Typhoid Fever

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Tifoid 1. Pengertian Demam Tifoid Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam, Rekawati, Sri Utami, 2005). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan kuman gram negative salmonella typhi (Darmowandowo, 2006). 2. Etiologi Demam tifoid disebabkan oleh salmonella typhi (S.typhi). Salmonella paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C (Noer S., et.al, 2006). 3. Patogenesis dan Patofisiologi Kuman S.typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman S.typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S.typhi masuk aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman-kuman S.typhi lain mencapai hati

description

Typhoid Fever

Transcript of Typhoid Fever

Page 1: Typhoid Fever

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demam Tifoid

1. Pengertian Demam Tifoid

Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai

saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan

pada pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam, Rekawati, Sri Utami,

2005). Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan kuman gram

negative salmonella typhi (Darmowandowo, 2006).

2. Etiologi

Demam tifoid disebabkan oleh salmonella typhi (S.typhi). Salmonella

paratyphi A, salmonella paratyphi B, salmonella paratyphi C (Noer S., et.al,

2006).

3. Patogenesis dan Patofisiologi

Kuman S.typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan

air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian

lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum

terminalis yang mengalami hipertrofi. Di tempat ini komplikasi perdarahan dan

perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman S.typhi kemudian menembus ke lamina

propia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga

mengalami hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S.typhi masuk

aliran darah melalui ductus thoracicus. Kuman-kuman S.typhi lain mencapai hati

Page 2: Typhoid Fever

6

melalui sirkulasi portal dari usus. S.typhi bersarang di plaque peyeri, limpa dan

hati dan bagian-bagian lain sistem retikuloendotelial. Semula disangka demam

dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia.

Tapi kemudian berdasarkan penelitian-eksperimental disimpulkan bahwa

endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan gejala-gejala

toksema pada demam tifoid. Endotoksin S.typhi berperan pada patogenesis

demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan

tempat S.typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S.typhi

dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit

pada jaringan yang meradang (Juwono R., 2006).

4. Manifestasi Klinis

Masa tunas 7 – 14 (rata-rata 3 – 30) hari. Selama masa inkubasi mungkin

ditemukan gejala prodromal berupa rasa tidak enak badan. Pada kasus khas

terdapat demam remiten pada minggu pertama, biasanya menurun pada pagi hari

dan meningkat pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, pasien terus

berada dalam keadaan demam, yang turun secara berangsur-angsur pada minggu

ketiga. Lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi

kemerahan, jarang disertai tremor. Hati dan limpa membesar serta nyeri pada

perabaan. Biasanya terdapat konstipasi, tetapi mungkin normal bahkan dapat diare

(Nursalam, et.al, 2005).

Page 3: Typhoid Fever

7

5. Cara Penularan

Demam tifoid ditularkan melalui fecal-oral antara lain makanan atau

minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella typhi maupun salmonella

paratyphi A (Rohim A., et.al, 2002).

B. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Demam Tifoid

Faktor penyebab tifoid adalah pola makan, kebersihan makanan, rumah sakit,

hygiene sanitasi (kualitas sumber air dan kebersihan jamban), rumah sakit, tingkat

pengetahuan kebersihan diri (perilaku cuci tangan dan kebersihan badan) (Sumber :

Noer S, 1996, Sudoyo A, et.al, 2006, Potter & Perry, 2005, Nursalam, et.al, 2005 ).

1. Pola Makan

Pola makan adalah kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Pola

makan yang benar diterjemahkan sebagai upaya untuk mengatur agar tubuh kita

terdiri dari sepertiga makanan, sepertiga cairan, sepertiga udara (Siswono, 2002).

