Unair Ttg Endometriosis

5
Dokumen Artikel Penelitian ini milik penulis/peneliti yang diserahkan sebagian (judul dan Abstrak) hak ciptanya kepada Universitas Airlangga untuk digunakan referensi dalam penulisan artikel ilmiah. Tim Peneliti : Management of endometriosis-associated infertility : Surgical vs hormonal supression therapy Abstrak : Endometriosis merupakan salah satu penyakit kandungan yang banyak diderita oleh wanita usia reproduksi. Penyakit ini ditandai dengan adanya jaringan mirip endometrium yang berada diluar cavum uterus. Endometriosis akan menyebabkan terjadi reaksi inflamasi kronis, fibrosis, adhesi dan formasi kista ovarium (Kennedy, 2009). Di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya tahun 1987 sampai 1991 melalui tindakan laparoskopi didapatkan data bahwa infertilitas disertai endometriosis berkisar 23,8 % dan pada tahun 1992 sampai 1993 meningkat menjadi 37,2%, terakhir pada tahun 2002 berkisar 50% (Samsulhadi, 2002). Masih banyak teka-teki yang belum terungkap pada endometriosis, karena masih sedikitnya penelitian dalam bentuk studi klinik dengan randomisasi. Patogenesis dan patofisiologi endometriosis masih belum jelas sehingga menyebabkan penatalaksanaan penyakit ini belum seragam, sering menimbulkan banyak pertanyaan dan hanya ditujukan untuk menghilangkan keluhan dan gejalanya saja. Keluhan yang sering dijumpai pada wanita penderita endometriosis adalah nyeri panggul (60-80%) dan infertilitas (20-40%). Lesi endometriosis dapat menyebabkan perlekatan organ-organ reproduksi sehingga mengganggu fungsi penangkapan sel telur oleh fimbria, sehingga terjadi infertilitas. Selain karena perlekatan, infertilitas bisa terjadi akibat faktor inflamasi dan biokimia dari endometriosis. Keluhan nyeri dan infertilitas akibat endometriosis ini bila tidak ditangani dengan baik akan memberi dampak yang tidak baik bagi wanita penderita endometriosis, yang pada gilirannya akan membuat penurunan kualitas hidupnya. Terapi endometriosis yang dilakukan berdasarkan keluhan tersebut sebenarnya bertujuan untuk : 1) mengontrol nyeri, 2) mengontrol berkembangnya penyakit endometriosis dan 3) meningkatkan status fertilitas penderita endometriosis. Terapi endometriosis dengan tiga tujuan tersebut dilakukan dengan tiga macam cara, yaitu 1) terapi medis, 2) terapi bedah, dan 3) teknologi reproduksi berbantu. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang terapi medis dan terapi bedah dengan fokus untuk mengatasi infertilitas. Endometriosis dan infertilitas Probabilitas seorang wanita untuk mendapatkan kelahiran hidup pada bulan tertentu (fecundity) adalah 0.15-0.20 per bulan dan akan menurun dengan meningkatnya usia. Pada wanita dengan endometriosis dan infertilitas angka fekunditasnya lebih rendah, yaitu 0.02-0.10. Hubungan endometriosis dan infertilitas telah dicoba diterangkan dengan beberapa mekanisme, namun tidak ada satupun mekanisme yang benar-benar terbukti menurunkan fekunditas wanita dengan endometriosis. Beberapa mekanisme tersebut antara lain : distorsi anatomi panggul, perubahan fungsi zalir peritoneum, gangguan folikulogenesis-ovulasi, dan gangguan implantasi. Distorsi anatomi panggul akibat adhesi akan menyebabkan hambatan pelepasan oosit, pengampilan dan transport ovum. Perubahan fungsi zalir peritoneum tampak dengan adanya peningkatan volume dan faktor inflamasi pada zalir peritoneum yang berdampak pada fungsi oosit, sperma, embrio dan tuba. Penatalaksanaan dan pengobatan endometriosis dilakukan dengan berbagai cara, baik secara medikamentosa atau bedah, yang pada tulisan dibawah ini akan dicoba dibandingkan. Page 1

description

hij

Transcript of Unair Ttg Endometriosis

  • Dokumen Artikel Penelitian ini milik penulis/peneliti yang diserahkan sebagian (judul dan Abstrak) hak ciptanya kepada Universitas Airlangga untukdigunakan referensi dalam penulisan artikel ilmiah.

