Universitas Negeri Yogyakartarahmahayatinurbuat.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/...Author RAHMA...

23
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA (RPP & LKS dengan Materi Bangun Datar Persegi Panjang) Oleh : Rahma Hayati Nurbuat 15301244007 Pendidikan Matematika I 2015 Keterangan: Tugas berikut merupakan refleksi etnomatematika berupa makalah yang menggambarkan kerja saya untuk menghasilkan dokumen perangkat pembelajaran berupa RPP, LKS, disertai beberapa foto terpilih pada konteks PBM Matematika Berbasis Etnomatematika dengan konteks budaya Candi Prambanan dan dengan materi matematika kelas VII SMP, yaitu bangun datar persegi panjang. File RPP dan LKS yang dihasilkan sudah dilampirkan dalam file ini. A. PENDAHULUAN Salah satu kompetensi mahasiswa Pendidikan Matematika adalah mampu mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. Perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan salah satunya yaitu berupa seperangkat RPP dan LKS. Etnomatematika merupakan pendekatan pembelajaran matematika berbasis budaya lokal. Oleh karena itu, tempat penelitian untuk membuat rancangan perangkat pembelajaran ini mengambil lokasi di Candi Prambanan. Kehadiran inovasi pembelajaran sangat diperlukan sehingga pembelajaran matematika dapat menjadi lebih menyenangkan. Menurut salah satu tujuan belajar matematika adalah membentuk schemata baru dalam struktur kognitif dengan mempertimbangkan skemata yang ada dalam diri anak sehingga terjadi asimilasi. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan matematika formal (matematika sekolah), guru sebaiknya memulainya dengan menggali pengetahuan matematika informal yang telah diperoleh siswa dari kehidupan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-hari dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik. Salah satu aspek yang dapat dikembangkan untuk inovasi pembelajaran tersebut adalah budaya lokal setempat. Secara material, maka obyek matematika dapat berupa benda-benda kongkrit, gambar atau model kubus, berwarna-warni lambang bilangan besar atau kecil, kolam berbentuk persegi, atap rumah berbentuk limas, piramida-piramida di Mesir, kuda-kuda atap rumah berbentuk segitiga siku-siku, roda berbentuk lingkaran, dst. Maka secara material, obyek matematika itu berada di lingkungan atau sekitar kita. Sedangkan secara formal, obyek matematika berupa benda-benda pikir. Benda-benda pikir diperoleh dari benda konkrit dengan malakukan “abstraksi” dan “idealisasi”. Abstraksi adalah kegiatan di mana hanya mengambil sifat-sifat tertentu saja untuk dipikirkan atau dipelajari. Idealisasi adalah kegiatan menganggap sempurna sifat-sifat yang ada. Dari model kubus yang terbuat dari kayu jati, maka dengan abstraksi kita hanya mempelajari tentang bentuk dan ukuran saja. Dengan idealisasi maka kita memperoleh bahwa ruas-ruas kubus berupa garis lurus yang betul-betul lurus tanpa cacat. Secara normatif,

Transcript of Universitas Negeri Yogyakartarahmahayatinurbuat.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/...Author RAHMA...

  • PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

    MATEMATIKA BERBASIS ETNOMATEMATIKA (RPP & LKS dengan Materi Bangun Datar Persegi Panjang)

    Oleh :

    Rahma Hayati Nurbuat

    15301244007

    Pendidikan Matematika I 2015

    Keterangan: Tugas berikut merupakan refleksi etnomatematika berupa makalah yang

    menggambarkan kerja saya untuk menghasilkan dokumen perangkat pembelajaran berupa RPP,

    LKS, disertai beberapa foto terpilih pada konteks PBM Matematika Berbasis Etnomatematika

    dengan konteks budaya Candi Prambanan dan dengan materi matematika kelas VII SMP, yaitu

    bangun datar persegi panjang. File RPP dan LKS yang dihasilkan sudah dilampirkan dalam file

    ini.

    A. PENDAHULUAN

    Salah satu kompetensi mahasiswa Pendidikan Matematika adalah mampu

    mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika. Perangkat pembelajaran

    matematika yang dikembangkan salah satunya yaitu berupa seperangkat RPP dan LKS.

    Etnomatematika merupakan pendekatan pembelajaran matematika berbasis budaya lokal. Oleh

    karena itu, tempat penelitian untuk membuat rancangan perangkat pembelajaran ini mengambil

    lokasi di Candi Prambanan.

