Universitas Negeri Yogyakartarahmahayatinurbuat.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/...Author RAHMA...
Transcript of Universitas Negeri Yogyakartarahmahayatinurbuat.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/...Author RAHMA...
-
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN
MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA (RPP & LKS dengan Materi Bangun Datar Persegi Panjang)
Oleh :
Rahma Hayati Nurbuat
15301244007
Pendidikan Matematika I 2015
Keterangan: Tugas berikut merupakan refleksi etnomatematika berupa makalah yang
menggambarkan kerja saya untuk menghasilkan dokumen perangkat pembelajaran berupa RPP,
LKS, disertai beberapa foto terpilih pada konteks PBM Matematika Berbasis Etnomatematika
dengan konteks budaya Candi Prambanan dan dengan materi matematika kelas VII SMP, yaitu
bangun datar persegi panjang. File RPP dan LKS yang dihasilkan sudah dilampirkan dalam file
ini.
A. PENDAHULUAN
Salah satu kompetensi mahasiswa Pendidikan Matematika adalah mampu
mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. Perangkat pembelajaran
matematika yang dikembangkan salah satunya yaitu berupa seperangkat RPP dan LKS.
Etnomatematika merupakan pendekatan pembelajaran matematika berbasis budaya lokal. Oleh
karena itu, tempat penelitian untuk membuat rancangan perangkat pembelajaran ini mengambil
lokasi di Candi Prambanan.
Kehadiran inovasi pembelajaran sangat diperlukan sehingga pembelajaran matematika
dapat menjadi lebih menyenangkan. Menurut salah satu tujuan belajar matematika adalah
membentuk schemata baru dalam struktur kognitif dengan mempertimbangkan skemata yang
ada dalam diri anak sehingga terjadi asimilasi. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan matematika
formal (matematika sekolah), guru sebaiknya memulainya dengan menggali pengetahuan
matematika informal yang telah diperoleh siswa dari kehidupan masyarakat di sekitar tempat
tinggalnya. Hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-hari dapat
dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik. Salah satu aspek yang dapat dikembangkan
untuk inovasi pembelajaran tersebut adalah budaya lokal setempat.
Secara material, maka obyek matematika dapat berupa benda-benda kongkrit, gambar
atau model kubus, berwarna-warni lambang bilangan besar atau kecil, kolam berbentuk persegi,
atap rumah berbentuk limas, piramida-piramida di Mesir, kuda-kuda atap rumah berbentuk
segitiga siku-siku, roda berbentuk lingkaran, dst. Maka secara material, obyek matematika itu
berada di lingkungan atau sekitar kita. Sedangkan secara formal, obyek matematika berupa
benda-benda pikir. Benda-benda pikir diperoleh dari benda konkrit dengan malakukan
“abstraksi” dan “idealisasi”. Abstraksi adalah kegiatan di mana hanya mengambil sifat-sifat
tertentu saja untuk dipikirkan atau dipelajari. Idealisasi adalah kegiatan menganggap sempurna
sifat-sifat yang ada. Dari model kubus yang terbuat dari kayu jati, maka dengan abstraksi kita
hanya mempelajari tentang bentuk dan ukuran saja. Dengan idealisasi maka kita memperoleh
bahwa ruas-ruas kubus berupa garis lurus yang betul-betul lurus tanpa cacat. Secara normatif,
-
maka obyek-obyek matematika berupa makna yang terkandung di dalam obyek-obyek material
dan formalnya. Makna-makna yang terungkap dari matematika material dan matematika formal
itulah kemudian akan menghasilkan “value” atau nilai matematika. (Marsigit, 2016)
B. PERAN ETNOMATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Etnomatematika hanyalah relevan untuk pembelajaran matematika dengan ranah
Matematika Sekolah. (Marsigit, 2016)
1. Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Selaras Dengan Hakikat
Matematika Sekolah
Ebbutt dan Straker (1995) mendefinisikan Matematika Sekolah sebagai suatu kegiatan:
Penelusuran pola dan hubungan, Intuisi dan investigasi, Komunikasi, dan Pemecahan
masalah.
