Ujian Tengah Semester Pemasaran

22
UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH PEMASARAN AGRIBISNIS TAHUN 2012/2013 Takehome Exam SOAL-SOAL UTS Pemasaran Agribisnis 1. Jelaskan peranan pemasaran dalam sistem agribisnis , berikan contoh kasus nya pada agribisnis di Indonesia? 2. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan kelembagaan (institutional approach) dan fungsional (functional approach) dalam analisis pemasaran agribisnis, jelaskan dan berikan contohnya berdasarkan studi kasus yang telah anda lakukan? 3. Apakah yang dimaksud dengan Struktur- Perilaku_Kinerja (Structure-Conduct-Performance) dalam mengevaluasi sistem pemasaran suatu komoditas hasil pertanian! Berikan contoh kasus berdasarkan studi kasus yang anda lakukan! 4. Apakah yang dimaksud dengan marjin pemasaran? Apakah analisis marjin permasaran dapat dikombinasikan dengan pendekatan kelembagaan dan fungsional? Jelaskan dengan studi kasus yang ada lakukan! 5. Jelaskan faktor penyebab terjadinya fluktuasi harga pada komoditas pangan strategis, (kedelai dan daging sapi) pada bulan ramadhan lalu? Saran apakah yang

description

FRISTY

Transcript of Ujian Tengah Semester Pemasaran

Page 1: Ujian Tengah Semester Pemasaran

UJIAN TENGAH SEMESTER

MATA KULIAH PEMASARAN AGRIBISNIS

TAHUN 2012/2013

Takehome Exam

SOAL-SOAL UTS Pemasaran Agribisnis

1. Jelaskan peranan pemasaran dalam sistem agribisnis , berikan contoh kasus

nya pada agribisnis di Indonesia?

2. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan kelembagaan (institutional

approach) dan fungsional (functional approach) dalam analisis pemasaran

agribisnis, jelaskan dan berikan contohnya berdasarkan studi kasus yang telah

anda lakukan?

3. Apakah yang dimaksud dengan Struktur-Perilaku_Kinerja (Structure-

Conduct-Performance) dalam mengevaluasi sistem pemasaran suatu

komoditas hasil pertanian! Berikan contoh kasus berdasarkan studi kasus yang

anda lakukan!

4. Apakah yang dimaksud dengan marjin pemasaran? Apakah analisis marjin

permasaran dapat dikombinasikan dengan pendekatan kelembagaan dan

fungsional? Jelaskan dengan studi kasus yang ada lakukan!

5. Jelaskan faktor penyebab terjadinya fluktuasi harga pada komoditas pangan

strategis, (kedelai dan daging sapi) pada bulan ramadhan lalu? Saran apakah

yang dapat dilakukan untuk mengatasi fluktuasi harga tersebut!

Page 2: Ujian Tengah Semester Pemasaran

Jawaban UTS Pemasaran Agribisnis

1. Peranan pemasaran dalam sistem agribisnis adalah

- Membantu produsen lebih mengetahui kebutuhan konsumen.

- Bagi Konsumen dapat mengetahui harga berapa untuk produk tertentu

yang pada akhirnya tercapai kepuasan konsumen, dan produsen

mendapatkan keuntungan.

- Memberikan pilihan berbagai jenis makanan dan produk lainnya dengan

harga murah dan mudah ditemukan.

- Berperan penting dalam perekonomian, dengan menjembatani gabungan

antara kebutuhan produsen dan konsumen (dari ruang,waktu,

informasi,nilai, serta kepemilikan).

- 80% tenaga kerja dalam bidang agribisnis terlibat dalam pemasaran.

- 76% dari uang makanan setiap konsumen dibelanjakan untuk pemasaran.