    Kehadiran inovasi pembelajaran sangat diperlukan sehingga pembelajaran matematika

    dapat menjadi lebih menyenangkan. Menurut salah satu tujuan belajar matematika adalah

    membentuk schemata baru dalam struktur kognitif dengan mempertimbangkan skemata yang

    ada dalam diri anak sehingga terjadi asimilasi. Oleh sebab itu, dalam mengajarkan matematika

    formal (matematika sekolah), guru sebaiknya memulainya dengan menggali pengetahuan

    matematika informal yang telah diperoleh siswa dari kehidupan masyarakat di sekitar tempat

    tinggalnya. Hal-hal yang konkret dan berhubungan dengan pengalaman siswa sehari-hari dapat

    dijadikan sebagai sumber belajar yang menarik. Salah satu aspek yang dapat dikembangkan

    untuk inovasi pembelajaran tersebut adalah budaya lokal setempat.

    Secara material, maka obyek matematika dapat berupa benda-benda kongkrit, gambar

    atau model kubus, berwarna-warni lambang bilangan besar atau kecil, kolam berbentuk persegi,

    atap rumah berbentuk limas, piramida-piramida di Mesir, kuda-kuda atap rumah berbentuk

    segitiga siku-siku, roda berbentuk lingkaran, dst. Maka secara material, obyek matematika itu

    berada di lingkungan atau sekitar kita. Sedangkan secara formal, obyek matematika berupa

    benda-benda pikir. Benda-benda pikir diperoleh dari benda konkrit dengan malakukan

    “abstraksi” dan “idealisasi”. Abstraksi adalah kegiatan di mana hanya mengambil sifat-sifat

    tertentu saja untuk dipikirkan atau dipelajari. Idealisasi adalah kegiatan menganggap sempurna

    sifat-sifat yang ada. Dari model kubus yang terbuat dari kayu jati, maka dengan abstraksi kita

    hanya mempelajari tentang bentuk dan ukuran saja. Dengan idealisasi maka kita memperoleh

    bahwa ruas-ruas kubus berupa garis lurus yang betul-betul lurus tanpa cacat. Secara normatif,

  • maka obyek-obyek matematika berupa makna yang terkandung di dalam obyek-obyek material

    dan formalnya. Makna-makna yang terungkap dari matematika material dan matematika formal

    itulah kemudian akan menghasilkan “value” atau nilai matematika. (Marsigit, 2016)

    B. PERAN ETNOMATEMATIKA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

    Etnomatematika hanyalah relevan untuk pembelajaran matematika dengan ranah

    Matematika Sekolah. (Marsigit, 2016)

    1. Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Selaras Dengan Hakikat

    Matematika Sekolah

    Ebbutt dan Straker (1995) mendefinisikan Matematika Sekolah sebagai suatu kegiatan:

    Penelusuran pola dan hubungan, Intuisi dan investigasi, Komunikasi, dan Pemecahan

    masalah.

    a. Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:

    1) Memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan matematika,

    Memperoleh kesempatan untuk melakukan percobaan matematika dengan berbagai cara,

    2) Memperoleh kesempatan untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dalam matematika,

    3) Memperoleh kesempatan untuk menarik kesimpulan umum (membuktikan rumus), 4) Memahami dan menemukan hubungan antara pengertian matematika yang satu

    dengan yang lainnya.

    b. Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi siswa:

    1) Mempunyai inisiatif untuk mencari penyelesaian persoalan matematika, 2) Mempunyai rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan

    kemampuan memperkirakan,

    3) Menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat, 4) Berusaha menemukan struktur dan desain matematika, 5) Menghargai penemuan siswa yang lainnya, 6) Mencoba berfikir refleksif, yaitu mencari manfaat matematika 7) Tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam menylesaikan matematika

    c. Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving) Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika mempunyai sifat-sifat:

    1) Menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika,

    2) Memberi kesempatan kepada siswa memecahkan persoalan matematika

  • menggunakan caranya sendiri dan juga bersama-sama.