a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:
1) Memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan matematika,
Memperoleh kesempatan untuk melakukan percobaan matematika dengan berbagai cara,
2) Memperoleh kesempatan untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dalam matematika,
3) Memperoleh kesempatan untuk menarik kesimpulan umum (membuktikan rumus), 4) Memahami dan menemukan hubungan antara pengertian matematika yang satu
dengan yang lainnya.
b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:
1) Mempunyai inisiatif untuk mencari penyelesaian persoalan matematika, 2) Mempunyai rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan
kemampuan memperkirakan,
3) Menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat, 4) Berusaha menemukan struktur dan desain matematika, 5) Menghargai penemuan siswa yang lainnya, 6) Mencoba berfikir refleksif, yaitu mencari manfaat matematika 7) Tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam menylesaikan matematika
c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving) Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika mempunyai sifat-sifat:
1) Menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika,
2) Memberi kesempatan kepada siswa memecahkan persoalan matematika
-
menggunakan caranya sendiri dan juga bersama-sama.
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika,
4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan berpikir logis, konsisten, sistematis dan membuat catatan,
5) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan matematika,
6) Memberi kesempatan menggunakan berbagai alat peraga matematika seperti : jangka, kalkulator, penggaris, busur derajat, dsb.
d. Matematika sebagai alat berkomunikasi 1) Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi
siswa:
2) Berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika, 3) Berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika sendiri, 4) Mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari matematika, 5) Mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika dengan teman yang lain, 6) Mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika, 7) Menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.
2. Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Selaras dengan Hakikat Siswa
Belajar Matematika (Marsigit, 2016)
Ebbutt dan Straker (1995: 60-75), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa
dapat dikembangkan secara optimal, maka asumsi dan implikasi berikut dapat dijadikan
sebagai referensi :
1). Murid akan belajar jika mendapat MOTIVASI.
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika memberi manfaat:
a. Menyediakan kegiatan yang menyenangkan b. Memperhatikan keinginan mereka
c. Membangun pengertian melalui apa yang mereka ketahui d. Menciptakan suasana kelas yang mendudukung dan merangsang belajar
e. Memberikan kegiatan yangsesuai dengan tujuan pembelajaran f. Memberikan kegiatan yang menantang g. Memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan
h. Menghargai setiap pencapaian siswa
2). Cara Belajar Siswa Bersifat Unik
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi kesempatan
kepada guru untuk:
a. Berusaha mengetahuai kelebihan dan kekurangan para siswanya. b. Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
c. Membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa baik yang dia peroleh di sekolah
-
maupun di rumah.
d. Merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment).
3). Siswa Belajar Matematika melalui Kerjasama
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi kesempatan
kepada siswa untuk:
a. Belajar dalam kelompok dapat melatih kerjasama. b. Belajar secara klasikal memberikan kesempatan untuk saling bertukar gagasan
c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya secara d. Mandiri
e. Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akankan dilakukannya.
4). Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam belajarnya.
Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika memberikan sifat:
a. Menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga b. Belajar matematika diberbagai tempat dan kesempatan c. Menggunakan matematika untuk berbagai keperluan d. Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk
memecahkan problematika baik di sekolahan maupun di rumah
e. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan f. Matematika g. Memabantu siswa merefleksikan kegiatan matematikanya.
C. MENGGALI, MENIDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA DARI KONTEKS
BUDAYA CANDI PRAMBANAN
Dari hasil observasi lapangan ethnomatematika di Candi Prambanan pada hari Jumat, 24
April 2018 diperoleh data – data dalam bentuk foto dokumentasi mengenai bagian – bagian
Candi Prambanan yang terkait dengan ethnomatematika, sebagai berikut:
Foto Benda Identifikasi Benda
Nama Benda:
Candi Brahma
Lokasi Benda:
Di pelataran utama Candi Prambanan
Bahan:
Batu
Nama Benda:
Tangga Candi Siwa
Lokasi Benda:
Komplek utama Candi Prambanan, tepat
di pintu timur Candi Siwa
Bahan:
-
Batu
Nama Benda:
Prasasti
Lokasi Benda:
Berada di dalam musium Candi
Prambanan.
