UNDANG-UNDANG DASAR 1945 - · PDF fileKonstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas...
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
232 -
download
7
Transcript of UNDANG-UNDANG DASAR 1945 - · PDF fileKonstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas...
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 0
MODUL 2
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Reviewer: Dr. Umasih, M.Hum.
MATERI UJIAN DINAS DAN UJIAN PENYESUAIAN KENAIKAN PANGKAT (UPKP)
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN) BADAN POM 2015
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 1
Modul 2 UNDANG-UNDANG DASAR 1945
A. Pendahuluan Setiap negara memiliki undang-undang dasar yang berfungsi sebagai salah
satu sumber peraturan yang ada di negara tersebut. Begitu pun dengan negara
Indonesia, tentu memiliki undang-undang dasar. Undang-undang dasar negera
Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-undang dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum dasar.
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan
demikian, setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah
berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi. Menurut Pasal 2 UU
No. 10 Tahun 2004, semua peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Sebagai bagian Badan POM, semua pegawai negeri sipil Badan POM perlu
memahami Undang-Undang Dasar 1945. Pemahaman tersebut diperlukan untuk
mendukung kerja di setiap satuan kerja yang ada di Badan POM. Atas`dasar itu, materi
tentang Undang-Undang Dasar 1945 menjadi bagian dari materi Ujian Dinas dan Ujian
Penyesuaian Kenaikan Pangkat (UPKP) Pegawai Negeri Sipil (PNS) Badan POM.
B. Deskripsi Singkat
Mata pelajaran ini membahas tentang pengertian, fungsi, kedudukan, dan sejarah pembentukan UUD 1945, pembukaan UUD 1945, kandungan UUD 1945, serta UUD 1945 dalam pelaksanaannya.
C. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Setelah mengikuti proses pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menarapkan UUD 1945 dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. D. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
Setelah mempelajari modul ini, para peserta mampu: 1) menjelaskan pengertian, fungsi, kedudukan, dan sejarah perkembangan UUD
1945; 2) menjelaskan makna tiap-tiap Alinea Pembukaan UUD 1945; 3) menjelaskan hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan Pasal-pasal dalam
UUD 1945; 4) menjelaskan Peraturan Perundang terkait dengan PNS.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 2
E. Materi Bahasan
Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri atas4 (empat) kegiatan belajar:
1) Pengertian, Fungsi, Kedudukan, dan Sejarah Perkembangan UUD 1945
2) Pembukaan UUD 1945;
3) Kandungan UUD 1945;
4) Peraturan Perundang-undangan Terkait dengan PNS
F. Uraian Materi Kegiatan Belajar 1: PENGERTIAN, FUNGSI, DAN KEDUDUKAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 1. Pengertian
Konstitusi atau Undang-undang Dasar (bahasa Latin: constitutio) dalam
negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum pemerintahan yang dituangkan
dalam dokumen tertulis. Konstitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas politik
dan hukum termasuk dalam bentukan struktur, prosedur, wewenang dan kewajiban
pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi umumnya merujuk pada penjaminan
hak kepada warga masyarakatnya.
UUD 1945 ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
pada tanggal 18 Agustus 1945 sebagai Konstitusi Republik Indonesia. UUD 1945
mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga setiap
warga negara Indonesia dimanapun mereka berada serta setiap penduduk yang
berada di wilayah Negara Republik Indonesia.
UUD 1945 merupakan hukum dasar yang tertulis. Selain UUD 1945 terdapat
hukum dasar yang tidak tertulis. Hukum dasar yang tidak tertulis tersebut merupakan
aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara
dikenal dengan nama ‘Konvensi’.
Meskipun Konvensi juga merupakan hukum dasar (tidak tertulis), tetap tidak
boleh bertentangan dengan UUD 1945. Konvensi merupakan aturan pelengkap atau
pengisi kekosongan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan ketatanegaraan, karena Konvensi tidak terdapat dalam UUD 1945.
Contoh konvensi ketatanegaraan yang masih dipelihara selama ini adalah setiap
tanggal 16 Agustus, Presiden RI menyampaikan pidato pertanggungjawaban kepada
Dewan Perwakilan Rakyat.Praktek yang demikian tidak diatur dalam UUD 1945,
namun tetap dijaga dan dipelihara dalam praktek penyelenggaraan kenegaraan
Republik Indonesia.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 3
Sebagai hukum dasar, UUD 1945 berisi norma-norma, dan aturan-aturan
yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh semua komponen tersebut di atas.
2. Fungsi UUD 1945 Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis. Dengan
demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah,
peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah
haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada
akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara (Pasal 3 UU No. 12
Tahun 2011).
Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan
perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan
yang tertinggi.
Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol,
dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah
sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah
norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945.
3. Kedudukan UUD 1945 Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari
keseluruhan produk hukum di Indonesia. Produk-produk hukum seperti undang-
undang, peraturan pemerintah, atau peraturan presiden, dan lain-lainnya, bahkan
setiap tindakan atau kebijakan pemerintah harus dilandasi dan bersumber pada
peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya harus dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan UUD 1945.
Berdasarkan Undang-undangan Nomor: 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan terdiri dari:
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
3) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4) Peraturan Pemerintah;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi; dan
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 4
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Hierarki tersebut mencerminkan kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan.
Selain jenis Peraturan Perundang-undangan di atas, mencakup juga
peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan
Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas
perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa
atau yang setingkat.