    3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika,

    4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan berpikir logis, konsisten, sistematis dan membuat catatan,

    5) Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk memecahkan persoalan matematika,

    6) Memberi kesempatan menggunakan berbagai alat peraga matematika seperti : jangka, kalkulator, penggaris, busur derajat, dsb.

    d. Matematika sebagai alat berkomunikasi 1) Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi implikasi bagi

    siswa:

    2) Berusaha mengenali dan menjelaskan sifat-sifat matematika, 3) Berusaha membuat contoh-contoh persoalan matematika sendiri, 4) Mengetahui alasan mengapa siswa perlu mempelajari matematika, 5) Mendiskusikan penyelesaian soal-soal matematika dengan teman yang lain, 6) Mengerjakan contoh soal dan soal-soal matematika, 7) Menjelaskan jawaban siswa kepada teman yang lain.

    2. Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika Selaras dengan Hakikat Siswa

    Belajar Matematika (Marsigit, 2016)

    Ebbutt dan Straker (1995: 60-75), memberikan pandangannya bahwa agar potensi siswa

    dapat dikembangkan secara optimal, maka asumsi dan implikasi berikut dapat dijadikan

    sebagai referensi :

    1). Murid akan belajar jika mendapat MOTIVASI.

    Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika memberi manfaat:

    a. Menyediakan kegiatan yang menyenangkan b. Memperhatikan keinginan mereka

    c. Membangun pengertian melalui apa yang mereka ketahui d. Menciptakan suasana kelas yang mendudukung dan merangsang belajar

    e. Memberikan kegiatan yangsesuai dengan tujuan pembelajaran f. Memberikan kegiatan yang menantang g. Memberikan kegiatan yang memberikan harapan keberhasilan

    h. Menghargai setiap pencapaian siswa

    2). Cara Belajar Siswa Bersifat Unik

    Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi kesempatan

    kepada guru untuk:

    a. Berusaha mengetahuai kelebihan dan kekurangan para siswanya. b. Merencanakan kegiatan yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa

    c. Membangun pengetahuan dan ketrampilan siswa baik yang dia peroleh di sekolah

  • maupun di rumah.

    d. Merencanakan dan menggunakan catatan kemajuan siswa (assessment).

    3). Siswa Belajar Matematika melalui Kerjasama

    Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika akan memberi kesempatan

    kepada siswa untuk:

    a. Belajar dalam kelompok dapat melatih kerjasama. b. Belajar secara klasikal memberikan kesempatan untuk saling bertukar gagasan

    c. Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatannya secara d. Mandiri

    e. Melibatkan siswa dalam pengambilan keputusan tentang kegiatan yang akankan dilakukannya.

    4). Murid memerlukan konteks dan situasi yang berbeda-beda dalam belajarnya.

    Pembelajaran matematika berbasis etnomatematika memberikan sifat:

    a. Menyediakan dan menggunakan berbagai alat peraga b. Belajar matematika diberbagai tempat dan kesempatan c. Menggunakan matematika untuk berbagai keperluan d. Mengembangkan sikap menggunakan matematika sebagai alat untuk

    memecahkan problematika baik di sekolahan maupun di rumah

    e. Menghargai sumbangan tradisi, budaya dan seni dalam pengembangan f. Matematika g. Memabantu siswa merefleksikan kegiatan matematikanya.

    C. MENGGALI, MENIDENTIFIKASI ETNOMATEMATIKA DARI KONTEKS

    BUDAYA CANDI PRAMBANAN

    Dari hasil observasi lapangan ethnomatematika di Candi Prambanan pada hari Jumat, 24

    April 2018 diperoleh data – data dalam bentuk foto dokumentasi mengenai bagian – bagian

    Candi Prambanan yang terkait dengan ethnomatematika, sebagai berikut:

    Foto Benda Identifikasi Benda

    Nama Benda:

    Candi Brahma

    Lokasi Benda:

    Di pelataran utama Candi Prambanan

    Bahan:

    Batu

    Nama Benda:

    Tangga Candi Siwa

    Lokasi Benda:

    Komplek utama Candi Prambanan, tepat

    di pintu timur Candi Siwa

    Bahan:

  • Batu

    Nama Benda:

    Prasasti

    Lokasi Benda:

    Berada di dalam musium Candi

    Prambanan.

    Bahan:

    Batu

    Nama Benda:

    Prasasti Candi Prambanan

    Lokasi Benda:

    Halaman musium Candi Prambanan

    Bahan:

    Batu

    Nama Benda:

    Dinding Candi

    Lokasi Benda:

    Komplek utama Candi Prambanan, dapat

    ditemui pada dinding ketiga candi utama.

    Bahan:

    Batu

    Nama Benda:

    Bagian Candi

    Lokasi Benda:

    Komplek utama Candi Prambanan pada

    ketiga candi utama. Tepatnya pada

    tingkat kedua di setiap sisi candi.

