UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

99
UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA (Vernonia amygdalina, Delile.) TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS SEL IMUN PADA MENCIT JANTAN DENGAN METODE KARBON KLIREN SKRIPSI OLEH: NUR AYUNINGSIH TAMBUSAI NIM 111501014 PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2018 Universitas Sumatera Utara

Transcript of UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Page 1: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN

AFRIKA (Vernonia amygdalina, Delile.) TERHADAP

AKTIVITAS FAGOSITOSIS SEL IMUN PADA MENCIT

JANTAN DENGAN METODE KARBON KLIREN

SKRIPSI

OLEH:

NUR AYUNINGSIH TAMBUSAI

NIM 111501014

PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 2: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN

AFRIKA (Vernonia amygdalina, Delile.) TERHADAP

AKTIVITAS FAGOSITOSIS SEL IMUN PADA MENCIT

JANTAN DENGAN METODE KARBON KLIREN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

NUR AYUNINGSIH TAMBUSAI

NIM 111501014

PROGRAM REGULER SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2018

Universitas Sumatera Utara

Page 3: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Universitas Sumatera Utara

Page 4: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

4

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia yang

berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “ Uji Efek Imunomodulator Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia

amygdalina, Delile.) terhadap Aktivitas Fagositosis Sel Imun pada Mencit Jantan

dengan Metode Karbon Kliren”. Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., dan Ibu Yuandani S.Farm.,

M.Si., Ph.D., Apt., yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan

ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima

kasih juga disampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara, Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas

selama masa pendidikan.

Penulis juga menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang tulus

dan tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda Junaidi Tambusai dan Ibu

Purwati, dan kepada seluruh keluarga dan sahabat terdekat atas doa, dorongan dan

dukungan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada laboran Farmakologi dan Toksikologi serta

laboran Fitokimia yang berperan penting dalam penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

Universitas Sumatera Utara

Page 5: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

5

dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

farmasi.

Medan, Oktober 2018

Penulis,

Nur Ayuningsih Tambusai

NIM 111501014

Universitas Sumatera Utara

Page 6: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

viUniversitas Sumatera Utara

Page 7: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

vii

UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA

(Vernoniaamygdalina,Delile.) TERHADAP AKTIVITAS FAGOSITOSIS

SEL IMUN PADA MENCIT JANTANDENGAN METODE KARBON

KLIREN

ABSTRAK

Daun afrika (Vernonia amygdalina,Delile.) secara tradisional digunakan

oleh masyarakat sebagai obat antidiabetes, antihipertensi, antikanker dan untuk

meningkatkan sistem imun. Tujuanpenelitianiniadalah untuk mengetahui

pengaruh ekstrak etanol Daun Afrika terhadap aktivitas fagositosis pada mencit

jantan.

Uji aktivitas fagositosis menggunakan metode carbon clearance. Metode

ini digunakan untuk mengukur aktivitas sel-sel fagosit yang membunuh

organisme patogen didalam tubuh. 25 ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok,

masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok pertama CMC Na 1%, kelompok kedua Imboost, kelompok ketiga EEDA 100 mg/kg BB, kelompok keempat 200 mg/kg BB, dan kelompok kelima 400 mg/kg BB, masing - masing kelompok diberi perlakuan per oral selama 7 hari. Kemudian hari ke 8 diberikan suspensi karbon secara i.v, setelah itu pada menit ke 5 dilakukan pengambilan

darah, dilanjutkan pada menit ke 10, 15, dan 20. Kemudian absorbansinya diukur

menggunakan spektrofotometer UV-Vis, kemudian mencit didislokasi dan

dibedah lalu diambil hati dan limpa. Dihitung laju eliminasi karbon, indeks

fagositosis, dan indeks stimulasi.

Hasi lpenelitian menunjukkan bahwa pemberian EEDA dosis100, 200, dan

400 mg/kg bb dapat meningkatkan laju eliminasi karbon, indeks fagositosis dan

indeks stimulasi bila dibandingkan terhadap kontrol negatif (p < 0,05 ). EEDA

dosis 400 mg/kg bb memiliki laju eliminasi karbon yang paling tinggi

dibandingkan dengan EEDA 100, dan 200 mg/kg bb. Indeks fagositosis EEDA

dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb secara berturut adalah 2,6842; 2,7351; dan

3.3060. Indeks stimulasi EEDA dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb secara berturut

adalah 1,8638; 1,9007; dan 2,2962.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa EEDA

mempunyai aktivitas fagositosis pada mencit jantan, EEDA 100, 200, 400

mg/kg bb meningkatkan aktivitas fagositosis dibandingkan dengan kontrol CMC

Na 1%. EEDA mempunyai efek sebagai imunomodulator yang bekerja dengan

meningkatkan sistem imun.

Kata kunci : Sel imun, fagositosis, Vernonia amygdalina, Delile., bersihan

karbon.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

viii

IMMUNOMODULATORY EFFECT TEST OF AFRICAN LEAF

ETHANOL EXTRACT (Vernoniaamygdalina,Delile.) ON IMMUNE CELL

PHAGOCYTOSIS ACTIVITY IN MALE MICE WITH CLIREN CARBON

METHOD

ABSTRACT

African leaves (Vernonia amygdalina,Delile.) are traditionally used by the

public as antidiabetic drugs, antihypertensive, anticancer and to enhace the

immune system.The purpose of this study was to determine the effect of African

leaf ethanol extract (ALEE) on phagocytosis activity in male mice.

Phagocytosis activity test used a carbon clearance method. This method

was used to measure the activity of phagocyte cells that kill pathogenic organisms

in the body. Twentyfive mice were divided into 5 groups, and each group

consisted of 5 mice. The first group was carboxy methyl cellulose (CMC Na) 1%,

the second was group Imboost, the third group was ALEE 100 mg/kg bw, the

fourth group was 200 mg/kg Bw, and the fifth group was 400 mg/kg bw, each

group was given oral treatment for 7 th days. Then the 8th day was given carbon

suspension i.v, after that at fifth minute blood was taken, continued at 10, 15 and

20 minutes. Then the absorbance was measured using UV – Vis

spectrophotometer, then the mice were dislocated and dissected then the liver and

spleen were taken. Carbon elimination rate, phagocytic index, and stimulation

index were calculated. The results showed that administration of ALEE at 100, 200, and 400

mg/kg bw could increase the rate of carbon elimination, phagocytic index, and stimulation index when compared to negative controls (p < 0,05 ). ALEE dose of 400 mg/kg bw had an elimination rate the highest carbon compared to ALEE 100, and 200 mg/kg bw. Phagocytic index ALEE dose of 100, 200 and 400 mg/kg bw in arow is 2.6842, 2.7351, and 3.3060. The stimulation index of ALEE dose of 100, 200 and 400 mg/kg bw was 1.8638, 1.9007, and 2.2962.

Based on the above exposure, it can be concluded that ALEE has

phagocytosis activity in male mice. ALEE 100, 200, 400 mg/kg bw increased

phagocytosis activity compared with control of CMC Na 1%. ALEE has an

immunomodulatory effect that works by enhacing the immune system.

.

Keywords: Carbon clearance, Immune cells, phagocytosis, Vernonia amygdalina,

Delile.,

Universitas Sumatera Utara

Page 9: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

9

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ....................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ........................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................. vii

ABSTRACT ............................................................................................... viii

DAFTAR ISI .............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Hipotesis ................................................................................... 3

1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 4

1.6 Kerangka Pikir Penelitian ......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6

2.1 Uraian Tanaman ....................................................................... 6

2.1.1 Sistematika Tumbuhan ................................................... 6

2.1.2 Nama Daerah .................................................................. 6

2.1.3 Morfologi Tumbuhan ..................................................... 7

Universitas Sumatera Utara

Page 10: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

10

2.1.4 Khasiat Tanaman ......................................................... 7

2.2 Ekstraksi ...................................................................................

7

2.2.1 Metode Ekstraksi .........................................................

8

2.3 Sistem Imun ............................................................................

10

2.3.1 Komponen Sistem Imun ...............................................

10

2.3.2 Sistem Imun Humoral .................................................

10

2.3.3 Seluler ..........................................................................

11

2.4 Respon Imun ............................................................................

12

2.4.1 Respon Imun Non Spesifik .........................................

12

2.4.2 Respon Imun Spesifik ..................................................

14

2.5 Imunomodulator ........................................................................

14

2.5.1 Imunosupresi ...............................................................

15

2.5.2 Imunostimulasi ............................................................

15

2.6 Metode Pengujian Efek Imunomodulator ................................

15

2.6.1 Uji Bersihan Karbon ...................................................

15

2.6.2 Uji Respon Tipe Lambat .............................................

16

2.6.3 Titer Antibodi ..............................................................

16

BAB III METODE PENELITIAN .............................................................

17

3.1 Alat dan Bahan .........................................................................

17

3.1.1 Alat ...............................................................................

17

3.1.2 Bahan ...........................................................................

17

3.2 Penyiapan Tumbuhan ...............................................................

18

3.2.1 Pengumpulan Tumbuhan...............................................

18

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan .................................................

18

Universitas Sumatera Utara

Page 11: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

11

3.2.3 Pengolahan Tumbuhan ................................................. 18

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ........................................

19

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik ...........................................

19

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik ...........................................

19

3.3.3 Penetapan Kadar Air ....................................................

19

3.3.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air ..................................

20

3.3.5 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol ..............................

20

3.3.6 Penetapan kadar Abu Total...........................................

21

3.3.7 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam ....................

21

3.4 Skrining Fitokimia .................................................................

21

3.4.1 Pemeriksaan Alkaloid ..................................................

22

3.4.2 Pemeriksaan Flavonoida ..............................................

22

3.4.3 Pemeriksaan Glikosida ................................................

22

3.4.4 Pemeriksaan Saponin ...................................................

23

3.4.5 Pemeriksaan Steroid/ triterpenoid ................................

23

3.4.6 Pemeriksaan Tanin .......................................................

23

3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Afrika (EEDA) ...................

24

3.6 Uji Efek Imunomodulator ......................................................

24

3.6.1 Pembuatan Suspensi CMC Na 1%................................

24

3.6.2 Pembuatan Suspensi Imboost ......................................

25

3.6.3 Pembuatan Suspensi Karbon .......................................

25

3.6.4 Pembuatan Suspensi Ekstrak (EEDA) ..........................

25

3.6.5 Penyiapan Hewan Percobaan .......................................

25

3.6.6 Pengujian Efek Imunomodulator .................................

26

Universitas Sumatera Utara

Page 12: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

xii

3.7 Analisa Data ............................................................................ 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................

29

4.1 Karakterisasi dan Skrining Fitokimia .....................................

29

4.2 Hasil Uji Efek Imunomodulator..............................................

31

4.2.1 Laju Eliminasi Karbon .................................................

31

4.2.2 Indeks Fagositosis ........................................................

34

4.2.3 Indeks Stimulasi ...........................................................

38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................

41

5.1 Kesimpulan ............................................................................

41

5.2 Saran ......................................................................................

41

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

42

LAMPIRAN ...............................................................................................

46

Universitas Sumatera Utara

Page 13: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

131313

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Hasil Karakterisasi Simplisia Daun Afrika ...................................... 30

3.2 Hasil Skrining Fitokimia Daun Afrika .............................................. 30

Universitas Sumatera Utara

Page 14: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

1414

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Kerangka Pikir Penelitian .............................................................. 5

3.1 Grafik Absorbansi Karbon vs Waktu ............................................. 31

3.2 Grafik Indeks Fagositosis Pada Mencit Jantan .............................. 35

3.3 Grafik Indeks Stimulasi Hasil Perbandingan Kelompok Uji

Dengan Kelompok Kontrol Negatif CMC Na 1% ......................... 38

Universitas Sumatera Utara

Page 15: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Rekomendasi Persetujuan Etik Penelitian Kesehatan ........ 46

2 Surat Hasil Identifikasi Tanaman ................................................. 47

3 Hasil Pemeriksaan Makroskopik .................................................. 48

4 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik .................................................. 49

5 Perhitungan Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia .............. 50

6 Bagan Alur Uji Pendahuluan ........................................................ 55

7 Bagan Alur Pembuatan EEDA ..................................................... 56

8 Bagan Alur Penelitian ................................................................... 57

9 Gambar Alat ................................................................................. 58

10 Gambar Hewan ...................................................................... ...... 59

11 Tabel Konversi Dosis ................................................................... 60

12 Contoh Perhitungan Dosis ........................................................... 61

13 Hasil Pengukuran Absorbansi Partikel Karbon ........................... 62

14 Tabel Contoh Jumlah Obat Yang Diberikan Selama Tujuh Hari . 65

15 Tabel Laju Eliminasi Karbon ....................................................... 67

16 Contoh Perhitungan Konstanta Kecepatan Eliminasi Karbon,

Indeks Fagositosis, dan Indeks Stimulasi..................................... 68

17 Hasil Perhitungan Konstanta Kecepatan Eliminasi Karbon dan

Indeks Fagositosis......................................................................... 69

18 Tabel Rerata Indeks Fagositosis dan Indeks Stimulasi................. 70

19 Data Hasil Analisis Anova dan Tukey Eliminasi Karbon............ 71

20 Data Hasil Analisis Anova dan Tukey Indeks Fagositosis........... 80

Universitas Sumatera Utara

Page 16: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Manusia dilahirkan dilengkapi dengan sistem pertahanan tubuh yang

spesifik maupun yang non spesifik. Sistem pertahanan tubuh ini disebut sistem

imun, agar manusia dapat menghindari berbagai bakteri, virus, jamur, dan zat

asing lain yang dapat menimbulkan berbagai gangguan atau penyakit. Salah

satu upaya untuk pencegahan penyakit adalah dengan meningkatkan daya

tahan tubuh yaitu dengan peningkatan efektivitas sistem imunitas tubuh supaya

sel-sel imun dapat terus melawan penyebab penyakit dan tubuh dapat terhindar

dari berbagai penyakit. Masyarakat Indonesia telah menggunakan tumbuhan

obat atau bahan alam sejak dulu. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi, para ilmuwan terus melakukan penelitian tentang khasiat

tumbuhan obat dan mengembangkan istilah kembali ke alam (Wijayakusuma,

2006).

Ketika daya tahan tubuh lemah maka agen infektif akan dengan

mudah menembus pertahanan tubuh dan menyebabkan penyakit. Oleh karena

itu, upaya meningkatkan sistem imun menjadi penting dilakukan, salah

satunya adalah dengan menggunakan imunomodulator khususnya yang

bersifat imunostimulan (Baratawidjaja, 2009).

