Institutional Repository UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Home
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42357...UIN...
Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42357...UIN...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN
JAMBLANG (SYZYGIUM CUMINI (L.)) DENGAN
VARIASI KONSENTRASI SODIUM STARCH
GLYCOLATE SEBAGAI SUPERDISINTEGRAN
SKRIPSI
MOHAMAD HADI AZMI
11141020000049
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER 2018
ii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FORMULASI TABLET EKSTRAK ETANOL DAUN
JAMBLANG (SYZYGIUM CUMINI (L.)) DENGAN
VARIASI KONSENTRASI SODIUM STARCH
GLYCOLATE SEBAGAI SUPERDISINTEGRAN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
MOHAMAD HADI AZMI
11141020000049
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
OKTOBER 2018
iii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.
Nama : Mohamad Hadi Azmi
NIM : 11141020000049
Tanda Tangan :
Tanggal : 1 Oktober 2018
iv UIN SYARIF HIDAYATULLAH
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Mohamad Hadi Azmi
NIM : 11141020000049
Program Studi : Strata-1-Farmasi
Judul : Formulasi Tablet Ekstrak Daun Jamblang
(Syzigium Cumini (L.)) dengan Variasi Konsentrasi Sodium
Starch Glycolate Sebagai Superdisintegran
Disetujui oleh:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt
NIP. 197404302005012003
Imam Prabowo, M. Farm., Apt
Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt
NIP. 198310282009012008
v UIN SYARIF HIDAYATULLAH
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : Mohamad Hadi Azmi
NIM : 11141020000049
Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jamblang
(Syzygium cumini (L.)) dengan Variasi Konsentrasi
Crospovidone Sebagai Superdisintegran.
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada
Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
DEWAN PENGUJI
Pembimbing I : Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt. ( )
Pembimbing II : Imam Prabowo, M. Farm., Apt. ( )
Penguji I : Nelly Suryani PhD., Apt. ( )
Penguji II : Suci Ahda Novitri, M. Si., Apt ( )
Ditetapkan di : Ciputat
Tanggal : 2018
vi UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRAK
Nama : Mohamad Hadi Azmi
Program Studi : Farmasi
Judul : Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzygium
cumini (L.)) dengan Variasi Konsentrasi Sodium Starch
Glycolate Sebagai Superdisintegran
Ekstrak daun jamblang (Syzygium cumini (L.)) memiliki aktivitas sebagai
antidiabetes tipe II dengan cara kerja menghambat enzim α-glukosidase. Pada
penelitian ini telah dilakukan formulasi tablet ekstrak etanol daun jamblang. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi sodium starch
glycolate terhadap sifat fisik tablet dan mengetahui konsentrasi sodium starch
glycolate yang dapat menghasilkan waktu hancur yang memenuhi persyaratan
sesuai standar BPOM RI untuk obat tradisional. Tablet dibuat dengan metode
granulasi basah menggunakan bahan superdisintegran dan disintegran biasa sebagai
pembanding. Tablet dibuat dalam tiga formula, yaitu FA, FB dan FC dengan variasi
konsentrasi sodium starch glycolate masing-masing 2%, 4% dan 6% serta satu
formula amprotab® 15%. Granul yang dihasilkan kemudian diuji sifat fisiknya
meliputi uji sifat alir, kompresibilitas, kandungan lembap dan distribusi ukuran
partikel. Tablet yang dihasilkan kemudian diuji sifat fisiknya meliputi uji
organoleptis, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas dan
waktu hancur serta stabilitas fisik tablet. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Sodium starch glycolate berpengaruh dalam memperbaiki waktu hancur tablet dan
memenuhi persyaratan mutu sesuai standar BPOM RI untuk Obat Tradisional, di
mana FA, FB dan FC menghasilkan waktu hancur berturut-turut 23 menit 41 detik;
10 menit 3 detik; dan 15 menit 6 detik, sedangkan formula pembanding yang
menggunakan amprotab® menghasilkan waktu hancur 38 menit.
Kata Kunci: Daun jamblang (Syzygium cumini (L.)), granulasi basah,
superdisintegran, sodium starch glycolate, amprotab®, waktu hancur tablet.
vii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ABSTRACT
Name : Mohamad Hadi Azmi
Major : Pharmacy
Title : Tablet Formulation of Jamblang Leaf Extract (Syzygium
cumini (L.)) with Variation of Sodium Starch Glycolate
Concentration as Superdisintegrant
Jamblang leaf extract (Syzygium cumini (L.)) is known to have activity as
type II antidiabetic with an α-glucosidase inhibitor mechanism. In this study,
ethanol extract of jamblang leaf tablet formulation was carried out. The purpose of
this study was to determine the effect of variations in sodium starch glycolate
concentration on the physical properties of tablets and determine the concentration
of sodium starch glycolate that can provide disintegration time that meets the
requirements according to BPOM RI standards for traditional medicine. Tablets
were made with wet granulation method using superdisintegrant and ordinary
disintegrant as a comparison. Tablets were made in three formulas, namely FA, FB
and FC with variations in sodium starch glycolate concentrations of 2%, 4% and
6% respectively and one formula of amprotab® 15%. The granules produced were
tested for their physical properties including the test of flow properties,
compressibility, moisture content and particle size distribution. The tablets
produced were tested for physical properties including organoleptic test, uniformity
of weight, uniformity of size, hardness, friability, disintegration time and physical
stability of the tablet. This study shows that sodium starch glycolate has an effect
in improving tablet disintegration time and meet the quality requirements according
to the BPOM RI standard for traditional medicine, which F1, F2 and F3 provide
disintegration time 23 minutes 3 seconds ; 10 minutes 4 seconds; and 15 minutes 6
seconds respectively, while the comparison formula that used amprotab® was 38
minutes.
Keywords: Jamblang leaves (Syzygium cumini (L.)), wet granulation,
superdisintegrant, sodium starch glycolate, amprotab®, disintergation time of tablet.
viii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan nikmat sehat, iman islam, rezeki, petunjuk, kekuatan, rahmat
beserta kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Formulasi Tablet Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Jamblang
(Syzigium Cumini (L.)) dengan Variasi Konsentrasi Sodium Starch Glycolate
Sebagai Superdisintegrant. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan umatnya hingga
akhir zaman. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program
Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syartif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
semua perkuliahan sampai penulisan skripsi ini akan terasa sulit. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua yang saya sayangi, Yetti Nurhamayati dan Muhammad
Farid Nofal yang telah melimpahkan kasih sayang, motivasi,
pengorbanan, dan doa yang tak terhenti.
2. Ibu Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt dan Bapak Imam Prabowo, M.
Farm., Apt. selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah
memberikan waktu, motivasi, pikiran, dan bimbingan selama penelitian
dan penyusunan skripsi.
3. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Kepala Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Ibu Wiji Rahayu, selaku Application Support PT. DKSH yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk memperoleh ilmu dan
pengalaman baru dalam Uji Distribusi Ukuran Partikel menggunakan
particle size analyzer dan juga atas bimbingan serta arahannya.
ix UIN SYARIF HIDAYATULLAH
6. Bapak Suyatno selaku Manajer PPIC dan Ibu Indah Wahyuni selaku
PPIC PT Indofarma yang telah membantu penulis dalam memperoleh
bahan-bahan penelitian.
7. Kakak Dini Farida Novianti dan Adik Muhammad Irfan Ghani yang
telah memotivasi, menghibur serta mendoakan penulis.
8. Vanni Rahmi Putri dan Yunika atas perhatian, dukungan, motivasi, dan
bantuannya selama ini
9. Sahabat sepermainan di luar kuliah Cindy, Pandu, Sheika, Aul, Al atas
dukungan dan motivasinya
10. Sahabat-sahabat perkuliahan yang telah memberi warna selama
perkuliahan Dea, Cut, Corry, Revy, Luluk, Puspita, Syifa, Divya, dan
Fariz yang tiada hentinya memberikan semangat dan hiburan semasa
awal hingga akhir perkuliahan.
11. Rekan sepenelitian tablet Sri Sumartini atas bantuan, dukungan, motivasi
dan kerja samanya.
12. Kakak laboran Farmasi UIN Pak Rahmadi, Kak Eris yang telah
membantu penulis selama penelitian.
13. Teman-teman angkatan 2014 untuk segala sesuatunya yang telah
berlangsung selama masa perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan
kelemahan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yng
membangun agar skripsi ini menjadi jauh lebih baik. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi penulis, masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Ciputat, September 2018
Penulis
x UIN SYARIF HIDAYATULLAH
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Mohamad Hadi Azmi
NIM : 11141020000049
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah
saya dengan judul
Formulasi Tablet Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Syzigium Cumini (L.)) dengan
Variasi Konsentrasi Sodium Starch Glycolate Sebagai Superdisintegran
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.
Demikian pernytaan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di :
Pada Tanggal :
(Mohamad Hadi Azmi)
xi UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ v
ABSTRAK .............................................................................................................vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..........................ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Hipotesis ......................................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1 Diabetes .......................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Diabetes ................................................................................. 5
2.1.2 Klasifikasi Diabetes ................................................................................. 5
2.1.3 Terapi Non Farmakologi Diabetes........................................................... 5
2.1.3.1 Perilaku Hidup Sehat.............................................................. 5
2.1.3.2 Terapi Gizi Medik (TGM) ..................................................... 6
2.1.3.3 Terapi Farmakologi Diabetes ................................................. 6
2.2 Ekstrak ............................................................................................................ 7
2.3 Ekstrak Daun Jamblang (Syzigium cumini (L.)) ............................................. 8
2.2.2 Klasifikasi Tanaman ................................................................................ 8
2.2.3 Karakteristik Ekstrak Daun Jamblang ..................................................... 8
2.3.4 Kandungan Daun Jamblang ..................................................................... 8
2.3.5 Penggunaan Daun Jamblang .................................................................... 8
xii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2.4 Tablet............................................................................................................... 9
2.4.1 Pengertian Tablet ..................................................................................... 9
2.4.2 Tablet Bahan Alam ................................................................................ 11
2.4.3 Kriteria Tablet Obat Tradisional ............................................................ 13
2.5 Bahan-Bahan Tambahan pada Tablet ........................................................... 14
2.5.1 Filler (Pengisi) ....................................................................................... 14
2.5.2 Binder (Pengikat) ................................................................................... 15
2.5.3 Disintegran (Penghancur) ...................................................................... 16
2.5.3.1 Superdisintegran .................................................................... 17
2.5.3.2 Faktor-Faktor yang memengaruhi Disintegrasi .................... 18
2.5.4 Lubrikan (Pelincir)................................................................................. 19
2.5.5 Anti-aderent (Anti lekat)........................................................................ 20
2.5.6 Glidan (Pelicin) ...................................................................................... 20
2.6 Metode Pembuatan Tablet ............................................................................ 21
2.6.1 Granulasi Basah ..................................................................................... 21
2.6.2 Graulasi Kering ...................................................................................... 22
2.6.3 Cetak Langsung ..................................................................................... 22
2.6.4 Permasalahan pada Pencetakan Tablet .................................................. 23
2.7 Monografi Bahan Tambahan ........................................................................ 23
2.7.1 Laktosa Monohidrat ............................................................................... 23
2.7.2 Sodium Starch Glycolate (Eksplotab) .................................................... 24
2.7.3 Povidone (PVP K-30) ............................................................................ 25
2.7.4 Etanol ..................................................................................................... 25
2.7.5 Colloidal Silicon Dioxide (Aerosil) ....................................................... 26
2.7.6 Magnesium Stearat ................................................................................ 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 28
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 28
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 28
3.2.1 Alat ........................................................................................................ 28
3.2.2 Bahan ..................................................................................................... 28
3.3 Prosedur Penelitian ....................................................................................... 28
3.3.1 Karakterisasi Ekstrak Jamblang ............................................................. 28
3.3.1.1 Organoleptis ......................................................................... 28
3.3.1.2 Uji Sifat Alir Ekstrak Jamblang ........................................... 29
3.3.1.3 Uji Kompresibilitas Jamblang .............................................. 29
xiii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
3.3.1.4 Kadar Air Ekstrak Jamblang ................................................ 30
3.3.2 Formulasi Tablet Ekstrak Jamblang ...................................................... 31
3.3.2.1 Tahap Pencampuran Granulasi ............................................ 32
3.3.2.2 Evaluasi Granul .................................................................... 32
3.3.2.3 Penambahan Fasa Luar pada Granul .................................... 34
3.3.2.4 Pencetakan Tablet ................................................................ 34
3.3.2.5 Evaluasi Tablet ..................................................................... 34
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 37
Karakterisasi Ekstrak Jamblang ......................................................................... 37
Formulasi Tablet ................................................................................................. 39
Evaluasi Granul Tablet ....................................................................................... 40
Evaluasi Tablet ................................................................................................... 44
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 51
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 51
5.2 Saran ............................................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
LAMPIRAN .......................................................................................................... 58
xvi UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Obat-Obat Hipoglikemik Oral ................................................................. 7
Tabel 2.2 Syarat Keseragaman Bobot .................................................................... 13
Tabel 2.3 Syarat Cemaran Mikroba ....................................................................... 14
Tabel 2.4 Syarat Cemaran Logam Berat ................................................................ 14
Tabel 3.1 Sifat Alir dengan Sudut Istirahat ............................................................ 29
Tabel 3.2 Sifat Alir dengan Index Kompresibilitas ............................................... 30
Tabel 3.3 Formula Sediaan untuk Satu Tablet Ekstrak Jamblang ......................... 31
Tabel 3.4 Fungsi Eksipien ...................................................................................... 32
Tabel 4.1 Karakterisasi Ekstrak Jamblang ............................................................. 38
Tabel 4.2 Hasil Uji Laju Alir, Sudut Istirahat, Index Kompresibilitas dan
Kadar Lembab ....................................................................................... 41
Table 4.3 Rata-Rata ukuran granul ........................................................................ 42
Tabel 4.4 Hasil Keseragaman Ukuran Tablet ........................................................ 45
Tabel 4.5 Hasil Keseragaman Bobot Tablet .......................................................... 45
Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Kekerasan, Keregasan dan Waktu Hancur .................... 46
Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Stabilitas Kekerasan dan Waktu Hancur Tablet ............ 48
xvi UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur α-laktosa Monohidrat ........................................................... 24
Gambar 2.2 Struktur Sodium Starch Glycolate ..................................................... 24
Gambar 2.3 Struktur Povidon ................................................................................ 25
Gambar 2.4 Struktur Etanol ................................................................................... 26
Gambar 4.1 Ekstrak Daun Jamblang ...................................................................... 37
Gambar 4.2 Penampilan Fisik Granul .................................................................... 41
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Ukuran Granul A, B, C, D ..................................... 43
Gambar 4.4 Penampilan Fisik Tablet ..................................................................... 44
Gambar 4.5 Grafik Bobot Tablet .......................................................................... 49
xvii UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel hasil uji alir, sudut istirahat, index kompresibilitas
dan kadar air ekstrak jamblang ......................................................... 58
Lampiran 2 Tabel hasil uji laju alir granul ............................................................ 58
Lampiran 3 Tabel hasil uji sudut istirahat granul.................................................. 59
Lampiran 4 Tabel hasil uji index kompresibilitas granul ...................................... 59
Lampiran 5 Tabel hasil uji ketebalan tablet .......................................................... 60
Lampiran 6 Tabel hasil uji diameter tablet ........................................................... 61
Lampiran 7 Tabel Hasil Uji keseragaman Bobot Tablet ....................................... 62
Lampiran 8 Tabel Hasil Uji Kekerasan Tablet ..................................................... 63
Lampiran 9 Tabel Hasil Uji Keregasan ................................................................. 63
Lampiran 10 Tabel Hasil Uji Waktu Hancur ........................................................ 64
Lampiran 11 Tabel Hasil Uji Stabilitas Bobot Tablet ........................................... 64
Lampiran 12 Tabel Stabilitas Kekerasan Tablet ................................................... 65
Lampiran 13 Tabel Stabilitas Waktu Hancur Tablet............................................. 65
Lampiran 14 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula A ................................. 66
Lampiran 15 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula B ................................. 67
Lampiran 16 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula C ................................. 68
Lampiran 17 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula D ................................. 69
Lampiran 18 Grafik Distribusi Ukuran Granul ...................................................... 70
Lampiran 19 Sertifikat Analisis Laktosa............................................................... 71
Lampiran 20 Sertifikat Analisis PVP .................................................................... 72
Lampiran 21 Sertifikat Analisis Sodium Starch Glycolate .................................. 73
Lampiran 22 Sertifikat Analisis Aerosil ............................................................... 74
Lampiran 23 Sertifikat Analisis Magnesium Stearat ............................................ 75
1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki sekitar 30.000 jenis tumbuhan dan 7.000 di antaranya
memiliki khasiat sebagai obat. Sebanyak 2.500 jenis di antaranya merupakan
tanaman obat. (Kementrian Dalam Negeri, 2014).