    Bahan:

    Batu

    Nama Benda:

    Kumpulan Prasasti Candi

    Lokasi Benda:

    Halaman musium Candi Prambanan

    Bahan:

    Batu

    D. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS

    ETNOMATEMATIKA

    Untuk dapat mengembangkan pembelajaran matematika dapat dilakukan persiapan

    meliputi: Persiapan Umum dan Persiapan Khusus. Baik Persiapan Umum maupun Persiapan

    Khusus pada umumnya dikehendaki agar praktek pembelajaran mampu menggeser paradigma

    lama yaitu pembelajaran yang berorientasi kepada guru menuju ke pembelajaran yang

    berorientasi kepada siswa. Oleh karena itu kemampuan guru dalam melayani kebutuhan siswa

  • dalam belajar matematika menjadi sangat penting. Guru akan sangat dibantu dengan Skema

    Interaksi dan Variasi Media. LKS tidak hanya merupakan kumpulan soal tetapi dapat

    merupakan sumber informasi, teori atau penemuan terbimbing. LKS juga tidak harus selalu

    satu macam, tetapi dapat dikembangkan banyak ragam dalam satu kali pertemuan.

    Kemampuan guru mengembangkan materi ajar melalui perangkat pembelajaran menjadi

    sangat penting untuk menunjang keberhasilan pembelajaran matematika. Sumber belajar yang

    terbaik adalah sumber belajar yang dikembangkan oleh guru itu sendiri. (Marsigit, 2016)

    1. Pengembangan Model

    Dari uraian yang sudah diberikan, dapat ditarik pelajaran bahwa untuk dapat

    mengembangkan suatu pembelajaran matematika, seorang guru dituntut agar memahami

    dasar-dasar atau filosofi pendidikan serta teori-teori yang menyertainya. Berikut merupakan

    Diagram yang menggambarkan keterkaitan antara Filsafat, Ideologi, Teori dan Model

    Pembelajaran serta Implementasinya di lapangan.

    Ground/

    Foundation

    Reference

    Paradigm /Theory

    Approaches/

    Strategy

    Model

    Teachig/

    Learning

    Teaching/Learning

    Resources

    Ph

    iloso

    ph

    y o

    f Ed

    uca

    tion

    Ideo

    log

    y o

    f Ed

    uca

    tion

    No

    rma

    tif Refer

    ence

    s

    Bo

    ok

    Jou

    ral

    Research

    Blo

    g

    Fo

    rma

    l Refer

    eces

    Leg

    al Fo

    rmal

    PP

    , Perm

    end

    ikb

    ud

    Ku

    r 20

    13

    Paradigm /

    Theory 1

    Approaches/

    Strategy/

    Method 1

    Model T/L 1 Lesson Plan

    Student Worksheet

    Assessment 1

    Mix Mix Mix Mix

    Paradigm /

    Theory 2

    Approaches/

    Strategy /

    Method 2

    Model T/L 2 Lesson Plan

    Student Worksheet

    Assessment 2

    Mix Mix Mix Mix

    Paradigm /

    Theory 3

    Approaches/

    Strategy/

    Method 3

    Model T/L 3

    Lesson Plan

    Student Worksheet

    Assessment 3

    etc etc etc ….

    Paradigm /Theory

    Kur 2013

    Approaches/

    Strategy/

    Method Kur 2013

    Model T/L

    Kur 2013

    Lesson Plan

    Student Worksheet

    Assessment

    Kur 2013

    Tabel : DEVELOPING MATHEMATICS TEACHING LEARNING PROCESS

    By Marsigit (2014) Akses: http://powermathematics.blogspot.com dan

    https://uny.academia.edu/MarsigitHrd

    http://powermathematics.blogspot.com/https://uny.academia.edu/MarsigitHrd

  • Berdasarkan diagram di atas, maka pembelajaran matematika berbasis etnomatematika dapat

    dikembangkan melalui diagram berikut:

    Gambar: Diagram Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika

    (Marsigit, 2015)

    2. Pengembangan Metode Pembelajaran

    Kurikulum sekolah kita merupakan kurikulum berbasis kompetensi (Competence-Based

    Curriculum), bukan kurikulum berbasis pengetahuan (Knowledge-Based Curriculum).