Menurut Fathonah (2005) Pola makan dipengaruhi oleh segi sosial

budaya, segi psikologi, kepercayaan terhadap makanan.

a. Sosial Budaya

1) Budaya pangan

Kegiatan budaya suatu keluarga, suatu kelompok masyarakat, suatu

negara atau suatu bangsa mempunyai pengaruh yang kuat dan lestari

terhadap apa, kapan, dan bagaimana penduduk makan. Setiap masyarakat

mengembangkan cara yang turun temurun untuk mencari, memilih,

Page 4: Typhoid Fever

8

menangani, menyiapkan, menyajikan, dan cara-cara makan. Adat dan

tradisi merupakan dasar perilaku tersebut, yang biasanya sekurang-

kurangnya dalam beberapa hal berbeda di antara kelompok yang satu

dengan yang lain. Nilai-nilai, sikap, dan kepercayaan yang ditentukan

budaya, merupakan kerangka kerja di mana cara makan dan daya terima

terhadap makanan terbentuk, yang dijaga dengan seksama dan diajarkan

dengan tekun kepada setiap generasi berikutnya. Sehubungan dengan

pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak

pola pantangan, takhayul dan larangan pada beragam kebudayaan dan

daerah yang berlainan di dunia.

2) Pola makanan

Jumlah macam makanan dan jenis serta banyaknya bahan makanan

dalam pola pangan di suatu negara atau daerah tertentu, biasanya

berkembang dari pangan setempat atau dari pangan yang telah ditanam di

tempat tersebut untuk jangka.

3) Pembagian makan dalam keluaga

Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan

jenis makanan tertentu dalam keluarga. Jika kebiasaan budaya tersebut

diterapkan, maka setelah kepala keluarga anak pria dilayani, biasanya

dimulai dari yang tertua. Wanita, anak wanita dan anak yang masih kecil

boleh makan bersama anggota keluarga pria, tetapi di beberapa lingkungan

budaya, mereka makan terpisah pada meja lain atau bahkan setelah anggota

Page 5: Typhoid Fever

9

keluarga pria selesai makan. Pada beberapa kasus wanita dan anak kecil

memperoleh pangan yang disisakan setelah anggota keluarga pria makan.

4) Jumlah angggota keluarga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat

nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama

mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan

makannya jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit.

5) Faktor pribadi

Jika berbagai pangan yang berbeda tersedia dalam jumlah yang

cukup, biasanya orang memiliki pangan yang dikenal dan disukai. Faktor

pribadi dan kesukaan makan yang mempengaruhi jumlah dan jenis

makanan yang dikonsumsi penduduk. Beberapa di antaranya adalah :

(a) Banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang

kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa.

(b) Kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi kedalam

pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan pangan yang

sesuai.

(c) Hubungan kesehatan seseorang dengan kebutuhan pangan untuk

pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit

6) Pengetahuan gizi

Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan :

(a) Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan

Page 6: Typhoid Fever

10

kesejahteraan.

(b) Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan

tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi.

(c) Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.

7) Preferensi

Reaksi indera rasa terhadap makanan sangat berbeda antara satu

orang dengan yang lain. Flavour, suatu faktor yang penting dalam

pemilihan pangan, meliputi bau, tekstur dan suhu. Penampilan yang

meliputi warna dan bentuk juga mempengaruhi sikap terhadap pangan.

8) Status kesehatan

Tidak hanya status gizi yang mempengaruhi kesehatan seseorang,

tetapi status kesehatan juga mempengaruhi status gizi. Infeksi dan demam

dapat menyebabkan merosotnya nafsu makan atau menimbulkan kesulitan

menelan dan mencerna makanan.

b. Psikologi

Setiap manusia memerlukan makanan untuk mempertahankan

hidupnya. Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman dan respons-respons yang diperlihatkan oleh orang

lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh

ada yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Sehingga seseorang dapat

Page 7: Typhoid Fever

11

mempunyai sikap suka dan tidak suka terhadap makanan. Fathaher (1960)

dalam Suharjo (2003) mengatakan jika kita mengatakan kepada seseorang

bahwa kebiasaan makannya jelek, berarti kita mengingatkan kembali

pengalamannya pada waktu masih kanak-kanak. Untuk sebagian besar

penduduk, pangan yang dikenal dan dipelajari pada masa kanak-kanak

umumnya dilanjutkan terus menjadi preferensinya (yang disukai) sampai

tumbuh dewasa. Dari hasil studi tentang kebiasaan makan Lewin (1943)

dalam Suharjo (2003) menyimpulkan bahwa hampir semua orang lebih suka

makan apa yang mereka sukai daripada menyukai apa yang mereka makan.