Salah satu tanaman obat yang berkhasiat sebagai antidiabetes adalah
jamblang (Syzygium cumini L. Skeel). Tumbuhan ini telah dimanfaatkan sebagai
obat secara turun-temurun, baik di Indonesia maupun di luar negeri sebagai obat
diabetes melitus tipe II. Daun Syzygium cumini L. Skeel mengandung banyak
senyawa flavonoid dan diantaranya yang paling melimpah adalah kuersetin
(Ayyanar, 2012).
Hasil penelitian Lenny dkk (2009) menunjukkan bahwa penggunaan
ekstrak etanol daun jamblang berpotensi sebagai obat antihiperglikemia untuk
terapi penyakit Diabetes Tipe II berdasakan uji efektivitas in vitro dan
keamanan in vivo pada hewan uji coba. Ekstrak etanol daun jamblang
menunjukkan aktivitas potensial sebagai inhibitor α-glukosidase. Ekstrak etanol
daun jamblang akan memberi efek terapeutik yang efektif sebagai obat
antihiperglikemia untuk terapi antidiabetes pada dosis sebesar 6,2 mg/kg BB
manusia atau 400 mg untuk dosis dewasa.
Ekstrak jamblang dengan potensi antihiperglikemianya perlu dibuat bentuk
sediaannya. Sediaan tablet dapat menutupi rasa tidak enak dari ekstrak daun
Syzygium cumini L. Skeel. Tablet juga memiliki keuntungan lain di antaranya
mudah ketika digunakan, pemakaian dosisnya lebih tepat dan sediaan lebih
stabil. Selain itu, pembuatan sediaan tablet lebih praktis dan ekonomis bila
dibuat dalam skala besar di mana hal ini akan berdampak pada harga obat yang
lebih ekonomis (Ansel, 2008). Ekstrak jamblang lebih praktis digunakan dan
lebih disukai oleh masyarakat bila dibuat dalam bentuk tablet.
Uji pendahuluan dilakukan dalam bentuk pembuatan tablet ekstrak
jamblang dengan tiga formula yang berbeda menggunakan metode kempa
langsung dan menggunakan disintegran berupa amprotab® dan starch 1500.
Hasil yang didapatkan tidak memenuhi standar tablet obat tradisional. Tablet
2
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
yang dihasilkan memiliki waktu hancur lebih dari 30 menit. Menurut peraturan
kepala BPOM RI nomor 12 tahun 2014 tentang persyaratan mutu obat
tradisional, tablet yang dihasilkan harus mempunyai waktu disintegrasi dibawah
30 menit.
Faktor yang dapat memperlambat waktu hancur antara lain adalah karakter
zat aktif, metode pembuatan tablet, kekuatan tekanan mesin kempa, kadar
lembap, lubrikan, disintegran, diluen dan pengikat (Desai, 2016). Faktor
tersebut menjadi pertimbangan pada penelitian ini untuk menggunakan metode
granulasi basah, memilih eksipien yang cocok dengan konsentrasi yang sesuai
dan menggunakan superdisintegran.
Metode granulasi basah membuat aliran serbuk beserta kompresibilitas
menjadi lebih baik dan ukuran partikelnya akan lebih seragam. Selain itu
granulasi basah juga mengurangi bobot masa yang hilang dalam proses
pembuatan tablet. Dengan menggunakan granulasi basah, eksipien yang
digunakan tidak perlu berupa eksipien dengan laju alir yang baik dan biasanya
eksipien dengan laju alir yang baik merupakan eksipien dengan harga yang
lebih mahal (Siregar, 2008).
Pemilihan eksipien yang benar dengan konsentrasi yang tepat adalah suatu
cara agar tablet dapat hancur kurang dari 30 menit. Salah satu eksipien yang
memiliki pengaruh terbesar pada waktu hancur adalah bahan disintegran.
Ekstrak jamblang memiliki karakteristik yang dapat membuat waktu hancur jadi
lebih lama sehingga diperlukan penggunaan superdisintegran. Superdisintegran
adalah bahan penghancur yang telah dimodifikasi agar menghasilkan suatu
bahan yang mampu terdisintegrasi secara cepat. Superdisintegran yang akan
digunakan adalah sodium starch glycolate (Explotab®). Kemampuan bahan
penghancur ini sangat baik karena kemampuan mengembangnya 7-12 kali atau
200-300% atau 300 kali volumenya di dalam air dengan tetap mempertahankan
keutuhannya sehingga pengembangan tersebut dapat memberikan dorongan ke
sekitarnya dan membantu proses hancurnya tablet. Sedangkan pati alami
memiliki kemampuan swelling 10-20% di dalam air (Mangal, 2012).
Kemampuan dan mekanisme kerja dari sodium starch glycolate diharapkan
dapat memperbaiki waktu disintegrasi dan disolusi tablet ekstrak daun
jamblang.
3
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Menurut buku Design and Manufacture of Pharmaceutical Tablets, penulis
menggunakan sodium starch glycolate sebanyak 4% pada pembuatan tablet
konvensional yang mengandung zat aktif tidak larut air sebanyak 77% yang
dibuat dengan metode granulasi basah menghasilkan tablet dengan waktu
hancur sekitar 6 menit dan friabilitas 0% (Reynir, 2014). Penelitian yang
dilakukan oleh Orachorn (2011) tentang formulasi tablet ekstrak Houttuynia
cordata yang dibuat dengan metode granulasi basah dan menggunakan sodium
starch glycolate sebanyak 1.6% menghasilkan tablet dengan waktu hancur
hancur 2-6 menit.
Kemampuan sodium starch glycolate untuk menghancurkan tablet tidak
terpengaruh oleh tekanan mesin kempa dan penghancur ini tidak terpengaruh
dengan adanya lubrikan. Sodium starch glycolate juga memiliki bentuk partikel
berupa spheris sehingga dapat meningkatkan laju alir (Desai, 2016).
Menurut buku Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition
konsentrasi optimum penggunaan sodium starch glycolate adalah 2-8%
sedangkan menurut Pahwa (2011) konsentrasi yang optimum adalah 4-6%
Oleh karena itu, optimasi formula menggunakan superdisintegran sodium
starch glycolate perlu dilakukan. Optimasi formula diperlukan untuk
mengetahui konsentrasi superdisintegran yang optimum sehingga dapat
menghasilkan sediaan tablet ekstrak daun jamblang yang memiliki waktu
hancur kurang dari 30 menit.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh sodium starch glycolate sebagai superdisintegran
terhadap hasil evaluasi fisik tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium
cumini L. Skeel)?
b. Berapa konsentrasi superdisintegran sodium starch glycolate yang dapat
menghasilkan tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium cumini L.
Skeel) dengan waktu hancur yang memenuhi standar tablet obat
tradisional?
4
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
1.3. Hipotesis
Penggunaan sodium starch glycolat (Explotab®) sebagai
superdisintegran pada konsentrasi 2-6% akan meningkatkan kecepatan waktu
hancur tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium cumini L. Skeel) dan
memenuhi persyaratan waktu hancur tablet obat tradisional.
1.4. Tujuan Penelitian
a. Menentukan pengaruh sodium starch glycolate sebagai superdisintegran
terhadap hasil evaluasi fisik tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium
cumini (L.)).
b. Menentukan konsentrasi superdisintegran sodium starch glycolate yang
dapat menghasilkan tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium cumini
L. Skeel) dengan sifat fisik tablet yang optimum.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan formulasi dan metode yang
tepat untuk membuat sediaan tablet ekstrak etanol daun jamblang sehingga
selanjutnya formula dapat dikembangkan lebih lanjut dan bisa diproduksi secara
sekala besar.
5 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes
2.1.1 Pengertian Diabetes
Diabetes adalah salah suatu penyakit kelainan metabolisme kronis dengan
ciri-ciri hiperglikemia dan ketidaknormalan pada metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat
disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin oleh sel-sel β langerhans
kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap
insulin (Dipiro, 2016).
2.1.2 Klasifikasi Diabetes
Menurut ADA 2018 (American Diabetes Association), diabetes dapat
diklasifikasikan menjadi 4 yaitu:
a. Diabetes tipe 1: Destruksi sel β yang disebabkan oleh proses autoimun pada
umumnya akan mengarah ke defisiensi insulin absolut.
b. Diabetes tipe 2: Karena berkurangnya sekresi insulin secara progresif yang
disertai dengan resistensi insulin.
c. Diabetes tipe spesifik karena penyebab lain: Sindrom diabetes monogenik
(MODY/Maturity Onset Diabetes of Young), penyakit eksokrin pankreas
(pankreatitis, cystic fibrosis) atau diabetes karena obat/zat kimia
(glukokortikoid, obat ARV) merupakan penyebabnya.
d. Diabetes melitus gestasional: Diabetes yang terdiagnosa pada trimester dua
atau tiga (tidak terdiagnosa diabetes sebelum hamil).
2.1.3. Terapi Non Farmakologi Diabetes
2.1.3.1 Perilaku Hidup Sehat
Pada penatalaksanaan diabetes mellitus, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah
raga sebagai berikut (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005):
a. Mengikuti pola makan sehat, mengatur berat badan.
b. Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur.
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
c. Menggunakan obat diabetes melitus dan obat lainnya pada keadaan
khusus secara aman dan teratur.
d. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan memanfaatkan
hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
2.1.3.2 Terapi Gizi Medik (TGM)
TGM adalah terapi gizi yang meliputi terapi diagnostik dan manajemen
penyakit termasuk layanan konseling, yang diberikan oleh seorang ahli diet
terdaftar (registered dietitian) atau seorang ahli gizi profesional (nutrition
professional) (Morris, 2010).
TGM pada penderita prediabetes atau diabetes bertujuan untuk
pencegahan diabetes, mengelola individu yang sudah menderita diabetes, serta
mencegah atau memperlambat perkembangan komplikasi diabetes (McGough,
2007).
TGM merupakan bagian penting dari penatalaksanaan diabetes
melitus tipe 2 secara komprehensif. Penderita diabetes melitus perlu diberikan
penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah
kandungan kalori terutama untuk pasien yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
2.1.3.3 Terapi Farmakologi Diabetes
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan terapi non
farmakologis. Terapi farmakologis terdiri dari (Katzung, 2012):
a. Obat hipoglikemik suntik, yaitu insulin, agonis GLP-1 dan
kombinasi insulin dengan agonis GLP-1
b. Obat-obat hipoglikemik oral
7
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Tabel 2.1 Obat-Obat Hipoglikemik Oral
[sumber : Katzung, 2012]
2.1 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani dengan cara yang sesuai
(Depkes RI, 1995). Ekstraksi merupakan proses penyarian senyawa kimia yang
terdapat dalam bahan alam atau berasal dari alam sel dengan menggunakan
pelarut yang tepat. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Golongan obat Cara kerja utama Efek samping utama
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi
insulin
Berat badan naik,
hipoglikemia
Glinid Meningkatkan sekresi
insulin
Berat badan naik,
hipoglikemia
Metformin Menekan produksi
glukosa hati &
menambah sensitifitas
terhadap insulin
Dispepsia, diare,
asidosis laktat
Penghambat alfa
glukosidase
Menghambat absorpsi
glukosa
Flatulen, tinja menjadi
lembek
Tiazolidindon Menambah sensitifitas
terhadap insulin
Edema
Penghambat DPP-IV Meningkatkan sekresi
insulin, menghambat
sekresi glukagon
Perut kembung, muntah
Penghambat SGLT-2 Menghambat
penyerapan kembali
glukosa di tubuli distal
ginjal
Dehidrasi, infeksi
saluran kemih
8
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2.2 Ekstrak Daun Jamblang (Syzygium cumini (L.))
2.2.2 Klasifikasi Tanaman
Kingdom: Plantae
Divisi: Spermatophyta
Class: Dicotyledoneae
Ordo: Myrtales
Famili: Myrtaceae
Genus: Syzygium
Spesies: Syzygium cumini (L.)
2.2.3 Karakteristik Ekstrak Daun Jamblang
Ekstrak daun jamblang dibuat dengan menggunakan metode maserasi
menggunakan pelarut etanol 70% selama satu hari. Ekstrak ditampung dan
dipekatkan dengan rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kering. Ekstrak
yang diperoleh berupa ekstrak kering berwarna coklat kehijauan. Ekstrak etanol
daun jamblang mengandung total flavonoid sebesar 34.43% (Dewi et al., 2016).
2.3.4 Kandungan Daun Jamblang
Daun jamblang kaya akan mearnsetin 3-O-(4''-O-acetyl)-alpha-L-
rhamnopyranoside (Acylated flavonol glycosides), quercetin, myricetin,
myricitin, myricetin 3-O-4-acetyl-L-rhamnopyranoside, triterpenoids, esterase,
galloyl carboxylase dan tannin (Ayyanar, 2012).
2.3.5 Penggunaan Daun Jamblang
Daun jamblang bersifat sebagai antibakterial dan digunakan untuk
menguatkan gigi dan gusi. Daun jamblang juga digunakan secara ekstensif
untuk mengobati diabetes, konstipasi, keputihan, sakit perut, demam, gangguan
gastrointestinal, penyakit kulit dan untuk menghambat pengeluaran darah pada
kotoran. (Ravi et al., 2005; Sagrawat et al., 2006; Gowri and Vasantha, 2010).
Ekstrak etanol daun Eugenia cumini Merr pada dosis 50, 100, 200 mg/kg BB
dapat menurunkan kadar gula darah secara nyata pada mencit diabetes yang
diinduksi dengan aloksan dengan dosis 200 mg/kg BB (Helmi et al. 2004).
9
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Penelitian yang dilakukan oleh Triana, Rizna, dkk., (2016), juga
menyatakan bahwa ekstrak etanol daun jamblang pada dosis sebesar 6,2 mg/kg
BB berpotensi sebagai obat antihiperglikemia untuk terapi penyakit Diabetes
Tipe II, dengan mekanisme sebagai inhibitor α-glukosidase.
Teh yang dibuat dari daun jamblang dilaporkan memiliki khasiat
sebagai antihiperglikemia (Teixeira CC, et al., 1989). Infusa atau dekokta dari
daun jamblang di dalam air dengan konsentrasi rata-rata 2,5 g/L yang diminum
setiap hari sekitar 1 L digunakan sebagai pengobatan diabetes (Pepato MT, et
al., 2001), daun jamblang yang langsung dikonsumsi secara oral dapat
mengobati diabetes (Braga FG, et al., 2007), daun jamblang digunakan untuk
pengobatan diabetes dan gangguan renal (de Albuquerque,., et al, 2007).
2.4 Tablet
2.4.1 Pengertian Tablet
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet adalah sediaan padat
mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Voigt (1984)
menyatakan tablet adalah sediaan padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari
serbuk kering, kristal, atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan
pembantu pada mesin yang sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi.