    Sebagai kurikulum berbasis kompetensi (KBK), kurikulum sekolah kita dapat

    dikategorikan sebagai pengalaman bukan sekedar pedoman atau kumpulan materi untuk

    dipelajari. Konsekuensinya, guru dalam pembelajaran harus memfasilitasi para siswa

    dengan berbagai kegiatan sehingga para siswa mendapat pengalaman belajar yang

    bermakna. PBL dimulai dengan asumsi bahwa pembelajaran merupakan proses yang

    aktif, kolaboratif, terintegrasi, dan konstruktif yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial

    Kurikulum

    2013

    Silabus

    RPP

    LKS

    Handout

    Dokumen

    Formal

    Dokumen

    Resmi

    Pemerinta

    han dalam

    Evaluasi

    Pembelajaran Berbasis

    Budaya

    Refer

    ensi

    Norm

    atif

    Data Empiris

    Etnomatemati

    ka:

    Kraton

    Borobudur

    Prambanan

    Dayak

    dsb

    Filoso

    fi

    Ideolo

    gi

    Paradi

    gma

    Teori

    Survey

    Studi Kasus

    Pende

    katan

    Model

    Metod

    e

    Perangkat

    pbm:

    RPP dan

    LKS

    Analisis

    Sintak pbm

    berbasis

    etno

    Realistik Matematik Saintifik Brunner Cooperatif Learning

    Apersepsi Variasi

    Metode

    Variasi Interaksi

    Variasi Media Diskusi

    Kelompok

    Presentasi siswa

    Rantai Kognitif

    Kesimpulan Assesment

    ------------

    Angket,

    Questionnaire,

    Lembar Observasi

    PBM

    Metode/Model

    INSTRUMEN

  • dan kontekstual. PBM ditandai juga oleh pendekatan yang berpusat pada siswa

    (students'- centered), guru sebagai fasilitator, dan soal terbuka (open-ended question)

    atau kurang terstruktur (ill-structured) yang digunakan sebagai rangsangan awal untuk

    belajar. (Marsigit, 2016)

    a. Realistik Matematika

    Benda-benda konkrit dimanipulasi oleh siswa dalam kerangka menunjang usaha siswa

    dalam proses matematisasi konkret ke abstrak. Siswa perlu diberi kesempatan agar dapat

    mengkontruksi dan menghasilkan matematika dengan cara dan bahasa mereka sendiri.

    Diperlukan kegiatan refleksi terhadap aktivitas sosial sehingga dapat terjadi pemaduan dan

    penguatan hubungan antar pokok bahasan dalam struktur pemahaman matematika. Menurut

    Hans Freudental dalam Sugiman (2007) matematika merupakan aktivitas insani (human

    activities) dan harus dikaitkan dengan realitas. Dengan demikian ketika siswa melakukan

    kegiatan belajar matematika maka dalam dirinya terjadi proses matematisasi. Terdapat dua

    macam matematisasi, yaitu: (1) matematisasi horisontal dan (2) matematisasi vertikal.

    Matematisasi horisontal berproses dari dunia nyata ke dalam simbol-simbol matematika.

    Proses terjadi pada siswa ketika ia dihadapkan pada problematika yang kehidupan / situasi

    nyata. Sedangkan matematisasi vertikal merupakan proses yang terjadi di dalam sistem

    matematika itu sendiri; misalnya: penemuan strategi menyelesaiakn soal, mengkaitkan

    hubungan antar konsep-konsep matematis atau menerapkan rumus/temuan rumus.

    Pendidikan Matematika Realistik (PMR) mendasarkan aktivitas pembelajaran

    matematika berdasarkan tahap perkembangan siswa, yang dapat dianalogikan dengan

    fenomena gunung es (iceberg) seperti pada gambar di atas. Ilmu matematika formal yang

    nampak dari diri siswa merupakan puncak dari gunung es. Meskipun ilmu abstrak tersebut

    terlihat sangat sedikit, ilmu tersebut dibangun oleh kaki-kaki gunung es yang sangat besar dan

    banyak tetapi tidak terlihat. Jika pondasi gunung es rapuh maka puncaknya akan mudah

    roboh. Begitu pula dengan ilmu matematika yang dibangun oleh siswa. Jika dasar-dasar ilmu

    matematika informal siswa tidak kokoh maka ilmu formalnya juga akan mudah dilupakan

    atau hilang. Aktivitas pembelajaran matematika dalam PMR dapat divisualisasikan dengan

    empat model yaitu matematika konkret, model konkret, model formal, dan matematika

    formal. Perpindahan dari matematika konkret ke matematika formal dapat dideskripsikan

    sebagai berikut (Marsigit, 2016). Penerapan metode realistik dalam pembelajaran matematika

    berbasis etnomatematika dapat dilihat sebagai berikut:

  • Skema Pengembangan Pembelajaran Berbasis Etnomatematika

    Mengkomunikasikan

    (presentasi)

    Mengasosiasi matematika

    Mencoba membuat sketsa bangun datar geometri

    Menanya mengenai candi prambanan dan hubungannya dengan

    matematika

    Mengamati secara langsung prasasti Candi Prambanan

    b. Metode Saintifik

    Seperti diketahui bahwa secara eksplisit pendekatan Saintifik direkomendasikan untuk

    metode pembelajaran (dengan didukung atau dikombinasikan dengan metode lain yang

    selaras) dalam kerangka Kurikulum 2013. Sebelum diuraikan tentang implementasi dan

    contoh-contohnya, maka di sini akan dilakukan sintesis tentang adanya dikotomi pemikiran

    Saintifik dan Tidak Saintifik. (Marsigit, 2016)

    Pendekatan saintifik yang terdiri dari sintak:

    a. mengamati b. menanya c. mengumpulkan informasi d. mengasosiasi e. mengkomunikasikan.

    Pembelajaran dengan pendekatan Saintifik tetaplah berbasis Kompetensi sesuai dengan

    Luas persegi panjang =

    𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟

  • jiwa dan semangat Kurikulum 2013. Fakta atau fenomena merupakan objek keilmuan yang

    digunakan untuk membangun (Ilmu) Pengetahuan dengan pendekatan Saintifik yang

    melibatkan unsur logika dan pengalaman. Segala macam kira-kira, khayalan, legenda, atau

    dongeng dapat berfungsi untuk memperkuat landasan pikiran dan pengalaman.

    Pendekatan Saintifik dapat diselenggarakan dalam kerangka Konstruksivisme, yaitu

    memberi kesempatan peran siswa untuk membangun pengetahuan/konsepnya melalui

    fasilitasi guru. Terminologi “Penjelasan guru-respon siswa” bertentangan dengan semangat

    Saintisme yaitu kemandirian untuk menemukan pengetahuannya.

    Implementasi pendekatan Saintifik dalam pembelajaran di kelas tentunya harus sesuai

    dengan koridor yang sudah digariskan oleh Kurikulum 2013, walaupun secara substantif

    seorang pendidik tetap harus selalu berpikir kritis dengan mencermati aspek aspek

    pedagogiknya sesuai dengan learning kontinum subjek didiknya. (Marsigit, 2016)

    3. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

    Persiapan Umum meliputi Kajian dan Penyesuaian Paradigma dan Teori Pendidikan dan

    Pembelajaran Matematika Inovatif dan implementasinya, baik menyangkut hakekat

    matematika sekolah, tujuan pendidikan matematika, hakekat tugas dan fungsi guru

    matematika, hakekat siswa belajar matematika, hakekat metode pembelajaran matematika,

    hakekat penilaian pembelajaran matematika, dan hakekat sumber belajar matematika.

    Sedangkan Persiapan Khusus meliputi persiapan yang terkait dengan persiapan pembelajaran

    matematika dikelas.

    Persiapan Khusus dimulai dengan analisis kurikulum (KTSP) yang meliputi : Standard

    Isi, Standard Kompetensi, Kompetensi Dasar, Tujuan Pembelajaran, Pemetaan, Indikator,

    Strategi Belajar Mengajar (Tatap Muka) dan Penilaian.

    Persiapan pada akhirnya menghasilkan RPP (Lesson Plan). Hal-hal yang perlu mendapat

    perhatian pada persiapan Khusus pembelajaran matematika adalah perlu dikembangkannya

    beberapa skema meliputi. (Marsigit, 2016)

    1. Mengembangkan Skema/Sintak Pembelajaran Matematika

    Skema/Sintak Pembelajaran Matematika hendaknya terdiri dari:

    a. Penyiapan RPP yang memfasilitasi kebutuhan belajar siswa b. Penyiapan LKS yang memfasilitasi kebutuhan belajar siswa c. Pengembangan Kegiatan Apersepsi siswa d. Pengembangan Kegiatan Diskusi siswa e. Pengembangan Struktur Pembelajaran (Pendahuluan, kegiatan Inti, dan Penutup) f. Pengembangan Skema Pencapaian Kompetensi (Will, Attitude, Knowledge, Skill dan