Orang umumnya mempunyai emosional yang kuat terhadap loyalitas dan

kepekaan tentang tradisional mereka dan akan mempertahankan kritikan-

kritikan yang timbul terhadapnya.

c. Kepercayaan terhadap makanan

Orang percaya bahwa makanan manusia harus sesuai dengan unsur-

unsur dalam tubuh, sehingga kecukupan akan pangan memberikan suatu

kesegaran tubuh. Di Asia dan Amerika Latin ada kepercayaan sebagian

penduduk yang menyatakan bahwa makanan itu ada yang bersifat panas dan

ada pula yang dingin. Pada situasi tertentu sifat tersebut dapat menimbulkan

bahaya bagi mereka khususnya, bila dikonsumsi anak-anak kecil atau

golongan lain yang secara fisiologis termasuk rawan. Beberapa jenis pangan

dianggap ringan atau yang dapat menyebabkan masuk angin, diare, konstipasi,

atau cacingan. Beberapa jenis pangan dianggap berpengaruh terhadap tingkah

Page 8: Typhoid Fever

12

laku. Daging yang mentah dianggap sebagai bahan makanan yang dapat

membuat orang lebih kuat. Olson (1958) dalam Suharjo (2003)

mengemukakan adanya kepercayaan terhadap makanan, di Amerika Serikat

antara lain :1) percaya bahwa pangan tunggal separti yoghurt, gula coklat,

royal jelly, mempunyai kekuatan dalam meningkatkan kesehatan dan vitalitas

di luar nilai kandungan zat gizinya. 2) percaya bahwa pangan yang

diproduksikan dengan menggunakan pupuk kimia dapat menurunkan nilai gizi

pangan yang bersangkutan, 3) percaya bahwa fortifikasi zat gizi pada pangan

tertentu memberikan manfaat yang baik bagi tubuh, dan 4) percaya makanan

seperti pisang, tomat dan telur yang sangat baik bagi penyembuhan penyakit

artritis, kanker, kencing manis, hipertensi, kegemukan atau penyakit lainnya.

Dua kepercayaan pertama tidak berbahaya kecuali terhadap keuangan

keluarga. Kepercayaan ketiga dapat berbahaya jika sampai kelebihan zat gizi

yang mengakibatkan overnutrition. Kepercayaan yang keempat dapat

membahayakan karena menyebabkan penyakit menjadi makin berat, sehingga

sulit diobati (Suharjo, 2003).

Meningkatnya taraf hidup menyebabkan perubahan gaya hidup, yaitu

kecenderungan membeli makanan daripada mengolah makanan sendiri untuk

dikonsumsi sehari-hari, tanpa melihat status gizi dan apa yang dipilih untuk

dimakan. Makanan jajanan adalah campuran dari berbagai bahan makanan

yang dianalisis secara bersamaan dalam bentuk olahan. (Supariasa, et.al,

2002).

Page 9: Typhoid Fever

13

Semakin banyak pengetahuan tentang gizi pada seseorang, akan

memperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dikonsumsinya. Awam

yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang

yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan

nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan

gizinya, lebih banyak mempergunakan rasional dan pengetahuan tentang nilai

gizi makanan tersebut. Status gizi dikatakan baik apabila pola makan kita

seimbang, artinya banyak dan jenis makanan yang kita makan sesuai dengan

yang dibutuhkan tubuh. Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh

untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan

memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Tingginya

pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang cukup, akan

menyebabkan seseorang menjadi komsumtif dalam pola makan sehari-hari.

Pemilihan bahan makanan lebih berdasarkan pada pertimbangan selera

daripada gizi. Pola makan yang baik adalah 60-70% berasal dari karbohidrat,

15-20% protein, 20-30% lemak, cukup vitamin, mineral dan serat. Pola makan

tersebut terbagi dalam tiga periode, yaitu sarapan, makan siang, dan malam.

Peranan sarapan tidak boleh diabaikan, karena akan menentukan kinerja tubuh

dari pagi hingga siang hari.

Makanan dengan komposisi seimbang ini, diperlukan karena tubuh

memerlukan zat gizi untuk pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan.

