UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS).doc
-
Upload
alexanderkoto -
Category
Documents
-
view
130 -
download
5
description
Transcript of UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS).doc
Ujian Tengah Semester
Analisis kebutuhan pelatihan
DISUSUN
Oleh:
INDRA YASINTA OKTAVIA MARPAUNG
8216122021 KELAS B-1
SEMESTER III TA. 2013/2014
PROF. Dr. hasan saragih, M. PD
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS PASCASARJANA UNIMED
2013
1. Jelaskan mengapa perlu dilakukan TNA! Tinjau dari aspek tantangan bagi pelatih.
Jawab :
Dalam melakukan analisis kebutuhan, pelatih mencari opini dan ide yang sesuai
dengan lima tujuan analisis kebutuhan pelatihan, yaitu:
1. Apa yang seharusnya menjadi sumber tentang pemikiran suatu kejadian?
2. Apa yang sesungguhnya sedang terjadi?
3. Bagaimana mereka merasakan kejadian itu?
4. Dalam hal penyebab sebuah kinerja, apa penyebab ketidaksesuaian kinerja?
5. Apa yang seharusnya dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah atau
memperkenalkan suatu sistem yang baru?
Jika di tinjau dari aspek tantangan bagi pelatih, adalah :
a) Masalah kemampuan atau performa; yang merupakan sirkumstansi yang paling
sering terjadi yang melibatkan para professional pelatihan dan melakukan TNA.
Masalah kemampuan terjadi ditengah upaya-upaya berkesinambungan dalam
situasi di mana para karyawan harus tahu bagaimana melakukan sesuatu hal dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Kemampuan mereka perlu dilatih agar dapat
menyelesaikan permasalahan dengan baik.
b) Sistem dan Teknologi Baru; selama begitu banyak jenis lingkungan, ketentuan,
dan industri pengenalan sistem dan teknologi baru mendapatkan suatu porsi waktu
yang lebih besar dari para pelatih atau teknologis instruksional. Sistem dan
teknologi baru merupakan tantangan bagi pelatih karena dengan munculnya sistem
dan teknologi baru tentu akan berpengaruh dan menjadi tantangan, sebagai contoh
dalam suatu perusahaan kehadiran mesin baru tentu akan membuat karyawan atau
teknisi sedikit repot karena terlebih dahulu harus mempelajari dan menguasai cara
kerja mesin tersebut. Hal ini akan mempengaruhi pelatih yang profesional,
setidaknya mereka harus terlebih dahulu mengetahuinya.
c) Pelatihan Otomatis; dalam beberapa kasus pelatihan terjadi karena aturan
memandatkan hal itu terjadi atau kerja akan terlihat baik jika hal itu terjadi.
TNA dilakukan apabila diketahui adanya suatu kesenjangan antara kondisi saat
ini dengan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan kondisi tersebut menjadi suatu
problem bagi organisasi yang harus segera disolusikan. Namun, TNA juga dilakukan
apabila akan diterapkannya suatu teknologi baru pada sistem organisasi. Rencana
penerapan teknologi baru tersebut menjadi suatu problem bagi organisasi yang harus
disolusikan agar petugas yang akan mengoperasikan teknologi baru tersebut sudah
tersedia.
Sebagai Pelatih, tantangan dalam melakukan analisis kebutuhan pelatihan,
maka pelatih memerlukan informasi-informasi atau pendapat-pendapat yang
rinci/akurat dan valid untuk dicari bagaimana cara menyelesaikan problem tersebut
apakah dibutuhkan suatu program pelatihan atau tidak. Informasi-informasi tersebut
didapat dengan melakukan need assesment (penilaian permasalahan).