Adapun kualitas tablet harus memenuhi sifat berikut ini (Aulton, 2008) :
a. Tablet harus mengandung dosis obat yang tepat.
b. Penampilan tablet elegan, ukuran dan penampilannya harus konsisten.
c. Obat harus terlepas dari tablet secara terkontrol dan terulang.
d. Tablet harus biokompetibel, misalnya tidak terdiri dari bahan tambahan,
kontaminan dan mikroorganisme yang dapat berbahaya bagi pasien.
e. Tablet harus memiliki kekuatan mekanis yang sesuai terhadap patah dan
erosi selama penanganan.
f. Tablet harus secara kimia, fisika dan mikrobiologi stabil selama waktu
hidup produk.
g. Tablet harus diformulasi menjadi produk yang dapat diterima oleh
pasien.
h. Tablet harus dikemas pada wadah yang aman.
10
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Kelebihan tablet bagi pasien dan produsen adalah sebagai berikut
(Shayne, 2008; Lachman, 2008) :
a. Mudah untuk ditangani.
b. Metode pembuatan yang beragam.
c. Dapat diproduksi secara masal dengan biaya yang rendah.
d. Merupakan sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
e. Mudah dan murah untuk dikemas dan dikirim.
f. Konsisten dalam hal kualitas dan dosis yang presisi.
g. Dapat dikonsumsi sendiri oleh pasien (tanpa bantuan petugas
kesehatan).
h. Memiliki stabilitas mekanis, kimia dan mikrobiologi yang paling baik
dibandingkan dengan bentuk sediaan cair.
i. Lebih tahan dari kerusakan fisik (tamperproof).
j. Dapat dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, misalnya
penyalutan untuk sediaan lepas lambat atau lepas cepat.
k. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet mudah dan murah, tidak
memerlukan langkah pengerjaan tambahan, dapat menggunakan
permukaan pencetak yang bermonogram atau berhias timbul.
Namun tablet juga memiliki kekurangan, yakni (Aulton, 2008;
Lachman, 2008) :
a. Masalah bioavailabilitas karena kelarutannya yang rendah dalam air
dan absorbsi yang rendah.
b. Beberapa obat menyebabkan efek iritasi lokal atau berbahaya bagi
mukosa gastrointestinal.
c. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (misalnya dalam
keadaan tidak sadar).
d. Formulasi tablet cukup rumit. Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi
kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat
jenis. Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya
cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran
cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit atau tidak mungkin
diformulasi atau dipabrikasi dalam bentuk tablet yang masih
menghasilkan bioavaibilitas obat cukup (harus diformulasi sedemikian
11
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
rupa). Zat aktif yang rasanya pahit, zat aktif dengan bau yang tidak
dapat dihilangkan, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer,
dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi atau penyalutan
dahulu sebelum dikempa. Dalam keadaan ini sediaan kapsul menjadi
lebih baik serta lebih murah daripada tablet.
2.4.2 Tablet Bahan Alam
Tablet bahan alam adalah sediaan obat tradisional padat kompak, dibuat
secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih, silindris, atau bentuk lain,
kedua permukaannya rata atau cembung, terbuat dari ekstrak kering atau
campuran ekstrak kental dengan bahan pengering dengan bahan tambahan yang
sesuai (BPOM RI. 2014).
Formulasi obat-obatan herbal terutama bila menggunakan tanaman
segar untuk bentuk sediaan tablet merupakan tantangan, karena sifat tablet yang
melekat pada sebagian besar ekstrak herbal atau pada bagian serbuk tanaman.
Selain itu, informasi yang terbatas terkait sifat fisiko-kimia dari obat yang
mengandung ekstrak ini dalam kaitannya dengan bahan eksipien yang umum
digunakan adalah sebuah masalah (Palma, S, et al., 2002).
Untuk pembuatan sediaan padat, seperti tablet, pada umumnya
digunakan ekstrak padat. Kecuali dalam hal yang sangat jarang, umumnya
ekstrak bersifat higroskopis. Oleh sebab itu, untuk pembuatannya perlu
dilakukan granulasi atau diisikan ke dalam kapsul gelatin lunak. Untuk
mengatasi masalah higroskopisitas ini diperlukan penambahan silika gel. Jika
dalam pencampuran, granulasi dan pengeringan dilakukan cara-cara klasik,
maka sebagai pengikat sebaiknya digunakan senyawa turunan selulosa atau
polivinil pirolidon dalam pelarut organik sebagai pengikat. Jika digunakan
larutan air dan senyawa air, seperti mucilago amyli, hal ini dapat menimbulkan
beberapa masalah selama proses, terutama jika kadar ekstrak cukup tinggi.
Senyawa gula dan saponin yang sering terdapat sebagai komponen sekunder
dalam ekstrak akan terlarut dalam air yang digunakan untuk proses, dan hal ini
akan mempersulit pengeringan granul.
Kesukaran lain dalam membuat tablet menggunakan cara granulasi
dengan pelarut air adalah tablet yang dihasilkan akan semakin mengeras dan
12
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
sukar hancur seiring dengan lamanya penyimpanan. Dengan menggunakan
pelarut organik untuk proses granulasi, dapat dihasilkan granul yang dapat
dicetak langsung dengan penambahan mikrokristalinselulosa, pelincir yang
bersifat absorbsi seperti aerosil, dan sejumlah sejumlah kecil pelincir
magnesium stearat.
Pada umumnya sediaan padat kering tidak menimbulkan masalah
stabilitas. Praktis tidak terjadi penguraian akibat hidrolisis, oksidasi,
polimerisasi, dan sebagainya. Dalam formulasi yang mengandung lebih dari
satu ekstrak, bukan tidak mungkin terjadi, misalnya, nila formulasi suatu
ekstrak mengandung alkaloid dan ekstrak lain mengandung tanin atau ekstrak
mengandung asam organik yang mampu membentuk garam stabil dengan
alkaloid. Untuk sediaan yang akan dimasukkan ke dalam kapsul gelatin keras
perlu diperhatikan dengan baik sehingga memudahkan pengisian kapsul
(Agoes, 2007).
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan
tablet dan kapsul adalah (Agoes, 2007) :
a. Umumnya ekstrak bersifat higroskopis, jadi pembuatan tablet dan
kapsul perlu memperhatikan kelembaban ruangan untuk mencegah
penarikan air. Misalnya dengan penambahan adsorben penarik air dan
dengan penambahan aerosil dengan cara menyalut ekstrak, misal dengan
sistem penyalutan dan sistem matrik.
b. Bahan aktif relatif kecil, perlu upaya pencegahan supaya tidak rusak
selama proses
c. Saat ini ekstrak banyak digunakan sebagai pelengkap makanan, maka
dalam pengembangan produk, biasanya dicampur dengan vitamin dan
mineral. Perhatikan inkompatibilitas dengan bahan higroskopis.
Selain hal-hal di atas, beberapa hal yang dapat menjadi perhatian adalah
tingkat higroskopisitas ekstrak yang dihaluskan dengan penambahan
magnesium stearat lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak dengan
penambahan silika koloidal, dan penggunaan amilum sebagai pengisi mungkin
menyebabkan penundaan release ekstrak dari tablet, karena kemungkinan
amilum akan mengembang dengan adanya air sehingga dapat membentuk
membran yang akan memperlambat pelepasan ekstrak.
13
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2.4.3 Kriteria Tablet Obat Tradisional
Kriteria obat tradisional yang diterima oleh BPOM RI adalah obat
menggunakan bahan berkhasiat dan bahan tambahan yang memenuhi
persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan / khasiat. Tablet dibuat sesuai
dengan ketentuan tentang pedoman cara pembuatan obat tradisional yang baik
atau cara pembuatan obat yang baik yang berlaku dan memenuhi persyaratan
mutu obat tradisional tablet (BPOM RI, 2005).
Tablet bahan alam harus memenuhi persyatan kadar air, waktu hancur,
keseragaman bobot, cemaran mikroba, aflatoksin total dan cemaran logam berat
sebagai berikut (BPOM RI, 2014):
a. Kadar air:
Tablet harus mempunyai kadar air ≤ 10%
b. Waktu Hancur:
Tablet harus mempunyai waktu hancur ≤ 30 menit
c. Keseragaman Bobot:
Dari 20 tablet, tidak lebih dari dua tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari pada harga yang
ditetapkan dalam kolom A dan tidak satu tabletpun yang bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan dalam kolom B, yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Syarat Keseragaman Bobot
Bobot rata-rata
Penyimpangan terhadap bobot rata-
rata
A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151 mg – 300 mg 7.5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%
[Sumber: BPOM RI, 2014)]
14
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
d. Cemaran mikroba:
Tabel 2.3 Syarat Cemaran Mikroba
Mikroba Persyaratan
Angka lempeng total ≤ 104 koloni/g
Angka kapang khamir ≤ 103 koloni/g
Eschericia coli Negatif/g
Salmonella spp Negatif/g
Shigella spp Negatif/g
Pseudomonas aeruginosa Negatif/g
Staphylococcus aureus Negatif/g
[Sumber: BPOM RI, 2014]
e. Aflatoksin total (aflatoksin B1, B2, G1 dan G2):
Kadar aflatoksin total (aflatoksin B1, B2, G1 dan G2) ≤ 20 µg/kg dengan
syarat aflatoksin B1 ≤ 5 µg/kg.
f. Cemaran logam berat:
Tabel 2.4 Syarat Cemaran Logam Berat
Logam Persyaratan
Pb ≤ 10 mg/kg atau mg/L atau ppm
Cd ≤ 0,3 mg/kg atau mg/L atau ppm
As ≤ 5 mg/kg atau mg/L atau ppm
Hg ≤ 0,5 mg/kg atau mg/L atau ppm
[Sumber: BPOM RI, 2014]
2.5 Bahan-Bahan Tambahan pada Tablet
2.5.1 Filler (Pengisi)
Bahan pengisi berfungsi untuk meningkatkan atau memperoleh masa agar
mencukupi jumlah massa campuran sehingga mencukupi untuk dikompresi/dicetak
sehingga bahan pengisi dapat juga berfungsi untuk menetapkan berat sediaan yang
akan diproduksi. Pengisi juga dapat ditambahkan karena alasan untuk memperbaiki
daya kohesi atau untuk memperbaiki laju alir massa sehingga mudah dikempa
(Effionora, 2012).
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan pengisi adalah netral
terhadap bahan yang berkhasiat, inert (stabil) secara farmakologi serta tidak boleh
15
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
berbahaya atau tidak tercampur dengan bahan berkhasiat. Syarat lain yang harus
dipenuhi adalah mudah larut sehingga dapat membentuk larutan yang jernih. Bahan
pengisi tablet yang umum adalah laktosa, pati, kalsium fosfat dibase dan selulosa
mikrokristal. Jika kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan
ditentukan oleh bahan pengisi yang besar jumlahnya (Departemen Kesehatan RI,
1995).
2.5.2 Binder (Pengikat)
Bahan pengikat memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu
granulasi dan pada tablet kempa, serta menambah daya kohesi yang telah ada pada
bahan pengisi. Bahan pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif jika ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat yang umum digunakan
meliputi gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, metilselulosa, karboksimetil
selulosa dan pasta pati terhidrolisis (Departemen Kesehatan RI, 1995).
Bahan pengikat berfungsi untuk menghasilkan tablet yang kompak dan kuat
setelah pencetakan. Bahan pengikat juga penting peranannya dalam proses
pembentukan granul dari partikel-partikel yang tidak homogen menjadi partikel-
partikel sferis yang lebih besar dan lebih homogen. Bahan pengikat tidak boleh
menghalangi disintegrasi tablet maupun pelepasan zat aktif untuk diabsorpsi. Bahan
pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, pasta, cairan atau larutan.
Penggunaan pengikat sebaiknya dalam konsentrasi yang sesuai. Jika jumlahnya
tidak sesuai maka akan terjadi capping, lamination, sticking, picking dan filming.
Namun bila penggunaannya terlalu berlebihan dapat mengakibatkan meningkatnya
kekerasan tablet yang mengakibatkan tablet sukar hancur (Effionora, 2012).
Dalam granulasi basah, bahan pengikat ditambahkan dalam bentuk larutan
atau dicampur dengan bahan tablet dalam bentuk serbuk kering kemudian
ditambahkan cairan pelarut. Pembasah atau pelarut yang umum dipakai adalah air.
Namun jika bahan obat mudah terhidrolisis oleh air atau sensitif dengan
kelembapan maka pelarut yang digunakan dapat diganti dengan alkohol, etil
alkohol, aseton maupun hidrokarbon terklorinasi. Pelarut organik seperti alkohol
umum digunakan untuk pengikat PVP (polivinil pirolidon) (Effionora, 2012).
16
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2.5.3 Disintegran (Penghancur)
Penghancur merupakan eksipien yang ditambahkan pada pembuatan
tablet yang berguna untuk memudahkan pecahnya tablet ketika kontak dengan
cairan saluran pencernaan. Penghancur juga berfungsi untuk menarik air ke dalam
tablet, mengembang dan menyebabkan pecahnya tablet menjadi bagian-bagian
kecil yang akan menentukan kelarutan obat dan tercapainya bioavailabilitas yang
diharapkan. Konsentrasi dan bahan yang digunakan mempengaruhi kecepatan
pecahnya tablet dan lepasnya zat aktif dalam obat untuk melarut. (Effionora, 2012)
Disintegran dapat ditambahkan sebelum proses granulasi (intergranular)
atau sebelum kompresi (ekstragranular) atau pada kedua proses tersebut. Fraksi
ekstragranular dari disintegran (biasanya 50% dari total disintegran yang
dibutuhkan) akan memfasilitasi pemecahan tablet menjadi granul-granul sedangkan
penambahan granul secara intragranular menyebabkan erosi lebih lanjut dari granul
menjadi partikel-partikel kecil (Effionora, 2012).
Disintegran harus memiliki sifat seperti inert atau tidak bereaksi satu sama
lain. Stabil secara fisika dan kimia, bebas dari bakteri patogen, mudah diperoleh
dan memenuhi persyaratan standar farmasetika. Penghancur harus bisa
memungkinkan terjadinya proses kapilerisasi cairan, mudah mengembang dan
meninhkatkan pembasahan tablet (Effionora, 2012).
Berikut adalah beberapa teori tentang mekanisme aksi disintegran (Parind,
2016):
a. Swelling:
Disintegran mengalami pengembangan apabila bercampur dengan air dan
kelembapan. Saat mengembang dibutuhkan suatu ruang dan pada tablet,
dengan porositas yang tidak cukup banyak memberikan ruang bagi
pengembangan disintegran menyebabkan pendesakan berupa tekanan
pada granul sehingga tablet jadi pecah
b. Heat of wetting/interraction:
Disintegran bila terbasahi oleh air atau kelembapan menimbulkan panas
akibat reaksi. Panas ini menyebabkan udara yang terperangkap dalam
tablet bergerak memperbesar volume yang menimbulkan desakan berupa
tekanan pada granul sehingga tablet menjadi pecah/hancur.
17
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
c. Deformation/strain/shape recovery:
Disintegran bersifat deformasi plastis mempunyai kemampuan untuk
kembali ke formasi semula bila kekuatan tekanan yang dikenai sedikit
berkurang dari batas ambangnya. Berbagai pengaruh akibat masuknya air
ke dalam tablet menyebabkan kekuatan tekanan berkurang dan
selanjutnya disintegran berubah ke formasi semula yang membutuhkan
ruang atau volume besar. Hal ini mengakibatkan timbulnya desakan
sehingga tablet hancur.
d. Repulsion force/interruption of particle-particle bonds:
Masuknya air secara kapiler ke dalam tablet menyebabkan perubahan sifat
fisiko-kimia berupa rusaknya ikatan hidrogen sehingga sifat adesif
berkurang diikuti dengan bertambahnya sifat kohesif intrapartikel.