Pengaturan makanan yang baik;

Page 10: Typhoid Fever

14

1) Makanan rendah lemak, kurangi makanan berlemak yang terlihat dan

yang tidak terlihat serta makanan olahan atau jadi,

2) Makanan rendah kolesterol, kurangi kuning telur, hewani berlemak

(jerohan), otak dan lain-lain,

3) Makanan lebih banyak serat: buah, sayur, kacang-kacangan,

4) Makan lebih banyak karbohidrat kompleks: biji-bijian, kacang-kacangan

dan sayuran akar,

5) Hindari alkohol,

6) Baca label makanan, lemak sebaiknya kurang dari 30% energi, dan

komposisinya tidak mengandung minyak dehidrogenerasi,

7) Gunakan lebih sering makanan sumber omega 3: ikan laut,

8) Kurangi konsumsi gula (Pritasari, 2006).

2. Kebersihan Makanan

Dalam Ensiklopedia Indonesia (1982) yang dimaksud dengan hygiene

adalah ilmu yang berhubungan dengan masalah kesehatan, serta berbagai usaha

untuk mempertahankan atau untuk memperbaiki kesehatan. WHO telah

menetapkan sepuluh aturan dalam penyiapan makanan yang aman dan sehat.

Kesepuluh aturan tersebut jika diperlukan harus disesuaikan dengan kondisi

setempat yakni:

a. Pilih makanan yang diolah untuk keamanan. Buah-buahan dan sayuran paling

baik dikonsumsi dalam keadaan alami, makanan lain tidak aman jika tidak

Page 11: Typhoid Fever

15

mengalami pengolahan. Makanan yang dikonsumsi dalam keadaan mentah

perlu dibersihkan sebelum dikonsumsi.

b. Masak makanan dengan teliti. Makanan mentah seperti unggas, daging, telur

dan susu yang tidak mengalami pasteurisasi dapat terkontaminasi organisme

penyebab penyakit. Pemasakan yang teliti akan membunuh mikroba patogen,

suhu untuk seluruh makanan harus mencapai minimal 70 C. Jika ayam

dimasak masih mentah di bagian dekat tulangnya, harus dimasak kembali

sampai matang seluruhnya. Daging, ikan dan unggas beku harus dicairkan

dengan teliti dan sempurna.

c. Makan makanan matang dengan segera. Jika makanan matang menjadi dingin

karena suhu kamar, mikroba mulai berkembang biak. Semakin lama

didiamkan akan semakin besar resikonya. Agar aman makan segera makanan

begitu selesai dipanaskan.

d. Simpan makanan matang dengan hati-hati. Jika masakan akan disiapkan jauh

sebelumnya dan ingin disimpan sisanya, harus dipastikan makanan disimpan

dalam kondisi panas (suhu mendekati atau melebihi 60C) atau dingin (suhu

mendekati atau melebihi 10C). Aturan ini sangat penting jika berencana untuk

menyimpan makanan lebih dari empat atau lima jam.

e. Panaskan kembali makanan matang dengan teliti. Tindakan memanaskan

makanan perlindungan terbaik melawan mikroba yang mungkin berkembang

selama penyimpanan. Penyimpanan yang tepat dapat memperlambat

Page 12: Typhoid Fever

16

pertumbuhan mikroba tetapi tidak membunuh mikroba. Pemanasan ulang

yang teliti berarti seluruh bagian makanan harus mencapai suhu minimal 70 C.

f. Hindari kontak makanan mentah dan makanan matang. Makanan matang yang

aman dapat terkontaminasi melalui kontak sedikit saja dengan makanan

mentah.

g. Cuci tangan berulang kali. Cuci tangan dengan teliti sebelum menyiapkan

makanan akan menghindari kuman patogen bersinggah dalam makanan.

h. Jaga kebersihan seluruh permukaan dapur. Makanan sangat mudah

terkontaminasi, setiap permukaan yang digunakan untuk menyiapkan

makanan harus dijaga tetap bersih. Setiap potongan kecil, sisa makanan

merupakan tempat yang potensial untuk kuman. Lap yang menyentuh

peralatan makan dan masak harus sering diganti dan direbus sebelum

digunakan kembali. Lap pembersih lantai yang terpisah harus sering

dibersihkan.

i. Lindungi makanan dari serangga, binatang pengerat, dan binatang lain.