    Experience)

    g. Pengembangan Skema Interaksi (Klasikal, Kelompok dan Individu) h. Pengembangan Skema Variasi Metode Pembelajaran i. Pengembangan Skema Variasi Media atau alat bantu pembelajaran (LKS

  • dan Alat Peraga)

    j. Pengembangan Variasi Sumber Belajar (Buku Text, Internet atau Blog dan ICT)

    k. Pengembangan Authentic Assesment l. Pengembangan Refleksi Siswa m. Memfasilitasi agar kesimpulan dapat dibuat oleh siswa.

    Agar guru lebih mampu mewujudkan revitalisasi (pendidikan) pembelajaran matematika

    yang menumbuhkan kreativitas siswa maka, mengacu kepada rekomendasi Cockroft Report

    (1982) serta penjabaran dari Ebbut, S dan Straker, A (1995), berikut merupakan saran yang

    mungkin bermanfaat bagi guru dalam menyelenggarakan pembelajaran matematika, melalui

    tahap persiapan, tahap pembelajaran, dan tahap evaluasi sebagai berikut :

    1. Tahap Persiapan Mengajar a Merencanakan lingkungan belajar matematika

    1) Menentukan sumber ajar yang diperlukan 2) Merencanakan kegiatan yang bersifat fleksibel 3) Merencakan lingkungan fisik pembelajaran matematika 4) Melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan belajar matematika 5) Mengembangkan lingkungan sosial siswa 6) Merencanakan kegiatan untuk bekerja sama 7) Mendorong siswa saling menghargai 8) Menelusuri perasaan siswa tentang matematika 9) Mengembangkan model-model matematika.

    b Merencanakan kegiatan matematika 1) Merencanakan kegiatan matematika yang seimbang dalam hal : materi, waktu,

    kesulitan, aktivitas, dsb

    2) Merencanakan kegiatan matematika yang terbuka (open-ended) 3) Merencanakan kegiatan sesuai kemampuan siswa 4) Mengembangkan topik matematika 5) Membangun mental matematika 6) Kapan dan bilamana membantu siswa? 7) Menggunakan berbagai sumbar ajar (buku yang bervariasi).

    2. Tahap Pembelajaran a Mengembangkan peranan guru

    1) Mendorong dan mengembangkan pengertian siswa 2) Memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk menunjukkan kebolehan

    melakukan kegiatan matematika

    3) Membiarkan siswa melakukan kesalahan 4) Mendorong siswa bertanggung jawab atas belajarnya.

    b Mengatur waktu kepada siapa dan kapan melakukan kegiatan matematika bersama/tidak bersama siswa

    1) Mengembangkan pengalaman siswa 2) Mengalokasikan waktu 3) Mengatur umpan-balik 4) Mengatur keterlibatan guru kepada siswa

  • 5) Mengamati kegiatan siswa 3. Tahap Evaluasi

    a. Mengamati kegiatan siswa

    1) Apa yang siswa kuasai/tidak kuasai 2) Kegiatan apa yang diperlaukan berikutnya.

    b. Mengevaluasi diri sendiri

    1) Apa yang telah saya kerjakan? 2) Apa yang telah saya capai? 3) Pelajaran apa yang telah dapat saya petik? 4) Apa yang akan saya lakukan? 5) Apa yang saya perbuat sekarang? 6) Dari mana dan bantuan apa yang saya perlukan?

    c. Menilai pengertian, proses, ketrampilan, fakta dan hasil

    1) Pengertian : saya ingin tahu apakah mereka mengetahui? 2) Proses: saya ingin tahu cara apa yang mereka dapat digunakan 3) Ketrampilan : saya ingin tahu ketrampilan mana yang dapat mereka gunakan? 4) Fakta : saya ingin tahu apakah yang dapat mereka ingat? 5) Hasil : saya ingin tahu apa yang telah meraka dapat?

    d. Menilai hasil dan memonitor kemajuan siswa

    1) Mengidentifikasi konsep siswa 2) Mendorong siswa melakukan penilaian sendiri 3) Membuat/menggunakan catatan kemajuan siswa 4) Mengamati apa yang dikerjakan siswa 5) Bekerja sama dengan orang lain? 6) Mengidentifikasi bantuan yang diperlukan 7) Menilai aspek kurikulum.