Keadaan ini mengakibatkan partikel-partikel yang berlainan saling tolak
menolak dan tablet menjadi hancur.
e. Wicking:
Masuknya air ke dalam tablet diikuti dengan pembentukan lorong-lorong
seperti rajutan atau anyaman di dalam tablet. Air yang terus bergerak
membentuk lorong yang lebih besar sehingga dinding lorong tersebut
terkikis. Keadaan ini menyebabkan tablet menjadi rapuh dan hancur.
2.5.3.1 Superdisintegran
Dengan berkembangnya zaman, tuntutan agar pecahnya suatu formulasi
dipercepat semakin meningkat sehingga farmasis membutuhkan formula
superdisintegran yang dapat bekerja efektif pada konsentrasi rendah dan memiliki
efisiensi pemecahan yang lebih baik. Superdisintegran lebih efektif jika diberikan
secara intragranular (Effionora, 2012).
Terdapat dua jenis superdisintegran yaitu sintetis dan alami.
Superdisintegran sintetis lebih banyak digunakan dibandingkan dengan yang alam.
Croscamellose sodium (Ac-Di-Sol) sodium starch glycolate (Primojel® dan
Explotab®) dan crospovidone (Polyplasdone XL) merupakan bahan yang paling
umum digunakan. (Anwar, 2012).
Superdisintegran alam merupakan suatu superdisintegran alternative yang
berasal dari alam terutama tumbuhan, lebih ramah lingkungan, bersifat tidak
18
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
mengiritasi serta tidak toksik dari semula, melimpah dan lebih murah dibandingan
dengan yang sintetik (Pahwa, 2011).
Gum alam dan mucilago merupakan suatu bahan alam yang banyak di
eksplorasi dan diteliti untuk digunakan sebagai disintegran. Serbuk mucilago
kembang sepatu, mucilago Plantago ovata dan kitosan merupakan contoh
Superdisintegran alam yang banyak digunakan (Mangal, 2012).
2.5.3.2 Faktor-faktor yang memengaruhi disintegrasi
Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi disintegrasi tablet dan
perlu diperhatikan dalam formulasi (Effionora, 2012):
a. Pengaruh dari bahan pengisi:
Sifat solubilitas dan kompresi dari bahan pengisi memengaruhi kecepatan
dan mekanisme pecahnya suatu tablet. Jika digunakan bahan pengisi yang
larut, maka itu mungkin akan meningkatkan viskositas cairan yang
berpenetrasi yang cenderung mengurangi keefektifan dari kekuatan
sehingga zat akan lebih larut daripada pecah. Diluen yang tidak dapat larut
akan menghasilkan pemecahan yang cepat dengan jumlah disintegran
yang cukup.
b. Pengaruh dari bahan pengikat:
Hampir semua lubrikan bersifat hidrofobik dan biasanya digunakan dalam
konsentrasi yang lebih kecil daripada bahan-bahan lain pada formulasi
tablet. Ketika campuran bahan-bahan pembentuk tablet telah tercampur
dengan baik, partikel-partikel lubrikan akan menempel pada permukaan
dari patikel-partikel lain. Lapisan hidrofobik ini akan mencegah
pembasahan dan tentunya pemecahan tablet.
c. Pengaruh dari bahan pelincir:
Disintegran bersifat deformasi plastis mempunyai kemampuan untuk
kembali ke formasi semula bila kekuatan tekanan yang dikenai sedikit
berkurang dari batas ambangnya. Berbagai pengaruh akibat masuknya air
ke dalam tablet menyebabkan kekuatan tekanan berkurang dan
selanjutnya disintegran berubah ke formasi semula yang membutuhkan
ruang atau volume besar. Hal ini mengakibatkan timbulnya desakan
sehingga tablet hancur.
19
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2.5.4 Lubrikan (Pelincir)
Bahan pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara dinding tablet
dengan dinding die pada saat tablet akan ditekan ke luar. Senyawa asam stearat
dengan logam, asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talkum digunakan
sebagai lubrikan. Pada umumnya lubrikan bersifat hidrofobik, sehingga cenderung
menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar
lubrikan yang berlebih harus dihindari (Lachman, Lieberman & Kanig, 2008).
Pelincir yang paling banyak dipakai adalah asam stearat, garam-garam
sterat, dan derivat-derivatnya. Bentuk garam yang paling banyak dipakai adalah Ca-
stearat dan Mg-stearat. Asam setarat efek pelincirnya kurang dibandingkan garam-
garamnya dan titik leburnya juga lebih rendah. Selain itu talkum juga banyak
dipakai (Effionora, 2012).
Lubrikan ditambahkan pada granulasi akan membentuk mantel sekitar
butiran partikel yang kurang lebih tetap utuh selama prose pengompresan. Efek
penyelimutan ini juga meluas ke permukaan tablet. Kehadiran lubrikan dapat
menyebabkan peningkatan dan menurunkan tingkat disolusi obat. Kekuatan sebuah
tablet tergantung pada daerah kontak antar partikel, kehadiran lubrikan juga bisa
mengganggu ikatan partikel-partikel, menurunkan gaya kohesif dan secara mekanis
membuat tablet menjadi lebih lemah. Kekurangan pelincir yang relatif banyak dapat
menyebabkan tablet mengalami goresan pada tepinya, sehingga kurang halus
(glossy), dan tak jarang menyebabkan fraktur/pecah pada bagian atas. Kelebihan
pelincir dapat menyebabkan tablet pecah (cracked) berkeping-keping pada saat
dikeluarkan (Effionora, 2012).
Lubrikan pada umumnya ditambahkan kering pada suatu kondisi di mana
komponen lainnya berada dalam keadaan homogen. Penambahan dan pencampuran
tidak boleh berlangsung terlalu lama karena dapat menyebabkan disintegrasi dan
karakteristik disolusi berkurang serta hilangnya ikatan pada matriks tablet.
Lubrikan yang bersifat serbuk sebaiknya tidak ditambahkan sebelum pembentukan
granulasi basah karena lubrikan akan terdistribusi pada partikel granul daripada
terkonsentrasi pada permukaan granul (Effionora, 2012).
Lubrikan dapat diberikan secara intrinsik atau ekstrinsik. Lubrikasi intrinsik
diberikan oleh zat-zat yang secara langsung ditambahkan ke dalam tablet ketika
mengerjakan granulasi. Hal tersebut merupakan metode yang paling efisien dan
20
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
paling banyak digunakan. Asam stearat, garam-garam stearat adalah zat yang paling
efisien dan biasa digunakan, konsentrasi 1% atau kurang biasanya efektif. Akan
tetapi zat tersebut tidak larut air sehingga dapat merintangi disintegrasi tablet dan
menghasilkan larutan keruh. Lubrikasi ekstrinsik merupakan suatu mekanisme
yang berlaku sebagai zat lubrikan pada permukaan alat pencetak tablet selama
proses berlangsung contohnya dengan menggunakan carbowax 4000 (Effionora,
2012).
Faktor yang harus diperhatikan dalam menggunakan lubrikan (Lantz, 1989):
a. Lubrikan secara nyata mengurangi sifat mengikat dari banyak zat pengikat.
b. Lubrikan ditambahkan terakhir pada granulasi dan dicampur tidak lebih dari
10 menit.
c. Konsentrasi lubrikan yang optimal harus ditetapkan untuk tiap formulasi.
d. Tidak menambahkan penghancur dan pelincir secara bersamaan dalam
suatu tahap pencampuran. Penghancur ditambahkan terlebih dahulu lebih
baik.
2.5.5 Anti-adherent (Antilekat)
Anti lekat merupakan bahan yang digunakan untuk menghindari
melekatnya tablet pada permukaan punch atau dinding die (Lachman, Lieberman
& Kanig, 2008).
Beberapa contoh senyawa yang dapat digolongkan sebagai anti-adherent
adalah talkum, pati jagung, magnesium stearat dan natrium laurel sulfat. talkum,
pati jagung dan magnesium stearate menampilkan sifat antilengket yang sangat baik
pada permukaan punch (Effionora, 2012).
2.5.6 Glidan (Pelicin)
Pelicin digunakan agar massa tablet memiliki aliran yang baik dengan cara
mengurangi gesekan antara partikel (Lachman, Lieberman & Kanig, 2008).
Glidan bekerja dengan cara mengurangi friksi antar partikel dan megurangi
permukaan kasar granul dengan penempelan glidan selama granulasi. Glidan
berfungsi menempatkan partikel-partikelnya di antara partikel-partikel komponen
lainnya dalam massa tablet. Glidan cenderung mengurangi adesivitas, sehingga
mengurangi gesekan antar partikulat dari sistem secara menyeluruh. Glidan
21
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
diperlukan pada permukaan partikel sehingga harus dalam keadaan halus dan secara
tepat dimasukkan ke dalam massa tablet (Effionora, 2012).
Bahan-bahan yang digunakan sebagai pelincir adalah talkum, tepung
jagung, siloid, aerosil. Konsentrasi glidan yang digunakan pun harus sesuai jangan
terlalu sedikit karena dapat menyebabkan sticking, yang ditunjukkan oleh
permukaan tablet yang lembab (Effionora, 2012).
2.6 Metode Pembuatan Tablet
Metode pembuatan tablet yang dipilih tergantung dari zat aktif yang akan
dibuat menjadi sediaan tablet sehingga tahap awal formulasi sediaan tablet adalah
pengumpulan data pre formulasi terutama data pre formulasi bahan aktif. Namun
untuk memproduksi sediaan tablet yang baik dan memenuhi persyaratan, massa
tablet atau formula massa tablet harus mempunyai karakteristik fungsional utama,
yaitu (Aulton, 2008):
a. Sifat alir yang baik; mudah mengalir (free flowing).
b. Kemampuan untuk bisa dicetak (compressibility).
c. Mudah dilepas dari cetakan (lubrication).
d. Homogenitas dan kecenderungan pemisahan.
e. Aliran serbuk.
f. Sifat pengempaan dan kekompakan.
g. Pergesekan dan adhesi.
Tablet dapat dibuat dengan tiga cara umum yaitu granulasi basah, granulasi
kering dan kempa langsung.
2.6.1 Granulasi Basah
Granulasi basah adalah proses perubahan serbuk halus menjadi granul
dengan bantuan larutan bahan pengikat. Metode ini berbeda dengan metode
granulasi kering (peleburan). Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah ini dapat dibagi sebagai berikut (Qiu, 2009):
a. Penghalusan zak aktif dan bahan tambahan (milling).
b. Pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan (mixing).
c. Penyiapan larutan pengikat.
d. Pencampuran larutan pengikat dengan campuran serbuk.
e. Pengayakan massa basah menggunakan mesh 6-12.
22
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
f. Pengeringan granul basah (drying).
g. Pengayakan granul kering menggunakan mesh 20-30.
h. Pelapisan granul kering dengan lubrikan dan disintegran (screening).
i. Pencampuran yang telah dilapisi dengan lubrikan dan disintegan.
j. Pengempaan tablet (compressing).
2.6.2 Metode Granulasi Kering
Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan
metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk
mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel et al., 1995).
Granulasi kering juga digunakan saat bahan memiliki sifat pengikat dan kohesif
yang cukup. Langkah-langkah dalam proses granulasi kering yaitu (Qui, 2009):
a. Penghalusan zak aktif dan bahan tambahan (milling)
b. Pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan (mixing)
c. Kempa menjadi tablet keras berukuran besar yang disebut slug (sluging)
d. Pelapisan slug (screening)
e. Pencampuran dengan lubrikan dan disintegan
f. Pengempaan tablet (compressing)
2.6.3 Cetak Langsung
Metode ini digunakan untuk bahan yang memiliki sifat mudah mengalir
sebagaimana juga sifat-sifat kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung
dikompresi dalam mesin tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering
(Ansel et al., 1995).
Kerugian cetak langsung terutama adalah teknologi. Untuk menangani
serbuk yang memiliki laju alir dan kepadatan bulk yang dapat diterima, harus
menggunakan partikel ukuran besar, sulit untuk mencampurkannya hingga
homogen dan mudah memisah. Selain itu, serbuk sulit untuk membentuk menjadi
tablet jika obat itu sendiri memiliki kompatibilitas yang rendah. Cetak langsung
digunakan terutama untuk dua tipe obat, obat yang relatif larut yang dapat diproses
sebagai partikel kasar (untuk menjamin laju alir yang baik) dan obat yang secara
relatif berpotensi dengan dosis yang kecil pada tiap tablet (mg) dan dapat dicampur
dengan partikel bahan tambahan yang relatif kasar (pada kasus ini sifat aliran dan
23
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
kepadatan dari formulasi dikontrol terutama oleh bahan tambahan). Langkah-
langkah dalam proses pencetakan langsung yaitu (Qui, 2009):
a. Penghalusan zak aktif dan bahan tambahan (milling)
b. Pencampuran bahan aktif dan bahan tambahan (mixing)
c. Pengempaan tablet (compressing)
2.6.4 Permasalahan pada Pencetakan Tablet (Aulton, 2008)
Pada proses pencetakan tablet ada beberapa masalah yang sering ditemui,
yaitu:
a. Capping, yaitu terpisahnya sebagian atau keseluruhan permukaan atas atau
bawah tablet.
b. Laminating, yaitu terpisahnya tablet menjadi dua lapisan atau lebih.
c. Picking atau sticking, yaitu massa tablet yang dicetak melekat pada stempel
atau punch sehingga tablet yang dihasilkan terkelupas permukaannya.
d. Binding, yaitu massa tablet yang dicetak melekat pada dinding matriks (die)
ditandai dengan adanya goresan sejajar pada sisi tablet.
e. Mottling, yaitu terjadi bercak-bercak warna yang tidak merata pada
permukaan tablet.
f. Whiskering, yaitu terdapat kumis tipis pada permukaan atas maupun bawah
dari tablet yang dihasilkan.
g. Variasi bobot tablet.
h. Variasi kekerasan.
2.7 Monografi Bahan Tambahan
2.7.1 Laktosa Monohidrat
Laktosa merupakan bahan pengisi yang paling banyak dipakai karena tidak
bereaksi dengan hampir semua bahan obat, baik dalam bentuk hidrat maupun
anhidrat. Laktosa merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa
yang diperoleh melalui kristalisasi dan pengeringan. Laktosa monohidrat yang
digunakan dalam teknologi farmasetika adalah α-laktosa monohidrat (Lachman,
Lieberman dan Kanig, 2008).
24
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Gambar 2.1 Struktur α-laktosa Monohidrat
[Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition, 2009]
Laktosa monohidrat tersedia dalam rentang kualitas yang luas sehingga
dapat memberikan karakteristik fisik yang berbeda seperti ukuran partikel,
distribusi dan densitas. Laktosa berupa serbuk atau massa hablur, keras, bewarna
putih tidak berbau dan sedikit terasa manis. Laktosa mudah larut dalam air
mendidih dan tidak larut dalam etanol (S Edge, 2009).
2.7.2 Sodium Starch Glycolate (®Eksplotab)
Sodium starch glycolate merupakan disintegran yang biasa digunakan
dalam rentang konsentrasi 2-8%. Sodium starch glycolate merupakan garam
natrium dari eter karboksil metil amilum. Penambahan gugus karboksil metil pada
amilum membuat butir amilum lebih bersifat hidrofilik, akan tetapi tidak larut
sempurna dalam air. Derajat substitusi akan mengontrol kelarutan air (Agoes, 2008)
Sodium starch glycolate berwujud serbuk berukuran fine yang dapat mengalir
dengan mudah, bewarna putih, berbentuk oval atau bulat, dengan diameter 30-100
µm. Larut dalam air dan sangat higroskopis. Memiliki berat jenis mampat sekitar
0.81 g/mL dan pH 5.5-7.5 pada konsentrasi 3.3% dalam air. (Young, 2009)
Gambar 2.2 Struktur Sodium Starch Glycolate
[Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition, 2009]
25
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Mekanisme sodium starch glycolate adalah penyerapan air (wicking),
kemudian diikuti proses pengembangan (swelling) dengan cepat dan dalam jumlah
yang besar. Kemampuan bahan penghancur ini sangat baik yaitu memiliki daya
pengembangannya yang cukup besar dengan masih menjaga keutuhan tablet,
pengembangan tersebut memberikan dorongan kearah kedaerah sekelilingnya
sehingga membantu proses pecahnya tablet (Bhowmik, 2009).