Peraturan Perundang-undangan diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.
Apabila Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka dilakukan pengujiannya oleh
Mahkamah Konstitusi. Sedangkan apabila Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang diduga bertentangan dengan Undang-Undang, pengujiannya
dilakukan oleh Mahkamah Agung. Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi
dilakukan oleh DPR dan Presiden.
4. Sejarah Perkembangan Undang-Undang Dasar 1945
Awal mula terbentuknya Undang-Undang dasar 1945 tidak terlepas dari peran
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk
pada tanggal 29 April 1945. BPUPKI inilah badan yang menyusun rancangan UUD
1945.
Pada masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945, Ir. Soekarno menyampaikan gagasan tentang “Dasar Negara”
yang diberi nama Pancasila. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI
membentuk Panitia Sembilan yang terdiri atas9 orang untuk merancang Piagam
Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya
anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” maka naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945
yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI).
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 5
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat
(KNIP) yang bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945
Indonesia disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan (BPUPKI). Nama Badan ini tanpa kata “Indonesia” karena hanya
diperuntukkan untuk tanah Jawa. Di Sumatera ada BPUPKI untuk Sumatera. Masa
Sidang Kedua tanggal 10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan
UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, sejarah UUD 1945 mengalami perjalanan
yang dinamis, seperti yang dikemukakan berikut ini.
a. Periode Awal Berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945-27 Desember 1949) Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya karena Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16
Oktober 1945 memutuskan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR
dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14 November 1945 dibentuk Kabinet Semi-
Presidensiel (“Semi-Parlementer”) yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan
perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih demokratis.
b. Periode Berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk
pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
atas negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan
sendiri untuk mengurus urusan dalam negerinya. Periode UUDS 1950 17 Agustus
1950 – 5 Juli 1959. Pada periode UUDS 50 ini diberlakukan sistem Demokrasi
Parlementer yang sering disebut Demokrasi Liberal. Pada periode ini pula kabinet
selalu silih berganti. Akibatnya, pembangunan tidak berjalan lancar. Masing-masing
partai lebih memperhatikan kepentingan partai atau golongannya.
Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal yang
dialami rakyat Indonesia selama hampir 9 tahun, rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS
1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai dengan jiwa
Pancasila dan UUD 1945. Akhirnya. Presiden menganggap bahwa keadaan
ketatanegaraan Indonesia membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa dan
negara serta merintangi pembangunan semesta berencana untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur. Atas dasar itu, pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 6
mengumumkan dekrit mengenai pembubaran konstituante dan berlakunya kembali
UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950
c. Periode Berlakunya Kembali ke UUD 1945 (5 Juli 1959-1966) Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling
tarik ulur kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka
pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah
satu isinya memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar,
menggantikan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil Ketua
DPA menjadi Menteri Negara, MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur
hidup, dan Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September
Partai Komunis Indonesia.
d. Periode UUD 1945 Masa Orde Baru (11 Maret 1966-21 Mei 1998) Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan
menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Pada masa Orde
Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat “sakral”, di antara melalui
sejumlah peraturan:
1) Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan
terhadapnya.
2) Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
e. Periode 21 Mei 1998-19 Oktober 1999 Pada masa ini dikenal masa transisi, yaitu masa sejak Presiden Soeharto
digantikan oleh B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
f. Periode Amandemen UUD 1945 Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan
(amandemen) terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 7
antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan
pada kenyataannya bukan di tangan rakyat). Kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden. Adanya pasal-pasal yang terlalu “luwes” (sehingga dapat menimbulkan
multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara
negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
seperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan di antaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan kenegaraan (staat structuur) kesatuan atau selanjutnya
lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta
mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen) yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR, yaitu:
1) Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999: Perubahan Pertama UUD
1945
2) Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000: Perubahan Kedua UUD
1945
3) Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001: Perubahan Ketiga UUD
1945
4) Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002: Perubahan Keempat UUD
1945
Kegiatan Belajar 2: KANDUNGAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 1. Pembukaan UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 berisi pokok pikiran pemberontakan melawan
imperialisme, kolonialisme, dan fasisme, serta memuat dasar pembentukan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pokok pikiran tersebut yang merupakan cita-cita
nasional dan cita-cita hukum bangsa Indonesia sebagai berikut :
Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan. Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 8
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya. Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawatan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada garis besarnya makna alinea-alinea Pembukaan UUD 1945 adalah:
Alinea I : terkandung motivasi, dasar, dan pembenaran perjuangan
(kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan).
Alinea II : mengandung cita-cita bangsa Indonesia (negara yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur).
Alinea III : memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya (menyatakan bahwa
kemerdekaan atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa).
Alinea IV : memuat tugas negara/tujuan nasional, penyusunan UUD 1945, bentuk
susunan negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara
Pancasila.
2. Pasal-Pasal UUD 1945 Pokok-pokok pikiran dalam UUD 1945 itu dijelmakan dalam Pasal-pasal UUD
1945, dan cita hukum UUD 1945 bersumber atau dijiwai oleh falsafah Pancasila
sebagai dasar negara.Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat dasar
falsafah negara Pancasila dengan Pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945
merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan
Perubahan UUD 1945 (1999-2002) menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa, antara lain sebagai berikut:
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 9
a. Pada Pasal 1, UUD 1945 mengatur tentang bentuk dan kedaulatan yaitu bahwa
Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik dengan
Kedaulatan berada di tangan rakyatdan dilaksanakan menurut Undang-Undang
Dasar. Pada pasal ini, dinyatakan secara tegas bahwa Negara Indonesia adalah
negara hukum.
b. Tatanan Negara diatur sebagai berikut:
1) Pasal 2 dan Pasal 3 mengatur tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
bahwa:
(1) MPR terdiri anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang dipilih melalui pemilihan
umum (Pemilu).
