Tutorial 1

14
CASE FATALITY RATE CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut. CFR (Case Fatality Rate): Jumlah kematian penyakit x ------------------------------------ x 100% Jumlah kasus penyakit x x 427 × 100 %=10 % 100x = 4270 X = 42,7 ??? Secara ilmiah, kriteria penetapan terjadinya KLB adalah terjadinya salah satu dari hal dibawah ini : 1. Terjadi peningkatan jumlah kasus sebanyak dua kali atau lebih dibandingkan periode waktu yang sama sebelumnya 2. Ada kasus penyakit menular di suatu daerah, yang tadinya di daerah itu tidak pernah ada kasus penyakit itu sebelumnya 3. Peningkatan kejadian penyakit secara terus menerus selama 3 kurun waktu ber-turut2 4. Terjadi peningkatan jumlah kematian secara berarti Penetapan KLB dapat dilakukan oleh Kepala Daerah setempat. Harus pula ditentukan KLB dalam aspek tempat, waktu dan orang nya, supaya program penanggulangannya berjalan baik. Sementara itu, perbedaan wabah dengan KLB adalah bahwa Wabah haruslah mencakup 4 hal : 1. Jumlah kasus yang besar 2. Daerah yang luas 3. Waktu yang lama 4. Dampak yang berat

description

tutorial

Transcript of Tutorial 1

Page 1: Tutorial 1

CASE FATALITY RATE

CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu, untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut.

CFR (Case Fatality Rate):

Jumlah kematian penyakit x------------------------------------ x 100%Jumlah kasus penyakit x

x427

×100%=10%

100x = 4270

X = 42,7 ???

Secara ilmiah, kriteria penetapan terjadinya KLB adalah terjadinya salah satu dari hal dibawah ini :1. Terjadi peningkatan jumlah kasus sebanyak dua kali atau lebih dibandingkan periode waktu yang sama sebelumnya2. Ada kasus penyakit menular di suatu daerah, yang tadinya di daerah itu tidak pernah ada kasus penyakit itu sebelumnya3. Peningkatan kejadian penyakit secara terus menerus selama 3 kurun waktu ber-turut24. Terjadi peningkatan jumlah kematian secara berarti

Penetapan KLB dapat dilakukan oleh Kepala Daerah setempat. Harus pula ditentukan KLB dalam aspek tempat, waktu dan orang nya, supaya program penanggulangannya berjalan baik.

Sementara itu, perbedaan wabah dengan KLB adalah bahwa Wabah haruslah mencakup 4 hal :1. Jumlah kasus yang besar2. Daerah yang luas3. Waktu yang lama4. Dampak yang berat

Prof dr Tjandra Yoga AditamaSpP (K) , MARS, DTM&H, DTCEKepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)Kementerian Kesehatan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010, Kejadian Luar Biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.

Page 2: Tutorial 1

Selain itu, Mentri Kesehatan RI (2010) membatasi pengertian wabah sebagai berikut: “Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka”.

Istilah wabah dan KLB memiliki persamaan, yaitu peningkatan kasus yang melebihi situasi yang lazim atau normal, namun wabah memiliki konotasi keadaan yang sudah kritis, gawat atau berbahaya, melibatkan populasi yang banyak pada wilayah yang lebih luas.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010, suatu daerah dapat ditetapkan dalam keadaan KLB apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:

1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal pada suatu daerah.

2. Peningkatan kejadian kesakitan terus-menerus selama 3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.

3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari, atau minggu menurut jenis penyakitnya.

4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 (satu) bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata jumlah per bulan dalam tahun sebelumnya.

5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan pada tahun sebelumnya.

6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Penyelidikan KLB mempunyai tujuan utama yaitu mencegah meluasnya (penanggulangan) dan terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, sebagai berikut:

1. Mempersiapkan penelitian lapangan

2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB

Page 3: Tutorial 1

3. Memastikan diagnosa etiologis

4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan

5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat

6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)

7. Mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB

8. Merencanakan penelitian lain yang sistematis

9. Menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan

10. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi

(CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986; Goodman et al., 1990 dalam Maulani, 2010)

Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak. Pemastian diagnosa dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan (Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989 dalam Maulani, 2010).