2.7.3 Povidone (PVP K-30)
PVP Merupakan bahan pengikat pada tablet dan biasanya digunakan pada
konsentrasi 0.5%-5%. PVP berwujud serbuk bewarna putih atau putih kekuningan.
Mudah larut dalam air dan etanol (96%) dan sangat higroskopis. Memiliki berat
jenis mampat sekitar 0.3–0.4 g/mL dan pH 3-5 dalam air (5%).
Gambar 2.3 Struktur povidon
[Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition, 2009]
2.7.4 Etanol
Etanol merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan dan disebut juga
sebagai etil alkohol (C2H5OH). Etanol memiliki sifat jernih, tidak berwarna, volatil,
berbau khas, menyebabkan rasa terbakar pada lidah, dapat bercampur dengan air
dan titik didihnya 78,4℃. Etanol mudah menguap di suhu rendah maupun pada
suhu titik didihnya. Etanol dapat digunakan sebagai pembasah pada pembuatan
tablet dengan metode granulasi basah (Quinn, 2009).
26
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Gambar 2.4 Struktur etanol
[Sumber: Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition, 2009]
2.7.5 Colloidal Silicon Dioxide (Aerosil)
Colloidal silicon dioxide atau aerosil merupakan bahan yang dapat berfungsi
sebagai glidan dan antilekat dalam konsentrasi 0.1-1%. Aerosil berwujud serbuk
amorf berukuran fine (ukuran rata-rata 12 nm), bewarna putih dan ringan. Aerosil
tidak larut dalam air dan higroskopis. Berat jenis mampat aerosil adalah sekitar
0.03–0.04 g/mL. pH aerosil berkisar 3.7-4.7 pada konsentrasi 4% dalam dispersi air
(Hapgood, 2009).
2.7.6 Magnesium Stearat
Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam
organik padat yang diperoleh dari lemak (Agoes, 2006). Magnesium stearat
berwujud serbuk berukuran fine (dapat melewati mesh nomor 325/45 µm), bewarna
putih dan terasa berminyak ketika disentuh dan sangat ringan. Memiliki berat jenis
mampat 0.16 g/mL. Magnesium stearat tidak larut air dan etanol (Allen, 2009)
28 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sediaan Obat Padat (PSO),
Laboratorium Penelitian I (PDR), Laboratorium Penelitian II (PBB) Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah dan berlangsung mulai
dari Desember 2017 sampai dengan Oktober 2018.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Gelas beker (SCHOTT DURAN®), gelas ukur 100 mL (PYREX®), corong,
batang pegaduk, pipet tetes, desikator, stopwatch, spatula, mesh momor 14 (1410
mikron) dan nomor 16 (1190 mikron) (BBS, Indonesia), timbangan analitik (AND),
oven (France Etuves C300,), single tablet machine (ERWEKA, Jerman), hardness
tester (ERWEKA, Jerman), friabilator (Electrolab, India), disintegrator tester
(ERWEKA, Jerman), dissolution tester (ERWEKA, Jerman), tapped density
(ERWEKA, Jerman), Particle Size Analyzer (Malvern Instrument), botol timbang
(IWAKI PYREX), higrometer dan botol kaca gelap 50 mL.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol
70% daun jamblang yang diperoleh dengan metode maserasi kemudian dikeringkan
dengan di oven (LIPI, Indonesia), laktosa monohidrat (Caelo, Jerman), Explotab®
(sodium starch glycolate) (GCO, India), Povidon K-30 (BASF, Jerman), colloidal
silicon dioxide (Aerosil), magnesium stearat, etanol 96% (LIPI, Indonesia),
aquadest dan NaCl.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Karakterisasi Ekstrak Jamblang
3.3.1.1 Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati ekstrak secara
visual dari segi warna, bentuk dan bau.
29
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
3.3.1.2 Uji Sifat alir ekstrak jamblang (United States Pharmacopeial
Convention, 2011):
Sebanyak 50 gram ekstrak dimasukkan ke dalam corong (bawah corong
disumbat). Stopwatch disiapkan (untuk mengukur waktu). Sumbat corong dibuka
sambil diketuk-ketuk. Waktu yang dibutuhkan serbuk untuk mengalir sampai habis
dicatat. Hasil keluaran ditampung di atas kertas milimeter block dan diukur
diameter (d) serta tinggi (h) gundukan. Corong diposisikan pada ketinggian 2-4 cm
dari puncak permukaan sampel yang tertampung di kertas millimeter blok. Laju alir
dihitung dalam satuan gram/detik kemudian hasilnya di bandingkan dengan tabel
3.1. Sudut henti dapat dihitung dengan rumus:
tan 𝛼 = 2ℎ
𝑑 (3.1)
Keterangan:
α : Sudut istirahat
h : Ketinggian sampel
d : Diameter sampel
Tabel 3.1 Sifat Alir dengan Sudut Istirahat
Sifat Alir Sudut Istirahat (°)
Excellent 25-30
Good 31-35
Fair 36-40
Passable 41-45
Poor 46-55
Very poor 56-65
Very, very poor >66 [Sumber: United States Pharmacopeial Convention, 2012]
3.3.1.3 Uji kompresibilitas ekstrak jamblang:
Ekstrak ditimbang sebanyak 50 gram (M) kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya (V1). Ekstrak tersebut kemudian diketuk-
ketukan sebanyak 300 kali dengan menggunakan alat Tap Density. Kemudian
dicatat kembali volume setelah pengetukan (V2). Data dimasukkan ke rumus
berikut:
30
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
𝐵𝑗 𝑟𝑢𝑎ℎ = 𝑀
𝑉1 (3.2)
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 = 𝑀
𝑉2 (3.3)
% 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡−𝐵𝐽 𝑟𝑢𝑎ℎ
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑥 100 % (3.4)
Keterangan:
M : Bobot sampel
V1 : Volume sampel sebelum diketuk
V2 : Volume sampel setelah diketuk
Tabel 3.2 Sifat Alir dengan Index Kompresibilitas
Sifat Alir Index Kompresibilitas (%)
Excellent ≤ 10
Good 11-15
Fair 16-20
Passable 21-25
Poor 26-31
Very poor 32-37
Very, very poor >38
[Sumber: USP 35, 2012]
3.3.1.4 Kadar Air Ekstrak Jamblang (Depkes RI, 2014):
Dilakukan dengan metode gravimeteri. Botol timbang dipanaskan di
dalam oven bersuhu 105°C selama 5 jam, kemudian didinginkan di dalam desikator.
Botol timbang kosong ditimbang dan dicatat bobotnya. Kemudian 10 gram ekstrak
ditimbang di dalam botol timbang dan dicatat bobotnya dan dikurangi dengan bobot
botol (W1). Selanjutnya, ekstrak dipanaskan di dalam oven bersuhu 105°C hingga
diperoleh bobot yang tetap yang dikurangi bobot botol (W2). Pengeringan harus
dilanjutkan hingga perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
0,25%. Kadar air dihitung dengan rumus berikut:
31
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟 = 𝑊1− 𝑊2
𝑊1 𝑥 100 % (3.5)
Keterangan:
W1 : Berat sampel sebelum dioven
W2 : Berat sampel setelah dioven
3.3.2 Formulasi Tablet Ekstrak Jamblang
Tabel 3.3 Formula Sediaan untuk Satu Tablet Ekstrak Jamblang
Bahan
Jumlah
bahan (mg)
F A
Jumlah
bahan (mg)
F B
Jumlah
bahan (mg)
F C
Jumlah bahan
(mg)
FD
Ekstrak
jamblang 200 200 200 200
Laktosa
monohidrat 184 176 168 148.6
Explotab® 6.3 12.6 16.8 -
Amprotab® - - - 42
Etanol 96% qs qs qs qs
PVP K-30 4.2 4.2 4.2 4.2
Aerosil 2.1 2.1 2.1 2.1
*Magnesium
stearate 2.1 2.1 2.1 2.1
*Explotab® 2.1 4.2 8.4 -
*Amprotab® - - - 21
Keterangan: *(Fase luar), A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D
(Amprotab®
15%)
[Sumber: Fitriya, 2016, dengan modifikasi pada metode pembuatan, disintegran, dan konsentrasi
PVP]
32
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Tabel 3.4 Fungsi Eksipien
Bahan Fungsi
Ekstrak jamblang Zat Aktif
Laktosa monohidrat Diluen
Explotab® Penghancur
Amprotab® Penghancur
Etanol 96% Pembasah
PVP K-30 Pengikat
Aerosil Glidan
Magnesium stearate Anti lekat, lubrikan
[Sumber: Efionora, 2012]
Tablet dibuat dengan menggunakan metode granulasi basah dan
menggunakan metode intra-ekstra granular dalam pemakaian disintegran. Total
massa per satu tablet adalah 420 mg.
3.3.2.1 Tahap Pencampuran dan Granulasi
Ekstrak jamblang, laktosa dan Explotab® dicampur di dalam botol kaca
dan dikocok sampai homogen (campuran 1). Kemudian disiapkan PVP K-30 pada
suatu wadah, ditambahkan etanol pada wadah yang berisikan PVP K-30 sedikit
demi sedikit sambil diaduk hingga larut dan homogen. Setelah PVP-K-30 larut dan
homogen, larutan PVP K-30 ditambahkan ke campuran 1 sedikit demi sedikit
hingga campuran 1 terbasahi semua sambil diaduk hingga membentuk massa yang
dapat dikepal. Massa kemudian diayak dengan ayakan nomor 14 (1410 mikron)
kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 50℃ kemudian dilakukan evaluasi
granul.
3.3.2.2 Evaluasi Granul
a. Uji sifat alir granul (USP 35. 2011):
Sebanyak 50 gram granul dimasukkan ke dalam corong (bawah corong
disumbat). Stopwatch disiapkan (untuk mengukur waktu). Sumbat corong
dibuka sambil diketuk-ketuk. Waktu yang dibutuhkan serbuk untuk
mengalir sampai habis dicatat. Hasil keluaran ditampung di atas kertas
milimiter blok dan diukur diameter (d) serta tinggi (h) gundukan. Corong
33
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
diposisikan pada ketinggian 2-4 cm dari puncak permukaan sampel yang
tertampung di kertas millimeter blok. Laju alir dihitung dalam satuan
gram/detik. Sudut henti dihitung dengan rumus berikut:
tan 𝛼 = 2ℎ
𝑑 (3.7)
Keterangan:
α: Sudut istirahat
h: Ketinggian sampel
d: Diameter sampel
b. Uji kompresibilitas (Aulton,1988)
Granul ditimbang sebanyak 50 gram (M) kemudian dimasukkan ke dalam
gelas ukur 100 mL dan dicatat volumenya (V1). Ekstrak tersebut
kemudian diketuk-ketukan sebanyak 300 kali dan dicatat kembali volume
setelah pengetukan (V2). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam
rumus berikut:
𝐵𝑗 𝑟𝑢𝑎ℎ = 𝑀
𝑉1 (3.8)
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 = 𝑀
𝑉2 (3.9)
% 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐵𝐽 𝑟𝑢𝑎ℎ−𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
𝐵𝐽 𝑟𝑢𝑎ℎ 𝑥 100 % (3.10)
Keterangan:
M: Bobot sampel
V1: Volume sampel sebelum diketuk
V2: Volume sampel setelah diketuk
c. Uji kandungan lembab (Depkes RI, 2014)
Metode yang digunakan untuk mengukur kadar lembab adalah metode
gravimetri dengan cara membandingkan bobot granul setelah dipanaskan
34
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
(W2) dengan bobot granul sebelum dipanaskan (W1). Sebanyak 5 gram
sampel ditimbang dengan seksama dalam sebuah wadah yang sudah ditara
kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu pemanasan 70℃.
Pemanasan dilakukan hingga bobot granul sudah konstan atau tidak
berubah. Pengeringan harus dilanjutkan hingga pada perbedaan dua kali
penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%. Persen kandungan
lembab dapat dihitung dengan cara:
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑏 = 𝑊1− 𝑊2
𝑊1 𝑥 100 % (3.11)
d. Distribusi Ukuran Granul (Martin et al., 1993):
Distribusi ukuran granul diukur dengan menggunakan Particle Size
Analyzer. Metode yang digunakan adalah metode kering.
3.3.2.3 Penambahan Fasa Luar pada Granul
Massa kering diayak kembali dengan ayakan nomor 16 (1190 mikron),
kemudian ditambahkan magnesium stearat dan aeorosil lalu dicampurkan di dalam
botol kaca dan dikocok sampai homogen.
3.3.2.4 Pencetakan Tablet
Granul yang sudah dihasilkan dan telah dievaluasi kemudian dicetak
dengan bobot sekitar 420 mg menggunakan single tablet machine. Setiap formula
dicetak 150 tablet.
3.3.2.5 Evaluasi Tablet
a. Pengamatan Fisik:
Pengamatan fisik tablet dilakukan dengan mengamati tablet secara visual
dari segi warna, bentuk permukaan dan deteksi adanya cacat fisik.
b. Keseragaman Bobot (BPOM RI, 2014):
Sebanyak 20 tablet dari masing-masing formula ditimbang dan dihitung
bobot rata-ratanya. Kemudian ditimbang satu per satu. Hasil yang
didapatkan dari 20 tablet, tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
35
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ditetapkan (5% dari bobot rata-ratanya). Selain itu, tidak ada satu tablet
pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari
harga yang ditetapkan (10% dari bobot rata-ratanya)
c. Keseragaman Ukuran (Depkes RI, 2014)
Keseragaman ukuran tablet ditentukan dengan cara mengukur lebar dan
tinggi masing-masing tablet menggunakan jangka sorong.
d. Kekerasan Tablet (Abu Izza, Li, Look, Parr dan Schineller, 2009):
Alat yang digunakan adalah Hardness Tester. 10 buah tablet diletakkan
satu persatu pada alat uji kemudian alat dijalankan. Hasil tekanan yang
didapatkan dicatat. Satuan yang digunakan adalah Kp/N/Kg/Pa.
e. Keregasan (Lachman, Lieberman & Kanig, 2008):
Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dicatat bobotnya (W0). 20 tablet
tersebut dimasukkan ke dalam alat friabilator dan jalankan alat dengan
kecepatan 25 rpm selama 4 menit atau 100 kali putaran. Semua tablet
dikeluarkan lalu dibersihkan dari serbuk dan fines kemudian ditimbang
kembali (W1). Persentase friabilitas tablet dapat dihitung dengan cara:
𝐹𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 (%) = 𝑊0− 𝑊1
𝑊0 𝑥 100 % (3.12)
Tablet dinyatakan memenuhi persyaratan jika friabilitas tidak melebihi
1%
f. Waktu Hancur (Depkes RI, 2014):
Uji waktu hancur dilakukan dengan menggunakan disintegrator tester.
Disiapkan enam tablet lalu dimasukkan pada masing-masing tabung
sebanyak satu tablet yang ada pada keranjang, satu cakram dimasukkan
pada tiap-tiap tabung dan alat dijalankan. Aquades digunakan sebagai
media dengan suhu 37℃ ± 2 ℃. Setelah 15 menit, keranjang diangkat dan
semua tablet diamati. Semua tablet harus hancur sempurna. Apabila satu
tablet atau dua tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12
tablet lainnya. 16 tablet harus hancur sempuran dari 18 tablet yang diuji.
g. Uji Stabilitas Bobot, Kekerasan dan Waktu Hancur Tablet (Anggraeni,
2016):
36
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Uji stabilitas fisik tablet dilakukan berdasarkan metode yang dilakukan
oleh Bi et al., (1999) dan Pranoto (2007) dengan modifikasi. Pada setiap
formula, sejumlah 22 tablet dibagi menjadi dua kelompok (masing-
masing 11 tablet) dan ditimbang bobotnya sebagai bobot awal pada hari
ke-0. Sebanyak 11 tablet masing-masing dimasukkan ke dalam botol kaca
berwarna coklat gelap, di mana kelompok A merupakan botol tertutup
dengan silika, sedangkan kelompok B merupakan botol tertutup tanpa
silika. Kemudian larutan NaCl jenuh dimasukkan ke dalam wadah bagian
bawah desikator dan botol dimasukkan ke dalam desikator tersebut. Suhu
dan kelembaban relatif (RH) di area dalam desikator diukur dengan
Termohigrometer. Larutan NaCl jenuh diganti setiap hari dengan larutan
yang baru untuk mempertahankan kelembapan relatif 75%. Bobot tablet
ditimbang setiap hari selama tujuh hari dan dibuat grafik perubahan
bobotnya. Pada hari ke-7, kekerasan dan waktu hancur dievaluasi.