    Tim Peneliti :

    Management of endometriosis-associated infertility : Surgical vshormonal supression therapy

    Abstrak :

    Endometriosis merupakan salah satu penyakit kandungan yang banyak diderita oleh wanita usia reproduksi. Penyakit ini ditandai dengan adanya jaringan miripendometrium yang berada diluar cavum uterus. Endometriosis akan menyebabkan terjadi reaksi inflamasikronis, fibrosis, adhesi dan formasi kista ovarium (Kennedy, 2009). Di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya tahun 1987 sampai 1991 melalui tindakan laparoskopididapatkan data bahwa infertilitas disertai endometriosis berkisar 23,8 % dan pada tahun 1992 sampai1993 meningkat menjadi 37,2%, terakhir pada tahun 2002 berkisar 50% (Samsulhadi, 2002). Masihbanyak teka-teki yang belum terungkap pada endometriosis, karena masih sedikitnya penelitian dalambentuk studi klinik dengan randomisasi. Patogenesis dan patofisiologi endometriosis masih belum jelassehingga menyebabkan penatalaksanaan penyakit ini belum seragam, sering menimbulkan banyakpertanyaan dan hanya ditujukan untuk menghilangkan keluhan dan gejalanya saja.

    Keluhan yang sering dijumpai pada wanita penderita endometriosis adalah nyeri panggul (60-80%) daninfertilitas (20-40%). Lesi endometriosis dapat menyebabkan perlekatan organ-organ reproduksi sehinggamengganggu fungsi penangkapan sel telur oleh fimbria, sehingga terjadi infertilitas. Selain karenaperlekatan, infertilitas bisa terjadi akibat faktor inflamasi dan biokimia dari endometriosis. Keluhan nyeridan infertilitas akibat endometriosis ini bila tidak ditangani dengan baik akan memberi dampak yang tidakbaik bagi wanita penderita endometriosis, yang pada gilirannya akan membuat penurunan kualitashidupnya. Terapi endometriosis yang dilakukan berdasarkan keluhan tersebut sebenarnya bertujuan untuk : 1)mengontrol nyeri, 2) mengontrol berkembangnya penyakit endometriosis dan 3) meningkatkan statusfertilitas penderita endometriosis. Terapi endometriosis dengan tiga tujuan tersebut dilakukan dengan tigamacam cara, yaitu 1) terapi medis, 2) terapi bedah, dan 3) teknologi reproduksi berbantu. Selanjutnyaakan dibahas lebih lanjut tentang terapi medis dan terapi bedah dengan fokus untuk mengatasi infertilitas. Endometriosis dan infertilitasProbabilitas seorang wanita untuk mendapatkan kelahiran hidup pada bulan tertentu (fecundity) adalah0.15-0.20 per bulan dan akan menurun dengan meningkatnya usia. Pada wanita dengan endometriosis daninfertilitas angka fekunditasnya lebih rendah, yaitu 0.02-0.10. Hubungan endometriosis dan infertilitas telah dicoba diterangkan dengan beberapa mekanisme, namuntidak ada satupun mekanisme yang benar-benar terbukti menurunkan fekunditas wanita denganendometriosis. Beberapa mekanisme tersebut antara lain : distorsi anatomi panggul, perubahan fungsizalir peritoneum, gangguan folikulogenesis-ovulasi, dan gangguan implantasi. Distorsi anatomi panggulakibat adhesi akan menyebabkan hambatan pelepasan oosit, pengampilan dan transport ovum. Perubahanfungsi zalir peritoneum tampak dengan adanya peningkatan volume dan faktor inflamasi pada zalirperitoneum yang berdampak pada fungsi oosit, sperma, embrio dan tuba. Penatalaksanaan danpengobatan endometriosis dilakukan dengan berbagai cara, baik secara medikamentosa atau bedah, yangpada tulisan dibawah ini akan dicoba dibandingkan.