Bahan:
Batu
Nama Benda:
Prasasti Candi Prambanan
Lokasi Benda:
Halaman musium Candi Prambanan
Bahan:
Batu
Nama Benda:
Dinding Candi
Lokasi Benda:
Komplek utama Candi Prambanan, dapat
ditemui pada dinding ketiga candi utama.
Bahan:
Batu
Nama Benda:
Bagian Candi
Lokasi Benda:
Komplek utama Candi Prambanan pada
ketiga candi utama. Tepatnya pada
tingkat kedua di setiap sisi candi.
Bahan:
Batu
Nama Benda:
Kumpulan Prasasti Candi
Lokasi Benda:
Halaman musium Candi Prambanan
Bahan:
Batu
D. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS
ETNOMATEMATIKA
Untuk dapat mengembangkan pembelajaran matematika dapat dilakukan persiapan
meliputi: Persiapan Umum dan Persiapan Khusus. Baik Persiapan Umum maupun Persiapan
Khusus pada umumnya dikehendaki agar praktek pembelajaran mampu menggeser paradigma
lama yaitu pembelajaran yang berorientasi kepada guru menuju ke pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa. Oleh karena itu kemampuan guru dalam melayani kebutuhan siswa
-
dalam belajar matematika menjadi sangat penting. Guru akan sangat dibantu dengan Skema
Interaksi dan Variasi Media. LKS tidak hanya merupakan kumpulan soal tetapi dapat
merupakan sumber informasi, teori atau penemuan terbimbing. LKS juga tidak harus selalu
satu macam, tetapi dapat dikembangkan banyak ragam dalam satu kali pertemuan.
Kemampuan guru mengembangkan materi ajar melalui perangkat pembelajaran menjadi
sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembelajaran matematika. Sumber belajar yang
terbaik adalah sumber belajar yang dikembangkan oleh guru itu sendiri. (Marsigit, 2016)
1. Pengembangan Model
Dari uraian yang sudah diberikan, dapat ditarik pelajaran bahwa untuk dapat
mengembangkan suatu pembelajaran matematika, seorang guru dituntut agar memahami
dasar-dasar atau filosofi pendidikan serta teori-teori yang menyertainya. Berikut merupakan
Diagram yang menggambarkan keterkaitan antara Filsafat, Ideologi, Teori dan Model
Pembelajaran serta Implementasinya di lapangan.
Ground/
Foundation
Reference
Paradigm /Theory
Approaches/
Strategy
Model
Teachig/
Learning
Teaching/Learning
Resources
Ph
iloso
ph
y o
f Ed
uca
tion
Ideo
log
y o
f Ed
uca
tion
No
rma
tif Refer
ence
s
Bo
ok
Jou
ral
Research
Blo
g
Fo
rma
l Refer
eces
Leg
al Fo
rmal
PP
, Perm
end
ikb
ud
Ku
r 20
13
Paradigm /
Theory 1
Approaches/
Strategy/
Method 1
Model T/L 1 Lesson Plan
Student Worksheet
Assessment 1
Mix Mix Mix Mix
Paradigm /
Theory 2
Approaches/
Strategy /
Method 2
Model T/L 2 Lesson Plan
Student Worksheet
Assessment 2
Mix Mix Mix Mix
Paradigm /
Theory 3
Approaches/
Strategy/
Method 3
Model T/L 3
Lesson Plan
Student Worksheet
Assessment 3
etc etc etc ….