(2) MPR bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun dan segala putusan
MPR ditetapkan dengan suara yang terbanyak.
(3) MPR berwenang mengubah dan menetapkan UUD.
(4) MPR melantik dan memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden
2) Pasal 4 s.d. Pasal 16 mengatur tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara
bahwa:
(1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut
UUD. Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. (Pasal 4)
(2) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang (RUU) kepada
DPR. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan
undang-undang. (Pasal 5)
(3) Calon Presiden dan calon Wakil Presiden harus seorang WNI, tidak pernah
mengkhianati negara, serta mampu secara rohani dan jasmani untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Presiden dan Wakil Presiden.
(Pasal 6)
(4) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung
oleh rakyat. (Pasal 6A)
(5) Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk
satu kali masa jabatan. (Pasal 7)
(6) Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa
jabatannya oleh MPR atas usul DPR, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 10
apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau
Wakil Presiden. (Pasal 7A).
(7) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh
DPR kepada MPR dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada
Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan
bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran
hukum (pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela); dan/atau pendapat bahwa
Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai
Presiden dan/atau Wakil Presiden. Keputusan MPR atas usul
pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam
rapat paripurna MPR. (Pasal 7B).
(8) Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan DPR. (Pasal
7C)
(9) Jika Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh Wakil Presiden
sampai habis masa jabatannya. (Pasal 8)
(10) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan wakil Presiden bersumpah
menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan MPR atau
DPR. (Pasal 9)
(11) Presiden memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan
Laut dan Angkatan Udara (Pasal 10).
(12) Presiden dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian
dan perjanjian dengan negara lain (Pasal 11).
(13) Presiden menyatakan keadaan bahaya (Pasal 12).
(14) Presiden mengangkat duta dan konsul serta menerima penempatan duta negara
lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 13).
(15) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung (MA). Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan
memperhatikan pertimbangan DPR (Pasal 14).
(16) Presiden memberi gelar,tanda jasa,dan lain-lain tanda kehormatan (Pasal15).
(17) Presiden membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas memberikan
nasihat dan pertimbangan kepada Presiden (Pasal 16).
(18) Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara yang membidangi urusan tertentu
dalam pemerintahan. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden. (Pasal 17)
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 11
(19) Dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, Presiden berhak menetapkan
peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang. Peraturan
pemerintah itu harus mendapat persetujuan DPR dalam persidangan yang
berikut. Jika tidak mendapat persetujuan, maka peraturan pemerintah itu harus
dicabut. (Pasal 22)
c. Pemerintahan Daerah
1) Pemerintah daerah provinsi, daerah Kabupaten, dan Kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan (Pasal 18).
2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur
dan dilaksanakan secara adil dan selaras (Pasal 18A).
3) Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dalam undang-undang. (Pasal 18B).
d. DPR
1) Anggota DPR dipilih melalui Pemilu. DPR bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun (Pasal 19).
2) DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Setiap RUU dibahas
oleh DPR dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.Presiden
mengesahkan RUU yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-
undang (pasal 20).
3) DPR memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. DPR
mempunyai hak interplasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat (Pasal
20A).Anggota DPR berhak mengajukan usul RUU (Pasal 21)
e. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
(1) Anggota DPD dipilih dari setiap provinsi melalui Pemilu (Pasal 22C).
(2) DPD dapat mengajukan kepada DPR, dan ikut membahas RUU yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah,
serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. DPD
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 12
memberikan pertimbangan kepada DPR atas RUU yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan dan agama. (Pasal 22D).
(3) DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang
mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan
daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan APBN, pajak, pendidikan, dan
agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada DPR sebagai
bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.
f. Pemilu
Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap
lima tahun sekali. Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPD,
Presiden dan wakil presiden dan DPRD (Pasal 22E).
g. Hal Keuangan
1) APBN sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap
tahun dengan undang-undang, dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Pasal23).
2) Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara
diatur dengan undang-undang (Pasal 23A).
3) Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang (Pasal
23B).
4) Hal-hal lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang (Pasal
23C).
5) Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,
tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang (Pasal
23 D).
h. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara
diadakan satu BPK yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD, sesuai dengan kewenangannya. Hasil
pemeriksaan tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan
sesuai dengan undang-undang (Pasal 23E)
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 13
i. Kekuasaan Kehakiman
1) Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi (Pasal 24).
2) Mahkamah Agung berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan
perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang. Calon
Hakim Agung diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapatkan
persetujuan dan selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.
Hakim Agung harus memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela, adil,
profesional, dan berpengalaman dibidang hukum (Pasal 24A).
3) Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim (Pasal
24B).
4) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD,
memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilu. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan
putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden
dan/atau Wakil Presiden menurut UUD (Pasal 24C).
j. Wilayah Negara:
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang
berciri Nusantara dengan wilayah dan batas-batas dan hak-haknya ditetapkan
dengan undang-undang (Pasal 25).
k. Warga Negara dan Penduduk
1) Warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat
tinggal di Indonesia (Pasal 26).