    Page 1

  • Dokumen Artikel Penelitian ini milik penulis/peneliti yang diserahkan sebagian (judul dan Abstrak) hak ciptanya kepada Universitas Airlangga untukdigunakan referensi dalam penulisan artikel ilmiah.

    Tim Peneliti :

    Terapi MedikamentosaTerapi medikamentosa cukup efektif mengatasi keluhan nyeri pada endometriosis, namun sampai saat inibelum ada bukti terapi tersebut dapat meningkatkan fekunditas. Beberapa obat telah dicoba dipakai untukterapi medikamentosa pada endometriosis, diantaranya adalah : pil kontrasepsi, progestin, danazol, GnRHagonis dan inhibitor aromatase. Bayer, Fedele dan Telimaa telah melakukan penelitian menggunakan Danazol, GnRHa dan MPA untukterapi infertilitas pada endometriosis stadium minimal dan ringan ternyata hasilnya tidak efektif.Dilakukan juga studi perbandingan antara Danazol dan tanpa pemberian obat ternyata hasilnya tidakdidapatkan perbedaan pada angka kehamilan. Demikian juga pengunaan GnRHa selama 6 bulan ternyatatidak didapatkan perbedaan pada kejadian kehamilan dibandingkan tanpa memakai obat. (21,22)Pada meta analisis yang melibatkan 7 studi yang membandingkan terapi medikamentosa dengan tanpaterapi pada endometriosis didapatkan hasil bahwa rasio Odds untuk kehamilan adalah 0,85 (95% CI 0.95,1,22). Jadi disimpulkan bahwa terapi medikamentosa dengan hormonal tidak mkeningkatkan fekunditas padawanita infertil dengan endometriosis stadium I dan II.

    Sampai saat ini penatalaksanan endometriosis lebih banyak berdasarkan pada keluhan dan gejala padapenderitanya saja tanpa menyentuh sisi patogenesisnya, hal ini karena masih banyak yang belumterungkap pada endometriosis. Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam tentang penatalaksanaanendometriosis baik secara medis maupun dengan tindakan bedah untuk mengatasi keluhan nyeri maupuninfertilitas akibat penyakit endometriosis ini. Diharapkan akan diketahui apakah terapi yang sudah kitaberikan sudah cukup efektif sehingga mampu mengatasi masalah kualitas hidup dan dampak sosioekonomni pada penderita endometriosis.Keluhan dan TerapiTerdapat tiga keluhan yang sering muncul pada penderita endometriosis, yaitu 1) nyeri, 2) subfertilitas,dan 3) benjolan / massa di panggul. Terdapat bermacam-macam keluhan nyeri, antara lain nyeri panggul,nyeri haid, nyeri sanggama dan lain sebagainya, namun semuanya berhubungan dengan siklus haid.Subfertilitas atau penurunan kesuburan merupakan keluhan yang sering menyebabkan penderita datangberobat ke dokter. Data di Klinik Fertilitas Graha Amerta RSU Dr Soetomo Surabaya menunjukkanadanya kecenderungan yang meningkat kejadian endometriosis pada penderita infertilitas yang dilakukanlaparoskopi. Pada tahun 1980 didapatkan kejadian endometriosis 35%, meningkat pada tahun 1990menjadi 40% dan terakhir pada tahun 2000 meningkat mencapai 50%.Terapi endometriosis yang dilakukan berdasarkan keluhan tersebut sebenarnya bertujuan untuk : 1)mengontrol nyeri, 2) mengontrol berkembangnya penyakit endometriosis dan 3) meningkatkan statusfertilitas penderita endometriosis. Terapi endometriosis dengan tiga tujuan tersebut dilakukan dengan tigamacam cara, yaitu 1) terapi medis, 2) terapi bedah, dan 3) teknologi reproduksi berbantu. Selanjutnyaakan dibahas lebih lanjut tentang ketiga macam terapi tersebut pada sisi keberhasilannya.