- Aktivitas pemasaran agribisnis menghasilkan lebih 16% pada GNP

tahunan Amerika.

contoh kasusnya pada agribisnis di Indonesia adalah

Meliputi kegiatan untuk memahami kebutuhan pelanggan dan secara efektif

melakukan upaya pemasaran di tempat penjualan (pasar) dimana kebutuhan

itu dirasakan. Khol (1980) mendefinisikan pemasaran produk pertanian

sebagai seluruh kinerja kegiatan perusahaan dalam aliran barang,mulai dari

titik dimana dihasilkan hingga ke tangan pelanggan. Kata seluruh mewakili

lingkup pemasaran pertanian yang luas, sedangkan interval kegiatan

menunjukkan adanya saling-ketergantungan antar pelaku. Dalam kegiatan

demikian fungsi pemasaran pertanian juga menghubungkan antara daerah

penghasil dengan lokasi dimana produk dibutuhkan. Bila kegiatan agribisnis

dapat dibedakan menjadi sektor produk makanan (food), industri dan sektor

input; maka kegiatan pemasaran terlibat dalam sektor tersebut. Kegiatan ini

meliputi penjualan, periklanan, penelitian pemasaran, pengembangan produk

baru, pelayanan pelanggan, distribusi fisik, dan penentuan harga –

keseluruhannya fokus kepada kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan

akhirnya berupaya menciptakan kepuasan pelanggan. Kegiatan pemasaran

pertanian sering juga disebut sebagai sistem pemasaran pertanian, karena

Page 3: Ujian Tengah Semester Pemasaran

melibatkan banyak pihak mulai dari petani, broker, pengolah, penjual partai

besar, grosir, hingga kepada pelanggan. Masing-masing kegiatan berbeda

fungsi dalam memberikan pelayanannya.

2. Yang dimaksud dengan pendekatan kelembagaan (institutional approach)

adalah Pendekatan yang mempelajari fungsi pemasaran dilihat dari segi

organisasi/kelembagaan yang terlibat dalam kegiatan pemasaran,adapun

kegiatan pemasarannya antara lain:

- Produsen sebagai penghasil barang jadi

- Supplier sebagai penyedia bahan baku

- Perantara Pedagang

- Perusahaan Saingan

- Konsumen, dan sebagainya

Contoh kasus yang telah saya lakukan adalah :

Peranan lembaga pemasaran dan distribusinya menjadi tolok ukur keber

hasilan pengembangan agribisnis sayuran. Hal ini dapat dijelaskan karena

fungsinya sebagai fasilitator yang menghubungkan antara defisit unit

(konsumen) dan surplus unit (produsen). Pembinaan terhadap lembaga

tersebut sangat diperlukan karena serangkaian aktivitasnya menjadi penentu

besarnya margin antara harga ditingkat petani dan konsumen, namun tidaklah

berarti lembaga pemasaran itu tidak memper- oleh untung (Gumbira, 2001).

Hasil kajian terhadap permasalahan pemasaran di desa penelitian

menunjukkan bahwa sebagian besar para petani (60 %) menjual hasil

produksinya kapada pengepul atau pedagang perantara, sebanyak 30 %

menjual kepada pedagang pengecer di pasar-pasar tradisional terdekat (pasar

lokal) dan sisanya yaitu sebesar 10 % menjual langsung kepada konsumen.

Selanjutnya pedagang pengepul (pedagang antar kabupaten) lebih banyak

mendistribusikan barang dagangannya diluar kabupaten dibandingkan dalam

kabupaten bahkan ada yang menjualnya antar pulau yaitu ke pulau Jawa.

Biasanya kelompok pedagang ini sebagian besar menjual ke pasar induk

Page 4: Ujian Tengah Semester Pemasaran

Kumbasari atau pasar Badung dan hanya sebagian kecil saja yang mengirim

ke luar daerah Bali. Beberapa permasalahan pokok yang masih dijumpai di

daerah basis produksi antara lain masih kuatnya peran dan pengaruh tengkulak

(para spekulan) sehingga sering memaksa produsen harus menjual hasil nya

kepada pihak-pihak tertentu. Kondisi seperti ini tanpa disadari sering

merugikan para petani mengingat harga transaksi /harga pasar terlalu rendah.