Binatang sering membawa mikroorganisme patogen. Penyimpanan makanan

secara tertutup merupakan perlindungan terbaik.

j. Gunakan air yang aman. Air untuk penyiapan makanan sama pentingnya

dengan air untuk minum. Jika air diragukan keamanannya maka air harus

direbus sebelum ditambahkan kedalam makanan atau membuat es untuk

diminum.

Page 13: Typhoid Fever

17

3. Kebersihan Diri

Kebersihan diri adalah sikap perilaku bersih pada seseorang agar badan

terbebas dari kuman. Beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain

pemeriksaan kesehatan, perilaku cuci tangan, kesehatan rambut, kebersihan

hidung, mulut, gigi, telinga dan kebersihan pakaian.

a. Pemeriksaan kesehatan

Pemeriksaan dilakukan sebaiknya dilakukan minimal sekali setiap

tahun atau setiap enam bulan sekali. Apabila ada karyawan yang sakit harus

diobati dahulu sebelum bekerja. Sallmonella Thypi merupakan salah satu

penyakit yang ditularkan melalui manusia..

b. Kesehatan rambut

Pencucian rambut dilaksanakan secara teratur. Rambut yang kotor

akan menimbulkan rasa gatal pada kulit kepala yang dapat menyebabkan

orang menggaruknya dan dapat mengakibatkan kotoran, ketombe dan rambut

jatuh ke dalam makanan dan kuku menjadi kotor. Setelah tangan menyentuh,

menggaruk, menyisir atau menyikat rambut, harus segera dicuci sebelum

digunakan untuk menangani makanan. Mencuci rambut dengan sampo untuk

membersihkan kuman minimal satu minggu sekali.

c. Kebersihan hidung, mulut, gigi dan telinga

Hidung, mulut, gigi dan telinga harus dijaga kebersihannya, karena

tempat tersebut dapat sebagai sumber kontaminan. Gigi harus disikat secara

teratur dua kali sehari, pada pagi hari dan sebelum tidur, dengan

Page 14: Typhoid Fever

18

menggunakan sikat gigi medium. Sikat gigi harus dijaga kebersihannya dan

diganti bila telah rusak. Mulut harus dibersihkan dan berkumur setiap setelah

makan. Kebiasaan ini menjamin kesehatan gigi yang baik, mencegah gigi

berlubang dan nafas berbau.

d. Kebersihan pakaian dan badan

Mandi minimal dua kali sehari dengan menggunakan sabun. Pakaian

harus selalu bersih. Pakaian kerja dibedakan dengan pakaian harian,

disarankan ganti tiap hari.

e. Perilaku cuci tangan

Kebersihan diri terutama dalam hal perilaku mencuci tangan setiap

makan, merupakan sesuatu yang baik. Di mana sebagian besar salmonella

typhi ditularkan melalui jalur fecal oral. Teknik dasar yang paling penting

dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci

tangan. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama

seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian

dibilas untuk membuang air. Tujuannya adalah untuk membuang kotoran

dan organisme yang menempel di tangan dan untuk mengurangi jumlah

mikroba total pada saat itu. Tangan yang terkontaminasi merupakan

penyebab utama perpindahan infeksi. Kebiasaan yang berhubungan dengan

kebersihan adalah bagian penting dalam penularan kuman

salmonella. Larson (1995) dalam Potter & Perry (2005)

Page 15: Typhoid Fever

19

merekomendasikan bahwa perawat mencuci tangan dalam situasi seperti

berikut ini:

1) Jika tampak kotor

2) Sebelum dan sesudah kontak dengan klien

3) Setelah kontak dengan sumber mikroorganisme (darah atau cairan tubuh,

membrane mukosa, kulit yang tidak utuh atau obyek mati yang mungkin

terkontaminasi)

4) Sebelum melakukan prosedur invasi seperti pemasangan kateter

intravaskuler atau kateter menetap (dianjurkan menggunakan sabun

antimikroba).

5) Setelah melepaskan sarung tangan, mencuci tangan dengan sabun

terutama sesudah buang air besar dan sebelum makan mencegah kuman

masuk dalam tubuh.