Imunomodulator merupakan bahan atau agen yang dapat berinteraksi

dengan sistem imun dan menyebabkan peningkatan atau penurunan aspek

spesifik respon imun. Imunomodulator terdapat bahan sintetik maupun alamiah

Universitas Sumatera Utara

Page 17: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

2

yang merupakan obat-obatan yang digunakan sebagai imunoterapi untuk

mengembalikan dan memperbaiki sistem imun atau untuk menekan fungsi

yang berlebihan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai obat adalah

daun Afrika. Penggunaan daun Afrika secara empiris banyak digunakan oleh

masyarakat dengan pengolahan yang sederhana, yaitu dengan cara meminum

rebusan dari daun Afrika untuk berbagai macam penyakit, seperti antikanker,

pencegahan penyakit jantung, menurunkan kolesterol, mencegah stroke,

mengatur gula darah, gangguan pencernaan, dan menurunkan berat badan

(Ibrahim, dkk., 2004). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa daun Afrika

dapat digunakan sebagai antidiabetes (Santoso,2015), antioksidan (Dilasamola,

2016), hepatoprotektor (Natalia, 2014).

Daun Afrika (Vernonia amygdalina, Delile.), suku Asteraceae banyak

tumbuh di benua Afrika Bagian Barat terutama di Nigeria (Ibrahim, dkk.,

2004). Di Cina daun Afrika telah di kenal sejak dahulu oleh masyarakat

sebagai tanaman obat sangat mujarab. Mereka menyebutnya Nan Fei Shu, di

sebagian daratan Cina ada yang menyebut Nan Hui Ye, tanaman ini dahulu

digunakan oleh kalangan petinggi di lingkungan kekaisaran sebagai obat untuk

berbagai penyakit (Anonim, 2012).

Vernonia amigdalina, Delile., mengandung senyawa golongan saponin,

flavonoid, sesquiterpen lakton, dan glikosida steroid. Daun ini berguna sebagai

bahan baku obat (Ijeh dan Ejike, 2010). Senyawa golongan alkaloid,

triterpenoid, kuinon, dan fenolik yang berbobot molekul kecil dapat

menstimulasi sistem imun (Wagner, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 18: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

3

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan uji

ekstrak etanol daun Afrika terhadap aktivitas fagositosis menggunakan metode

bersihan karbon pada mencit jantan. Adapun golongan senyawa yang

terkandung dalam daun Afrika yaitu golongan flavonoid antosianin yang

merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling

banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Golongan antosianin ini yang

mudah larut dalam air, terutama bentuk glikosidanya dan oleh karena itu

senyawa ini berada dalam ekstrak air tumbuhan. Golongan flavonoid dapat

digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonnya

terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) disambungkan oleh

rantai alifatik tiga karbon (Markham, 1988).

1.2 PerumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah:

a. Apakah pemberian ekstrak etanol daun Afrika dapat mempengaruhi

aktivitas fagositosis pada mencit jantan?

b. Apakah ekstrak etanol daun Afrika mempunyai efek imunomodulator?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis pada penelitian

ini adalah:

a. Ekstrak etanol daun Afrika dapat mempengaruhi aktivitas fagositosis

pada mencit jantan.

b. Ekstrak etanol daun Afrika mempunyai efek imunomodulator.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

4

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun Afrika terhadap aktivitas

fagositosis pada mencit jantan.

b. Mengetahui efek imunomodulator ekstrak etanol daun Afrika.

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini

adalah :

a. Mengembangkan daun Afrika menjadi suatu sediaan herbal dengan

efek imunomodulator.

b. Menambah inventaris tanaman obat yang berkhasiat sebagai

imunomodulator, sebagai uji suatu eksperimental.

Universitas Sumatera Utara

Page 20: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

5

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap mencit yang diberikan suspensi EEDA.

Variabel bebas pada penelitian ini adalah suspensi EEDA 100, 200, dan 400

mg/kg bb, sedangkan variabel terikat yaitu efek imunomodulator. Hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat ditunjukkan pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Suspensi

EEDA 100 mg/kg bb

Suspensi

EEDA 200 mg/kg bb

Suspensi

EEDA 400 mg/kg bb

Mencit Efek Imunomodulator

Kecepatan

Eliminasi

Karbon

Indeks

Fagositosis

Indeks

Stimulasi

Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Page 21: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman

Vernonia amygdalina, Delile., atau yang biasa disebut daun Afrika,

adalah tumbuhan semak yang tumbuh hingga 7 meter dan berasal dari daerah

tropis Afrika dan bagian lain dari Afrika, khususnya Nigeria, Kamerun dan

Zimbabwe. Tumbuhan ini dapat ditemukan di halaman rumah, sepanjang

sungai dan danau, ditepi hutan, dan di padang rumput. Dapat tumbuh di semua

jenis tanah dan menyukai lingkungan yang lembab (Yeap, 2010).

2.1.1 Sistematika Tumbuhan

Berikut adalah sistematika tumbuhan (Ibrahim, dkk., 2004).

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Asterales

Suku : Asteraceae

Marga : Vernonia

Spesies : Vernonia Amygdalina Del.

2.1.2 Nama Daerah

Daun Afrika banyak tumbuh di benua Afrika bagian barat terutama di

Nigeria dan negara yang beriklim tropis salah satunya adalah Indonesia. Daun

Afrika memiliki nama lain di negara-negara lain seperti Biter Leaf (daun pahit)

di Nigeria, Shiwaka di Nigeria bagian utara, Grawa di Ambari, Ewuro di

Universitas Sumatera Utara

Page 22: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

7

Yoruba, Eriot di Ibbio, Onugbu di Igbo, Iryuna di Tiv, Oriwo di Edo, Chusar-

Doki di Hausa Shiwaka (Ijeh, 2010). Daun Afrika juga memiliki nama daerah

tersendiri di negara Indonesia seperti daun pahit di pulau Jawa dan daun

insulin di kota Padang (Anonim, 2012).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Daun Afrika memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut, batang tegak,

tinggi 1-3 m, bulat, berkayu, berwarna coklat kotor, daun majemuk, anak daun

berhadapan, panjang 15-25 cm, lebar 5-8 cm, tebal 7-10 m, berbentuk seperti

ujung tombak, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan

menyirip, berwarna hijau tua, akar tunggang, berwarna coklat kotor (Ibrahim,

dkk., 2004; Ijeh, 2010).

2.1.4 Khasiat Tanaman

Tanaman ini berkhasiat antara lain sebagai antibakteri, antimalaria,

antijamur, antikanker, antioksidan, dan antidiabetes (Ijeh dan Ejike, 2010).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia

dari jaringan tumbuhan maupun hewan menggunakan pelarut yang sesuai.

Tujuan utama ekstraksi adalah mendapatkan atau memisahkan sebanyak

mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan dari zat-zat yang tidak di

butuhkan (Harborne, 1987).

Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang

diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

Universitas Sumatera Utara

Page 23: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

8

diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah

bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali

dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (Depkes, 2000).

Ekstraksi dengan menggunakan pelarut seperti etanol, metanol, etil

asetat, heksana dan air mampu memisahkan senyawa-senyawa yang penting

dari bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam proses ekstraksi harus

memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan diisolasi. Sifat yang

penting adalah polaritas dan gugus polar dari suatu senyawa. Pada prinsipnya

suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya sehingga

akan mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan (Sudarmadji,

dkk., 1989).

2.2.1 Metode Ekstraksi

Menurut Depkes (2000), metode ekstraksi menggunakan pelarut dapat

dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

a. Cara dingin

1. Maserasi

Maserasi adalah proses penyarian simplisia mengguanakn pelarut

dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur

ruangan.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu proses penyarian simplisia menggunakan alat

yang disebut perkolator dimana simplisia terendam dalam cairan

penyari, zat-zat akan terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara

beraturan. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap

Universitas Sumatera Utara

Page 24: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

9

perendaman antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/

penampungan perkolat) sampai diperoleh ekstrak.

b. Cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan

dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan

proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk

proses ekstraksi sempurna.

2. Sokletasi

Sokletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan,

cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari

terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan

turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk

kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu umumnya

pada temperatur 40-50ºC.

4. Infudasi

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air

(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur

90oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

Universitas Sumatera Utara

Page 25: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

10

5. Dekoktasi

Dekok adalah ekstraksi pada suhu 90-98oC mengunakan pelarut air

selama 30 menit.

2.3 Sistem Imun

Sistem imun adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk

mempertahankan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap

bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup

(Baratawidjaja, 2009).

Semua makhluk hidup vertebrata mampu memberikan tanggapan dan

menolak benda benda yang dianggap asing oleh tubuhnya. Kemampuan ini

disebabkan oleh sel-sel khusus yang mampu membedakan zat asing (non-self)

dari zat yang berasal dari tubuhnya sendiri (self). Pada beberapa keadaan

patologik, sistem imun tidak dapat membedakan self dari non-self sehingga sel-

sel dalam sistem imun membentuk zat anti terhadap jaringan tubuhnya sendiri

(Kresno, 2001).

2.3.1 Komponen Sistem Imun

Komponen sistem imun terdiri dari sistem imun humoral dan sistem

imun selular.

2.3.1.1 Sistem Imun Humoral

Berbagai bahan dalam sirkulasi berperan pada pertahanan humoral,

yaitu komplemen, interferon, antibodi, dan C-Reactive protein (CRP).

Komplemen merupakan molekul dari sistem imun yang ditemukan di sirkulasi

Universitas Sumatera Utara

Page 26: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

11

dalam keadaan tidak aktif, tetapi setiap waktu dapat diaktifkan oleh berbagai

bahan seperti antigen (Subowo, 2009).

2.3.1.2 Seluler

Sel-sel yang terlibat dalam komponen seluler sistem imun terdiri dari

sel limfoid dan sel fagosit (Subowo, 2009).

a. Sel Limfoid

Limfosit menduduki 20% dari leukosit yang ada dalam darah.

Kelompok limfoid terutama bertugas untuk mengenali antigen. Sel

limfoid terdiri dari limfosit T, limfosit B, dan sel NK (natural killer). Kecuali

sel NK, limfosit dilengkapi dengan molekul reseptor yang bertugas untuk

mengenali antigen (Subowo, 2009).

b. Sel Fagosit

Sel Fagosit terbagi atas fagosit mononuklear dan fagosit

polimorfonuklear Sel fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear

berperan sebagai sel efektor dalam respon imun nonspesifik (Subowo, 2009).

c. Fagosit mononuklear

Fagosit mononuklear mempunyai fungsi yaitu sebagai fagosit

profesional dengan fungsi utama menghancurkan antigen dan sebagai antigen

presenting cells (APC) yang fungsinya menyajikan antigen kepada limfosit.

Makrofag merupakan fagosit profesional yang terpenting. Makrofag

merupakan sel yang bergerak aktif yang memberi respon terhadap rangsang

kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan dan mencerna partikel asing

(Price, 1994).

Universitas Sumatera Utara

Page 27: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

12

d. Fagosit polimorfonuklear

Fagosit jenis ini lebih dikenal dengan nama sel netrofil atau disingkat

PMN (Polymorphonuclear). Sel neutrofil termasuk dalam kelompok sel darah

putih (leukosit) yang beredar bersama dengan komponen seluler darah lainnya.

Sel neutrofil termasuk granulosit dengan bentuk inti yang berlobi, sehingga

dinamakan sel polimorfonuklear, anggota granulosit lain yaitu basofil dan

eosinofil. Bersama-sama dengan makrofag, fagosit polimorfonuklear

merupakan garis pertahanan terdepan dan melindungi tubuh dengan

menyingkirkan mikroorganisme yang masuk (Subowo, 2009).

2.4 Respon Imun

Respon imun adalah tanggapan sistem imun terhadap benda asing, bila

sistem imun terpapar pada zat yang diangap asing, maka ada dua jenis respon

imun yang mungkin terjadi, yaitu respon imun nonspesifik dan respon

imun spesifik (Kresno, 2001).

Respon imun nonspesifik umumnya merupakan imunitas bawaan

(innate immunity) dalam arti bahwa respon terhadap zat asing dapat terjadi

walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar oleh zat tersebut,

merupakan pertahanan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai benda

asing dan dapat memberikan respon langsung. Sedangkan respon imun spesifik

merupakan respon didapat (adaptive immunity) (Kresno, 2001).

2.4.1 Respon Imun Nonspesifik

Respon pertama oleh tubuh terhadap benda asing pada umumnya

berbentuk sebagai respon imun nonspesifik. Salah satu upaya tubuh untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 28: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

13

mempertahankan diri terhadap masuknya antigen adalah dengan

menghancurkan antigen bersangkutan secara nonspesifik dengan proses

fagositosis. Mekanisme seluler yang dilangsungkan oleh fagosit mononuklear

dan fagosit polimorfonuklear akan berusaha merusak atau membunuh antigen

dengan cara fagositosis (Kresno, 2001).

Fagositosis merupakan peristiwa penelanan suatu antigen melalui

reseptor pada permukaan membran sel makrofag dengan cara membentuk

gelembung yang berasal dari membran sel tersebut. Agar proses fagositosis

dapat terjadi, sel-sel fagosit tersebut harus berada dalam jarak dekat dengan

antigen, atau lebih tepat lagi bahwa antigen tersebut harus melekat pada

permukaan fagosit. Untuk mencapai antigen tersebut maka fagosit harus

menuju sasaran, hal ini dimungkinkan akibat dilepaskannya mediator

kemotaktik yang dilepaskan oleh makrofag atau netrofil yang sebelumnya telah

berada di lokasi antigen. Sebelumnya antigen telah mengalami opsonisasi oleh

imunoglobulin atau komplemen (C3b), agar lebih mudah ditangkap oleh

fagosit. Kemudian partikel tersebut masuk ke dalam sel dengan cara

endositosis dan dengan pembentukan fagosom partikel tersebut terperangkap

dalam kantung fagosom. Kemudian terjadi penyatuan fagosom dan lisosom

sehingga terbentuk fagolisosom yang mengandung enzim yang digunakan

untuk menghancurkan partikel tersebut (Kresno, 2001). Selain menggunakan

enzim, penghancuran atau pencernaan partikel dapat juga melalui letupan

oksidatif melibatkan pengaktifan superoksida oleh membran NADPH oksidase

melalui serangkaian reaksi molekuler yang mengkomsumsi oksigen.