1. Persiapan Penelitian Lapangan

Persiapan lapangan sebaiknya dikerjakan secepat mungkin, dalam 24 jam pertama sesudah adanya informasi. Kelsey., (1986), Greg (1985) dan Bres (1986) dalam Maulani (2010) mengatakan bahwa persiapan penelitian lapangan meliputi:a. Pemantapan (konfirmasi) informasi.b. Pembuatan rencana kerjac. Pertemuan dengan pejabat setempat.2. Pemastian Diagnosis Penyakit

Cara diagnosis penyakit pada KLB dapat dilakukan dengan mencocokan gejala/tanda penyakit yang terjadi pada individu, kemudian disusun distribusi frekuensi gejala klinisnya.

3. Penetapan KLB

Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik) pada populasi yang dianggap berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Adanya KLB juga ditetapkan apabila memenuhi salah satu dari kriteria KLB. Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa menyusun dengan grafik pola maksimum-minimum 5 tahunan atau 3 tahunan.

Page 4: Tutorial 1

4. Identifikasi kasus atau paparan

Identifikasi kasus penting dilakukan untuk membuat perhitungan kasus dengan teliti. Hasil perhitungan kasus ini digunakan selanjutnya untuk mendeskripsikan KLB. Dasar yang dipakai pada identifikasi kasus adalah hasil pemastian diagnosis penyakit. Identifikasi paparan perlu dilakukan sebagai arahan untuk indentifikasi sumber penularan. Pada tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan mempelajari teori cara penularan penyakit tersebut. Ini penting dilakukan terutama pada penyakit yang cara penularannya tidak jelas (bervariasi). Pada KLB keracunan makanan identifikasi paparan ini secara awal perlu dilakukan untuk penanggulangan sementara dengan segera (CDC, 1979 dalam Maulani, 2010).

5. Deskripsi KLB

a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.

Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung) digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit. Salah satu cara untuk menentukan cara penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan melihat tipe kurva epidemik, sebagai berikut:

1) Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar dalam waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan makanan (misalnya: kolera, typoid).

2) Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa puncak. Jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit tersebut.

3) Tipe kurva epidemik campuran antara common source danpropagated. Tipe kurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).

b. Deskripsi kasus berdasarkan tempat

Tujuan menyusun distribusi kasus berdasarkan tempat adalah untuk mendapatkan petunjuk populasi yang rentan kaitannya dengan tempat (tempat tinggal, tempat pekerjaan). Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi sumber penularan. Agar tujuan tercapai, maka kasus dapat dikelompokan menurut daerah variabel geografi (tempat tinggal, blok sensus), tempat pekerjaan, tempat (lingkungan) pembuangan limbah, tempat rekreasi, sekolah, kesamaan hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980 dalam Maulani, 2010).

Page 5: Tutorial 1

c. Deskripsi kasus berdasarkan orang

Teknik ini digunakan untuk membantu merumuskan hipotesis sumber penularan atau etiologi penyakit.Orang dideskripsikan menurut variabel umur, jenis kelamin, ras, status kekebalan, status perkawinan, tingkah laku, atau kebudayaan setempat. Pada tahap dini kadang hubungan kasus dengan variabel orang ini tampak jelas. Keadaan ini memungkinkan memusatkan perhatian pada satu atau beberapa variabel di atas. Analisis kasus berdasarkan umur harus selalu dikerjakan, karena dari age spscific rate dengan frekuensi dan beratnya penyakit. Analisis ini akan berguna untuk membantu pengujian hipotesis mengenai penyebab penyakit atau sebagai kunci yang digunakan untuk menentukan sumber penyakit (MacMahon and Pugh, 1970; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al., 1986 dalam Maulani, 2010).

6. Penanggulangan sementara

Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau diperlukan, sebelum semua tahap penyelidikan dilampaui. Cara penanggulangan ini dapat lebih spesifik atau berubah sesudah semua langkah penyelidikan KLB dilaksanakan.Menurut Goodman et al. (1990) dalam Maulani (2010), kecepatan keputusan cara penanggulangan sangat tergantung dari diketahuinya etiologi penyakit, sumber dan cara penularannya, sebagai berikut:

a. Jika etiologi telah diketahui, sumber dan cara penularannya dapat dipastikan maka penanggulangan dapat dilakukan tanpa penyelidikan yang luas.

Sebagai contoh adanya kasus Hepatitis A di rumah sakit, segera dapat dilakukan penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada penderita yang diduga kontak, sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk mencari orang yang kontak dengan penderita (MMWR, 1985 dalam Maulani, 2010).

b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara penularannya.

Sebagai contoh: KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan telah diketahui etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara penanggulangan tidap segera ditetapkan sebelum hasil penyelidikan mengenai sumber dan cara penularan ditemukan. Cara penanggulangan baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber penularan dengan suatu penelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982 dalam Maulani, 2010).

c. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah diketahui maka penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih memerlukan penyelidikan yang luas tentang etiologinya.