Beberapa alasan pihak petani melakukan hal tersebut adalah adanya

kepentingan keuangan modal atau kepentingan mendesak yang lainnya serta

kadang-kadang terjerat oleh kemudahan-kemudahan peminjaman modal oleh

tengkulak. Dalam hal harga, masih sering terjadi fluktuasi yang sangat tinggi,

salah satu diantaranya disebabkan terjadinya prilaku-prilaku yang bersifat

spekulatif yang dilakukan oleh hampir semua pihak baik petani sendiri,

pedagang, maupun pengusaha dengan alasan yang relatif bervariasi. Usaha-

usaha penangan pasca panen masih relatif rendah baik yang dilakukan oleh

petani ataupun dari pihak pemasar sendiri, dengan alasan belum terjaminnya

stabilitas harga di daerah produksi. Kehadiran perusahaan yang berteknologi

tinggi, dengan fasilitas pendingin (cold storage) belum mampu meningkatkan

nilai tambah produk dalam arti keseluruhan, mengingat keterbatasan kapasitas

yang dimiliki perusahan itu sendiri.

Pendekatan fungsional (functional approach) adalah pendekatan yang

mempelajari pemasaran yang dilakukan. Adapun yang dilakukan. Adapun

kegiatan pokok pemasaran adalah

a) Pembelian

Pembelian ini bisa diartikan pembeli barang-barang untuk dijual

maupun pembelian barang-barang yang merupakan bahan masukan

lainnya untuk menghasilkan produk suatu perusahaan. Fungsi

pembelian akan sangat penting artinya bagi perusahaan karena

menyangkut hasil produk yang nanti dijual dipasar. Hal yang penting

untuk diperhatikan di sini adalah bahwa kegiatan pembelian sangat

berhubungan dengan bagaimana penanganan persediaan, kualitas dan

keahlian dalam menganalisa pasar.

Page 5: Ujian Tengah Semester Pemasaran

b) Pengangkutan

Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan barang baik dari bahan

baku ke proses produksi maupun setelah menjadi barang jadi dari

pabrik ke konsumen. Kegunaan fungsi ini adalah mempercepat proses

pendistribusian barang ke segmen-segmen pasar yang dipilih maupun

memperlancar proses produksi dan kontinuitas kegiatan operasional

perusahaan sehari-hari.

c) Penjualan

Penjualan adalah kegiatan pemasaran yang paling pokok karena

penjualan dapat mempengaruhi naik turunnya pendapatan

perusahaan,sedangkan mati hidupnya perusahaan amat bergantung

pencapaian target penjualan yang diharapkan dapat menambah

masukan pendapatan perusahaan. Cara-cara apapun akan dilakukan

agar penjualan produksi perusahaan dapat dipertahankan atau bahkan

dapat ditingkatkan.

d) Penyimpanan

Penyimpanan adalah menyimpan barang produksi perusahaan atau

barang yang akan dijual untuk semnetara waktu sebelum dipasarkan.

Kegunaan fungsi penyimpanan baik untuk konsumen, penyalur,

maupun perusahaan adalah:

a. Produsen atau perusahaan bertujuan untuk menstabilkan harga

b. Spekulasi penentuan harga produksi

c. Efisiensi dana

e) Pembelanjaan

Pembelanjaan merupakan fungsi untuk mendapatkan dana atau modal,

baik dari supplier bahan baku, maupun dana (kredit) jangka pendek

dari bank atau lembaga keuangan lainnya.

f) Penanggungan Resiko

Page 6: Ujian Tengah Semester Pemasaran

Fungsi ini merupakan kegiatan untuk menghindari dan mengurangi

resiko yang berkaitan dengan pemasaran,misalnya: risiko akibat gempa

bumi, banjir,turunnya kualitas, dan melesetnya pasar,dll.

g) Standardisasi dan grading

Standardisasi adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentu khusus

terhadap barang-barang baik berdasarkan jumlah, kualitas, kapasitas,

kekuatan, ataupun ukuran fisik barang. Sedangkan grading adalah

kegiatan mengelompokkan barang ke dalam kelompok standar kualitas

yang sudah diakui secara Internasional.

h) Pengumpulan Informasi Pasar

Informasi pasar menyangkut secara keseluruhan situasi pasar yang

akan dimasuki perusahaan untuk menawarkan barang. Informasi pasar

ini biasanya meneliti dan mengevaluasi bagaimana tingkah laku

konsumen yang akan dilayani,penentuan harga jual barang agar dapat

bersaing dengan barang sejenis, bagaimana daya beli konsumen, dan

sebaliknya.

contohnya berdasarkan studi kasus yang telah anda lakukan?

