakan inidapat dilakukan dengan sempurna, maka tolakan kaki dan ayunankedua lengan ke atas harus benar-benar kuat hingga dapat melayang diudara setinggi mungkin dan selama mungkin.

Gambar 3. Lompat Jauh Gaya Berjalan Di Udara(Soegito dkk., 1993: 64)

Berdasarkan tiga macam gaya lompat jauh yang telah dikemukakan di

atas, dapat diketahui bahwa lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat

sejauh-jauhnya yang didahului dengan lari awalan dengan jarak tertentu kemudian

dilanjutkan dengan gerakan menolak satu kaki yang terkuat pada papan tumpuan,

lalu melayang di udara dan mendarat pada bak lompat. Gerakan-gerakan tersebut

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

merupakan satu rangkaian gerakan yang tidak terputus-putus yang dalam

pelaksanaanya merupakan gerakan yang berkelanjutan.

Untuk dapat melakukan lompat jauh dengan baik dan mencapai prestasi

lompatan yang optimal diperlukan latihan dengan menggunakan metode yang

cepat dan melatih baik itu fisik dari pelompat maupun teknik-teknik dasar dalam

lompat jauh.

b. Teknik Lompat Jauh

Teknik merupakan rangkuman metode yang dipergunakan dalam

melakukan gerakan dalam suatu cabang olahraga. Teknik juga merupakan suatu

proses gerakan dan pembuktian dalam suatu cabang olahraga. Atau dengan kata

lain, teknik merupakan pelaksanaan suatu kegiatan secara efektif dan rasional

yang memungkinkan suatu hasil yang optimal dalam latihan atau perlombaan.

Keberhasilan mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya tidak terlepas dari

penguasaan teknik melompat yang baik dan benar.

Ditinjau dari gerakan lompat jauh yaitu, melakukan awalan, menolak,

melayang di udara dan mendarat. Berdasarkan gerakan lompat jauh tersebut

menunjukkan bahwa teknik lompat jauh dikelompokkan menjadi empat bagian.

Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia dkk., (1999/2000: 160) bahwa, “Untuk

tujuan analisis gerak pada lompat jauh harus memperimbangkan secara konsisten

empat fase yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara

(flight) dan pendaratan (landing)”.

Penguasaan teknik melompat yang baik dan benar merupakan kunci sukses untuk

mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Dari keempat teknik melompat

tersebut dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan dalam satu pola gerakan yang

utuh agar dapat mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Untuk mencapai

prestasi lompat jauh yang maksimal, maka teknik-teknik lompat jauh tersebut

harus dikuasai dengan baik dan benar.

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

2. Latihan

a. Pengertian Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratrur guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan utama latihan dalam olahraga

prestasi adalah untuk mengembangkan kemampuan biomotorik ke standart yang

paling tinggi, atau dalam arti fisiologis atlet berusaha mencapai tujuan perbaikan

sistem organisme dan fungsinya untuk mengoptimalkan prestasi atau penampilan

olahraganya. Berkaitan dengan latihan, Harsono (1988: 101) menyatakan,

“Latihan adalah proses yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan

secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah jumlah latihan atau

pekerjaannya”. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 6) bahwa, “Latihan suatu

proses yang sistematis dan kontinyu dari berlatih atau bekerja yang dilakukan

dengan berulang-ulang secara kontinyu dengan kian hari kian menambah jumlah

beban latihan untuk mencapai tujuan”. Hal senada dikemukakan Yusuf

Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996:145) bahwa, “Latihan adalah proses yang

sistematis dari berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari

kian menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya”.

Pengertian latihan yang diungkapkan oleh tiga ahli tersebut pada

prinsipnya mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan

bahwa, latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan

kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin

meningkat.

Latihan yang sistematis maksudnya adalah program latihan direncanakan

secara matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan,

dan evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari

materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang

sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks.

Latihan dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus

dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan

gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap

berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban

latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan

tidak harus dilakukan pada stiap kali latihan, namun tambahan beban harus segara

dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan.

b. Prinsip-Prinsip Latihan

Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan latihan maka harus

berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo (1993:

21) bahwa, “Prinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan dapat

dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.

Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan

dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai

secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.

Menurut Sudjarwo (1993: 21-23) prinsip-prinsip latihan di antaranya: “(1) Prinsip

individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3) Prinsip interval, (4) Prinsip

penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik dan, (6) Prinsip latihan

sepanjang tahun”.

Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam

latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan

tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar.

3. Latihan Berbeban

a. Pengertian Latihan Berbeban

Latihan berbeban merupakan suatu latihan yang dilakukan secara

sistematis dan kontinyu yang menggunakan beban tertentu untuk mencapai suatu

tujuan. Berkaitan dengan latihan berbeban Harsono (1988: 185) menyatakan,

“Latihan berbeban adalah latihan yang sistematis di mana beban hanya dipakai

sebagai alat untuk menambah kekuatan otot guna mencapai tujuan tertentu”.

Menurut Sudjarwo (1993: 35) bahwa, “weight training merupakan latihan yang

sistematis dengan beban/tahanan yang berupa badan sendiri/lawan atau dengan

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

alat seperti barbel, katrol dan lain sebagainya”. Menurut M. Furqon H. (1996: 1)

bahwa, “Latihan berbeban adalah suatu cara menerapkan prosedur pengkondisian

tertentu secara sistematis pada berbagai otot tubuh”.

Berdasarkan pengertian latihan berbeban yang dikemukakan tiga ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa, latihan berbeban adalah suatu bentuk latihan

yang memberikan pembebanan pada tubuh baik dengan alat atau pun tanpa alat

untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan digunakannya beban tersebut dapat

merangsang fisiologis otot untuk beradaptasi dalam meningkatkan kekuatan otot.

O’shea yang dikutip M. Sajoto (1995: 30) menyatakan:

Latihan berbeban mempunyai dua dasar fisiologis untuk mengembangkankekuatan secara maksimum yaitu, “(1) Semua program latihan harusberdasarkan SAID (Specific Adaptation to Imposed Demands), latihantersebut hendaknya khusus sesuai dengan sasaran yang diinginkan. (2)Latihan harus diberikan berdasarkan prinsip overload. Prinsip inimenjamin agar sistem dalam tubuh mendapat tekanan besarnya bebanmakin meningkat yang diberikan secara bertahap dalam jangka waktutertentu.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan latihan

berbeban harus didasarkan pada karakteristik cabang olahraga yang akan

dikembangkan. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh

gaya schnepper latihan berbeban yang relevan adalah latihan untuk meningkatkan

kekuatan anggota gerak bawah khususnya otot-otot tungkai. Dalam pemberian

beban latihan harus dilakukan secara berulang-ulang lebih memungkinkan tubuh

untuk beradaptasi terhadap beban yang diberikan. Bentuk beban latihan yang

dapat dipergunakan dalam latihan bermacam-macam. Harsono (1988: 178)

menyatakan, “Latihan-latihan yang cocok untuk perkembangan kekuatan adalah

latihan-latihan tahanan (resistance exercise) yaitu kita harus mendorong atau

menarik suatu beban. Beban itu bisa anggota tubuh kita sendiri atau pun beban

atau bobot dari luar (external resistance)”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam memberikan beban latihan

dapat dilakukan dari dalam dan dari luar. Beban latihan dari dalam dapat berupa

berat badan sendiri, mendorong atau menarik. Sedangkan beban dari luar dapat

berupa alat atau benda seperti barbel dan dumbel.