37 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakterisasi Ekstrak Jamblang
Salah satu tahap yang perlu dilakukan dalam proses formulasi adalah
preformulasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi sifat fisika kimia bahkan
posologi dari bahan aktif yang akan diformulasi serta menentukan bahan tambahan
yang tepat agar diperoleh sediaan yang berkualitas. Pada penelitian ini ada beberapa
uji yang dilakukan terhadap ekstrak untuk menunjang proses formulasi.
Gambar 4.1 Ekstrak Daun Jamblang Perbesaran 10x
[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018]
Uji yang dilakukan pertama adalah uji organoleptis. Ekstrak daun jamblang
memiliki warna hijau tua kehitaman, berbentuk serbuk halus dan memiliki bau khas
seperti jamu. Ekstrak juga mudah menempel dan membentuk agregat.
38
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Tabel 4.1 Karakterisasi Ekstrak Jamblang
Karakterisasi ekstrak jamblang meliputi laju alir, sudut istirahat dan indeks
kompresibilitas. Ketiganya berfungsi untuk mengetahui kemampuan mengalir
ekstrak yang dapat mempengaruhi keseragaman bobot tablet. Aliran suatu bahan
dari tablet yang baik dapat menjamin keseragaman bobot dan tablet jamblang terdiri
dari hampir 50% nya adalah ekstrak jamblang.
Berdasarkan hasil uji laju alir pada Tabel 4.1, laju alir ekstrak jamblang
termasuk buruk sedangkan sudut istirahatnya tidak cukup baik dan indeks
kompresibilitasnya masuk kategori buruk.
Selain laju alir, sifat alir juga ditentukan oleh sudut istrihat. Semakin kecil
sudut istirahat yang dihasilkan maka semakin baik sifat alirnya. Dari hasil yang
didapat pada Tabel 4.1, sudut istirahat ekstrak jamblang masuk ke kategori sedang.
Indeks kompresibilitas dilakukan untuk mengukur berat jenis mampat, luas
permukaan, kekohesifan, kadar lembab dan volume mampat ekstrak secara tidak
langsung (Siregar, 2008). Hasil yang terukur pada Tabel 4.1, menunjukkan sifat alir
yang kurang baik dan secara tidak langsung menunjukkan tingginya gaya kohesif
yang besar.
Kadar air ekstrak jamblang yang cukup tinggi dapat meningkatkan gaya
kohesif ekstrak jamblang karena air memiliki gaya kohesif yang cukup tinggi
sehingga dapat menurunkan sifat alir ekstrak. Kadar air yang cukup tinggi dapat
meningkatkan risiko tablet lengket pada punch dan die pada saat proses
pencetakkan (sticking).
Laju alir, sudut istirahat dan indeks kompresibilitas dapat diperbaiki dengan
cara membuat tablet menggunakan metode granulasi. Menurunnya sudut istirahat
dan indeks kompresibilitas dapat memberikan sifat alir yang baik. Sifat alir yang
Parameter Nilai
Laju alir (gram/detik) 4,7 ± 0,1
Sudut istirahat (°) 34,7 ± 0,5
Index kompresibilitas (%)
Berat jenis mampat (g/mL)
Berat jenis ruah (g/mL)
30,9 ± 0,8
1,0 ± 0,0
0,7 ± 0,0
Kadar air (%) 7,9 ± 0,1
39
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
baik akan membuat pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keseragaman
bobot tablet tidak menyimpang (Lieberman, Lachman, dan Schwartz, 2008).
4.2 Formulasi Tablet
Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Menurut Agoes dalam buku
Teknologi Sediaan Bahan Alam, cara mengatasi ekstrak yang memiliki kelembapan
tinggi adalah dengan menggunakan metode granulasi. Metode granulasi basah
membuat aliran serbuk beserta kompresibilitas yang lebih baik dan ukuran
partikelnya akan lebih seragam. Selain itu, granulasi basah juga mengurangi bobot
masa yang hilang dalam proses pembuatan tablet.
Diluen yang dipilih adalah laktosa monohidrat karena laktosa hidrat biasa
digunakan dalam granulasi basah maupun kering. Laktosa hidrat tidak menyerap
air sebagaimana laktosa anhidrat. Formula tablet yang menggunakan pengisi
laktosa menunjukkan pelepasan zat aktif yang baik, mudah dikeringkan dan tidak
peka terhadap variasi moderat dalam kekerasan tablet pada saat pengempaan.
Selain itu, laktosa merupakan bahan yang relatif sering tersedia dan memiliki harga
yang relatif murah.
Sodium starch glycolate dipilih sebagai disintegran karena kemampuan bahan
penghancur ini sangat baik karena kemampuan mengembangnya 7-12 kali dengan
tetap mempertahankan keutuhannya sehingga pengembangan tersebut dapat
memberikan dorongan ke sekitarnya dan membantu proses hancurnya tablet. Selain
itu, kemampuan sodium starch glycolate untuk menghancurkan tablet tidak
terpengaruh oleh tekanan mesin kempa dan tidak terpengaruh dengan adanya
lubrikan karena sodium starch glycolate tidak mengikat lubrikan seperti magnesium
stearat sebagaimana penghancur lain yang berbasis pati (Quodbach, 2015).
Pemakaian penghancur dilakukan secara intra-ekstra granular karena metode
tersebut merupakan metode yang menghasilkan waktu hancur paling optimum
(Desai, 2016). Formula pembanding menggunakan ®amprotab juga dibuat untuk
mengetahui apakah penghancur biasa dengan metode granulasi basah mampu
menghasilkan waktu hancur dibawah 30 menit.
Pengikat yang digunakan adalah PVP K-30. PVP K-30 mampu menghasilkan
granul yang memiliki sifat alir yang baik, fines lebih sedikit dan daya
kompaktibilitasnya sangat baik. Sifat ini dikarenakan K-value yang dimilikinya,
40
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
yang sedikit sekali berpengaruh pada viskositas yang berkaitan dengan sifat alir, hal
ini yang membedakan PVP K-30 dengan PVP K-60 dan PVP K-90. Etanol 96%
digunakan sebagai pelarut binder, campuran etanol-PVP umumnya menghasilkan
granul yang lebih baik daripada PVP yang ditambahkan langsung dalam kondisi
kering (Lieberman, 1989). Selain itu, sifatnya yang mudah menguap akan
memudahkan proses pengeringan granul (Quinn, 2009). Konsentrasi yang
digunakan hanya 1% saja karena pada penelitian yang dilakukan oleh Fitriya ketika
menggunakan PVP 2% dalam membuat tablet esktrak tunjuk langit menghasilkan
waktu hancur dibawah 30 menit.
Pembasah yang digunakan adalah etanol, karena bahan pengikat PVP mudah
larut dalam etanol selain itu etanol juga mudah menguap sehingga granul dapat
menjadi kering lebih cepat dan lebih sempurna. larutan air dan senyawa air dapat
menimbulkan beberapa masalah selama proses, terutama jika kadar ekstrak cukup
tinggi. Senyawa gula dan saponin yang sering terdapat sebagai komponen sekunder
dalam ekstrak akan terlarut dalam air yang digunakan untuk proses dan hal ini akan
mempersulit pengeringan granul (Agoes, 2007).
Lubrikan yang digunakan adalah magnesium stearat. Magnesium stearat
dipilih sebagai lubrikan karena ukuran umumnya lebih efektif daripada lubrikan
jenis larut air dan dapat digunakan dengan konsentrasi yang lebih rendah (Siregar
2008). Aerosil dipilih sebagai glidan karena memiliki karakteristik yang dapat
menyerap kelembapan (Effionora, 2012).
Konsentrasi magnesium stearat dan aerosil yang digunakan hanya 0,5%,
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah fines. Jumlah fines yang berlebih dapat
membuat tablet yang dikempa jadi lebih keras dan mengurangi waktu hancur tablet
(Effionora, 2012).
4.3 Evaluasi Granul Tablet
Granul tablet dievaluasi dengan megukur laju alir, sudut istirahat, indeks
kompresibilitas dan kadar lembab. Keempat evaluasi tersebut berfungsi untuk
mengetahui kemampuan mengalir granul tablet yang dapat mempengaruhi
keseragaman bobot.
41
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
Gambar 4.2 Penampilan Fisik Granul Perbesaran 10x
[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018]
Tabel 4.2 Hasil Uji Laju Alir, Sudut Istirahat, Index Kompresibilitas dan Kadar
Lembab
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
Formula Laju alir
(gram/detik)
Sudut
istirahat
(°)
Indeks
kompresibilitas (%)
Kadar
lembab
(%)
A 7 ± 0,1 27,2 ± 0.5 10,1 ± 0,5 2,7
B 7,4 ± 0,1 27,6 ± 0.1 10,4 ± 0,4 2,5
C 7.7 ± 0.0 27,1 ± 0.1 9,93 ± 0,5 2,3
D 6.7 ± 0.1 26,1 ± 0.1 10 ± 0,6 1,9
Formula A Formula B
Formula C Formula D
42
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Berdasarkan hasil evaluasi uji laju alir granul pada Tabel 4.2, ke empat
formula memiliki laju alir yang sudah cukup baik. Formula A, B, C dan D memiliki
laju alir yang hampir sama sehingga dapat disimpulkan pembuatan A, B C dan D
berhasil dibuat dengan perlakuan yang konsisten. Granul dengan aliran granul yang
kurang baik akan menyebabkan aliran granul dari hopper kedalam die tidak
sempurna, akibatnya bobot tablet yang dihasilkan tidak konstan.
Sudut Istirahat merupakan sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk
dengan permukaan horizontal pada waktu pengujian. Semakin kecil sudut istirahat
yang terbentuk maka semakin baik sudut istirahatnya. Formula A, B, C dan D
memiliki sudut istirahat yang masuk dalam kategori sangat baik.
Indeks kompresibilitas ke empat formula yang ditunjukkan Tabel 4.2 masuk
ke dalam kategori sangat baik. Indeks kompresibilitas dilakukan selain untuk
mengukur sifat alir dapat juga untuk mengukur berat jenis mampat, ukuran dan
bentuk, luas permukaan, kekohesifan, kadar lembab dan volume mampat ekstrak
secara tidak langsung (Siregar, 2008).
Penetapan kelembaban bertujuan untuk mengetahui kadar air pada granul
yang telah dibuat setelah mengalami pengeringan. Berdasarkan hasil evaluasi
kelembapan granul pada Tabel 4.2, kelembapan keempat formula berkisar antara
1,85 – 2,69% sehingga dapat disimpulkan kadar lembab dari keempat formula
memenuhi syarat. Syarat kadar air tablet bahan alam menurut BPOM RI adalah
kurang dari 10 persen. Kadar air yang cukup tinggi dapat meningkatkan risiko tablet
lengket pada punch dan die pada saat proses pencetakkan (sticking).
Selain menguji laju alir, sudut istirahat, index kompresibilitas dan kadar
lembab, dilakukan juga evaluasi distribusi ukuran granul.
Tabel 4.3 Ukuran Rata-Rata Granul
Formula Ukuran Rata-Rata Granul (D [4,3])
A 978 µm
B 952 µm
C 974 µm
D 987 µm
Keteranagan: A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
43
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Data statistik distribusi ukuran partikel dihitung dari hasil menggunakan
diameter D[m,n], yaitu suatu metode yang disepakati secara internasional untuk
menentukan rata-rata ukuran partikel. Untuk menghasilkan tablet yang baik, fraksi
fines (< 250 mikron) tidak boleh lebih dari 10%b/b (Aulton, 1988). Pada proses
pengempaan, partikel yang kecil (fines) dapat memasuki rongga-rongga yang antar
granul lain yang lebih besar sehingga akan terbentuk tablet yang lebih keras karena
rapatnya granul yang dikempa. Keempat formula memiliki persentase fines
dibawah 10% dimana persentase fines dari formula A, B, C dan D secara berturut-
turut adalah 3,07%, 2,58%, 4,93% dan 5,51% dan sudah termasuk penambahan fase
luar. Distribusi ukuran granul terdapat pada Gambar 4.2, distribusi ukuran granul
masih kurang seragam karena terdapat ukuran granul dengan ukuran fines dan juga
granul dengan ukuran besar yang mencapai ukuran 3.500 mikron. Adanya ukuran
granul yang mencapai 3.500 mikron bisa dikarenakan bentuk granul yang pipih dan
dapat lolos dari ayakan meskipun ukurannya besar. Jumlah ukuran granul yang
menyimpang tidak begitu signifikan karena keseragaman bobot tablet masih
memenuhi syarat.
Keterangan: ■(Granul A Explotab®
2%), ▲(Granul B Explotab®
4%), ♦(Granul C
Explotab®
6%), ●(Granul D Amprotab®
15%)
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Ukuran Granul A, B, C, D
44
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
4.4 Evaluasi Tablet
Evaluasi tablet yang dilakukan meliputi evaluasi organoleptis, keseragaman
ukuran, keseragaman bobot, kekerasan, keregasan, waktu hancur dan stabilitas fisik
tablet.
Keterangan: A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
Gambar 4.4 Penampilan Fisik Tablet Perbesaran 10x
[Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018]
Evaluasi tablet dapat mengukur kualitas tablet dengan membandingkan hasil
evaluasi dengan persyaratan tablet yang berlaku. Pengamatan fisik tablet dilakukan
dengan mengamati tablet secara visual dari segi warna, bentuk permukaan dan
deteksi adanya cacat fisik pada tablet. Tablet yang dihasilkan dari ketiga formula
berwarna hijau gelap berbentuk oval pipih dengan permukaan yang rata dan tidak
terdeteksi adanya cacat fisik pada tablet.
Formula A Formula B
Formula D Formula C
45
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Tabel 4.4 Hasil Keseragaman Ukuran Tablet
Keterangan: A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
Evaluasi keseragaman ukuran dilakukan dengan cara mengukur tebal dan
diameter tablet yang dihasilkan menggunakan jangka sorong. Tabel 4.3
menunjukkan hasil evaluasi keseragaman ukuran tablet dari 20 tablet yang dipilih
secara acak, menunjukkan bahwa ketiga formula tersebut memiliki ukuran yang
seragam. Laju alir, homogenitas campuran dan kestabilan punch menyebabkan
ukuran tablet menjadi seragam.
Tabel 4.5 Hasil Keseragaman Bobot Tablet
Formula Bobot (mg) RSD (%)
A 423,5 ± 1,1 0,3
B 423,4 ± 2,2 0,5
C 423,8 ± 2,0 0,5
D 422,1 ± 15,1 3,6
Keterangan: A (Explotabv 2%), B (Explotabv 4%), C (Explotabv 6%), D (Amprotabv 15%)
Keseragaman bobot dievaluasi dengan menimbang secara acak 20 tablet.
Tabel 4.4 menunjukkan hasil evaluasi keseragaman bobot, ketiga formula
memenuhi syarat tablet bahan alam dari BPOM RI 2014 yaitu tidak lebih dari dua
tablet menyimpang lebih besar dari 5% dan tidak satu tablet pun yang menyimpang
lebih besar dari 10%. Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir granul.