    A

    Page 2

  • Dokumen Artikel Penelitian ini milik penulis/peneliti yang diserahkan sebagian (judul dan Abstrak) hak ciptanya kepada Universitas Airlangga untukdigunakan referensi dalam penulisan artikel ilmiah.

    Tim Peneliti :

    Penekanan fungsi ovarium untuk meningkatkan fertilitas pada endometriosis minimal-ringan ternyatatidak efektif dan sebaiknya tidak ditawarkan untuk indikasi tersebut secara tunggal (Hughes et al., 2004) Juga tidak efektif pada endometriosis stdium berat

    1a

    Terapi BedahMengatasi keluhan nyeriPenanganan endometriosis menggunakan tindakan bedah bermaksud untuk mengurangi atau eradikasijaringan endometriosis yang ditemukan ditubuh penderita. Tindakan bedah dapat berupa tindakan radikalatau konservatif. Pada makalah ini akan lebih bdifokuskan pada tindakan bedah konservatif, yaitu ablasi,eksisi dan kistektomi.Beberapa data yang ada adalah sebagai berikut : Ternyata tindakan eksisi lebih berhasil mengurangikeluhan nyeri (73%) dibandingkan dengan laparoskopi saja tanpa tindakan bedah yang lain (22%)(Abbott, 2002). Data di Klinik Fertilitas Graha Amerta RSU Dr Soetomo Surabaya juga memberikan hasilyang sama, yaitu ablasi secara bermakna lebih baik (70%) dibandingkan laparoskopi saja tanpa tindakanbedah yang lain (32%) untuk mengurangi keluhan nyeri (Hendarto, 2007). Wright (2005) mendapatkanbahwa tidak ada beda bermakna antara tindakan ablasi dan eksisi dalam hal skor nyeri pada evaluasi 6bulan pasca operasi, namun kekambuhan ablasi lebih tinggi (77%) dibandingkan dengan tindakan eksisi(42%), walaupun didapatkan keuntungan tindakan ablasi lebih mudah dibandingkan dengan eksisi yanglebih sulit dilakukan (Winkel 1999, Wright, 2005).ESHRE (2005) memberikan rekomendasi pada terapi bedah untuk mengatasi keluhan nyeri adalah sebagaiberikut :

    A

    Penobatan dengan danazol atau GnRH agonis selama 6 bulan pasva tindakan bedah menurunkankejadian nyeri dan menunda kekambuhan sampai 1-2 tahun. (Telimaa et al, 1987; Parazzini et al, 1984;Hornstein e al, 1997; Bianchi et al, 1999; Morgante et al, 1999; Vercellini et al, 1999b; Murzii et al, 2000; Busacaa et all,2001)

    1a

    Page 3

  • Dokumen Artikel Penelitian ini milik penulis/peneliti yang diserahkan sebagian (judul dan Abstrak) hak ciptanya kepada Universitas Airlangga untukdigunakan referensi dalam penulisan artikel ilmiah.

    Tim Peneliti :

    Mengatasi masalah subfertilitasData di Klinik fertilitas Graha Amerta RSU Dr Soetomo Surabaya menunjukkan bahwa tindakan ablasimemberikan angka kehamilan lebih tinggi (43%) dibandingkan dengan laparoskopi saja tanpa tindakanbedah lainnya (21%) walau secara statistik tidak ada perbedaan bermakna (Hendarto, 2007)Jacobson menyebutkan bahwa tindakan ablasi pada lesi endometriosis yang dilakukan bersama dengantindakan lisis adhesi sangat efektif untuk meningkatkan fertilitas penderita endometriosis minimal-ringandibandingkan dengan tindakan laparoskopi saja. Beberapa data lain menyatakan bahwa pemberiandanazol atau GnRH agonis pasca operasi tidak terbukti bisa meningkatkan fertilitas penderitaendometriosis. ESHRE (2005) memberikan rekomendasi pada terapi bedah untuk mengatasi masalah subferilitas adalahsebagai berikut :