  • E. Langkah-Langkah Rencana Pengembangan Perangkat Pembelajaran

    Berikut adalah langkah-langkah saya dalam mengembangkan objek budaya dalam

    pembelajaran matematika yaitu menjadi perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS

    khususnya pada materi bangun datar persegi panjang kelas VII SMP dengan konteks objek

    budaya Candi Prambanan.

    1. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang berlaku pada jenjang SMP khususnya kelas VII

    SMP

    Yaitu sebagai berikut:

    Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

    3.11.

    Mengaitkan rumus keliling dan luas

    untuk berbagai jenis segiempat

    (persegi, persegi panjang, belahketupat,

    jajargenjang, trapesium, dan layang-

    layang) dan segitiga

    3.11.1. Menentukan rumus keliling

    persegi panjang

    3.11.2. Menentukan rumus luas persegi

    panjang melalui rumus luas

    persegi

  • 2. Mencari gambaran umum terkait dengan konteks pembelajaran etnomatematika,

    yangmana dalam hal ini keterkaitan antara materi matematika kelas VII SMP dengan

    konteks objek budaya Candi Prambanan

    Yaitu sebagai berikut:

    Skema Pengembangan Pembelajaran Berbasis Etnomatematika

    Mengkomunikasikan

    (presentasi)

    Mengasosiasi matematika

    Mencoba membuat sketsa bangun datar geometri

    Menanya mengenai candi prambanan dan hubungannya dengan

    matematika

    Mengamati secara langsung prasasti Candi Prambanan

    Luas persegi panjang =

    𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟

  • 3. Mengaitkan kompetensi dasar dengan objek-objek yang telah digambarkan

    Kurikulum

    2013

    RPP

    LKS

    Dokumen

    Formal

    Dokumen

    Resmi

    Pemerinta

    han dalam

    Evaluasi

    Pembelajaran Berbasis

    Budaya

    Refer

    ensi

    Norm

    atif

    Data Empiris

    Etnomatemati

    ka:

    Candi

    Prambanan

    Filoso

    fi

    Ideolo

    gi

    Paradi

    gma

    Teori

    Survey

    Studi Kasus

    Pende

    katan

    Model

    Metod

    e

    Perangkat

    pbm:

    RPP dan

    LKS

    Analisis

    Sintak pbm

    berbasis

    etno

    Realistik Matematik Saintifik Brunner

    Apersepsi Variasi

    Metode

    Variasi Interaksi

    Variasi Media Diskusi

    Kelompok

    Presentasi siswa

    Rantai Kognitif Kesimpulan Assesment

    ------------

    Angket,

    Questionnaire,

    Lembar Observasi

    PBM

    Metode/Model

    INSTRUMEN

  • 4. Mengidentifikasi langsung objek dan mengabadikannya dalam foto, khususnya pada

    objek-objek Candi Prambanan yang mempunyai bentuk bangun datar persegi panjang.

  • 5. Membuat tabel identifikasi dan klasifikasi hubungan etnomatematika menggunakan teori

    Bruner.

    6. Sehingga pada akhirnya berhasil dihasilkan suatu perangkat pembelajaran matematika

    berbasis etnomatematika kelas VII SMP, yang berfokus pada kompetensi dasar dan

    indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut:

    Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

    3.11.

    Mengaitkan rumus keliling dan luas

    untuk berbagai jenis segiempat

    (persegi, persegi panjang, belahketupat,

    jajargenjang, trapesium, dan layang-

    layang) dan segitiga

    3.11.1. Menentukan rumus keliling

    persegi panjang

    3.11.2. Menentukan rumus luas persegi

    panjang melalui rumus luas

    persegi

    7. Setelah selesai pembuatan perangkat pembelajaran berbasis etnomatematika berupa RPP

    dan LKS, maka perangkat tersebut diujicobakan di kelas (micro teaching

    etnomatematika) bersama Prof. Marsigit. Namun, karena keterbatasan waktu maka hanya

  • ada satu mahasiswa yang bisa tampil. Sedangkan mahasiswa lain berperan menjadi

    siswanya.

    8. Berikut terlampir dokumentasi foto, baik dari materi yaitu bagian-bagian Candi

    Prambanan, foto pelaksanaan micro teaching di dalam kelas, dan refleksi perkuliahan

    etnomatematika.

    9. Lampiran RPP dan LKS juga disertakan pada file ini.

    LAMPIRAN-LAMPIRAN DOKUMENTASI FOTO