Secara normatif teridentifikasi ada beberapa komponen sistem yang mempunyai

hubungan kontekstual dengan sistem manajemen pemasaran agribisnis sayuran

tersebut. Hasil kajian elemen berikut dianggap sebagai unsur penting. Elemen –

elemen sistem yang dimaksud antara lain: 1) elemen pelaku langsung; 2) elemen

kebutuhan; 3) elemen tujuan; 4) tolok ukur ; 5) elemen kendala; 6) aktivitas yang

dibutuhkan dan 7) lembaga terkait. Kendatipun elemen tersebut dikatakan mempunyai

hubungan kontekstual terhadap system namun bahasan harus ditekankan terhadap

unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan keterkaitan kinerja antar komponen.

Dengan demikian diperlukan penajaman lebih lanjut terhadap masing-masing elemen,

selanjutnya disebut dengan sub-elemen dari sistem. Pembandingan antar sub-elemen

dari semua elemen sistem secara keseluruhan dapat ditentukan beberapa sub-elemen

kunci seperti petani (elemen pelaku), pembinaan pelaku usaha, jaminan modal, dan

Page 7: Ujian Tengah Semester Pemasaran

dukungan pemerintah (elemen kebutuhan), distribusi keuntungan dan resiko yang

kurang adil (elemen kendala), peningkatan pangsa pasar (elemen tujuan), dan

meningkatnya kualitas SDM pelaku usaha (elemen tolok ukur pencapaian tujuan)

serta pengembangan sistem insentif sebagai aktivitas yang dibutuhkan. Analisis

terhadap elemen pelaku agribisnis ditemukan bahwa petani sebagai pelaku langsung

produksi teridentifikasi sebagai sub-elemen kunci. Hasil pembandingan antar sub-

elemen dari elemen pelaku agribisnis, mengindikasikan bahwa petani mempunyai

tingkat hubungan fungsional yang tertinggi, dibandingkan pelaku lainnya seperti :

pedagang, pengumpul, pengusaha jasa transportasi, eksportir/pedagang antar pulau

dan konsumen. Implikasinya, subelemen petani mempunyai kekuatan penggerak yang

terbesar ter- hadap sistem, sehingga diklasifikasikan kedalam sektor indipendent.

Karenanya, untuk mewujudkan kinerja sistem yang efektif harus diprioritaskan

terhadap sub-elemen petani tersebut. Prioritas kepentingan, baik dalam pembinaan,

pelayanan maupun penyediaan fasilitas sesuai dengan kebutuhan petani itu sendiri.

Berbeda dengan petani sebagai pelaku produksi, pelaku langsung lainnya apakah itu

pedagang, pengusaha jasa transportasi, pedagang antar pulau selaku pihak pemasar

mempunyai keterkaitan yang bersifat linkage terhadap konsumen dan masyarakat

sekitar. Klasifikasi sub-elemen kedalam sektor linkage menunjukkan bahwa

terjadinya hubungan yang begitu kuat antar sub-elemen, implikasinya, sub-elemen ini

harus dikaji secara hati-hati. Hubungan antar peubah tidak stabil, artinya setiap

tindakan pada peubah tersebut akan memberikan dampak terhadap yang lainnya dan

umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak. Dari kajian yang telah

dilakukan ternyata tidak ada satupun sub-elemen dari elemen pelaku agribisnis yang

terklasifikasi kedalam sektor dependent atau autonomous. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya hubngan fungsional yang kuat antar sub-elemen, atau hubungan saling

mempengaruhi (linkage).