Paradigm /Theory
Kur 2013
Approaches/
Strategy/
Method Kur 2013
Model T/L
Kur 2013
Lesson Plan
Student Worksheet
Assessment
Kur 2013
Tabel : DEVELOPING MATHEMATICS TEACHING LEARNING PROCESS
By Marsigit (2014) Akses: http://powermathematics.blogspot.com dan
https://uny.academia.edu/MarsigitHrd
http://powermathematics.blogspot.com/https://uny.academia.edu/MarsigitHrd
-
Berdasarkan diagram di atas, maka pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dapat
dikembangkan melalui diagram berikut:
Gambar: Diagram Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika
(Marsigit, 2015)
2. Pengembangan Metode Pembelajaran
Kurikulum sekolah kita merupakan kurikulum berbasis kompetensi (Competence-Based
Curriculum), bukan kurikulum berbasis pengetahuan (Knowledge-Based Curriculum).
Sebagai kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum sekolah kita dapat
dikategorikan sebagai pengalaman bukan sekedar pedoman atau kumpulan materi untuk
dipelajari. Konsekuensinya, guru dalam pembelajaran harus memfasilitasi para siswa
dengan berbagai kegiatan sehingga para siswa mendapat pengalaman belajar yang
bermakna. PBL dimulai dengan asumsi bahwa pembelajaran merupakan proses yang
aktif, kolaboratif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial
Kurikulum
2013
Silabus
RPP
LKS
Handout
Dokumen
Formal
Dokumen
Resmi
Pemerinta
han dalam
Evaluasi
Pembelajaran Berbasis
Budaya
Refer
ensi
Norm
atif
Data Empiris
Etnomatemati
ka:
Kraton
Borobudur
Prambanan
Dayak
dsb
Filoso
fi
Ideolo
gi
Paradi
gma
Teori
Survey
Studi Kasus
Pende
katan
Model
Metod
e
Perangkat
pbm:
RPP dan
LKS
Analisis
Sintak pbm
berbasis
etno
Realistik Matematik Saintifik Brunner Cooperatif Learning
Apersepsi Variasi
Metode
Variasi Interaksi
Variasi Media Diskusi
Kelompok
Presentasi siswa
Rantai Kognitif
Kesimpulan Assesment
------------
Angket,
Questionnaire,
Lembar Observasi
PBM
Metode/Model
INSTRUMEN
-
dan kontekstual. PBM ditandai juga oleh pendekatan yang berpusat pada siswa
(students'- centered), guru sebagai fasilitator, dan soal terbuka (open-ended question)
atau kurang terstruktur (ill-structured) yang digunakan sebagai rangsangan awal untuk
belajar. (Marsigit, 2016)
a. Realistik Matematika
Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam kerangka menunjang usaha siswa
dalam proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat
mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri.
Diperlukan kegiatan refleksi terhadap aktivitas sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan
penguatan hubungan antar pokok bahasan dalam struktur pemahaman matematika. Menurut
Hans Freudental dalam Sugiman (2007) matematika merupakan aktivitas insani (human
activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian ketika siswa melakukan
kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua
macam matematisasi, yaitu: (1) matematisasi horisontal dan (2) matematisasi vertikal.
Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika.
Proses terjadi pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan / situasi
nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem
matematika itu sendiri; misalnya: penemuan strategi menyelesaiakn soal, mengkaitkan
hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.
Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mendasarkan aktivitas pembelajaran
matematika berdasarkan tahap perkembangan siswa, yang dapat dianalogikan dengan
fenomena gunung es (iceberg) seperti pada gambar di atas. Ilmu matematika formal yang
nampak dari diri siswa merupakan puncak dari gunung es. Meskipun ilmu abstrak tersebut
terlihat sangat sedikit, ilmu tersebut dibangun oleh kaki-kaki gunung es yang sangat besar dan
banyak tetapi tidak terlihat. Jika pondasi gunung es rapuh maka puncaknya akan mudah
roboh. Begitu pula dengan ilmu matematika yang dibangun oleh siswa. Jika dasar-dasar ilmu
matematika informal siswa tidak kokoh maka ilmu formalnya juga akan mudah dilupakan
atau hilang. Aktivitas pembelajaran matematika dalam PMR dapat divisualisasikan dengan
empat model yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika
formal. Perpindahan dari matematika konkret ke matematika formal dapat dideskripsikan
sebagai berikut (Marsigit, 2016). Penerapan metode realistik dalam pembelajaran matematika
berbasis etnomatematika dapat dilihat sebagai berikut:
-
Skema Pengembangan Pembelajaran Berbasis Etnomatematika
Mengkomunikasikan
(presentasi)
Mengasosiasi matematika
Mencoba membuat sketsa bangun datar geometri
Menanya mengenai candi prambanan dan hubungannya dengan
matematika
Mengamati secara langsung prasasti Candi Prambanan
b. Metode Saintifik
Seperti diketahui bahwa secara eksplisit pendekatan Saintifik direkomendasikan untuk
metode pembelajaran (dengan didukung atau dikombinasikan dengan metode lain yang
selaras) dalam kerangka Kurikulum 2013. Sebelum diuraikan tentang implementasi dan
contoh-contohnya, maka di sini akan dilakukan sintesis tentang adanya dikotomi pemikiran
Saintifik dan Tidak Saintifik. (Marsigit, 2016)
Pendekatan saintifik yang terdiri dari sintak:
a. mengamati b. menanya c. mengumpulkan informasi d. mengasosiasi e. mengkomunikasikan.
Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik tetaplah berbasis Kompetensi sesuai dengan
Luas persegi panjang =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟
-
jiwa dan semangat Kurikulum 2013. Fakta atau fenomena merupakan objek keilmuan yang
digunakan untuk membangun (Ilmu) Pengetahuan dengan pendekatan Saintifik yang
melibatkan unsur logika dan pengalaman. Segala macam kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng dapat berfungsi untuk memperkuat landasan pikiran dan pengalaman.
Pendekatan Saintifik dapat diselenggarakan dalam kerangka Konstruksivisme, yaitu
memberi kesempatan peran siswa untuk membangun pengetahuan/konsepnya melalui
fasilitasi guru. Terminologi “Penjelasan guru-respon siswa” bertentangan dengan semangat
Saintisme yaitu kemandirian untuk menemukan pengetahuannya.
Implementasi pendekatan Saintifik dalam pembelajaran di kelas tentunya harus sesuai
dengan koridor yang sudah digariskan oleh Kurikulum 2013, walaupun secara substantif
seorang pendidik tetap harus selalu berpikir kritis dengan mencermati aspek aspek
pedagogiknya sesuai dengan learning kontinum subjek didiknya. (Marsigit, 2016)
3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Persiapan Umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan
Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya, baik menyangkut hakekat
matematika sekolah, tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru
matematika, hakekat siswa belajar matematika, hakekat metode pembelajaran matematika,
hakekat penilaian pembelajaran matematika, dan hakekat sumber belajar matematika.
Sedangkan Persiapan Khusus meliputi persiapan yang terkait dengan persiapan pembelajaran
matematika dikelas.
Persiapan Khusus dimulai dengan analisis kurikulum (KTSP) yang meliputi : Standard
Isi, Standard Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Pemetaan, Indikator,
Strategi Belajar Mengajar (Tatap Muka) dan Penilaian.
Persiapan pada akhirnya menghasilkan RPP (Lesson Plan). Hal-hal yang perlu mendapat
perhatian pada persiapan Khusus pembelajaran matematika adalah perlu dikembangkannya
beberapa skema meliputi. (Marsigit, 2016)
1. Mengembangkan Skema/Sintak Pembelajaran Matematika
Skema/Sintak Pembelajaran Matematika hendaknya terdiri dari:
a. Penyiapan RPP yang memfasilitasi kebutuhan belajar siswa b. Penyiapan LKS yang memfasilitasi kebutuhan belajar siswa c. Pengembangan Kegiatan Apersepsi siswa d. Pengembangan Kegiatan Diskusi siswa e. Pengembangan Struktur Pembelajaran (Pendahuluan, kegiatan Inti, dan Penutup) f. Pengembangan Skema Pencapaian Kompetensi (Will, Attitude, Knowledge, Skill dan
Experience)
g. Pengembangan Skema Interaksi (Klasikal, Kelompok dan Individu) h. Pengembangan Skema Variasi Metode Pembelajaran i. Pengembangan Skema Variasi Media atau alat bantu pembelajaran (LKS
-
dan Alat Peraga)
j. Pengembangan Variasi Sumber Belajar (Buku Text, Internet atau Blog dan ICT)
k. Pengembangan Authentic Assesment l. Pengembangan Refleksi Siswa m. Memfasilitasi agar kesimpulan dapat dibuat oleh siswa.