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

b. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Latihan Berbeban

Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang efektif untuk

meningkatkan kekuatan. Dalam pelaksanaan latihan berbeban harus diperhatikan

beberapa hal penting. Suharno HP. (1985: 16) menyatakan, sebelum dosis beban

latihan yang akan diberikan kepada atlet ditetapkan perlu diperhatikan faktor-

faktor sebagai berikut:

1) Fisik yang mencakup jenis kelamin, kesehatan total dan kesegaranjasmani.

2) Kemampuan gerak yang meliputi unsur-unsur gerak fisik, penguasaanteknik dan taktik.

3) Mental yang meliputi segi kejiwaan, kepribadian dan kematanganjuara.

4) Sosial ekonomi yang mempengaruhi atlet.

Faktor-faktor tersebut sangat penting diperhatikan dalam pelaksanaan

latihan agar pelatih dapat menentukan dosis latihan yang tepat kepada atletnya.

Hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan dosis latihan harus didasarkan

pada prinsip individual. Hal ini karena, setiap individu mempunyai kemampuan

yang berbeda. Jika dalam pemberian dosis latihan yang tepat dan didasarkan

kemampuan individu, maka dosis latihan dapat dilaksanakan dengan baik oleh

para atletnya. Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 17) cara menentukan dosis beban

latihan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, “(1) dengan cara uji coba dan (2)

penentuan intensitas dengan MR (Maximum Repeatition)”.

4. Latihan Berbeban dengan Beban Dalam

a. Pengertian Beban Dalam

Latihan berbeban merupakan bentuk latihan yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kekuatan otot. Dalam pemberian beban latihan dapat dilakukan

dengan beban dalam. Berkaitan dengan beban dalam Suharno HP. (1985: 15)

menyatakan, “Beban dalam (inner load) adalah suatu beban latihan fisiologis

dengan kenaikan denyut nadi”.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beban dalam merupakan suatu

bentuk latihan berbeban yang ditandai dengan kenaikan denyut nadi. Dengan

melakukan latihan berbeban, maka denyut nadi akan mengalami peningkatan dari

denyut nadi normal. Lebih lanjut Suharno HP. (1985: 16) menyatakan,

“Melakukan beban dalam efek fisiologis yang dapat diperiksa adalah kenaikkan

denyut nadi per menitnya dari si atlet yang melakukan latihan. Inner load

dikatakan maksimal bila denyut pols atlet setelah melakukan satu unit latihan

meningkat menjadi 2,5 – 3,5 kali denyut pols normal per menit”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pemberian beban dari dalam akan

memberi dampak secara fisiologis yang dapat diketahui melalui kenaikkan denyut

nadi per menitnya. Latihan berbeban dengan beban dalam dapat dilakukan dengan

menggunakan berat badan sebagai bebannya. Latihan berbeban dengan beban

berat badan termasuk bentuk latihan isotonik. Hal ini sesuai pendapat KONI

(1993: 20) bahwa, “Dalam latihan isotonik kita dapat memakai badan kita sendiri

sebagai beban”. Menurut Depdiknas (2000: 110) bahwa, “Latihan kekuatan

isotonik dilakukan dengan melakukan gerakan secara dinamis baik dalam

mengatasi beban diri sendiri maupun dalam mengatasi beban luar”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan berbeban

dengan beban dalam yaitu pemberian beban latihan dengan berat badan. Untuk

mencapai tujuan latihan, maka latihan berbeban dengan beban dalam harus

diklakukan secara berulang-ulang dengan gerakan yang benar. Dengan melakukan

latihan secara berulang-ulang, maka tujuan latihan berbeban akan tercapai.

b. Pelaksanaan Latihan Berbeban dengan Beban Dalam Untuk

Meningkatkan Lompat Jauh

Melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan merupakan prinsip

pokok untuk mencapai prestasi maksimal dalam lompat jauh gaya schnepper.

Untuk melompat setinggi dan sejauh mungkin ke depan, maka otot-otot anggota

gerak bawah harus dikerahkan secara maksimal. Di samping itu juga, bagian-

bagian tubuh yang terlibat dalam gerakan lompat jauh gaya schnepper harus

dikerahkan secara baik pada teknik yang benar.

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban dalam pada penelitian ini

khususnya untuk meningkatkan kemampuan anggota gerak bawah khususnya

untuk meningkatkan power otot tungkai yang mendukung dalam gerakan lompat

jauh gaya schnepper. Untuk meningkatkan power otot tungkai dengan beban

dalam digunakan bentuk latihan melompat. Menurut hasil penelitian Sarwono dan

Ismaryati (1999: 44) bahwa, “Meloncat-loncat (hop) selain merupakan bentuk

latihan untuk mencapai kecepatan dan ketinggian maksimum dari gerakan

tungkai, juga untuk menambah jarak horisontal tubuh. Bentuk latihan melompat

yang akan diterapkan dalam penelitian ini yaitu: alternate leg bound, single leg

hop dan double leg hop”.

Berkaitan dengan latihan berbeban dengan beban dalam, beban dalam

yang digunakan untuk meningkatkan power otot tungkai yaitu dengan gerakan

meloncat-loncat khususnya alternate leg bound, single leg hop dan double leg

hop. Dari latihan meloncat-loncat tersebut dibuat sirkuit dan dikombinasikan

dengan bentuk latihan lain yang mendukung gerakan lompat jauh gaya schnepper.

Latihan berbeban dengan beban disusun secara sirkuit. Adapun pelaksanaan

latihan berbeban dengan beban dalam sebagai berikut:

1) Pos I latihan altenate leg bound

Posisi awal: ambilah sikap berdiri yang enak dengan salah satu kaki agak di

depan untuk memulai melangkah, lengan rileks di samping badan.

Pelaksanaan: mulailah dengan tolakan tungkai belakang, gerakan lutut ke dada

dan usahakan loncatan setinggi dan sejauh mungkin sebelum mendarat.

Bentangkan kaki ke depan dengan cepat. Ayun kedua lengan. Ulangi

rangkaian (dengan kaki lain) pada saat mendarat.

2) Pos II latihan sit up

Posisi awal: Posisi pada hook lying (kaki melayang), kaki ditekukkan pada

lutut, tangan di belakang kepala dibebani/memegang sebuah pemberat. Baik

dalam posisi hook lying atau long lying, gerakan dari paha flexors diperkuat

seandainya kaki dipegang ke bawahdan aktivitas dari abdominal (perut)

ditingkatkan, seandainya tidak dipegang ke bawah.