    Teknologi Reproduksi BerbantuPada teknologi reproduksi berbantu dapat dilakukan dua prosedur yaitu inseminasi intra uteri (IIU) danFertilisasi invitro (FIV). Tummon mendapatkan data bahwa inseminasi intra uteri akan meningkatkanfertilitas pada penderita endometriosis minimal-ringan. Penggunaan stimulasi ovarium pada IIU terbuktilebih efektif, sedangkan keuntungan prosedur IIU tanpa stimulasi ovarium tidak didapatkan data yangmendukung.Pertanyaan yang timbul kemudian adalah kapan klinisi mulai memikirkan penggunaan FIV untukpenderita endometriosis. Terdapat enam hal yang bisa dipakai patokan untuk indikasi FIV, yaitu : 1) usiapasangan wanita, 2) lama infertilitas, 3) stadium endometriosis, 4) keterlibatan faktor ovarium, 5)pengobatan yang dilakukan sebelumnya, dan 6) adanya faktor penyebab infertilitas lainnya. Selanjutnyaterdapat 3 hal yang dipakai untuk lebih memfokuskan penggunaan FIV untuk endometriosis, yaitu : 1)terdapatnya faktor penyebab infertilitas lain bersama endometriosis, 2) kegagalan prosedur IIU sebanyak3-4 siklus, dan 3) tidak terjadinya kehamilan setelah 6-12 bulan pasca tindakan bedah.Angka keberhasilan FIV pada endometriosis relatif bagus (25%), walaupun didapatkan data bahwa semuamarker reproduksi, antara lain angka fertilisasi, implantasi dan kehamilan pada penderita endometriosislebih rendah dari pada penderita infertilitas katena faktor tuba. Berdasarkan data tersebut sebaiknyapenderita endometriosis yang disertai infertilitas dirujuk untuk mendapatkan terapi infertilitas yang lebihawal agar segera terjadi kehamilan.RingkasanTerdapat dua hal yang harus dipikirkan bila menghadapi penderita yang dicurigai endometriosis, yaitu :1) apakah penderita tersebut infertilitas, atau 2) kesuburan tidak diharapkan lagi. Bila menghadapikesuburan tidak diharapkan atau ada keluhan nyeri, beri pil kontrasepsi atau progestin sebagai terapi linipertama. Bila setelah 6 bulan terapi tidak ada perbaikan, ganti dengan obat GnRH agonis. Bila tetap tidakada perbaikan pada keluhan nyerinya segera lakukan tindakan bedah.Bila menghadapi penderita dengan keluhan infertilitas, segera lakukan tindakan bedah laparoskopi, bisadengan cara ablasi atau eksisi. Selanjutnya tergantung usia penderita, bila masih muda, < 35 tahun,lakukan expectant , tunggu 6 bulan. Bila usia > 35 tahun, pertimbangkan untuk melakukan prosedurteknologi reproduksi berbantu, berupa IIU atau FIV.Daftar PustakaASRM, 2006.

    Page 4

  • Dokumen Artikel Penelitian ini milik penulis/peneliti yang diserahkan sebagian (judul dan Abstrak) hak ciptanya kepada Universitas Airlangga untukdigunakan referensi dalam penulisan artikel ilmiah.

    Tim Peneliti :

    Endometriosis and infertility. The Practice Committee of The American Society for ReproductiveMedicine. Fertility and Sterility, 82, suppl1:40-45Barnhart KM, Dunsmoor R, Su MS, Coutifaris C, 2000. Effect of endometriosis on in vitro fertilization.. Fertility and sterility 77, 6: 1148-1155.ESHRE, 2006. Guideline for the diagnosis and treatment of endometriosis,http://guidelines.endometriosis.org/ download tgl 3 Mei 2007

    Keyword :

    endometriosis, infertilitas, bedah, medis

    Page 5