Formula Diameter (cm) Tebal (cm)
A 1,41 ± 0,0 0.452 ± 0,0
B 1,41 ± 0,0 0.451 ± 0,0
C 1,41 ± 0,0 0.451 ± 0,0
D 1,41 ± 0,0 0.459 ± 0,0
46
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Berdasarakan laju alir granul, keempat formula termasuk dalam kategori baik dan
sudut istirahat dan indeks kompresibilitas granul dari keempat formula tablet
termasuk dalam kategori sangat baik sehingga sifat alir keempat formula tersebut
sangat baik.
Tabel 4.6 Hasil Evaluasi Kekerasan, Keregasan dan Waktu Hancur
Formula Kekerasan
(Kg)
Keregasan
(%)
Waktu Hancur
(menit)
A 5,1 ± 0,2 0,7 23,4
B 5,2 ± 0,2 0,6 10,0
C 5,4 ± 0,3 0,8 15,7
D 6,2 ± 0,5 0,6 38
Keterangan: A (Explotab® 2%), B (Explotab® 4%), C (Explotab® 6%), D (Amprotab® 15%)
Kekuatan tablet ditentukan dengan cara mengukur kekerasan dan keregasan
tablet menggunakan alat uji kekerasan dan friabilator. Syarat kekerasan tablet
konvensional adalah sebesar 4-8 Kg. Hasil kekerasan tablet ditunjukkan pada Tabel
4.5 dimana keempat formula memenuhi syarat kekerasan tablet konvensional. Fase
luar yang berupa fines dapat menyebabkan lebih banyak terisinya die sehingga
dapat meningkatkan kekerasan tablet. Kekerasan tablet juga berguna sebagai
metode pengontrolan fisik selama proses pembuatan (in process control) bila
terdapat adanya peningkatan kekerasan tablet artinya kekuatan tekanan kempa
bertambah dan apabila terjadi penurunan kekerasan tablet artinya kekuatan tekanan
kempa berkurang sehingga alat kempa tablet dapat dijaga keselarasannya.
Kekuatan tablet juga ditentukan oleh nilai keregasan tabletnya. Keregasan
tablet berguna untuk mengetahui ketahanan tablet terhadap guncangan yang terjadi
selama proses pembuatan, pengemasan dan pendistribusian. Syarat keregasan tablet
adalah kurang dari 1%. Tabel 4.5 menunjukkan nilai keregasan keempat formula
dan keempatnya memenuhi syarat keregasan tablet. Kekerasan tablet
mempengaruhi nilai friabilitas karena jumlah isi die dan kekuatan kempa juga
merupakan faktor friabilitas sepert halnya kekerasan tablet. Semakin keras dan kuat
47
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
tablet maka nilai friabilitas akan semakin kecil. Selain itu konsentrasi pengikat juga
dapat mempengaruhi keregasan tablet, penggunaan PVP sebanyak 1%
menghasilkan keregasan yang memenuhi persyaratan.
Waktu hancur tablet merupakan parameter yang penting. Syarat waktu
hancur tablet bahan alam berbeda dengan tablet konvensional yaitu tablet harus
hancur dibawah 30 menit. Hasil uji waktu hancur terdapat pada Tabel 4.5. Formula
D tidak memenuhi syarat sedangkan ketiga formula lainnya A, B dan C memenuhi
syarat waktu hancur tablet bahan alam. Sodium starch glycolate dapat
menghasilkan waktu hancur lebih cepat dari amprotab® karena sodium starch
glycolate merupakan superdisintegran yang memiliki kemampuan mengembang 7-
12 kali atau 200-300% atau 300 kali volumenya dengan tetap mempertahankan
keutuhannya sehingga pengembangan tersebut dapat memberikan dorongan ke
sekitarnya dan membantu proses hancurnya tablet selain itu penghancur ini tidak
terpengaruh oleh tekanan mesin kempa, lubrikan dan mampu meningkatkan laju
alir (Mangal, 2012). Waktu hancur yang paling cepat adalah formula B dan yang
terlama adalah formula A. Sodium starch glycolate umum digunakan pada rentang
konsentrasi 2-8% umumnya semakin bertambahnya konsentrasi pengahncur maka
waktu hancurnya akan semakin cepat. Waktu hancur tidak akan terus bertambah
dan dapat menurun kembali apabila sodium starch glycolate digunakan secara
berlebih. Konsentrasi sodium starch glycolate yang terlalu banyak akan membentuk
gaya adhesif karena adanya ikatan kovalen sehingga ikatan polimer dari sodium
starch glycolate menjadi sulit terputus membuat waktu hancur tablet lebih lama.
Formula A memilki waktu hancur yang paling lama karena hanya menggunakan
pengancur sebanyak 2%, akan tetapi tetap memenuhi syarat tablet obat bahan alam.
Waktu hancur formula B lebih cepat sekitar 5 menit dari formula C. Konsentrasi
sodium strach glycolate sebesar 6% tidak memberikan waktu hancur yang optimum
pada formula tablet jamblang karena konsentrasi terlalu tinggi sehingga timbul gaya
adesif antar molekul penghancur tersebut.
Evaluasi stabilitas bobot, kekerasan dan waktu hancur tablet juga dilakukan
dengan cara menyimpan tablet didalam botol kaca berisikan silika gel maupun yang
tidak berisi silika gel. Botol kaca berisikan tablet disimpan di dalam desikator yang
kelembapannya sudah diatur konstan. Pengaturan kelembapan dalam desikator
dilakukan dengan cara menggunakan larutan jenuh garam NaCl dimana dengan
48
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
adanya larutan jenuh garam tersebut akan membuat kelembapan dalam desikator
menjadi Rh 75% konstan selama uji stabilitas dilaksanakan. Larutan garam jenuh
NaCl digunkan karena larutan garam tersebut dapat membuat kondisi kelembapan
dalam desikator konstan dan dapat memberikan kelembapan yang terkontrol yang
tidak dipengaruhi oleh suhu. Larutan garam lainnya dapat dipengaruhi oleh suhu
(Winston, 1960).
Tabel 4.7 Hasil Evaluasi Stabilitas Kekerasan dan Waktu Hancur Tablet
Formula
Kekerasan (Kg) Waktu Hancur (menit)
Semula Akhir uji
stabilitas Semula
Akhir uji
stabilitas
A1 5,1 ± 0,2
4,6 ± 0,3 23,4
21,2
A2 5,1 ± 0,3 28,1
B1
5,2 ± 0,2
4,8 ± 0,1
10,03
9,2
B2 5,2 ± 0,2 13,3
C1
5,4 ± 0,3
5,1 ± 0,1
15,665
13,4
C2 5.4 ± 0.150 16,3
D1
6,2 ± 0,5
5,7 ± 1,0
38
33,6
D2 6,0 ± 0,4 35,2
Keterangan: FA1 (Formula satu), FA2 (Formula satu dengan silika), FB1 (Formula dua), FB2
(Formula dua dengan silika), FC1 (Formula tiga), FC2 (Formula tiga dengan silika), F4 A
(Formula empat), FD2 (Formula empat dengan silika).
49
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Keterangan : FA1 (Formula satu), FA2 (Formula satu dengan silika), FB1 (Formula dua), FB2
(Formula dua dengan silika), FC1 (Formula tiga), FC2 (Formula tiga dengan silika), F4 A
(Formula empat), FD2 (Formula empat dengan silika
Gambar 4.5 Grafik Bobot Tablet
50
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Hasil uji stabilitas bobot tablet terdapat pada Gambar 4.3. Bobot tablet pada
tablet yang disimpan bersama dengan silika gel mengalami penurunan bobot. Silika
gel merupakan adsorben yang dapat menyerap kelembapan dari lingkungannya,
kelembapan pada tablet juga dapat terserap sehingga bobot tablet menjadi
berkurang seiring waktu. Tablet yang tidak disimpan bersama silika gel maka
bobotnya akan bertambah, karena tablet yang mengandung ekstrak higroskopis
akan menyerap kelembapan dari lingkungannya sehingga bobot tablet akan
bertambah seiring waktu (Gbenga, 2016)
Pada Tabel 4.6 diketahui bahwa tablet yang disimpan tanpa silika memiliki
waktu hancur yang lebih cepat dari pada dengan yang disimpan degan silika. Waktu
hancur juga jadi lebih cepat dari semula. Hal tersebut dapat terjadi karena tablet
tanpa silika akan menyerap kelembapan dari lingkungan sekitar, dimana
kelembapan yang diserap tablet akan membasahi tablet berikut disintegran yang
terkandung dalam tablet. Disintegran yang terbasahi akan mulai bekerja dan
mengembang sehingga tablet lebih mudah dan cepat hancur. Fenomena tersebut
juga menyebabkan kekerasan tablet menjadi lebih rapuh sehingga kekuatan
tabletnya berkurang. Kekerasan tablet yang diberi silika juga berkurang tetapi tidak
sebanyak tablet tanpa silika, akan tetapi waktu hancurnya menjadi lebih lama dari
semula. Waktu hancur tablet tanpa silika menjadi lebih lama karena kandungan
lembap dari tablet terabsorbsi oleh silika gel sehingga waktu pembasahan tablet
menjadi lebih lama dari pada tablet tanpa silika gel (Gbenga, 2016).
51 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh penggunaan sodium starch glycolate sebagai superdisintegran pada
formula tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium cumini ( L.))
meningkatkan kecepatan waktu hancur sehingga memenuhi syarat waktu
hancur obat tradisional menurut BPOM RI dan memberikan sifat fisik lainnya
yang juga memenuhi persyaratan tablet obat tradisional menurut BPOM RI.
2. Konsentrasi penggunaan sodium starch glycolate yang optimum adalah 4%
2.1 Saran
Perlu dilakukan uji stabilitas tablet ekstrak etanol daun jamblang (Syzygium
cumini (L.)) dikarenakan parameter fisik yang telah diuji sudah memenuhi syarat
tablet obat bahan alam. Uji penentuan bentuk granul juga dapat dilakukan untuk
mendukung data distribusi ukuran granul serta data lainnya.
52 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DAFTAR PUSTAKA
Abu Izza, Li, Look, Parr dan Schineller. 2009. “A review on recent patents on fast
dissolving drug delivery system” dalam International Journal of
PharmTech Research. (hlm. 790-798). North Gujarat: Sphinx
Agoes, G. 2006. Pengembangan Sediaan Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.
Agoes, G. 2007. Teknologi Bahan Alam. Bandung: Penerbit ITB.
Agoes, G. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: Penerbit ITB.
Allen. 2009. “Colloidal Silicon Dioxide” dalam Rowe, R.C., Sheskey P.J., &
Quinn, M.E., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., (hlmn185-
188). London: Pharmaceuticals Press.
Anggraeni, Yuni., Sulistiawati, Farida., Astria, Dwi. “Pengaruh Plasticizer Gliserol
dan Sorbitol terhadap Karakteristik Film Penutup Luka Kitosan-Triolifosfat
yang Mengandung Asiatikosida” dalam Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia
(hlm. 128-134)
Ansel, HC. 1995. Introduction to pharmaceutical dosage forms. Philadelphia: Lea
and Febiger.
Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed IV, Alih bahasa
Ibrahim, F. Jakarta : UI Press.
Anwar, Effionora. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat.
Aulton, M.E., 1988. Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, London:
Churcill Livingstone
Aulton, M.E. 2008. Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design 2nd.
Leicester: Churchill Livingstone.
Ayyanar M., Subash-Babu P. 2012. “Syzygium cumini (L.) Skeels: A review of its
phytochemical constituents and traditional uses” dalam Asian Pacific
Journal of Tropical Biomedicine. (hlm. 240-246). Tanil Nadu: Elsevier
53 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986. Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
Theory and Practice of Industrial Pharmacy, 3 rd ed. Philadelphia: Lea and Febiger
Bhowmik. 2009. “Colloidal Silicon Dioxide” dalam Rowe, R.C., Sheskey P.J., &
Quinn, M.E., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., (hlmn185-
188). London: Pharmaceuticals Press
Boschini, F. 2015. “Linking flowability and granulometry of lactose powders”
dalam International Journal of Pharmaceutics volume 494 (hlm. 312-320).
Elsevier
BPOM RI. 2014. Persyaratan Mutu Obat Tradisional. Indonesia: Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Bruneton, J. (1999). Pharmacognosy and Phytochemistry Medical Plant. 2th Ed.
translated by Caroline K hatton. Londres, NY, Paris : Intercept Ltd
Budavari. S. 1989. The Merck Index, 11th Ed, USA: Merck & Co Inc
Chang, C.C., Yang, M.H., Wen, H.M., dan Chernn J.C. 2002. “Estimation of Total
Flavonoid Content in Propolis by Two Complementary Colorimetric
Methods” dalam Journal of Food and Drug Analysis (hlm. 178-182).
Taiwan: NPUST
Chebil, L., Humeau, C., Anthoni, J., Dehez, F., Engasser, J., and Ghoul, M. 2007.
“Solubility of Flavonoid in Organic Solvent” dalam J.Chem. Eng., (hlm. 52,
1552-1556). Vandoeuvre-lès-Nancy: American Chemical Society.
Departemen Kesehatan, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V, Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Desai, Parind. 2016. “Review of Disintegrants and the Disintegration Phenomena”
dalam Journal of Pharmaceutical Sciences., (hlm. 2545-2555). Singapura:
GEA-NUS
54 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V. 2015.
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edition. Inggris: McGraw-Hill
Education Companies.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. 2005. Pharmaceutical Care untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Edge. 2009. “Lactose Monohidrat” dalam Rowe, R.C., Sheskey P.J., & Quinn,
M.E., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., (hlmn185- 188).
London: Pharmaceuticals Press
Eyjolfsson, Reynir. 2014. Design and Manufacture of Pharmaceutical Tablets.
Oxford: Elsevier.
FDA, 2008, United States Pharmacopeia National Formulary, USP 32/NF 27.
United States: Twinbrook Parkway
FDA, 2011, United States Pharmacopeia National Formulary, USP 35/NF 30.
United States: Twinbrook Parkway
Fitrya, 2016. “Ethanol Extract Formulation of Tunjuk Langit Rhizome as Tablet by
Wet Granulation Method” dalam Jurnal Farmasi Galenika Volume 3 No. 1,.
Palembang: Universitas Sriwijaya
Fell, A. F. (1986). UV and Visible Flourecense Spectrophotometric, in Wade,
Clarke’s Isolation and Identification of Drug. 2nd ed. London : The
Pharmaceuitcal Press
Gbenga, Bakre. 2016. Studies of the Effect of Storage Conditions on Some
Pharmaceutical Parameters of Powders and Tablets. Nigeria: Olabisi
Onabanjo University
Gowri SS. Vasantha K. 2010. Phytochemical Screening and Antibacterial Activity
of Syzygium cumini (L.) (Myrtaceae) Leaves Extracts dalam International
Journal of PharmTech Research. (hlm. 1569-1573)
Hapgood, K., P. 2009. “Colloidal Silicon Dioxide” dalam Rowe, R.C., Sheskey P.J.,
& Quinn, M.E., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed.,
(hlmn185- 188). London: Pharmaceuticals Press
55 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
He, Yu., He, Zhimin., He, Feng., Wan, Haitong. 2012. Determination of quercetin,
plumbagin and total flavonoids Drosera peltata Smith var. Glabrata dalam
Pharmacognosy Magazine (hlm. 32)
Helmi Arifin, Melissa, Almahdy. 2004. Efek antidiabetes ekstrak etanol daun
Eugenia cumini Merr pada mencit diabetes yang diinduksi dengan aloksan
dalam Journal Matematika dan Pengetahuan Alam, vol. 13 (hlm. 32-37)
Indrayani, Selvi. 2008. Validasi Penetapan Kadar Kuersetin dalam Sediaan Krim
Secara Kolorimetri Dengan Pereaksi AlCl3. Skripsi. Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Katzung, B.G., 2012. Basic & Clinical Pharmacology 12th ed., USA: McGraw Hill
Companies
Kementrian Dalam Negeri RI, 2014, Warta Ekspor, Jakarta: Ditjen PEN
Kibbe, A.H. 2009. Crospovidone, dalam Rowe, R.C., Sheskey, P.J. and Quin, M.E.,
Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed., 208-209. USA :
Pharmaceutical Press & American Pharmacist Association
Lachman, L., Lieberman.H.A, & Kanig, J. L. 2008. Teori dan Praktek Farmasi
Industri II (Edisi Ketiga) (Siti Suyatmi, Trans). Jakarta: UI-Press
Lenny Sutedja. Kardono, Hanafi. Penggunaan Dan Dosis Pemberian Ekstrak Daun
Jamblang Untuk Terapi Penyakit Diabetes. Indonesia: LIPI
Mangal, Mohit., Thakral Sunil., Goswami, Manish., Ghai, Pankaj. 2012.