Organisme transient melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan

orang atau objek lain dalam aktivitas atau kehidupan normal. Misalnya bila

perawat menyentuh bedpan atau balutan terkontaminasi, bakteri transient

menempel pada kulit perawat. Organisme melekat tidak erat pada kulit yang

kotor atau berminyak ataupun di bawah kuku jari. Masih menurut Larson

(1995) yang dikutip oleh Potter dan Perry (2005) organisme ini siap untuk

ditularkan kecuali bila dihilangkan dengan mencuci tangan.

Menurut Garner dan Fayero (1986) dalam Potter dan Perry (2005),

mencuci tangan paling sedikit 10 – 15 detik akan memusnahkan

Page 16: Typhoid Fever

20

mikroorganisme transient paling banyak dari kulit. Jika tangan tampak

kotor, dibutuhkan waktu yang lebih lama. Larson dan Luck (1985) dalam

Potter dan Perry (2005) menambahkan bahwa perawat yang mencuci

tangannya 8 kali sehari kemungkinan kecil membawa bakteri gram negative

di tangan mereka.

Mencuci tangan secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan

sabun dalam berbagai bentuk yang sesuai (batang, lembaran, cair atau

bubuk). Penggunaan sabun antimikroba dianjurkan untuk mengurangi jumlah

mikroba total di tangan. Terdapat banyak jenis sabun antimikrobial efektif,

termasuk klorheksidin glukonat (CHG), hibiscrub atau savlon 1%, alkohol

dan iodofor. Sabun antimikroba tertentu dapat mengiritasi kulit, dan

kebutuhan terhadap sabun antimikroba harus dievaluasi terhadap potensi

iritasi kulit. Sabun biasa dengan air dapat digunakan untuk mencuci tangan

biasa, tetapi bila diperlukan untuk membunuh atau menghambat

mikroorganisme seperti prosedur bedah, agens antiseptik harus digunakan.

(Larson, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

Kebersihan diri sangat penting mengingat salmonella typhi mampu

bertahan beberapa minggu di dalam air, es, debu, sampah kering dan pakaian,

mampu bertahan di sampah mentah selama satu minggu dan dapat bertahan serta

berkembang biak dalam susu, daging, telur, tanpa merubah warna atau bentuknya

(Rohim A, et.al, 2002).

Page 17: Typhoid Fever

21

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui. Pengetahuan juga merupakan

hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia,

sebagian pengindraan diperoleh melalui mata dan telinga. Domain kognitif

berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual, dibagi secara berjenjang,

sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Tahu diartikan sebagai keberhasilan mengumpulkan keterangan apa

adanya, mengenal atau mengingat kembali hal yang berhasil kita kenali atau

kita himpun.

b. Pemahaman

Dimana sudah dicapai pengertian tentang hal-hal yang sudah kita

kenali. Kemampuan menerjemahkan, menafsirkan, menginterpretasikan dan

meramalkan.

c. Penerapan

Sudah dicapai kemampuan untuk menerapkan hal yang sudah dipahami

tadi ke dalam situasi lain yang kondisinya sesuai.

d. Analisa

Sudah dicapai kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian

yang terdiri dari unsur-unsur atau komponen yang berhubungan dengan yang

lain dalam bentuk susunan sesuai.

Page 18: Typhoid Fever

22

e. Sintesa

Sudah dicapai kemampuan untuk menyusun kembali unsur-unsur tadi

menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

f. Penilaian

Sudah dicapai kemampuan untuk membandingkan hal yang

bersangkutan dengan hal serupa lainnya, sehingga diperoleh kesan yang

lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya.

Pengetahuan tentang suatu hal akan mempengaruhi seseorang dalam

berperilaku. Perilaku seseorang sangat berhubungan erat dengan pengetahuan

tentang kesehatan serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan

(Notoatmodjo, 2003).

Determinan perilaku adalah faktor-faktor yang membedakan respon

terhadap stimulus yang berbeda. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua,

yakni:

1) Faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat

bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin

dan sebagainya.

2) Faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan

faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo,

2003).

Page 19: Typhoid Fever

23

5. Hygiene Sanitasi

Hygiene adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mempelajari

pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah

timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan serta membuat kondisi

lingkungan sedemikian rupa, sehingga terjamin pemeliharaan kesehatan.

