Lapjag Bangsal-typhoid Fever
-
Upload
pandu-anggoro -
Category
Documents
-
view
41 -
download
2
Transcript of Lapjag Bangsal-typhoid Fever
STASE INTERNA“TYPOID FEVER”
LAPORAN KASUSS
Syarifah Nur Aini2007730119
IDENTITAS
Nama : Nn.LisnawatiTTL : Jakarta,20/11/1983Usia : 25 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl.Serdang Cempaka Masuk RS tanggal : 21 Desember
2013 No.Rekam Medik : 00 23 05 00Dokter yg Merawat : dr. Fahron Sp.PD
Keluhan Utama :Os datang dengan keluhan demam sejak 5 hari
SMRS
Keluhan Tambahan : Mual,muntah,batuk,pilek ,nafsu makan
menurun,nyeri perut,nyeri sendi,BAB mencret
Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan demam 5 hari ah sejak 1 hr SMRS. demam hilang timbul, terutama muncul pada malam hari disertai menggigil dan menurun pada pagi hari.Mual dirasakan terus menerus. Muntah 1x berisi makanan, berisi makanan dan cairan, darah (-). Batuk dan pilek sejak 4 hari.Nyeri ulu hati sejak 1 hari yll, seperti tertusuk-tusuk. Mencret-mencret sejak 1 hari yll, frekuensi 3x, konsistensi cair, ampas (+), lendir(-), darah (-). Badan terasa pegal dan lemas. Nafsu makan menurun. BAK lancar.Os tidak sedang berpergian ke daerah endemik.
Riwayat Penyakit Dahulu:
•Riwayat gastritis
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Tidak ada yang sakit seperti ini.
Riw. Alergi
Riw. Pengobata
n:
• Belum berobat
-Alergi obat (+),Ranitidin-Alergi makanan(-)
Pasien sering telat makanRiw. Psikososial:
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
• Tampak sakit sedang, Compos Mentis
Tanda vital :
• TD : 100/70 mmHg• Suhu : 37,70 C• Pernapasan : 16x/menit• Nadi : 96x/menit
Antropometri TB : 162 cm BB sebelum sakit : Os lupa BB saat sakit : 57 kg IMT : BB = 57 = 57 =21,75
( Normal)
PEMERIKSAAN GENERAL
Kepala Normochepal Rambut hitam, tidak rontok, distribusi merata
Mata Reflex pupil (+), isokor Sklera ikterus (-) Konjungiva anemis (+)
Hidung Deviasi septum nasi (-) Sekret (-), epistaksis (-),
Lidah dan Mulut Bibir kering (+) Lidah kotor (+)
Leher Pembesaran KGB dan kel. Tyroid (-)
Dada Normochest
JANTUNG
InspeksiIctus cordis tidak
terlihat
PalpasiIctus cordis
teraba
PARUInspeksi
Dada simetrisTidak ada retraksiTidak ada bagian
dada yang tertinggal
PalpasiNyeri tekan (-)Vokal Fremitus kanan = kiri
Perkusisonor di ke-2 lap
parubatas paru- hepar
setinggi ICS 5
AuskultasiVesikuler +/+
Rhonki - / -Wheezing - / -
Abdomen
InspeksiPerut supel,
Massa (-)Striae (-)
Caput medusa (-)
Perkusihipertimpani ke-4
kuadranShifting dullness (-)
AuskultasiBising Usus (+)
meningkat
Ekstremitas Atas Bawah
Sianosis -/- -/-Akral hangat hangatEdema -/- -/-
Pemeriksaan Darah Perifer Hasil Satuan Nilai rujukan
Hb 11,3 g/dl 12,5-15,5
Leukosit 12.900 Ribu/mm3 4,5 – 12,5
Trombosit 258 Ribu/mm3 140-392
Hematokrit 41,4 % 40 - 52
LABORATORIUM (09-5-2011)
Pemeriksaan SEROLOGI (WIDAL)
Hasil Satuan Nilai rujukan
S. Typhosa H 1/320 -
s. Paratyphosa BH
1/320 -
RESUME. . .Resume
Os datang dengan keluhan demam sejak 5 hari SMRS.Sebelumnya demam dirasakan terjadi sejak 1 bulan dan memperberat sejak 5 hari SMRS.Keluhan demam terjadi hilang timbul dan memperberat saat sore dan malam hari yang disertai menggigil kemudian demam menurun saat pagi hari.Keluhan disertai dengan rasa mual,muntah 1 kali dan nafsu makan menurun.Terdapat nyeri pada sendi-sendi badan.Os juga mengeluhkan adanya nyeri ulu hati sejak 2 hari. BAB mencret 3 kali perhari sejak 2 hari dan.BAK normal.
