UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 file2010 . 2 ABSTRAK PENGARUH COMPLAINT HANDLING, PERCEIVED...
-
Upload
truongminh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 file2010 . 2 ABSTRAK PENGARUH COMPLAINT HANDLING, PERCEIVED...
1
PENGARUH COMPLAINT HANDLING, PERCEIVED
QUALITY, PRODUCT IMAGE DAN CUSTOMER
SATISFACTION TERHADAP CUSTOMER LOYALTY
PONSEL NOKIA
(Studi pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat
untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ALDIANA YOFI SANDRA MAHARDIKA
NIM. F1206079
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
2
ABSTRAK
PENGARUH COMPLAINT HANDLING, PERCEIVED QUALITY, PRODUCT IMAGE, DAN CUSTOMER SATISFACTION TERHADAP
CUSTOMER LOYALTY PONSEL NOKIA (Studi pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta)
Oleh :
ALDIANA YOFI SANDRA MAHARDIKA NIM F1206079
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
customer loyalty (loyalitas konsumen) dalam menggunakan ponsel Nokia. Faktor-faktor tersebut antara lain: complaint handling, perceived quality, product image, dan customer satisfaction. Peneliti melihat bahwa perkembangan telepon selular (ponsel) pada saat ini cukup pesat dan berimbas semakin banyak pilihan konsumen untuk menggunakan ponsel dalam memenuhi kebutuhan untuk berkomunikasi. Peneliti merasa bahwa adanya penanganan keluhan pelanggan dan kesan kualitas konsumen akan berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen yang akan berimbas terhadap peningkatan atau penurunan citra produk untuk menimbulkan loyalitas pelanggan.
Penelitian ini merupakan penelitian kausal dengan metode survey. Target populasi penelitian ini adalah mahasiswa S1 pengguna ponsel Nokia di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sampel diambil sebanyak 150 responden dimana sampel adalah pelanggan yang pernah dan masih menggunakan ponsel Nokia serta pernah datang ke Nokia Care Center lebih dari satu kali dalam setahun untuk melakukan komplain.
Hasil studi ini mengindikasikan enam hipotesis dalam penelitian yang diuji berdasarkan analisis model structural (SEM) yang disimpulkan bahwa complaint handling berpengaruh terhadap customer satisfaction, customer satisfaction berpengaruh terhadap product image, product image berpengaruh terhadap customer loyalty, perceived quality berpengaruh terhadap customer satisfaction, perceived quality berpengaruh terhadap customer loyalty dan customer satisfaction berpengaruh terhadap customer loyalty.
Berdasarkan hasil penelitian, implikasi manajerial yang dapat penulis berikan untuk pihak perusahaan Nokia harus meningkatkan kualitas penanganan keluhan pelanggan , menambah jumlah tenaga pelayanan, menambah jaringan distribusi, serta merespon lebih cepat keinginan konsumen di Surakarta. Sedangkan untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat dikaji secara lebih mendalam dan akurat mengenai loyalitas pelanggan dengan menggeneralisasi hasil-hasil yang diperoleh pada konteks yang berbeda dan lebih luas, sehingga konsep-konsep yang diuji dalam model dapat ditingkatkan validitas eksternalnya. Kata kunci: complaint handling, perceived quality, product image, customer
satisfaction dan customer loyalty
3
4
5
HALAMAN PERSEMBAHAN
Alhamdulillah.........dengan penuh rasa syukur karya sederhana ini ku persembahkan setulus hati untuk orang-orang yang paling kucintai dan kusayangi… v Mami dan Papiku tercinta terima kasih atas perhatian, kasih
sayang, doa, materi, dan pengorbanannya sehingga aku menjadi seperti saat ini.
v Adik-adikku tercinta Eva dan Bagus terima kasih atas suportnya selama ini.
v Deemy Ariyadi tercinta thank’s banget atas semangat, sayang, doa, kesetiaan dan dukungannya selama ini.
v Pak Karsono, selaku dosen pembimbing akademik sekaligus pembimbing skripsiku, terima kasih atas bimbingan dan saran yang telah diberikan selama aku kuliah. Untuk Bu Dewi dan Pak Wiyono terima kasih telah memberikan nilai yang terbaik buat aku.
v Sahabat-sahabatku Nina, mbak Dhea, mbak Ida, Nova dan mbak Ririn thank’s bgt sudah banyak membantu aku selama aku kuliah. Habib, Akbar, Yanuar, Andrie, Robby, Joko, Karta, Arif, Hendro, Herin, Lala, Ayu, Titik, Dian, dan Feni terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.
v Teman-teman kos Arimbi dan teman-teman kos Immanuel. v Teman teman PSM di Excellio Motor Company thank’s
banget atas suport dan bantuannya hingga mengantarkanku menjadi The Best Marketing Manajer.
v Teman-teman yang sudah menemani aku selama pendadaran Dita, Nuri, Karta, Ayu, Lala, Endah, Ika, mbak Ida, Nova, Bolang, Marjoko, Nina, Mo’ong, Menying, Gokil, Habib, Herin, Eva, mbak Dhea, Titik, Risma, Tepe, Radepta, dan mas Tomi, thank’s banget supportnya.
v Teman-teman Non Reg 06 Ventri, Ade, Dema, Prima, Rita, Topan, Wawan, Yuda, Deni, Wahyu, Hera,Candra, Indra, Mariana, Asep, Agung, Gani, , dan teman-teman yang lain terima kasih atas doa dan kebersamaannya.
6
MOTTO
Allah tidak membebani sesorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.
(Q.S Al Baqarah 286)
Our parents is the best.
(Penulis)
Cinta dan kasih sayang orang tua tidak dapat dinilai dengan apapun.
(Penulis)
Nasehat-nasehat yang mampu memberikan inspirasi, jalan keluar,
dan membuka hati merupakan nasehat dari orang tua.
(Penulis)
7
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji hanya bagi ALLAH SWT atas
limpahan rahmat dan kemudahan-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Complaint Handling, Perceived Quality, Product
Image dan Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty Ponsel Nokia ( Studi
pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta )”. Skripsi ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
bimbingan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itulah penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin menyusun
skripsi.
2. Ibu Dra Endang Suhari.M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi yang telah menyetujui permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Drs.Wiyono, M.M selaku sekretaris Program Studi Non Reguler
Manajemen yang telah memberikan dukungan selama masa studi di Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4. Bapak Drs. Karsono, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus
pembimbing akademik yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis.
8
5. Bapak-Ibu dosen serta seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
6. Seluruh mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.
7. Mami dan Papiku tercinta. Terima kasih atas segalanya.
8. Adik-adikku Eva dan Bagus. Terima kasih atas semangat dan doanya.
9. Deemy Ariyadi. Kamu adalah sumber inspirasiku, selalu memberiku
semangat, dan selalu mendampingiku. Terima kasih atas segalanya.
10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan demi keutuhan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Surakarta, April 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …..…………………………………………………… i
ABSTRAK …………………………………………………………………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………. iv
HALAMANPERSEMBAHAN……………………………….……………… v
HALAMAN MOTTO.................…........……………………………………… vi
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……….………………………………………………………….ix
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… xiii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah................…………………………………..... 5
C. Tujuan Penelitian ……...………………………………………… 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
1. Bagi Peneliti............................................................................... 7
2. Bagi Perusahaan......................................................................... 7
3. Bagi Akademis............………………………………………… 7
10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................... 8
1. Complaint Handling ................................................................ 8
2. Perceived Quality........................................................................19
3. Product Image…………………………..…………………….. 30
4. Customer Satisfaction……………….………………………… 34
5. Customer Loyalty……………………………………………………...48
B. Penelitian Terdahulu …………………………………………….. 54
C. Kerangka Pemikiran …………………………………………….. 55
D. Hipotesis …………………………………………………………. 57
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian ………………………………………………… 62
B. Populasi,Sampel, dan Teknik Sampling………………………….. .64
1. Populasi ……………………………………………………… .64
2. Sampel ………………………………………………………. .64
3. Teknik Sampel………………………………………………….66
C. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional …………………. .66
1. Pengukuran Variabel …………………………………………. .67
2. Definisi Operasional ….………………………………………...67
D. Instrumen Penelitian dan Skala Pengukuran………………………..71
E. Sumber Data……………................................……………………...72
11
F. Metode Analisis Data........................................................................72
1. Uji Validitas ............................................................................. 72
2. Uji Reliabilitas ......................................................................... 73
G. Estimasi dan Pengujian Model Struktural.........................................74
1. Asumsi Kecukupan Sampel…………………………............... 74
2. Asumsi Normalitas…………………….……………………… 74
3. Asumsi Outliers…………………………………………………75
4. Evaluasi Atas Kinerjja Kriteria Goodness of Fit……………….76
a. Chi Square …………………………………………………………76
b. Nilai Incremental Fit Index………………………………………76
c. Goodness of Fit Index (GFI)……………………………………..76
d. Goodness of Fit Index………………………………………..76
e. Root mean Square Error of Approximation (RMSEA)……….77
f. Adjusted Goodness Fit of Index (AGFI)…………………….77
g. Tucker Lewis Index (TLI)………………………………………..77
h. Normed Fit Index……………………………………………78
i. Comparative Fit Index (CFI)……………………………………78
j. Normed Chi Square (CMIN/DF)………………………………..78
5. Pretest…………………………………………………………..79
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ……………………………… 81
1. Nokia Corporation ………………………………………….. 81
12
2. Sejarah Nokia………………………………………………….. 82
3. Daftar Produk Nokia……………………………………………84
4. Visi dan Strategi……………………………………………….. 86
B. Analisis Deskriptif Responden……………………………………..86
C. Tanggapan Responden ..………………………………………… 89
D. Tabulasi Respon Responden atas Pertanyaan Terbuka……………100
E. Analisis Data……………………………………………………….101
1. Uji Validitas…………………………………………………….101
2. Uji Reliabilitas…………………………………………………..103
F. Uji Asumsi Model…………………………………...……………..105
1. Asumsi Kecukupan Sampel………………………………….....105
2. Normalitas Data………………………………………………..105
3. Evaluasi Outliers……………………………………………….107
4. Uji Hipotesis……………………………………………………108
G. Interpretasi hasil Penelitian dan Pembahasan………………………117
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………….127
B. Keterbatasan Penelitian ………………………………………..130
C. Saran …………………………………………………………..130
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………133
LAMPIRAN
13
DAFTAR GAMBAR Halaman GAMBAR
1. Proses Pemulihan Produk/Jasa dalam Penanganan Keluhan
Pelanggan……..............................................................................................13
2. Arti Penting Perceived Quality…………………….……………………… 27
3. Kepuasan Konsumen…………………………………….…………………36
4. Tingkat Loyalitas Konsumen………………………………………………53
5. Kerangka Pemikiran………………………………………………………..55
6. Path Analisis Diagram Model Penelitian………………………………….117
14
DAFTAR TABEL Halaman
TABEL
1. IV.1 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin……….88
2. IV.2 : Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fakultas ………. 88
3. IV.3 : Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Complaint Handling…. 90
4. IV.4: Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Perceived Quality…..…. 92
5. IV.5: Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Product Image…………. 94
6. IV.6: Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Customer Satisfaction…. 96
7. IV.7: Deskripsi Tanggapan Responden terhadap Customer Loyalty……….98
8. IV.8: Tabulasi Respon Responden atas Pertanyaan Terbuka ……….…… 100
9. IV.9 : KMO and Bartlett’s Test……………………………………………102
10. IV.10 : Hasil Faktor Analisis…………..………………………….……….103
11. IV.11 : Hasil Uji Reliabilitas………………………………………..……..104
12. IV.12 : Hasil Uji Normalitas…………………..…………………….……..106
13. IV.13 : Jarak Mahalanobis Data Penelitian……………..…………….……108
14. IV.14 : Hasil Goodness of Fit Model………………………………..……..109
15. IV.15 : Regression Weights………………………...………………………111
16. IV.16 : Standardized Direct Effects (Group Number 1-Default Model)……112
17. IV.17 : Standardized Indirect Effects (Group Number 1-Default Model).…112
18. IV.18 : Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan Total…………………..113
15
DAFTAR LAMPIRAN Halaman LAMPIRAN
1. Kuesioner………………………..………………………………………….
2. Pretest….…………………………………………………………………....
3. Sampel Besar………………………………………………………………....
4. Output SEM…………………………………………………………………...
16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persaingan dalam dunia usaha akan semakin kompetitif, konsumen
semakin menuntut, sehingga perusahaan harus bekerja lebih keras lagi
untuk menjaga pertumbuhan usahanya. Pemasar harus dapat melihat
berbagai factor yang dapat mempengaruhi pembeli dalam memperoleh
kepuasan dan akhirnya tercipta loyalitas konsumen.
Dewasa ini perkembangan teknologi terasa sangat cepat. Hal
tersebut menuntut manusia untuk mengikuti perkembangan teknologi yang
ada, terutama teknologi komunikasi. Telepon genggam (handphone) atau
ponsel yang dahulu menjadi sesuatu yang istimewa karena hanya kalangan
tertentu yang bisa menikmati, seiring berkembangnya jaman setiap orang
mampu memilikinya.
Berbagai jenis handphone ditawarkan dengan berbagai keunggulan.
Dari banyaknya produsen handphone yang ada, Nokia merupakan salah
satu produsen handphone yang berhasil mendapatkan tempat di
masyarakat. Nokia dikenal sebagai produsen handphone berkualitas
tinggi, selain itu juga merupakan produsen yang selalu berinovasi pada
produk yang dihasilkannya. Inovasi dan kualitas handphone Nokia
menetapkan Nokia sebagai salah satu pemimpin pasar dalam industry
telekomunikasi.
17
Tetapi, dengan semakin banyaknya pesaing-pesaing, dan berusaha
mempososikan produknya di benak konsumen, maka perlu penelitian lebih
lanjut mengenai kepuasan dan loyalitas konsumen pada handphone Nokia.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang elemen-elemen complaint handling
(penanganan keluhan pelanggan), perceived quality (kesan kualitas),
product image (citra produk), dan customer satisfaction( kepuasan
konsumen) dan pengukurannya sangat diperlukan untuk meningkatkan
eksistensi suatu produk sehingga akan menyebabkan customer loyalty
(loyalitas konsumen).
Perceived quality (kesan kualitas) dilihat sebagai pandangan
konsumen dari keseluruhan penampilan, penghargaan, atau keunggulan
relative dari sebuah merek dibandingkan dengan merek lainnya.
Perceived quality cenderung pada sebuah sikap menduga dari sebuah
merek dengan dugaan yang cenderung mengglobal dari sebuah capaian
relaatif merek pada merek lainnya (Aaker keller, Zeithhaml dalam
Netemeyer, et al , 2004).
Image (citra) dipandang sebagai serangkaian anggapan, ide-ide
atau kesan seseorang terhadap suatu obyek (Kotler, 2000 : 553). Citra
merupakan persepsi konsumen tentang kualitas yang berkaitan dengan
merek/nama perusahaan. Pada tingkat produk, citra produk ( product
image ) diartikan sebagai persepsi atau gambaran dari suatu produk yang
diperoleh dari suatu informasi / pengalaman yang ditangkap oleh
konsumen / masyarakat ( Public Relations PT.CCBI-CJ). Sebagai
18
konsekuensi dari pengaruh citra, citra dapat mendukung atau merusak
nilai yang konsumen rasakan terhadap barang/jasa. Sehingga citra yang
baik akan dapat meningkatkan atau menutup kekurangan pelayanan yang
dirasakan oleh konsumen dan sebaliknya citra yang buruk akan
memperburuk pelayanan yang dirasakan konsumen.
Untuk menghindari agar tidak terjadi perbedaan persepsi tentang
apa yang diberikan perusahaan dengan apa yang dibutuhkan dan
diharapkan oleh pelanggan, perusahaan membutuhkan manajemen yang
dapat mengidentifikasi kebutuhan konsumen secara tepat. Oleh sebab
itulah diperlukan tempat dimana konsumen dapat memberikan keluhan
jika terjadi sesuatu dengan produk yang telah dibeli, yaitu dengan adanya
complaint handling yang biasanya diwujudkan dengan adanya service
center dengan pelayanan oleh customer service. Dari sinilah kemudian
customer satisfaction (kepuasan konsumen) akan tercapai.
Customer satisfaction (kepuasan konsumen) adalah hasil dari
perbandingan konsumen dari harapan sebelum melakukan pembelian
dengan persepsi setelah membeli (Soderlund dan Vilgon, 1999).
Kepuasan adalah tingkat perasaan setelah membandingkan kinerja (atau
hasil) yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya. (Kotler, 2003).
Customer loyalty (loyalitas konsumen) adalah komitmen yang
dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk
atau jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga
menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun
19
pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan
perilaku beralih merek (Oliver dalam Tjiptono, 2005) .
Maka, diharapkan dengan adanya perceived quality dan complaint
handling yang baik akan menimbulkan customer satisfaction (kepuasan
konsumen) sehingga akan mengarah kepada peningkatan product image
yang pada akhirnya menimbulkan customer loyalty (loyalitas konsumen).
Studi ini diarahkan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mampengaruhi customer loyalty (loyalitas konsumen) dalam
menggunakan ponsel Nokia yang menyangkut complaint handling,
perceived quality, product image, dan customer satisfaction. Melalui studi
ini diharapkan agar faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam
menggunakan ponsel Nokia dapat diketahui.
Secara spesifik obyek yang digunakan dalam studi ini adalah
mahasiswa pengguna ponsel Nokia di Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Obyek penelitian yang digunakan adalah mahasiswa program
studi S1 di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mahasiswa dipilih
sebagai sampel penelitian dengan berbagai pertimbangan yaitu dari sudut
pandang akademis bahwa mahasiswa lebih mengerti dan memahami
tentang arti serta manfaat penelitian, sedangkan sebagian besar masyarakat
umum tidak begitu mengerti apa arti dan manfaat diadakannya penelitian.
Dari sudut pandang konsumen, peneliti merasa bahwa sebagian besar
jumlah pengguna ponsel adalah dari kalangan akademisi terutama
mahasiswa. Masyarakat secara umum juga kurang begitu mengerti akan
20
product knowlegde ponsel Nokia, oleh karena itu dari segi pengetahuan
(knowledge) mahasiswa dipilih karena mahasiswa dianggap lebih kritis
dan responsive dalam menanggapi sebuah opini daripada masyarakat luas.
Program studi Strata 1 ( S1 ) dipilih dengan pertimbangan bahwa tidak
semua fakultas memiliki program studi lain seperti Diploma 3 ( D3 ) atau
Magister ( S2 ), selain itu juga karena jumlah mahasiswa S1 lebih banyak
sehingga memudahkan pemerataan pengambilan sampel dalam penelitian.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mencoba
mengambil judul : “Pengaruh Complaint Handling, Perceived Quality,
Product Image dan Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty
Ponsel Nokia (Studi pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah complaint handling berpengaruh terhadap customer
satisfaction ponsel Nokia ?
2. Apakah customer satisfaction berpengaruh terhadap product image
ponsel Nokia ?
3. Apakah product image berpengaruh terhadap customer loyalty
ponsel Nokia ?
21
4. Apakah perceived quality berpengaruh terhadap customer
satisfaction ponsel Nokia ?
5. Apakah perceived quality berpengaruh terhadap customer loyalty
ponsel Nokia ?
6. Apakah customer satisfaction berpengaruh terhadap customer
loyalty ponsel Nokia ?
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh complaint handling terhadap
customer satisfaction ponsel Nokia
b. Untuk menganalisis pengaruh customer satisfaction terhadap
product image ponsel Nokia
c. Untuk menganalisis pengaruh product image terhadap customer
loyalty ponsel Nokia ?
d. Untuk menganalisis pengaruh perceived quality terhadap customer
satisfaction ponsel Nokia ?
e. Untuk menganalisis pengaruh perceived quality terhadap customer
loyalty ponsel Nokia ?
f. Untuk menganalisis pengaruh customer satisfaction terhadap
customer loyalty ponsel Nokia.
22
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
lebih dalam lagi kepada peneliti mengenai pengaruh complaint
handling, perceived quality, product image, dan customer
satisfaction terhadap customer loyalty ponsel Nokia di kalangan
mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada
perusahaan-perusahaan khususnya Nokia agar dapat menjadi
pedoman untuk tambahan informasi dan bahan pertimbangan
dalam merencanakan strategi pengambilan keputusan dan
menentukan kebijakan yang berkaitan dengan penanganan keluhan
konsumen, menanamkan kesan kualitas dan citra produk di benak
pelanggan, sehingga dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan
loyalitas pelanggan.
3. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi
bagi penelitian-penelitian berikutnya dan diharapkan peneliti
berikutnya mampu memperbaiki dan melengkapi kekurangan
dalam penelitian ini.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.LANDASAN TEORI
1. Complaint Handling (Penanganan Keluhan Pelanggan)
a. Arti Complaint Handling
Complaint merupakan sebuah aksi yang dilakukan oleh seseorang,
yang di dalamnya termasuk mengkomunikasikan sesuatu yang negatif
terhadap produk atau pelayanan yang dibuat atau dipasarkan (Oxford pocket
dictionary, 2005). Perusahaan harus mempunyai sebuah sistem pemulihan
produk/jasa (service recovery) yang efektif dan efisien agar semua keluhan
yang masuk dapat ditangani dengan cepat dan baik. Sangat penting bagi
sebuah perusahaan untuk memiliki strategi pemulihan layanan yang efektif
karena satu keluhan saja dapat berakibat menghancurkan kepercayaan
pelanggan kepada perusahaan.
“Complaint handling merupakan suatu usaha dari perusahaan yang
mendorong pelanggan yang kecewa untuk melakukan pengaduan dan juga
memampukan karyawan untuk memulihkan situasi saat itu juga, sehingga
akan memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dan laba yang lebih besar
dibandingkan perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki pendekatan
sistematis untuk mengatasi kegagalan produk/pelayanan” (Kotler, 2003 :
503).
24
b. Respon Pelanggan
Pelanggan akan mengeluh bila merasa tidak puas. Mereka
mengeluh karena harapannya tidak terpenuhi. Dalam hal ketidakpuasan
ada beberapa kemungkinan tindakan yang bisa dilakukan pelanggan.
(Tjiptono, 1996 : 154), yaitu :
a. Tidak melakukan apa-apa.