Termasuk upaya melindungi, memelihara, dan mempertinggi derajat kesehatan

manusia (perorangan ataupun masyarakat), sedemikian rupa sehingga berbagai

faktor lingkungan yang menguntungkan tersebut tidak sampai menimbulkan

gangguan kesehatan. (Azwar, 1990) Pada perawat yang memiliki lingkungan

yang tidak sehat misalnya sumber air yang tercemar dan menimbulkan dampak

pada pencemaran air yang biasa dikonsumsi sehari-hari.

Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada

pengawasan terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi atau mungkin

mempengaruhi derajat kesehatan manusia, lebih mengutamakan usaha

pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan sedemikian rupa sehingga

munculnya penyakit dapat terhindar (Azwar, 1990).

a. Kualitas sumber air

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas

di daerah tropis dan subtropics terutama di daerah dengan kualitas sumber air

tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi rendah. Negara

berkembang dengan sumber air dan sistem pembuangan limbah yang kurang

memadai dan higiene - sanitasi buruk, merupakan endemic demam tifoid.

Page 20: Typhoid Fever

24

Bagi manusia air minum merupakan salah satu kebutuhan utama bagi

manusia yang menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi,

mencuci, kakus, produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat berbagai

penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia, pada saat memanfaatkannya,

maka tujuan penyediaan air bersih atau air minum bagi masyarakat adalah

mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan semakin banyak

pengetahuan masyarakat yang menggunakan air bersih, maka akan semakin

turun mobilitas penyakit akibat bawaan air.

Sumber air minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang paling

penting yang berkaitan dengan kejadian demam tifoid. Pada prinsipnya semua

air dapat diproses menjadi air minum. Sumber-sumber air ini dapat diproses

menjadi air minum. Sumber-sumber air ini dapat digambarkan sebagai berikut

: air hujan, air sungai dan danau, kedua sumber ini sering juga disebut air

permukaan. Mata air yaitu air yang keluar dan berasal dari air tanah yang

muncul secara alamiah. Air sumur dangkal yang berasal dari lapisan air di

dalam tanah yang dangkal biasanya berkisar antara 5 – 15 meter. Air sumur

dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah, dalamnya

dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Sebagian besar kuman-

kuman infeksius penyebab demam tifoid ditularkan melalui jalur fecal-oral

yang dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda

yang tercemar dengan tinja. Air merupakan salah satu media yang sangat

mudah untuk proses itu.

Page 21: Typhoid Fever

25

Kualitas air minum hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan

kesehatan, setidaknya diusahakan persyaratan air sehat yaitu persyaratan fisik

yaitu tidak berasa, bening atau tidak berwarna. Sedangkan secara bakteriologi

air harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Dari sisi kimiawi

air minum yang sehat itu harus mengandung zat-zat tertentu di dalam jumlah

tertentu seperti flour, chlor, besi dan lain-lain (Notoadmodjo, 2003).

b. Kebersihan jamban

Jamban jenis septik merupakan cara yang paling memenuhi

persyaratan, oleh sebab itu cara pembuangan tinja semacam ini yang

dianjurkan (Notoadmodjo, 1999). Dengan adanya jamban dalam suatu rumah

mempengaruhi kesehatan lingkungan sekitar. Untuk mencegah atau

mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan tinja

manusia harus di satu tempat tertentu agar menjadi jamban yang sehat. Jamban

yang sehat untuk daerah pedesaan harus memenuhi persyaratan yaitu tidak

mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban, tidak mengotori permukaan

air di sekitarnya, tidak terjangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau,

mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya, murah, dapat diterima

oleh pemakainya (Notoadmodjo, 2003).

Penularan penyakit demam tifoid bersifat fecal-oral, maka

pembuangan kotoran melalui jamban menjadi penting. Penggunaan jamban

keluarga dengan baik dan bersih, dapat mengurangi resiko demam tifoid.

Transmisi kuman demam tifoid ditemukan dengan Cara menelan makanan

Page 22: Typhoid Fever

26

atau air yang tercemar tinja manusia. Salmonella typhi hanya dapat hidup pada

tubuh manusia. Sumber penularan berasal dan tinja dan urine karier, dari

penderita pada fase akut dan penderita dalam fase penyembuhan (Soegijanto

S, 2002).