Myeloperoxidase (MPO) di fagosom mengkatalisis transformasi superoksida

Universitas Sumatera Utara

Page 29: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

14

menjadi berbagai molekul beracun bagi mikroorganisme, seperti asam

hipoklorit, klorin, kloramin, radikal hidroksil, dan oksigen tunggal (Yuandani,

2013).

2.4.2 Respon Imun spesifik

Respon imun spesifik merupakan imunitas yang didapat (adaptive

immunity), dimana respon imun spesifik mampu mengenali kembali antigen

yang pernah terpapar sebelumnya, sehingga paparan selanjutnya dengan

antigen yang sama akan meningkatkan efektifitas mekanisme pertahanan tubuh

(Subowo, 2009). Dalam respon imun spesifik, limfosit merupakan sel yang

memainkan peranan penting karena sel ini mampu mengenali setiap antigen

yang masuk ke dalam tubuh. Secara umum, limfosit dibedakan menjadi dua

jenis yaitu limfosit T dan limfosit B (Playfair, 2012).

2.5 Imunomodulator

Imunomodulator adalah cara untuk mengembalikan dan memperbaiki

sistem imun yang terganggu, dengan meningkatkan sistem pertahanan tubuh

dan untuk menekan atau menormalkan fungsi imun yang abnormal. Obat

golongan imunomodulator bekerja menurut dua cara, yaitu melalui

imunosupresi dan imunostimulasi. Imunosupresi disebut down regulation

sedangkan imunostimulasi disebut imunopotensiasi atau up regulation

(Baratawidjaja, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Page 30: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

15

2.5.1 Imunosupresi

Merupakan suatu tindakan untuk menekan respons imun. Kegunaannya

di klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan

pada berbagai penyakit inflamasi yang menimbulkan kerusakan atau gejala

sistemik, seperti autoimun atau auto-inflamasi. Obat-obat imunosupresi

digunakan pada penderita yang akan menjalani transplantasi dan penyakit

autoimun oleh karena kemampuannya yang dapat menekan respon imun

seperti azatioprin, dan siklofosfamid (Baratawidjaja, 2009).

2.5.2 Imunostimulasi

Imunostimulasi merupakan substansi khusus yang memiliki

kemampuan untuk meningkatkan perlawanan terhadap infeksi penyakit

terutama oleh sistem fagositik, mengurangi infeksi, mengatasi

imunodefisiensi, dan merangsang pertumbuhan sel pertahanan tubuh secara

alami seperti: levamisole, isoprenosin, imboost®, dan Stimuno® (Subowo,

2009).

2.6 Metode Pengujian Efek Imunomodulator

Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian efek

imunomodulator. Beberapa di antaranya adalah uji bersihan karbon, respon

hipersensitivitas tipe lambat, dan pengukuran antibodi (titer antibodi).

2.6.1 Uji Bersihan Karbon

Uji bersihan karbon merupakan standar uji eliminasi partikel asing di

dalam darah dan merupakan gambaran umum yang terjadi pada proses

fagositosis terhadap partikel asing di dalam darah. Uji bersihan karbon

Universitas Sumatera Utara

Page 31: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

16

dilakukan dengan cara menyuntikkan karbon tinta dalam aliran darah untuk

mengukur mekanisme fagositosis sel-sel fagositik. Pada saat karbon tinta

diinjeksikan secara intravena maka karbon akan difagositosis oleh makrofag

(Wagner, 1991).

2.6.2 Uji Respon Hipersensitivitas Tipe Lambat

Uji respon hipersensitivitas merupakan pengujian efek

imunomodulator terkait dengan respon imun spesifik. Respon hipersensitivitas

tipe lambat merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th

yang akan melepaskan sitokin yang bersifat proinflamasi dan meningkatkan

aktivitas makrofag yang ditandai dengan pembengkakan kaki hewan uji (Roitt,

2002).

2.6.3 Titer Antibodi

Respon imun spesifik dapat berupa respon imun seluler dan respon

imun humoral. Penilaian titer antibodi merupakan pengujian terhadap respon

imun humoral yang melibat pembentukan antibodi. Peningkatan nilai titer

antibodi terjadi karena peningkatan aktivitas sel Th yang menstimulasi sel B

untuk pembentukan antibodi dan peningkatan aktivitas sel B dalam

pembentukan antibodi (Roitt, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 32: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

17

BAB III METODE

PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan tahapan pengumpulan bahan,

pengolahan bahan, pembuatan ekstrak etanol daun Afrika (EEDA), penyiapan

hewan percobaan (mencit), dan uji efek imunomodulator dengan metode

bersihan karbon (carbon clearance). Data hasil penelitian dianalisis dengan

ANAVA (analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc Tukey.

Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product and

Service Solution) versi 17. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Fitokimia

dan Laboratorium Biofarmasi dan Farmakokinetika di Fakultas Farmasi,

Universitas Sumatera Utara.

3.1 Alat Dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat yang diguanakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas

laboratorium, blender, rotary evaporator, seperangkat alat destilasi penetapan

kadar air, labu alas bulat, tabung reaksi, corong, kertas saring, spot plat,

penjepit tabung, spatula, cawan penguap, kertas perkamen, lumpang dan

stamper, neraca listrik, beaker glass, seperangkat alat bedah, oral sonde, spuit

1 mL, kandang mencit, neraca hewan, mikro pipet dan spektrofotometer UV-

Visible.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi daun Afrika,

pelarut etanol, akuades, tinta cina merk pelican B-17, CMC-Na, tablet

Universitas Sumatera Utara

Page 33: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

18

imboost® (SOHO), natrium sitrat 1%, asam asetat 1%, larutan NaCl 0,9%,

larutan kloral hidrat, toluen, asam klorida 2 N, air suling, pereaksi meyer,

pereaksi dragendorf, pereaksi bouchardat, amil alkohol, metanol, etanol 96%,

serbuk Zn, natrium sulfat anhidrat, asam klorida pekat, asam klorida encer,

serbuk Mg, asam sulfat pekat, timbal (II) asetat 0,4 M, kloroform, isopropanol,

pereaksi molish (α-naftol dan asam nitrat), pereaksi besi (II) klorida, n-heksan,

dan pereaksi lieberman-bouchardat (asam asetat anhidrat dan asam sulfat

pekat).

3.2 Penyiapan Tumbuhan

Penyiapan tumbuhan meliputi pengumpulan, identifikasi dan

pengolahan tumbuhan.

3.2.1 Pengumpulan Tumbuhan

Pengambilan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang

diperoleh yaitu daun Afrika yang masih segar dari jalan Tri Darma No 22 Kota

Medan, Sumatera Utara.

3.2.2 Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense Universitas

Sumatera Utara.

3.2.3 Pengolahan Tumbuhan

Daun Afrika yang telah dikumpulkan dibersihkan dari pengotoran,

selanjutnya di cuci di bawah air mengalir beberapa kali hingga bersih,

kemudian ditiriskan lalu disebarkan di atas perkamen sampai merata hingga air

nya terserap, setelah itu di timbang diperoleh berat basah 3,5 kg; kemudian

Universitas Sumatera Utara

Page 34: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

19

dikeringkan di lemari pengering. Setelah sampel kering ditimbang berat

keringnya, dan diperoleh berat kering 1000 mg, kemudian sampel yang sudah

kering dihaluskan sampai menjadi serbuk dengan menggunakan blender.

Selanjutnya dimasukkan kedalam wadah plastik tertutup, serbuk sebelum

dipakai disimpan ditempat kering terlindung dari cahaya.

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik

dan mikroskopik, penetapan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut

etanol, kadar abu total, dan kadar abu tidak larut asam (Depkes, RI., 1995).

3.3.1 Pemeriksaan Makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati morfologi

simplisia daun Afrika dengan memperhatikan warna, bentuk, dan tekstur

sampel.

3.3.2 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia daun Afrika

dilakukan dengan cara menaburkan simplisia diatas gelas preparat yang telah

diteteskan dengan larutan kloralhidrat dan ditutup dengan gelas penutup dan

kemudian dilihat dibawah mikroskop.

3.3.3 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan menurut metode Azeotropi (destilasi

toluene). Alat terdiri dari labu alas bulat 500 ml, pendingin, tabung

penyambung, tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml; alat penampung dan

pemanas listrik.

Cara kerja :

Universitas Sumatera Utara

Page 35: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

20

Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu

alas bulat, dipasang alat penampang dan pendingin, kemudian di destilasi

selama 2 jam. Destilasi di hentikan dan di biarkan dingin selama 30 menit,

kemudian volume air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05

mL; lalu kedalam labu tersebut dimasukkan 5 g serbuk simplisia yang telah di

timbang seksama, labu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Pada saat toluene

mendidih setelah itu kecepatan tetesan di atur 2 tetes untuk tiap detik sampai

sebagian besar air terdestilasi, setelah itu dibilas bagian dalam pendingin

dengan toluene. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit kemudian tabung

penerima dibiarkan mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen

memisah sempurna, volume air dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua

volume air yang dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam

bahan yang di periksa. Kadar air di hitung dalam persen (WHO, 1998).

3.3.4 Penetapan Kadar Sari Larut Air

Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan, dimaserasi selama 24 jam

dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling 1000 ml)

dalam labu bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama,

dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring. Diuapkan 20 ml filtrat sampai

kering dalam cawan penguap yang berdasar rata yang telah dipanaskan dan

ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Hitung kadar

dalam persen sari yang larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan diudara (Depkes, RI.,1995).

3.3.5 Penetapan kadar sari larut etanol

Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah dikeringkan dimaserasi

selama 24 jam dalam 100 ml etanol 96% dalam labu bersumbat sambil

Universitas Sumatera Utara

Page 36: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

21

dikocok sesekali selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam.

Kemudian disaring, 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal

berdasar rata yang telah ditara dan sisanya dipanaskan pada suhu 105oC sampai

bobot tetap. Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan diudara (Depkes, RI., 1995).

3.3.6 Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama

dimasukkan dalam krus platina atau krus silikat yang telah dipijar dan ditara,

kemudian diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis,

pemijaran dilakukan pada suhu 600oC selama 3 jam. Kemudian didinginkan

dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap

bahan yang telah dikeringkan diudara (Depkes, RI., 1995).

3.3.7 Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang telah diperoleh dalam penetapan abu didinginkan dengan 25

ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam

dikumpulkan, disaring dengan kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas,

dipijarkan sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar

abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bobot yang dikeringkan diudara

(Depkes, RI., 1995).

3.4 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia serbuk simplisia daun Afrika meliputi:

pemeriksaan senyawa golongan alkaloid, flavanoid, glikosida, tanin,

saponin dan steroid/triterpenoid.

Universitas Sumatera Utara

Page 37: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

22

3.4.1 Pemeriksaan alkaloid

Serbuk simplisia daun Afrika ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian

ditambahkan 1 mL asam klorida 2 N dan 9 mL air suling, dipanaskan diatas

penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh

dipakai untuk uji alkaloida: diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalamnya

dimasukkan 0,5 ml filtrat.

Pada masing-masing tabung reaksi:

a. Tabung 1 ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

b. Tabung 2 ditambahkan 2 tetes pereaksi Bauchardat

c. Tabung 3 ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

Akaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada paling sedikit

dua dari tiga percobaan diatas (Depkes, RI., 1995).

3.4.2 Pemeriksaan flavonoid

Sebanyak 10 g serbuk simplisia daun Afrika ditambahkan 100 mL air

panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat

yang diperoleh kemudian diambil 5 mL lalu ditambahkan 0,1 g serbuk Mg dan

1mL HCL pekat dan 2 mL amil alkohol, dikocok, dan dibiarkan memisah.

Flavonoid positif jika terjadi warna merah, kuning, jingga pada lapisan amil

alkohol (Farnsworth, 1966).

3.4.3 Pemeriksaan glikosida

Serbuk simplisia daun Afrika ditimbang sebanyak 3 g, lalu disari

dengan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam klorida 2

N, direfluks selama 2 jam, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat

ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M; dikocok,

didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari sebanyak 3 kali, tiap kali dengan

Universitas Sumatera Utara

Page 38: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

23

20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3). Pada kumpulan sari

tambahkan natrium sulfat anhidrat, disaring dan uapkan pada suhu 500oC.

Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan ini digunakan untuk

percobaan berikut 0,1 mL larutan percobaan dimasukkan dalam tabung reaksi

dan diuapkan di atas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes

pereaksi Molish. Kemudian secara perlahan-lahan ditambahkan 2 ml asam

sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin berwarna ungu pada

batas kedua cairan menunjukkan ikatan gula (Depkes, RI., 1995).

3.4.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel disari dengan 10 mL air suling, disaring lalu

filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 mL

larutan lalu ditambahkan 1 sampai 2 tetes pereaksi besi (III) klorida.Terjadi

warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth,

1966).

3.4.5 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia daun Afrika dimasukkan ke dalam

tabung reaksi ditambahkan 10 mL air panas, didinginkan kemudian dikocok

selama 10 detik. Jika terbentuk buih yang mantap setinggi 1-10 cm yang stabil

tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan satu tetes

asam klorida 2 N menunjukkan adanya saponin (Depkes, RI., 1995).

3.4.6 Pemeriksaan steroid/triterpenoid

Sebanyak 1 g sampel dimaserasi dengan 20 ml n -heksana

selama 2 jam, lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap, pada

sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat

Universitas Sumatera Utara

Page 39: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

24

pekat, apabila timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi

hijau biru menunjukkan adanya steroid/triterpenoid (Harborne, 1987).

3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Afrika

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara serbuk simplisia diekstraksi

dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol. Serbuk simplisia daun

Afrika dimaserasi dengan 75 bagian pelarut etanol sampai seluruh serbuk

terendam, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil

sesekali diaduk. Kemudian sampel disaring dan filtrat diperoleh, sedangkan

residu diekstraksi kembali menggunakan 25 bagian etanol, dimasukkan ke

dalam bejana dan disimpan di tempat yang terlindung dari cahaya selama 2

hari, kemudian dienap tuangkan (Ditjen POM RI, 1979). Seluruh maserat

digabung dan dipekatkan dengan bantuan alat rotary evaporator pada

temperatur tidak lebih dari 40oC sampai diperoleh ekstrak kental.