Pelanggan yang tidak puas tidak melakukan keluhan, tetapi mereka
praktis tidak akan membeli atau menggunakan produk/jasa perusahaan
yang bersangkutan.
b. Melakukan complain
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi apakah seorang pelanggan
yang tidak puas akan melakukan keluhan atau tidak yaitu :
a. Derajat kepentingan konsumsi yang dilakukan
Hal ini berkaitan dengan derajat pentingnya produk yang
dikonsumsi dan harganya bagi konsumen, dan waktu yang
dibutuhkan untuk mengkonsumsi produk.
b. Tingkat kepuasan pelanggan
Semakin tidak puas seorang pelanggan, maka semakin besar
kemungkinannya pelanggan menyampaikan keluhan.
c. Manfaat yang diperoleh
Apabila manfaat yang diperoleh dari penyampaian keluhan besar,
maka semakin besar pula kemungkinan pelanggan akan
melakukannya.
25
d. Pengetahuan dan pengalaman
Hal ini meliputi jumlah pembelian sebelumnya, pemahaman akan
produk, persepsi terhadap kemampuan sebagai konsumen dan
pengalaman komplain sebelumnya.
e. Sikap pelanggan terhadap keluhan atau komplain
Pelanggan yang bersikap positif terhadap penyampaian keluhan
biasanya sering menyampaikan keluhannya karena yakin akan
manfaat positif yang akan diterimanya.
f. Tingkat kesulitan dalam mendapatkan ganti rugi
Faktor ini mencakup waktu yang dibutuhkan, gangguan terhadap
aktivitas rutin yang dijalankan, dan biaya yang dibutuhkan untuk
menyampaikan keluhan. Apabila tingkat kesulitan tinggi, maka
pelanggan cenderung tidak akan menyampaikan keluhan.
g. Peluang keberhasilan dalam menyampaikan keluhan
Bila pelanggan merasa bahwa peluang keberhasilannya dalam
menyampaikan keluhan sangat kecil, maka ia cenderung tidak akan
melakukannya.
c. Arti Penting Complaint Handling
“Penanganan keluhan-keluhan dan sistim penanganan komplain perlu
dibentuk sebelum produk dipasarkan ke masyarakat, karena tanpa
penanganan complain pelanggan dapat meragukan produk sehingga akan
26
berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan secara menyeluruh. ” (Johnson
et al., 2001: 230).
Karenanya, hubungan antara penanganan keluhan dan kepuasan harus
dibentuk sebelum produk dipasarkan. Berkenaan dengan permasalahan
tersebut, kepuasan pelanggan adalah suatu fungsi dari nilai yang dan mutu
yang dirasakan, penanganan harapan-harapan dan keluhan di dalam fungsi
harapan pelanggan. (Sekar Aydin et al. 2005)
d. Manfaat Complaint Handling adalah :
a. Organisasi semakin tahu akan kelemahan atau kekurangannya dalam
memberikan produk/jasa kepada pelanggan
b. Sebagai alat introspeksi diri organisasi untuk senantiasa responsif dan
mau memperhatikan ‘suara’ dan ‘pilihan’ pelanggan
c. Mempermudah organisasi mencari jalan keluar untuk meningkatkan
mutu produk/pelayanannya
d. Bila segera ditangani , pelanggan merasa kepentingan dan harapannya
diperhatikan.
e. Dapat mempertebal rasa percaya dan kesetiaan pelanggan kepada
perusahaan.
f. Penanganan complain yang benar dan berhasil dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan.
27
e. Dampak Complaint Handling
Dampak penanganan komplain dapat ditelusuri melalui penyempurnaan
sistem produk (Tahap 4) dan melalui dampak langsung penanganan keluhan
pelanggan terhadap kepuasan (Tahap 2).
1. Identifikasi kegagalan produk/jasa
Hambatan terbesar dalam upaya penanganan komplain dan
organization learning adalah fakta bahwa hanya sekitar 5-10% dari
pelanggan yang tidak puas yang melakukan komplain atas
kegagalan produk (TARP, 1986). Sebagian besar dari mereka
justru memilih beralih pemasok atau berusaha ‘membalas dendam
dengan jalan menyampaikan komentar negatif kepada pihak-pihak
lain. Riset yang dilakukan Tax & Brown (1998) mengidentifikasi
empat penyebab utama mengapa pelanggan enggan menyampaikan
komplain, yakni (1) pelanggan yakin bahwa perusahaan
bersangkutan tidak akan responsive; (2) mereka enggan
mengonfrontasikan tanggung jawab individual atas kegagalan
produk yang terjadi; (3) mereka kurang memahami hak-hak
mereka dan tanggung jawab perusahaan; dan (4) mereka
mengkhawatirkan biaya tinggi berkenaan dengan waktu dan usaha
yang harus dikeluarkan pada saat menyampaikan komplain.
28
Gambar 1
Proses Pemulihan produk/Jasa
dalam Penanganan Keluhan Pelanggan
Sumber : (Tax and Brown,1998:76)
2. Pemecahan masalah pelanggan
Berbagai riset menunjukkan bahwa sebagian besar dari
komplain yang dikemukakan menyangkut pengalaman pelanggan
yang mereka persepsikan sebagai masalah serius (Singh, 1990;
Tax, et al., 1988; Tax and Brown, 1998; Sheth, et al., 1999). Oleh
Tahap 1 Identifikasi Kegagalan Produk/jasa
Tahap 2 Pemecahan
Masalah Pelanggan
Kepuasan Pelanggan Individual
Mewujudkan Loyalitas Pelanggan
Kepuasan Pelanggan
Keseluruhan
Perbaikan Sistem
Produk/Jasa
Tahap 4 Integrasi Data dan Perbaikan Produk/Jasa Keseluruhan
Tahap 3 Komunikasi
dan Klasifikasi Kegagalan
Produk/Jasa
Mempertahan- kan Loyalitas
Pelanggan
Profit
29
sebab itu, bila pelanggan sampai melakukan komplain, mereka
sangat mengharapkan tindakan dan perlakuan yang adil.
Persepsi mereka terhadap keadilan (fairness atau justice)
dibentuk atas dasar penilaian mereka terhadap tiga aspek
pemulihan jasa, yakni (1) outcomes, (2) procedural features, dan
(3) interactional treatmen”. Outcome fairness berkenaan dengan
hasil yang diterima pelanggan dari komplain. Procedural fairness
berkaitan dengan kebijakan, peraturan, dan ketepatan waktu proses
komplain. Sedangkan interactional fairness menyangkut perlakuan
interpersonal yang didapatkan selama proses komplain. (Tax and
Brown, 1998).
3. Komunikasi dan klasifikasi kegagalan produk/ jasa
Banyak perusahaan yang tidak mendokumentasi dan
mengkategorikan komplain secara memadai, akibatnya, proses
belajar dari pengalaman menjadi terhambat. Situasi semacam ini
biasanya disebabkan oleh 4 faktor.
a. Pertama, dalam banyak kasus karyawan kurang perhatian dalam
mendengarkan uraian atau penjelasan rinci pelanggan mengenai
masalah yang terjadi.
b. Kedua, banyak karyawan dan manajer yang lebih suka
menghindari tanggung jawab atas masalah yang terjadi.
Sebaliknya, mereka cenderung menyalahkan pelanggan.
30
c. Ketiga, banyak komplain yang tidak pernah ditangani atau
diselesaikan. Pelanggan telah menyampaikan komplain via
telepon, langsung ke karyawan, serta mengirim surat komplain,
namun tetap saja tidak ada tindak lanjut.
d. Keempat, banyak pula perusahaan yang tidak memiliki
pendekatan sistematis dalam mengumpulkan dan
mendistribusikan informasi komplain kepada setiap individu
yang bertanggung jawab atas proses yang bermasalah. Lantas,
apa yang bisa dilakukan dalam angka mendata,
menyebarluaskan dan mengklasifikasikan komplain secara baik?
Berbagai praktik yang diidentifikasi dalam tahap 1 dan 2 proses
pemulihan jasa juga dapat digunakan dalam tahap 3 ini. Sebagai
contoh, call centers mencatat data rinci mengenai setiap
komplain dan memastikan bahwa informasi tersebut dapat
diakses atau didistribusikan kepada semua manajer dan
karyawan yang membutuhkannya. Penekanan aspek pemulihan
jasa dalam pelatihan karyawan lini depan dan pembentukan
sikap belajar dari kesalahan sangat penting dalam rangka
mendorong agar setiap komplain dilaporkan secara internal.
4. Integrasi data dan penyempurnaan produk/jasa keseluruhan
Pada umumnya pelanggan cenderung hanya ingin
menyampaikan komplain mengenai masalah-masalah yang mereka
persepsikan penting. Oleh sebab itu, komplain mencerminkan
31
bentuk informasi pasar yang sangat berharga. Akan tetapi,
pelanggan jarang sekali melakukan komplain manakala terjadi
kegagalan produk/jasa. Implikasinya, perusahaan yang ingin
menyempurnakan kualitas produk/jasanya harus mengupayakan
sumber informasi tambahan lewat manajemen data. Tujuan
manajemen data ini adalah untuk memastikan bahwa organisasi
mendapatkan informasi yang relevan, kredibel, dan tepat waktu,
serta menyebarluaskannya kepada setiap anggota organisasi yang
terlibat dalam keputusan investasi kualitas produk/jasa.
f. Prinsip Dasar Sistem Penanganan Complaint
a. Mudah diakses dan dipublikasikan dengan sempurna
b. Kecepatan pelayanan dengan batas waktu complain yang pasti dan
menjaga agar pelanggan terus mengetahui perkembangan perbaikan
produknya.
c. Konfidensial , untuk melindungi pelanggan yang menyampaikan
complain.
d. Informatif , memberikan informasi yang cukup bagi pimpinan sehingga
pelayanan komplain bisa senantiasa ditingkatkan.
e. Mudah difahami dan digunakan
f. Jujur , dengan menyediakan prosedur lengkap untuk memperbaikinya.
g. Effektif , setiap keluhan ditangani dengan menggunakan instrument,
teknisi, dan alternatif yang tepat.
32
h. Terus-menerus dimonitor dan diaudit , untuk memastikan
masalah/perbaikan telah diselesaikan dengan sempurna.
g. Keberhasilan Complaint Handling
Keberhasilan manajemen komplain dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut
a. Personal Factors --- yaitu faktor keahlian, rasa percaya diri, motivasi dan
komitmen masing-masing aparat pelayanan
b. Leadership Factors --- yaitu faktor kualitas dorongan, bimbingan dan
dukungan yag diberikan oleh atasan dan pimpinan tim
c. Team Factors --- yaitu faktor kualitas dukungan dari seluruh anggota tim
pelayanan
d. System Factors --- yaitu faktor sistem kerja yang handal dan fasilitas
yang memadai yang disediakan oleh organisasi pelayanan
e. Contextual ( Situational ) Factors --- yaitu situasi dan kondisi lingkungan
baik internal maupun eksternal.
h. Syarat-syarat Bagi Sistem & Prosedur Komplain yang Baik
Berikut ini adalah syarat-syarat bagi system dan prosedur komplain yang
baik :
a. Adanya keterlibatan dan komitmen yang kuat dari pimpinan
pelayanan dengan menetapkan sumber dan pelatihan staf pelayanan
yang tepat;
b. Mengakui dan melindungi hak-hak pelanggan dan staf;
33
c. Tersedianya sistem dan prosedur complain yang terbuka, efektif dan
mudah utk diikuti bagi pelanggan;
d. Memanfaatkan umpan balik dari luar seperti lembaga konsumen dsb,
e. Terus-menerus memonitor keluhan pelanggan agar perusahaan dapat
senantiasa meningkatkan mutu pelayanannya; dan
f. Mengaudit efektivitas pelaksanaan sistem dan prosedur complain yang
telah ada.
i. Pendekatan Positif terhadap Komplain
Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan positif terhadap Komplain :
a. Tersedianya prosedur complain yang standar pada semua bagian.
b. Semua staf terlatih dan sadar akan tanggung jawabnya menangani
complain dan memahami dengan baik prosedurnya
c. Semua aparat sadar dan faham akan prosedur complain dengan seluruh
detailnya.
d. Tersedianya informasi yang adekuat bagi masyarakat tentang aktivitas
aparat dan masalah-masalah untuk meminimalkan complain.
e. Adanya peluang bagi pelapor keluhan ( komplainan ) untuk
mendiskusikan atau mengklarifikasi keluhan.
f. Adanya informasi tentang peran customer service bila komplainan tidak
memperoleh kepuasan..
g. Adanya titik kontak atau pusat informasi tentang prosedur complain dan
cutomer service lokal yang bisa dihubungi.
34
2. Perceived Quality
1. Definisi Kualitas
Kualitas didefinisikan sebagai suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, daan lingkungan yang
memenuhi haarapan. Kualitas produk menunjukan ukuran tahan lamanya
produk itu, dapat dipercayainya produk tersebut, ketepatan (precision)
produk, mudah mengoperasikan dan memeliharanya serta atribut lain yang
dinilai. Dari segi pandang pemasaran, kualitas diukur dalam persepsi
pembeli tentang kualitas produk tersebut. (Davis dalam Yamit, 2004 : 8)
Kualitas dapat menjadi obyektif dan subyektif. Obyektif kualitas
adalah suatu pendekatan didasarkan pada tawaran dan dapat dikendalikan, di
dalam suatu perusahaan oleh tenaga ahli. Kualitas merupakan bagian
tersebut bagian terbesar dari kesan pelanggan terhadap produk dan
pelayanan (Martinich dalam Yamit, 2004 : 11).
Kualitas secara luas dapat didefinikan sebagai keunggulan aatau
mutu yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa Perceived Quality
adalah penilaian konsumen tentang keunggulan dan mutu yang baik dari
sebuah produk (Zeithaml 1998).
2. Definisi Perceived Quality
1. Pengertian
Perceived quality (kesan kualitas) digambarkan sebagai derajat
tingkat mutu suatu produk atau jasa sebagai kunci dari persyaratan-
35
persyaratan pelanggan dan bagaimana dapat mempercayai produk yang
dipasarkan yang memiliki kelebihan dan keandalan.(NQRC, 1995:5).
Perceived quality sebagai penilaian subyektif konsumen tentang
sebuah produk secara keseluruhan tentang kebaikan atau keunggulannya.
Pengalaman pribadi akan sebuah produk, kebutuhan dan situasi saat
mengkonsumsi produk dapat mempengaruhi penilaian subyektif
konsumen tentang kualitas. (Zeithaml dalam Yoo, 2000)
Perceived quality adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan
kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan
dengan maksud yang diharapkan. Perceived quality yang tinggi
menunjukkan bahwa melalui pengalaman jangka panjang dengan produk,
konsumen mengakui perbedaan dan keunggulan dari suatu produk.
Perceived quality merupakan komponen nilai dari suatu produk, karena
itulah perceived quality yang tinggi akan menuntun seorang konsumen
untuk memilih sebuah produk dari produk - produk lain yang sedang
bersaing. (Zeithaml dalam Yoo , 2000). Perceived quality sebagai
kepercayaan atau keyakinan secara keseluruhan dari kebaikan yang
diterima dari sebuah produk. (Monroe dan Krishnan dalam Chapman dan
Wahlers, 1999)
Ketika membuat kesimpulan tentang kualitas, konsumen lebih
mungkin untuk menggunakan informasi yang dapat diakses, nyata, dan
mudah diproses (Hansen dan Zinkhan dalam Johnson dan Folkes (2006)).
Suatu jenis informasi yang memenuhi kebutuhan ini adalah macam-
36
macam produk buatan perusahaan. Beberapa studi sudah mengusulkan
bahwa konsumen menggunakan jenis dan kualitas dari salah satu produk
perusahaan untuk menyimpulkan kualitas produk lainnya (Aaker dan
Keller, Boush dan Loken dalam Johnson dan Folkes :2006).
2. Dimensi Perceived Quality
Kesan kualitas produk dipengaruhi oleh beberapa faktor atau dimensi
(Aaker, 1997:133) yaitu :
1. Konteks kualitas produk yang terbagi menjadi :
a. Kinerja yang melibatkan berbagai karakteristik operasional produk
yang utama.
b. Karakteristik produk, yaitu elemen sekunder dari produk atau
bagian-bagian tambahan dari produk, sehingga pembeda penting
ketika dua produk tanpa identik, karakteristik produk akan
menunjukkan bahwa perusahaan memahami kebutuhan para
pengguna produk tersebut.
c. Kesesuaian dengan spesifikasi, artinya tidak ada produk yang cacat
sehingga merupakan penilaian mengenai kualitas proses
manufaktur.
d. Keandalan, adalah konsistensi kinerja produk dari satu pembelian
hingga pembelian berikutnya dan presentasi waktu yang dimiliki
produk untuk berfungsi sebagai mana mestinya.
e. Ketahanan yang mencerminkan kehidupan ekonomis dari produk
tersebut.
37
f. Pelayanan yang mencerminkan kemampuan perusahaan
memberikan pelayanan sehubungan dengan produk tersebut
g. Hasil akhir (Fit & Finish), yang menunjukkan saat munculnya atau
dirasakan kualitas produk. Asumsinya adalah jika perusahaan tidak
bisa menghasilkan produk dengan hasil akhir yang baik maka
produk-produk tersebut mungkin tidak akan mempunyai atribut
kualitas lain yang lebih penting.
2. Konteks kualitas jasa, kesan kualitas akan memberikan nilai
sebagai bagian dari ekuitas merek (Aaker, 1997:126), yaitu:
a. Alasan untuk membeli.
Dalam banyak situasi kesan kualitas suatu merek akan memberikan
alasan yang penting bagi pelanggan untuk membeli merek tersebut.
Karena ketertarikannya dengan keputusan pembelian, kesan kualitas
mampu mengefektifkan semua elemen pada program pemasaran.
Apabila kesan kualitas suatu merek tinggi, kemungkinan besar
upaya periklanan dan promosi yang dilancarkan akan efektif.
b. Diferensiasi atau posisi.
Karakteristik penting dari merek adalah posisinya dalam dimensi
kesan kualitas, yaitu apakah merek tersebut berharga, optimum atau
ekonomis dan apakah merek tersebut merupakan yang terbaik atau
hanya sekedar kompetitif terhadap merek-merek lain.
38
c. Harga optimum.
Kesan kualitas memberikan pertimbangan bagi perusahaan dalam
menetapkan harga optimum (price optimum) yang dapat
meningkatkan laba dan memberikan sumber daya untuk melakukan
reinvestasi atas merek tersebut.
d. Minat saluran distribusi.
Kesan kualitas dapat membantu memperluas jangkauan distribusi
pencitraan saluran distribusi akan dipengaruhi oleh produk yang
masuk dalam saluran distribusi tersebut. Saluran distribusi juga dapat
menawarkan produk-produk dengan kualitas tinggi dengan harga
yang menarik untuk menguasai lalu lintas distribusi tersebut.
e. Perluasan merek.
Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara memperkenalkan
berbagai perluasan merek yaitu dengan menggunakan merek tertentu
untuk masuk ke dalam berbagai kategori produk baru. Merek yang
kuat akan sanggup untuk meluaskan diri dan akan mempunyai
kemungkinan sukses yang lebih besar. Kualitas merupakan hal
penting dalam sebuah produk karena konsumen mengeluarkan biaya
untuk membeli hasil atau kualitas dari produk tersebut. Ketika
produsen berbicara kualitas maka yang dianggap penting adalah
sesuatu hal yang diterima konsumen tanpa protes setelah proses
pembelian bahkan menjadi loyal terhadap produk tersebut.
39
Konteks kualitas jasa, kesan kualitas akan memberikan nilai
sebagai bagian dari ekuitas merek yaitu : Alasan untuk membeli
untuk masuk kedalam berbagai kategori produk. Sebuah merek yang
kuat dalam hal kesan kualitas akan sanggup untuk meluaskan diri dan
akan mempunyai kemungkinan sukses yang lebih besar dibandingkan
merek yang mempunyai kesan kualitas yang lebih rendah. (Aaker,
1997 : 126). Kualitas merupakan hal penting dalam sebuah produk
karena konsumen ketika mengeluarkan biaya untuk membeli produk
yang dibeli adalah hasil atau kualitas dari produk tersebut. Ketika
produsen berbicara kualitas maka yang dianggap penting adalah
sesuatu hal yang diterima oleh konsumen tanpa protes atau komplain
setelah proses pembelian bahkan menjadi loyal terhadap produk
tersebut.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perceived Quality
Perceived Quality sangat berbeda dengan objective dan actual
quality tetapi sesuatu hal yang memiliki level sangat tinggi dibanding
dengan atribut spesifik dari produk.
Kualitas merupakan hal penting dalam sebuah produk karena
konsumen mengeluarkan biaya untuk membeli hasil atau kualitas dari
produk tersebut. Ketika produsen berbicara kualitas maka yang dianggap
penting adalah sesuatu hal yang diterima konsumen tanpa protes setelah
proses pembelian bahkan menjadi loyal terhadap produk tersebut.
40
Alasan untuk membeli Diferensiasi / posisi
Kesan kualitas Harga optimum
Minat saluran distribusi Perluasan merek
Gambar 2
Arti Penting Perceived Quality
Sumber : (Aaker, 1997:126)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesan kualitas dapat dibagi menjadi
tujuh (Aaker, 1997:134), yaitu:
1. Kinerja.
Melibatkan berbagai karakteristik operasional utama, misalnya
karakteristik operasional mobil adalah kecepatan, akselerasi, sistem
kemudi, serta kenyamanan. Karena faktor kepentingan pelanggan
berbeda satu sama lain. Seringkali pelanggan mempunyai sikap yang
berbeda dalam menilai atribut-atribut kinerja ini. Kecepatan akan
diberi nilai tinggi oleh sebagian pelanggan, namun dianggap tidak
relevan atau dinilai rendah oleh sebagian pelanggan lain yang lebih
mementingkan atribut kenyamanan.
2. Pelayanan.
Mencerminkan kemampuan memberikan pelayanan pada produk
tersebut. Misalnya mobil dengan merek tertentu menyediakan servis
mobil 24 jam.
41
3. Ketahanan.
Mencerminkan umur ekonomis dari produk tersebut.
4. Keandalan.
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk dari satu
pembelian ke pembelian berikutnya.
5. Karakteristik produk.
Bagian-bagian tambahan dari produk (feature), seperti remote control
sebuah video atau tape deck, sistem GPRS untuk telpon genggam.