Dari pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum : Tampak sakit sedang.TTV :
TD: 110/70 mmHgNadi : 100x/menit (kuat, cukup, regular)RR: 19x/menit Suhu : 37,2ºC
Lidah kotor (+),lidah tremor (+) nyeri tekan epigastrium (+), spelnomegali (+), bising usus (+) meningkat
Pemeriksaan Laboratorium:Hb : 11.3
Leukosit 12.900Widal: S. Typhosa H 1/320
S. Paratyphosa BH 1/320
Deferensial Diagnostik : Demam typhoidInfuenzaMalaria
DAFTAR MASALAH
Typhoid feverGastritisAnemia
ASSESMENT
1. Typhoid feverBerdasarkan :• Anamnesis :
Pasien mengeluh demam hilang timbul, terutama muncul pada malam hari, mual, muntah, diare, pegal-pegal, nafsu makan menurun, lidah terasa pahit, lemas.
• Pem. Fisik : suhu : 37,70C, Lidah kotor, splenomegali.
• Lab: Leukosit 12.900Widal: S. Typhosa H 1/320
S. Paratyphosa BH 1/320
Terapi:• Non medikamentosa • Istirahat : tirah baring
• Medikamentosa : - Oral : - Pamol 3x1- Omeprazol : 2 x 1 - Cefadroxil 3 x 1
Terapi
ASSESMENT
2. GastritisBerdasarkan :• Anamnesis :
Pasien mengeluh Mual, muntah, nyeri ulu hati• Pem. Fisik :
Nyeri tekan pada daerah epigastrium
Terapi:• Non medikamentosa • Diet rendah serat
• Medikamentosa : - Vometa : 3 x 1- Impepsa : 3 x 1 (alergi ranitidin)
Terapi
ASSESMENT
3.AnemiaBerdasarkan :
• Pem.Fisik :• Mata : anemis (+/+)• Pem. Lab :
Hb : 11.3 gr/dlTerapi : Sangobion oral
Definisi
Demam Thypoid merupakan penyakit infeksi sistemik akut
yang disebabkan Salmonella thypi
Epidemiologi
350-810 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau ± sekitar 600.000-1.500.000 kasus setiap tahunnya
Angka kejadian demam tifoid di Indonesia diperkirakan
Diantara penyakit yang tergolong penyakit infeksi usus demam tifoid menduduki urutan kedua setelah gastroenteritis
Etiologi
Salmonella typhi. bakteri Gram-negatif, mempunyai flagel, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri
dari oligosakarida, flagel antigen (H) yang terdiri dari protein, dan envelope antigen K yang terdiri
dari polisakarida.
Faktor Risiko
Penderita carrier
Pengetahuan kesehatan
kurang
Higiene yang jelek
Sanitasi lingkungan kurang mendukung
Kebiasaan makan yang
jelek
•Penempelan dan invasi sel sel M peyer’s patch,•Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag peyer’s patch, nodus limfatikus mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelial.•Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah •Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.
4 prose
s kompl
eks
Patogenesis
Jalur Masuknya…Benda tercemar
kuman (tsekret sal. Nafas, tinja, muntah,
keringat)
sistem pencernaan
lambung, kuman akan berkurang oleh
karena HCl
pada usus halus, melakukan penetrasi &
berbiak di kelenjar limfoid mesenterika
ductus thoracicus
masuk ke peredaran darah (bakteriemi
I)
ditangkap oleh RES (sampai disini
disebebut silent period/masa tunas)
kemudian di RES akan bermultiplikasi
intraseluler
masuk ke dalam peredaran darah (bakteriemi II)
beredar di seluruh tubuh
masuk ke dalam empedu & usus
Empedu relaps/kari
r
Di usus akan
membuat luka di plaque payeri.