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 14
2) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa ada
kecualinya. Warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya
pembelaan negara. (Pasal 27)
3) Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang (Pasal 28).
l. Hak Asasi Manusia (HAM)
Pasal 28A s.d 28J mengatur tentang HAM, antara lain bahwa setiap orang:
1) berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya
(Pasal 28A).
2) berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan yang sah dan setiap anak berhak atas kelangsungan hidup,
tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi (Pasal 28B).
3) berhak mengembangkan diri, mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia
(Pasal 28C)
4) berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum; berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja; berhak atas status kewarganegaraan dan setiap warga
negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.
(Pasal 28 D).
5) berhak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih
pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan,
memilih tempat tinggal di wilayah negara (Pasal 28E).
6) berhak untuk berkomunikasi, berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia (Pasal 28F).
7) berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan (Pasal
28G).
8) berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, memperoleh pelayanan kesehatan;
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 15
berhak atas jaminan sosial; berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak
milik (Pasal 28H).
9) hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran
dan hati nurani,hak untuk beragama,hak untuk tidak diperbudak,hak untuk
diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun (Pasal 28I)
10) wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Pasal 28J).
m. Agama
Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (Pasal 29).
n. Pertahanan Negara dan Keamanan Negara
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan
dan keamanan negara (Pasal 30).
o. Pendidikan dan Kebudayaan
1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan wajib mengikuti
pendidikan dasar. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta
negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20%
dari APBN serta dari APBD. (Pasal 31)
2) Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban
dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya serta negara menghormati dan
memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional..
p. Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial
1) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan,
berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (pasal 33).
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 16
2) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara dengan
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
(pasal 34).
q. Bendera, Bahasa, dan Lambang
1) Bendera Negara Indonesia ialah sang merah Putih (pasal 35).
2) Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia (Pasal 36).
3) Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhineka
Tunggal Ika (Pasal 36A).
4) Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya (pasal 3B).
r. Perubahan Undang-Undang Dasar
Usul perubahan pasal-pasal UUD dapat diagendakan dalam sidang MPR
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota MPR.
Putusan untuk mengubah pasal-pasal UUD dilakukan dengan persetujuan
sekurang-kurangnya 50% ditambah satu anggota dari seluruh anggota MPR.
Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak dapat
dilakukan perubahan (Pasal 37).
Kegiatan Belajar 3: PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PEGAWAI NEGERI SIPIL
Berdasarkan Pasal 27 UUD 1945, bahwa segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan, wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan tanpa ada kecualinya. Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai warga
Negara dan SDM Aparatur wajib berpedoman pada peraturan perundang-undangan
dalam melaksanakan tugas sebagai Aparatur Negara.
Pada awalnya, ketentuan mengenai PNS diatur dalam Undang-undang Nomor:
8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian, kemudian mengalami perubahan
dengan Undang-undang Nomor: 43 Tahun 1999. Saat ini, ketentuan mengenai PNS
diatur oleh UU No. 5/2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
Pada tanggal 19 Desember 2013, melalui Rapat Paripurna, DPR-RI menyetujui
perberlakuan Undang-undang baru yang mengatur tentang pegawai negeri sispil. Pada
tanggal 15 Januari 2014, Presiden Bambang Susilo Yudoyono mengesahkan
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 17
Rancangan Undang-Undang (RUU) Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara.
1. Jenis, Status, dan Kedudukan UU Nomor 5 Tahun 2014 Pegawai ASN terdiri atas: a. Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b. Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS sebagaimana dimaksud merupakan
Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian (PPK) dan memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Adapun
PPPK merupakan Pegawai ASN yang diangkat sebagai pegawai dengan perjanjian
kerja oleh Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) sesuai dengan kebutuhan Instansi
Pemerintah dan ketentuan Undang-Undang ASN.
"Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur negara, yang melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan Instansi Pemerintah, harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik," bunyi Pasal 8 dan Pasal 9 Ayat (1,2) Undang-Undang ini.
2. Jabatan ASN Jabatan ASN terdiri atas:
a) Jabatan Administrasi;
b) Jabatan Fungsional; dan
c) Jabatan Pimpinan Tinggi.
Jabatan Administrasi sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. Jabatan
administrator; b. Jabatan pengawas; dan c. Jabatan pelaksana. Pejabat dalam jabatan
administrator menurut UU ini, bertanggung jawab memimpin pelaksanaan seluruh
kegiatan pelayanan publik serta administrasi pemerintahan dan pembangunan.
Adapun pejabat dalam jabatan pengawas bertanggung jawab mengendalikan
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pelaksana; sementara pejabat
dalam jabatan pelaksana melaksanakan kegiatan pelayanan publik serta administrasi
pemerintahan dan pembangunan. "Setiap jabatan sebagaimana dimaksud ditetapkan
sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan," bunyi Pasal 16 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 ini.
Jabatan Fungsional dalam ASN terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan
jabatan fungsional ketrampilan. Untuk jabatan fungsional keahlian terdiri atas: a. Ahli
utama; b. Ahli madya; c. Ahli muda; dan d. Ahli pertama. Sementara jabatan fungsional
ketrampilan terdiri atas: a. Penyelia; b. Mahir; c. Terampil; dan d. Pemula.
Untuk jabatan Pimpinan Tinggi terdiri atas: a. Jabatan pimpinan tinggi utama; b.