Penambahan ini biasanya digunakan sebagai pembeda yang penting
ketika dua merek produk terlihat hampir sama. Bagian-bagian
tambahan ini memberikan penekanan bahwa perusahaan memahami
kebutuhan pelanggannya yang dinamis sesuai perkembangan.
6. Kesesuaian dengan spesifikasi.
Merupakan pandangan mengenai kualitas proses manufaktur (tidak
ada cacat produk) sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan dan
teruji.
7. Hasil.
Mengarah pada kualitas yang dirasakan. Yang melibatkan enam
dimensi sebelumnya. Jika perusahaan tidak dapat memproduksi
dengan hasil akhir yang baik, maka kemungkinan produk tersebut
tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang lebih penting.
42
4. Cara Membangun Perceived Quality
Upaya membangun kesan kualitas yang kuat perlu perhatian serius
agar perusahaan dapat merebut dan menaklukkan pasar di setiap kategori
produk. Membangun kesan kualitas harus diikuti dengan peningkatan
kualitas nyata dari produknya karena akan sia-sia meyakinkan pelanggan
bahwa kualitas merek produknya adalah tinggi bilamana kenyataan
menunjukkan kebalikannya. Pelanggan yang tidak puas akan merasa
kecewa sehingga dapat menyebabkan kemungkinan perpindahan merek
di kemudian hari. Intinya adalah jika pengalaman penggunaan dari para
pelanggan tidak sesuai dengan kualitas yang diposisikan, maka citra
kesan kualitas tidak dapat dipertahankan. Cara-cara membangun kesan
kualitas (Aaker, 1997:136), antara lain:
1. Komitmen terhadap kualitas.
Perusahaan harus mempunyai komitmen terhadap kualitas serta
memelihara kualitas secara terus menerus. Upaya memelihara kualitas
bukan hanya basa-basi tapi tercermin dalam tindakan tanpa
kompromi.
2. Budaya kualitas.
Komitmen kualitas harus terefleksi dalam budaya perusahaan, norma
perilakunya, dan nilai-nilainya. Jika perusahaan dihadapkan pada
pilihan kualitas dan biaya, maka kualitas yang harus dimenangkan.
43
3. Informasi masukan dari pelanggan.
Dalam membangun kesan kualitas, pelangganlah yang membangun
kesan kualitas. Para pimpinan sering keliru memperkirakan apa yang
dianggap penting oleh pelanggan. Untuk kartu kredit, misalnya para
manajer memperkirakan bahwa kemudahan memperoleh kartu kredit
adalah yang paling penting bagi pelanggan. Padahal bagi pelanggan,
keamanan dan jaminan terhadap kartu hilang adalah yang terpenting.
4. Sasaran / standar yang jelas.
Sasaran kualitas harus jelas dan tidak terlalu umum, karena sasaran
kualitas yang terlalu umum cenderung menjadi tidak bermanfaat.
Kualitas juga harus memiliki standar yang jelas, dapat dipahami dan
diprioritaskan. Terlalu banyak sasaran tanpa prioritas sama saja
dengan tidak mempunyai sasaran yang fokus, yang pada akhirnya
akan membahayakan kelangsungan perusahaan itu sendiri.
5. Kembangkan karyawan yang berinisiatif.
Karyawan harus dimotivasi dan diijinkan untuk berinisiatif serta
dilibatkan dalam mencari solusi masalah yang dihadapi dengan
pemikiran yang kreatif dan inovatif serta dilibatkan dalam
pengendalian kualitas layanan.
44
5. Hal-Hal yang Mempengaruhi Perceived Quality
Perceived quality sangat berbeda dengan objective dan actual
quality tetapi sesuatu hal yang memiliki level sangat tinggi disbanding
dengan atribut spesifik dari produk.
Banyak hal yang mempengaruhi sebuah Perceived quality
(Zeithenal, A Valerie ,1990:7), diantaranya adalah:
1. Atribut Intrinsik yang dimaksud dengan hal ini adalah hal-hal secara
langsung dapat terlihat oleh konsumen misalnya: warna, bahasa,
komposisi produk, wadah. Atribut intrinsik dari sebuah produk dapat
membantu konsumen untuk mengindikasikan kualitas barang tersebut
jadi memudahkan konsumen untuk mengevaluasi.
2. Harga produk yang dimaksud dengan hal ini adalah biaya yang harus
dikeluarkan oleh konsumen ketika konsumen membeli produk untuk
memenuhi kebutuhannya.
3. Reputasi yang dimaksud disini adalah suatu tingkatan rasa percaya
masyarakat terhadap suatu produk.
4. Merek produk yang dimaksud adalah mengenai dimensi atribut
intrinsic dari segi nama merek dan warna atau desain sebuah produk.
45
3. Product Image ( Citra Produk )
1. Pengertian
Product image (citra produk) dipandang sebagai suatu pilihan kesan
konsumen terhadap suatu potensi atau kelebihan yang nyata dari suatu
produk. Citra produk juga dipandang sebagai gambaran persepsi yang
diterima konsumen tentang subyektifitas suatu produk. (Kotler, 1980:321).
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih,
mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti didunia”. Persepsi yang berbeda menciptakan
segmentasi pasar, sehingga perusahaan harus hati-hati dalam membangun
suatu citra di masyarakat, apabila perusahaan salah dalam membangun citra
akan membuat masyarakat salah dalam mempersepsikan produk tersebut
(Kotler dan Armstrong, 1997:156).
Di dalam penelitian ini, product image (citra produk) yang dimaksud
dipandang sebagai suatu cara untuk mengindikasikan penilaian pelanggan
atas keseluruhan suatu produk dengan pertimbangan harga, kualitas produk,
kualitas pelayanan dan inovasi dalam menentukan tingkat kepuasan dan
kesetiaan terhadap suatu produk. ( Rita Faulant et al, 2008 ).
2. Arti Penting Citra Produk
Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin agar citra yang
ada pada konsumen adalah suatu citra yang positif sehingga kelangsungan
produksinya dapat terus berlangsung. Salah satu keberhasilan produk
ditentukan oleh citra (image). Citra yang positif dari konsumen (pemakai)
46
akan menguatkan posisi produk tersebut. Bila citra positif sebuah produk
sudah tertanam, konsumen akan mengalami ketergantungan yang sangat
kuat akan produk tersebut. Tetapi bila citra poduk sudah negative dimata
konsumen, maka konsumen perlahan-lahan akan pergi.
3. Pembentukan Citra Produk
Citra produk dapat terbentuk dari atribut-atribut yang ada pada produk
tersebut seperti :
a. Kualitas,
Mutu atau kualitas berarti kemampuan produk untuk melaksanakan
fungsinya. Kemampuan produk dalam menjalankan fungsi-fungsi yang
dimilikinya yang meliputi keseluruhan daya tahan, relibilitas, akurasi,
mudah pengoperasian dan perawatan serta beberapa manfaat lainnya
(Kotler dan Amstrong, 1996).
Kualitas didefinisikan oleh pelanggan merupakan seberapa baik
sebuah produk sesuai dengan kebutuhan spesifik dari pelanggan. Kualitas
meliputi kualitas kinerja, kualitas kesesuaian, daya tahan dan kehandalan.
Kualitas kinerja mengacu pada tingkat di mana karakteristik produk itu
beroperasi. Kualitas kesesuaian merupakan tingkat di mana semua unit
yang diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang
dijanjikan. Daya tahan adalah suatu ukuran usia operasi produk yang
diharapkan dalam kondisi normat dan/ atau berat. Sedangkan kehandalan
merupakan ukuran suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam suatu
periode waktu tertentu (Suyanto, 2007).
47
b. Tampilan Warna,
Warna sebagai tampilan produk merupakan suatu alat kompetitif
yang digunakan untuk membedakan produk suatu perusahaan dengan
produk pesaingnya. Dimana setiap model baru yang dihasilkan
perusahaan pada umumnya memiliki tambahan tampilan dibandingkan
model sebelumnya (Kotler dan Amstrong, 1996).
c. Keistimewaan (feature)
Keistimewaan merupakan karakteristik yang melengkapi fungsi
dasar produk. Menjadi yang pertama memperkenalkan keistimewaan
baru merupakan cara bersaing yang sangat efektif (Suyanto,2007)
d. Desain,
Desain merupakan rancangan / bentuk fisik dari produk beserta
aksesoris yang melekat pada produk tersebut. Desain adalah suatu proses
mendesain fungsi dan gaya produk yang meliputi penciptaan suatu
produk yang menarik, mudah, aman, dan murah, mudah penggunaan dan
perawatan, sederhana serta ekonomis untuk diproduksi dan
didistribusikan (Kotler dan Amstrong, 1996).
Desain merupakan totalitas keistimewaan yang mempengaruhi cara
penampilan dan fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan pelanggan
(Suyanto, 2007).
e. Merek,
Merek merupakan nama, simbol, atau istilah atau kombinasi dari
kesemuanya yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari
48
sesorang dan untuk membedakannya dari pesaing. Menurut Undang-
Undang Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah ”tanda
yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan
warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya
pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”.
Definisi ini memiliki kesamaan dengan definisi merek versi the
American Marketing Association, merek sebagai nama, istilah, tanda,
simbol, atau desain, atau kombinasinya, yang ditujukan agar dapat
mengenali barang atau jasa dari satu atau sekelompok penjual dan
membedakannya dari produk dan jasa para pesaing.
f. Pelayanan
Perusahaan apapun harus menyusun dan mengembangkan jasa
pelayanan pada pelanggan yang memang diingini oleh para pelanggannya.
Jasa pelayanan ini juga harus efektif dalam memenangkan persaingan.
Maka di sini beberapa keputusan harus diambil, seperti keputusan tentang
jenis pelayanan pokok yang akan ditawarkan, seberapa lengkap setiap
pelayanan akan disajikan, serta bentuk dari masing-masing pelayanan
tersebut. Kunci keberhasilan dalam persaingan sering terletak pada
penambahan pelayanan yang menambah nilai dan meningkatkan
kualitasnya. Pembeda pelayanan utama adalah kemudahan pemesanan,
pengiriman, pemasangan, pelatihan pelanggan, keluhan dan penyesuaian,
masalah kredit, pemeliharaan, bantuan teknis dan informasi bagi konsumen
49
Citra produk juga dapat diukur melalui formasi atribut- atribut dalam
sebuah dimensi (Ritta Faulan, 2008) yaitu :
1. Tingkat kemewahan ( eksclusivity )
2. Kesenangan dan kenyamanan ( fun dan cossiness)
3. Kualitas tinggi ( high quality )
4. Keaslian ( authenciticity )
5. Jaminan ( product security )
6. Pengalaman ( knowledge )
7. Nilai keakraban produk di mata konsumen ( family-friendliness )
4. Customer Satisfaction (Kepuasan Pelanggan)
1. Pengertian Customer Satisfaction
Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep pokok dalam teori dan
praktik pemasaran, serta merupakan salah satu tujuan esensial bagi aktivitas
bisnis. Kepuasan pelanggan bertujuan untuk menciptakan loyalitas
pelanggan, meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan efisiensi
dan produktivitas karyawan.
Kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap evaluasi
ketidakpuasan yang dipersepsikan antara harapan awal sebelum pembelian
dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan setelah pemakaian atau
konsumsi produk yang bersangkutan. (Tse dan Wilton dalam Fandy
Tjiptono 2006 : 349)
50
2. Penilaian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan konsumen adalah target yang berubah-ubah, masing-masing
konsumen memiliki situasi jual beli dengan serangkaian kebutuhan dengan
tingkat yang berbeda-beda. Ketika konsumen berinteraksi dengan para
pelaku bisnis, mereka mempunyai harapan tentang beberapa aspek dari
interaksi tersebut dan juga apa yang ditransaksikan. Konsumen dalam
membeli suatu produk atau jasa mereka mengorbankan beberapa hal, yang
jelas adalah uang, waktu dan energi untuk membandingkan barang dan
memutuskan untuk membeli. Jika harapan konsumen terpenuhi maka pada
umumnya mereka akan puas. Jika melampauinya diharapkan, konsumen
akan mengekspresikan keputusan pada tingkat yang tinggi. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah kebutuhan konsumen, harapan-
harapan terselubung, pelayanan yang mengejutkan membedakan anda pada
sentuhan emosional dan zona toleransi (Barmes,2003).
Setiap orang melakukan pembelian dengan harapan tertentu apa yang
akan dilakukan oleh produk atau jasa bersangkutan pada saat digunakan,
dan kepuasan merupakan hasil yang diharapkan. (Eglel et al, 1994).
Penilaian kepuasan atau ketidakpuasaan terhadap suatu perusahaan karena
keduanya berkaitan erat dengan konsep kepuasan konsumen yang
digambarkan sebagai berikut:
51
konsumen
Gambar 3
Kepuasan Konsumen
Sumber : Eglel et al (1994)
Tujuan Perusahaan
Nilai Produk bagi
Konsumen
Produk
Kebutuhan dan
keinginan konsumen
Tingkat Kepuasan Konsumen
Harapan konsumen terhadap produk
52
3. Dimensi Kepuasan Pelanggan
Terdapat 3 atribut pembentuk kepuasan pelanggan secara universal yaitu
(Dutka ,2004:41) :
a. Attributes related to products
· Value price relationship
Yaitu yang berkaitan dengan hubungan antara penetapan harga
dengan nilai yang diperoleh oleh pelanggan. Seperti yang dikatakan
: “Is the central factor in determining customer satisfaction. If the
value of what you sell is perceived to exceed the price you ask the
customer to pay, the single most important basis for satisfaction is
created.” (Hanan, Mack dan Karp ,2005 : 26). Apabila pelanggan
merasa nilai yang di keluarkan dengan nilai yang di peroleh
sebanding, maka pelanggan akan merasa puas. Namun sebaliknya,
apabila nilai yang di peroleh tidak sebanding dengan nilai yang telah
di keluarkan maka pelanggan menjadi tidak puas.
· Product quality
Seseorang dalam melakukan pembelian sangat memperhatikan
kualitas dari produk yang di beli. Definisi kualitas produk yaitu:
“The ability of a product to perform its function ; it includes the
products overall durability, reliability, precision, ease of operation
and repair and other valued attributes.” (Kotler dan Armstrong ,
2003 : 299). Kemampuan sebuah produk menentukan kepuasan
53
seseorang. Apabila sebuah produk berkualitas maka akan menjadi
puas, namun apabila ternyata produk yang dibelinya ternyata kurang
berkualitas atau tidak berkualitas maka kepuasannya akan berkurang
bahkan tidak puas sama sekali.
· Product benefit
Yaitu kemampuan suatu produk yang dihasilkan oleh suatu
badan usaha dalam memberikan manfaat bagi pelanggannya.
“Product attributes or benefit that is meaningful to customers and
then bases a positioning strategy around it.” (Bovee, Houston dan
Thill, 2005:226). Atribut atau manfaat produk selanjutnya dijadikan
sebagai dasar untuk strategi positioning yang dapat membedakan
badan usaha tersebut dengan badan usaha lainnya. Setiap badan
usaha menawarkan produk dan kualitas yang hamper sama untuk
membedakan antara satu badan usaha dengan badan usaha lainnya
maka suatu badan usaha harus melakukan positioning terhadap
produk yang dijual.
· Product features
Yaitu unsur-unsur atau komponen fisik dari produk yang
memberikan manfaat. “A product can be offered with varying
features. Feature are competitive tool for differentiating the
company product from competititor’s product.” (Kotler, 2004 : 300).
Suatu badan usaha memiliki ciri-ciri produk yang berbeda dengan
54
badan usaha lainnya. Hal inilah yang membedakannya dengan
produk pesaing.
· Product design
Yaitu proses mendesain gaya dan fungsi suatu produk bahwa
product design adalah: “In the process of design a product’s style
and function.” (Kotler, 2004 : 300). Dengan suatu produk didesain
menarik maka diharapkan dapat menarik perhatian pelanggan, bila
banyak pelanggan yang tertarik berarti dapat meningkatkan
penjualan sehingga otomatis pendapatan badan usaha yang
meningkat.
· Product reliability dan consistency
Yaitu keterandalan dan kekonsistensian sebuah produk yang
dihasilkan oleh suatu badan usaha dalam jangka waktu tertentu. “Is
measure of the probability that a product will not trial function of
fail within a specified level of performance.” (Kotler, 2004 : 290).
· Range of product or service
Macam-macam produk dan jasa yang ditawarkan oleh badan usaha
kepada pelanggan.
b. Attributes related to services
· Guarantee or warranty
“Guarantee is an assurance written or implied, that a product is as
represented and will perform satisfactorily.” Yaitu: suatu jaminan
tertulis yang diberikan oleh suatu badan usaha kepada pelanggannya
55
bahwa produk yang dibelinya akan dapat berfungsi seperti yang
tertulis dan memuaskan. Sedangkan Warranty adalah “Is a statement
specifying what the producer of a product will do to compensate the
buyer if the product does not live up its promised level of
performance.” Yaitu: sebuah pernyataan yang menyatakan tentang
apa yang dilakukan oleh produsen sebagai ganti rugi kepada pembeli
apabila ternyata produknya tersebut tidak seperti yang dijanjikan.
(Bovee et.al , 2005 : 257)
· Delivery
Delivery yaitu: “Is refer how well the product or service is delivered
to the customer. It includes the speed accuracy and care attending
the delivery process.” (Kotler, 2004 : 292) Yaitu segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses pengiriman kepada pelanggan yang meliputi
kecepatan, keakuratan dan perhatian. Disini badan usaha
menetapkan suatu standar waktu untuk suatu proses pengiriman
produk atau jasa yang diberikan suatu badan usaha terhadap
pelanggan. Dalam menetapkan standar waktu untuk suatu proses
pengiriman, badan usaha tidak hanya mementingkan kecepatan
waktu pengiriman saja, tetapi badan usaha tersebut juga perlu
memperhatikan sumber daya yang melakukan pengiriman tersebut
seperti manusia, sistem dan teknologi yang dipakai supaya proses
pengiriman tersebut tidak hanya cepat saja tetapi juga tepat sehingga
56
pelanggan memberikan persepsi yang baik terhadap badan usaha
tersebut.
· Complaint handling
Yaitu penanganan terhadap keluhan pelanggan. Biasanya dalam
suatu badan usaha, terutama yang bergerak dibidang jasa, terdapat
satu bagian tertentu yang khusus menangani keluhan pelanggan yang
dinamakan customer service.
· Resolution of problems
Penyelesaian masalah pelanggan sangat penting karena apabila
masalah tidak diselesaikan dengan baik maka akan menyebabkan
pelanggan merasa kecewa dan tidak puas. Sebaliknya apabila
pelanggan memiliki masalah dan dapat diselesaikan dengan baik,
maka pelanggan tersebut akan merasa diperhatikan dan merasa puas.
Penyelesaian masalah adalah: “Is that when customers come to you
with problems, you have their attention and consequently the
opportunity to clearly demonstrate your commitment to their
satisfaction.” (Bovee et.al, 2005 : 658). Dengan memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh terhadap setiap masalah pelanggan
akan menunjukan komitmen badan usaha terhadap kepuasan
pelanggannya.
c. Attributes related to purchases
· Courtesy
57
Yaitu karyawan bersifat sopan, menghargai dan mau mengerti dalam
menghadapi setiap pelanggannya.
· Communication
Suatu proses dimana karyawan melakukan usaha untuk memahami
pelanggan dan berkomunikasi secara jelas. Sedangkan pengertian
komunikasi sendiri adalah: “The transmission of a message from a
sender to receiver.” (Boone, Louise dan Kurtz, 2005 : 566). Jadi
komunikasi adalah proses pemindahan pesan dari pengirim kepada
penerima melalui suatu media komunikasi.
· Ease or convenience of acquisition
“Is the ease whith knowledge of the suppliers product testimony of its
cost effectiveness and acquisition of the product and its related
services can beobtained.” (Hanan et.al, 2005 : 33). Yaitu kemudahan
untuk memperoleh barang atau jasa. Selain melalui informasi yang
diberikan karyawan, biasanya badan usaha juga memberikan
kemudahan untuk mendapatkan pengetahuan melalui brosur-brosur
cetak yang disediakan, layanan informasi telepon bebas pulsa atau
melalui website resmi badan usaha tersebut.
· Company reputation
Reputasi dari suatu badan usaha turut menentukan keputusan
pembelian yaitu: “A good reputation leads to source credibility which
in turn may reduce uncertainty and risk in the purchase decision.”
58
(Engel, Blackwell, danMinniard, 2005 : 886). Apabila reputasi dari
suatu badan usaha bagus maka akan menurunkan ketidakpastian dan
resiko dalam keputusan pembelian dan sebaliknya.
· Company competence
Yaitu kemampuan dari karyawan badan usaha tersebut yang
memenuhi persyaratan untuk melakukan layanan. Kemampuan suatu
badan usaha yaitu apabila “The employee posses the required skill and
knowledge to perform the service.” (Zeithaml et.al, 2004 : 21).
Atribut-atribut pembentuk kepuasan di atas merupakan atribut-atribut
yang bersifat universal sehingga harus didefinisikan, diklasifikasikan
dan diinterpretasikan sesuai dengan penggunaannya. Kadang kala
tidak semua atribut dipergunakan hanya atribut yang cocok saja yang
dipergunakan sesuai dengan bentuk dari badan usaha tersebut.
4. Elemen Program Kepuasan Pelanggan
Pada umumnya program kepuasan pelanggan meliputi elemen-
elemen diantaranya sebagai berikut:
a. Barang dan jasa berkualitas
Perusahaan yang ingin menerapakan program kepuasan pelanggan harus
memiliki produk berkualitas yang tinggi dan pelayanan yang prima.
Biasanya perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi, juga
menyediakan tingkat pelayanan pelanggan yang tinggi pula.
b. Relation Marketing
59
Kunci pokok dalam setiap program promosi loyalitas adalah upaya
menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan. Asumsinya
adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara
penyedia jasa dan pelanggan dapat membangun bisnis yang berulang-
ulang dan menciptakan loyalitas pelanggan.
c. Program promosi loyalitas
Program promosi loyalitas banyak diterapkan untuk menjalin relasi
antara perusahaan dan pelanggan. Program ini biasanya berupa
pemberian penghargaan khusus (hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi
pembelian atau pemakaian produk / jasa perusahaan ) kepada pelanggan
agar tetap loyal pada produk perusahaan yang bersangkutan.
d. Fokus pada pelanggan terbaik (best customers)
Pelanggan terbaik merupakan pelanggan yang menggunakan jasa dan
fasilitas-fasilitas yang ada. Kriteria lainnya menyangkut masalah
pembayaran yang lancar dan tepat waktu, tidak terlalu banyak
membutuhkan pelayanan tambahan dan relatif tidak sensitif terhadap
harga.
e. Sistem penanganan komplain secara efektif.
