uas dialek.docx
Transcript of uas dialek.docx
Ma’am and Sir: Mode Mitigasi dan Kesantunan di Daerah
Amerika Bagian Selatan
Pendahuluan
Tingkah laku masyarakat dalam situasi tertentu sebagian besar dipengaruhi oleh
kebudayaannya. Sesuatu yang dikerjakan oleh suatu masyarakat pada situasi
tertentu dalam kebudayaan tertentu mungkin berbeda dengan yang dikerjakan
oleh masyarakat dari kebudayaan lainnya. Faktor kebudayaan ini pun ikut
mempengaruhi makna ujaran yang digunakan.
Perbedaan bahasa suatu bangsa juga tidak terlepas dari budaya yang dimiliki
oleh masyarakatnya; dengan kata lain, sikap berbahasa suatu masyarakat
menunjukkan pula bagaimana budaya masyarakat pengguna bahasa tersebut.
Pada daerah Amerika bagian selatan ditemukan tingginya kecenderungan
masyarakatnya untuk tidak menggunakan Ma’am dan Sir dan Yes/No Ma’am
dan Yes/No Sir, hal ini karena tidak terdapat pada norma-norma dan nilai-nilai
kesantunan di daerah tersebut.
Dalam tingkat kesantunan yang diungkapkan oleh Brown dan Levinson (1987),
ada tiga jenis penentu tingkat kesantunan, yaitu
a. Jarak sosial antara penutur dan petutur (social distance between speaker and
hearer);
b. Kekuasaan relatif antara penutur dan petutur (the speaker and hearer relative
power);
c. Tingkat imposisi (the degree imposition associated with the required of goods
or services).
Semakin tidak langsung sebuah tindak tutur diucapkan, maka penutur itu
dianggap semakin sopan atau memiliki tingkat kesopanan yang tinggi.
Kebanyakan penutur lebih memilih memberi alasan dan penjelasan kepada
1
orang yang menyuruh atau orang yang meminta daripada langsung mengatakan
“tidak”. Menurut Yule (1996:63) mitigasi adalah cara pelunakan dalam meminta
sesuatu kepada lawan tutur contohnya seperti penggunaan kata ‘please’ dan
‘would you’. Contoh kalimatnya “Could you perhaps close the window?”
Dalam tulisan ini akan dikaji tentang penelitian penggunaan mode mitigasi dan
kesantunan istilah Ma’am dan Sir dan Yes/No Ma’am dan Yes/No Sir pada
daerah Amerika bagian selatan pada tulisan Martin K.L Ching “Ma’am and Sir:
Modes of Mitigation and Politeness in the Southern United States” yang diedit
oleh Alan R. Thomas (1988) dan beberapa sumber pendukung lainnya.
Tujuan penelitian ini yaitu:
1. Siapa yang menggunakan Ma’am dan Sir dan Yes/No Ma’am dan
Yes/No Sir?
2. Pada situasi apakah penggunaan mode mitigasi dan kesantunan pada
daerah Amerika bagian selatan?
3. Bagaimana cara penginterpretasian data?
2
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu dengan cara penyebaran kuisioner dengan
pertanyaan yang objektif dan bisa dihitung dengan teknik komputerisasi,
diaanalisis dan diakhiri dengan sesi tanya jawab bebas sebagai pendukung data
tertulis atau untuk mengklarifikasi jawaban objektif dari informan. Variabel
informan yang dilibatkan meliputi beragam umur, jenis kelamin, ras, latar
belakang pendidikan, orientasi politik dan agama. Pada penelitian Aziz (2001:15)
menghasilkan pernyataan bahwa ada realisasi kesantunan yang berbeda antara
penutur ditinjau dari jenis kelamin, usia, jarak sosial (peranan penutur dalam
percakapan).
Tulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Teknik penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuisioner. Kuisioner terbagi
atas beberapa bagian. Bagian pertama untuk menjaring identitas dan latar
belakang bahasa responden. Bagian berikutnya berisi bentuk-bentuk tindak tutur
yang digunakan responden untuk penggunaan mitigasi dan kesantunan.
Pengamatan berpartisipasi juga dilakukan agar tulisan lebih lengkap.