3.6 Uji Efek Imunomodulator

Uji efek imunomodulator meliputi penyiapan kontrol, bahan uji, larutan

penyangga, penyiapan hewan percobaan, dan uji bersihan karbon. Penyiapan

kontrol, bahan uji, larutan penyangga meliputi penyiapan suspensi CMC Na

1%, suspensi Imboost®, suspensi karbon, dan penyiapan suspensi ekstrak daun

Afrika.

3.6.1 Pembuatan Suspensi CMC Na 1%

Pembuatan suspensi CMC Na 1% dilakukan dengan cara sebagai

berikut: sebanyak 1 gram CMC Na ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi

air panas sebanyak 20 ml. Didiamkan selama 15 menit, kemudian digerus

Universitas Sumatera Utara

Page 40: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

25

hingga diperoleh massa yang transparan, diencerkan dengan sedikit air,

kemudian dituang ke dalam labu tentukur 100 ml, ditambah air suling sampai

batas tanda.

3.6.2 Pembuatan suspensi Imboost®

Pembuatan suspensi imboost® dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Sebanyak 1 gram CMC-Na ditaburkan ke dalam lumpang yang berisi

air suling panas sebanyak 20 mL. Ditutup dan didiamkan selama 15 menit,

digerus hingga diperoleh masa yang transparan. Ditambahkan 2 tablet

imboost® (500 mg) ke dalam lumpang, kemudian di gerus homogen. Dituang

ke dalam labu tentukur 100 mL, ditambah air suling sampai batas tanda.

3.6.3 Pembuatan suspensi karbon

Pembuatan suspensi karbon dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Suspensikan 1,6 ml tinta cina pelikan B-17 ke dalam 8,4 ml suspensi

CMC-Na 1% dalam larutan fisiologis NaCl (Faradilla dan Maria, 2014).

3.6.4 Pembuatan suspensi ekstrak etanol Daun Afrika

Pengujian akan digunakan 3 variasi dosis yakni dosis 100, 200, dan 400

mg/kg bb. Ditimbang 1 gram ekstrak etanol daun Afrika. Dimasukkan ke

dalam lumpang, kemudian tuang sedikit demi sedikit suspensi CMC-Na 1%

sambil digerus hingga homogen, setelah homogen dituangkan ke dalam labu

tentukur 100 ml dan dicukupkan dengan suspensi CMC-Na 1% hingga garis

tanda. Diperoleh konsentrasi EEDA 1%.

3.6.5 Penyiapan hewan percobaan

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 25 ekor

dengan berat 20-30 gram yang diperoleh dari Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara. Penentuan jumlah subjek minimal ditentukan berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

Page 41: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

26

rumus Federer yaitu (t-1) (n-1) ≥ 15, bahwa t merupakan jumlah perlakuan,

sedangkan n merupakan banyak pengulangan pada tiap perlakuan, sehingga

didapatkan n ≥ 5. Mencit dibagi kedalam 5 kelompok perlakuan, tiap

kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan dimana kelompok I sebagai kontrol

negatif (CMC Na 1%), kelompok II sebagai kontrol positif (Imboost®), dan

kelompok III – V sebagai kelompok uji (variasi dosis dari ekstrak). Sebelum

perlakuan, hewan percobaan dikondisikan terlebih dahulu selama 2 minggu

dalam kandang yang baik untuk menyesuaikan lingkungannya.

3.6.6 Pengujian efek imunomodulator

Uji efek imunomodulator ekstrak etanol daun Afrika ditentukan

menggunakan metode bersihan karbon dengan mengukur absorbansinya

menggunakan spektrofotometer UV-Visible (Wagner, 1991). Sejumlah 25

ekor mencit dibagi menjadi 5 kelompok dosis, kelompok I sebagai kontrol

negatif, kelompok II sebagai kontrol positif dan kelompok III - V sebagai

kelompok uji. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan. Hewan

dikelompokkan sebagai berikut:

Kelompok I : diberi sediaan suspensi CMC-Na 1 %

Kelompok II : diberi sediaan suspensi imboost® dengan dosis 32,5 mg/ kg bb

Kelompok III : diberi sediaan suspensi EEDA dengan dosis 100 mg/kg bb

Kelompok IV : diberi sediaan suspensi EEDA dengan dosis 200 mg/kg bb

Kelompok V : diberi sediaan suspensi EEDA dengan dosis 400 mg/kg bb

Tiap kelompok diberikan ekstrak uji secara oral satu kali sehari selama

7 hari berturut-turut. Pada hari ke-8 setelah 7 hari pemberian suspensi sampel

pada masing-masing kelompok, ujung ekor mencit dipotong. Dilakukan

Universitas Sumatera Utara

Page 42: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

27

pengambilan darah dan dimasukkan ke dalam tube yang telah berisi Na-sitrat,

kemudian darah diambil 25µl dan ditambahkan 4 ml asam asetat 1% untuk

melisiskan sel darah merah, darah pertama digunakan sebagai blanko (menit

0), kemudian 0,1 ml suspensi karbon disuntikkan secara intravena melalui

pembuluh darah di ekor, dan pada menit ke-5, 10, 15, dan 20 setelah

penyuntikkan karbon dilakukan pengambilan darah, ditampung ke dalam tube

yang telah berisi Na-sitrat, kemudian darah diambil sebanyak 25µl, masing-

masing ditambahkan 4 ml asam asetat 1% untuk melisiskan sel darah merah,

kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Visible

pada panjang gelombang 632,0 nm. Setelah 12 jam diambil darahnya, mencit

dikorbankan, organ hati dan limfa mencit diambil dan ditimbang, kemudian

hati dan limfa dicatat beratnya (Aldi, dkk., 2013).

Setelah pengambilan darah pada ujung ekor mencit tersebut dihitung

konstanta kecepatan eliminasi karbon (K), indeks fagositosis (α) dan indeks

stimulasi dengan menggunakan rumus:

Konstanta kecepatan eliminasi karbon (K) =

Indeks Fagositosis = = k1/3

x berat hewan

Berat hati+berat limfa

Indeks Stimulasi =

dimana :

OD5 adalah absorbansi pada menit ke-5

OD20 adalah absorbansi pada menit ke-20

T1 adalah waktu pertama pengambilan darah

T2 adalah waktu terakhir pengambilan darah

Universitas Sumatera Utara

Page 43: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

28

Indeks fagositosis dan indeks stimulasi dari tiap kelompok uji

dibandingkan dengan kelompok kontrol (Kala, et al., 2015).

3.7 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS 17 untuk

menentukan homogenitas dan normalitasnya dengan uji ANAVA satu arah

(One-Way ANOVA) dan untuk mengetahui perbedaan rerata di antara

perlakuan. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan menggunaknan uji

Homogeneous Subsets untuk mengetahui variabel mana yang memiliki

perbedaan. Berdasarkan nilai signifikansi (p<0,05) dianggap signifikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 44: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakterisasi dan skrining fitokimia

Tumbuhan yang digunakan dalam penelitian adalah daun Afrika yang

sudah diidentifikasi di Herbarium Medanense (MEDA) Universitas Sumatera

Utara dengan nama lain Vernonia amygdalina. Delile., suku Asteraceae. Hasil

identifikasi tanaman dapat dilihat di Lampiran 2 hal 46.

Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun Afrika dapat dicirikan

dengan daun berwarna hijau kecoklatan, panjang 6-18 cm, lebar 3,5-5 cm, rasa

pahit, dan berbau khas. Serbuk simplisia berwarna hijau dan berbau khas. Hasil

makroskopik tumbuhan dapat dilihat pada lampiran 3 hal 47.

Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia daun Afrika adalah

sebagai berikut, terlihat fragmen stomata, fragmen rambut penutup, dan

fragmen hablur kristal Ca oksalat. Hasil mikroskopik serbuk simplisia dapat

dilihat pada Lampiran 4 hal 48.

Hasil karakteristik simplisia daun Afrika yaitu penetapan kadar air

7,91%, kadar sari yang larut dalam air 30,56%, kadar sari yang larut dalam

etanol 26,67%, kadar abu total 13,91%, dan kadar abu tidak larut asam 0,98%.

Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun Afrika

keduanya menunjukkan adanya kandungan flavonoid, glikosida, tanin,

saponin, dan steroid/triterpenoid. Hasil karakterisasi simplisia daun Afrika dan

skrining fitokimia dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.

Universitas Sumatera Utara

Page 45: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

30

Tabel 4.1. Hasil karakterisasi simplisia daun Afrika NO Parameter Simplisia

1 Penetapan kadar air 7,91%

2 Penetapan kadar sari larut dalam air 30,56%

3 Penetapan kadar sari larut dalam etanol 26,67%

4 Penetapan kadar abu total 13,91%

5 Penetapan kadar abu tidak larut dalam asam 0,98%

Tabel 4.2. Hasil skrining fitokimia daun Afrika NO Skrining Simplisia Ekstrak

1 Alkaloid - -

2 Flavonoid + +

3 Glikosida + +

4 Saponin + +

5 Tanin + +

6 Steroid/Triterpenoid + +

Proses ekstraksi pada penelitian ini menggunakan metode maserasi.

Kelebihan metode ini tidak memerlukan peralatan khusus, pengerjaannya

mudah dan sederhana, serta tanpa pemanasan sehingga perubahan kimia

terhadap senyawa-senyawa tertentu dapat di hindari. Ekstraksi dengan metode

maserasi menggunakan prinsip kelarutan yaitu pelarut polar akan melarutkan

senyawa polar, demikian juga sebaliknya pelarut nonpolar akan melarutkan

senyawa nonpolar (Depkes, RI., 1995). Pelarut yang digunakan pada penelitian

ini adalah etanol, karena etanol merupakan senyawa aromatik yang bersifat

polar, tidak beracun, mudah menguap, tidak higroskopis, dan etanol dapat

menarik senyawa-senyawa yang bersifat polar (Snyder, dkk., 1997).

Hasil penyarian 300 g serbuk simplisia daun Afrika dengan pelarut etanol

diperoleh ekstrak cair yang kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary

evaporator dan dikeringkan di water bath, diperoleh ekstrak kental 60 g.

Universitas Sumatera Utara

Page 46: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

31

ab

sorb

an

si

4.2 Hasil Uji Efek Imunomodulator

4.2.1 Laju Eliminasi Karbon

Pada penelitian ini dilakukan pengujian respon imun non spesifik dengan

menggunakan metode bersihan karbon. Uji ini merupakan respon non spesifik

untuk mengetahui aktivitas fagositosis sel makrofag terhadap karbon sebagai

zat asing (Shukla, dkk., 2009). Karbon akan berkurang jumlahnya dalam darah

seiring pertambahan waktu, karena adanya peristiwa fagositosis oleh sel-sel

leukosit terutama neutrofil, monosit, dan makrofag. Laju eliminasi karbon

merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas fagositosis

pada mencit. Laju eliminasi karbon diukur pada menit ke-5, 10, 15, dan 20.

Karbon yang digunakan adalah tinta cina merk pelican B-17. Hasil laju

eliminasi kabon dalam darah ditunjukkan pada Gambar 4.1.

0.6

0.5

0.4

0.3

0.2

0.1

0

5 10 15 20

waktu (menit)

CMC Na 1%

Imboost 32,5 mg/kg bb

EEDA 100 mg/kg bb

EEDA 200 mg/kg bb

EEDA 400 mg/kg bb

Gambar 4.1 Rerata nilai absorbansi karbon vs waktu di dalam darah

Nilai absorban karbon dalam darah diamati dengan spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang 632,0 nm; hasilnya menurun seiring waktu,

karena terjadi eliminasi. Semakin cepat penurunan nilai absorbansi maka

semakin tinggi peningkatan laju eliminasi karbon dalam darah.

Universitas Sumatera Utara

Page 47: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

32

Nilai rerata absorban karbon dalam darah dianalisis dengan uji analisis

variasi (ANAVA) untuk menentukan homogenitas dan normalitas dan untuk

mengetahui perbedaan rata-rata di antara perlakuan tiap menitnya. Hasil

analisis uji ANAVA diperoleh nilai 0,000 pada p<0,05 yang berarti bahwa

nilai absorban karbon dalam darah antara kelompok perlakuan berbeda secara

bermakna tiap rentang waktu. Analisis dilanjutkan dengan melakukan uji Post

Hoc Tukey untuk mengetahui kelompok perlakuan mana yang nilai absorban

karbon dalam darah sama atau berbeda antara satu perlakuan dengan perlakuan

lain.

Berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan bahwa pada menit ke-5,

setiap kelompok perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan 0,591

(p>0,05). Pada menit ke-10 menunjukkan suspensi EEDA dosis 100, 200, 400

mg/kg bb dan suspensi imboost 32,5 mg/kg bb memiliki perbedaan yang

signifikan 1,000 (p<0,05) dengan suspensi CMC Na 1%. Kelompok EEDA

100, 200, dan 400 mg/kg bb tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dengan

suspensi imboost 32,5 mg/kg bb.

Pada menit ke-15 menunjukkan suspensi CMC Na 1% memiliki

perbedaan yang signifikan 1,000 (p < 0,05) dengan kelompok perlakuan lain.

Suspensi Imboost 32,5 mg/kg bb tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dengan

EEDA 400 mg/kg b, dan berbeda signifikan (p < 0,05) dengan EEDA 100 dan

200 mg/kg bb. EEDA 400 mg/kg bb berbeda signifikan (p < 0,05) dengan

EEDA 100 dan 200 mg/kg bb. EEDA 200 mg/kg bb berbeda signifikan (p <

0,05) dengan EEDA 100 mg/kg bb.

Universitas Sumatera Utara

Page 48: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

33

Pada menit ke-20 menunjukkan suspensi CMC Na 1% memiliki

perbedaan yang signifikan (p < 0,05) dengan kelompok perlakuan lain.

Suspensi Imboost 32,5 mg/kg bb tidak berbeda signifikan (p > 0,05) dengan

EEDA 400 mg/kg bb, dan berbeda signifikan (p < 0,05) dengan EEDA 100

dan 200 mg/kg bb. EEDA 200 mg/kg bb tidak berbeda signifikan (p > 0,05)

dengan EEDA 100 mg/kg bb.