Perusahaan harus memastikan bahwa barang dan jasa yang dihasilkannya
benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak awal. Apabila ada
suatu masalah, perusahaan segera berusaha memperbaikinya lewat sistem
penanganan komplain, sehingga jaminan kualitas harus mendahului
penanganan komplain.
60
f. Unconditional quarantees / garansi tanpa syarat
Garansi tanpa syarat dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan
progaram kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang
disampaikan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat
diharapkan akan mereka terima. Garansi bermanfaat dalam mengurangi
resiko pembelian produk dan perusahaan bertanggung jawab atas produk
dan jasa yang dihasilkan.
g. Program Pay for Performance
Program kepuasan tidak akan terlaksana tanpa adanya dukungan
karyawan. Karyawan sebagai ujung tombak perusahaan yang berinteraksi
langsung dengan para pelanggan dan berkewajiban memuaskan mereka,
karyawan juga harus dipuaskan kebutuhannya.
3. Metode pengukuran kepuasan pelanggan.
Terdapat 4 metode dalam pengukuran kepuasan pelanggan (Kotler
dalam Fandy Tjiptono, 2006 : 367) :
a. Sistem keluhan dan saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer
oriented) akan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada para
pelangganya untuk menyampaikan saran, pendapat dan keluhan.
b. Ghost Shopping
Metode ini dilaksanakan dengan cara memperkerjakan beberapa orang
(ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan atau
pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing.
61
c. Lost Customer Analysis
Pihak perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya yang telah
berhenti atau yang telah beralih pemasok yang diharapkan adalah akan
diperoleh informasi penyebab terjadinya hal tersebut.
d. Survei Kepuasan Pelanggan
Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan
dengan menggunakan metode survai baik melalui pos, telepon maupun
wawancara pribadi (Neal dan Lamb dalam Tjiptono 2002 : 148)
4. Konsep Kepuasan Pelanggan
Pencapaian kepuasan pelanggan merupakan proses yang sederhana dan
rumit. Peranan setiap individu dalam pelayanan yang dibentuk. Dalam
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan secara lebih baik, maka perlu
dipahami sebab-sebab kepuasan. Pelanggan lebih kecewa terhadap jasa dari
pada barang, ini diakibatkan karena pelanggan juga ikut dalam proses
penciptaan jasa.
Kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan mengenai
kepuasan dan ketidakpuasan pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian
pelanggan terhadap sebelumnya dan kinerja aktual produk yang dirasakan
setelah pemakaiannya. Umumnya harapan pelanggan merupakan perkiraan
atau kepercayaan pelanggan tentang apa yang diterimanya ketika membeli
62
dan mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa), sedangkan kinerja yang
dirasakan pelanggan merupakan persepsi pelanggan terhadap apa yang
diterimanya setelah mengkonsumsi produk yang dibelinya.
5. Faktor Pembentuk Kepuasan Pelanggan
Adanya kepuasan pada konsumen akan menimbulkan kepercayaan,
karena adanya konsistensi merek dalam memenuhi harapan konsumen Di
samping itu, merek yang dipilih dapat melindungi, menjaga keselamatan,
keamanan, dan kepentingan konsumen. Dengan demikian, kepercayaan
mengenai keandalan dan kenyamanan merupakan hal yang penting dari trust
(kepercayaan).
Kepuasan pelanggan merupakan salah satu alat ukur untuk melihat
daya saing suatu perusahaan. Tentang kepuasan pelanggan, terdapat lima
faktor utama yang menentukan tingkat kepuasan pelanggan (Zeithaml et.al
2004 : 21)
1. Kualitas produk.
Konsumen atau pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi
menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. Beberapa
dimensi yang berpengaruh dalam membentuk kualitas produk adalah
performance, features, reliability, conformance to spesification,
durability, serviceability, estetika, dan perceived quality.
2. Kualitas pelayanan.
Pelanggan akan merasa puas apabila mereka mendapatkan pelayanan
yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. Dimensi kualitas
63
pelayanan sudah banyak dikenal yang meliputi reliability,responsiveness,
assurance, emphaty, dan tangible.
3. Faktor emosional.
Konsumen merasa bangga dan mendapatkan kepercayaan bahwa orang
lain akan kagum terhadap dia apabila menggunakan produk dengan
merek tertentu. Kepuasan ini bukan semata-mata karena kualitas produk
tersebut, tetapi social value yang membuat pelanggan menjadi puas
terhadap merek produk tertentu.
4. Harga.
Produk yang mempunyai kualitas yang sama, tetapi menetapkan harga
yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada
pelanggan. Di sini jelas bahwa faktor harga juga merupakan faktor yang
penting bagi pelanggan untuk mengevaluasi tingkatkepuasannya.
5. Biaya dan kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa.
Pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan suatu biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa
akan cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut.
5. Customer Loyalty (Loyalitas Pelanggan)
1. Pengertian
Pelanggan yang loyal adalah pelanggan yang mempunyai ciri- ciri
antara lain melakukan pembelian yang berulang terhadap badan usaha yang
64
sama, memberitahukan kepada orang lain tentang kepuasan- kepuasan yang
didapat dari badan usaha tersebut, dan menunjukkan kekebalan terhadap
tawaran -tawaran dari badan usaha pesaing (Griffin, 1995).
Konsumen yang merasa puas terhadap produk atau merek yang
dikonsumsi atau yang dipakai akan membeli ulang produk tersebut.
Pembelian ulang yang terus menerus dari produk dan merek yang sama akan
menunjukan loyalitas konsumen terhadap merek. Loyalitas merek ini sangat
diharapkan produsen. Salah satu tujuan dari komunikasi pemasaran yang
dilakukan oleh produsen adalah untuk menciptakan loyalitas merek.
Loyalitas merek ini sangat diharapkan produsen. Salah satu tujuan
komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produsen adalah untuk
menciptakan loyalitas merek. Loyalitas merek ini diartikan sebagai sifat
positif seorang konsumen terhadap suatu merek, konsumen memiliki
keinginan kuat untuk membeli ulang merek yang sama pada saat sekarang
maupun masa yang akan datang. Loyalitas merek sangat terkait dengan
kepuasan konsumen. Tingkat kepuasan konsumen akan mempengaruhi
derajat loyalitas merek seseorang (Sumarwan 2003)
Loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk
membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai
secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian
merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya
pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek. (Oliver dalam
Tjiptono, 2005). Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan
65
pelanggan kepada sebuah merek ( Durianto 2001 : 126). Ukuran ini mampu
memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih
ke merek produk yang lain terutama jika pada merek tersebut didapati
adanya perubahan, baik menyangkut harga maupun atribut lain.
Loyalitas terhadap suatu merek produk dalam pemasaran harus
diprioritaskan. Hal ini berhubungan dengan teori pemasaran yang
menyakatan bahwa customer loyalty selalu menjadi orientasi dalam
pemasaran maupun manajemen baik teori maupun praktek karena customer
loyalty merupakan penghambat terjadinya peralihan pembelian sebagai
upaya pengembangan daya saing yang berkelanjutan.
2. Model Loyalitas
Model yang paling relevan dalam mengukur loyalitas yaitu four stage
loyalty model (Kotler 2005 dalam Hantane 2006) terbagi sebagai berikut :
a. The first stage:cognitive loyalty, loyalitas pada tahap ini berhubungan
langsung dengan informasi yang tersedia dari barang atau jasa dalam hal
harga dan manfaatnya.loyalitas pada tahap ini tergolong rendah, sehingga
jika penyedia jasa lain menawarkan harga yang lebih baik, maka
pelanggan akan berpindah. Hal ini karena pelanggan sadar dan peka akan
harga dan manfaat produk.
b. The second stage : affective loyalty, tingkat loyalitas pada fase ini
memiliki sejumlah alasan sehingga konsumen tetap mempertahankan
pada jasa yang digunakan.,isalnya kenyamanan pelayanan, kemudahan
akses, tarif yang kompetitif dan lain-lain.
66
c. The third stage : conative loyalty, loyalitas berhubungan dengan
komitmen dalam pembelian kembali suatu jasa spesifik. Pelanggan pada
tahap ini memilik untuk berkomitmen membeli lahi suatu barang atau
jasa secara konsisten di masa mendatang. Pada fase ini sudah ada ikatan
emosional antara konsumen dan penyaji layanan.
d. The four stage : action loyalty, merupakan tahappaling akhir dari
loyalitas pelanggan adalah adanya action loyalty, yang termasuk
kebiasaan dan perilaku respons secara rutin. Action atau tindakan
dipandang sebagai suatu hal yang sangat penting dalam menggabungan
tahapan sebelumnya.
Model loyalitas di atas menjelaskan bahwa loyalitas konsumen
terhadap sebuah layanan memiliki latar belakang yang berbeda yang
menjadi alasan bagi konsumen untuk mempertahankan jasa yang digunakan.
3. Tingkat Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen terdiri dari lima kategori tingkatan. Semakin tinggi
tingkatan loyalitasnya, maka jumlah konsumen yang tergolong dalam kategori
tersebut semakin sedikit, ada lima kategori tingkatan loyalitas (Aaker 1991),
sebagai berikut :
1. Swicher.
Merupakan konsumen yang sama sekali tidak loyal terhadap merek.
Konsumen demikian tidak mau terikat pada merek pada merek apapun dan
menganggap merek memiliki peranan yang kecil dalam keputusan
67
pembelian mereka. Konsumen tipe ini biasanya memilih merek hanya
karena harga yang murah.
2. Habitual buyer.
Merupakan konsumen yang puas dengan produk, atau minimal tidak
dikecewakan. Pada dasarnya tidak terdapat dimensi ketidak puasan yang
cukup untuk merangsang peralihan ke merek lain, terutama jika peralihan
tersebut membutuhkan usaha. Konsumen tipe ini memiliki merek hanya
karena kebiasan.
3. Satisfied.
Tingkatan yang berisi orang-orang yang puas, namun ada biaya peralihan
yang harus ditanggung (switching cost), seperti biaya waktu, uang atau
resiko pemakaian yang berkenaan dengan peralihan. Untuk menarik
konsumen pada tingkatan ini, maka pesaing harus dapat mengatasi masalah
switching cost dengan menawarkan manfaat yang cukup besar supaya
menutupi switcing cost tersebut. Kelompok ini termasuk dalam pelanggan
yang loyal karena adanya biaya peralihan.
4. Likes the brand.
Konsumen dalam kelompok ini sungguh- sungguh menyukai merek.
Preferensi mereka berdasarkan pada suatu asosiasi seperti symbol,
rangkaian pengalaman dalam penggunaan produk, ataupun tingginya
persepsi terhadap kualitas (perceived quality).
5. Committed buyer.
68
Merupakan kelompok konsumen yang setia. Mereka mempunyai
kebanggaan dalam menggunakan merek. Merek sangat penting bagi
konsumen, baik karena fungsi operasional maupun fungsi emosional dalam
mengekspresikan jati diri mereka. Keyakinan terhadap merek tersebut
sangat besar dan diaktualisasikan melalui tindakan merekomendasikan
produk kepada pihak lain.
Commited Buyer
Likes the Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Switcher
Gambar 4
Tingkat Loyalitas Konsumen
Sumber : Aaker (1991)
4. Indikator Loyalitas
69
Untuk mengetahui indikator dari loyalitas perlu dikelompokkan
menjadi dua yaitu attitudinal loyalty dan behavioral loyalty (Shankar et al
2000 dalam Schijns 2003) :
a. Attitudional loyalty dengan indicator : permintaan yang tinggi atau masa
penggunaan jasa yang lama, dan komitmen pada organisasi.
b. Behavioral loyalty dengan indikator: komitmen yang tinggi pada
pembelian ulang, kemampuan untuk merekomendasikan kepada orang
lain, rendahnya sensivitas pada harga.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Hasil penelitian terdahulu tentang perceived quality dan complaint
handling bahwa kepuasan konsumen dipengaruhi secara signifikan oleh kesan
kualitas yang ditunjukkan oleh konsumen (perceived quality) dan penanganan
keluhan dari pelanggan (complaint handling). Kedua variable tersebut sangat
penting untuk menciptakan kepuasan konsumen. Sedangkan kepuasan
konsumen berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap loyalitas
konsumen, kepuasan konsumen dapat menjadi variable mediasi yang
memperkuat hubungan antara complaint handling dan perceived quality
terhadap loyalitas konsumen ( Serkan Aydin et al. 2005).
Hasil penelitian sebelumnya mengatakan adanya hubungan antara
product image dengan kepuasan konsumen dalam pengaruhnya terhadap
loyalitas konsumen, dengan product image juga bisa menjadi mediasi (Rita
Faullant et al. 2008 ; Thomas A. Brunner et al. 2007).
70
Hasil penelitian terdahulu menyatakan hubungan langsung antara kesan
kualitas (perceived quality) berpengaruh langsung terhadap loyalitas konsumen
(Carmina Fandos, 2006).
C. KERANGKA PEMIKIRAN
H2 H3
H1 H6
H4 H5
Gambar 5
Kerangka Pemikiran “Pengaruh complaint handling, perceived
quality, product image dan customer satisfaction terhadap customer
loyalty Ponsel NOKIA (Studi pada Mahasiswa Universitas Sebelas
Maret Surakarta)”
Sumber : Serkan Aydin et al (2005), Rita Faullant et al (2008),
product image
customer satisfaction customer
loyalty
perceived quality
complaint handling
71
Thomas A. Brunner et al (2007), Carmina Fandos et al
(2006)
Variabel Dependen : customer loyalty
Variable Independen :
1. Complaint handling
2. Perceived quality
Variable Mediasi/Intervening :
1. Customer satisfaction
2. Product image
Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa yang menjadi
variable independen (variable bebas) adalah complaint handling dan perceived
quality. customer loyalty merupakan variable terikat (dependent variable).
Sedangkan customer satisfaction dan product image merupakan variable
intervening (mediasi). Customer satisfaction menjadi variable mediasi antara
perceived quality terhadap product image. Sedangkan product image merupakan
variable mediasi antara customer satisfaction terhadap customer loyalty. Product
image selain sebagai variable mediasi antara customer satisfaction terhadap
customer loyalty, juga berpengaruh positif terhadap customer loyalty sebagai
variable dependen. perceived quality sebagai variable independen berpengaruh
positif terhadap customer satisfaction, selain itu perceived quality juga
berpengaruh positif terhadap customer loyalty sebagai variable dependen.
72
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang berupa dugaan sementara atau
jawaban sementara dan bukan hal yang dianggap mutlak. Hipotesis diperlukan
sebagai penjelasan dari suatu permasalahan yang memerlukan pemecahannya.
Dari kerangka pemikiran yang ada, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
sebagai berikut :
Pengaruh Complaint Handling terhadap Customer Satisfaction
Complaint handling (Penanganan Keluhan / pelayanan complain)
merupakan tempat untuk mengungkapkan ekspresi perasaan ketidakpuasan atas
standar pelayanan, tindakan atau tiadanya tindakan aparat pelayanan yang
berpengaruh kepada para pelanggan. Dengan adanya tempat yang khusus
disediakan untuk para pelanggan yang ingin mengajukan complain memmbuat
para pelanggan menjadi merasa aman, nyaman, dan puas karena ada jaminan
complain ketika membeli produk dan terjadi suatu masalah. Dengan adanya
penanganan complain dan keluhan yang baik, konsumen akan merasa puas
dengan membeli dan memakai suatu produk. Hasil penelitian Serkan Aydin et
al (2005) membuktikan bahwa complaint handling berpengaruh terhadap
customer satisfaction
H1 Complaint Handling berpengaruh positif terhadap
Customer Satisfaction ponsel Nokia
73
Pengaruh Customer Satisfaction terhadap Product Image
Customer satisfaction (kepuasan konsumen) adalah hasil dari
perbandingan konsumen dari harapan sebelum melakukan pembelian dengan
persepsi setelah membeli (Soderlund dan Vilgon, 1999). Bila konsumen
merasa puas dengan suatu produk maka citra produk tersebut akan semakin
tinggi di mata konsumen. Sebab product image ( citra produk ) merupakan
kesan pertama dari suatu produk untuk diketahui oleh konsumen. Bila
konsumen merasa tidak puas maka image produk yang diterima oleh konsumen
manjadi negative. Begitu pula jika konsumen merasa puas dengan suatu
produk maka secara otomatis kesan citra produk tersebut akan semakin kuat di
benak konsumen, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian kepuasan sebagai
bagian penting yang melekat pada citra produk. Hasil penelitian Rita Faullant
et al (2008) membuktikan bahwa customer satisfaction berpengaruh terhadap
product image. Dalam penelitian lain oleh Thomas A. Brunner et al ( 2007 )
juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara customer satisfaction dan
product image.
H2 Customer Satisfaction berpengaruh positif terhadap
Product Image ponsel Nokia.
Pengaruh Product Image terhadap Customer Loyalty.
74
Product Image (Citra produk) didefinisikan sebagai persepsi atau
gambaran dari suatu produk yang diperoleh dari suatu informasi / pengalaman
yang ditangkap oleh konsumen / masyarakat ( Public Relations PT.CCBI-CJ).
Konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk terlebih dahulu akan
mempertimbangkan citra dari produk yang akan dibeli. Product Image (citra
produk) juga dipandang sebagai suatu pilihan kesan konsumen terhadap suatu
potensi atau kelebihan yang nyata dari suatu produk, selain itu juga sebagai
gambaran yang diterima konsumen tentang subyektifitas suatu produk (Kotler,
1980 : 321). Citra suatu produk akan sangat berpengaruh terhadap loyalitas
konsumen. Jika konsumen merasa citra dari suatu produk baik, maka
konsumen akan semakin memiliki niat untuk membeli produk tersebut secara
berulang-ulang selama citra produk tersebut masih baik di benak konsumen.
Hasil penelitian Rita Faullant et al ( 2008 ) membuktikan bahwa product image
berpengaruh terhadap customer loyalty. Dalam penelitian lain oleh Thomas A.
Brunner et al (2007) juga menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara product
image dan customer loyalty.
H3 Product Image berpengaruh positif terhadap Customer
Loyalty ponsel Nokia.
Pengaruh Perceived Quality terhadap Customer Satisfaction
Perceived Quality yang tinggi menunjukkan bahwa melalui
pengalaman jangka panjang dengan produk, konsumen mengakui perbedaan
dan keunggulan dari suatu produk. Perceived Quality merupakan komponen
75
nilai dari suatu produk, karena itulah Perceived Quality yang tinggi akan
menuntun seorang konsumen untuk memilih sebuah produk dari produk -
produk lain yang sedang bersaing.
Kesan kualitas yang ditunjukkan oleh suatu produk jika dapat ditanggapi
positif oleh konsumen akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan
tersebut. Jika kesan kualitas yang ditunjukkan oleh suatu produk tinggi di mata
konsumen, maka akan mempengaruhi konsumen dalam merasakan kepuasan
karena menggunakan produk yang memilki keunggulan dibandingkan dengan
produk lain. Hasil penelitian Serkan Aydin et al (2005) membuktikan bahwa
perceived quality berpengaruh terhadap customer satisfaction
H4 Perceived Quality berpengaruh positif terhadap
Customer Satisfaction ponsel Nokia
Pengaruh Perceived Quality terhadap Customer Loyalty
Perceived Quality (kesan kualitas) yang baik dari suatu produk akan
berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Jika capaian kesan suatu produk
sudah lebih dari merek produk-produk lain, maka konsumen cenderung
membeli suatu produk saja yang sudah tertanam di benak konsumen, dan tidak
beralih untuk membeli produk lain, maka dari itulah akhirnya tercipta loyalitas
pelanggan. Hasil penelitian Serkan Aydin et al (2005) membuktikan bahwa
perceived quality berpengaruh terhadap customer loyalty. Hasil penelitian lain
oleh Carmina Fandos et al (2006) juga mengemukakan bahwa terdapat
hubungan antara perceived quality dengan customer loyalty.
76
H5 Perceived Quality berpengaruh positif terhadap
Customer Loyalty ponsel Nokia
Pengaruh Customer Satisfaction terhadap Customer Loyalty
Kepuasan merupakan tingkat perasaan setelah membandingkan kinerja
(atau hasil) yang dia rasakaan dibandingkan dengan harapannya. (kotler 2003).
Loyalitas konsumen adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli
ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang disukai secara konsisten
di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama
secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran
berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek (Oliver dalam Tjiptono 2005).
Konsumen yang merasa puas pada suatu merek produk akan menjadi
bersikap loyal terhadap produk tersebut, oleh karena itu akan terjadi pembelian
berulang-ulang hanya pada suatu merek produk yang telah dirasa paling baik di
mata konsumen daripada produk-prooduk lainnya. Hasil penelitian Serkan
Aydin et al (2005) membuktikan bahwa customer satisfaction berpengaruh
terhadap customer loyalty. Hasil penelitian lain oleh Rita faullant et al (2008)
dan Thomas A. Brunner et al (2007) juga mengemukakan bahwa terdapat
hubungan antara customer satisfaction dengan customer loyalty.
H6 Customer Satisfaction berpengaruh positif terhadap
Customer Loyalty ponsel Nokia
77
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini mengungkap desain metode penelitian yang bertujuan untuk
membangun keyakinan terhadap kebenaran hasil-hasil penelitian yang diperoleh.
Hal ini menjadi pertimbangan yang penting untuk dibahas, sebab pembahasannya
mengungkap prosedur metode penelitian dan proses pengujian yang dilalui untuk
menjelaskan fenomena yang diteliti. Berkaitan dengan hal ini, ada beberapa
bahasan yang dikemukakan, berikut ini adalah penjelasannya
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah rencana dari struktur penelitian mengarahkan
proses dari hasil penelitian sedapat mungkin menjadi valid, obyektif, dan
efisien (Jogiyanto, 2004 : 53). Penelitian ini menggunakan desain survei,
yaitu suatu teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh
keterangan secara nyata dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpul data yang utama. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan data
secara efisien (Sekaran, 2006 : 82).