Sebagai contoh: suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui bahwa sumber penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera dapat dilakukan dengan mengamankan roti tersebut.

Page 6: Tutorial 1

Penyelidikan KLB masih diperlukan untuk mengetahui etiologinya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, yang ditemukan parathion sebagai penyebabnya (Etzel et al., 1987 dalam Maulani, 2010).

d. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka penanggulangan tidak dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah penyelidikan.

Sebagai contoh: Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara penanggulangan baru dapat dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang luas mengenai etiologi dan cara penularan penyakit tersebut (Frase et al., 1977 dalam Maulani, 2010).

7. Identifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB

a. Identifikasi sumber penularan

Untuk mengetahui sumber dan cara penularan dilakukan dengan membuktikan adanya agent pada sumber penularan.

b. Identifikasi keadaan penyebab KLB

Secara umum keadaan penyebab KLB adalah adanya perubahan keseimbangan dari agent, penjamu, dan lingkungan.

8. Perencanaan penelitian lain yang sistematis

Goodman et al (1990) dalam Maulani, 2010 mengatakan bahwa KLB merupakan kejadian yang alami (natural), oleh karenanya selain untuk mencapai tujuan utamanya penyelidikan epidemiologi KLB merupakan kesempatan baik untuk melakukan penelitian.

Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB selalu dilakukan:

a. Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui kemampuannya yang ada sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistem surveilans.

b. Penelitian faktor risiko kejadian penyakit KLB yang sedang berlangsung.

c. Evaluasi terhadap program kesehatan.

9. Penyusunan Rekomendasi

a. Program Pengendalian

Program pengendalian dilakukan oleh institusi kesehatan dalam upaya menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Tahapan – tahapan program, yaitu:

1) Perencanaan

Page 7: Tutorial 1

Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah, penetapan masalah prioritas, inventarisasi alternatif pemecahan masalah, penyusunan dokumen perencanaan. Dokumen perencaan harus detail terhadap target/tujuan yang ingin dicapai, uraian kegiatan dimana, kapan, satuan setiap kegiatan, volume, rincian kebutuhan biaya, adanya petugas penanggungjawab setiap kegiatan, metode pengukuran keberhasilan.

2) Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen perencanaan, menggerakan dan mengkoordinasikn seluruh komponen dan semua pihak yang terkait.

3) Pengendalian (Monitoring/Supervisi)

Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan.

(Pickett dan John, 2009).

b. Penanggulangan KLB

Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi:

1) Penyelidikan epidemilogis

Penyelidikan epidemiologi pada Kejadian Luar Biasa adalah untuk mengetahui keadaan penyebab KLB dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kejadian tersebut, termasuk aspek sosial dan perilaku sehingga dapat diketahui cara penanggulangan dan pengendaian yang efektif dan efisien (Anonim, 2004 dalam Wuryanto, 2009).

2) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina.

Tujuannya adalah:

a) Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar mereka tidak menjadi sumber penularan.

b) Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier).

3) Pencegahan dan pengendalian

Merupakan tindakan yang dilakukan untuk memberi perlindungan kepada orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit agar jangan sampai terjangkit penyakit.

4) Pemusnahan penyebab penyakit

Page 8: Tutorial 1

Pemusnahan penyebab penyakit terutama pemusnahan terhadap bibit penyakit/kuman dan hewan tumbuh-tumbuhan atau benda yang mengandung bibit penyakit.

5) Penanganan jenazah akibat wabah

Terhadap jenazah akibat penyebab wabah perlu penanganan secara khusus menurut jenis penyakitnya untuk menghindarkan penularan penyakit pada orang lain.

6) Penyuluhan kepada masyarakat

Penyuluhan kepada masyarakat, yaitu kegiatan komunikasi yang bersifat persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang lain. Penyuluhan juga dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif dalam menanggulangi wabah.

7) Upaya penanggulangan lainnya

Upaya penanggulangan lainya adalah tindakan-tindakan khusus masing-masing penyakit yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah.

(Menteri Kesehatan RI, 2010)

10. Penyusunan laporan KLB

Hasil penyelidikan epidemiologi hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan pengendalian KLB yang disarankan dapat dilaksanakan. Laporan tertulis diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan epidemiologi dapat dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim surveilans yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.

Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah kasus yang ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah populasi total (Dorland, 2002).