Agar guru lebih mampu mewujudkan revitalisasi (pendidikan) pembelajaran matematika
yang menumbuhkan kreativitas siswa maka, mengacu kepada rekomendasi Cockroft Report
(1982) serta penjabaran dari Ebbut, S dan Straker, A (1995), berikut merupakan saran yang
mungkin bermanfaat bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran matematika, melalui
tahap persiapan, tahap pembelajaran, dan tahap evaluasi sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Mengajar a Merencanakan lingkungan belajar matematika
1) Menentukan sumber ajar yang diperlukan 2) Merencanakan kegiatan yang bersifat fleksibel 3) Merencakan lingkungan fisik pembelajaran matematika 4) Melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan belajar matematika 5) Mengembangkan lingkungan sosial siswa 6) Merencanakan kegiatan untuk bekerja sama 7) Mendorong siswa saling menghargai 8) Menelusuri perasaan siswa tentang matematika 9) Mengembangkan model-model matematika.
b Merencanakan kegiatan matematika 1) Merencanakan kegiatan matematika yang seimbang dalam hal : materi, waktu,
kesulitan, aktivitas, dsb
2) Merencanakan kegiatan matematika yang terbuka (open-ended) 3) Merencanakan kegiatan sesuai kemampuan siswa 4) Mengembangkan topik matematika 5) Membangun mental matematika 6) Kapan dan bilamana membantu siswa? 7) Menggunakan berbagai sumbar ajar (buku yang bervariasi).
2. Tahap Pembelajaran a Mengembangkan peranan guru
1) Mendorong dan mengembangkan pengertian siswa 2) Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan kebolehan
melakukan kegiatan matematika
3) Membiarkan siswa melakukan kesalahan 4) Mendorong siswa bertanggung jawab atas belajarnya.
b Mengatur waktu kepada siapa dan kapan melakukan kegiatan matematika bersama/tidak bersama siswa
1) Mengembangkan pengalaman siswa 2) Mengalokasikan waktu 3) Mengatur umpan-balik 4) Mengatur keterlibatan guru kepada siswa
-
5) Mengamati kegiatan siswa 3. Tahap Evaluasi
a. Mengamati kegiatan siswa
1) Apa yang siswa kuasai/tidak kuasai 2) Kegiatan apa yang diperlaukan berikutnya.
b. Mengevaluasi diri sendiri
1) Apa yang telah saya kerjakan? 2) Apa yang telah saya capai? 3) Pelajaran apa yang telah dapat saya petik? 4) Apa yang akan saya lakukan? 5) Apa yang saya perbuat sekarang? 6) Dari mana dan bantuan apa yang saya perlukan?
c. Menilai pengertian, proses, ketrampilan, fakta dan hasil
1) Pengertian : saya ingin tahu apakah mereka mengetahui? 2) Proses: saya ingin tahu cara apa yang mereka dapat digunakan 3) Ketrampilan : saya ingin tahu ketrampilan mana yang dapat mereka gunakan? 4) Fakta : saya ingin tahu apakah yang dapat mereka ingat? 5) Hasil : saya ingin tahu apa yang telah meraka dapat?
d. Menilai hasil dan memonitor kemajuan siswa
1) Mengidentifikasi konsep siswa 2) Mendorong siswa melakukan penilaian sendiri 3) Membuat/menggunakan catatan kemajuan siswa 4) Mengamati apa yang dikerjakan siswa 5) Bekerja sama dengan orang lain? 6) Mengidentifikasi bantuan yang diperlukan 7) Menilai aspek kurikulum.