Penelitian ini termasuk dalam penelitian Confirmatory yang
dimaksudkan untuk menguji model yang telah diuji sebelumnya berdasarkan
teori yang sudah ada, guna memperoleh kejelasan fenomena yang terjadi di
78
dunia empiris (real world) dan berusaha untuk memperoleh jawaban yang
menjelaskan hubungan kausalitas antar variabel melalui analisis data dalam
rangka pengujian hipotesis secara cermat terhadap suatu fenomena sosial
tertentu yang ditujukan untuk memecahkan masalah. Secara umum, yang
harus ditentukan dalam desain penelitian adalah karakteristik-karakteristik dari
penelitiannya, meliputi tujuan studi, tipe hubungan antar variabel, lingkungan
studi, unit aanalisis, horison waktu, dan pengukuran konstruk.
Survei dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner kepada responden,
yaitu konsumen yang menggunakan ponsel merek Nokia.
1. Tujuan Penelitian
Studi ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena hubungan kausal
antar variable. Hubungan antar variable yang dimaksud adalah
complaint handling, perceived quality, dan product image berpengaruh
terhadap customer satisfaction, dan customer satisfaction berpengaruh
terhadap customer loyalty ponsel dengan merek Nokia.
2. Hubungan antar Variabel
Tipe hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal (sebab
akibat), yaitu penelitian yang menunujukkan hubungan antara variable
indenpenden dengan variable mediasi, dan variable mediasi dengan
variable dependen. Dalam penelitian ini variable dependennya adalah
Customer Loyalty dipengaruhi oleh Customer Satisfaction, Product
Image sebagai variable mediasi dan Complaint Handling, Perceived
Quality, sebagai variable independen.
79
3. Lingkungan (setting) Penelitian
Lingkungan (setting) dalam penelitian ini adalah berupa studi lapangan,
yaitu dengan obyek penelitian Mahasiswa program studi S1 Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1. Populasi
Populasi adalah sekumpulan dari orang, kejadian atau sesuatu
yang menjadi perhatian bagi peneliti untuk diteliti (Sekaran, 2000).
Populasi yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah
semua mahasiswa S1 pengguna ponsel Nokia di Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk
memperkirakan karakteristik populasi (Murti dan Salamah, 2005
dalam Fajri, 2008).
Sampel dari penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas
Sebelas Maret Surakarta program studi Strata 1 ( S1 ) yang pernah
atau masih menggunakan ponsel dengan Nokia serta pernah datang ke
80
Nokia Care Center lebih minimal dua kali dalam setahun untuk
melakukan komplain.
Karena teknik analisis yang dipergunakan dalam peneletian ini
adalah teknik analisis dengan pendekatan structural equation
modelling (SEM), dimana jumlah sample yang memenuhi tidak dapat
ditentukan sebelum dilakukan analisis uji kecukupan sampel, maka
jumlah sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah
100 hingga 200 sampel atau 5 kali indikator variabel laten yang
digunakan (Hair et al, 1998).
Jumlah indikator yang digunakan adalah 23 item. Sehingga
jumlah sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah 23 x
5 = 115. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sampel
sebanyak 115 orang mahasiswa S1 UNS Surakarta yang pernah dan
masih menggunakan ponsel Nokia, serta pernah datang ke Nokia Care
Center untuk melakukan komplain. Berdasarkan prinsip kehati-
hatian, penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel sebesar 150
responden.
3. Teknik Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik nonprobalility sampling, yaitu
purposive sampling. Peneliti menggunakan nonprobability sampling
karena peneliti tidak mengetahui jumlah keseluruhan anggota populasi
yang diteliti. Purposive sampling dilakukan dengan mengambil
sampel dari populasi berdasarkan kriteria tertentu (Jogiyanto,2004).
81
Sampel dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria yaitu mahasiswa
S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang pernah atau masih
menggunakan ponsel Nokia dan pernah ke Nokia Care Center untuk
melakukan komplain lebih dari satu kali. Penentuan kriteria dilakukan
berdasarkan pertimbangan,yaitu:
1. Mahasiswa S1 Universitas Sebelas Maret Surakarta yang pernah
atau masih menggunakan ponsel Nokia.
2. Peneliti mengambil jangka waktu minimal 2 kali komplain dengan
pertimbangan pentingnya suatu proses evaluasi / pembelajaran
terhadap suatu penanganan keluhan yang di berikan oleh Nokia
sehingga konsumen dapat memutuskan apakah akan menuju loyal
terhadap ponsel tersebut apa tidak.
Cara pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyebaran
kuesioner. Penyebaran sampel dilakukan selama 1 (satu) bulan pada
tanggal 01 Januari 2010 hingga 31 Januari 2010.
C. Pengukuran Variabel dan Definisi Operasional
1. Pengukuran Variable
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer adalah kuesioner, yaitu suatu angket yang
berisi sejumlah pertanyaan yang akan dijawab responden. Skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah skala interval dengan pendekatan 4
82
point likert, dengan penilaian Tidak Setuju ( TS), Kurang Setuju ( KS),
Cukup Setuju (CS), dan Setuju (S).
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi yang dengan jelas mengartikan
suatu variabel dengan menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-
tindakan yang perlu untuk mengukur variable tersebut. Berikut ini adalah
definisi operasional dari variable-variabel dalam penelitian ini :
Variable Independen
a. Complaint Handling
“Complaint handling merupakan suatu usaha dari perusahaan
yang mendorong pelanggan yang kecewa untuk melakukan
pengaduan dan juga memampukan karyawan untuk memulihkan
situasi saat itu juga, sehingga akan memperoleh pendapatan yang
lebih tinggi dan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan-
perusahaan yang tidak memiliki pendekatan sistematis untuk
mengatasi kegagalan produk/pelayanan” (Kotler, 2003 : 503).
Konstruk ini diukur dengan 3 butir pertanyaan dengan indikatornya
yaitu Nokia berusaha menghindari hal-hal yang menimbulkan
komplain, service center Nokia sesuai dengan harapan kosumen
dalam menyampaikan keluhan, dan service center Nokia memberikan
kesempatan dan manfaat yang baik bagi konsumen untuk
83
mendiskusikan masalah komplain. Pengukurannya menggunakan
skala likert dengan empat skor yaitu nilai 1 untuk jawaban tidak
setuuju, nilai 2 untuk jawaban kurang setuju, nilai 3 untuk jawaban
cukup setuju, dan nilai 4 untuk jawaban setuju.
b. Perceived Quality
Kualitas secara luas dapat didefinikan sebagai keunggulan atau
mutu yang baik, sehingga dapat disimpulkan bahwa Perceived
Quality adalah penilaian konsumen tentang keunggulan dan mutu
yang baik dari sebuah produk (Zeithaml 1998). Pengukuran variable
ini adalah dengan menggunakan enam butir pertanyaan mengenai
persepsi konsumen terhadap produk ponsel merek Nokia, yang
meliputi : kualitas jaringan distribusi, kualitas layanan pelanggan,
kualitas servis, kualitas produksi, kualitas iklan, dan kualitas
kesesuaian iklan dengan produknya. Pengukurannya menggunakan
skala likert dengan empat skor yaitu nilai 1 untuk jawaban tidak
setuuju, nilai 2 untuk jawaban kurrang setuju, nilai 3 untuk jawaban
cukup setuju, dan nilai 4 untuk jawaban setuju.
Variable Mediasi
a. Product Image
Product Image (Citra Produk) dipandang sebagai suatu pilihan
kesan konsumen terhadap suatu potensi atau kelebihan yang nyata
dari suatu produk . citra produk juga dipandang sebagai gambaran
84
persepsi yang diterima konsumen tentang subyektifitas suatu produk.
(Kotler. 1980;hal :321). Pengukuran variable ini adalah dengan
menggunakan enam butir pertanyaan mengenai citra produk Nokia di
mata konsumen, yang meliputi : ponsel Nokia yang eksklusive, .
ponsel Nokia berkualitas tinggi, ponsel Nokia bergaransi, konsumen
senang konsumen dalam menggunakan ponsel Nokia, desain dan
feature ponsel Nokia menarik, merek ponsel Nokia familiar di mata
konsumen dan penggunaan ponsel Nokia yang member kenyamanan
konsumen dalam berkomunikasi. Pengukurannya menggunakan skala
likert dengan empat skor yaitu nilai 1 untuk jawaban tidak setuuju,
nilai 2 untuk jawaban kurang setuju, nilai 3 untuk jawaban cukup
setuju, dan nilai 4 untuk jawaban setuju.
b. Customer Satisfaction
Kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan terhadap
evaluasi ketidakpuasan yang dipersepsikan antara harapan awal
sebelum pembelian dan kinerja aktual produk yang dipersepsikan
setelah pemakaian atau konsumsi produk yang bersangkutan. (Tse dan
Wilton dalam Fandy Tjiptono 2006 : 349). Pengukuran variable ini
adalah dengan menggunakan tiga butir pertanyaan mengenai tingkat
kepuasan konsumen terhadap ponsel merek Nokia, yang meliputi :
ponsel nokia sesuai dengan harapan konsumen, konsumen puas
menggunakan ponsel Nokia , dan ponsel nokia mewakili semua
harapan konsumen. Pengukurannya menggunakan skala likert dengan
85
empat skor yaitu nilai 1 untuk jawaban tidak setuuju, nilai 2 untuk
jawaban kurrang setuju, nilai 3 untuk jawaban cukup setuju, dan nilai
4 untuk jawaban setuju.
Variable Dependen
c. Customer Loyalty
Loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk
membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang
disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan
pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh
situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku
beralih merek. (Oliver dalam Tjiptono 2005). Pengukuran variable
ini adalah dengan menggunakan lima butir pertanyaan mengenai
tingkat loyalitas konsumen terhadap ponsel merek Nokia, yang
meliputi : terus menggunakan ponsel Nokia, jika konsumen membeli
ponsel lain akan tetap suka pada ponsel Nokia, konsumen akan
merekomendasikan ponsel Nokia kepada orang lain, walaupun harga
ponsel lain lebih murah konsumen akan tetap membeli ponsel Nokia,
dan selain ponsel Nokia konsumen tidak akan menggunakan ponsel
lain. Pengukurannya menggunakan skala likert dengan empat skor
yaitu nilai 1 untuk jawaban tidak setuuju, nilai 2 untuk jawaban
kurrang setuju, nilai 3 untuk jawaban cukup setuju, dan nilai 4 untuk
jawaban setuju.
86
D. Instrumen Penelitian dan Skala pengukuran
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa
kuesioner yang berisi daftar pertanyaan. Dalam penelitian ini, digunakan
kuesioner yang dikembangkan oleh Serkan Aydin et al (2005) dengan judul
“National Customer Satisfaction Indices : an Implementation in the Turkish
Mobile Telephone Market”, Rita Faullant et al (2008) dengan judul “The
Impact of Satisfaction and Image on Loyalty : The Case of Alpine Ski
Resosrts” dan Nelson Oly Ndubisi (2006) dengan judul : ’Relationship
marketing and customer loyalty” beserta literature dan pustaka lain yang
relevan dengan penelitian ini.
Semua jawaban dari pertanyaan akan diukur dalam empat skor dengan
menggunakan skala Likert dengan pembagian skor sebagai berikut:
– Jawaban ”setuju” diberi skor 4
– Jawaban ”cukup setuju” diberi skor 3
– Jawaban ”kurang setuju” diberi skor 2
– Jawaban ” tidak setuju” diberi skor 1
Metode pengumpulan data kuesioner pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode personally administered questionaires. Dalam metode
ini, peneliti menyampaikan sendiri kuesioner kepada responden dan
87
mengambil sendiri kuesioner yang telah diisi oleh responden. Metode ini
memiliki tujuan utama agar tingkat pengembalian kuesioner dapat terjaga di
dalam periode waktu yang relatif pendek (Sekaran,2000)
E. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer yaitu :
Data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan
memberikan kuesioner yang akan diisi oleh reponden. Data dari responden
berupa tanggapan atau jawaban dari kuesioner yang telah diberikan, yang
selanjutnya akan diberi penilaian dengan skala Likert
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data
langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar,1999).
Misalnya “ complaint handling, perceived quality, product image, customer
satisfaction dan customer loyalty. Data primer pada penelitian ini
merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung dari sumbernya,
yaitu mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta program studi Strata 1
( S1 ) pengguna ponsel Nokia yang pernah datang ke Nokia Care Center
minimal dua kali dalam setahun yang ditemui penulis selama penelitian
dilakukan, baik melalui wawancara ataupun kuesioner.
F. Metode Analisis Data
a. Uji Validitas
88
Uji validitas digunakan untuk mengukur apakah instrumen
penelitian benar-benar mampu mengukur konstruk yang
digunakan. Untuk mencapai validitas kuesioner, maka dilakukan
usaha yang menitik beratkan pada pencapaian validitas isi.
Validitas tersebut menunjukkan sejauh mana perbedaan yang
diperoleh dengan instrumen pengukuran merefleksikan
perbedaan sesungguhnya pada responden yang diteliti. Untuk
melakukan uji validitas digunakan alat uji Confirmatory Factor
Analysis dengan bantuan SPSS for WINDOWS versi 12.0.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
konsistensi terhadap instrumen-instrumen yang mengukur
konsep. Reliabitas suatu pengukuran mencerminkan apakah
suatu pengukuran dapat terbebas dari kesalahan (error),
sehingga memberikan hasil pengukuran yang konsisten pada
kondisi yang berbeda dan pada masing-masing butir dalam
instrumen (Sekaran, 2003). Reliabilitas merupakan syarat untuk
tercapainya alat ukur dengan teknik Cronbach Alpha dapat
dikatakan reliable (andal) apabila nilai > 0,6.
Structural Equation Modelling (SEM). SEM merupakan
teknik multivariate yang mengkombinasikan aspek regresi
berganda dan analisis faktor untuk mengestimasi serangkaian
hubungan ketergantungan secara simultan (Hair, et al, 1998).
89
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan program
AMOS versi 6.00 untuk menganalisis hubungan kausalitas
dalam model structural yang diusulkan.
G. Estimasi dan Pengujian Model Struktural
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
pengujian model struktural dengan pendekatan two step approach to SEM,
yaitu:
1. Asumsi Kecukupan Sampel
Sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini berjumlah
100 hingga 200 sampel atau 5 kali parameter variabel laten yang
digunakan (Hair et al, 1998). Maximum Likehood (ML) akan
menghasilkan estimasi parameter yang valid, efisien dan reliable
apabila data yang digunakan adalah Multivariate normaly dan akan
Robust (tidak terpengaruh) terhadap penyimpangan Multivariate
normaly yang sedans/moderate (Ghozali dan Fuad,2005).
2. Asumsi Normalitas
Asumsi normalitas adalah bentuk suatu distribuis data pada
suatu variable dalam menghasilkan distribuis nominal (Ghazali dan
Fuad, 2005). Normalitas dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Univariate normality (normalitas univariat)
b. Multivariate normality (normalitas multivariat).
90
Apabila data memiliki multivariate normality, maka data
tersebut pasti juga memiliki univariate normality. Sebaliknya, apabila
data univariate normality belum tentu data tersebut juga memiliki
multivariate normality. Curran et al (Ghazali dan Fuad, 2005)
membagi jenis distribusi data menjadi tiga bagian, yaitu :
a. Normal, bila nilai skewness < 2 dan nilai kurtosis < 7.
b. Moderately non-normal, besarnya data yang tidak normal adalah
moderat (sedang). Nilai skewness antara 2 sampai 3 dan nilai
kurtosis antara 7 sampai 21.
c. Extremely non-normal, yaitu distribusi data sangat tidak nonnal.
Nilai skewness diatas 3 dan nilai kurtosis diatas 21.
Dalam SEM terutama bila diestimasi dengan teknik Maximum
Likehood (ML) mensyaratkan sebaiknya asumsi normalitas pada data
terpenuhi.
3. Asumsi Outliers
Outliers adalah data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk konstruk tunggal
maupun konstruk kombinasi (Hair et al, 2006). Deteksi terhadap
multivariate outliers dilakukan dengan memperhatikan nilai
mahalanobis distance. Kriteria, yang digunakan adalah berdasarkan
nilai chi-squares pada derajat kebebasan (degree of freedom) yaitu
91
jumlah observed variables pada output Lisrel 8.30, dengan tingkat
signifikansi p < 0,001.
4. Evaluai Atas Kriteria Goodness of Fit
Dalam analisis SEM, tidak ada alat uji statistik tunggal untuk
menguji hipotesis mengenai model (Hair et al, 2006). Tetapi berbagai
Fit Index yang digunakan untuk mengukur derajat kesesuaian antara
model yang disajikan dan data yang disajikan. Fit Index yang
digunakan meliputi:
a. Chi Square (X2)
Tujuan analisis ini adalah mengembangkan dan menguji
sebuah model yang sesuai dengan data. Chi Square sangat
bersifat sensitive terhadap sampel yang terlalu kecil maupun
yang terialu besar. Oleh karena itu, pengujian ini perlu
dilengkapi dengan alat uji lainnya. Nilai Chi-Squares
merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model (Ghozali
dan Fuad, 2005).
b. Nilai Incremental Fit Index (IFI)
Digunakan untuk mengatasi masalah parsimony dan
ukuran sampel, dimana hal tersebut berhubungan dengan NFI
(Ghozali dan Fuad, 2005). Nilai kritis yang dipakai sebesar >
0,90.
92
c. Goodness Of Fit Index (GFI)
Indeks yang menggambarkan tingkat kesesuaian model
secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari
model yang diprediksi dibandingkan dengan data yang
sebenamya. Nilai GFI > 0,90 mengisyaratkan model yang diuji
memiliki kesesuaian yang baik (Diamantopaulus dan Siguaw
dalam Ghozali dan Fuad, 2005).
d. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
RMSEA adalah ukuran yang mencoba memperbaiki
kecenderungan statistic Chi-squares menolak model dengan
jumlah sampel yang besar (Ghozali, 2005). Nilai RMSEA <
0,08 mengindikasikan indeks yang baik untuk menerima
kesesuaian sebuah model.
e. Adjusted Goodness Fit of Index (AGFI)
Indeks ini merupakan pengembangan dari Goodness Fit of
Index (GFI) yang telah disesuaikan dengan ratio dari degree of
freedom model (Ghozali dan Fuad, 2005). Nilai yang
direkomendasikan adalah AGFI > 0,90. semakin besar nilai
AGFI maka semakin baik kesesuaian yang dimiliki model.
f. Tucker Lewis Index (TLI)
TLI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul
akibat kompleksitas model (Ghozali dan Fuad, 2005). TLI
merupakan indeks kesesuaian incremental yang
93
membandingkan model yang diuji dengan null model. Nilai
penerimaan yang direkomendasikan adalah nilai TLI > 0,90.
TLI merupakan indeks yang kurang dipengaruhi oleh ukuran
sampel.
g. Normed Fit Index(NFI)
Indeks ini juga merupakan indeks kesesuaian incremental
dan dapat dijadikan alternatif untuk menentukan model fit. Nilai
yang direkomendasikan adalah NFI > 0,90.
h. Comparative Fit Index (CFI)
CFI juga merupakan indeks kesesuaian incremental.
Besaran indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai
yang mendekati 1 mengindikasikan model memiliki tingkat
kesesuaian yang baik. Indeks ini sangat dianjurkan untuk
dipakai karena indeks ini reltif tidak sensitif terhadap besarnya
sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model. Nilai
penerimaan yang direkomendasikan adalah CFI > 0,90.
i. Normed Chi Square (CMIN/DF)
CMIN/DF adalah ukuran yang diperoleh dari nilai Chi-
square dibagi dengan Degree of Freedom (Ghozali, 2005).
Indeks ini merupakan indeks kesesuaian parsimonious yang
mengukur hubungan Goodness of fit model dan jumlah-jumlah
koefisien estimasi yang diharapkan untuk mencapai tingkat
94
kesesuaian. Nilai yang direkomendasikan untuk menerima
adalah CMIN/DF < 2,0.
H. Pretest
Sebelum melakukan penyebaran sampel besar terlebih
dahulu peneliti melakukan pretest pada 30 responden guna
kepentingan uji validitas dan reliabilitas. Pretest dilakukan terhadap
mahasiswa program studi Strata 1 ( S1 ) pengguna Ponsel Nokia di
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengujian pada item-item
pertanyaan yang diujikan pada pretest diuji dengan uji validitas.
Pengujian validitas dilakukan untuk mengukur apakah instrumen
penelitian benar-benar mampu mengukur konstruk yang digunakan.
Teknik analisis yang dipakai dalam uji validitas dilakukan dengan
menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan
menggunakan bantuan software SPSS for window vrsi 12.0.
Jika dalam pretest ini didapatkan item pertanyaan yang
dinyatakan tidak valid, maka terdapat beberapa langkah yang
dilakukan oleh peneliti agar semua item pertanyaan menjadi valid,
yaitu :
1. Memperbaiki tata bahasa
95
Penulis melakukan peninjauan ulang apakah terjadi
ambiguitas terhadap item-item pertanyaan yang diberikan. Hal ini
dilakkan mengingat item-item pertanyaan tersebut merupakan hasil
terjemahan dari kuesioner asli yang mengacu pada jurnal yang
dilakukan oleh peneliti
2. Mengubah pertanyaan menjadi lebih singkat dan jelas
Pengubahan kalimat dilakukan pada item-item pertanyaan
yang panjang dan kurang jelas, menjadi kalimat yang lebih singkat
dan jelas, agar dapat diperoleh hasil output validitas dan reliabilitas
yang baik.
Untuk lebih jelasnya, perubahan-perubahan serta output
dari pretest (sampel kecil) dan output penelitian sampel besar dapat
dilihat pada lampiran.
96
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan
pembahasannya. Langkah awal yang dilakukan adalah pengujian instrumen
penelitian yang meliputi uji validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk
mengetahui ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi
ukurnya, serta mengukur tingkat kehandalan atau konsistensi internal dari suatu
instrumen penelitian. Hal ini dilakukan untuk menjamin kebenaran serta kualitas
data penelitian yang diperoleh. Selanjutnya adalah menginterpretasikan hasil-hasil
pengujian yang telah dilakukan. Namun sebelum hal tersebut dilakukan, bab ini
akan menjelaskan gambaran produk secara singkat serta hasil-hasil analisis
statistik deskriptif untuk memahami profil responden yang distudi.