Dalam melakukan penilaian permasalahan (baik kesenjangan yang sedang
terjadi maupun rencana penerapan teknologi baru), untuk merencanakan suatu
program pelatihan, Pelatih perlu menganalisa aspek-aspek sebagai berikut (model
ADDIE), sebagai berikut:
Analysis, yaitu apa yang menjadi problem dan apa penyebabnya (identifikasi
masalah), bagaimana cara mencari solusiny, apakah diperlukan program
pelatihan? (analisis kebutuhan), apa yang ingin dicapai (tujuan kegiatan), siapa
yang akan dilatih ditinjau dari analisis tugas (sasaran kegiatan)
Design, yaitu kapan dan dimana tepatnya pelatihan diadakan (lokasi dan
waktu), apa yang menjadi prasyarat kompetensi peserta (kompetensi), apa
materi pembelajaran yang akan diberikan (materi)
Development, yaitu bagaimana cara melakukan/strategi (analisis instruksional),
bagaimana menentukan indikator kesuksesan program pelatihan tersebut
Implementation/try-out, yaitu melaksanakan program pelatihan sesuai dengan
yang sudah direncanakan, memonitor pelaksanaannya dan mengendalikan hal-
hal yang terjadi di luar control,
Evaluation, yaitu bagaimana mengevaluasi kesuksesan program pelatihan
tersebut, apakah peserta telah menerima manfaat pelatihan bagi dirinya, apakah
pelatihan telah menghasilkan dampak positif bagi kinerja mereka, apakah
pelatihan telah memberikan outcome bagi perusahaan?
Dengan demikian, pelatih yang profesional akan melakukan analisis terhadap
aspek-aspek tersebut secara objektif sehingga usulan perencanaan pelatihan dapat
dipenuhi oleh manajemen dan operasional organisasi tidak terganggu
2. Dalam Pelaksanaan TNA, aktivitas difokuskan pada lima tujuan utama. Jelaskan
kelima tujuan utama TNA tersebut.
Jawab :
Kebutuhan adalah kesenjangan antara apa yang telah tersedia dengan apa yang
diharapkan dan Need Assessment adalah proses mengumpulkan informasi tentang
kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan. Dengan kata
lain, Analisis Kebutuhan adalah usaha sistemik yang digunkan untuk mengumpulkan
pendapat dan ide dari berbagai sumber tentang masalah kinerja kerja atau sistem teknologi
baru. Adapun lima tujuan utama dilakukannya TNA adalah :
a) Optimal performance or knowledge, merupakan kondisi ideal yang diharapkan
dalam suatu organisasi yang bisa dikatakan sebagai tujuan yang ingin dicapai. Apa
yang seharusnya menjadi sumber tentang pemikiran suatu kejadian? Mencari
optimalisasi kejadian (menggunakan interview, group meeting, dan survey) yang
sebenarnya dan merinci ketidaksesuaian kinerja. Dalam hal ini harus diketahui
tentang “apa yang orang pikirkan tentang sesuatu kejadian dan apa yang
seharusnya terjadi”.
b) Actual or current performance or knowledge, merupakan kondisi nyata yang
ditemukan dalam kegiatan sehari-hari yang disesuaikan dengan tujuan organisasi.
Apa yang sesungguhnya sedang terjadi? Mencari aktual dengan menggunakan
survey dan observasi.
c) Feelings of trainess and significant others adalah perasaan yang menyenangkan
dari orang-orang yang di lingkungan organisasi yang memiliki kesamaan dalam
tujuan dengan tidak ada perasaan yang tertekan diantaranya. Bagaimana mereka
merasakan kejadian itu ? Bagaimana feelings mereka tentang atau terhadap :
1. Topik atau materi, sistem atau masalah, misalnya dengan munculnya
teknologi baru.
2. Apakah ada atau tidak prioritas ? Pelatih yang mau diajukan terhadap
topik atau materi bagaimana persepsi mereka terhadap yang mana yang
menjadi prioritas.
3. Apakah training merupakan suatu solusi atau apakah ada solusi lain
yang lebih cepat.