3. Pendekatan ini pertama diperkenalkan oleh J.S. Bain 1964 yang didasarkan

pada tiga hal yang berkaitan struktur, perilaku, dan penampilan pasar. Struktur

pasar akan mempengaruhi tingkah laku pasar, selanjutnya tingkah laku

perusahaan di pasar akan mempengaruhi penampilan pasar. Pendekatan SCP

banyak dikritisi oleh beberapa ahli seperti Scherer (1990), kalau terlalu

bersifat seterministik untuk memahami fungsi ketidaksempurnaan pasar. Suatu

kondisi yang sering terjadi di Negara yang sedang berkembang, seperti

Page 8: Ujian Tengah Semester Pemasaran

Indonesia. Model SCP dinamik, diasumsikan memiliki hubungan interdepensi

atau simultan diantara struktur pasar, perilaku pasar, dan penampilan pasar.

Contoh kasus:

Pemasaran komoditas anggur (Vitis sp) dianalisa tentang struktur, perilaku dan

kinerja pasarnya dengan metode SCP (Structure, Conduct, Performance). Model ini

pertama kali dikembangkan dalam bidang organisasi industri, memiliki keunggulan

antara lain analisis yang lebih komprehensif dan kesimpulan yang dihasilkan jauh

lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan analisis tradisionil yang memiliki

kecenderungan menggunakan analisis parsial (Stifel, 1975).

Komoditas anggur (Vitis sp) banyak membutuhkan waktu dan melibatkan

banyak lembaga pemasaran sejak diproduksi sampai akhirnya ke konsumen akhir.

Peranan dan aktifitas lembaga pemasaran disini sangatlah penting. Dari lembaga

pemasaran akan membentuk struktur pasar. Struktur pasar merupakan dimensi yang

menjelaskan tentang jumlah penjualan dan distribusinya dalam berbagai ukuran,

jumlah pembeli dan distribusinya dengan berbagai bentuk, differensiasi produk dan

hambatan untuk keluar masuk pasar. Dalam penelitian ini untuk mengidentifikasi

struktur pasar, di lihat dari: jumlah penjual dan pembeli, hambatan keluar masuk

pasar, konsentrasi rasio, elastisitas transmisi harga, dan pengetahuan informasi pasar.

Hasil beberapa penelitian terdahulu, sebagian besar menyatakan struktur pasar

berbagai macam produk pertanian yang diteliti, mengarah pada struktur pasar

persaingan tidak sempurna yang bercorak monopsoni dan oligopsoni. Dalam kondisi

demikian, maka jumlah produsen yang banyak akan berhadapan dengan satu atau

beberapa orang pembeli, sehingga penentuan harga lebih didominasi oleh pembeli

(produsen sebagai penerima harga), sehingga mengakibatkan kerugian pada petani.

Dilain pihak juga dengan adanya struktur pasar dan perilaku pasar, maka akan

mempengaruhi kinerja pasar, dalam hal ini adalah share harga yang diterima petani,

distribusi margin dan share biaya dan keuntungan yang diterima oleh lembaga-

lembaga pemasaran yang terlibat dalam aktivitas pemasaran. Marjin pemasaran

adalah selisih antara harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat produsen.

Apabila bagian harga yang diterima petani rendah, marjin pemasaran yang tinggi dan

distribusi keuntungan antara lembaga pemasaran tidak merata. Dengan demikian

marjin pemasaran juga diperoleh dengan menjumlahkan biaya pemasaran dan

keuntungan, sehingga semakin besar biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran

Page 9: Ujian Tengah Semester Pemasaran

makin besar marjin pemasaran akan mempengaruhi kinerja pasara pada komoditas

anggur.

4. Menurut Tomek dan Robinson (1977), marjin pemasaran adalah perbedaan

harga antara harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima

oleh produsen. Di dalam marjin pemasaran terdapat dua komponen, yakni :

1. Marketing cost, yaitu imbalan terhadap faktor yang dipakai di dalam

proses pemasaran yang terdiri dari upah, sewa, bunga dan laba.

2. Marketing charge, yaitu imbalan terhadap jasa yang diberikan oleh

lembaga pemasaran mulai dari pedagang pengumpul, pedagang besar,

prosesor, maupun pengecer.