Berdasarkan hasil uji statistik, nilai absorban panjang gelombang

karbon dalam darah menurun tiap rentang waktu, berarti setiap konsentrasi

ekstrak uji dapat memberi efek imunostimulan. Penggunaan variasi konsentrasi

ekstrak uji pada perlakuan ini, dimaksudkan untuk mengetahui hubungan

antara peningkatan konsentrasi ekstrak uji dengan aktivitas penurunan karbon

dalam darah. Pada penelitian yang dilakukan, terjadi penurunan nilai absorban

pada semua kelompok sediaan uji dibandingkan dengan kelompok kontrol

negatif. Penurunan nilai absorban terbesar terdapat pada dosis 400 mg/kg bb,

semakin menurunnya nilai absorban berarti konsentrasi karbon yang tinggal

dalam darah mencit semakin sedikit. Hal ini memperlihatkan bahwa terjadi

peningkatan aktivitas fagositosis pada masing-masing kelompok sediaan

ekstrak uji.

Fagositosis adalah suatu mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh

sel fagosit, sel fagosit ini terdiri dari 2 jenis, yaitu fagosit mononuklear dan

polimorfonuklear. Fagosit mononuklear contohnya monosit (di darah) jika

berpindah ke jaringan menjadi makrofag. Fagosit polimorfonuklear adalah

granulosit yaitu netrofil, eusinofil, basofil dan sel mast (di jaringan). Adapun

Proses fagositosis dimana mikroorganisme/partikel asing dikenali oleh sel

Universitas Sumatera Utara

Page 49: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

34

fagosit, maka sel fagosit akan bergerak menuju partikel tersebut, dan partikel

tersebut akan melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit, membran sel

fagosit tersebut akan menyelubungi seluruh permukaan partikel asing dan

memasukkan nya ke dalam sitoplasma yang mirip seperti vakuola disebut

fagosom. Fagosom berikatan dengan lisosom yang berisi enzim penghancur

seperti acid hidrolase dan peroksidase bergabung dengan fagosom membentuk

fagolisosom. Enzim tersebut pun masuk ke dalam fagosom dan mencerna

seluruh partikel asing hingga hancur. Produk sisa partikel asing yang tidak

dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

Sistem limfoid berfungsi untuk melindungi tubuh dari kerusakan akibat

zat asing. Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan sel imunokompeten yaitu sel

yang mampu membedakan sel tubuh dengan zat asing dan men yelenggarakan

inaktivasi atau perusakan zat asing. Tugas limpa sangat penting, seperti

berkontribusi pada produksi sel, fagositosis, dan pembangunan kekebalan.

Peningkatan bobot hati dan limpa dapat mengindikasikan adanya peningkatan

proliferasi sel-sel imun yang terdapat di dalam organ-organ tersebut (Kim,

dkk., 2001).

4.2.2 Indeks Fagositosis

Terjadinya suatu benda asing di dalam tubuh suatu makhluk hidup akan

menimbulkan berbagai reaksi yang bertujuan mempertahankan keutuhan

dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan

aktivitas fagositosis di dalam tubuh mencit setelah pemberian ekstrak etanol

daun Afrika.

Universitas Sumatera Utara

Page 50: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

35

indek

s fa

go

sito

sis

Uji aktivitas fagositosis menggunakan metode carbon clearance

merupakan gambaran sistem imun non spesifik pada proses fagositosis

terhadap partikel asing di dalam darah. Metode carbon clearance digunakan

untuk mengukur aktivitas sel-sel fagosit untuk membunuh organisme patogen

yang masuk ke dalam tubuh. Fagositosis banyak digunakan sebagai parameter

imunologi untuk mengevaluasi fungsi kekebalan tubuh. Penilaian kemampuan

atau aktivitas fagositosis dalam mengeliminasi partikel karbon dinyatakan

sebagai indeks fagositosis (Shukla, dkk., 2009).

Nilai rata-rata indeks fagositosis menunjukkan aktivitas fagositosis sel-

sel fagositik terhadap partikel karbon sebagai antigen. Indeks fagositosis

setelah pemberian ekstrak Daun Afrika ditunjukan pada Gambar 4.2.

4

3.5

3

2.5

2

1.5

1

0.5

0

CMC Na 1% Imboost 32,5

mg/kg bb

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

kelompok perlakuan

Gambar 4.2 Grafik indeks fagositosis pada mencit jantan (Mean ± SD)

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa EEDA 100 mg/kg bb memiliki

nilai indeks fagositosis lebih kecil dari EEDA 200 mg/kg bb dan 400 mg/kg

Universitas Sumatera Utara

Page 51: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

36

bb, dan dengan suspensi imboost 32,5 mg/kg bb. EEDA 200 mg/kg bb

memiliki indeks fagositosis lebih kecil dari EEDA 400 mg/kg bb dan dengan

suspensi Imboost 32,5 mg/kg bb. EEDA 400 mg/kg bb memiliki nilai indeks

fagositosis yang mendekati suspensi Imboost 32,5 mg/kg bb. Hasil analisis uji

Anova diperoleh p= 0,000 yang berarti bahwa indeks fagositosis antar

kelompok perlakuan berbeda secara bermakna. Analisis di lanjutkan dengan

melakukan uji Homogenous Subsets dimana untuk mengetahui kelompok

perlakuan mana yang memiliki efek yang sama atau berbeda antara satu

perlakuan dengan perlakuan yang lain disajikan pada lampiran 19 halaman 72.

Berdasarkan hasil uji statistik, grafik tersebut menunjukkan bahwa

kelompok kontrol negatif CMC Na 1% dengan nilai indeks fagositosis 1,4609

berbeda signifikan (p < 0,05) dengan kelompok perlakuan lain. Kelompok

kontrol positif Imboost 32,5 mg/kg bb dengan nilai indeks fagositosis 3,3825

berbeda signifikan (p < 0,05) dengan kelompok kontrol negatif CMC Na 1%,

EEDA 100, dan EEDA 200 mg/kg bb, akan tetapi tidak berbeda signifikan

dengan kelompok EEDA 400 mg/kg bb dengan indeks fagositosis 3,3060.

Kelompok EEDA 100 mg/kg bb dengan nilai indeks fagositosis 2,6842

berbeda signifikan (p < 0,05) dengan kelompok perlakuan lain. Kelompok

EEDA 400 mg/kg bb dengan nilai indeks fagositosis 3,3060 berbeda signifikan

(p < 0,05) dengan kelompok kontrol negatif CMC Na 1%, EEDA 100 mg/kg

bb, dan EEDA 200 mg/kg bb, akan tetapi tidak berbeda signifikan dengan

kelompok kontrol positif Imboost 32,5 mg/kg bb.

Nilai rerata indeks fagositosis menunjukkan aktivitas fagositosis sel-sel

fagositik terhadap partikel karbon sebagai antigen akibat pengaruh pemberian

Universitas Sumatera Utara

Page 52: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

37

EEDA. Sehingga dapat disimpulkan bahwa EEDA 100, 200, dan 400 mg/kg bb

meningkatkan aktivitas fagositosis. Efek EEDA 400 mg/kg bb sebanding

dengan kontrol positif Imboost 32,5 mg/kg bb. Indeks fagositosis EEDA dosis

100, 200, dan 400 mg/kg bb menunjukkan bahwa adanya hubungan

peningkatan dosis dengan nilai indeks fagositosis, yaitu semakin besar

peningkatan dosis maka nilai indeks fagositik semakin tinggi. Semakin

meningkatnya indeks fagositik pada uji bersihan karbon menunjukkan adanya

peningkatan aktivitas fagositosis dari makrofag dan peningkatan imunitas non

spesifik.

Salah satu upaya tubuh untuk mempertahankan diri terhadap masuknya

antigen adalah menghancurkan antigen bersangkutan secara non spesifik

dengan proses fagositosis. Makrofag memegang peranan penting sebagai sel

fagosit mononuklear dalam pertahanan seluler non spesifik (Kresno, 2001).

Peningkatan indeks fagositosis dapat memberikan gambaran efek

ekstrak etanol daun Afrika terhadap respon imun. Hal ini disebabkan oleh

kandungan metabolit sekunder seperti flavonoid dari daun Afrika yang

berperan sebagai imunostimulan sehingga meningkatkan aktivitas metabolisme

di dalam sel. Peningkatan metabolisme di dalam sel akan meningkatkan enzim

acid hydrolase dan bahan lain yang berperan dalam fagositosis sehingga

kemampuan fagositosis akan semakin meningkat (Sumarwoto, 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 53: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

38

indek

s st

imula

si

4.2.3 Indeks Stimulasi

Indeks stimulasi merupakan hasil perbandingan antara kelompok uji

dengan kelompok kontrol. Sata (2003), menyatakan suatu zat bersifat

imunostimulan jika indeks stimulasi lebih besar dari 1 dan bersifat

imunosupresan jika indeks stimulasi lebih kecil dari 1. Indeks stimulasi setelah

pemberian ekstrak daun Afrika ditunjukan pada Gambar 4.3.

3

2.5

2

1.5

1

0.5

0 CMC Na 1% IMBOOST

32,5 mg/kg bb

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

kelompok perlakuan

Gambar 4.3 Grafik indeks stimulasi hasil perbandingan kelompok uji dengan

kelompok kontrol negatif CMC Na 1% (Mean ± SD)

Data pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa pada masing-masing

kelompok EEDA 100 mg/kg bb dengan indeks stimulasi 1,8638, EEDA 200

mg/kg bb dengan indeks stimulasi 1,9007, dan EEDA 400 mg/kg bb dengan

indeks stimulasi 2,2962, menunjukkan nilai indeks stimulasi lebih besar dari

satu. Hal ini menunjukkan bahwa EEDA merupakan suatu zat yang bersifat

imunostimulan, kekuatan EEDA 400 mg/kg bb hampir sama dengan kontrol

positif imboost®. Indeks stimulasi EEDA dosis 100, 200, dan 400 mg/kg bb

menunjukkan bahwa adanya hubungan peningkatan dosis dengan nilai indeks

stimulasi, yaitu semakin besar peningkatan dosis maka nilai indeks stimulasi

Universitas Sumatera Utara

Page 54: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

39

yang didapat semakin meningkat. Imunostimulator secara tak langsung

berkhasiat mereaktivasi sistem imun yang rendah dengan meningkatkan respon

imun non spesifik, antara lain perbanyakan limfosit, aktivasi makrofag, juga

pelepasan interferon dan interleukin (Tjay dan rahardja, 2007).

Nilai indeks stimulasi EEDA dosis 400 mg//kg bb yang diperoleh

mendekati nilai indeks stimulasi kontrol positif (imboost®). Hal ini disebabkan

karena imboost®

adalah terapi penunjang yang digunakan untuk stimulasi

sistem imun. Setiap tablet imboost mengandung Echinacea purpurea 250 mg,

Black Elderberry 400 mg, dan zinc picolinate 10 mg. Echinacea purpurea yang

terkandung dalam Imboost merupakan imunomodulator sehingga dapat

meningkatkan respon imunitas seluler. Echinacea p, mengandung senyawa

isobutilamida yang dapat merangsang fagositosis sel granulosit, Cichoric acid

yang dapat merangsang fagositosis sel granulosit, dan polisakarida yang dapat

memacu makrofag untuk menghasilkan sitokin yang akan membantu regulasi

sistem imun, senyawa yang mempunyai bioaktifitas sebagai agen

imunostimulan adalah golongan senyawa polisakarida, terpenoid, alkaloid, dan

polifenol. Menurut Gotama, dkk., (1999), flavonoid memiliki berbagai macam

efek, salah satunya sebagai imunostimulan.

Pernyataan di atas juga didukung dengan beberapa penelitian

sebelumnya, penelitian mengenai fungsi imunitas seluler yang dilakukan

secara in vivo membuktikan bahwa senyawa flavonoid dapat memacu

poliferasi limfosit, meningkatkan jumlah sel T, sehingga akan merangsang sel -

sel fagosit untuk melakukan respon fagositosis (Nugroho, 2012).

Tjandrawinata, dkk., (2005) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun Afrika

Universitas Sumatera Utara

Page 55: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

40

yang diketahui mengandung senyawa flavonoid dapat memodulasi sistem imun

melalui poliferasi dan aktivasi limfosit T dan B, serta aktivasi sel fagositik

seperti makrofag, dan monosit. Senyawa aktif seperti saponin juga merupakan

zat aktif yang diduga mempengaruhi kemampuan fagositosis makrofag

(Koswara, 2006). Saponin meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan cara

meningkatkan produksi sitokin seperti interleukin dan interferon. Kemudian

senyawa tanin juga dapat mempengaruhi aktivitas fisiologi seperti

menstimulasi sel fagosit, antitumor, dan antiinfeksi (Haslam, 1996).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa efek suatu

bahan sangat erat kaitannya dengan senyawa kimia yang terkandung dalam

bahan tersebut. Diduga zat aktif yang berperan dalam peningkatan sistem imun

dalam daun Afrika ini adalah flavonoid, saponin, dan tanin. Mekanisme

imunostimulan pada daun Afrika kurang lebih sama seperti mekanisme pada

tanaman yang mengandung senyawa ini seperti dijelaskan diatas, yaitu dengan

meningkatkan aktivitas IL-2, poliferasi dan aktivasi limfosit T. Proliferasi

limfosit menyebabkan sel Th1 teraktivasi. Kemudian sel Th1 yang teraktivasi

akan mempengaruhi 1FN yang dapat mengaktifkan makrofag.

Universitas Sumatera Utara

Page 56: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

a. EEDA mempunyai pengaruh terhadap peningkatan aktivitas fagositosis

pada mencit jantan. EEDA 100, 200, dan 400 mg/kg bb dapat

meningkatkan aktivitas fagositosis dibandingkan dengan kontrol CMC

Na 1%. EEDA 400 mg/kg bb memberikan efek meningkatkan aktivitas

fagositosis lebih kuat dibandingkan dengan EEDA 100 dan 200 mg/kg

bb. EEDA 400 mg/kg bb memberikan efek yang hampir sama dengan

kontrol positif imboost®.

b. EEDA mempunyai efek sebagai imunomodulator bekerja dengan

meningkatkan sistem imun (imunostimulan).

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disarankan kepada peneliti

selanjutnya untuk melakukan uji hemaglutinasi titer antibodi dan respon

hipersensitivitas tipe lambat yang diinduksi dengan sel darah merah domba

terhadap ekstrak daun Afrika.