“Superdisintegrants: An Updated Review” dalam International Journal of
Pharmacy and Pharmaceutical Science Research 2012 (hlm. 26-35).
McGough,N. 2007. “Nutritional recomendation in diabetes management” dalam.
Nutritional management of diabetes mellitus (hlm. 1-15) England: John
Willey and Sons
Morris SF, Wylie-Rosett J. 2010. “Medical nutrition therapy: A key to diabetes
management and prevention” dalam Clinical diabetes 2010 Vol.28 (hlm. 1-
18)
56 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Mursyidi, A. (1990). Analisis Metabolit Sekunder. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Nikhat, F & Satyanarayana, D & Sheikh, A.S. & Prajakta, H & Ajaj, A. (2014).
Formulation and development of mouth dissolving tablets of isolated
molecules and evaluation for anti-hyperglycemic activity. Research Journal
of Pharmacy and Technology. 7. 275-283.
Orachorn Sriya, Isada, Siriporn. 2011. “Formulation of Houttuynia Cordata
Standardized Extract Tablets” dalam CMU. J. Nat. Sci. 2011 Vol. 10 (hlm
227-236)
Pahwa R, Gupta N. 2011. “Superdisintegrants in the Development of Orally
Disintegrating Tablets: A Review” dalam International Journal of
Pharmaceutical Science and Research (hlm. 2767-80)
Palma, S.; Lujan, C.; Llabot, J.M.; Barboza, G.; Manzo, R.H.; Allemandi, D.A.
2002. Design of Peumus boldus tablets by direct compression using a novel
dry plant extract dalam Int. J. Pharm (hlm. 191–198).
Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3th,
Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Qiu, Yihong, Chen, Yisheng, & Zhang, G.G.Z. 2009. Developing Solid Oral
Dosage Forms Pharmaceutical Theory and Practice. USA : Elsevier.
Quotbach, Julian. 2015. “A Critical Review on Tablet Disintegration” dalam Pharm
Dev Technol (hlm. 1-12). Dusseldorf: Institute of Pharmaceutics and
Biopharmaceutics.
Quinn. 2009. “Colloidal Silicon Dioxide” dalam Rowe, R.C., Sheskey P.J., &
Quinn, M.E., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., (hlm.185-
188). London: Pharmaceuticals Press
Ravi K., Rajasekaran S., Subramanian S. 2005. “Antihyperlipidemic effect of
Eugenia jambolana seed kernel on streptozotocin-induced diabetes in rats”
Dalam J. Food Chem. Toxicol (hlm. 1433-1439).
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press.
57 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Rowe, C Raymond., Sheskey J Paul., Quinn E Marian. 2009. Handbook of
pharmaceutical Ekscipients, edisi 6. London: Pharmaceutical Press.
Sagrawat H, Mann AS, Kharya MD. 2006. “Pharmacological potential of Eugenia
jambolana: A review”. Dalam Pharmaco J Mag (hlm. 96-105).
Shayne. C.G. 2008. Pharmaceutical Manufacturing Handbook: Production and
Process. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Siregar, Charles J.P. Wikarsa, Saleh. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet
Dasar-Dasar Praktis. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Voigt, R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Winston, Paul. 1960. “Saturated Solutions for the Control of Humidity in Biological
Research” dalam Ecological Socieety of America (hlm. 232-237).
Young. 2009. “Sodium Starch Glycolate” dalam Rowe, R.C., Sheskey P.J., &
Quinn, M.E., Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed., (hlmn185-
188). London: Pharmaceuticals Press.
58 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Hasil Uji Alir, Sudut Istirahat, Index Kompresibilitas dan Kadar
Air Ekstrak Jamblang
Parameter
Percobaan Rata-rata ±
SD 1 2 3
Laju alir (gram/detik) 4,7 4,9 4,6 4,7 ± 0,1
Sudut istirahat (°) 34,6 34,2 35,4 34,7 ± 0,5
Index kompresibilitas (%) 30 30,4 31,4 30,6 ± 0,6
Kadar air (%) 8 7,8 7,8 7,9 ± 0,1
Lampiran 2 Tabel Hasil Uji Laju Alir Granul
Formula
Percobaan (g/detik)
Rata-rata ± SD
1 2 3
A 6,9 6,9 7,1 7 ± 0,1
B 7,3 7,5 7,5 7,4 ± 0,1
C 7,7 7,7 7,7 7,7 ± 0,0
D 4,8 4,9 4,6 6,7 ± 0,1
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
59 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 3 Tabel Hasil Uji Sudut Istirahat Granul
Formula
Percobaan (°)
Rata-rata ± SD
1 2 3
A 27,8 26,7 27,2 27,2 ± 0,5
B 27,7 27,4 27,7 27,6 ± 0,1
C 27,1 27,1 27,2 27,1 ± 0,1
D 27,1 26,8 26,9 26,1 ± 0,1
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
Lampiran 4 Tabel Hasil Uji Index Kompresibilitas Granul
Formula
Percobaan (%)
Rata-rata ± SD
1 2 3
A 9,7 10,9 9,7 10,0 ± 0,5
B 10,1 11,1 10,1 10,4 ± 0,4
C 9,5 10,7 9,6 9,9 ± 0,5
D 10,5 10,5 9,1 1,0 ± 0,6
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
60 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 5 Tabel Hasil Uji Ketebalan Tablet (cm)
Keterangan : A (Explotab 2%), B (Explotab 4%), C (Explotab 6%)
No Formula A Formula B Formula C Formula D
1 0,45 0,45 0,46 0,46
2 0,46 0,45 0,45 0,46
3 0,46 0,45 0,45 0.46
4 0.46 0,45 0,46 0,46
5 0,45 0,45 0,46 0,46
6 0,45 0,46 0,45 0,46
7 0,45 0,45 0,45 0.45
8 0,46 0,45 0,45 0,46
9 0,45 0,45 0,45 0,46
10 0,45 0,45 0,45 0,46
11 0,45 0,46 0,45 0.45
12 0,45 0,45 0,45 0,46
13 0,46 0,46 0,45 0,46
14 0,45 0,45 0,45 0.46
15 0,45 0,46 0,45 0,46
16 0,45 0,46 0,46 0,46
17 0,45 0,45 0,45 0.46
18 0,45 0,45 0,45 0,46
19 0,45 0,45 0,45 0,46
20 0,45 0,5 0,45 0.46
Rata-rata 0,5 0,5 0.5 0.5
SD 0,0 0,0 0.0 0.0
61 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 6. Tabel Hasil Uji Diameter Tablet (cm)
No Formula
A
Formula
B
Formula
C
Formula
D
1 1,41 1,41 1,41 1,41
2 1,41 1,41 1,41 1,41
3 1,41 1,41 1,41 1,42
4 1,41 1,41 1,41 1,41
5 1,41 1,41 1,41 1,42
6 1,41 1,41 1,41 1,42
7 1,41 1,41 1,41 1,41
8 1,41 1,41 1,41 1,42
9 1,41 1,41 1,41 1,41
10 1,41 1,41 1,41 1,41
11 1,41 1,41 1,41 1,42
12 1,41 1,41 1,41 1,42
13 1,41 1,41 1,41 1,42
14 1,41 1,41 1,41 1,42
15 1,41 1,41 1,41 1,42
16 1,41 1,41 1,41 1,42
17 1,41 1,41 1,41 1,41
18 1,41 1,41 1,41 1,41
19 1,41 1,41 1,41 1,42
20 1,41 1,41 1,41 1,41
Rata-rata 1,41 1,41 1,41 1,41
SD 0.00 0.00 0.00 0.00
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
)
62 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 7 Tabel Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet (mg) dan Persen
Penyimpangan
No Formula A Formula B Formula C Formula D
Bobot % Bobot % Bobot % Bobot %
1 421.6 0.5 424.3 0.2 421.4 0.6 422.1 0.0
2 423.3 0.9 424.1 0.2 419.8 0.9 439.4 4.1
3 424.4 0.2 419.1 1.0 419.8 0.9 428.5 1.5
4 423.7 0.1 422.9 0.1 425.7 0.5 415.3 1.6
5 422.4 0.3 422.2 0.3 422.4 0.3 407.2 3.5
6 422.9 0.1 420.8 0.6 424.5 0.2 419.9 0.5
7 423.3 0.1 422.4 0.2 422.9 0.2 421.6 0.1
8 425.4 0.5 421.3 0.5 425 0.3 442.4 4.8
9 425.6 0.5 426.8 0.8 423.6 0.0 451.7 7.0
10 424.5 0.2 423.4 0.0 421.9 0.4 416.5 1.3
11 424.4 0.2 425.9 0.6 427.5 0.9 420.8 0.3
12 423.7 0.1 423.4 0.0 424.1 0.1 438.3 3.8
13 422.1 0.3 426.3 0.7 425.2 0.3 403.7 4.4
14 422.3 0.3 420.9 0.6 422.4 0.3 432.8 2.5
15 424.3 0.2 422.9 0.1 424 0.1 410.7 2.7
16 424.4 0.2 420 0.8 425.1 0.3 408.3 3.3
17 422.2 0.3 424.9 0.4 426.1 0.6 401.4 4.9
18 423.3 0.1 423.9 0.1 424 0.1 447.7 6.1
19 421.9 0.4 426.5 0.7 425.1 0.32 408.8 3.14
20 424.4 0.2 425.4 0.5 424.5 0.177 404.2 4.23
Rata-
rata 423.5 0.3 423.37 0.4 423.75 0.325 422.065 2.99
SD 1.1 0.2 2.2 0.3 2.0 0.3 15.1 2.0
63 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 8. Tabel Hasil Uji Kekerasan Tablet (Kg)
Lampiran 9. Tabel Hasil Uji Keregasan
Formula
Percobaan (%)
Rata-rata
1 2
A 0,7 - 0,7
B 0,6 0,5 0,6
C 0,5 0,6 0,5
D 0,6 - 0,6
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
No Formula A Formula B Formula C Formula D
1 4,8 5,1 5,4 5,8
2 5,1 5,1 5,0 5,2
3 5,3 5,6 5,6 7,0
4 5,1 5,1 5,6 6,8
5 4,9 5,3 5,8 6,3
6 5,3 5,2 5,0 6,3
7 4,9 5,1 5,5 6,5
8 5,1 5,2 5,8 5,6
9 4,8 5,1 5,4 5,9
10 5,2 5,3 5,2 6,1
Rata-rata 5,1 5,2 5,4 6,2
SD 0,2 0,2 0,3 0,5
64 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 10. Tabel Hasil Uji Waktu Hancur
Tablet
ke-
(menit)
A B C D
Percobaan
ke-
Percobaan
ke-
Percobaan
ke-
Percobaan
ke-
1 2 1 2 1 2 1 2
1 18,0 - 4,2 4,6 7,0 5,5 28 -
2 21,1 - 6,0 5,3 7,3 8,2 30 -
3 21,1 - 6,0 5,3 8,4 9,0 30 -
4 21,1 - 6,1 5,4 8,4 9,0 32 -
5 23,4 - 8,0 9,2 10,3 12,4 35 -
6 23,4 - 9,3 10,5 12,2 14,1 38 -
Keterangan : A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
Lampiran 11. Tabel Hasil Uji Stabilitas Bobot Tablet
Hari
ke-
(gram)
FA1 FA2 FB1 FB2 FC1 FC2 FD1 FD2
0 4,64 4,57 4,57 4,30 4,47 4,56 4,61 4,53
1 4,66 4,52 4,52 4,27 4,47 4,49 4,61 4,48
2 4,66 4,52 4,52 4,27 4,48 4,48 4,61 4,47
3 4,58 4,52 4,52 4,26 4,48 4,48 4,61 4,47
4 4,66 4,52 4,52 4,26 4,49 4,48 4,61 4,47
5 4,67 4,52 4,52 4,26 4,49 4,48 4,61 4,47
6 4,67 4,52 4,52 4,26 4,51 4,47 4,61 4,47
7 4,68 4,52 4,52 4,26 4,52 4,48 4,61 4,48
Keterangan : FA1 (Formula satu), FA2 (Formula satu dengan silika), FB1 (Formula
dua), FB2 (Formula dua dengan silika), FC1 (Formula tiga), FC2 (Formula tiga
dengan silika), F4 A (Formula empat), FD2 (Formula empat dengan silika)
65 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 12 Tabel Stabilitas Kekerasan Tablet
No (Kg)
FA1 FA2 FB1 FB2 FC1 FC2 FD1 FD2
1 4,5 5,2 4,9 5 5,1 5.8 6.3 6.2
2 4,1 5,0 4.7 5.6 5.3 6.0 4.3 6.3
3 4,8 5,5 4,7 5,1 5,0 5,5 6,9 6,3
4 4,9 5,1 4,9 5,0 4,9 5,8 5,3 5,6
5 4,8 4,5 4,9 5,0 5,1 5,5 6,0 5,5
Rata-
Rata 4,6 5,1 4,8 5,2 5,0 5,4 5,7 6,0
SD 0,3 0,3 0,1 0,2 0,1 0,2 1,0 0,4
Keterangan : FA1 (Formula satu), FA2 (Formula satu dengan silika), FB1 (Formula dua), FB2
(Formula dua dengan silika), FC1 (Formula tiga), FC2 (Formula tiga dengan silika), F4 A
(Formula empat), FD2 (Formula empat dengan silika
Lampiran 13 Tabel Stabilitas Waktu Hancur Tablet
Tablet
Ke-
(menit)
FA1 FA2 FB1 FB2 FC1 FC2 FD1 FD2
1 17,2 21,3 8,0 11,4 11,5 11,1 18,6 18,1
2 17,2 21,3 8,0 12,1 11,5 14,5 24,5 25,1
3 18,4 28,1 8,0 12,1 13,2 16,1 26,0 28,0
4 21,2 28,1 9,2 13,1 13,2 16,1 26,0 33
5 21,2 28,1 9,2 13,1 13,3 16,1 33,6 34,2
6 21,2 28,1 9,2 13,3 13,4 16,3 33,6 35,2
Keterangan : FA1 (Formula satu), FA2 (Formula satu dengan silika), FB1 (Formula dua), FB2
(Formula dua dengan silika), FC1 (Formula tiga), FC2 (Formula tiga dengan silika), F4 A
(Formula empat), FD2 (Formula empat dengan silika)
66 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 14 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula A
67 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 15 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula B
68 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 16 Analisa Distribusi Ukuran Granul Formula C
69 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 17 Distribusi Ukuran Granul Formula D
70 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 18 Grafik Distribusi Ukuran Granul
Keterangan: Granul A (Explotab®
2%), B (Explotab®
4%), C (Explotab®
6%), D (Amprotab®
15%)
71 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 19 Sertifikat Analisis Laktosa
72 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 20 Sertifikat Analisis PVP
73 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 21 Sertifikat Analisis Sodium Starch Glycolate
74 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 22 Sertifikat Analisis Aerosil
75 UIN SYARIF HIDAYATULLAH
Lampiran 23 Sertifikat Analisis Magnesium Stearat