Jabatan pimpinan tinggi madya; dan c. Jabatan pimpinan tinggi pratama. Jabatan
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 18
Pimpinan Tinggi berfungsi memimpin dan memotivasi setiap Pegawai ASN pada
Instansi Pemerintah melalui: a. Kepeloporan dalam bidang keahlian profesional;
analisis dan rekomendasi kebijakan; dan kepemimpinan manajemen; b.
Pengembangan kerjasama dengan instansi lain; dan c. Keteladanan dalam
mengamalkan nilai dasar ASN, dan melaksanakan kode etik dan kode perilaku ASN.
"Untuk setiap jabatan Pimpinan Tinggi ditetapkan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta
persyaratan lain yang dibutuhkan." Bunyi Pasal 19 Ayat (3) UU ini sembari
menambahkan, ketentuan lebih lanjut mengenai kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan pelatihan, rekam jejak jabatan dan integritas, serta persyaratan lain yang
dibutuhkan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Menurut UU ini, jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN. Adapun jabatan ASN
tertentu dapat diisi dari: a. Prajurit TNI; dan anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri).
3. Hak dan Kewajiban Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini menegaskan, PNS berhak
memperoleh: a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas; b. Cuti; c. Jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; d. Perlindungan; dan e. Pengembangan kompetensi. Adapun PPPK berhak
memperoleh: a. Gaji dan tunjangan; b. Cuti; c. Perlindungan; dan d. Pengembangan
kompetensi. Sementara kewajiban ASN: a. Setia dan taat kepada Pancasila, UUD
Tahun 1945, NKRI, dan pemerintah yang sah; b. Menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa; c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang
berwenang; d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan; e. Melaksanakan
tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan tanggung
jawab; f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; g. Menyimpan
rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan; dan h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah
NKRI. "Ketentuan lebih lanjut mengenak hak PNS, hak PPPK, dan kewajiban Pegawai
ASN diatur dengan Peraturan Pemerintah," bunyi Pasal 24 UU. No. 5/2014 ini.
4. Kelembagaan
Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan tertinggi dalam kebijakan,
pembinaan profesi, dan Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk
menyelenggaraan kekuasaan dimaksud, Presiden mendelegasikan kepada:
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 19
a) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrrasi (PAN-RB)
berkaitan dengan kewenangan perumusan dan penetapan kebijakan, koordinasi
dan sinkronisasi kebijakan, serta pengawasan atas pelaksanaan kebijakan ASN;
b) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) berkaitan dengan kewenangan monitoring
dan evaluasi pelaksanaan kebijakan dan Manajemen ASN untuk menjamin
perwujudan Sistem Merit serta pengawasan terhadap penerapan asas kode etik
dan kode perilaku ASN;
c) Lembaga Administrasi Negara (LAN) berkaitan dengan kewenangan penelitian,
pengkajian kebijakan Manajemen ASN, pembinaan, dan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan ASN; dan
d) Badan Kepegawaian Negara (BKN) berkaitan dengan kewenangan
penyelenggaraan Manajemen ASN, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
norma, standar, prosedur, dan kriteria Manajemen ASN.
"Menteri PAN-RB berwenang menetapkan kebijakan di bidang pendayagunaan
Pegawai ASN," bunyi Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu.
Undang-Undang ini menyebutkan, kebijakan dimaksud termasuk di antaranya
kebutuhan Pegawai ASN secara nasional, skala penggajian, tunjangan Pegawai ASN,
sistem pensiun PNS, pemindahan PNS antar jabatan, antar daerah, dan antar instansi.
KASN. Menurut pasal 27 UU No. 5/2014 ini, KASN merupakan lembaga ninstrukturan
yang mandiri dan bebas dari intervensi politik untuk menciptakan Pegawai ASN yang
profesional dan berkinerja, memberikan pelayanan secara asil dan netral, serta
menjadi perekat dan pemersatu bangsa. "KASN berkedudukan di ibu kota negara,"
bunyi Pasal 29 UU ini.
Adapun tugas KASN adalah: a. Menjaga netralitas Pegawai ASN; b. Melakukan
pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan c. Melaporkan pengawasan evaluasi
pelaksanaan kebijakan Manajemen ASN kepada Presiden. Dalam melaksanakan
tugasnya, KASN dapat melakukan penelusuran data dan informasi terhadap Sistem
Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN pada Instansi Pemerintah; melakukan pen
gawasan terhadap pelaksanaan fungsi Pegawai ASN sebagai pemersatu bangsa;
menerima laporan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku
Pegawai ASN; melakukan penelusuran data dan informasi atas prakarsa sendiri
terhadap dugaan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode perilaku Pegawai
ASN; dan melakukan upaya pencegahan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan
kode perilaku Pegawai ASN.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 20
KASN berwenang: a. Mengawasi setiap tahapan proses pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi mulai dari pembentukan panitia seleksi, pengumuman lowongan,
pelaksanaan seleksi, pengumuman nama calon, penetapan, dan pelantikan Pejabat
Pimpinan Tinggi; b. Mengawasi dan mengevaluasai penerapan asas, nilai dasar kode
etik dan kode perilaku Pegawai ASN; c. Meminta informasi dari pegawai ASN dan
masyarakat mengenai laporan pelanggaran norma dasar serta kode etik dan kode
perilaku Pegawai ASN; c. Memeriksa dokumen terkait pelanggaran Pegawai ASN;
dane. Meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan dari Instansi Pemerintah
untuk pemeriksaan laporanatas pelanggaraan Pegawai ASN. "KASN berwenang untuk
memutuskan adanya pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN untuk
disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang
untuk wajib ditindaklanjuti," bunyi Pasal 32 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 itu.