4. Analisis kebutuhan percaya pada ketuntasan itu. Mencari feelings atau
prioritas dengan menggunakan interview dan group meeting.
d) Causes of the problem from many perspectives, adalah penyebab terjadinya
masalah dapat diketahui sesegera mungkin sehingga dapat melangkah ke tahap
berikutnya menuju penyelesaian lanjutan. Dalam hal penyebab sebuah kinerja, apa
penyebab ketidaksesuaian kinerja ? Tujuan dari analisis kebutuhan adalah mencari
sumber penyebab atau penyumbang masalah. Yang menjadi bagian utama dari
TNA untuk mencari dan menyelidiki penyebab-penyebab dari permasalahannya,
misalnya :
1. Apakah karena motivasi kurang,
2. Apakah karena sarana dan prasarana kurang lengkap atau tidak ada
sama sekali,
3. Apakah dikarenakan insentif yang kurang,
4. Apakah para karyawan tidak mempunyai keahlian atau pengetahuan
yang menjadi persyaratan,
5. Apakah mereka tidak mengetahui bagaimana untuk melakukan apa
yang diharapkan dari mereka,
6. Apakah dukungan / faktor lingkungan kerja yang menghambat,
7. Apakah pemegang jabatan tidak berpikir bahwa hal itu adalah hal
yang berharga untuk dilakukan atau diketahui,
8. Ataupun apakah mereka tidak mempunyai keyakinan bahwa mereka
bisa melakukan hal itu.
Kemungkinan penyebab-penyebab masalah dapat dibatasi seperti :
a. Karyawan belum memenuhi syarat skill atau pengetahuan.
b. Mereka belum mengetahui bagaimana melakukan apa yang
diharapkan.
c. Tidak adanya insentif untuk kinerja yang baik.
d. Mereka belum mengetahui bahwa mereka dapat melakukan hal itu.
e) Solution on the problem from many perspectives, adalah mencari jalan
penyelesaiannya atau pemecahan masalah hingga masalah dapat teratasi dan tujuan
utama dapat terlaksana. Apa yang seharusnya dilakukan untuk menyelesaikan
suatu masalah atau memperkenalkan suatu sistem yang baru ? Cara untuk
mengakhiri masalah ataupun suatu jawaban yang harus diambil untuk
menyelesaikan masalah misalnya apakah harus dilakukan pelatihan atau cukup
hanya diberikan tambahan motivasi, insentif serta perlengkapan sarana dan
prasarana. Mencari penyebab terjadinya masalah dengan menggunakan interview
dan survey.
3. Dalam pelaksanaan TNA, dikenal tiga jenis teknik analisis. Jelaskan ketiga jenis
analisis tersebut dan buatlah skema hubungan antara Teknik Analisis dan Tujuan
TNA.
Jawab :
Kebutuhan Pelatihan dapat dijabarkan setelah melakukan kegiatan analisis yang
berorientasi pada pencarian informasi yang mencakup :
a) Optimal = Kinerja optimal atau pengetahuan yang optimal,
b) Actual = Kinerja pada saat ini atau pengetahuan saat ini,
c) Feelings = Perasaan, sikap atau konsep diri peserta pelatihan,
d) Causes = Penyebab terjadinya masalah,
e) Solutions = Jalan keluar permasalahan.
Masing-masing alat di atas digunakan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi tertentu. Pencarian informasi-informasi yang dikemukakan di atas dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik dan alat analisis yang tepat. Rosset dan
Arwady (1989) menguraikan bahwa ada tiga teknik analisis yang dapat dipergunakan
yaitu :
a) EDA=Extant Data Analysis/Analisis data ekstan yaitu merupakan teknik
analisis yang mengarahkan langsung pada hasil. Data yang ada berupa laporan
hasil dari kemampuan / kerja karyawan. Merupakan gambaran aktivitas pekerja
dilihat dari hasil kerja, dengan melihat apa yang dikerjakan atau merupakan
penilaian terhadap kinerja sesuai dengan kenyataan yang ditunjukkan dari hasil
kerja karyawan. Dalam EDA, tidak melihat pada apa yang dilakukan oleh para
karyawan, akan tetapi melihat efek-efek dan kemudian menyimpulkan kembali
hasilnya untuk membuat sebuah gambaran dari kemampuan / performa karyawan
yang ada saat ini dari hasil-hasil tersebut. Tujuan utama EDA adalah menguji
hasil, mencari kebenaran melalui trend, menyesuaikan tujuan perusahaan,
menghemat dana, dan memeriksa / membuktikan apa yang didengar selama TNA.