Gerakan: Sit-up mencapai siku ke lutut. Curl back down = posisi awal suatu

liukan tubuh, mungkin ditambahkan dengan melekatkan suatu siku ke posisi

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

lutut yang berlawanan. Perlawanan tambahan semacam ini membuat seluruh

tubuh berputar selama geraka

3) Pos III single leg hop

Posisi awal: ambilah sikap berdiri seperti dalam latihan double leg speed hop,

tetapi hanya menggunakan satu tungkai dalam posisi ditekuk selama berlatih

dan jagalah keseimbangan.

Pelaksanaan: mulailah latihan seperti pada latihan double leg hop tetapi

dengan satu tungkai. Pada saat di atas atau di udara kedua lutut dilipat. Jika

tumpuan atau tolakan menggunakan kaki kanan, maka pada saat mendarat

juga menggunakan kaki kanan.

4) Pos IV latihan back-up

Posisi awal: telungkup di lantai (tengkurap), keua kaki lurus dan rapat.

Pasangannya duduk di atas kakinya. Tangan dikencangkan bersama di

belakang kepala.

Gerakan: angkat tubuh ke atas dengan kedua tangan tetap di belakang kepala.

5) Pos V double leg hop

Posisi awal: ambilah sikap berdiri yang relaks, punggung lurus, pandangan ke

depan. Kedua lengan di samping badan dan ditekuk hingga 90 derajat serta

posisi ibu jari ke atas.

Pelaksanaan: mulailah meloncat ke atas setiggi mungkin, tekuklah tungkai

secara penuh hingga posisi kaki di bawah pantat. Berikan tekanan pada

angkatan maksimum dengan membawa lutut ke atas dan ke depan pada tiap

ulangan. Setelah mendarat, loncatlah ke atas dengan cepat dengan gerakan

tungkai yang sama, gunakan lengan untuk membantu angkatan maksimum.

Rangkaian gerakan ini harus dilakukan secepat mungkin. Kerjakan agar

mencapai ketinggian dan jarak maksimum, tetapi tidak mengorbankan irama

pelaksanaan.

Secara skematis pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam secara

sirkuit sebagai berikut:

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pos V (Double leg hop) Pos I (altenate leg bound)

Pos IV Pos II (Sit up)(Back up)

Pos III(Single leg Hop)

Gambar 4. Skematis Latihan Berbeban dengan Beban Dalam secara Sirkuit

c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Berbeban dengan Beban Dalam

terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper

Latihan berbeban dengan beban dalam merupakan bentuk latihan berbeban

yang menggunakan berat badan sebagai beban latihan. Berdasarkan hal tersebut,

latihan berbeban dengan beban dalam tentu memiliki kelebihan dan kelemahan.

Berdasarkan bentuk latihan yang diberikan dalam latihan berbeban dengan beban

dalam dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan

berbeban dengan beban dalam antara lain:

1. Dapat meningkatkan kekuatan bagian-bagain tubuh yang terlibat dalam

gerakan lompat jauh gaya schnepper.

2. Siswa akan merasa mampu dengan beban berat badannya sendiri, sehingga

gerakan dapat dilakukan secara berulang-ulang.

Selain kelebihan tersebut, latihan berbeban dengan beban dalam juga

memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam

antara lain:

1. Gerakan terkadang tidak dilakukan dengan benar jika telah kelelahan,

sehingga akan berpengaruh pada perkembangan otot.

2. Penambahan beban latihan hanya dilakukan dengan penambahan jumlah

gerakan, sehingga perkembangan otot kurang maksimal.

5. Latihan Berbeban dengan Beban Luar

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

a. Pengertian Beban Luar

Latihan berbeban dengan beban luar merupakan kebalikan dari latihan

berbeban dengan beban dalam. Latihan berbeban dengan beban luar merupakan

bentuk latihan berbeban dengan menggunakan peralatan atau beban yang

digunakan berupa barbel. Berkaitan dengan beban luar, Suharno HP. (1985: 15)

menyatakan, “Beban luar (outer load) yaitu bentuk bahan latihan yang ditandai

dengan adanya ciri-ciri yang dapat dilihat secara langsung oleh mata”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, beban luar merupakan bentuk

latihan berbeban yang dapat dilihat atau diketahui secara langsung baik volume,

intensitas, recovery, frekuensi, irama dan durasi latihan. Latihan berbeban dengan

beban luar tersebut sama dengan latihan isotonik, hanya saja dalam pelaksanaan

latihan menggunakan peralatan seperti barbel atau dumbel. Berkaitan dengan

latihan berbeban dengan beban luar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

bertujuan untuk meningkatkan kekuatan anggota gerak bawah. M. Sajoto (1995:

87) menyatakan, “Latihan-latihan kekuatan otot mempunyai pengaruh terhadap

hasil yang dicapai pada kemampuan gerak lain seperti dalam pengembangan daya

lompat pada kaki, dan juga terhadap fleksibilitas pada otot dan persendian”.

Untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai, maka dalam menerapkan

latihan berbeban harus disesuaikan dengan tuntutan gerak dalam lompat jauh. Hal

ini karena, latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan melompat ada

beberapa macam. Oleh karenanya, seorang pelatih harus cermat dan tepat dalam

menentukan bentuk latihan berbeban untuk meningkatkan kemampuan melompat.

b. Pelaksanaan Latihan Berbeban dengan Beban Luar Untuk

Meningkatkan Lompat Jauh

Prinsip pelaksanaan latihan berbeban dengan beban luar sama dengan

latihan berbeban dengan beban dalam. Hanya saja pembenanan latihan dengan

beban luar yang dimaksud dengan menggunakan barbel. Latihan berbeban yang

diberikan bertujuan untuk meningkatkan anggota gerak bawah khususnya power

otot tungkai M. Sajoto (1995: 87) mengelompokkan jenis-jenis latihan untuk

meningkatkan kemampuan melompat yaitu: “power clean, quarter half squat, leg

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

step ups, leg press, snatch jumping squats, clean and jerk heel raises, knee curls

(quadriceps), back extention, bench press, sit ups”.

Berdasarkan macam-macam bentuk latihan untuk meningkatkan anggota

gerak bawah khususnya untuk meningkatkan kemampuan melompat, jenis latihan

berbeban yang akan digunakan adalah leg step ups, standing calf rise, dan squat.

Dari bentuk-bentuk latihan untuk mengembangkan anggota gerak bawah tersebut

dikombinasikan dengan bentuk latihan lain yang mendukung gerakan lompat jauh

gaya schnepper. Latihan dibuat sirkuit yang terdiri dari enam pos. Adapun

pelaksanaan latihan berbeban untuk melompat sebagai berikut:

1) Pos I latihan leg step ups

Sikap awal: letakkan bangku setinggi tidak lebih dari 16 inchi (40

centimeter), karena setiap pelenturan lutut yang lebih besar dapat

mengakibatkan cedera lutut. Penambahan beban hanya dilakukan

dengan sempurna dan secara cepat.