Dalam proses pengaliran barang dari produsen ke konsumen, masing-masing

lembaga pemasaran mengeluarkan biaya pemasaran dan menarik keuntungan

sebagai balas jasa, maka jika petani produsen komoditi pertanian

mengharapkan untuk memperoleh harga yang lebih tinggi, dapat ditempuh

cara, yaitu :

1. Menaikkan harga eceran di tingkat konsumen dengan syarat biaya

pemasaran dan keuntungan adalah tetap.

2. Menurunkan biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pelaku

pemasaran dipungut oleh masing-masing lembaga pemasaran, dengan

syarat harga eceran pada tingkat konsumen adalah tetap.

3. Harga di tingkat konsumen dan biaya pemasaran tetap, tetapi

keuntungan lembaga pelaku pemasaran diturunkan.

4. Harga di tingkat konsumen dan keuntungan lembaga pelaku

pemasaran tetap, tetapi biaya pemasaran diturunkan.

Tingginya marjin pemasaran bukanlah ukuran yang pasti bahwa kinerja pasar

adalah inefisien. Bila marjin pemasaran cukup besar, maka perlu diperhatikan

hal-hal sebagai berikut :

1. Digunakannya teknologi baru yang menyebabkan rendahnya biaya

produksi, sehingga marjin pemasaran yang telah tertentu nampak amat

tinggi jika dibandingkan dengan biaya produksi.

Page 10: Ujian Tengah Semester Pemasaran

2. Sebagai akibat spesialisasi geografis dalam berproduksi

menyebabkan bertambah tingginya biaya pengangkutan (place utility),

dan akibatnya marjin pemasaran bertambah besar.

3. Meningkatnya kegunaan waktu (time utility) dalam produk

pertanian yang mengakibatkan adanya tambahan biaya untuk

penyimpangan dan pengolahan.

4. Adanya kecenderungan konsumen, terutama di negara-negara maju

untuk mengkonsumsi komoditas dalam bentuk yang lebih siap atau

instant (form utility), sehingga mengakibatkan marjin pemasaran

bertambah besar.

5. Tingginya upah buruh terutama dalam perdagangan eceran, dapat

juga meningkatkan nilai marjin pemasaran.

Dari yang telah diuraikan, temyata tingginya nilai marjin pemasaran adalah

sebagai akibat dari ditingkatkannya atau diperbaikinya kegunaan tempat,

kegunaan waktu dan bentuk dalam kegiatan pemasaran. Hal ini

mencerminkan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen dan itu konsumen

bersedia membayarnya serta keterkaitan pendekatan kelembagaan dan

pendekatan fungsional dalam analisa marjin pemasaran.

Contoh kasus:

Susiyana (2005) melakukan analisis rantai persediaan komoditas

jerukmedan dengan melakukan studi kasus di Pasar Induk Kramat jati dan

Carrefour Cempaka Mas Jakarta. Data primer pada penelitian tersebut

diperoleh dari hasil wawancara dengan 4 pedagang grosir Kramat jati, 3

pedagang pengecer grosir Cililitan, 7 pedagang pengecer serta pihak

marketing Carrefour. Data sekunder diperoleh dari BPS, Pasar Induk Kramat

Jati, Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian, Dinas Pertanian, Dirjen

Tanaman Pangan dan Hortikultura, dan instansi-instansi lain. Penelitian

tersebut membahas struktur jaringan, aktivitas dan marjin pemasaran rantai

pasokan serta elastisitas transmisinya. Elastisitas transmisi yaitu perbandingan

perubahan nisbi dari harga di tingkat pengecer dengan perubahan harga di

tingkat petani.

Anggota primer SC jeruk medan adalah pedagang antar pulau (PAP),

pedagang grosir, pedagang eceran, perusahaan pemasok dan swalayan.