b) NA=Needs Assessment/Analisis Kebutuhan, adalah sebuah teknik spesifik
dalam TNA yang merupakan cara seorang pelatih professional mengeluarkan dan
mencari pendapat mengenai optimal, aktual, perasaan, penyebab, dan solusi dari
berbagai sumber. Kebutuhan adalah kesenjangan antara apa yang telah tersedia
dengan apa yang diharapkan dan NA adalah proses pengumpulan informasi
tentang kesenjangan dan menentukan prioritas dari kesenjangan untuk dipecahkan.
NA pada dasarnya adalah suatu pendekatan yang mencoba mengidentifikasi
pemenuhan kebutuhan dan pemanfaatan peralatan dengan melibatkan pengguna
sebagai sumber informasi. Manfaat NA adalah untuk memperoleh informasi yang
ingin dikumpulkan tentang situasi, sistem, hal yang dihadapi atau masalah.
c) SMA=Subject Matter Analysis atau Analisis Materi Subjek, adalah suatu
proses menganalisis materi menjadi suatu rangkaian yang bisa mempresentasikan
suatu kemampuan atau keterampilan, jadi bukan hanya kumpulan tetapi sudah ada
proses yang bila diikuti orang akan mampu melakukannya. SMA terpusat pada apa
yang seharusnya terjadi dengan apa yang para pekerja harus diketahui untuk
melaksanakan tugas secara optimal. Pada SMA kita akan berusaha
menggambarkan secara rinci bentuk dan hubungan-hubungan tentang apa-apa
yang telah diketahui dan harus dilaksanakan untuk dapat melaksanakan tugas
dengan baik.
Skema hubungan antara Teknik Analisis dan Tujuan TNA :
+ =
TECHNIQUES
Extant data analysis
Needs Assessment
Subject matter
analysis
TOOLS
Interviews
Observations
Groups
Surveys
PURPOSES
Optimals
Actuals
Causes
Feelings
Solution
4. Jelaskan empat penyebab masalah kinerja, dan dari keempat penyebab tersebut mana
yang memiliki kemungkinan solusinya dilakukan melalui kegiatan pelatihan? Berikan
alasan.
Jawab :
Setiap masalah selalu ada sebabnya begitu pula dengan masalah kinerja. Ada
empat jenis penyebab masalah dalam kinerja yaitu :
1. Kurang keahlian atau pengetahuan
Keahlian dan pengetahuan dalam pelaksanaan tugas sangat penting dimiliki
oleh pekerja demi kelancaran dan keberhasilan tugas yang dilaksanakannya. Namun,
banyak pekerja yang saat diminta untuk melakukan suatu pekerjaan tidak bisa
melaksanakannya karena tidak memiliki keahlian atau pengetahuan walaupun pihak
manajemen memaksa mereka untuk mengerjakan tugas tersebut ataupun jika mereka
menginginkan pekerjaan itu. Mereka tidak tahu apa yang semestinya harus dilakukan,
ataupun jika tahu tapi mengerjakannya tidak sesuai dengan standar manajemen. Hal
ini terjadi karena pada saat mereka diminta untuk melakukan tugas tersebut, mereka
tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan tugas
yang diberikan padanya.