-
E. Langkah-Langkah Rencana Pengembangan Perangkat Pembelajaran
Berikut adalah langkah-langkah saya dalam mengembangkan objek budaya dalam
pembelajaran matematika yaitu menjadi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS
khususnya pada materi bangun datar persegi panjang kelas VII SMP dengan konteks objek
budaya Candi Prambanan.
1. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang berlaku pada jenjang SMP khususnya kelas VII
SMP
Yaitu sebagai berikut:
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.
Mengaitkan rumus keliling dan luas
untuk berbagai jenis segiempat
(persegi, persegi panjang, belahketupat,
jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga
3.11.1. Menentukan rumus keliling
persegi panjang
3.11.2. Menentukan rumus luas persegi
panjang melalui rumus luas
persegi
-
2. Mencari gambaran umum terkait dengan konteks pembelajaran etnomatematika,
yangmana dalam hal ini keterkaitan antara materi matematika kelas VII SMP dengan
konteks objek budaya Candi Prambanan
Yaitu sebagai berikut:
Skema Pengembangan Pembelajaran Berbasis Etnomatematika
Mengkomunikasikan
(presentasi)
Mengasosiasi matematika
Mencoba membuat sketsa bangun datar geometri
Menanya mengenai candi prambanan dan hubungannya dengan
matematika
Mengamati secara langsung prasasti Candi Prambanan
Luas persegi panjang =
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟
-
3. Mengaitkan kompetensi dasar dengan objek-objek yang telah digambarkan
Kurikulum
2013
RPP
LKS
Dokumen
Formal
Dokumen
Resmi
Pemerinta
han dalam
Evaluasi
Pembelajaran Berbasis
Budaya
Refer
ensi
Norm
atif
Data Empiris
Etnomatemati
ka:
Candi
Prambanan
Filoso
fi
Ideolo
gi
Paradi
gma
Teori
Survey
Studi Kasus
Pende
katan
Model
Metod
e
Perangkat
pbm:
RPP dan
LKS
Analisis
Sintak pbm
berbasis
etno
Realistik Matematik Saintifik Brunner
Apersepsi Variasi
Metode
Variasi Interaksi
Variasi Media Diskusi
Kelompok
Presentasi siswa
Rantai Kognitif Kesimpulan Assesment
------------
Angket,
Questionnaire,
Lembar Observasi
PBM
Metode/Model
INSTRUMEN
-
4. Mengidentifikasi langsung objek dan mengabadikannya dalam foto, khususnya pada
objek-objek Candi Prambanan yang mempunyai bentuk bangun datar persegi panjang.
-
5. Membuat tabel identifikasi dan klasifikasi hubungan etnomatematika menggunakan teori
Bruner.
6. Sehingga pada akhirnya berhasil dihasilkan suatu perangkat pembelajaran matematika
berbasis etnomatematika kelas VII SMP, yang berfokus pada kompetensi dasar dan
indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut:
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11.
Mengaitkan rumus keliling dan luas
untuk berbagai jenis segiempat
(persegi, persegi panjang, belahketupat,
jajargenjang, trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga
3.11.1. Menentukan rumus keliling
persegi panjang
3.11.2. Menentukan rumus luas persegi
panjang melalui rumus luas
persegi
7. Setelah selesai pembuatan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika berupa RPP
dan LKS, maka perangkat tersebut diujicobakan di kelas (micro teaching
etnomatematika) bersama Prof. Marsigit. Namun, karena keterbatasan waktu maka hanya
-
ada satu mahasiswa yang bisa tampil. Sedangkan mahasiswa lain berperan menjadi
siswanya.
8. Berikut terlampir dokumentasi foto, baik dari materi yaitu bagian-bagian Candi
Prambanan, foto pelaksanaan micro teaching di dalam kelas, dan refleksi perkuliahan
etnomatematika.
9. Lampiran RPP dan LKS juga disertakan pada file ini.
LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI FOTO