Gerakan: berdiri tegak dengan membawa barbel di atas pundak.

Langkah satu kaki ke atas bangku, kemudian susul dengan kaki

lainnya. Kedua kaki harus benar-benar lurus pada lutut setelah di atas

bangku. Kemudian kembali ke posisi semula, dan lakukan gerakan

berikut dengan bergantian kaki yang naik ke bangku lebih dulu.

2) Pos II latihan good morning exercise

Posisi awal: Kedua kaki kaki sedikit kangkang (dibuka), lutut kuat, bar

terletak di sepanjang pundak.

Gerakan: Bungkukkan badan ke depan dengan pinggang sampai tubuh

disejajarkan dengan kaki dan kembali pada posisi awal. Seadainya

menggunakan beban yang berat tekukkan lutut sedikit.

3) Pos III latihan squat

Sikap awal: bar terletak sepanjang bahu, kepala ke depan datar sedikit

pinggang melengkung, kaki-kaki berjarak 12-14 inchi.

Gerakan: tarik napas dalam-dalam dan berjongkok pelan-pelan pada

posisi paha atas paralel dengan lantai. Dari posisi berjongkok gerakan

ke atas dengan mempertimbangkan bahwa bagian belakang yang lebih

rendah melengkung dan kuat selama melakukan latihan.

Page 35: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

4) Pos IV sit up

Posisi awal: Posisi pada hook lying (kaki melayang), kaki ditekukkan

pada lutut, tangan di belakang kepala dibebani/memegang sebuah

pemberat. Baik dalam posisi hook lying atau long lying, gerakan dari

paha flexors diperkuat seandainya kaki dipegang ke bawahdan

aktivitas dari abdominal (perut) ditingkatkan, seandainya tidak

dipegang ke bawah.

Gerakan: Sit-up mencapai siku ke lutut. Curl back down = posisi awal

suatu liukan tubuh, mungkin ditambahkan dengan melekatkan suatu

siku ke posisi lutut yang berlawanan. Perlawanan tambahan semacam

ini membuat seluruh tubuh berputar selama gerakan

5) Pos V latihan standing calf rise

Sikap awal: berdiri tegak dengan barbel di atas pundak, dan kedua

ujung kaki bertumpu pada balok atau piringan barbel.

Gerakan: angkat tubuh dengan menaikkan tumit (jinjit), jarak

maksimum fleksi dari pada lutut dan tegangan sangat dimungkinkan

dari latihan ini.

Secara skematis pelaksanaan latihan berbeban dengan beban luar secara

sirkuit sebagai berikut:

Pos V (Standing calf rise) Pos I (leg step ups)

Pos IV Pos II (Good morning exercise)(Sit up)

Pos III(Squat)

Gambar 5. Skematis Latihan Berbeban dengan Beban Luar secara Sirkuit

Page 36: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Berbeban dengan Beban Luar

terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Schnepper

Latihan berbeban dengan beban luar merupakan latihan berbeban yang

menggunakan peralatan barbel atau dumbel. Dalam pelaksanaannya latihan

berbeban dengan beban luar yaitu melakukan gerakan-gerakan tertentu yang

bertujuan untuk meningkatkan power otot tungkai dan dilakukan secara berulang-

ulang berdasarkan berat beban yang harus diterimanya.

Berdasarkan karakteritis dari latihan berbeban dengan beban luar dapat

diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan berbeban dengan

beban luar antara lain:

1) Dapat meningkatkan kemampuan anggota tubuh yang terlibat dalam gerakan

melompat.

2) Berat beban dapat ditingkatkan secara bertahap, sehingga kekuatan otot dapat

berkembang secara optimal.

3) Kemampuan fisik akan meningkat, karena pembebanan latihan dengan beban

luar didasarkan pada prinsip beban lebih.

Di samping kelebihan tersebut, latihan berbeban dengan beban luar juga

memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan berbeban dengan beban luar

antara lain:

1) Latihan berbeban dengan beban luar akan dirasakan terlalu berat, sehingga ada

kemungkinan terjadinya over-training.

2) Bagi pemula akan dirasakan rasa sakit pada pensendian atau otot karena tidak

terbiasa dengan latihan berbeban.

Berdasarkan kelebihan dan kelemahan latihan berbeban berbeban dengan

beban dalam dan beban luar tersebut di atas, tentunya akan memberi dampak

terhadap peningkatan power otot tungkai. Dengan meingkatnya power otot

tungkai, maka akan membantu pencapaian prestasilompat jauh gaya schnepper.

Page 37: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

6. Power Otot Tungkai

a. Pengertian Power

Power merupakan unsur kondisi fisik yang dibutuhkan pada hampir semua

cabang olahraga. Seperti diungkapkan KONI (1993: 26) bahwa, “Power lebih

diperlukan dan boleh dikatakan semua cabang olahraga, oleh karena di dalam

power , kecuali ada kekuatan terdapat pula kecepatan”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kekuatan dan kecepatan

merupakan unsur utama dari power. Terciptanya power jika kekuatan dan

kecepatan dikerahkan secara maksimal dalam waktu yang singkat. Berkaitan

dengan power, Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 7)

menyatakan, "Tenaga ledak otot (muscle explosive power) adalah kemampuan

otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara eksplosif". Menurut Suharno

HP. (1993: 59) bahwa, “Power adalah kemampuan otot atlet untuk mengatasi

tahanan beban dengan kekuatan dan kecepatan maksimal dalam satu gerak yang

utuh”. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, "Daya ledak otot (muscular power)

adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan

usaha yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya". Hal senada

dikemukakan Mulyono Biyakto Atmojo (2001: 58) bahwa, “Power adalah

kemampuan untuk mengerahkan kekuatan dengan maksimum dalam jangka waktu

yang minim”.

Berdasarkan pengertian power yang dikemukakan empat ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, power merupakan kemampuan seseorang untuk

mengerahkan kekuatan secara maksimal untuk melakukan gerakan yang utuh

dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Berdasarkan kesimpulan pengertian

power tersebut dapat dirumuskan pengertian power otot tungkai yaitu,

kemampuan otot atau sekelompok otot tungkai dalam mengatasi tahanan beban

atau dengan kecepatan tinggi dalam satu gerakan yang utuh dalam waktu yang

singkat. Power otot tungkai adalah kemampuan otot tungkai untuk melakukan

kerja atau gerakan secara eksplosif yang melibatkan otot-otot tungkai sebagai

penggerak utama. Power otot tungkai digunakan terutama pada gerakan meloncat,

Page 38: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

melompat, menendang atau gerakan-gerakan lain yang melibatkan kerja otot-otot

tungkai secara eksplosif.

b. Peranan Power Otot Tungkai terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Power otot tungkai merupakan kemampuan seseorang untuk mengerahkan

kekuatan dan kecepatan dari otot-otot tungkai secara maksimal dalam waktu yang

singkat. Power otot tungkai berperan terutama dalam gerakan-gerakan yang

melibatkan otot-otot tungkai secara maksimal dan eksplosif seperti dalam lompat

jauh.