PATOGENESIS
Hari -15 Hari 0 Hari 7 Hari 21
370C400C
Masa inkubasiAsimtomatik
Fase invasifDemam intermitenNyeri kepalaLesu,lelahTidak enak di perutKonstipasiiDiare
Fase tifoidDemam menetapBradikardi relatifHepatomegaliSplenomegaliKonstipasiDiareRose spot
PenyembuhanKarierRelaps
Komplikasi
Mulai demam
Perjalanan Penyakit
Manifestasi Klinis
Masa inkubasi 10 -14 hari
Demam > 7 hariDemam yang makin
tinggi terutama pada malam hari
Lemah badan, nyeri kepala di frontal
Mual dan muntahAnoreksiaGangguan defekasi
(Obstipasi atau Diare)
Nyeri perutMyalgia/atralgiBatukLidah tifoid (typhoid
tongue) bagian tengah lidah kotor, bagian pinggir lidah hyperemis
Dapat timbul kejang, ikterus, epistaksis
Penurunan kesadaran
Langkah Diagnostik
Anamnesis
• Demam• Nyeri kepala • Malaise• Anoreksia• Sakit perut• Nyeri tulang, persendian dan otot• Konstipasi atau diare• Mual dan muntah• Penurunan Kesadaran
Pemeriksaan Fisik
• Demam tinggi• Perut distensi disertai
dengan nyeri tekan• Bradikardi relatif• Kesadaran menurun
(delirium sampai stupor)• Hepatomegali,
splenomegali• Ruam makula papula
pada kulit dada bagian bawah/perut (rose spot) menghilang dalam 2-3 hari.
1 2 3 4 5 6 7 8 minggu
demam
darah
tinja
urin
antibodi
S.typhi masuk
Diagnostik Laboratoriumhubungannya dengan perjalanan penyakit
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Tepi.
Anemia normokrom normositik, leukeopeni : jarang <3000, jika abses piogenik leukosit 20.000-25.000, trombositopenia
Identifikasi kuman melalui isolasi / biakan ditemukan bakteri S. typhi dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan duodenum atau dari rose spots.
Pemeriksaan Widal
Tujuan untuk menentukan adanya antibodi, yaitu aglutinin dalam serum pasien yang disangka menderita tifoid. Antibodi aglutinasi terhadap antigen somatik (O), flagela (H)
Merupakan pemeriksaan reaksi aglutinasi yang terjadi bila serum penderita dicampur dengan suspensi antigen Salmonella typhi
Pemeriksaan positif bila terjadi reaksi aglutinasi.
Interpretasi Uji Widal
•Bila didapati titer O yang tinggi, maka diagnosis demam tifoid dapat dianggap positif•Titer uji widal meningkat 4 kali lipat selama 2-3 minggu.•Titer O ≥ 1/200 atau meningkat 4x lipat.•Aglutinin H : pasca imunisasi / infeksi masa lampau•Vi Aglutinin deteksi karier.
Pemeriksaan Penunjang...
•Deteksi kadar IgM dan IgG terhadap antigen OMP 50 S.typhi
Metode Enzim Immuno Assay
(EIA)
•Sensitivitas spesifisitas lebih baik dari widal. Hanya mendeteksi Antibodi IgM terhadap antigen O9, tidak mendeteksi IgG dalam waktu beberapa menit.
Tes Tubex
•untuk mendeteksi antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9,
Metode Enzym –Liked
Immunosorbent Assay (ELISA)
Diagnosa
Banding
Stadium dini : influenza,
gastroenteritis, bronchitis,
bronkopneumonia
Tuberculosis, infeksi jamur
sistemik, malaria
Demam typhoid berat : sepsis,
leukemia, limfoma
PenatalaksanaanNon medika mentosa
PerawatanBed rest total
sampai dengan bebas demam 1 minggu tetapi
sebaiknya sampai akhir minggu ke III oleh karena
bahaya perdarahan dan
perforasi.