2. Kurang Insentif
Umpan balik, pujian, insentif dan kebijakan dalam dunia kerja selalu berkaitan
dengan masalah kinerja. Hal ini adalah bentuk dari suatu konsekuensi pekerjaan.
Pekerja yang mampu melaksanakan tugasnya dengan baik akan mendapatkan nilai
positif drai pihak manajemen atas pekerjaannya, begitu pula sebaliknya. Namun, bila
kita melihat dalam suatu pekerjaan, banyak ditemukan masalah yang berkaitan dengan
intensif. Banyak pekerja yang merasa bahwa pekerjaan yang telah mereka lakukan
dengan baik tidak sepadan dengan pendapat yang mereka dapatkan. Tentu hal ini akan
menjadi suatu masalah dalam pekerjaan apabila pekerja merasa jika pekerjaan yang
telah mereka lakukan tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka terima.
Berkaitan dengan masalah insentif, dapat ditekankan dalam 2 hal :
- Pekerja menginginkan insentif yang sesuai/ sebanding dengan
- Pendapatan yang konsisten dan sesuai dengan standar umum.
Pekerja yang produktif akan memberi keuntungan bagi pihak manajemen
sehingga manager akan memberi perhatian lebih pada mereka yang produktif, baik
berupa penambahan insentif maupun bentuk reward lainnya. Penting bagi pihak
manajemen untuk memberikan kebijakan berupa insentif maupun reward sebagai
motivasi bagi pekerja untuk mampu memberikan kinerja yang terbaik di tempat
kerjanya. Insentif dapat menjadi salah satu pemicu produktivitas kerja.
3. Kurang Dukungan dari Lingkungan
Insentif dan lingkungan kerja saling berkaitan, karena bentuk insentif tidak
terlepas dari peranan komponen dibalik lingkungan dunia kerja itu sendiri, yaitu pihak
manajemen serta kebijakan yang diambil. Banyak masalah yang disebabkan oleh
kebijkan, hal pribadi dan faktor-faktor kontekstual lainnya. Dalam hal ini, dapat dilihat
3 kawasan untuk menentukan apakah lingkungan menghalangi kinerja yang efektif.
a. Personal : siapa yang bertanggung jawab terhadap pekerja yang
memiliki masalah dalam kinerjanya? Pertanyaan berikut dapat dipakai untuk
mencari penyebab masalahnya.
- Kepada siapa pekerja harus bergantung?
- Apakah masalah datang dari pekerja?
- Apakah pekerja menganggapnya sebagai masalah yang penting?
- Apakah supervisor cukup mengetahui apa yang pekerja harus
lakukan?
- Apakah supervisor memberi insentif yang sesuai dengan kinerja?
- Apa yang dilakukan supervisor jika pekerja tidak melakukan
kinerjanya?
- Apakah supervisor menganggap bahwa hal ini merupakan suatu
masalah atau hanya berkaitan dengan hal manajemen?
- Apakah manajer atau supervisor menginginkan pekerjaannya untuk
mengikuti pelatihan?
- Apakah pihak manajer manaruh perhatian pada hal ini? Apa yang
terjadi jika mereka mengabaikannya.
b. Kebijakan dan prosedur : setiap perusahaan memiliki kebijakan
kerja serta prosedur-prosedur yang harus dilakukan oleh pekerjanya. Kebijakan
serta prosedur yang baik terhadap suatu pekerjaan yang harus dilakukan
pekerja akan memberikan hasil kinerja yang baik pula.
c. Perangkat : untuk jenis pekerjaan tertentu, khususnya berkaitan
dengan keterampilan, alat/perangkat sangat penting dalam pelaksanaan kinerja
yang efektif dan efisien.
4. Kurang Motivasi
Joe Harless dalam An Onuce of Analysis is Worth a Pound of Objectives
menempatkan motivasi bersamaan dengan insentif saat menyangkut penyebab
masalah kinerja. Ia menyatakan bahwa diperlukan suatu bentuk pemberian insentif
untuk meningkatkan kinerja. Masalah kinerja tidak selamanya berkaitan dengan
prilaku.