Untuk hasil pengawasan yang tidak ditindaklanjuti, KASN merekomendasikan
kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian
dan Pejabat yang berwenang yang melanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
5. Susunan dan Seleksi KASN Menurut Pasal 35 UU ini, KASN terdiri atas 1 (satu) orang ketua merangkap
anggota, 1 (satu) orang wakil ketua merangkap anggota, dan 5 (lima) anggota.
"KASN dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dibantu oleh asisten dan
Pejabat Fungsional keahlian yang dibutuhkan," bunyi Pasal 36 Ayat (1) UU No. 5/2014
ini. Sementara pada Pasal 37 disebutkan, KASN dibantu oleh Sekretariat yang
dipimpin oleh seorang kepala sekretariat, yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Anggota KASN terdiri dari unsur pemerintah dan/atau non pemerintah, berusia
paling rendah 50 tahun pada saat mendaftarkan diri sebagai calon anggota KASN;
tidak sedang menjadi anggota partai politik dan/atau tidak sedang menduduki jabatan
politik, mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas; memiliki
kemampuan, pengalaman, dan/atau pengetahuan di bidang manajemen sumber daya
manusia; berpendidikan paling rendah strata dua (S2) di bidang administrasi negara,
manajemen sumber daya manusia, kebijakan publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan,
dan/atau S2 di bidang lain yang memiliki pengalaman di bidang manajemen Sumber
Daya Manusia.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 21
Anggota KASN diseleksi dan diusulkan oleh tim seleksi yang beranggotakan 5
(lima) orang yang dibentuk oleh Menteri PAN-RB. Tim seleksi dipimpin oleh Menteri
dan melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan sejak pengangkatan. "Presiden
menetapkan ketua, wakil ketua, dan anggota KASN dari anggota KASN terpilih yang
diusulkan oleh tim seleksi," bunyi Pasal 40 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 ini, sementara di Pasal 40 Ayat (2) disebutkan, Ketua, Wakil Ketua, dan anggota
KASN ditetapkan dan diangkat oleh Presiden untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan
hanya dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
6. Mutasi, Penggajian, dan Pemberhentian
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
disebutkan, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi
dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar
Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara
Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.
Mutasi PNS dalam satu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian; antar kabupaten/kota dalam satu provinsi ditetapkan
oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan kepala Badan Kepegawaian Negara
(BKN); antar kabupaten/kota antar provinsi, dan antar provinsi ditetapkan oleh Menteri
PAN-RB setelah memperoleh pertimbangan kepala BKN; mutasi PNS
provinsi/kabupaten/kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya ditetapkan oleh Kepala
BKN; dan mutasi PNS antar Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN.
"Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan,"
bunyi Pasal 73 Ayat (7) UU. No. 5/2014 ini.
Pasal 79 UU ini menegaskan, pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan
layak kepada PNS serta menjamin Kesejahteraan PNS. Gaji dibayarkan sesuai
dengan beban kerja, tanggung jawab, dan resiko pekerjaan.
Selain gaji, PNS juga menerima tunjangan dan fasilitas, yang meliputi
tunjangan kinerja (dibayarkan sesuai pencapaian kinerja) dan tunjangan kemahalan
(dibayarkan sesuai dengan tingkat kemahalan berdasarkan indeks harga di daerah
masing-masing). "Ketentuan lebih lanjut mengenai gaji, tunjangan kinerja, tunjangan
kemahalan, dan fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 dan Pasal 80 diatur
dengan Peraturan Pemerintah," bunyi Pasal 81 UU ini.
Undang-Undang ini juga menegaskan, PNS yang telah menunjukkan kesetiaan,
pengabdian, kecakapan, kejujuran, kedisiplinan, dan prestasi kerja dalam
melaksanakan tugasnya dapat diberikan penghargaan berupa: a. tanda kehormatan; b.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 22
kenaikan pangkat istimewa; c. kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi;
dan/atau d. kesempatan mengadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
Adapun PNS yang dijatuhi sanksi administrative tingkat berat berupa pemberhentian
tidak dengan hormat, dicabut haknya untuk memakai tanda kehormatan berdasarkan
undang-undang ini.
7. Pemberhentian Mengenai pemberhenti, UU ASN ini menyebutkan, bahwa PNS diberhentikan
dengan hormat karena: a. meninggal dunia; b. atas permintaan sendiri; c. mencapai
batas usia pensiun; d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang
mengakibatkan pensiun dini; atau e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga
tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.
Selain itu, PNS dapat diberhentikan dengan hormat atau tidak diberhentikan
karena hukuman penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan hukuman pidana
penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan tidak berencana.
PNS juga dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri karena
melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
Adapun PNS diberhentikan dengan tidak hormat karena: a. melakukan
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUUD 1945; b. dihukum penjara atau
kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana kejahatan yang
ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum; c. menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik; dan d. dihukum penjara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana
dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pindana yang dilakukan
dengan berencana.
Pasal 88 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 ini menyebutkan, PNS
diberhenikan sementara apabila: a. diangkat menjadi pejabat negara; b. diangkat
menjadi komisioner atau anggota lembaga non structural; atau c. ditahan karena
menjadi tersangka tindak pidana. "Pengaktifan kembali PNS yang diberhentikan
sementara dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian," bunyi Pasal 88 Ayat (2) UU
No. 5/2014 ini.