Dengan demikian, penjelasan pada bab ini akan difokuskan pada 5 sub
bahasan, yaitu: gambaran umum objek penelitian, analisis statistik deskriptif,
97
analisis instrumen penelitian, analisis data penelitian dan pembahasan. Berikut ini
adalah penjelasan mengenai analisis statistik deskriptif.
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Nokia Corporation (www.nokia.com).
Nokia Corporation adalah produsen peralatan telekomunikasi
terbesar di dunia serta merupakan perusahaan terbesar di Finlandia.
Kantor pusatnya berada di kota Espoo, Finlandia, dan perusahaan ini
paling dikenal lewat produk-produk telepon genggamnya. Nokia
memproduksi telepon genggam untuk seluruh pasar dan protokol utama,
termasuk GSM, CDMA, and W-CDMA (UMTS).
2. Sejarah Nokia (www.nokia.com)
Kata Nokia berasal dari nama sebuah komunitas yang tinggal di
sungai Emakoski di negara Finlandia Selatan. Nokia didirikan sebagai
perusahaan penggilingan pulp oleh Fredrik Idestam pada tahun 1865.
Perusahaan Karet Finlandia kemudian mendirikan pabriknya di kawasan
sekitarnya pada awal abad ke-20 dan mulai menggunakan merek Nokia.
Tak lama setelah usainya Perang Dunia I, Perusahaan Karet
Finlandia mengakuisisi Perusahaan Penggilingan Kayu Nokia dan
Perusahaan Kabel Finlandia (sebuah produsen kabel telepon dan
telegraf). Ketiga perusahaan tersebut digabung menjadi Nokia
Corporation pada tahun 1967. Kemudian dikembangkan menjadi mesin
98
bubur kayu dan pembuat kertas pada tahun 1920 dan merupakan pabrik
pembuat kertas terkemuka di Eropa.
Di tahun 1950-an Chief Executive Officer (CEO) Björn
Westerlund meramalkan, bahwa masa depan pertumbuhan beberapa
sektor bubur kayu dan kertas akan terbatas dan sebagai gantinya
dibangun sebuah divisi elektronik di pabrik kabel Helsinki, dari sinilah
cikal bakal mulai menjurus ke sektor seluluer. Selama 15 tahun Nokia
elektronik mengalami masa percobaan dari beragam kesalahan. Akan
tetapi, dari semua kesalahan dan percobaan itu, secara bertahap justru
terbangun keterampilan substansial dari sekumpulan ahli yang berbakat.
Tahun 1970-an Nokia dan pabrik pembuat televisi Salora bergabung
untuk mengembangkan telepon genggam (telepon seluler).
Pada tahun 1980-an seluruh Salora terintegrasi menjadi Nokia.
Pada saat yang sama Nokia memperoleh operasi jaringan telepon dari
Perusahaan Telekomunikasi Pemerintah Televa. Namun, tidak semua
usaha yang dilakukan Nokia menjadi produsen telepon seluler terkemuka
di dunia berjalan sukses. Tahun 1980-an perusahaan ini membeli pabrik
televisi Jerman, SEL, tetapi terpaksa meninggalkannya karena tidak
berjalan mulus.
Pada awal 1981, Nokia berhasil meluncurkan produk bernama
Nordic Mobile Telephony (NMT). NMT merupakan jaringan selular
multinasional pertama di dunia. Karena itu, sepanjang dekade 1980-an
99
NMT diperkenalkan ke sejumlah negara dan mendapat sambutan yang
luar biasa.
Kemudian pada awal tahun 1990-an, Nokia sempat mengalami krisis,
tetapi CEO yang baru, Jorma Ollila, memutuskan untuk memfokuskan
pada telepon seluler dan jaringan telepon. Hasilnya, telepon GSM
pertama kali di dunia muncul di Finlandia tahun 1991. Kemudian pasar
telepon seluler global mulai berkembang sangat cepat pada pertengahan
1990-an dan produk Nokia menjadi yang nomor satu.
Kini sebanyak 2.100 seri ponsel Nokia mendulang sukses. Target
penjualan sebanyak 500 ribu unit berhasil diraih pada 1994. Dengan
tenaga kerja sebanyak 54 ribu orang, produk Nokia terjual di 130 negara.
Sekarang mungkin setiap orang tau telepon seluler yang mudah dalam
pengoperasiannya adalah Nokia, karena itulah moto Nokia.
Sejak dahulu negara Finlandia sangat tergantung pada hasil hutannya
yaitu berupa kayu, sperti yang telah dikatakan oleh salah satu pihak
Departemen Luar Negeri Finlandia, Jyrki Vesikansa, “Dulu kami hidup
dari hutan, tetapi saat ini kami dapat menambahkan pada Nokia”.
Pada tanggal 15 Agustus 2007, Nokia pusat melakukan recall
terhadap baterai tipe BL-5C, salah satu baterai terpopuler untuk ponsel
Nokia pada saat ini.
3. Daftar produk Nokia (www.nokia.com)
100
1. Telepon Seluler
a. Seri Klasik – The Mobira Series
b. Seri Original
c. Seri 1000–9000
· Nokia Seri 1000 - Seri Ultrabasic
· Nokia Seri 2000 - Seri Basic
· Nokia Seri 3000 - Seri Ekspresi
· Nokia Seri 5000 - Seri Active dan XpressMusic
· Nokia Seri 6000 - Seri Bisnis Klasik
· Nokia Seri 7000 - Seri Fashion
· Nokia Seri 8000 - Seri Premium
· Nokia Seri 9000 - Seri Smartphone
2. Ponsel dengan Fungsi Khusus
Nokia memiliki beberapa ponsel dengan seri Khusus, misalnya :
· Nokia E Series (enterprise series)
· Nokia N Series (Multimedia Computer Series)
· Seri game, yang diwakili oleh N-Gage dan N-Gage QD. Keduanya
sudah tidak dipasarkan lagi dalam bentuk baru. akan tetapi
sekarang menjadi mobile gamingnya nokia
· Seri Super Mewah atau Luxury Phones
· Seri Card Phones, dengan PCMCIA
101
3. Pranala Luar
· Situs WEB resmi
· Nokia Indonesia
4. Visi dan Strategi (www.nokia.com)
a. Visi
"Connecting people" is now connecting people to what matters -
whatever that means for each person - giving them the power to
make the most of every moment, everywhere, any time. Connecting
the "we" is more powerful than just the individual. That's how Nokia
is needed to help make the world a better place for everyone.
b. Strategi
To do this we will become the leading provider of mobile solutions.
Our solutions strategy leverages one of our greatest assets - a
portfolio of outstanding devices, with unmatched scale and
geographic reach. We couple them with smart services, integrated
via an intuitive and seamless user experience. We differentiate these
solutions offerings based on our in-depth consumer understanding,
with a strong focus on social location (people and places).
B. Analisis Deskriptif Responden
102
Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik
responden. Dengan melihat karakteristik populasi yang ada dan tujuan
penelitian ini, maka penentuan responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling maka responden
dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa S1 pengguna ponsel Nokia di
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150
responden. Gambaran umum tentang responden diperoleh dari data diri yang
terdapat dalam kuesioner pada bagian identitas responden yang meliputi jenis
kelamin, fakultas, dan program studi. Pada penelitian ini peneliti menyebar
sejumlah 150 kuesioner dan menunggu responden selesai mengisi, untuk
memastikan pengembalian kuesioner dilakukan oleh responden. Total
kuesioner yang disebar tersebut dan yang kembali sebanyak 150 kuesioner.
Hal ini berarti bahwa response rate (tingkat pengembalian) kuesioner oleh
responden sebesar 100%.
Dalam pengumpulan data primer ini, peneliti tidak menemukan adanya
kuesioner yang rusak, baik karena jawaban responden yang tidak lengkap atau
karena responden mengisi lebih dari satu jawaban untuk pertanyaan yang
sama. Oleh karena itu, seluruh kuesioner yang terkumpul dapat dianalisis
secara statistik. Gambaran umum responden dapat dilihat dalam tabel berikut
ini :
103
Tabel IV.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Pria 71 47,3 %
Wanita 79 52,7 %
Jumlah 150 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Berdasarkan Tabel IV.1 dapat diketahui bahwa dari 150 responden, 47,3
% atau 71 responden berjenis kelamin pria dan 52,7 % atau 79 responden
berjenis kelamin wanita. Sehingga responden terbanyak adalah wanita.
Tabel IV.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Fakultas
Fakultas Frekuensi Persentase
Hukum 16 10,7 %
Ekonomi 19 12,7 %
Ilmu Sosial dan politik 17 11,3 %
Teknik 16 10,7 %
Pertanian 16 10,7 %
MIPA 16 10,7 %
Kedokteran 16 10,7 %
104
Sastra dan seni rupa 17 11,3 %
Keguruan dan ilmu pendidikan
17 11,3 %
Jumlah 150 100 %
Sumber: Data Primer yang diolah, 2010
Berdasar tabel IV.2 diatas dapat diketahui bahwa responden yang berasal
dari Fakultas Ekonomi memiliki jumlah yang terbesar yaitu 19 orang atau
12,7%, kemudian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Sastra dan Seni Rupa
serta Keguruan dan Ilmu Pendidikan masing-masing 17 orang atau 11,3 % dan
selebihnya adalah berasal dari Fakultas Hukum, Teknik, Pertanian, MIPA dan
Kedokteran masing-masing 16 orang atau 10,7 %.
C. Tanggapan Responden
Tanggapan responden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti nampak
pada jawaban responden. Dalam analisis ini akan diuraikan mengenai
kecenderungan pendapat dan tanggapan dari pengguna ponsel Nokia selaku
responden dalam penelitian ini. Pernyataan-pernyataan responden mengenai
variabel penelitian dapat dilihat pada jawaban responden terhadap kuesioner
yang diberikan peneliti dan pernyataan ini membentuk skala Likert, dimana
skala Likert ini dapat digunakan untuk mengukur sikap.
1. Tanggapan Responden Mengenai Complaint Handling (penanganan
keluhan pelanggan)
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 150 orang terhadap item
pernyataan complaint handling sebanyak 3 item. Dari data kuesioner yang
105
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada
setiap item pernyataan adalah sebagai berikut
Tabel IV.3 Deskripsi Tanggapan Responden
Terhadap complaint handling
Sumber : data primer 2010 yang diolah
a. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 72 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan Nokia selalu berusaha menghindari hal-hal yang berpotensi
menimbulkan komplain. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
Jumlah Jawaban Responden TS KS CS S
Pertanyaan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Total
1 Nokia selalu berusaha menghindari hal-hal yang berpotensi menimbulkan komplain.
0 - 13 8,67 72 48 65 43,33 150
2 Service Center Nokia adalah solusi yang tepat dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dalam menyampaikan keluhan.
0 - 11 7,33 63 42 76 50,67 150
3 Service Center Nokia memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk mendiskusikan masalah dengan manager/customer service.
0 - 15 10 62 41,33 73 48,67 150
Jumlah 0 - 139 92,67 197 131,33 71 47,33 450 Rata-Rata 0 - 13 8,67 66 44 70 46,67 150
106
responden merasa Nokia telah berusaha menghindari hal-hal yang
menimbulkan komplain.
b. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 76 orang menjawab setuju atas item pernyataan
service center Nokia adalah solusi yang tepat dalam memenuhi
kebutuhan dan harapan pelanggan dalam menyampaikan keluhan. Hal
ini berarti sebagian besar responden merasa service center Nokia
mampu mengatasi keluhan pelanggan.
c. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 73 orang menjawab setuju atas item pernyataan
service center Nokia memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk
mendiskusikan masalah dengan manager/customer service. Hal ini
berarti bahwa sebagian besar responden merasa nokia memberikan
kesempatan bagi pelanggan untuk mendiskusikan masalahnya kepada
manager/customer service.
2. Tanggapan Responden Mengenai Perceived Quality (kesan kualitas)
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 150 orang terhadap item
pernyataan perceived quality sebanyak 6 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada
setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
107
Tabel IV.4
Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap perceived quality
Jumlah Jawaban Responden
TS KS CS S Pertanyaan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Total
1 Jaringan distribusi ponsel Nokia luas
0 - 13 8,67 62 41,33 75 50 150
2 Adanya pelayanan pelanggan melalui customer service menjamin kualitas ponsel Nokia
0 - 22 14,67 72 48 56 37,33 150
3 Servis layanan pelanggan untuk pengguna ponsel Nokia memuaskan.
0 - 25 16,67 93 62 32 21,33 150
4 Produk ponsel Nokia berkualitas tinggi
0 - 15 10 73 48,67 62 41,33 150
5 Promosi yang disajikan untuk ponsel Nokia bagus dan menarik.
0 - 22 14,67 73 48,67 55 36,67 150
6 Penggambaran iklan ponsel Nokia sesuai dengan kualitas produk aslinya.
0 - 25 16,67 77 51,33 48 32 150
Jumlah 0 - 122 81,33 450 300 328 218,67 900 Rata-Rata 0 - 20 13,33 75 50 55 36,67 150
Sumber : data primer 2010 yang diolah
a. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 75 orang menjawab setuju atas item
pernyataan jaringan distribusi ponsel Nokia luas. Hal ini berarti
108
bahwa sebagian besar responden merasa Nokia memiliki jaringan
distribusi ponsel Nokia luas.
b. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 72 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan pelayanan pelanggan melalui customer service
menjamin kualitas ponsel Nokia. Hal ini berarti sebagian besar
responden merasa customer service Nokia mampu mengatasi
keluhan pelanggan.
c. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 93 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan servis layanan pelanggan untuk pengguna ponsel Nokia
memuaskan. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden
merasa Servis layanan nokia memberikan kepuasan bagi
pelanggan.
d. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 73 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan produk ponsel Nokia berkualitas tinggi. Hal ini berarti
bahwa sebagian besar responden merasa produk nokia berkualitas
tinggi.
e. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 73 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan promosi yang disajikan untuk ponsel Nokia bagus dan
109
menarik. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden merasa
nokia menawarkan promosi yang menarik.
f. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 77 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan penggambaran iklan ponsel Nokia sesuai dengan
kualitas produk aslinya. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
responden merasa iklan produk nokia sesuai dengan kualitas
produk aslinya.
3. Tanggapan Responden Mengenai Product Image (citra produk)
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 150 orang terhadap item
pernyataan product image sebanyak 6 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada
setiap item pernyataan adalah sebagai berikut
Tabel IV.5 Deskripsi Tanggapan Responden
Terhadap product image
Jumlah Jawaban Responden TS KS CS S
Pertanyaan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Total
1 Ponsel Nokia adalah produk yang eksklusive
0 - 15 10 65 43,33 70 46,67 150
2 Ponsel Nokia berkualitas tinggi
0 - 16 10,67 61 40,67 73 48,67 150
3 Ponsel Nokia bergaransi
0 - 17 11,33 71 47,33 62 41,33 150
4 Saya senang menggunakan ponsel Nokia karena desain dan featurenya yang menarik
0 - 18 12 74 49,33 58 38,67 150
5 Merek ponsel Nokia 0 - 20 13,33 64 42,67 66 44 150
110
Sumber : data primer 2010 yang diolah
a. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 70 orang menjawab setuju atas item pernyataan Ponsel
Nokia adalah produk yang eksklusive. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
responden merasa Nokia adalah Ponsel Nokia adalah produk yang
eksklusive.
b. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 73 orang menjawab setuju atas item pernyataan Ponsel
Nokia berkualitas tinggi. Hal ini berarti sebagian besar responden merasa
Ponsel Nokia memang berkualitas tinggi.
c. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 71 orang menjawab cukup setuju atas item pernyataan
ponsel Nokia bergaransi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden
merasa ponsel Nokia bergaransi.
d. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 74 orang menjawab cukup setuju atas item pernyataan
saya senang menggunakan ponsel Nokia karena desain dan featurenya yang
menarik. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden merasa senang
menggunakan ponsel Nokia karena desain dan featurenya yang menarik.
lebih dikenal (familiar) di mata konsumen
6 Menggunakan ponsel Nokia memberi kenyamanan kepada saya dalam berkomunikasi
0 - 16 10,67 77 51,33 57 38 150
Jumlah 0 - 102 68 412 274,67 386 257,33 900 Rata-Rata 0 - 17 11,33 69 46 64 42,67 150
111
e. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 66 orang menjawab setuju atas item pernyataan merek
ponsel nokia lebih dikenal (familiar) di mata konsumen. Hal ini berarti
bahwa sebagian besar responden merasa bahwa merek ponsel nokia telah
dikenal (familiar) di mata konsumen.
f. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 77 orang menjawab cukup setuju atas item pernyataan
menggunakan ponsel Nokia memberi kenyamanan kepada saya dalam
berkomunikasi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden merasa
menggunakan ponsel Nokia memberi kenyamanan kepada konsumen dalam
berkomunikasi.
4. Tanggapan Responden Mengenai Customer Satisfaction (kepuasan
pelanggan)
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 150 orang terhadap item
pernyataan customer satisfaction sebanyak 3 item. Dari data kuesioner
yang terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden
pada setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Tabel IV.6 Deskripsi Tanggapan Responden Terhadap customer satisfaction
Jumlah Jawaban Responden TS KS CS S
Pertanyaan
Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Total
1 Menggunakan ponsel Nokia sesuai dengan harapan saya.
0 - 17 11,33 61 40,67 72 48 150
2 Saya puas menggunakan ponsel
0 - 16 10,67 65 43,33 69 46 150
112
Sumber : data primer 2010 yang diolah
a. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 72 orang menjawab setuju atas item pernyataan
menggunakan ponsel Nokia sesuai dengan harapan saya. Hal ini berarti
bahwa sebagian besar responden merasa Nokia sesuai dengan harapan.
b. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 69 orang menjawab setuju atas item pernyataan saya
puas menggunakan ponsel Nokia. Hal ini berarti sebagian besar responden
merasa puas menggunakan ponsel Nokia.
c. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 73 orang menjawab setuju atas item pernyataan
ponsel Nokia mewakili semua kebutuhan saya akan komunikasi. Hal ini
berarti bahwa sebagian besar responden merasa ponsel Nokia telah
mewakili semua kebutuhan mereka dalam berkomunikasi.
5. Tanggapan Responden Mengenai customer loyalty (loyalitas pelanggan)
Deskripsi tanggapan responden sebanyak 150 orang terhadap item
pernyataan customer loyalty sebanyak 5 item. Dari data kuesioner yang
terdapat pada lampiran dapat dilihat deskripsi tanggapan responden pada
setiap item pernyataan adalah sebagai berikut:
Nokia 3 Ponsel Nokia mewakili
semua kebutuhan saya akan komunikasi.
0 - 11 7,33 66 44 73 48,67 150
Jumlah 0 - 44 29,33 192 128 214 142,67 450 Rata-Rata 0 - 15 10 64 42,67 71 47,33 150
113
Tabel IV.7 Deskripsi Tanggapan Responden
Terhadap customer loyalty
Sumber : data primer 2010 yang diolah
Jumlah Jawaban Responden TS KS CS S
Pertanyaan
Jmlh % Jmlh % Jmlh % Jmlh %
Total
1 Saya akan terus menggunakan ponsel merek Nokia
1 0,67 34 22,67 68 45,33 47 31,33 150
2 Jika saya membeli ponsel lain, saya akan tetap suka menggunakan ponsel merek Nokia
1 0,67 28 18,67 68 45,33 53 35,33 150
3 Saya akan merekomendasikan ponsel Nokia kepada orang lain
2 1,33 36 24 61 40,67 51 34 150
4 Saya akan memberikan dorongan kepada teman saya yang akan membeli ponsel Nokia.
1 0,67 39 26 53 35,33 57 38 150
5 Selain ponsel Nokia, saya tidak akan menggunakan ponsel lain
3 2 63 42 57 38 27 18 150
Jumlah 8 5,33 200 133,33 307 204,67 235 156,67 750 Rata-Rata 2 1,33 40 26,67 61 40,67 47 31,33 150
114
a. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 68 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan saya akan terus menggunakan ponsel merek Nokia. Hal ini
berarti bahwa sebagian besar responden merasa akan terus
menggunakan ponsel merek Nokia.
b. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 68 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan jika saya membeli ponsel lain, saya akan tetap suka
menggunakan ponsel merek Nokia. Hal ini berarti sebagian besar
responden akan tetap menggunakan ponsel merek Nokia walaupun
memiliki ponsel lain.
c. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 61 orang menjawab cukup setuju atas item
pernyataan saya akan merekomendasikan ponsel Nokia kepada orang
lain. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden akan
merekomendasikan ponsel Nokia kepada orang lain.
d. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 57 orang menjawab setuju atas item pernyataan
saya akan memberikan dorongan kepada teman saya yang akan
membeli ponsel Nokia. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden
akan memberikan dorongan kepada temannya untuk membeli ponsel
Nokia.
115
e. Berdasarkan data dari tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas
responden sebanyak 63 orang menjawab kurang setuju atas item
pernyataan selain ponsel Nokia, saya tidak akan menggunakan ponsel
lain. Hal ini berarti bahwa sebagian besar responden masih
menggunakan ponsel lain selain Nokia.
D. TABULASI RESPON RESPONDEN ATAS PERTANYAAN TERBUKA
Tabel IV.8 Tabulasi Respon Responden atas Pertanyaan Terbuka
1 Sumber informasi mengenai fitur /
produk terbaru Nokia Frekuensi Presentase
a. Internet b. TV c. Majalah d. Koran e. Teman
17 55 30 21 35
11,33 36,67
20 14
23,33 2 Faktor-faktor yang membuat
konsumen menggunakan ponsel Nokia Frekuensi Presentase
a. Kualitas produk dan harga sesuai b. Fitur bagus sesuai kebutuhan c. Harga jual relatif stabil d. Mudah didapat e. Citra produk sudah baik di
masyarakat
60 49 41 37 22
40 32,67 27,33 24,67 14,67
3 Saran dan kritik terhadap Nokia Frekuensi Presentase a. Peningkatan pelayanan purna jual
melalui Nokia Care Center b. Dapat mempertahankan harga yang
sudah ada dengan tidak mengurangi kualitas produk
c. Biaya service dipermurah
67
55
35
44,67
36,67
23,33
Dari Tabel IV.8 terlihat bahwa sumber informasi mengenai fitur / produk
terbaru Nokia menunjukkan bahwa mayoritas responden mendapatkan
informasi melalui Televisi. Faktor yang membuat responden memilih ponsel
116
Nokia didominasi karena kualitas produk dan harga sesuai. Faktor yang paling
banyak dijadikan saran dan kritik responden adalah agar perusahaan
meningkatkan pelayanan purna jual melalui Nokia Care Center.