Dewasa ini, banyak kajian pelatihan dan pengembangan berorientasi kognitif
menempatkan perhatian pada apa yang terjadi dalam diri setiap pekerja. Saat kita
menempatkan insentif dan motivasi secara bersamaan, kita mengabaikan perbedaan
antara faktor internal dan eksternal dan hanya memusatkan pada variabel eksternal
yang lebih tradisioanal, seperti insentif dan lingkungan.
Lalu, apakah motivasi itu dan bagaimana suatu pekerjaan yang telah dilakukan
memberikan kontribusi terhadap pemahaman tentang masalah kinerja dan
penyebabnya? Dalam The Journal of Instructional Development, John Keller
menjelaskan implikasi teori motivasi dan penelitian untuk perancang pembelajaran.
Dengan memahami akar psikologi perilaku dan kognitif maka dapat dipahami aspek
internal dari pebelajar/peserta pelatihan. Selanjutnya, Keller menjelaskan bahwa
motivasi adalah : MOTIVASI = NILAI X PENGHARAPAN
Nilai adalah nilai individu yang melekat pada hasil kinerja yang dilakukan.
Peserta pelatihan harus memahami nilai apa yang ada padanya, apa yang akan mampu
dilakukannya dengan nilai tersebut serta mengapa nilai itu pantas dalam pekerjaannya.
Mereka harus dapat menyadari apa yang baik, bernilai dan berharga dari suatu nilai
yang akan dipelajari untuk implikasinya dalam pekerjaan sekarang dan akan datang.
Pengharapan adalah persepsi tentang keberhasilan tugas yang dilakukan.
Peserta pelatihan yang tidak memiliki pengharapan tentang pelatihan yang diambilnya
akan lebih sering mengundurkan diri daripada mereka yang memiliki motivasi. Pelatih
menyukai peserta yang memiliki nilai dan pengharapan yang tinggi. Saat menghadapi
peserta yang kurang termotivasi, maka diperlukan suatu bentuk pemberian insentif
untuk melaksanakan pekerjaannya, seperti halnya dalam pelatihan militer.
Kemungkinan situasi yang terburuk dan sering terjadi adalah melihat kelompok
peserta pelatihan yang tidak menginginkan untuk turut dalam pelatihan tersebut (nilai
rendah), peserta yang meragukan kemampuan mereka akan keberhasilan tugasnya
(pengharapan rendah) atau supervisor yang tidak ingin mengirimkan pesertanya untuk
pelatihan (alasan kesulitan insentif).
Dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah apa yang diyakini serta nilai yang
dimiliki pekerja tentang prosedur atau hasil kontribusi terhadap pekerjaannya. Insentif
adalah apa yang dilakukan pihak manajemen terhadap hasil kinerja pekerjanya. Faktor
internal adalah apa yang pekerja ketahui dan rasakan tentang dirinya sedangkan faktor
eksternal adalah hubungan yang terjadi antara diri pekerja dengan unsur-unsur yang
terlibat dalam pelaksanaan kinerjanya. Solusi dapat diberikan berdasarkan penyebab
yang mendasari suatu masalah. Tidak semua masalah kinerja memerlukan pelatihan.
Pelatihan hanya diperlukan untuk masalah yang terkait dengan keterampilan,
pengetahuan atau motivasi. Pelatihan tidak memberi dampak bila menyangkut
masalah kebijakan atau insentif. Berikut adalah bentuk solusi yang diberikan sesuai
dengan jenis penyebab masalahnya.