Ditinjau dari gerakan lompat jauh, power otot tungkai berperan terutama

pada saat melakukan awalan dan gerakan menumpu untuk menolak. Pada saat

melakukan awalan dengan lari cepat (sprint) dan dilanjutkan menumpu untuk

menolak pada balok tumpuan merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi

gerak vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan

menumpu dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai.

Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau

perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan

dengan secara cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri

untuk melakukan tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga

seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara”. Pendapat lain dikemukakan

Jes Jerver (1999: 36) menyatakan, “Perubahan dari kecepatan horisontal menjadi

gerakan bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki

yang akan take off”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, perpaduan

kecepatan dan kekuatan sangat penting untuk melakukan tolakan yang

semaksimal. Kemampuan kecepatan yang maksimal dan dirubah dengan tolakan

yang kuat memberi peluang yang besar untuk dapat melakukan lompatan yang

tinggi, sehingga akan diperoleh lompatan yang sejauh-jauhnya. Jika seorang

pelompat memiliki power otot tungkai yang baik dan mampu mengerahkan pada

teknik yang benar, maka mempunyai peluang untuk dapat melompat sejauh-

jauhnya. Namun sebaliknya, jika seorang pelompat power otot tungkainya rendah,

maka lompatannya tidak dapat dilakukan secara maksimal.

Page 39: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat

dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban dengan Beban Dalam dan Beban

Luar terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar merupakan bentuk

pembebanan latihan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Latihan berbeban

dengan beban dalam yaitu bentuk latihan berbeban yang pembebanan latihannya

menggunakan berat badan sendiri. Dalam latihan berbeban dengan beban dalam

peningkatan beban latihan dilakukan dengan cara penambahan repetisi atau

ulangan gerakan. Berdasarkan karakteristik tersebut, latihan berbeban dengan

beban dalam memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan latihan berbeban

dengan beban dalam antara lain: dapat meningkatkan kinerja otot tungkai, beban

akan dirasakan lebih ringan karena mengakat berat badan sendiri. Sedangkan

kelemahan latihan berbeban dengan beban dalam antara lain: gerakan tidak

dilakukan dengan benar jika telah mengalami kelelahan sehingga akan

berpengaruh pada perkembangan otot, peningkatan beban latihan hanya dilakukan

dengan menambah jumlah gerakan, sehingga perkembangan otot tidak maksimal.

Latihan berbeban dengan beban luar merupakan bentuk latihan berbeban

yang menggunakan alat berupa barbel atau dumbel. Berdasarkan karakteristik

latihan berbeban dengan beban luar, latihan ini memiliki kelebihan antara lain:

dapat meningkatkan kinerja otot tungkai, berat beban dapat ditingkatkan secara

bertahap sehingga dapat mengembangkan kekuatan otot secara optimal,

kemampuan fisik dapat meningkat karena di dasarkan pada prinsip overload.

Sedangkan kelemahan latihan berbeban dengan beban luar antara lain: dapat

terjadi overtraining, dapat menimbulkan rasa sakit pada otot dan persendian

terutama bagi pemula.

Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan latihan berbeban

dengan beban dalam dan beban luar menunjukkan perbedaan, sehingga hal ini

akan berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh. Dengan

Page 40: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

demikian diduga latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar memiliki

perbedaan pengaruh terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi dan Power Otot

Tungkai Rendah terhadap Kemampuan Lompat Jauh

Unsur utama dari power yaitu kekuatan dan kecepatan. Power akan

dihasilkan oleh kerja otot yang dikerahkan dengan kekuatan maksimal dan dalam

waktu sesingkat mungkin. Dalam gerakan lompat jauh, keberadaan power otot

tungkai sangat berperan penting untuk mendukung pencapaian prestasi

yangmaksimal.

Power otot tungkai berperan dalam lompat jauh gaya jongkok terutama

pada gerakan saat menumpu untuk menolak. Gerakan menumpu untuk menolak

merupakan akselesari dari kecepatan awalan yang dilakukan secara maksimal

untuk kemudian menumpu dan menolak dengan salah satu kaki yang kuat yang

dilakukan secara eksplosif dalam waktu yang singkat. Dengan power otot tungkai

yang baik maka akan mendukung gerakan menolak lebih maksimal, sehingga

akan diperoleh daya dorong ke depan atas secara maksimal pula. Semakin kuat

dan cepat tolakan dari kaki mengakibatkan tubuh melayang tinggi jauh ke depan,

sehingga akan diperoleh jarak lompatan yang maksimal pula. Tetapi sebaliknya,

jika pada saat melakukan awalan dan tolakkan lemah, maka lompatan juga tidak

maksimal. Dengan demikian diduga, antara power otot tungkai tinggi dan rendah

memiliki perbedaan pengaruh terhadap hasil belajar lompat jauh gaya jongkok.

3. Interaksi antara Latihan Berbeban dan Kelentukan Otot Punggung

terhadap Lompat Jauh Gaya Schnepper

Latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar merupakan bentuk

latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan otot tungkai. Hal ini

karena, dalam gerakan lompat jauh dibutuhkan otot-otot tungkai yang kuat

terutama pada saat gerakan menumpu untuk melompat. Dengan lompatan yang

tinggi mempunyai peluang mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya. Namun

untuk melakukan lompatan yang tinggi dan jauh ke depan dibutuhkan power otot

Page 41: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

tungkai. Baik tidaknya power otot tungkai yang dimiliki siswa akan berpengaruh

terhadap kemampuan lompat jauh.

Ditinjau dari pelaksanaan latihan berbeban dengan beban dalam dan beban

luar bahwa, siswa yang memiliki power otot tungkai tinggi lebih baik atau lebih

cocok diberi latihan berbeban dengan beban luar. Hal ini karena, latihan berbeban

dengan beban luar ada beban beruba barbel yang harus diatasi atau diangkat untuk

melakukan suatu gerakan tertentu yang melibatkan otot-otot tungkai. Dengan otot-

otot tungkai yang baik, maka gerakan-gerakan yang melibatkan otot tungkai pada

latihan berbeban dengan beban luar dapat dilakukan dengan baik. Sedangkan

siswa yang memiliki power otot tungkai rendah lebih cocok diberi bentuk latihan

berbeban dengan beban dalam. Pemberian beban latihan dengan berat badan

sendiri akan memudahkan siswa melakukan gerakan-gerakan yang melibatkan

otot-otot tungkai. Penambahan beban latihan dengan menambah jumlah gerakan

tidak dirasakan berat oleh otot-otot tungkai. Dengan demikian diduga antara

latihan berbeban dan power otot tungkai memiliki interaksi di antara keduanya.