E. ANALISIS DATA
1. Uji Validitas
Uji Validitas menunjukkan seberapa nyata suatu pengujian mengukur
apa yang seharusnya diukur (Jogiyanto, 2004). Dikarenakan konstruk yang
hendak diuji merupakan pengujian kembali dari penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya, dimana pada penelitian sebelumnya telah berhasil
mengidentifikasi faktor-faktor yang membentuk konstruk maka dalam
penelitian ini teknik analisis yang dipakai dengan menggunakan
Confirmatory Factor Analysis (CFA), dengan bantuan paket perangkat
lunak program SPSS 12.0 for Windows.
Namun sebelum menjelaskannya terlebih dahulu dijelaskan hasil
pengujian KMO dan Bartlett’s Test yang diperoleh. Pengujian ini
merupakan pengujian goodness-of-fit model dari analisis faktor yang
digunakan untuk menjamin bahwa hasil reduksian yang diperoleh dapat
diyakini kebenarannya.
Tabel IV.9 mengindikasi bahwa model analisis faktor yang
digunakan memenuhi kriteria goodness-of-fit yang baik. Hal ini dapat
117
dilihat melalui skor KMO = 0,937 (>0,50) dan signifikansi Bartlett's Test
of Sphericity 0,000 (<0,05).
Tabel IV.9
KMO and Bartlett's Test
KMO and Bartlett's Test
.937
1855.911
253
.000
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of SamplingAdequacy.
Approx. Chi-Square
df
Sig.
Bartlett's Test ofSphericity
Sumber : data primer 2010 yang diolah
Pengujian berikutnya adalah mereduksi faktor melalui confirmatory
factor analysis. Untuk mempermudah penganalisisan terhadap hasil-hasil
reduksian teknik yang dilakukan adalah melalui rotated factor matrix. Hal
ini terjadi karena skor loading yang terbesar saja yang meuncul pada tabel
faktor sehingga penganalisisan dapat dilakukan secara cepat. Tabel IV.10
menyajikan hasil yang diperoleh.
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua item pertanyaan dinyatakan
valid, karena setiap item pertanyaan yang menjadi indikator masing-
masing variabel telah ekstrak secara sempurna dan mempunyai factor
loading ≥ 0,50, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
118
Rotated Component Matrix
.816
.649
.826
.624
.543
.676
.512
.721
.725
.630
.641
.739
.726
.701
.585
.643
.704
.564
.737
.613
.649
.679
.820
CH1
CH2
CH3
PQ1
PQ2
PQ3
PQ4
PQ5
PQ6
PI1
PI2
PI3
PI4
PI5
PI6
CS1
CS2
CS3
CL1
CL2
CL3
CL4
CL5
1 2 3 4 5
Component
Tabel IV.10 Hasil Faktor Analisis
Sumber : data primer 2010 yang diolah
2. Uji Reliabilitas
Setelah pengujian validitas, maka tahap selanjutnya adalah
pengujian reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui konsistensi item-
item pertanyaan yang digunakan. Untuk mengukur reliabilitas dari
119
instrument penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien
Cronbach Alpha. Nilai Cronbach Alpha antara 0,80 – 1,0 dikategorikan
reliabilitas baik, nilai 0,60 – 0,79 dikategorikan reliabilitasnya dapat
diterima, nilai ≤ 0,60 dikategorikan reliabilitasnya buruk (Sekaran, 2000).
Dari hasil pengujian reliabilitas variabel dengan menggunakan bantuan
program SPSS 12.00 for Windows didapatkan nilai Cronbach Alpha
masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel IV.11 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's Alpha Keterangan Complaint Handling 0,716 Diterima Perceived Quality 0,826 Baik Product Image 0,879 Baik Customer Satisfaction 0,814 Baik Customer Loyalty 0,907 Baik
Sumber : data primer 2010 yang diolah
Dari tabel IV.11 dapat diketahui bahwa variabel complaint
handling koefisien cronbach alpha menunjukkan nilai 0,716 yang
termasuk dalam kategori 0,6-0,79 yang menurut Sekaran (2000)
reliabilitas variabel tersebut dikatakan diterima, yang berarti variabel
complaint handling memiliki kemampuan konsistensi sebesar 71,6%
apabila dilakukan pengukuran ulang.
Untuk variabel perceived quality koefisien cronbach alpha
menunjukkan nilai 0,826 yang termasuk dalam kategori 0,80-1,0 yang
menurut Sekaran (2000) reliabilitas variabel tersebut dikatakan baik, yang
120
berarti variabel perceived quality memiliki kemampuan konsistensi
sebesar 82,6% apabila dilakukan pengukuran ulang.
Untuk variabel product image koefisien cronbach alpha
menunjukkan nilai 0,879 yang termasuk dalam kategori 0,8-1,0 yang
menurut Sekaran (2000) reliabilitas variabel tersebut dikatakan baik, yang
berarti variabel product image memiliki kemampuan konsistensi sebesar
87,9% apabila dilakukan pengukuran ulang.
Untuk variabel customer satisfaction koefisien cronbach alpha
menunjukkan nilai 0,814 yang termasuk dalam kategori 0,8-1,0 yang
menurut Sekaran (2000) reliabilitas variabel tersebut dikatakan baik, yang
berarti variabel customer satisfaction memiliki kemampuan konsistensi
sebesar 81,4% apabila dilakukan pengukuran ulang.
Untuk variabel customer loyalty koefisien cronbach alpha
menunjukkan nilai 0,907 yang termasuk dalam kategori 0,8-1,0 yang
menurut Sekaran (2000) reliabilitas variabel tersebut dikatakan baik, yang
berarti variabel customer loyalty memiliki kemampuan konsistensi sebesar
90,7% apabila dilakukan pengukuran ulang.
F. Uji Asumsi Model
1. Asumsi Kecukupan Sampel
Jumlah kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150
buah. Dengan demikian pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan SEM dengan prosedur Maximum Likehood Estimation
121
(MLE ).
2. Normalitas Data
Normalitas univariate dan multivariate terhadap data yang
digunakan dalam analisis ini diuji dengan menggunakan AMOS 6.00.
Hasilnya adalah seperti yang disajikan dalam tabel IV.12 berikut ini:
Tabel IV.12
Hasil Uji Normalitas
Sumber : data primer 2010 yang diolah
Dari Tabel IV.11 terlihat hasil pengujian normalitas data dalam
penelitian ini. Evaluasi normalitas diidentifikasi baik secara univariate
Variable Min max Skew c.r. kurtosis c.r. cl5 1 4 0,273 1,364 -0,863 -2,157 cl4 1 4 -0,272 -1,360 -1,222 -3,056 cl3 1 4 -0,292 -1,459 -0,932 -2,329 cl2 1 4 -0,350 -1,750 -0,778 -1,946 cl1 1 4 -0,215 -1,077 -0,921 -2,302 cs1 2 4 -0,603 -3,014 -0,721 -1,802 cs2 2 4 -0,542 -2,709 -0,720 -1,801 cs3 2 4 -0,576 -2,880 -0,602 -1,506 pq1 2 4 -0,645 -3,224 -0,588 -1,469 pq2 2 4 -0,323 -1,615 -0,874 -2,185 pq3 2 4 -0,027 -0,136 -0,364 -0,911 pq4 2 4 -0,403 -2,013 -0,713 -1,784 pq5 2 4 -0,308 -1,538 -0,864 -2,159 pq6 2 4 -0,201 -1,004 -0,857 -2,143 pi6 2 4 -0,321 -1,605 -0,706 -1,766 pi5 2 4 -0,492 -2,458 -0,849 -2,122 pi4 2 4 -0,350 -1,752 -0,769 -1,923 pi3 2 4 -0,416 -2,079 -0,762 -1,905 pi2 2 4 -0,621 -3,103 -0,682 -1,704 pi1 2 4 -0,556 -2,781 -0,689 -1,722 ch1 2 4 -0,438 -2,192 -0,680 -1,699 ch2 2 4 -0,643 -3,215 -0,552 -1,380 ch3 2 4 -0,617 -3,083 -0,657 -1,641
Multivariate 17,644 3,186
122
maupun multivariate. Secara univariate untuk nilai-nilai dalam C.r
skewness, rata-rata item pertanyaan menunjukkan nilai > 2. Sedangkan
untuk nilai-nilai dalam C.r kurtosis, semua item pertanyaan
menunjukkan nilai < 7. Dengan demikian secara univariate tidak
terdistribusi secara normal. Nilai yang tertera di pojok kanan bawah
pada Tabel IV.12 menandakan bahwa data dalam penelitian ini
terdistribusi normal secara multivariate dengan nilai C.R kurtosis
3,186. Analisis terhadap data tidak normal dapat mengakibatkan
pembiasan interpretasi karena nilai chi-square hasil analisis cenderung
meningkat sehingga nilai probability level akan mengecil. Namun
demikian, menurut Hair et al. (1998) ukuran sampel yang besar
cenderung untuk mengurangi efek yang merugikan (distorsi hasil
analisis) dari non-normalitas data yang akan dianalisis. Disamping itu,
teknik Maximum Likelihood Estimates (MLE) yang digunakan dalam
penelitian ini tidak terlalu terpengaruh (robust) terhadap data yang
tidak normal (Ghozali dan Fuad, 2005) sehingga analisis selanjutnya
masih dapat dilakukan.
3. Evaluasi Outliers
Uji terhadap multivariate outliers dilakukan dengan
menggunakan kriteria Jarak Mahalanobis pada tingkat p < 0,001. Jarak
Mahalanobis itu dievaluasi dengan menggunakan c2 pada derajat bebas
sebesar jumlah variabel indikator yang digunakan dalam penelitian
123
(Ferdinand, 2002). Jika dalam penelitian ini digunakan 23 variabel
indikator, semua kasus yang mempunyai Jarak Mahalanobis lebih
besar dari c2 (23, 0.001) = 49,728 adalah multivariate outlier. Tabel
IV.13 berikut menyajikan hasil evaluasi Jarak Mahalanobis.
Tabel IV.13 Jarak Mahalanobis Data Penelitian
Nomor
Observasi Jarak
Mahalanobis Jarak Mahalanobis Kritis (23,
0.001) 60 62
148 . . .
65
47,170 40,471 39,867
.
.
. 20,174
49,728
Sumber: data primer 2010 yang diolah.
Dari Tabel IV.13 terlihat bahwa tidak ada outlier, karena semua
observasi memiliki jarak mahalanobis < 49,728
4. Uji Hipotesis
Teknik pengujian hipotesis digunakan untuk menguji hipotesis dan
menghasilkan suatu model yang baik. Untuk mengujinya digunakan
Structural Equation Modelling (SEM) dengan bantuan program AMOS
6.00.
a. Analisis Kesesuaian Model (Goodness-of-Fit)
Evaluasi nilai goodness-of-fit dari model penelitian yang diajukan
dapat dilihat pada Tabel IV.14 berikut ini :
124
Tabel IV.14 Hasil Goodness-of-Fit Model
Goodness-of-fit Indices Cut-off Value Hasil Evaluasi Model
Chi-Square (c2) Probability (p) CMIN/DF GFI AGFI TLI CFI RMSEA
Diharapkan kecil ³ 0,05 £ 2,0 ³ 0,9 ³ 0,9 ³ 0,9 ³ 0,9 £ 0,08
258,656 0,056 1,155 0,876 0,847 0,977 0,980 0,032
------ Baik Baik Marginal Marginal Baik Baik Baik
Sumber : data primer 2010 yang diolah.
Tujuan analisis Chi-Square (c2) adalah mengembangkan dan menguji
model yang sesuai dengan data. Dalam pengujian ini nilai c2 yang rendah
dan menghasilkan tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 akan
mengindikasikan tidak ada perbedaan yang signifikan antara matriks
kovarian data dan matriks kovarian yang diestimasi. Chi-Square sangat
sensitif terhadap ukuran sampel. Nilai c2 pada penelitian ini sebesar
258,656 dengan probabilitas 0,056 menunjukkan bahwa model penelitian
yang diajukan dapat diterima.
Normed Chi-Square (CMIN/DF) adalah ukuran yang diperoleh dari
nilai Chi-Square dibagi dengan degree of freedom. Indeks ini merupakan
indeks kesesuaian parsimonious yang mengukur hubungan goodness-of-fit
125
model dengan jumlah koefisien-koefisien estimasi yang diharapkan untuk
mencapai tingkat kesesuaian. Nilai CMIN/DF pada model ini adalah 1,155
menunjukkan bahwa model penelitian ini fit.
Goodness of Fit Index (GFI) mencerminkan tingkat kesesuaian model
secara keseluruhan yang dihitung dari residual kuadrat dari model yang
diprediksi dibandingkan data yang sebenarnya. Nilai yang mendekati 1
mengisyaratkan model yang diuji memiliki kesesuaian yang baik. Dengan
tingkat penerimaan yang direkomendasikan ³ 0,9, dapat disimpulkan
bahwa model memiliki tingkat kesesuaian yang marginal dengan nilai GFI
sebesar 0,876.
Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) adalah GFI yang disesuaikan
dengan rasio antara degree of freedom dari model yang diusulkan dan
degree of freedom dari null model. Nilai AGFI dalam model ini adalah
0,847 menunjukkan tingkat kesesuaian yang marginal.
Tucker Lewis Index (TLI) merupakan alternatif incremental fit index
yang membandingkan model yang diuji dengan baseline model. TLI
merupakan indeks kesesuaian model yang kurang dipengaruhi oleh ukuran
sampel. Nilai yang direkomendasikan ³ 0,9, dapat disimpulkan bahwa
model menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik dengan nilai TLI
sebesar 0,977.
Comparative Fit Index (CFI) adalah indeks kesesuaian incremental
yang membandingkan model yang diuji dengan null model. Besaran
indeks ini adalah dalam rentang 0 sampai 1 dan nilai yang mendekati 1
126
mengindikasikan model memiliki tingkat kesesuaian yang baik. Indeks ini
sangat dianjurkan untuk dipakai karena indeks ini relatif tidak sensitif
terhadap besarnya sampel dan kurang dipengaruhi oleh kerumitan model.
Dengan memperhatikan nilai yang direkomendasikan ³ 0,9, maka nilai
CFI sebesar 0,980 menunjukkan bahwa model ini memiliki kesesuaian
yang baik.
The Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) adalah
indeks yang digunakan untuk mengkompensasi nilai Chi-Square dalam
sampel yang besar. Nilai penerimaan yang direkomendasikan £ 0,08, maka
nilai RMSEA sebesar 0,032 menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik.
Berdasarkan keseluruhan pengukuran goodness-of-fit tersebut di atas
mengindikasikan bahwa model yang diajukan dalam penelitian dapat
diterima.
b. Analisis Koefisisen Jalur
Analisis ini dilihat dari signifikansi besaran regression weight
model yang dapat dilihat pada Tabel IV.15 berikut ini:
Tabel IV.15 Regression Weights
Estimate S.E. C.R.
Customer Satisfaction <--- Complaint Handling 0,189 0,079 2,406
Customer Satisfaction <--- Perceived Quality 0,718 0,099 7,254
Product Image <--- Customer Satisfaction 0,895 0,115 7,796
Customer Loyalty <--- Product Image 0,367 0,173 2,121
127
Customer Loyalty <--- Perceived Quality 0,285 0,141 2,014
Customer Loyalty <--- Customer Satisfaction 0,526 0,255 2,068 Sumber : data primer 2010 yang diolah
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa semua jalur yang dianalisis
memiliki hubungan yang signifikan, terlihat dari besarnya nilai cr > 1,96.
Analisis ini juga menunjukkan besaran dari pengaruh langsung ( direct
effect), pengaruh tidak langsung (indirect effect) dan pengaruh total dari
suatu variable terhadap variable lainnya.
Tabel IV. 16
Standardized Direct Effects (Group number 1 - Default model)
Perceived Quality
Complaint Handling
Customer Satisfaction
Product Image
Customer Loyalty
Customer Satisfaction
.788 .194 .000 .000 .000
Product Image
.000 .000 .838 .000 .000
Customer Loyalty
.240 .000 .405 .301 .000
Sumber : data primer 2010 yang diolah
Tabel IV. 17
Standardized Indirect Effects (Group number 1 - Default model)
Perceived Quality
Complaint Handling
Customer Satisfaction
Product Image
Customer Loyalty
Customer Satisfaction
.000 .000 .000 .000 .000
Product Image
.660 .163 .000 .000 .000
Customer .518 .128 .253 .000 .000
128
Perceived Quality
Complaint Handling
Customer Satisfaction
Product Image
Customer Loyalty
Loyalty Sumber : data primer 2010 yang diolah
Hasil dari analisis tersebut dapat dilihat pada table IV.18 berikut ini :
Tabel IV. 18
Pengaruh Langsung, Tidak Langsung dan Total
Variable Pengaruh ( β ) Independen Dependen Langsung Tidak
Langsung Total
Customer Satisfaction
0,194 - 0,194
Product Image
- 0,163 0,163 Complaint Handling
Customer Loyalty
- 0,128 0,128
Product Image
0,838 - 0,838 Customer
Satisfaction Customer Loyalty
0,405 0,253 0,658
Product Image
Customer Loyalty
0,301 - 0,301
Customer Satisfaction
0,788 - 0,788
Product Image
- 0,660 0,660 Perceived Quality
Customer Loyalty
0,240 0,518 0,758
Sumber : data primer 2010 yang diolah
Analisa ini menunjukkan hubungan antara customer loyalty, perceived
quality, producte image, complaint handling dan customer satisfaction. Pada
129
akhirnya data di analisa dengan path analisis. Hasil dari path analisis
menunjukkan bahwa semua faktor mempunyai pengaruh positif terhadap
customer loyalty.
Hasil menunjukkan bahwa product image adalah hal yang paling penting
untuk menentukan customer loyalty secara langsung. Namun demikian juga pada
tingkatan yang sama dan mempunyai pengaruh yang penting, perceived quality,
dan customer satisfaction dan complaint handling juga menentukan customer
loyalty secara tidak langsung.
Pengaruh positif tidak langsung pada penelitian ini yaitu ada lima, yaitu :
a. pengaruh tidak langsung perceived quality terhadap product image.
b. pengaruh tidak langsung perceived quality terhadap customer loyalty.
c. pengaruh tidak langsung customer satisfaction terhadap customer loyalty.
d. pengaruh tidak langsung complaint handling terhadap product image.
e. pengaruh tidak langsung complaint handling terhadap customer loyalty.
Nilai tertinggi pada pengaruh positif tidak langsung yaitu pada perceived
quality terhadap product image, yaitu sebesar 0.660 [hasil perkalian pengaruh
langsung perceived switching cost terhadap customer satisfaction (0.788) dengan
customer satisfaction terhadap product image (0,838), dengan hasil yang sudah
mendekati].
Setelah itu diikuti pengaruh tidak langsung perceived quality terhadap
customer loyalty , yaitu sebesar 0.518 [hasil perkalian pengaruh langsung
perceived quality terhadap customer satisfaction (0,788) dengan customer
satisfaction terhadap customer loyalty (0,405)].
130
Kemudian yang ketiga adalah pengaruh tidak langsung customer
satisfaction terhadap customer loyalty , yaitu sebesar 0.253 [hasil perkalian
pengaruh langsung customer satisfaction terhadap product image (0,838) dengan
product image terhadap customer loyalty (0,301)].
Yang keempat adalah pengaruh tidak langsung complaint handling
terhadap product image , yaitu sebesar (0.163) [hasil perkalian pengaruh langsung
complaint handling terhadap customer satisfaction (0,194) dengan customer
satisfaction terhadap product image (0,838)].
Dan yang terakhir adalah pengaruh tidak langsung complaint handling
terhadap customer loyalty, yaitu sebesar 0,128 [hasil perkalian complaint handling
terhadap customer satisfaction (0,194) dengan customer satisfaction terhadap
customer loyalty (0.405), dengan hasil yang sudah mendekati]. Hal ini
menunjukkan bahwa secara tidak langsung jika complaint handling , product
image, dan perceived quality yang didapatkan oleh konsumen semakin baik akan
mempunyai pengaruh semakin baik pula terhadap customer loyalty.
Pengaruh positif langsung pada penelitian ini dengan complaint handling
sebagai variabel independen ada satu,
1. Pengaruh langsung complaint handling terhadap customer satisfaction,
Pengaruh positif langsung pada penelitian ini dengan customer satisfaction
sebagai variabel independen ada dua,
a. Pengaruh langsung customer satisfaction terhadap product image,
b. Pengaruh langsung customer satisfaction terhadap customer loyalty,
131
Pengaruh positif langsung pada penelitian ini dengan product image
sebagai variabel independen ada satu,
a. Pengaruh langsung product image terhadap customer loyalty.
Dan yang terakhir, perceived quality sebagai variabel independen ada dua :
a. Pengaruh langsung perceived quality terhadap product image,
b. Pengaruh langsung perceived quality terhadap customer loyalty,
Berdasarkan urutan nilai tertinggi dari pada pengaruh positif langsung
diatas yaitu, customer satisfaction terhadap product image dengan nilai sebesar
0.838. Setelah itu diikuti oleh, perceived quality terhadap customer satisfaction
dengan nilai sebesar 0,788. Kemudian, customer satisfaction terhadap customer
loyalty dengan nilai sebesar 0.405. Lalu product image terhadap customer loyalty
dengan nilai sebesar 0.301. Setelah itu diikuti oleh, perceived quality terhadap
customer loyalty dengan nilai sebesar 0,240. Dan yang terakhir, complaint
handling terhadap customer satisfaction dengan nilai sebesar 0.194. Hal ini
menunjukkan bahwa product image perusahaan yang semakin baik, akan
menimbulkan perceived quality kepada konsumen bahwa kualitas produk serta
yang akan diterima juga akan semakin baik karena juga disertai dengan complaint
handling yang sesuai dengan harapan konsumen.