Universitas Sumatera Utara

Page 57: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

42

DAFTAR PUSTAKA

Aldi, Y., Nisya, O., dan Handayani. (2013). Uji Imunomodulator Beberapa

Subfraksi Ekstrak Etil Asetat Meniran (Phyllanthus niruri [L]) Pada

Mencit Jantan Dengan Metoda Carbon Clearance.Prosiding Seminar

Nasional Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik III.

Anonim (2012). Bahan Aktif Dari Tumbuhan Daun Afrika. Diakses tanggal 23

juli 2012. http://deskripsipatenantimutagenik-vernonia.pdf

Baratawidjaja, K.G., dan Regganis. I (2009). Imunologi Dasar. Edisi VIII.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Halaman 3-8,11, 187.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Depkes RI.

Halaman 321-336.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-11.

Dilasamola, D., dan Mega, L (2016). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol

Daun Afrika dengan Menggunakan Metode DPPH. Jurnal Akademi

Farmasi Prayoga.1(1): Halaman 29-35.

Ditjen POM RI. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. Halaman 33.

Faradilla, M., Maria, I.I (2014). Efek Imunomodulator Polisakarida Rimpang

Temu Putih ( Curcuma zedoaria (Christm.) Roscoe). Jurnal Ilmu

Kefarmasian Indonesia: 12(2).

Farnsworth, N.R. (1966). Biologycal and Phytochemical Screening of Plants.

Journal of Pharmaceutical Sciense: Vol 55(3): Halaman 264.

Gotama, I.B.I., Sugiarto, S., Nurhadi, M.., Widyastuti, Y., Wahyono, S dan

Prapti, I.J. (1999). Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jilid V. Jakarta

Departemen Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan. Halaman 147-148.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Terjemahan: Kosasih Padmawinanto

dan Iwang Suediro. Edisi Ke-2. Bandung: Penerbit ITB. Halaman 4-

7,147-148.

Haslam, E. (1996). Natural Polyphenols (Vegetable Tannins), as Drugs:

Possiblemodes of Action. Journal. Prod: 59. Halaman 205-215.

Ibrahim, G., Abdurrahman, E.M dan Katayal, U.A. (2004). Pharmacognostic

Studies on The Leaves of Vernonia amygdalina Del (Asteraceae). Nig.

J. Nat. Orid. And Med. 08(1): Halaman 8-10.

Universitas Sumatera Utara

Page 58: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

43

Ijeh, I.I dan Ejike, E.C. (2010). Current Perspectives on the Medical Potentials

of Vernonia amygdalina, Del. Journal of Medical Plants Research. 57:

Halaman 1051-1061.

Kala, C., Ali S.S dan Khan, N.A. (2015). Immunostimulatory Potential of

NButanolic Fraction of Hydroalcoholic Extract of Costus Speciosus

Koen Rhizome. International Journal of Pharmacyand Pharmaceutical

Sciences; 6(7): Halaman 2886-2892.

Kim, K. L., Shin, K. S., Jun, W. J., Hong, B.S., Shin. D.H dan Cho, H. Y.

(2001). Effects of Polysaccharides from Rhizomes of Curcuma on

Macrhopag Funchions. Browser Biotecnology. 65(II): Halaman 2377.

Koswara, S. (2006). Isoflavon Senyawa Multi Manfaat Dalam Kedelai. Dikutip

dari http://www. Ebookpangan.com. Diakses Pada tanggal 20 juni 2016.

Kresno, S.B. (2001). Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Edisi

keempat. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Halaman 4-7, 33-36.

Markam, K.R.., Mabry, T.J., Thomas, M.B (1988). The Systematic and

Identification of Flavonoid, Springer-Verlag, New York, Helderberg-

Berlin. Halaman 3-56.

Natalia, C.L. (2014). Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Etanol Daun Afrika

(Vernonia sp.) Pada Tikus Putih yang Diinduksi Parasetamol. Skripsi.

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nugroho. Y.A. (2012). Efek Pemberian Kombinasi Buah Sirih (piper betle L)

Fruit, Daun Miyana (Plecthranthus (L) R, BR). Leaf. Madu dan Kuning

Telur Terhadap Peningkatan Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel

Makrofag, Artikel, 22 (II).

Playfair, J.H.L dan Chain, B.M. (2012). At a Glance Imunologi. Edisi

Kesembilan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 26.

Price, S.A., dan Wilson, L.M. (1994). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-

Proses Penyakit. Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Halaman 44-46.

Roitt, I.M. (2002). Imunologi. Edisi Kedelapan. Jakarta: Widya Medika

Penterjemah; Alida, H., Liliana, K., Samsuridjal, D., Siti, B., K., dan

Yoes, P. D. Halaman 16-18.

Universitas Sumatera Utara

Page 59: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

44

Santoso, A. (2015). Pemberian Ekstrak Etanol Daun Afrika (Vernonia

amygdalina D.) Oral Menigkatkan Kadar Insulin Puasa dan

Menurunkan Kadar Glukosa Darah Post Prandial Pada Tikus Putih

Jantan Diabetes Melitus.Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.

Satta, D., Lalaoui, K., dan Bendjeddoui, D. (2003). Immunostimulating

Activity of The Water Soluble Polysaccharide Extracts of Amacyclus

Pyrethrum, Alpinia Galanga and Citrullus Colocynthis, Journal of

Ethnopharmacology. Halaman 155-160.

Subowo, A. (2009). Imunobiologi. Edisi II. Jakarta: Sagung Seto. Halaman 90,

123-125, 150.

Sudarmadji, S. B., Haryono, dan Suhardi. (1989). Analisis untuk Bahan

Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Halaman 171.

Sumarwoto (2004). Pengaruh Pemberian Kapur dan Ukuran Terhadap

Pertumbuhan iles-iles (Amophophallus Nuclear). Jurnal Ilmu

Pertanian. Halaman 45-53.

Shukla, S., Suresh, P.V., Pradeep, M, Jinu, J., dan Archana, M. (2009).

Immunomodulatory Activities of the Ethanolic Extract of Caesalpinia

bonducella Seeds. Journal of Ethnopharmacology:125. Halaman 252-

256.

Snyder, C.R., Krikland, J.J., dan Glajach, J.L. (1997). Practical Hplc Method

Development, Second Edition New York Jhon Wiley dan Sons, Lnc.

Halaman 722-723.

Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting, Khasiat,

Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Keenam. Jakarta :

Penerbit PT. Elex Media Komputindo. Halaman 778-782.

Tjandrawinata, R.R., Maat, S., dan Noviarry, D. (2005). Effects of

Standardized Phyllanthus Extract on Changes in Immunologic

Parameters. Correlation between Pre Clinical and Clinical Studies.

Medika XXXI (6). Halaman 367-371.

Wagner, H., dan Jurcic, K. (1991). Assay for Immunimodulation and Effect on

mediators on inflammation In Methods in plant biochemistry. Vol 6.

Munich: Academic Press. Halaman 201.

WHO. (1998). Quality Control Methods for Medicinal Plant Material.

Switzerland: Geneva press. Halaman 31-33.

Universitas Sumatera Utara

Page 60: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

45

Wijayakusuma, H. (2006). Sehat Dengan Temu Giring.

http://rafflesia.wwf.or.id.

Yeap, K., Hoyong, W., Beh, K., Liang, S., Ky, H., Yousr, N., dan Alithen, B.

(2010). Vernonia amygdalina, an Ethnoveterinary and Etnomedical

Used Green Vegetable with Multiple Bioactivity. Journal of Medicinal

Plants Research. Vol 4(25): Halaman 2787-2812.

Yuandani., Ilangkovan, M., Jantan, I., Mohamad, H. F., Husain, K., Razak, A.

F. A. (2013). Inhibitory Effects of Standardized Extracts of

Phyllanthusamarus and Phyllanthus urinaria and Their Marker

Compounds on Phagocytic Activity of Human Neutrophils. Evidence-

Based Complementary and Alternative Medicine.

Universitas Sumatera Utara

Page 61: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Lampiran 1. Surat rekomendasi persetujuan etik penelitian kesehatan.

46Universitas Sumatera Utara

Page 62: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Lampiran 2. Surat identifikasi / determinasi tanaman.

47

Universitas Sumatera Utara

Page 63: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

48

Lampiran 3. Gambar tanaman dan simplisia Daun Afrika.

Keterangan : Tanaman Daun Afrika.

Keterangan : Simplisia Daun Afrika.

Universitas Sumatera Utara

Page 64: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

49

Lampiran 4. Hasil pemeriksaan mikroskopik tanaman.

Simplisia Daun Afrika (Vernonia amygdalina, Delile.)

Keterangan :

1. Rambut penutup

2. Kristal Ca oksalat bentuk prisma

3. Stomata tipe anomositik

Universitas Sumatera Utara

Page 65: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

50

Lampiran 5: Perhitungan hasil pemeriksaan karakteristik simplisia

Perhitungan penetapan kadar air

Kadar air simplisia = ( )

( )

Sampel 1

Berat sampel = 5,0962 g

Berat air = 0,1 ml

Kadar air =

x 100 %

=1,96%

Sampel II

Berat sampel = 5,0960

Berat air = 1,1

Kadar air =

x 100 %

= 21,58 %

Sampel III

Berat sampel = 5, 0178

Berat air = 0,01

Kadar air =

x 100 %

= 0,19 %

Kadar air rata-rata =

= 7,91 %

Universitas Sumatera Utara

Page 66: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

51

Lampiran 5. Lanjutan Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air

Kadar sari yang larut dalam air = ( )

( ) X

X 100 %

Sampel I

Berat sampel = 5,0283 g

Berat sari = 0,3137 g

Kadar sari =

x

x 100 %

= 0,0623 g x 5 x 100 %

= 31,15 %

Sampel II

Berat sampel = 5,0280 g

Berat sari = 0,3013 g

Kadar sari =

x

x 100 %

= 0,0599 g x 5 x 100 %

= 29,95 %

Sampel III

Berat sampel = 5,0179 g

Berat sari = 0,3075 g

Kadar sari =

x

x 100 %

= 0,0612 g x 5 x 100 %

= 30,6 %

Kadar sari yang larut dalam air rata-rata =

= 30,56%

Universitas Sumatera Utara

Page 67: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

52

Lampiran 5. Lanjutan Penetapan kadar sari yang larut dalam Etanol.

Kadar sari yang larut dalam Etanol = ( )

( ) X

X 100 %

Sampel I

Berat sampel = 5,0502 g

Berat sari = 0,3143 g

Kadar sari =

x

x 100 %

= 0,0622 g x 5 x 100 %

= 31,12 %

Sampel II

Berat sampel = 5,0501 g

Berat sari = 0,2243 g

Kadar sari =

x

x 100 %

= 0,0444 g x 5 x 100 %

= 22,21 %

Sampel III

Berat sampel = 5,0425 g

Berat sari = 0,2693 g

Kadar sari =

x

x 100 %

= 0,0534 x 5 x 100 %

= 26,70 %

Kadar sari yang larut

dalam Etanol rata-rata =

= 26,67%

Universitas Sumatera Utara

Page 68: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

53

Lampiran 5. Lanjutan Perhitungan penetapan kadar abu total.

Kadar abu total = ( )

( ) X 100 %

Sampel I

Berat sampel = 2,05 g

Berat Abu = 0,27 g

Kadar Abu =

x 100 %

= 13,17%

sampel I

Berat sampel = 2,05 g

Berat Abu = 0,29 g

Kadar Abu =

x 100 %

= 14,14%

sampel III

Berat sampel = 2,01 g

Berat Abu = 0,29 g

Kadar Abu =

x 100 %

= 14,42%

Kadar abu total rata-rata =

= 13,91%

Universitas Sumatera Utara

Page 69: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

54

Lampiran 5. Lanjutan penetapan kadar abu yang tidak larut asam.

Kadar abu yang tidak larut dalam asam = ( )

( ) X 100 %

Sampel I

Berat sampel = 2,05 g

Berat Abu = 0,01 g

Kadar Abu =

x 100 %

= 0,48%

Sampel II

Berat sampel = 2,05 g

Berat Abu = 0,03 g

Kadar Abu =

x 100 %

= 1,46%

Sampel III

Berat sampel = 2,01 g

Berat Abu = 0,02 g

Kadar Abu =

x 100 %

= 0,99%

Kadar abu yang tidak larut

Dalam asam rata-rata =

= 0,98%

Universitas Sumatera Utara

Page 70: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

55

Lampiran 7. Bagan Alur Pembuat EED

Serbuk Simpli

Lampiran 6. Bagan Alur Uji Pendahuluan.

Daun Afrika

Dicuci dari pengotor sampah bersih

Ditiriskan

Ditimbang berat basahnya

Daun Afrika

Pemeriksaan organoleptis dan makroskopik

Simplisia

Dikeringkan pada suhu 40-500C

Ditimbang berat keringnya

Diblender halus

Karakterisasi Skrining Fitokimia

1. Makroskopik

2. Mikroskopik

3. Penetapan :

a. Kadar air

b. Kadar sari yang larut dalam air

c. Kadar sari yang larut dalam

Etanol

d. Kadar abu total

e. Kadar abu yang tidak larut

dalam asam

Senyawa Golongan

1. Alkaloida

2. flavonoida

3. Glikosida

4. Tanin

5. Steroid/terpenoid

Universitas Sumatera Utara

Page 71: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

56

Serbuk simplisia

Daun afrika

Lampiran 7. Bagan Alur Pembuatan EEDA.

Serbuk simplisia

Daun Afrika

Ditambahkan pelarut etanol sebanyak 75 bagian

Direndam selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil

sering di aduk

Di saring dengan kertas saring

Maserat I

Ampas

Dicuci ampas dengan etanol sebanyak 25

bagian

Disaring dengan kertas saring hingga

diperoleh 100 bagian

Maserat II

Dipindahkan kedalam bejana tertutup

Dibiarkan di tempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama

2 hari

Dienap tuangkan atau disaring

Diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40oc

Ekstrak

Universitas Sumatera Utara

Page 72: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

57

Lampiran 8. Bagan Alur Penelitian.

25 ekor mencit jantan

EEDA

Dosis 100 mg/kg bb

(5 ekor)

Dosis 200 mg/kg bb

(5 ekor)

Kontrol Negatif

Kontrol Positif

R

Dosis 400 mg/kg bb (CMC-Na) 1% Imboost 32,5

(5 ekor)

(5 ekor) Mg/Kg bb

(5 ekor)

Hasil

Diberikan perlakuan selama 7 hari secara per oral

Dilakukan Uji bersihan karbon pada hari ke-8 setelah

7 hari pemberian perlakuan

Diambil darah mealui vena ekor pada To (sebagai

blanko) sebelum pemberian suspensi karbon, darah

dimasukkan ke dalam tube yang berisi Na-Sitrat

Diambil darah sebanyak 25 ul, di tambahkan 4 mL

asam asetat 1 %

Disuntikkan suspensi karbon sebanyak 0,1 ml/10 g bb

secara intra vena melalui pembuluh darah di ekor.