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban dengan beban dalam dan beban luar

terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2

Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

2. Ada pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah

terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2

Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

3. Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap

kemampuan lompat jauh pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih

Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010.

Page 42: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan

Februari 2010, dengan frekuensi latihan tiga kali dalam satu minggu. Dalam hal

ini M. Sajoto (1995: 35) menyatakan, “Para pelatih dewasa ini pada umumnya

setuju untuk menjalankan program latihan 2 atau 3 kali setiap minggu, agar tidak

terjadi kelelahan yang kronis. Adapun lama latihan yang diperlukan adalah selama

6 minggu atau lebih”.

B. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode pada dasarnya adalah suatu cara melakukan sesuatu. Menurut

Winarno Surakhmad (1982-76) metode adalah suatu prosedur atau cara yang

berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Jadi metode penelitian merupakan

suatu cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan penelitian. Metode

penelitian yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada tujuan dan hasil penelitian

yang diharapkan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Dasar penggunaan metode ini adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan

memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna

mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan.

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah faktorial 2 X 2. Menurut

Sugiyanto (1995: 30) bahwa, “Rancangan faktorial adalah rancangan dimana bisa

Page 43: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

dimasukkan dua variabel atau lebih untuk memanipulasi secara simultan. Dengan

rancangan ini bisa diteliti pengaruh setiap variabel independen terhadap variabel

dependen, dan juga pengaruh interaksi antara variabel-variabel independen”.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan penelitian ini sebagai

berikut :

Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2

Latihan Berbeban

Power otot tungkai

Beban Dalam

(A1)

Beban Luar

(A2)

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

Keterangan:

A1B1:Kelompok latihan berbeban dengan beban dalam kriteria sampel power otottungkai tinggi.

A1B2:Kelompok latihan berbaban dengan beban dalam kriteria sampel power otottungkai rendah.

A2B1:Kelompok latihan berbeban dengan beban luar kriteria sampel power otottungkai tinggi.

A2B2:Kelompok latihan berbeban dengan beban luar kriteria sampel power otottungkai rendah.

C. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian terdiri dua variabel bebas (independen) dan satu

variabel terikat (dependen) yaitu:

1) Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu:

a) Variabel manipulatif terdiri atas:

(1) Latihan berbeban dengan beban dalam.

(2) Latihan berbeban dengan beban luar.

b) Variabel atributif adalah variabel yang melekat pada diri sampel yang

dibedakan atas :

(1) Power otot tungkai tinggi.

(2) Power otot tungkai rendah.

Page 44: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

2) Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh.

D. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih

Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 berjumlah 78 siswa yang terbagi dalam

empat kelas.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random

sampling, yaitu didasarkan pada kemampuan kelentukan otot punggung yang

dimiliki siswa. Kemampuan kelentukan otot punggung diketahui melalui tes dan

pengukuran power otot tungkai dengan bridge-up test terhadap 78 siswa putra

tersebut, kemudian diklasifikasi power otot tungkai tinggi, power otot tungkai

sedang dan power otot tungkai rendah. Sampel yang digunakan yaitu 20 siswa

dengan kategori power otot tungkai tinggi dan 20 kategori power otot tungkai

rendah. Sedangkan siswa dengan kategori power otot tungkai sedang tidak

dijadikan sampel. Untuk mengelompokkan sampel penelitian ke masing-masing

kelompok dengan cara random atau acak. Selanjutnya sampel dikelompokkan

menjadi 4 sesuai rancangan faktorial 2 X 2.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan masalah dan hipotesis yang telah diajukan dalam judul

penelitian ini, maka data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini dengan tes

dan pengukuran dalam olahraga.

Data penelitian diperoleh melalui tes dan pengukuran yang terdiri dari:

1) Tes dan pengukuran power otot tungkai dengan vertical jump dari Barry L.

Johnson & Jack K. Nelson (1986: 211).

Page 45: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

2) Tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh gaya schnepper dari Tamsir

Riyadi (1985: 167). Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.

F. Teknik Analisis Data

1. Mencari Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan korelasi interklas

dari Mulyono B. (2001: 45) dengan rumus sebagai berikut:

MSA – MSW

R =MSA

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji

homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai

berikut:

a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel

penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun langkah-

langkah uji normalitas metode Lilliefors menurut Sudjana (2002: 466) sebagai

berikut:

1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku

Z1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :

Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan

simpangan baku.

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor

tertinggi.

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi

normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).

Page 46: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu :

S(Zi) = i/n.

5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.

6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum.

Kreteria :

Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlett )

Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah uji

homogenitas dengan metode Bartlet menurut Sudjana (2002: 261) sebagai berikut:

1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom – kolom kelompok sampel

: dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.

Rumusnya :

11...............1 2

2

n

SdnSD i

12 nSdLogB i

3) Menghitung X2

Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2)

Dengan (Ln 10) = 2,3026

Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf

signifikansi = 0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2

tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.

Page 47: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3. Analisis Data

a. ANAVA Rancangan Faktorial 2 x 2

1) Metode AB untuk perhitungan ANOVA dua Faktor

Tabel 2. Ringkasan ANAVA untuk Eksperimen factorial 2 x 2

SumberVariasi

dk JK RJK Fo

Rata – rataPerlakuanABAB

1

a-1b-1(a-1) (b-1)

Ry

Ay

By

ABy

R

ABAB

A/EB/EAB/E

Kekeliruan ab(n-1) Ey E

Keterangan :

A = Taraf factorial A N = Jumlah sampel

B = Taraf factorial B

Langkah- langkah perhitungan:

a) 2

11

2ij

b

j

a

i

b)abn

R

b

j

a

i

y

11

c) yij

b

j

a

i

RJJab

2

11

d) yi

a

iy Rbn

/2

1

e) yi

b

jy Ran

/2

1

f) yyaby Jb

g) )(2yyyyy R

Page 48: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2) Kreteria Pengujian Hipotesis

Jika 211 VVFF , maka hipotesis nol ditolak.

Jika 211 VVFF , maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang

1iV dan dk penyebut knknV .............12 = taraf signifikan untukpengujian hipotesis.

Keterangan:Y2 : Jumlah kuadrat dataRy : Rata-rata peningkatan karena perlakuanAy : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan latihan berbeban dengan

beban dalam dan beban luar.By : Jumlah peningkatan berdasarkan power otot tungkai.Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan

kelompok perlakuan dan power otot tungkai.Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.

b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANOVA

Menurut Sudjana (1994:36) langkah-langkah untuk melakukan uji

Newman–Keuls adalah sebagai berikut:

1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang terkecil

sampai yang terbesar.

2) Dari rangkaian ANAVA, diambil haarga RJK disertai dk-nya.

3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:

N

KekeliruanRJKS E

y RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil

rangkuman ANAVA.