Jenis Sebab Solusi
1. Kurang
Keahlian/pengetahuan
- Pelatihan
- Bantuan Kerja
2. Kurang Insentif - Kebijakan baru, kontrak
- Pelatihan untuk supervisor
3. Kurang dukungan
lingkungan
- Merancang kembali pekerjaan
- Penggunaan perangkat baru yang lebih baik
- Penyesuaian antara pekerja dengan pekerjaan
4. Kurang motivasi - Pelatihan yang memberi manfaat bagi pekerjaan
- Proses atau perangkat yang lebih baik jika tidak
ada manfaat yang diperoleh
- Pelatihan yang memberi hasil nyata dalam
membangun rasa percaya diri
Pada umumnya, solusi dapat dibedakan atas 2 jenis yaitu :
Pelatihan
Intervensi yang diberi melalui rangkaian presentasi, praktek serta umpan balik
yang mengajarkan hal baru pada seseorang atas sesuatu yang belum mereka ketahui,
sesuatu yang belum pernah dipelajari atau yang telah mereka lupakan. Bantuan kerja
merupakan intervensi yang sering dikaitkan dengan pelatihan. Sebuah seminar produk
ilmu pengetahuan pada suatu program asuransi baru, misalnya mengambil manfaat
bantuan kerja berupa bantuan penghitungan.
Pelaporan dan Restrukturisasi
Para profesional yang memiliki keahlian pada suatu bentuk pelatihan sering
disebut sebagai spesialis kinerja. Mereka biasanya melakukan pelatihan bagi para
pekerja yang memiliki masalah keahlian/pengetahuan dalam kinerjanya. Namun, ada
kalanya solusi tidak memerlukan bentuk pelatihan. Solusi non-pelatihan, sebaiknya
segera direkomendasikan ketika penyebabya mulai terindikasi. Pilihannya bisa
bermacam-macam, misalnya : membuat jadwal kerja baru, perangkat baru, atau
memberi penghargaan atas keberhasilan kinerja. Kuncinya adalah dengan melihat
kepada masalah, mencari tahu penyebabnya serta bertindak sesuai dengan sebabnya.
Pengembangan pelatihan pada kelompok kerja, kemudian melakukan analisis
kebutuhan pelatihan, sering dilakukan untuk mengetahui bahwa sebenarnya masalah
bukan hanya datang dari pekerja. Ada kalanya, manajer adalah orang yang
menyebabkan terjadinya masalah tersebut. Karena itu, laporkanlah segala bentuk
indikasi penyebab yang terlihat dalam masalah kinerja. Tujuan dilakukannya Analisis
Kebutuhan Pelatihan adalah untuk mengumpulkan informasi kepada pihak manajerial
untuk benar-benar mengatahui apa yang sedang terjadi dan apa sebabnya. Hal ini akan
menghemat pelatihan untuk masalah yang lebih berkaitan dengan inovasi kerja.
5. Menurut anda apakah pelatihan yang pernah dilakukan di lembaga pendidikan kita
sudah melalui analisis kebutuhan? Jelaskan.
Jawab :
Menurut saya sudah. Hal tersebut dapat dilihat pada uraian berikut ini.
Pemerintah Indonesia dengan Asean Development Bank (ADB) telah menjalin kerja
sama dan menandatangani suatu perjanjian pinjaman berupa pelaksanaan Kegiatan
Metropolitan Sanitation management and Health Project (MSMHP) di kota Medan.
Sasaran utama dari kegiatan tersebut adalah untuk memperluas atau mengembangkan
cakupan pelayanan air limbah domestik sistem perpipaan yang terintegrasi dengan sistem
pelayanan yang telah ada serta perlu didukung peningkatan kapasitas Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) eksisting. Untuk mewujudkan program ini, maka dilaksanakan peningkatan
sambungan air limbah baru sebanyak 13. 250 sambungan rumah dan secara bertahap
ditingkatkan 20.000 sambungan rumah, pemasangan pipa sekunder (secondary sewer)
sepanjang kurang lebih 220.000 meter pada areal seluas 1.100 Ha serta peningkatan kapasitas
instalasi Pengolahan Air Limbah Pulo Brayan menjadi 60.000 m3/hari.