Pengaruh positif langsung dengan product image dan customer
satisfaction sebagai variabel mediator dan customer loyalty sebagi variabel
dependen ada tiga, yaitu
a. Pengaruh langsung customer satisfaction terhadap customer loyalty,
b. Pengaruh langsung customer satisfaction terhadap product image,
132
Perceived Service Quality
Corporate Image
Trust
Perceived Switching
Cost
Customer Loyalty
Customer Satisfaction
0,475
0,460
0,230
0,414
0,178
0,237
0,211
0,174
0,317
Gambar IV.1 Path Diagram Model Penelitian
c. Pengaruh langsung produst image terhadap customer loyalty,
Adapun gambaran path analisis ditunjukkan pada gambar 5 berikut ini :
0,838 0,301
0,194
0,405
0,788 0,240
Gambar 6
Path Analisis Diagram Model Penelitian
G. Interpretasi Hasil Penelitian dan Pembahasan
product image
customer satisfaction
customer loyalty
perceived quality
complaint handling
133
Berikut adalah pembahasan untuk setiap hipotesis dalam penelitian ini:
1. Hipotesis 1
H1: complaint handling berpengaruh positif pada customer
satisfaction ponsel Nokia.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah complaint
handling berpengaruh positif pada customer satisfaction. Berdasarkan
hasil perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r complaint
handling pada customer satisfaction sebesar 2,406 signifikan pada p<
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 1 terpenuhi. Artinya,
secara statistik dapat ditunjukkan bahwa complaint handling
berpengaruh positif pada customer satisfaction. Hal ini
mengindikasikan bahwa peningkatan complaint handling
mengakibatkan meningkatnya customer satisfaction atau dengan kata
lain semakin tinggi complaint handling maka customer satisfaction
juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Serkan Aydin et al (2005).
2. Hipotesis 2
H2: customer satisfaction berpengaruh positif pada product image
ponsel Nokia.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah customer satisfaction
berpengaruh positif pada product image. Berdasarkan hasil
perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r customer satisfaction
134
pada product image sebesar 7,796 signifikan pada p< 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 2 terpenuhi. Artinya, secara statistik
dapat ditunjukkan bahwa customer satisfaction berpengaruh positif
pada product image. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
customer satisfaction mengakibatkan meningkatnya product image
atau dengan kata lain semakin tinggi customer satisfaction maka
product image juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rita Faullant et al (2008) dan Thomas
A. Brunner et al (2007).
3. Hipotesis 3
H3: product image berpengaruh positif pada customer loyalty
ponsel Nokia.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah product image
berpengaruh positif pada customer loyalty. Berdasarkan hasil
perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r product image pada
customer loyalty sebesar 2,121 signifikan pada p< 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 3 terpenuhi. Artinya, secara statistik
dapat ditunjukkan bahwa product image berpengaruh positif pada
customer loyalty. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan product
image mengakibatkan meningkatnya customer loyalty atau dengan kata
lain semakin tinggi product image maka customer loyalty juga
semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
135
dilakukan oleh Rita Faullant et al (2008) dan Thomas A. Brunner et al
(2007).
4. Hipotesis 4
H4: perceived quality berpengaruh positif pada customer
satisfaction ponsel Nokia.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah perceived quality
berpengaruh positif pada customer satisfaction. Berdasarkan hasil
perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r perceived quality pada
customer satisfaction sebesar 7,254 signifikan pada p< 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa hipotesis 4 terpenuhi. Artinya, secara
statistik dapat ditunjukkan bahwa perceived quality berpengaruh
positif pada customer satisfaction. Hal ini mengindikasikan bahwa
peningkatan perceived quality mengakibatkan meningkatnya customer
satisfaction atau dengan kata lain semakin tinggi perceived quality
maka customer satisfaction juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serkan Aydin et al
(2005).
5. Hipotesis 5
136
H5: perceived quality berpengaruh positif pada customer loyalty
ponsel Nokia.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah perceived quality
berpengaruh positif pada customer loyalty. Berdasarkan hasil
perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r perceived quality pada
customer loyalty sebesar 2,112 signifikan pada p< 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis 5 terpenuhi. Artinya, secara statistik
dapat ditunjukkan bahwa perceived quality berpengaruh positif pada
customer loyalty. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan
perceived quality mengakibatkan meningkatnya customer loyalty atau
dengan kata lain semakin tinggi perceived quality maka customer
loyalty juga semakin tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan olehCarmina Fandos et al (2006).
6. Hipotesis 6
H6: customer satisfaction berpengaruh positif pada customer loyalty
ponsel Nokia.
Hipotesis ini bertujuan untuk menguji apakah customer
satisfaction berpengaruh positif pada customer loyalty. Berdasarkan
hasil perhitungan pada Tabel IV.15 dimana nilai C.r customer
satisfaction pada customer loyalty sebesar 2,068 signifikan pada p<
0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 6 terpenuhi. Artinya,
secara statistik dapat ditunjukkan bahwa customer satisfaction
137
berpengaruh positif pada customer loyalty. Hal ini mengindikasikan
bahwa peningkatan customer satisfaction mengakibatkan
meningkatnya customer loyalty atau dengan kata lain semakin tinggi
customer satisfaction maka customer loyalty juga semakin tinggi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Serkan Aydin et al (2005), Rita Faullant et al (2008), dan Thomas A.
Brunner et al (2007).
Pembahasan
1. Complaint handling berpengaruh positif pada customer
satisfaction.
Serkan Aydin et al (2005) menemukan hubungan yang
positif antara complaint handling dengan customer loyalty.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa kemampuan sebuah merek
atau perusahaan dalam menangani masalah pelanggan akan
menciptakan hal positif yang mengarah pada loyalitas pelanggan .
Dalam industri jasa telekomunikasi, perusahaan-perusahaan
berkompetisi dalam menyediakan pelayanan terbaiknya kepada
konsumen agar perusahaan memiliki konsumen yang benar-benar
loyal terhadap perusahaan salah satu dengan pemberian pelayanan
terbaik dalam menangani masalah/komplain pelanggan. Hal ini
telah dilakukan oleh nokia dengan program nokia care center yang
difungsikan untuk menampung dan menangani masalah-masalah
138
pelanggan nokia tersebut, harapan kedepan pelanggan akan tetap
puas menggunakan produk nokia.
2. Customer satisfaction berpengaruh positif pada product Image.
Customer satisfaction (kepuasan konsumen) adalah hasil
dari perbandingan konsumen dari harapan sebelum melakukan
pembelian dengan persepsi setelah membeli (Soderlund dan
Vilgon, 1999). Bila konsumen merasa puas dengan suatu produk
maka citra produk tersebut akan semakin tinggi di mata konsumen.
Sebab product image ( citra produk ) merupakan kesan pertama
dari suatu produk untuk diketahui oleh konsumen. Bila konsumen
merasa tidak puas maka image produk yang diterima oleh
konsumen manjadi negatif, Begitu juga sebaliknya.
Dengan demikian kepuasan sebagai bagian penting yang
melekat pada citra produk. Untuk memperoleh kepuasan
pelanggan, maka perusahaan berlomba-lomba mencitrakan
produknya sebaik mungkin kepada pelanggan. Demikian pula hal
ini terjadi pada industri jasa telekomunikasi, bentuk kemasan
sampai fasilitas yang ditawarkan oleh suatu produk telekomunikasi
akan menciptakan kepuasan tersendiri bagi pelanggannya, dalam
hal ini pihak nokia telah berusaha menciptakan produk yang
139
berkualitas dengan segala fasilitas komunikasi yang sangat
memuaskan setiap penggunanya dengan harapan bila telah tercapai
kepuasan akan meningkatkan citra produk yang positif dimata
pelanggan maupun konsumen lainnya.
3. Product Image berpengaruh positif pada customer loyalty.
Product image (citra produk) dipandang sebagai suatu
pilihan kesan konsumen terhadap suatu potensi atau kelebihan
yang nyata dari suatu produk. Citra produk juga dipandang sebagai
gambaran yang diterima konsumen tentang subyektifitas suatu
produk. (Kotler. 1980; hal :321) Seperti yang telah dijelaskan,
bahwa citra suatu produk akan sangat berpengaruh terhadap
loyalitas konsumen. Jika konsumen merasa citra dari suatu produk
baik, maka konsumen akan semakin memiliki niat untuk membeli
produk tersebut secara berulang-ulang selama citra produk tersebut
masih baik di benak konsumen.
Dalam bidang bisnis, perusahaan akan berorientasi pada
loyalitas konsumen. Untuk mencapai tujuan dalam pencapaian
loyalitas konsumen ini, maka perusahaan akan berusaha
menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan konsumen.
Demikian pula yang terjadi dalam industri telekomunikasi
khususnya produk nokia, dimana pihak nokia selalu berinovasi
menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggannya
140
dengan harapan kedepannya pelanggan tetap loyal menggunakan
produk dari nokia itu sendiri.
4. Perceived Quality berpengaruh positif pada Customer
Satisfaction.
Perceived quality cenderung pada sebuah sikap menduga
dari sebuah merek dengan dugaan yang cenderung mengglobal dari
sebuah capaian relatif merek pada merek lainnya (Aaker keller,
Zeithhaml dalam Netemeyer, et al (2004). Kesan kualitas yang
ditunjukkan oleh suatu produk jika dapat ditanggapi positif oleh
konsumen akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan
tersebut.
Bagi pihak nokia, perceived quality dipandang sebagai
respon dari konsumen akan kualitas yang diberikan selama ini baik
itu dari pelayanan maupun produk yang diberikan. Harapan
kedepan konsumen akan selalu puas dengan segala layanan
maupun produk yang tawarkan oleh nokia.
5. Perceived Quality berpengaruh positif pada Customer Loyalty.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa suatu
perceived quality berpengaruh terhadap kepuasan konsumen.
Selain itu, kesan kualitas yang baik dari suatu produk juga akan
berpengaruh terhadap loyalitas konsumen. Jika capaian kesan
suatu produk sudah lebih dari merek produk-produk lain, maka
141
konsumen cenderung membeli suatu produk saja yang sudah
tertanam di benak konsumen, maka dari itulah akhirnya tercipta
loyalitas pelanggan.
Hal ini juga berlaku pada produk/merek nokia, segala hal
yang telah dilakukan oleh nokia diharapkan mengarah pada
loyalitas pelanggan, sehingga tidak heran bila setiap tahun selalu
ada inovasi baru yang dilakukan demi terciptanya loyalitas yang
panjang.
6. Customer Satisfaction berpengaruh positif pada Customer
Loyalty.
Customer satisfaction (kepuasan konsumen) adalah hasil
dari perbandingan konsumen dari harapan sebelum melakukan
pembelian dengan persepsi setelah membeli (Soderlund dan
Vilgon, 1999). Kepuasan adalah tingkat perasaan setelah
membandingkan kinerja (atau hasil) yang dia rasakaan
dibandingkan dengan harapannya. (kotler 2003). Konsumen yang
merasa puas pada suatu merek produk akan menjadi bersikap loyal
terhadap produk tersebut, oleh karena itu akan terjadi pembelian
berulang-ulang hanya pada suatu merek produk yang telah dirasa
paling baik di mata konsumen.
142
BAB V
PENUTUP
Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan, keterbatasan penelitian,
saran dan implikasi yang diharapkan berguna bagi semua pihak yang
berkepentingan sebagai bagian akhir dari penelitian yang telah dilakukan penulis.
Kesimpulan ini didasarkan pada hasil analisis data yang telah dilakukan dan akan
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya sesuai dengan tujuan
penelitian ini. Selain kesimpulan akan disertakan saran-saran yang diharapkan
berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai pengaruh complaint handling, product
image, customer satisfaction, dan perceived quality pada customer loyalty
pada mahasiswa S1 pengguna ponsel Nokia di Universitas Sebelas Maret
Surakarta dan berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan peneliti
pada bab IV dengan menggunakan metode analisis Structural Equation
Modelling (SEM) maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa complaint handling berpengaruh positif
pada customer satisfaction ponsel Nokia. Pengaruh positif tersebut
143
menandakan semakin tinggi complaint handling yang diterima responden
maka akan mengakibatkan customer satisfaction yang tinggi, sebaliknya
semakin rendah complaint handling yang diterima responden akan
mengakibatkan customer satisfaction yang rendah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serkan Aydin et al (2005).
2. Hasil analisis menunjukkan bahwa customer satisfaction berpengaruh
positif pada product image ponsel Nokia. Pengaruh positif tersebut
menandakan semakin tinggi customer satisfaction yang diterima
responden maka akan mengakibatkan product image yang tinggi,
sebaliknya semakin rendah customer satisfaction yang diterima responden
akan mengakibatkan product image yang rendah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rita Faullant et al (2008),
dan Thomas A. Brunner et al (2007).
3. Hasil analisis menunjukkan bahwa product image berpengaruh positif
pada customer loyalty ponsel Nokia. Pengaruh positif tersebut
menandakan semakin tinggi product image yang dimiliki responden maka
akan mengakibatkan customer loyalty yang tinggi, sebaliknya semakin
rendah product image yang dimiliki responden akan mengakibatkan
customer loyalty yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rita Faullant et al (2008) dan Thomas A.
Brunner et al (2007).
4. Hasil analisis menunjukkan bahwa perceived quality berpengaruh positif
pada customer satisfaction ponsel Nokiai. Pengaruh positif tersebut
144
menandakan semakin tinggi perceived quality yang dimiliki responden
maka akan mengakibatkan customer satisfaction yang tinggi, sebaliknya
semakin rendah perceived quality yang dimiliki responden akan
mengakibatkan customer satisfaction yang rendah. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Serkan Aydin et al (2005).
5. Hasil analisis menunjukkan bahwa perceived quality berpengaruh positif
pada customer loyalty ponsel Nokia. Pengaruh positif tersebut
menandakan semakin tinggi perceived quality yang dimiliki responden
maka akan mengakibatkan customer loyalty yang tinggi, sebaliknya
semakin rendah perceived quality yang dimiliki responden akan
mengakibatkan customer loyalty yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Carmina Fandos et al (2006).
6. Hasil analisis menunjukkan bahwa customer satisfaction berpengaruh
positif pada customer loyalty ponsel Nokia. Pengaruh positif tersebut
menandakan semakin tinggi customer satisfaction yang dimiliki responden
maka akan mengakibatkan customer loyalty yang tinggi, sebaliknya
semakin rendah customer satisfaction yang dimiliki responden akan
mengakibatkan customer loyalty yang rendah. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Serkan Aydin et al (2005), Rita
Faullant et al (2008), dan Thomas A. Brunner et al (2007).
B. Keterbatasan Penelitian
145
Objek amatan yang digunakan dalam studi ini difokuskan pada produk
telekomunikasi (ponsel) sehingga berdampak pada generalisasi studi yang
bersifat terbatas. Untuk mengaplikasi studi ini pada konteks yang berbeda,
diperlukan kehati-hatian untuk mencermati karakteristik produk yang melekat
pada obyek yang distudi. Hal ini diperlukan agar tidak terjadi pembiasan
hasil-hasil pengujian yang dapat berdampak pada kekeliruan dalam
merumuskan kebijakan yang diambil.
C. Saran
Berikut ini beberapa saran yang diberikan:
1. Saran untuk studi ke depan
Ruang lingkup studi ini difokuskan pada produk telekomunikasi
(ponsel) sehingga berdampak pada generalisasi studi yang terbatas.
Keterbatasan ini mengisyaratkan perlunya studi studi lanjutan untuk
menggeneralisasi hasil-hasil yang diperoleh pada konteks yang berbeda
dan lebih luas, sehingga konsep-konsep yang diuji dalam model dapat
ditingkatkan validitas eksernalnya.
2. Saran teoritis
Hasil pengujian yang diperoleh diharapkan dapat digunakan
sebagai acuan di bidang studi complaint handling, product image,
customer satisfaction, perceived quality dan customer loyalty, sebab
konsep-konsep yang dikonstruksi mendukung model yang telah
dikemukakan oleh studi-studi terdahulu seperti Serkan Aydin et al (2005),
146
Rita Faullant et al (2008), Thomas A. Brunner et al (2007), dan Carmina
Fandos et al (2006).
3. Implikasi manajerial
Studi ini disarankan dapat memberikan pemahaman kepada pihak
nokia, khususnya Nokia Care Center Surakarta agar dapat menjadi
pedoman untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan dan
mempertahankan agar pelanggan tetap setia. Hal ini dapat dilakukan
melalui upaya-upaya berikut ini:
a. Peningkatan kualitas pelayanan khususnya penanganan masalah dan
keluhan pelanggan terhadap produk nokia mengingat masih ditemukan
jawaban pelanggan yang mengeluh dan belum terpecahkan masalahnya
dan lamanya pihak customer service nokia merespon masalah yang
dialami pelanggan.
b. Menambah jumlah karyawan bagian customer service mengingat
banyak jawaban pelanggan yang agak kecewa karena terlalu lama
menunggu, juga menyayangkan counter Nokia Care Center yang
masih terbatas di wilayah Surakarta. Harapan kedepan perlu ada
penambahan jaringan mengingat pelanggan nokia dikota ini semakin
meningkat.
c. Merespon lebih cepat keinginan konsumen di Surakarta, mengingat
nokia selalu berinovasi dengan produk-produk baru namun sangat
disayangkan produk-produk inovasi tersebut hanya beredar di kota-
147
kota besar sehingga banyak pelanggan di Surakarta yang sulit mencari
produk terbaru nokia tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A.1991.Managing Brand Equity.Capitalizing on the Value of Brand Name. New York : Ford Press
Aaker, David A.1997.Manajemen Ekuitas Merek. New York : Ford Press
Carmina Fandos and Carlos Flavia´n, 2006, Intrinsic and extrinsic quality attributes, loyalty and buying intention: an analysis for a PDO product, Emerald Group Publishing Limited
Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo. 1998. Statistik Induktif. Yogyakarta : BPFE
Dutka,A. 2004. AMA Hand Book for Customer Satisfaction. NTC Bussiness Book. Lincolnwood : Illnois
Engel, J.F.; Blackwell, R.D., dan Miniard, P.W.(1994). Perilaku Konsumen Terjemahan Budijanto, Edisi Keenam, Jilid 1, Jakarta: Bina Aksara.
Ghozali, I dan Fuad. (2005), Structural Equation Modelling: Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan Program Lisrel 8.54, Semarang: Universitas Diponegoro.
Hanan, Mock and Karp. Peter. 2005. Customer Satisfaction : How to Maximise, Measured Market Your Company’s Ultimate Product. New York : American Management Association
Hair, J., Anderson, R.E., Tatham, Ronald, L. and Black, W.C. (1998). Multivariate Data Analysis, 5th Edition, New York: Pretice Hall Inc.
Hartono, Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BFFE Yogyakarta
http://www.nokia.com/
http://www.msuyanto.com/
Johnson, M.D and Farnell. 2001. A framework for Comparing Customer Satisfaction Acrross Individuals and Product Categories. Journal of Economic Psychology. Vol 12. No 2
148
Kotler P., Armstrong G, 1996. Principles of Marketing, 7th edition. Prentice Hall Inc, Saddle New Jersey
Kotler dan Amstrong, 2003, Dasar-Dasar Pemasaran, Edisi 9, Jakarta, PT Indeks Kelompok Gramedia.
Kotler Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid 1, Jakarta, PT Indeks Kelompok Gramedia
Kotler Philip, 2005, Manajemen Pemasaran, Jilid 2, Jakarta, PT Indeks Kelompok Gramedia.
Kurniawan, Mubasysyir Hasanbasri, 2007, Manajemen Keluhan Pelanggan di Rumah sakit Umum Daerah Kota Pangkalpinang, Working Paper Series, www.google.com
Mardirahayu Novi. 2007 Peranan Variabel Kepuasan dan Keluhan sebagai Mediasi Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi kasus pelanggan Telkom Flexi Trendy di Surakarta). ). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Matzler , Kurt (2008). “Risk aversion and brand loyalty: the mediating role of brand trust and brand affect” journal of Band and Product Management . 17/3 154-162
Nelson Oly Ndubisi, 2006, Relationship marketing and customer loyalty, Emerald Group Publishing Limited
Rita Faullant, Kurt Matzler and Johann Fu¨ ller, 2008, The impact of satisfaction and image on loyalty: the case of Alpine ski resorts, Emerald Group Publishing Limited
Santoso, Singgih, 2007. Structural Equation Modelling :Konsep dan Aplikasi dengan AMOS. Jakarta : Elex media Compatindo
Schijns, Jos M.C. 2003. Loyalty and Satisfaction in Physical and Remote Service Encounters. Faculty of Management Sciences, Netherlands
Sekaran, Uma.2006. Research Methode and Bussiness. Jakarta : Salemba Empat
Serkan Aydin dan Gokhan Ozer , 2005, “national customer satisfaction indices : an implementation in the Turkish mobile telephone market”, Emerald Group Publishing Limited
Shimp Terence, 2003, Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi
Pemasaran Terpadu, Edisi 5, Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
149
Simamora, Bilson. 2001. Remarketing for Bussiness Recovery. Jakarta : PT.Gramedia Pustaka Utama
Sri Raharso, 2008, membangun customer-focused melalui Keluhan pelanggan, www.google.com
Supianto, Eko. 2008. Analisis Ekuitas Merek Handphone Sony Erricson (Studi kasus pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi Fakultas Ekonomi : Universitas Sebelas Maret Surakarta
Swastha, Basu dan Dick. 1996. Azas-azas Marketing. Yogyakarta:Liberty
Swastha, Basu. 2006. Azas-azas Marketing. Yogyakarta:Liberty
Tax, Stephen S, Stephen W.Brown, and Murali Chandra Sekaran. 1998. Customer Evaluations of Service Complaint Experiences : Implications for Relationship Marketing. Journal of Marketing, 62
Tjiptono Fandy, 1996, Manajemen Jasa, Yogyakarta : Andi Offset
Tjiptono Fandy, 2002, Pemasaran Jasa, Jilid 1, Jawa Timur, Bayumedia Publishing.
Tjiptono Fandy, 2005, Pemasaran Jasa, Jilid 2, Jawa Timur, Bayumedia Publishing.
Thomas A. Brunner, Markus Sto¨cklin and Klaus Opwis, 2007, Satisfaction, image and loyalty: new versus experienced customers, Emeral Group Publishing Limited
Yamit, Zulian. 2004. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Yogyakarta : Ekonesia
Zeithaml, Valarie A. and Mary Jo Bitner. 1998. Service Marketing : Integrating Customer Focus Across The Firm. United States of America : Irwin Mc. Graw Hill