Wawancara mendalam yang dilakukan pada 31 responden yang sebagian besar
berasal dari Memphis State University membantu kelancaran kehati-kehatian
pengumpulan data. Responden meliputi pembantu kulit hitam, dan kulit dhitam
dan kulit putih sekaligus dengan kategori: sarjana dan mahasiswa, bagian
akademis dan sekretaris. Sesi wawancara mendalam sangat membantu dalam
pengisian kuisioner dan menjawab pertanyaan yang tidak dimunculkan dalam
kuisioner karena hal ini dapat meminimalisir pertanyaan yang dirasa ambigu oleh
responden dan bisa menjawab pertanyaan responden kenapa hal tersebut
dipertanyakan atau menjadi suatu masalah.
Ketika penyebaran kuisioner, hal ini disertai dengan penjelasan lengkap tentang
kerahasiaan responden dalam lembar isian karena peneliti hanya memfokuskan
pada pada jumlah responden. Responden diizinkan mengaburkan data-data
pribadi ataupun data yang bersifat sensitif seperti orientasi politik dan agama.
Menurut Alimul dalam Mukhamdanah (2011), masalah etika penelitian yang
harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
1.Informed Consent (lembar persetujuan)
3
Merupakan lembar persetujuan yang diberikan pada responden. Peneliti
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilaksanakan serta dampak yang
mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika responden
bersedia diteliti, maka mereka harus mendatangani lembar persetujuan tersebut,
jika responden tersebut menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa
dan tetap menghormati hak-haknya.
2.Anonimy(tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak akan mencantumkan
namanya pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi inisial pada
masing-masing lembar tersebut.
3.Confidentiality(kerahasiaan)
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan. Hanya data
tertentu saja yang disajikan pada peneliti.
4.Privacy
Di dalam penelitian ini, peneliti menjamin privasi responden dengan tidak
menanyakan hal-hal lain selain yang berkaitan dengan lingkup peneliti.
Responden yang digunakan pada penelitian ini adalah 640 orang yang berasal
dari bagian selatan, mahasiswa Memphis State University dan pekerja tata usaha
yang menghabiskan 15 tahun atau lebih 18 tahun pertama hidup mereka pada
daerah selatan. Daftar nama daerah bagian selatan dari Amerika Serikat yaitu:
- Alabama
- Arkansas
- Florida( bagian utara Orlando)
- Georgia
- Kentucky
- Louisiana
- Mississipi
- Missouri (The bootheel part)
- Carolina Utara
- Carolina Selatan
- Tennesse
4
- Texas
- Virginia
Kategori informan dikelompokkan menjadi 4 besar kelompok yaitu 1) orang tua 2)
pendeta 3) atasan atau supervisor 4) petugas kepolisian. Dua grup pertama
merupakan kelompok yang secara resmi dihormati yang biasanya disebabkan
karena faktor keseganan, sedangkan dua grup terakhir karena pengaruh
dominasi ataupun kekuasaan yang mereka duduki juga disebabkan oleh
pengaruh ketakukan akan pemecatan atau penangkapan.
Teknik penghitungan sampel yaitu menggunakan Formula Isaac & Michael
N = X2 . N.P. (I-P)
d2 (N-I) + X2. P (I-P)
Keterangan:
I = jumlah sampel
N = jumlah populasi
P = proporsi populasi sebagai dasar asumsi P = 0,5
d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan
yang dapat ditoleransi d = 0.05
X 2 = nilai tabel x2 pada df = 1, CI = 95%
Hasil Penelitian
Umur lawan tutur yang dituju memainkan peran yang sangat penting, mereka
yang berumur antara 18- 29 tahun merupakan yang paling banyak menggunakan
istilah di atas, sedangkan mereka yang berumur 40an jarang menggunakan
istilah tersebut, namun pada umur 50an terlihat mereka mulai menggunakan lagi
istilah mitigasi dan kesantunan tersebut. Pada beberapa daerah yang berbeda,
juga terdapat penggunaan istilah yang berbeda. Dikatakan bahwa pada usia
remaja di daerah Memphis, mereka cenderung menggunakan Ma’am dan Sir
ketika berbicara dengan lawan tuturnya orang dewasa. Namun, ada juga kasus
5
yang ditemukan penggunaan istilah tersebut pada pelatihan karate. Pelatih
karate menyuruh anggotanya untuk menggunakan kata Sir pada setiap latihan
mereka seperti “1, Sir! 2, Sir!, 3, Sir!, 4, Sir! dan seterusnya.