Dilakukan pengambilan darah sebnyak 25 ul pada

menit ke 5, 10, 15, dan 20 setelah penyuntikan tinta

karbon

Ditambahkan 4 ml asam asetat 1% dan dimasukkan ke

dalam kuvet

Diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometri

UV-VIS pada panjang gelombang 632, 0 nm.

Setelah 12 Jam diambil darahnya mencit dikorbankan,

organ, hati dan limfa mencit di isolasi dan ditimbang

Dihitung konstanta kecepatan eliminasi Karbon (k).

indeks fagositosis, dan Indeks Stimulasi.

Universitas Sumatera Utara

Page 73: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

58

Lampiran 9. Gambar Alat

Gambar: Rotary evaporator digunakan untuk memisahkan senyawa kimia.

Gambar: Spektrofotometri UV-VIS digunakan untuk mengukur absorbansi.

Gambar: Micro pipet digunakan untuk pengambilan darah dengan ukuran yang

kecil.

Universitas Sumatera Utara

Page 74: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

59

Lampiran 10. Gambar Hewan.

Gambar: Mencit Jantan.

Gambar: Ekor Mencit yang di suntikkan dengan karbon secara iv.

Gambar: Mencit setelah dislokasi pada bagian leher.

Universitas Sumatera Utara

Page 75: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

60

Lampiran 11. Tabel konversi dosis antara jenis Hewan dengan Manusia

(Suhardjono, 1995).

Mencit (20 g)

Tikus (200

g)

Marmut (400 g)

Kelinci (1,2

Kg)

Kera (4

Kg)

Anjing (12

Kg)

Manusia (70 Kg)

Mencit (20 g)

1,0

7,0

12,35

27,8

64,1

124,2

387,9

Tikus (200 g)

0,14

1,0

1,74

3,9

9,2

17,8

56,0

Marmut (400 g)

0,08

0,57

1,0

2,25

5,2

10,2

31,5

Kelinci (1,2 Kg)

0,04

0,25

0,44

1,0

2,4

4,5

14,2

Kera (4 Kg)

0,016

0,11

0,19

0,42

1,0

1,9

6,1

Anjing (12 Kg)

0,008

0,06

0,10

0,22

0,52

1,0

3,1

Manusia (70 Kg)

0,0026

0,018

0,031

0,07

0,16

0,32

1,0

Universitas Sumatera Utara

Page 76: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

61

Lampiran 12. Contoh Perhitungan Dosis.

Contoh perhitungan dosis CMC Na 1%

Pembuatan CMC Na 1%

1000 mg/100 ml

10 mg/ml

Misalnya BB mencit = 25 g

Volume yang diberikan per oral :

Contoh perhitungan dosis Imboost

Dosis penggunaan Imboost pada manusia (berat 70 Kg) = 250 mg

Konversi dosis manusia ke hewan mencit (lampiran 11) = 0,026

250 mg x 0,0026 = 0,65 mg ( untuk 20 g mencit)

Konsentrasi Imboost 0,5 % dalam 100 ml suspensi CMC Na

mengandung 500 mg Imboost (2 tablet)

Konsentrasi Imboost =

Misalnya BB Mencit = 25 g

Jumlah Imboost yang diberikan =

Jumlah suspensi yang diberikan per oral = 0,1625 ml

Contoh perhitungan dosis EEDA untuk dosis 100 mg/kg bb

Konsentrasi EEDA = =10 mg/ml

Jumlah yang diberikan x 25g = 2,5 mg

Jumlah suspensi yang diberikan = 0,25 ml

Universitas Sumatera Utara

Page 77: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

62

Lampiran 13. Hasil pengukuran absorbansi partikel karbon.

CMC Na 1%

Imboost 32,5 mg/kg BB

Universitas Sumatera Utara

Page 78: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

63

Lampiran 13. (lanjutan)

EEDA 100 mg/kg BB

EEDA 200 mg/kg BB

Universitas Sumatera Utara

Page 79: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

64

Lampiran 13. (lanjutan).

EEDA 400 mg/kg BB

Universitas Sumatera Utara

Page 80: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

65

Lampiran 14. Contoh tabel jumlah obat yang diberikan kepada menat selama

7 hari.

Kelompok

No

Berat (g)

Dosis (mg/kg

bb)

Konsentrasi

Jumlah

obat

(mg)

Jumlah

obat (ml)

I

1 2

3

4

5

29,2 32,8

36,3

42,6

39,1

0,29 0,33

0,36

0,42

0,39

0,29 0,33

0,36

0,42

0,39

II

1 2

3

4

5

38,2 32,4

31,0

28,7

58,3

32,5 32,5

32,5

32,5

32,5

5 mg/ml 5 mg/ml

5 mg/ml

5 mg/ml

5 mg/ml

0,9499 0,9240

1,0078

0,9994

1,0189

0,1899 0,1848

0,2015

0,1999

0,2038

III

1 2

3

4

5

36,1 26,1

24,3

22,9

23,4

100 100

100

100

100

10 mg/ml 10 mg/ml

10 mg/ml

10 mg/ml

10 mg/ml

3,117 2,901

2,962

2,934

3,036

0,3117 0,2901

0,2962

0,2934

0,3036

Universitas Sumatera Utara

Page 81: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

66

IV

1 2

3

4

5

39,2 33,2

24,3

22,9

23,4

200 200

200

200

200

20 mg/ml 20 mg/ml

20 mg/ml

20 mg/ml

20 mg/ml

3,094 2,834

2,915

2,756

3,024

0,1547 0,1417

0,1457

0,1378

0,1512

V

1 2

3

4

5

37,0 36,0

22,7

22,5

29,6

400 400

400

400

400

40 mg/ml 40 mg/ml

40 mg/ml

40 mg/ml

40 mg/ml

2,969 2,881

2,98

2,883

3,14

0,0742 0,0720

0,0745

0,0720

0,0785

Keterangan :

I : cmc – Na 1%

II : Imboost 32,5 mg/kg bb

III : EEDA 100 mg/kg bb

IV : EEDA 200 mg/kg bb

V : EEDA 400 mg/kg bb

Universitas Sumatera Utara

Page 82: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Lampiran 15. Tabel Laju Eliminasi Karbon.

Kelompok

No Laju eliminasi Karbon

Menit Ke-5 Menit Ke-10 Menit Ke-15 Menit Ke-20

CMC Na

1%

1 0,4971 0,4943 0,4812 0,4092

2 0,4985 0,4937 0,4810 0,4084

3 0,4973 0,4945 0,4817 0,4095

4 0,4963 0,4927 0,4809 0,4073

5 0,4981 0,4948 0,4834 0,4081

Rata-Rata 0,4975±0,0008 0,4940±0,0008 0,4816±0,0010 0,4085±0,0008

Imboost

1 0,4942 0,3662 0,2082 0,1004

2 0,4997 0,3684 0,2071 0,1059

3 0,4960 0,3678 0,2096 0,1115

4 0,4953 0,3668 0,2083 0,1057

5 0,4995 0,3682 0,2069 0,1099

Rata-rata 0,4969±0,0025 0,3675±0,0009 0,2080±0,0010 0,1067±0,0043

EEDA

100

mg/kg BB

1 0,4969 0,3683 0,3589 0,2501

2 0,4958 0,3834 0,3272 0,2548

3 0,4948 0,3869 0,3062 0,2568

4 0,4949 0,3784 0,3069 0,2679

5 0,4986 0,3843 0,3008 0,2520

Rata-rata 0,4962±0,0015 0,3803±0,0073 0,3200±0,0239 0,2563±0,0069

EEDA

200

mg/kg BB

1 0,4906 0,3779 0,2960 0,2036

2 0,4971 0,3765 0,2897 0,2061

3 0,4992 0,3755 0,2946 0,2022

4 0,4914 0,3759 0,2954 0,2024

5 0,4980 0,3797 0,2899 0,2070

Rata-rata 0,4953±0,0039 0,3771±0,0017 0,2931±0,0030 0,2043±0,0021

EEDA

400

mg/kg BB

1 0,4962 0,3664 0,2066 0,1002

2 0,4941 0,3655 0,2069 0,1084

3 0,4969 0,3690 0,2011 0,1199

4 0,4933 0,3657 0,2081 0,1004

5 0,4965 0,3695 0,2125 0,1198

Rata-rata 0,4954±0,0015 0,3672±0,0018 0,2070±0,0040 0,1097±0,0098

67Universitas Sumatera Utara

Page 83: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Lampiran 16. Contoh perhitungan konstanta kecepatan eliminasi karbon (K),

Indeks fogositosis, dan indeks stimulasi.

Misalkan EEDA dosis 100 mg/kg bb

Konstanta kecepatan eliminasi karbon (k)

Dimana : OD5 adalah absorbansi pada menit ke-5

OD20 adalah absorbansi pada menit ke-2

T1 adalah waktu pertama pengambilan darah

T2 adalah waktu terakhir pengambilan darah

(shukla, et al, 2009)

Misalnya diketahui : OD5 = 0,4929

OD20 = 0,3468

T1 = 5

T2 = 20

Indeks Fagositosis K = 0,0101

Indeks Fagositosis =

Misalnya diketahui = Berat Hewan = 36,1 g

Berat hati = 2,55 g

Berat Limfa = 0,73 g

Indeks Fagoustosis = = 1,1061

Indeks Stimulasi

Indeks Stimulasi =

Misalnya : Indeks fagositosis kelompok uji dosis

100 mg/kg = 1,1061

Indeks fagositosis kelompok kontrol negatif 0,2728

Indeks stimulasi = = 4,0546

68

Universitas Sumatera Utara

Page 84: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Lampiran 17. Hasil perhitungan konstanta kecepatan eliminasi karbon (k)

Kelompok

N

o

Berat

(g)

Hati

(g)

Limfa

(g)

Hati +

limfa

(g)

Absorbansi pada menit ke

K

If 5 20

CMC

Na

1%

1

2

3

4

5

30,27

32,83

30,36

30,55

29,24

1,67

1,58

1,60

1,32

1,23

0,14

0,15

0,17

0,10

0,08

1,81

1,73

1,77

1,42

1,31

0,4971

0,4985

0,4973

0,4963

0,4981

0,4092

0,4084

0,4095

0,4073

0,4081

0,0056

0,0058

0,0056

0,0057

0,0058

1,2515

1,4452

1,2836

1,6243

1,6999

Imboost

1

2

3

4

5

29,23

28,43

31,01

30,75

31,35

1,62

1,63

1,74

1,64

1,76

0,28

0,16

0,19

0,21

0,21

1,90

1,79

1,93

1,85

1,97

0,4942

0,4997

0,4960

0,4953

0,4995

0,1004

0,1059

0,1115

0,1057

0,1099

0,0461

0,0449

0,0432

0,0447

0,0438

2,7655

2,6690

2,5841

2,5923

2,8105

100

Mg/kg bb

1

2

3

4

5

31,17

29,01

29,62

29,34

30,36

1,38

1,35

1,44

1,39

1,39

0,21

0,16

0,14

0,12

0,13

1,59

1,51

1,58

1,51

1,52

0,4969

0,4958

0,4948

0,4949

0,4986

0,2501

0,2548

0,2568

0,2679

0,2520

0,0199

0,0193

0,0190

0,0178

0,0198

2,7147

2,7099

2,8085

2,5392

2,9033

200

Mg/kg bb

1

2

3

4

5

30,94

28,34

29,15

27,56

30,24

1,66

1,49

1,49

1,57

1,47

0,16

0,18

0,19

0,17

0,19

1,82

1,67

1,68

1,74

1,66

0,4906

0,4971

0,4992

0,4914

0,4980

0,2036

0,2061

0,2022

0,2024

0,2070

0,0255

0,0255

0,0262

0,0257

0,0254

3,2931

3,0487

3,4763

3,0493

3,6629

400

Mg/kg bb

1

2

3

4

5

29,69

28,81

29,80

28,83

31,40

1,71

1,82

1,56

1,84

1,56

0,23

0,16

0,18

0,19

0,18

1,94

1,98

1,74

2,03

1,74

0,4962

0,4941

0,4969

0,4933

0,4965

0,1002

0,1084

0,1199

0,1004

0,1198

0,0463

0,0439

0,0412

0,0461

0,0412

3,3031

3,3655

3,3395

3,5142

3,3305

69Universitas Sumatera Utara

Page 85: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

70

Lampiran 18 Tabel rerata Indeks Fagositosis dan Indeks Stimulasi.

Rata-rata Indeks Fagositosis

Kelompok Perlakuan Indeks Fagositosis

CMC Na 1% Imboost 32,5 mg/kg bb

EEDA 100 mg/kg bb

EEDA 200 mg/kg bb

EEDA 400 mg/kg bb

1,4609+ 0,1995

3,3825 + 0,1094 2,6842+ 0,1015

2,7351+ 0,1351

3,3060+ 0,2686

Indeks Stimulasi

Kelompok Perlakuan Indeks Stimulasi

Imboost 32,5 mg/kg bb EEDA 100 mg/kg bb

EEDA 200 mg/kg bb

EEDA 400 mg/kg bb

2,3385 1,8638

1,9007

2,2962

Universitas Sumatera Utara

Page 86: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

71

Lampiran 19. Data Hasil Analisa ANOVA dan Tukey Laju Eliminasi Karbon.

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

Abs5 CMC-Na 1%

Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.173 5 .200* .970 5 .875

.246 5 .200* .863 5 .241

.200 5 .200* .900 5 .408

.279 5 .200* .848 5 .187

.292 5 .190 .866 5 .250

Abs10 CMC-Na 1%

Imboost

EEDA 100 mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.241 5 .200* .915 5 .496

.233 5 .200* .908 5 .457

.265 5 .200* .877 5 .295

.237 5 .200* .912 5 .477

.268 5 .200* .834 5 .150

Abs15 CMC-Na 1%

Imboost

EEDA 100 mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.277 5 .200* .788 5 .065

.202 5 .200* .923 5 .547

.326 5 .089 .838 5 .160

.220 5 .200* .961 5 .816

.257 5 .200* .949 5 .728

Abs20 CMC-Na 1%

Imboost

EEDA 100 mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.187 5 .200* .963 5 .828

.210 5 .200* .944 5 .693

.273 5 .200* .870 5 .265

.219 5 .200* .876 5 .292

.248 5 .200* .822 5 .121

a. Lilliefors Significance Correction

Universitas Sumatera Utara

Page 87: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

72

Lampiran 19. (lanjutan).