Page 11: Ujian Tengah Semester Pemasaran

Anggota sekunder SC ini yaitu distributor dan supermarket collector. Marjin

pemasaran dihitung berdasarkan ketiga saluran pemasaran yang terjadi, yaitu :

1. Petani – PAP – Grosir Pasar Induk Kramat Jati – Pengecer

2. Petani – PAP – Grosir Cililitan – Perusahaan Pemasok – Pengecer

3. Petani – PAP – Grosir Cililitan – Perusahaan Pemasok – Swalayan

Pola saluran 3 memiliki marjin pemasaran yang paling besar. Saluran

pemasaran 1 memperoleh total keuntungan yang terbesar. Pola saluran

pemasaran 1 juga yang paling efisien karena memiliki total biaya, keuntungan

dan marjin pemasaran yang terendah serta rasio keuntungan dan biaya

tertinggi. Pola saluran pemasaran 1 dapat memberikan nilai lebih bagi petani

karena menghasilkan farmer’s share (bagian petani) yang tinggi. Korelasi

harga antara pedagang pengecer dan hipermarket dengan agennya adalah

positif dan nyata berdasarkan perhitungan koefisien korelasi harga dan uji

statistik. Nilai elastisitas transmisi harga yang tidak sama dengan satu

menunjukkan sistem pemasaran komoditas jeruk medan belum efisien.

5. Dalam empat tahun belakangan ini tercatat tiga kali terjadi lonjakan

harga kedelai. Setiap krisis tersebut, solusi jangka pendek menjadi senjata

penenang. Persoalan mendasar untuk mewujudkan swasembada kedelai tidak

pernah diwujudkan dan selalu menjadi slogan para elit negeri ini. Tekad dan

janji pemerintah agar 2014 bisa tercapai swasembada kedelai bakal menjadi

slogan dan isapan jempol belaka. Sebagaimana beras, jagung, gula, garam,

ikan, serta buah-buahan tropis lainnya, kedelai pun bernasib sama dengan

sejumlah janji tanpa solusi. Hampir setiap tahun persoalan yang sama terus

berulang. Untuk krisis kedelai, tercatat pada Januari 2008 dan Februari 2011

juga pernah terjadi lonjakan harga akibat pasokan yang menipis.

Ketidakberdayaan negara atas pasar menjadi persoalan mendasar yang

berdampak pada ketergantungan impor dan fluktuasi harga.

Melonjaknya harga kedelai akibat pasokan yang terbatas menjadi bukti bahwa

berbagai program dan upaya yang dirancang beberapa tahun lalu tidak efektif.

Lonjakan harga kedelai yang berakibat pada meningkatnya biaya produksi

tahu dan tempe tersebut sebenarnya sudah berulang kali terjadi. Selama

lonjakan itu pula, belum pernah ada solusi tepat dalam produksi dan tata niaga

Page 12: Ujian Tengah Semester Pemasaran

untuk mengatasi lonjakan harga kedelai. Ketergantungan Indonesia pada

kedelai impor sangat tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)

2011, produksi kedelai lokal hanya 851.286 ton atau 29 persen dari total

Indonesia harus mengimpor kedelai 2.087.986 ton untuk memenuhi 71 persen

kebutuhan kedelai dalam negeri.  Pada 2012, total kebutuhan kedelai nasional

2,2 juta ton. Jumlah tersebut akan diserap untuk pangan atau perajin 83,7

persen; industri kecap, tauco, dan lainnya 14,7 persen; benih 1,2 persen; dan

untuk pakan 0,4 persen. Impor kedelai terbesar Indonesia dari Amerika Serikat

dengan jumlah 1.847.900 ton pada 2011.

Kemudian, impor dari Malaysia 120.074 ton, Argentina 73.037 ton, Uruguay

16.825 ton, dan Brasil 13.550 ton. Anomali cuaca di Amerika Serikat dan

Amerika Selatan menyebabkan pasokan kedelai pun turun dan harganya

melonjak. Harga kedelai internasional pada minggu ke-3 Juli 2012 mencapai

622 dolar AS per ton atau Rp 8.345 per kilogram (kg) untuk harga impor di

dalam negeri.