DietMakanan yang mudah
dicerna & halus; rendah seratTyphoid diet I : Bubur
susu/cair tdk diberikan pd pasien yg demam tanpa
komplikasi.Typhoid diet II : Bubur saring.
Typhoid diet III : Bubur biasa.
Typhoid diet IV : Nasi tim.
Antibiotic
Antibiotic lini pertama :
1. Kloramfenikol (drug of choice) 50 – 100 mg/kgBB/hari), oral atau IV, dibagi dalam 4 dosis, selama 10 14 hari. (bayi < 2 minggu. 25 mg/kgBB/hari)
2. Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral atau intravena, dalam 3 dosis selama 10 – 14 hari
3. Cotrimoxazole 50 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis, sampai 3 hari bebas demam, selama 10 – 14 hari.
Medikamentosa
Antibiotik lini kedua :
1. Ofloxacin 15 mg/kgBB/hari p.o selama 2 hari
2. Ciprofloxacin 2 x 750 mg sampai 4 minggu, untuk menanggulangi karier, karena pasien dapat menularkan secara fecal - oral (typhoid mary).
3. Cefriaxon 50 mg/kgBB/hari, intravena atau intramuskular, sekali sehari selama 5 hari.
4. Cefixime 10 – 15 mg/kgBB/hari, oral dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari
• Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran. Deksametason 1 – 3 mg/kgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran membaik.
• Antipiretik (bila perlu) : paracetamol 10 mg/kgBB/hari• Bedah, Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus• Suportif:
• Tirah baring• Isolasi memadai• Kebutuhan cairan dan elektrolit di cukup• Diet Makanan tidak berserat dan mudah dicerna. Seteleh
demam reda, dapat segera diberikan makanan yang yang lebih padat dengan kalori cukup.
Usus Halus
Perdarahan usus
Perforasi usus
Peritonitis
Diluar Usus HalusMeningitis
Kolesistitis
Ensepalopati
Miokarditis
Tifoid Toxic
Hepatitis typhosa
Pneumotyphoid
Komplikasi
Prognosis• Prognosis Tergantung dari ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan sebelumnya, ada tidaknya komplikasi.
• Di Negara maju, dengan terapi antibiotik yang adekuat, angka mortalitas < 1%.
• Di Negara berkembang, angka mortalitasnya > 10%, biasannya karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan pengobatan. Munculnya komplikasi, seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis, endokarditis, dan pneumonia, mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Pencegahan• Memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang di konsumsi.
• Untuk makanan, pemanasan sampai suhu 570C beberapa menit dan secara merata juga dapat mematikan kuman Salmonella typhi.
• Vaksinasi : - Bila kontak dengan penderita - kejadian luar biasa
- berpergian ke daerah endemikTy 21 attenuated mutant strains S.typhosa p.o pd usia >2 tahun 3x dengan interval selang (hari 1,3 dan 5), memberi daya perlindungan 6 tahun.
Vi capsular polysaccharide pada usia > 2 tahun, i.m. Booster setiap 2 tahun.
DAFTAR PUSTAKA 1.Johnston, Michael v. nelson textbook of pediatric. Saunders. USA. 20042.Meadow roy. Lecture notes “pediatrika”. Erlangga medical series. 2007.3.WHO.Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Cetakan pertama. Depkes RI.2009.4.Gardna, Herry, Heda Melinda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman 5.Diagnosis dan Terapi. Edisi 3. Bandung : 20086.Pedoman pelayanan medis penyakit anak. Ikatan dokter anak Indonesia. 20047.Tosca enterprise. Pediatricia. Jakarta . 2010.8.Eugene Richard. Pediatrics @ “Typhoid Fever”. Available at : www.emedicine. Accessed November 2006.www. Medicastore.com @ demam tifoid