4) Tentukan taraf siknifikan , lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji

Newman–Keuls, diambil V = dk dari RJK ( Kekeliruan ) dan P = 2,3…,k.

Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan P

supaya dicatat.

5) Kalikan harga – harga yang didapat di titik…….. di atas masing–masing yS

dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang siknifikan

terkecil (RST).

Page 49: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

6) Bandingkan selisih rata–rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih

rata–rata terbesar dan rata–rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1),

dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata – rata terbesar

kedua rata – rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata

terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-

2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada 12/1 kK pasangan

yang harus dibandingkan. Jika selisih–selisih yang didapat lebih besar dari

pada RST-nya masing–masing maka disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

yang siknifikan antara rata–rata perlakuan.

c. Hipotesa Statistik

Hipotesa 1 210 H

21 AH

Hipotesa 2 210 H

21 AH

Hipotesa 3 00 InteraksiH

0 InteraksiH A

Keterangan

= Nilai rata – rata

A1 = Latihan berbeban dengan beban dalam

A2 = Latihan berbeban dengan beban luar

B1 = Power otot tungkai tinggi

B2 = Power otot tungkai rendah

Page 50: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Deskripsi hasil analisis data hasil belajar lompat jauh gaya pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran

2009/2010 sesuai dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Deskripsi Data Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Schnepper Menurut

Kelompok Penelitian.

PerlakuanPower Otot

TungkaiStatistik Tes Awal Tes akhir Peningkatan

LatihanBeban Dalam

TinggiJumlahMean

SD

33,413,3410,308

38,543,8540,343

5,130,5130,117

RendahJumlahMean

SD

31,543,1540,162

36,893,6890,257

5,350,5350,127

LatihanBeban Luar

TinggiJumlahMean

SD

33,753,3750,109

40,944,0940,147

7,190,7190,121

RendahJumlahMean

SD

31,023,1020,219

36,233,6230,275

5,210,5210,158

1. Pada kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban dalam

mempunyai rata-rata peningkatan 1.048. Dan pada kelompok perlakuan yang

dilatih dengan latihan beban luar mempunyai rata-rata peningkatan 1.240. Bila

kedua latihan itu dibandingkan maka rata-rata peningkatan lompat jauh gaya

schnepper pada kelompok perlakuan latihan beban luar lebih baik daripada

kelompok perlakuan yang dilatih dengan latihan beban dalam.

2. Kelompok perlakuan pada siswa yang mempunyai power otot tungkai tinggi

mempunyai rata -rata peningkatan 1.232. Dan pada kelompok perlakuan pada

Page 51: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

siswa dengan power otot tungkai rendah mempunyai rata-rata peningkatan

1.056. Bila kedua kelompok ini dibandingkan, maka kelompok perlakuan

siswa dengan power otot tingkai tinggi lebih baik daripada kelompok

perlakuan pada siswa dengan kecepatan rendah.

3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil peningkatan

hasil lompat jauh gaya schnepper sebelum dan sesudah diberi perlakuan

maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai berikut :

Gambar 6. Grafik Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya SchnepperBerdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Tingkat Power OtotTungkai

4. Agar nilai-nilai rata-rata peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper

yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai

peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada tiap kelompok

perlakuan disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

Gambar 7. Grafik Nilai Rata-rata Peningkatan Hasil Belajar Lompat jauhgaya schnepper antara Kelompok Perlakuan

Page 52: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Keterangan :

A1B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan

kriteria sampel power otot tungkai tinggi.

A1B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan

kriteria sampel power otot tungkai rendah

A2B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan

kriteria sampel power otot tungkai tinggi.

A2B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan

kriteria sampel power otot tungkai rendah.

B. Uji Reliabilitas

Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir hasil belajar lompat jauh

gaya schnepper diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan

tes akhir hasil belajar lompat jauh gaya schnepper dalam penelitian sebagai

berikut:

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir

Hasil Tes Reliabilitas KategoriTes awal lompat jauhTes akhir lompat jauh

0.890.94

TinggiTinggi sekali

Adapun dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut,

menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip

Mulyono B (1992: 15) sebagai berikut:

Tabel 5. Tabel Range Kategori Reliabilitas

Kategori Validitas Reliabilitas ObyektivitasTinggi sekali

TinggiCukupKurang

Tidak signifikan

0,80 – 1,00,70 – 0,790,50 – 0,690,30 – 0,490,00 – 0,29

0,90 – 1,00,80 – 0,890,60 – 0,790,40 – 0,590,00 – 0,39

0,95 – 1,00,85 – 0,940,70 – 0,840,50 – 0,690,00 – 0,49

Page 53: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

C. Uji Prasyarat Analisis Data

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi

kenormalannya. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode

Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai

berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.

KelompokPerlakuan

N M SD Lhitung Ltabel 5% Kesimpulan

KP1 10 0.513 0.117 0.0852 0.258 Distribusi normal

KP2 10 0.535 0.127 0.1632 0.258 Distribusi normal

KP3 10 0.719 0.121 0.1255 0.258 Distribusi normal

KP4 10 0.521 0.158 0.1580 0.258 Distribusi normal

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini

menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah

terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.

2. Uji Homogenitas

Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka

diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut:

Tabel 7. Tabel Hasil Uji Bartlet.

Kelompok Ni S2 X2hit X2

tabel Kesimpulan

4 10 0.01729 1.042 7.81 Homogen

Page 54: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2hit lebih kecil dari pada X2

tabel.

Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan

demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur

analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi

analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata

setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh

kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan

untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.

Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada beberapa

hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel berikut ini:

Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Hasil Belajar Lompat jauh gaya schnepperBerdasarkan Latihan berbeban Tingkat Power otot tungkai Sebelumdan Sesudah Diberi Perlakuan.

Variabel penelitian

RerataA1 A2

B1 B2 B1 B2

SebelumSesudah

3.3413.854

3.1543.689

3.3754.094

3.1023.623

Peningkatan 0.513 0.535 0.719 0.521

Tabel 9. Ringkasan Keseluruhan Hasil Analisis Varians Dua Faktor

SumberVariasi dk JK RJK Fo Ft

Rata-rataPerlakuan 1 13.0874 13.087

A 1 0.0922 0.092 5.3302 *B 1 0.0774 0.077 4.4789 * 4.11

AB 1 0.1210 0.121 6.9983 *Kekeliruan 36 0.6224 0.017

Total 40 14.0004

Page 55: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Keterangan :

A = Kelompok metode latihan beban.

B = Kelompok siswa berdasarkan klasifikasi power otot tungkai

AB = Interaksi antara kelompok latihan beban dengan power otot tungkai.

* = Tanda signifikan pada α = 0.05.

Tabel 10. Ringkasan Hasil Uji Rentang Newman Keuls.