6. Rumah Sakit

Pekerja pelayanan kesehatan selalu beresiko terpapar terhadap

mikroorganisme infeksius. The Occupational Safety and Health Act of (OSHA)

1991 menetapkan kaidah dan peraturan untuk melindungi pekerjaan dari

kecelakaan infeksius dalam tempat kerja (OSHA, 1991). Panduan OSHA

digabungkan dengan kebijakan dan prosedur dari institusi pelayanan kesehatan.

Elemen dari panduan OSHA termasuk yang berikut ini:

a. Rencana control-paparan. Institusi harus memiliki rencana control paparan

yang dirancang untuk mengeliminasi atau meminimalkan paparan terhadap

pegawai. Rencana harus dapat dicapai oleh semua pegawai. Rencana tersebut

juga menggambarkan bagaimana menghindari paparan terhadap lembaga

infeksius, seperti kapan harus menggunakan peralatan perlindungan.

b. Pemenuhan tindakan pencegahan standar. Pegawai harus melaksanakan

tindakan pencegahan untuk mencegah kontak dengan darah atau materi

infeksius lainnya selama perawatan rutin terhadap klien. Peralatan

perlindungan individu harus disediakan tanpa perlu dibayar untuk pegawai

yang beresiko terpapar.

c. Housekeeping. Tempat kerja harus dipelihara dalam kondisi bersih dan sehat.

Page 23: Typhoid Fever

27

Pembersihan yang rutin dan prosedur dekontaminasi harus ditetapkan.

d. Resiko tinggi terpapar. Jika pekerja perawatan kesehatan terpapar secara

parenteral (jarum) atau melalui membran mukosa terhadap darah atau cairan

tubuh infeksius lainnya, kecelakaan tersebut harus segera dilaporkan.

e. Pelatihan. Pimpinan harus memastikan bahwa semua pegawai yang beresiko

terhadap paparan di tempat kerja ikut Serta dalam program pelatihan. Program

tersebut akan menyajikan rencana control paparan bagi institusi dan secara

spesifik menjelaskan tindakan yang harus dilakukan oleh pegawai untuk

keselamatan mereka. Kebijakan dan panduan tertulis harus disediakan bagi

semua personel mengenai pencegahan infeksi dan tindakan mengontrol

infeksi.

Dalam rumah sakit, pelayanan keperawatan beroperasi selama 24 jam

perhari. Rumah-rumah sakit menerapkan pola ketenagaan yang berbeda untuk

memenuhi kebutuhan asuhan keperawatan. Beberapa rumah sakit menerapkan

jam tugas 2 kali 12 jam, sementara rumah sakit lain menerapkan 3 kali 8 jam

tugas, yang terbagi atas tugas pagi, siang dan malam. Peran dan tanggung jawab

perawat yang bekerja antar rumah sakit bervariasi karena tiap-tiap rumah sakit

sangat berbeda dari segi ukuran dan struktur organisasi.

Klien di rumah sakit secara umum membutuhkan 24 jam asuhan

keperawatan. Perawatan mungkin di ruang penyakit akut, kronik, atau rehabilitasi.

perawat yang bekerja di ruang rawat akut merawat klien yang sakit berat dan

masalah yang kompleks.

Page 24: Typhoid Fever

28

Infeksi nosokomial diakibatkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam

fasilitas perawatan kesehatan. Rumah sakit merupakan satu dari tempat yang

paling mungkin mendapat infeksi karena mengandung populasi mikroorganisme

yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisters terhadap, antibiotik.

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit infeksius yang ditularkan dari

rumah sakit kepada pekerja pelayanan kesehatan.

C. Kerangka Teori

Pola Makan

Kebersihan makanan

Kebersihan diri • Perilaku cuci tangan • Kebersihan badan

Tingkat pengetahuan

Hygiene sanitasi • Kualitas sumber air • Kebersihan jamban

Rumah sakit

Demam Tifoid

Gambar 2.1 Kerangka teori: faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demam tifoid pada perawat (Soegijanto S. et.al, 2002, Nursalam, et.al, 2005, Potter &P, Griffin, 2005, Noer S, 1996, Sudoy o A, et.al, 2006).