Adapun mengenai Batas Usia Pensiun (BUP), pasal 90 Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 ini meyebutkan, yaitu: a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 23
Administrasi; b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; dan c. sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi Pejabat Fungsional.
PNS yang berhenti bekerja, menurut Pasal 91 UU ini, berhak atas jaminan
pensiun dan jaminan hari tua sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. "PNS diberikan jaminan pensiun apabila: a. meninggal dunia; b. atas
permintaan sendiri dengan usia dan masa kerja tertentu; c. mencapai batas usia
pensiun; d. perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan
pensiun dini; atau e. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas dan kewajiban," bunyi Pasal 91 Ayat (2) UU ini.
Disebutkan dalam UU ini, jaminan pensiun PNS dan jaminan hari tua PNS
diberikan sebagai perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, sebagai hak dan
sebagai penghargaan atas pengabdian PNS. Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
sebagaimana dimaksud mencakup jaminan pensiun dan jaminan hari tua yang
diberikan dalam program jaminan sosial nasional.
8. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
menegaskan, pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian,
kesekretariatan lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan
latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang dibutuhkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. "Pengisian jabatan
pimpinan tinggi utama dan masdya sebagaimana dimaksud dilakukan pada tingkat
nasional," bunyi Pasal 108 Ayat (2) UU tersebut. Adapun pengisian jabatan pimpinan
tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS, yang
dilakukan secara terbuka dan kompetitif pada tingkat nasional atau
antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
Menurut UU No. 5/2014 ini, jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu
dapat berasal dari kalangan non-PNS dengan persetujuan Presiden yang pengisiannya
dilakukan secara terbuka dan kompetitif serta ditetapkan dalam Keputusan Presiden.
Selain itu, jabatan pimpinan tinggi dapat pula diisi oleh prajurit TNI dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) setelah mengundurkan diri dari dinas
aktif apabila dibutuhkan dan sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan melalui
proses secara terbuka dan kompetitif.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 24
Adapun untuk jabatan pimpinan tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah
tertentu dapat diisi oleh prajurit TNI dan anggota Polri sesuai dengan kompetensi
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. "Pengisian jabatan pimpinan
tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu
membentuk panitia seleksi Instansi Pemerintah, yang terdiri dari unsur internal maupun
eksternal Instansi Pemerintah yang bersangkutan," bunyi Pasal 110 Ayat (1,3) UU
tersebut. Dalam UU ini juga ditegaskan, dalam membentuk panitia seleksi pengisian
jabatan pimpinan tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian berkoordinasi dengan Komite
Aparatur Sipil Negara (KASN).
Ketentuan mengenai pengisian jabatan pimpinan tinggi ini dapat dikecualikan
pada Instansi Pemerintah yang telah menerapkan Sistem Merit dalam pembinaan
pegawai ASN dengan persetujuan KASN. "Instansi Pemerintah yang telah menerapkan
Sistem Merit dalam pembinaan Pegawai ASN, wajib melaporkan secara berkala
kepada KASN untuk mendapatkan persetujuan baru," bunyi Pasal 111 Ayat (2)
Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 itu.
a. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat Untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan/atau madya, panitia seleksi
Instansi Pemerintah memilih 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu) lowongan
jabatan. Tiga nama calon pejabat yang ter[ilih disampaikan kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian. Selanjutnya, Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga)
nama calon sebagaimana dimaksud kepada Presiden. "Presiden memilih 1 (satu)
nama dari 3 (tiga) nama calon yang disampaikan untuk ditetapkan sebagai pejabat
pimpinan tinggi utama dan/atau madya," bunyi Pasal 112 Ayat (4) UU ini.
Adapun untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi.
Selanjutnya, panitia seleksi memilih 3 (tiga) nama untuk setiap 1 (satu) lowongan
jabatan yang disanpaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui Pejabat
yang Berwenang (pejabat yang memiliki kewenangan menetapkan pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian pegawai ASN). "Pejabat Pembina Kepegawaian lalu
memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) nama calon yang diusulkan dengan memperhatikan
pertimbangan Pejabat yang Berwenang untuk ditetapan sebagai pejabat pimpinan
tinggi pratama," bunyi Pasal 113 Ayat (4) UU No. 5/2014 itu.
Untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi madya di tingkat provinsi dilakukan
oleh Pejabat Pembina Kepegawian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi,
yang selanjutnya memilih 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan.
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 25
Tiga nama calon itu diserahkan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk
selanjutnya diusulkan kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
Presiden akan memilih 1 (satu) nama dari 3 (tiga) nama calon yang disampaikan untuk
ditetapkan sebagai pejabat pimpinan tinggi madya.
Adapun pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi.
Selanjutnya, panitia seleksi mengusulkan 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu)
lowongan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian melalui Pejabat yang Berwenang.
Pejabat Pembina Kepegawaian akan memilih 1 (satu) dari 3 (tiga) nama calon untuk
ditetapkan dan dilantik sebagai pejabat pembina tinggi pratama. "Khusus untuk pejabat
pimpinan tinggi pratama yang memimpin sekretariat daerah kabupaten/kota sebelum
ditetapkan oleh bupati/walikota dikoordinasikan dengan gubernur," bunyi Pasal 115
Ayat (5) UU ini.