Namun, kuisioner tidak hanya menguji tentang bagaimana beragam responden
menjawab pertanyaan yang bervariasi tetapi juga bagaimana wawancara
mendalam langsung dapat membantu pengisian kuisioner sehingga responden
dapat mengkonfirmasi pertanyaan dan menginterpretasian maksud pertanyaan
dengan benar dan sesuai dengan konteks yang diinginkan. Contohnya
penggunaa ma’am and sir menurut responden bisa jadi merupakan hal yang
sulit, merendahkan diri dan dan secara sosial mudah diterima. Kesantunan
negatif dapat dinyatakan pada assertiveness (ketegasan) dari pada
agressiveness ( Galassi and Galassi, 1977, 14-16). Oleh karena itu, ekspresi ini
diperbolehkan bagi penduduk selatan untuk kesantunan negatif pada ranah
sosial yang berterima tanpa menggunakan kata-kata yang kasar dan emos yang
tidak terkontrol, karena penolakan terhadap maksud kesantunan negatif adalah
maksud utama dari penggunaan mitigasi dan kesantunan dalam berbahasa.
Pada kasus operator telepon, pengisiian kuisioner terhadap penggunaan ma’am/
sir merupakan mode yang sangat berterima sebagai mitigasi dan kesantunan
karena menunjukkan pemahaman dan penertian dari operator telepon terhadap
ketidaknyamanan pelayanan yang diterima oleh si penelpon. Tetapi penggunaan
secara cepat atau berulangualng dari istilah Yes Sir atau Yes Ma’am seperti- Yes
Sir, Yes Sir, Yes Sir- menunjukkan ketidaksabaran yang lebih hormat karena
lawan tutur sudah menerti atau sudah pernah mendengar apa yang dimaksudkan
oleh penutur. Lawan tutur berharap dengan penggunaan berulang istilah tersebut
bisa memeberitahu penutur untuk mempersingkat penjelasan ataupun
pembicaraan mereka.
Dari hasil penelitian yang dilakukan setelah penyebaran kuisioner dan melakukan
wawancara mendalam secara langsung terhadap responden dalam pengisian
kuisioner, dapat terlihat bahwa penggunan Yes/No Sir dan Yes/No Ma’am bisa
digunakan pada beberapa situasi diantara penutur untuk menunjukkan
kedekatan atau keramahan, bahkan pada lawan tutur yang lebih muda ataupun
deangan lawan tutur yang berumur sama. Seorang instruktur wanita berkulit
hitam menjelaskan bahwa penggunaan sapaan Ma’am merupakan ungkapan
6
sapaan persahabatan, sama juga dengan penggunaan kata sapaan brother an
sister pada biarawan dan biarawati.
Pemakaian mitigasi dan kesantunan tersebut juga menunjukkan persahabatan
sesama umur dan juga ketika ditujukan kepada lawan tutur yang berusia lebih
muda. Hasil kuisioner juga menunjukkan bahwa terkadang penggunaan Yes/No
Sir dan Yes/No Ma’am dipakai oleh seseorang untuk menunjukkan sikap imej
yang baik dan juga menunjukkan bahwa orang yang berperilaku sopan dan
santun.
Singkatnya, ketiga bentuk metode pengambilan data; pertanyaan dan kuisioner
objektif, metode subjektif wawancara dan tanggapan langsung dari responden,
dan observasi secara personal atau pribadi dibutuhkan untuk menunjukkan
fungsi dan penggunaan Ma’am dan Sir sebagai mode mitigasi dan kesantunan
pada daerah Amerika bagian selatan dan variabel-variabel yang mempengaruhi
penggunaan istilah ini.
7
Referensi
Aziz, E. Aminudin. 2001. Gaya Ki Sunda mengatakan “TIDAK”: Sebuah Telaah Sosiolinguistik terhadap Variabel Sosial yang Mempengaruhi Realisasi Kesantunan dalam Pertuturan Menolak oleh Orang Sunda. Makalah disampaikan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda (KIBS) I, Bandung, 22-25 Agustus 2001.
Brown, P. dan S. C. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambridge: Cambridge University Press
Galassi, Merna Dee, and John P. Galassi. (1977) Assert Yourself: How to be your own person. New York; Human Science Press.
K.L. Ching, Martin. “Ma’am and Sir: Modes of Mitigation and Politeness in the Southern United States” dalam “Methods of Dialectology: Proceeding in the Sixth Internasional Conference at the University Collage of North Wales” Clevedon: Multilingua Matters.
Mukhamdanah. 2011. Realisasi kesantunan berbahasa pada etnik jawa saat menyampaikan penolakan. Jakarta Timur: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Thomas, R. Alan (ed.). 1988. Methods of Dialectology: Proceeding in the Sixth Internasional Conference at the University Collage of North Wales. Clevedon: Multilingua Matters.
Yule, George. 1996. Pragmatics. New York: Oxford University Press
8