One Way Anova

Descriptives

N

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval

for Mean

Minimum

Maxi

mum

Lower

Bound

Upper

Bound

CMC-Na Abs5 1%

Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

Total

5 .497460 .0008649 .0003868 .496386 .498534 .4963 .4985

5 .496940 .0025126 .0011237 .493820 .500060 .4942 .4997

5 .496200 .0015859 .0007092 .494231 .498169 .4948 .4986

5 .495260 .0039696 .0017753 .490331 .500189 .4906 .4992

5 .495400 .0015969 .0007141 .493417 .497383 .4933 .4969

25 .496252 .0023252 .0004650 .495292 .497212 .4906 .4997

CMC-Na Abs10 1%

Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

Total

5 .494000 .0008307 .0003715 .492969 .495031 .4927 .4948

5 .367480 .0009445 .0004224 .366307 .368653 .3662 .3684

5 .380260 .0073616 .0032922 .371119 .389401 .3683 .3869

5

.377100

.0017146

.0007668

.374971

.379229 .3755 .3797

5

.367220

.0018913

.0008458

.364872

.369568 .3655 .3695

25

.397212

.0497768

.0099554

.376665

.417759 .3655 .4948 Abs15 CMC-Na

1%

Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

Total

5

.481640

.0010310

.0004611

.480360

.482920 .4809 .4834

5

.208020

.0010849

.0004852

.206673

.209367 .2069 .2096

5

.306000

.0030716

.0013737

.302186

.309814 .3008 .3089

5

.293120

.0030720

.0013738

.289306

.296934 .2897 .2960

5

.207040

.0040753

.0018225

.201980

.212100 .2011 .2125

25

.299164

.1022711

.0204542

.256949

.341379 .2011 .4834 Abs20 CMC-Na

1%

5

.408500

.0008803

.0003937

.407407

.409593 .4073 .4095

Universitas Sumatera Utara

Page 88: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

Total

5

.106680

.0043188

.0019314

.101318

.112042 .1004 .1115

5

.256320

.0069640

.0031144

.247673

.264967 .2501 .2679

5

.204260

.0021813

.0009755

.201552

.206968 .2022 .2070

5

.109740

.0098040

.0043845

.097567

.121913 .1002 .1199

25

.217100

.1138263

.0227653

.170115

.264085 .1002 .4095

73

Universitas Sumatera Utara

Page 89: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

74

Lampiran 19. (lanjutan).

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Abs5 9.601 4 20 .000

Abs10 5.931 4 20 .003

Abs15 1.657 4 20 .199

Abs20 5.181 4 20 .005

ANOVA

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Abs5 Between

Groups

Within Groups

Total

.000 4 .000 .817 .529

.000 20 .000

.000 24

Abs10 Between

Groups

Within Groups

Total

.059 4 .015 1188.284 .000

.000 20 .000

.059 24

Abs15 Between

Groups

Within Groups

Total

.251 4 .063 8313.695 .000

.000 20 .000

.251 24

Abs20 Between

Groups

Within Groups

Total

.310 4 .078 2297.681 .000

.001 20 .000

.311 24

Universitas Sumatera Utara

Page 90: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

75

Lampiran 19 (lanjutan)Post Hoc Test.

parisons

Tukey HSD

Dependent

Variable (I) kelompok (J) kelompok

Mean Difference

(I-J)

Std. Error

Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

Abs5 CMC-Na 1% Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.0005200 .0014936 .997 -.003949 .004989

.0012600 .0014936 .914 -.003209 .005729

.0022000 .0014936 .591 -.002269 .006669

.0020600 .0014936 .647 -.002409 .006529

Imboost CMC-Na 1%

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.0005200 .0014936 .997 -.004989 .003949

.0007400 .0014936 .987 -.003729 .005209

.0016800 .0014936 .792 -.002789 .006149

.0015400 .0014936 .838 -.002929 .006009

EEDA 100 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.0012600 .0014936 .914 -.005729 .003209

-.0007400 .0014936 .987 -.005209 .003729

.0009400 .0014936 .968 -.003529 .005409

.0008000 .0014936 .982 -.003669 .005269

EEDA 200 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.0022000 .0014936 .591 -.006669 .002269

-.0016800 .0014936 .792 -.006149 .002789

-.0009400 .0014936 .968 -.005409 .003529

-.0001400 .0014936 1.000 -.004609 .004329

EEDA 400 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

-.0020600 .0014936 .647 -.006529 .002409

-.0015400 .0014936 .838 -.006009 .002929

-.0008000 .0014936 .982 -.005269 .003669

.0001400 .0014936 1.000 -.004329 .004609

Abs10 CMC-Na 1% Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.1265200* .0022323 .000 .119840 .133200

.1137400* .0022323 .000 .107060 .120420

.1169000* .0022323 .000 .110220 .123580

.1267800* .0022323 .000 .120100 .133460

Imboost CMC-Na 1%

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

-.1265200* .0022323 .000 -.133200 -.119840

-.0127800* .0022323 .000 -.019460 -.006100

-.0096200* .0022323 .003 -.016300 -.002940

Universitas Sumatera Utara

Page 91: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

EEDA 400

mg/kg bb

.0002600 .0022323 1.000 -.006420 .006940

EEDA 100 mg/kg CMC-Na 1% bb

Imboost

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.1137400* .0022323 .000 -.120420 -.107060

.0127800* .0022323 .000 .006100 .019460

.0031600 .0022323 .625 -.003520 .009840

.0130400* .0022323 .000 .006360 .019720

EEDA 200 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.1169000* .0022323 .000 -.123580 -.110220

.0096200* .0022323 .003 .002940 .016300

-.0031600 .0022323 .625 -.009840 .003520

.0098800* .0022323 .002 .003200 .016560

EEDA 400 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

-.1267800* .0022323 .000 -.133460 -.120100

-.0002600 .0022323 1.000 -.006940 .006420

-.0130400* .0022323 .000 -.019720 -.006360

-.0098800* .0022323 .002 -.016560 -.003200

Abs15 CMC-Na 1% Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.2736200* .0017371 .000 .268422 .278818

.1756400* .0017371 .000 .170442 .180838

.1885200* .0017371 .000 .183322 .193718

.2746000* .0017371 .000 .269402 .279798

Imboost CMC-Na 1%

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.2736200* .0017371 .000 -.278818 -.268422

-.0979800* .0017371 .000 -.103178 -.092782

-.0851000* .0017371 .000 -.090298 -.079902

.0009800 .0017371 .979 -.004218 .006178

EEDA 100 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.1756400* .0017371 .000 -.180838 -.170442

.0979800* .0017371 .000 .092782 .103178

.0128800* .0017371 .000 .007682 .018078

.0989600* .0017371 .000 .093762 .104158

EEDA 200 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.1885200* .0017371 .000 -.193718 -.183322

.0851000* .0017371 .000 .079902 .090298

-.0128800* .0017371 .000 -.018078 -.007682

.0860800* .0017371 .000 .080882 .091278

EEDA 400 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

-.2746000* .0017371 .000 -.279798 -.269402

-.0009800 .0017371 .979 -.006178 .004218

-.0989600* .0017371 .000 -.104158 -.093762

-.0860800* .0017371 .000 -.091278 -.080882

Abs20 CMC-Na 1% Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

.3018200* .0036748 .000 .290824 .312816

.1521800* .0036748 .000 .141184 .163176

.2042400* .0036748 .000 .193244 .215236

76

Universitas Sumatera Utara

Page 92: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

EEDA 400

mg/kg bb

.2987600* .0036748 .000 .287764 .309756

Imboost CMC-Na 1%

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.3018200* .0036748 .000 -.312816 -.290824

-.1496400* .0036748 .000 -.160636 -.138644

-.0975800* .0036748 .000 -.108576 -.086584

-.0030600 .0036748 .917 -.014056 .007936

EEDA 100 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.1521800* .0036748 .000 -.163176 -.141184

.1496400* .0036748 .000 .138644 .160636

.0520600* .0036748 .000 .041064 .063056

.1465800* .0036748 .000 .135584 .157576

EEDA 200 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-.2042400* .0036748 .000 -.215236 -.193244

.0975800* .0036748 .000 .086584 .108576

-.0520600* .0036748 .000 -.063056 -.041064

.0945200* .0036748 .000 .083524 .105516

EEDA 400 mg/kg CMC-Na 1%

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

-.2987600* .0036748 .000 -.309756 -.287764

.0030600 .0036748 .917 -.007936 .014056

-.1465800* .0036748 .000 -.157576 -.135584

-.0945200* .0036748 .000 -.105516 -.083524

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

77

Universitas Sumatera Utara

Page 93: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

78

Lampiran 19 (lanjutan).

Tukey HSDa

Abs5

Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1

EEDA 200 mg/kg bb 5 .495260

EEDA 400 mg/kg bb 5 .495400

EEDA 100 mg/kg bb 5 .496200

Imboost 5 .496940

CMC-Na 1% 5 .497460

Sig. .591

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Tukey HSDa

Abs10

kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

EEDA 400 mg/kg bb 5 .367220

Imboost 5 .367480

EEDA 200 mg/kg bb 5 .377100

EEDA 100 mg/kg bb 5 .380260

CMC-Na 1% 5 .494000

Sig. 1.000 .625 1.000

Universitas Sumatera Utara

Page 94: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

79

Lampiran 19 (lanjutan).

Tukey HSDa

Abs15

Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

4

EEDA 400 mg/kg bb

5

.207040

Imboost

5

.208020

EEDA 200 mg/kg bb

5

.293120

EEDA 100 mg/kg bb

5

.306000

CMC-Na 1%

5

.481640

Sig.

.979

1.000

1.000

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Abs20

Tukey HSDa

Kelompok

N

Subset for alpha = 0.05

1

2

3

4

Imboost

5

.106680

EEDA 400 mg/kg bb

5

.109740

EEDA 200 mg/kg bb

5

.204260

EEDA 100 mg/kg bb

5

.256320

CMC-Na 1%

5

.408500

Sig.

.917

1.000

1.000

1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Universitas Sumatera Utara

Page 95: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

80

Lampiran 20. Hasil Analisa ANOVA dan Tukey Indeks Fagositosis.

Tests of Normality

perlakuan

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

indeks_fagositosis CMC Na

Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

.213 5 .200* .907 5 .452

.362 5 .031 .743 5 .026

.217 5 .200* .896 5 .389

.226 5 .200* .966 5 .851

.230 5 .200* .906 5 .442

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Universitas Sumatera Utara

Page 96: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

81

One Way Anova

indeks_fagositosis

Descriptives

N

Mean

Std.

Deviation

Std. Error

95% Confidence

Interval for Mean

Minimum

Maximum

Lower

Bound

Upper

Bound

CMC Na 5 1.460900 .1995938 .0892610 1.213072 1.708728 1.2515 1.6999

Imboost 5 3.382560 .1094249 .0489363 3.246691 3.518429 3.3031 3.5742

EEDA

100

mg/kg

bb

5 2.684280 .1015603 .0454192 2.558176 2.810384 2.5841 2.8105

EEDA

200

mg/kg

bb

5 2.735120 .1351914 .0604594 2.567258 2.902982 2.5392 2.9033

EEDA

400

mg/kg

bb

5 3.306060 .2686281 .1201341 2.972514 3.639606 3.0487 3.6629

Total 25 2.713784 .7204089 .1440818 2.416414 3.011154 1.2515 3.6629

Universitas Sumatera Utara

Page 97: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

82

Lampiran 20. (lanjutan).

indeks_fagositosis

ANOVA

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 11.845 4 2.961 97.054 .000

Within Groups .610 20 .031

Total 12.456 24

indeks_fagositosis

Tukey HSD

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

(J)

(I) perlakuan perlakuan

Mean

Difference (I-

J)

Std.

Error

Sig.

95% Confidence

Interval

Lower

Bound

Upper

Bound

CMC Na Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

-1.9216600* .1104767 .000 -2.252248 -

1.591072

-1.2233800* .1104767 .000 -1.553968 -.892792

-1.2742200* .1104767 .000 -1.604808 -.943632

-1.8451600* .1104767 .000 -2.175748 -

1.514572

Imboost CMC Na

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

1.9216600* .1104767 .000 1.591072 2.252248

.6982800* .1104767 .000 .367692 1.028868

.6474400* .1104767 .000 .316852 .978028

.0765000 .1104767 .956 -.254088 .407088

EEDA 100 mg/kg

bb

CMC Na

Imboost

EEDA 200

mg/kg bb

1.2233800* .1104767 .000 .892792 1.553968

-.6982800* .1104767 .000 -1.028868 -.367692

-.0508400 .1104767 .990 -.381428 .279748

Universitas Sumatera Utara

Page 98: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

83

EEDA 400

mg/kg bb

-.6217800* .1104767 .000 -.952368 -.291192

EEDA 200 mg/kg CMC Na

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 400

mg/kg bb

1.2742200* .1104767 .000 .943632 1.604808

-.6474400* .1104767 .000 -.978028 -.316852

.0508400 .1104767 .990 -.279748 .381428

-.5709400* .1104767 .000 -.901528 -.240352

EEDA 400 mg/kg CMC Na

bb Imboost

EEDA 100

mg/kg bb

EEDA 200

mg/kg bb

1.8451600* .1104767 .000 1.514572 2.175748

-.0765000 .1104767 .956 -.407088 .254088

.6217800* .1104767 .000 .291192 .952368

.5709400* .1104767 .000 .240352 .901528

Lampiran 20. (lanjutan)

Homogeneous subsets

Tukey HSDa

indeks_fagositosis

Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

CMC Na 5 1.460900

EEDA 100 mg/kg bb 5 2.684280

EEDA 200 mg/kg bb 5 2.735120

EEDA 400 mg/kg bb 5 3.306060

Imboost 5 3.382560

Sig. 1.000 .990 .956

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

Universitas Sumatera Utara

Page 99: UJI EFEK IMUNOMODULATOR EKSTRAK ETANOL DAUN AFRIKA ...

Universitas Sumatera Utara