Buku Azrul azwar, Pengantar Epidemiologi (winda)a. Insidensi : Adalah gambaran tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok masyarakat. Angka insidensi (Insiden rate) adalah jumlah kasus baru penyakit tertentu yang dilaporkan pada periode waktudan tempat tertentu dibagi dengan jumlah penduduk dimana penyakit tersebut berjangkit. Biasanya dinyatakan dalam jumlah kasus per 1000 kasus atau per 100.000 penduduk per tahun.b. Prevalensi : Adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang ditemukan dalam jangka waktu tertentu disekelompok masyarakat tertentu. Angka prevalensi adalah jumlah keseluruhan

Page 9: Tutorial 1

orang yang sakit yang menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk tertentu pada titik waktu tertentu (Point prevalen) atau periode waktu tertentu (Period prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu dimulai dibagi dengan jumlah penduduk pada titik waktu dan periode waktu tertentu.

Tentu banyak dari kita yang bingung dengan permasalahan epidemiologi ini. Insidensi dan prevalensi berbeda dari sisi kasusnya. Insidensi mengacu pada frekuensi perkembangan penyakit yang baru dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Ketika kita mengatakan bahwa kejadian kanker ini telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,

kita berarti bahwa lebih banyak orang telah mengembangkan tahun ini kondisi ke tahun, yaitu:, kejadian kanker tiroid telah meningkat, dengan 13.000 kasus baru didiagnosis tahun ini. Intinya, pada insidensi, angka yang dianggap masuk di dalamnya hanyalah kasus yang BARU terjadi atau BARU TERDIAGNOSIS di periode tersebut. Ingat, kata kuncinya adalah KASUS BARU.

Sedangkan prevalensi mengacu pada saat ini jumlah orang yang menderita penyakit pada tahun tertentu. Jumlah ini termasuk semua orang yang mungkin telah didiagnosis pada tahun sebelumnya, serta pada tahun berjalan. Insiden kanker adalah 20.000 tahun dengan prevalensi 80.000 berarti bahwa ada 20.000 kasus baru didiagnosa setiap tahun dan ada 80.000 orang tinggal di negara-negara Amerika dengan penyakit ini, 60.000 di antaranya didiagnosis dalam dekade terakhir dan masih hidup dengan penyakit. Jumlah orang yang disembuhkan dari penyakit ini tidak termasuk dalam prevalensi. Jadi, pada intinya, prevalensi adalah jumlah orang yang sakit pada periode tertentu, tidak peduli apakah pasien tersebut sudah sakit sebelumnya ataupun baru saja terdiagnosis, yang penting saat ini dia mengalami sakit, itu masuk dalam prevalensi. Prevalensi adalah KASUS LAMA + KASUS BARU.

Surveilans epidemiologi adalah kegiatan yang terus menerus berupa pengumpulan data, analisis dan interpretasi data kesehatan yang digunakan untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi aktivitas kesehatan, dan kemudian diseminasi sehingga langkah efektif pencegahan penyakit bisa dilakukan. (WHO)

Tujuan surveilans :

Memberikan informasi tepat waktu tentang masalah kesehatan populasi, sehingga penyakit dan faktor risiko dapat dideteksi dini dan dapat dilakukan respons pelayanan kesehatan dengan lebih efektif.

Tujuan khusus surveilans:

Surveilans adalah penting bagi praktisi epidemiologi karena digunakan untuk :

Menemukan kasus kluster atau isolasi

Menilai kejadian kasus kesehatan sekaligus trennya

Mengukur factor kausal penyakit

Page 10: Tutorial 1

Memonitor keefektifan dan mengevaluasi program pencegahan, strategi intervensi dan perubahan kebijakan kesehatan

Perencanaan dan menyediakan pelayanan ksesehatan.

Pendekatan surveilans dapat dibagi menjadi dua jenis: (1) Surveilans pasif; (2) Surveilans aktif. Surveilans pasif memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan. Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk dilakukan. Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi kecenderungan penyakit. Data yang dihasilkan cenderung under-reported, karena tidak semua kasus datang ke fasilitas pelayanan kesehatan formal.Selainitu,tingkat pelaporan dan kelengkapan laporan biasanya rendah, karena waktu petugas terbagi dengan tanggungjawab utama memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan masing-masing.

Surveilans aktif menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan berkala kelapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indeks. Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat daripada surveilans pasif, sebab dilakukan oleh petugas yang memang dipekerjakan untuk menjalankan tanggungjawab itu. Selain itu, surveilans aktif dapat mengidentifikasi outbreak lokal. Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih sulit untuk dilakukan daripada surveilans pasif.