Harga ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga tertinggi pada

2011, yaitu bulan Februari sekitar 513 dolar AS per ton atau harga paritas

impor di dalam negeri sekitar Rp 6.536 per kg. Dengan harga kedelai impor

yang menembus Rp 8.000 per kg menyebabkan para perajin tempe dan tahu

terancam gulung tikar karena daya beli konsumen yang terbatas. Harga kedelai

tersebut meningkat dari rata-rata Rp 5.500-Rp 6.500 per kg. Di tengah gejolak

harga kedelai, perlu dipahami bahwa ada dua persoalan dalam pasokan

kedelai, yakni produksi dan distribusi. Untuk produksi, sekalipun banyak janji

ada jutaan hektare (ha) lahan terlantar, Indonesia selalu kesulitan dalam

ekspansi lahan sampai pada tingkat pemanfaatan. 

Selain perluasan lahan, pemerintah juga menargetkan peningkatan produksi

kedelai dengan sistem tumpang sari dengan potensi lahan setara 200 ribu ha.

Selain perluasan lahan, Kementerian Pertanian juga mengupayakan

peningkatan produktivitas dari 1,3 ton per ha menjadi 1,54 ton per ha,

pemberian bantuan benih unggul, meningkatkan penggunaan pupuk, dan

pengendalian organisme pengganggu tanaman.  Saat ini, jika berbicara soal

kedelai pada tingkat petani, maka minat budidaya sangat rendah. Petani lebih

memilih padi dan jagung dibandingkan kedelai yang minim insentif dan sulit

Page 13: Ujian Tengah Semester Pemasaran

dalam pemasarannya. Sebenarnya, faktor harga jual yang rendah pun

menyebabkan petani enggan untuk menanam kedelai. Untuk itu, ketika harga

kedelai melonjak justru lebih banyak disuarakan oleh para konsumen dan

produsen tahu serta tempe.

Sebaliknya, petani justru berharap pada harga yang layak dibandingkan

dengan rata-rata Rp 5.000 per kg di tingkat petani saat ini. Berbagai faktor

yang kurang menunjang peningkatan produksi tersebut adalah akibat dari

dibukanya keran impor kedelai sejak satu dekade silam. Indonesia pernah

swasembada kedelai pada 1992 dengan proteksi. Tetapi setelah krisis moneter

1998, Dana Moneter Internasional (IMF) mendikte Indonesia agar tidak

memberikan proteksi kepada kedelai. Dengan konsumsi kedelai dalam negeri

yang mencapai 1,9 juta ton per tahun, hal itu menjadi peluang bisnis yang

sangat menguntungkan. Dalam letter of intent (LoI) IMF, proteksi impor yang

selama ini dipegang Badan Urusan Logistik (Bulog) harus dihapuskan

sehingga impor bisa masuk. Awalnya, kemampuan impor kedelai Indonesia

tidak terlalu besar karena kapasitas finansialnya terbatas, sedangkan produksi

kedelai di negara-negara produsen berlimpah.

Sejauh ini harus diakui bahwa hampir tidak ada kebijakan pemerintah yang

menyentuh persoalan tata niaga kedelai yang pada praktiknya hanya dikuasai

segelintir orang. Menurunkan dan menaikkan bea masuk (BM) hanyalah cara

jangka pendek untuk mensiasati situasi darurat. Setelah itu, pemerintah

kembali berkutat pada program peningkatan produksi. Praktik kartel yang

sudah diketahui banyak kalangan elit bangsa ini, termasuk DPR pun, nyaris

tidak mampu dicarikan solusinya. Pola yang mirip ada pada impor beras, gula,

garam, dan produk impor lainnya.            

Sebenarnya, Indonesia mampu memproduksi sendiri berbagai komoditas

pertanian yang terlanjur diimpor. Persoalannya terletak pada kemauan para

pemimpin bangsa ini dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan tersebut.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) selama bulan Januari-Juni 2011

menunjukkan bahwa impor pangan Indonesia mencapai 11,33 juta ton dengan

nilai sekitar Rp 45 triliun. Komoditas impor itu bervariasi, seperti beras,

jagung, kedelai, dan terigu. Angka tersebut menunjukkan betapa negara yang

Page 14: Ujian Tengah Semester Pemasaran

tergolong miskin anggaran ini, terpaksa menguras segala sumber daya untuk

membayar komoditas impor yang seharusnya bisa diproduksi sendiri.