KP A1B1 A2B2 A1B2 A2B1 RSTRerata 0.513 0.521 0.535 0.719

A1B1 0.513 - 0.008 0.022 0.206 * 0.1202A2B2 0.521 - 0.014 0.198 * 0.1447A1B2 0.535 - 0.184 * 0.1597A2B1 0.719 -

Keterangan ;

Yang bertanda * signifikan pada P < 0.05.

A1B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan

kriteria sampel power otot tungkai tinggi.

A1B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dengan

kriteria sampel power otot tungkai rendah

A2B1:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan

kriteria sampel power otot tungkai tinggi.

A2B2:Kelompok latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar dengan

kriteria sampel power otot tungkai rendah.

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Latihan lompat jauh gaya schnepper menggunakan Latihan beban dalam

dan Latihan beban luar dari hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran

2009/2010. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 =

5.3302 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti

hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan, latihan lompat jauh gaya

Page 56: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

schnepper menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya

schnepper.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Berdasarkan tingkat power otot tungkai yang dimiliki siswa putra kelas

VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, hasil

penelitian ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar

lompat jauh gaya schnepper. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan

diperoleh nilai F0 = 4.4789 lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf

signifikansi 5%. Ini artinya hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan

antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper .

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua faktor

menunjukkan ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai. Dari

hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 6.9983 ternyata lebih besar dari Ft = 4,11

(F0 > Ft) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa, latihan beban dan power otot tungkai ada interaksi terhadap

peningkatan hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut

mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.

Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada

perbedaan pengaruh yang signifikan metode latihan lompat jauh gaya schnepper

menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar

lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih

Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. (2) ada perbedaan yang signifikan

antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil

Page 57: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2

Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010. (3) ada interaksi antara metode

latihan beban dan power otot tungkai terhadap hasil belajar lompat jauh gaya

schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun

pelajaran 2009/2010. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan secara rinci

sebagai berikut:

1. Perbedaan Pengaruh Latihan Berbeban Menggunakan Latihan Beban

Dalam dan Latihan Beban Luar terhadap Kemampuan Lompat jauh.

Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa, ada

perbedaan pengaruh antara latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam

dan Latihan beban luar terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper. Pada

kelompok siswa yang diberi perlakuan latihan berbeban menggunakan Latihan

beban luar mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan kelompok

siswa yang diberi perlakuan latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo

sebesar 5.3302 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 0.192.

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh latihan

berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar terhadap

hasil belajar lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri

2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.

2. Perbedaan Pengaruh Power Otot Tungkai Tinggi Dan Power Otot

Tungkai Rendah Terhadap Kemampuan Lompat Jauh.

Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa, ada

perbedaan signifikan antara power otot tungkai tinggi dan power otot tungkai

rendah terhadap hasil belajar lompat jauh gaya schnepper.

Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo

4.4789 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 0.176. Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai

tinggi dan power otot tungkai rendah terhadap hasil belajar terhadap lompat jauh

Page 58: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar

tahun pelajaran 2009/2010, dapat diterima kebenarannya.

3. Interaksi antara Latihan Berbeban dan Power Otot Tungkai terhadap

Kemampuan Lompat Jauh.

Dari tabel 7 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama

penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel

sebagai berikut:

A1 A1

A2

A2

0.000.100.200.300.400.500.600.700.80

1 2

A1A2

B1

B1

B2 B2

0.000.100.200.300.400.500.600.700.80

1 2

B1B2

Gambar 8. Interaksi Latihan berbeban dan Power Otot Tungkai

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa, bentuk garis perubahan

besarnya nilai peningkatan hasil latihan lompat jauh gaya schnepper adalah

berpotongan. Ini artinya, antara latihan berbeban dan power otot tungkai terdapat

interaksi diantara keduanya. Dengan demikian dalam menerapkan latihan

berbeban perlu mempertimbangkan tingkat power otot tungkai tinggi dan tingkat

power otot tungkai rendah. Hal ini karena interaksi antara latihan berbeban dan

Page 59: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

power otot tungkai termasuk jenis interaksi indepanden. Dengan demikian

hipotesis yang menyatakan, ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot

tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas

VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010 dapat

diterima kebenarannya.

Page 60: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasannya yang telah diungkapkan

pada BAB IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam

dan Latihan beban luar terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper

pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun

pelajaran 2009/2010, pengaruh latihan berbeban luar lebih baik daripada

latihan berbeban dalam.

2. Ada perbedaan pengaruh antara power otot tungkai tinggi dan power otot

tungkai rendah terhadap kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran

2009/2010.

3. Ada interaksi antara latihan berbeban dan power otot tungkai terhadap

kemampuan lompat jauh gaya schnepper pada siswa putra kelas VIII SMP

Negeri 2 Matesih Karanganyar tahun pelajaran 2009/2010, dimana:

a) Power otot tungkai tinggi lebih cocok menggunakan latihan berbeban luar.

b) Power otot tungkai rendah lebih cocok dengan latihan berbeban dalam.

B. Implikasi

Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide yang

lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar

simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:

1. Secara umum dapat dikatakan bahwa latihan berbeban dan power otot tungkai

merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi peningkatan

kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

2. Latihan berbeban menggunakan Latihan beban luar ternyata memberikan

pengaruh yang lebih baik daripada latihan berbeban menggunakan Latihan

beban dalam terhadap hasil lompat jauh gaya schnepper. Hal ini karena, beban

Page 61: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac... · nomor lari terdiri atas: lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari gawang, lari sambung, dan lari cross country.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

luar memungkinan otot untuk mengadaptasi beban yang berasal dari luar

sehingga otot akan terbiasa dengan pembebanan.

3. Latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan beban luar

merupakan bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

lompat jauh gaya schnepper. Di samping itu juga, power otot tungkai yang

baik merupakan komponen yang dapat mendukung kemampuan lompat jauh

gaya schnepper.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan

kepada guru Penjaskes di SMP Negeri 2 Matesih Karanganyar sebagai berikut:

1. Untuk mencapai kemampuan lompat jauh gaya schnepper yang optimal harus

menguasai teknik lompat jauh gaya schnepper yang benar dan perlu dilatih

faktor-faktor yang mendukung kemampuan lompat jauh gaya schnepper di

antaranya power otot tungkai.

2. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper dapat

diterapkan latihan berbeban menggunakan Latihan beban dalam dan Latihan

beban luar. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, latihan berbeban

menggunakan Latihan beban luar lebih baik pengaruhnya terhadap

kemampuan lompat jauh gaya schnepper, sehingga latihan berbeban

menggunakan Latihan beban luar dapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh gaya schnepper.

3. Dalam usaha meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper , di

samping menerapkan latihan berbeban yang tepat, tingkat power otot tungkai

yang dimiliki siswa juga dapat mempengaruhi kemampuan lompat jauh gaya

schnepper. Untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya schnepper,

maka perlu mempertimbangkan tingkat power otot tungkai yang dimiliki

siswa.