UU ini menegaskan, Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti
pejabat pimpinan tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan pejabat
pimpinan tinggi, kecuali pejabat pimpinan tinggi tersebut melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan tertentu.
Selain itu, penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua)
tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan Presiden.
"Jabatan pimpinan tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5 (lima) tahun, dan dapat
diperpanjang berdasarkan pencaaian kinerja, kesesuaian kompetensi, dan
berdasarkan kebutuhan instansi setelah mendapat persetujuan Pejabat Pembina
Kepegawaian dan berkoordinasi dengan KASN," bunyi Pasal 117 Ayat (1,2) UU No.
5/2014 itu. (ES)
9. Jadi Pejabat Negara
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN)
menegaskan, pejabat pimpinan tinggi madya dan pejabat pimpinan tinggi pratama
yang akan mencalonkan diri menjadi gubernur dan wakil gubernur, bupati/walikota, dan
wakil walikota wajib menyatakan pengunduran diri secara tertulis dari Pegawai Negeri
Sipil (PNS) sejak mendaftar sebagai calon.
Adapun PNS yang diangkat menjadi Ketua, Wakil Ketua, dan anggota
Mahkamah Konstitusi, BPK, Komisi Yudisial. KPK; c. Menteri dan setingkat menteri; d.
Kepala Perwakilan RI di luar negeri yang berkedudukan sebagai Duta Besar Luar
Biasa dan Berkuasa Penuh; dam pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh Undang-
Undang , menurut Pasal 123 Ayat (1) UU ini, diberhentikan sementara dari jabatannya,
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 26
dan tidak kehilangan status sebagai PNS. "Pegawai ASN dari PNS yang tidak
menjabat lagi sebagai pejabat negara sebagaimana dimaksud diaktifkan kembali
sebagai PNS," bunyi Pasal 123 Ayat (2) UU. No. 5/2014.
Adapun PNS yang mencalonkan diri atau dicalonkan menjadi Presiden dan
Wakil Presiden; ketua, wakil ketua, dan anggota DPR/DPRD; gubernur dan wakil
gubernur; bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota wajib menyatakan
pengunduran diri secara tertulis sebagai PNS sejak mendaftar sebagai calon.
Menurut UU ini, PNS yang tidak menjabat lagi sebagai pejabat negara sebagaimana
dimaksud pada Pasal 123 Ayat (1) dapat menduduki jabatan pimpinan tinggi, jabatan
administrasi, atau jabatan fungsional sepanjang tersedia lowongan jabatan. "Dalam hal
tidak tersedia lowongan jabatan, dalam waktu paling lama 2 (dua) tahun PNS yang
bersangkutan diberhentikan dengan hormat," bunyi Pasal 124 Ayat (2) UU No. 5/2014.
10. Organisasi dan Penyelesaian Sengketa Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia, yang memiliki tujuan menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan
profesi ASN, dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa. Sementara
untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN, menurut UU No. 5/2014 ini, diperlukan Sistem Informasi ASN, yang
diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi antar-Instansi Pemerintah.
Sistem Informasi ASN memuat seluruh informasi dan data pegawai ASN, yang
meliputi: a.Data riwayat hidup; b. Riwayat pendidikan formal dan non formal; c. Riwajat
jabatan dan kepangkatan; d. Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda
kehormatan; e. Riwayat pengalaman berorganisasi; f. Riwayat gaji; g. Riwayat
pendidikan dan latihan; h. Daftar penilaian prestasi kerja; i. Surat keputusan; dan j.
Kompetensi.
Menurut UU ini, sengketa pegawai ASN diselesaikan melalui upaya
administratif, yang terdiri dari keberatan dan banding administratif. Keberatan diajukan
secara tertulis kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dengan memuat
alasan keberatan, dan tembusannya disampaikan kepada pejabat yang berwenang
mengukum; adapun banding diajukan kepada badan pertimbangan ASN.
11. Ketentuan Peralihan Pada Bab Peralihan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 disebutkan, pada
saat UU ini mulai berlaku, terhadap jabatan PNS dilakukan penyetaraan:
Modul UD Tk.I dan UPKP BPOM RI
Undang – undang Dasar 1945 2. 27
a) jabatan eselon Ia kepala lembaga pemerintah non kementerian setara dengan
jabatan pimpinan tinggi utama;
b) jabatan eselon Ia dan eselon Ib setara dengan jabatan pimpinan tinggi madya;
c) jabatan eselon II setara dengan jabatan pimpinan tinggi pratama;
d) jabatan eselon III setara dengan jabatan administrator;
e) jabatan eselon IV setara dengan jabatan pengawas; dan
f) jabatan eselon V dan fungsional umum setara dengan jabatan pelaksana.
"Penyetaraan sampai dengan berlakunya pelaturan pelaksanaan mengenai jabatan
ASN dalam UU ini," bunyi Pasal 131 UU tersebut.
Adapun menyangkut Sistem Informasi ASN, menurut Pasal 133, paling lama
tahun 2015 dilaksanakan secara nasional. Sementara Pasal 134 menegaskan,
peraturan pelaksanaan UU ini harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun terhitung
sejak UU ini diundangkan, sedangkan Komite Aparatur Sipil Negara (KASN) harus
dibentuk paling lama 6 (enam) bulan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 itu
diundangkan. "Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan," tegas
Pasal 141 UU. NO. 5/2014 yang diundangkan pada 15 Januari 2014 itu.