Tumor Kepala&Leher
-
Upload
meiria-sari -
Category
Documents
-
view
60 -
download
8
description
Transcript of Tumor Kepala&Leher
Tumor Kepala Leher
KOAS:Meiria Sari (03011186)
Pembimbing : dr. Bima Mandraguna Sp. THT-KL
Kanker kepala & leher (diluar kanker otak, mata dan tulang belakang)
Pada awalnya, kanker kepala dan leher menyebar ke kelenjar getah bening di dekatnya. Dalam waktu 6 bulan sampai 3 tahun, kanker biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Metastase (penyebaran kanker ke bagian tubuh lainnya) biasanya berasal dari tumor yang besar atau tumor yang menetap dan lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem kekebalan.
• Tumor : pertumbuhan massa atau jaringan abnormal dalam tubuh
• Tumor terbagi menjadi 2 :1. tumor jinak2. tumor ganas
• Manifestasinya :-bentuk, mulai dari lesi kecil, massa atau granulasi sampai dengan tumor yang sudah meluas
Lebih dari 70% pasien datang dengan stadium lanjut (stadium III dan IV), secara histopatologi 90% merupakan karsinoma sel skuamosa.
Adapted from Greenlee RT, et al. CA Cancer J Clin. 2001:51;15-36.
Penyebab utama kematian tahun 2001
1.1
1.1
1.3
2.8
3.9
4.2
4.8
6.8
23.2
31.0
Percentage of Total Deaths, US
Heart Diseases
Cancer
Cerebrovascular Diseases
Chronic Obstructive Lung Diseases
Accidents
Pneumonia & Influenza
Diabetes Mellitus
Suicide
Nephritis
Cirrhosis of the Liver
MENGAPA KANKER ?
*Non-Hodgkin’s lymphoma. Adapted from Parkin DM, et al. CA Cancer J Clin. 1999;49:39.
10 besar keganasan di dunia
1 Lung Breast Lung 1,037,000
2 Stomach Colon/rectum Stomach 798,000
3 Colon/rectum Cervix uteri Breast 796,000
4 Prostate Stomach Colon/rectum 783,000
5 Liver Lung Liver 437,000
6 Mouth/pharynx Ovary Prostate 396,000
7 Esophagus Corpus uteri Cervix uteri 371,000
8 Bladder Liver Mouth/pharynx 363,000
9 Leukemia Mouth/pharynx Esophagus 316,000
10 NHL* Esophagus Bladder 261,000
Total NewRank Males Females Both Sexes Cases
Keganasan Kepala Leher
Squamous cell carcinoma
Most common primary cancer (90%)
Differentiation (well-moderate-poor) based on keratinization
Other carcinomas
Adenocarcinoma
Mucoepidermoid
Adenoid cystic Ca, etc
Lymphomas / Sarcomas
Non-Hodgkin’s
Hodgkin’s
Metastatic cancers
Paru
Traktus gastrointestinal
Payudara
Kavum nasi
Sinus paranasal
Kavum oris
Larings
Tiroid, ParatiroidKelenjar saliva (Parotis, Sublingual, Submandibula, K
saliva minor)
Kulit
NasofaringsOrofaringsHipofarings
DefinisiBeberapa macam keganasan yang berkembang di daerah kepala leher, bisa di:
1. nasofaring,2. hidung dan
sinus paranasal
3. laring
Faktor Risiko
Tembakau Alkohol Laki2, Usia> 50 th Higiene rongga mulut << Genetik Paparan kerja/lingkungan Malnutritsi Iritasi mekanik Infeksi virus kronis
Stupp R, Vokes EE. Current Cancer Therapeutics. 3rd ed. 1998;165.Shaha AR, et al. American Cancer Society Textbook of Clinical Oncology. 3rd ed. 2001;297-329.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Gejala dan TandaPemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Benjolan di leherNyeri leherPerdarahan dari mulutKongesti sinus, pada nasopharyngeal carcinomaNafas berbau tidak enakNyeri lidahUlkus tdk nyeri atau nyeri di rongga mulut yg tdk sembuh2Bercak putih, merah atau gelap yg tdk hilang2Nyeri telinga
Gejala dan Tanda
Rasa kebas yg tdk biasa di rongga mulutBenjolan di bibir, rongga mulut, atau gusiPembesaran limfonodi leherGangguan bicara (bila melibatkan lidah)Suara serak yg menetap > 6 mggNyeri tenggorok yg persisten > 6 mggKesulitan /gangguan menelanPerubahan pola makan atau penurunan BB
Benjolan di leher.(menetap lebih dari 2 minggu : kanker mulut, tenggorokan laring, kelenjar tiroid atau sejenis limfoma maupun kanker darah)
Perubahan suara(laring) Perdarahan.
(hidung, mulut, tenggorokan atau paru-paru)
Kesulitan menelan.
Perubahan kulit.(kanker sel basal kulit)
Sakit telinga yang menetap.(Nyeri ketika menelan yang menetap di dalam atau di sekitar telinga)
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Inspeksi kepala leherRhinoskopi anteriorRhinoskopi posteriorPemeriksaan rongga mulut dan orofaringsIndirek laringoskopiOtoskopi
Palpasi:Benjolan di kepalaBenjolan di leherPalpasi rongga mulut
Pemeriksaan Fisik (lanjutan)
Readily visualizedLip TongueTonsilOropharyngeal mucosaNot readily visualizedNoseParanasal sinusesHypopharynxLarynxCervical esophagusPotentially palpableThyroidSoft tissueSalivary Bone Otolaryngology–Head and Neck Surgery (2006) 135, 451-457
Inspeksi daerah kepala -leher
Ulkus
Ulkus
Benjolan
Benjolan
Parese n.VIIBenjolan parotis
Rhinoskopi anterior Massa Rhinoskopi posterior
Pemeriksaan rongga mulut & orofarings
Palpasi !!!!
Laringoskopi indirek
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen : thoraxCT scan : coronal, axialMRI : struktur di atas os hioidUSG : lnn leher, parotis, tiroid, upper abdomen
Pemeriksaan histopatologiAJH : lnn leher, parotis, tiroidBiopsi
KNF Cina Selatan, Hongkong,
Singapura, Malaysia dan Taiwan 10-53 kasus per 100.000 populasi per tahun
laki-laki : perempuan 3:1 usia rata-rata pasien saat
didiagnosis KNF adalah 45-55 tahun
Pasien muda mempunyai survival rate lebih baik dibandingkan pasien tua.
PATOFISIOLOGI
Insepsi• Genetik• Lingkungan• Viral
Silent period
Invasi lokal• Mukus campur
darah• Sumbatan tuba
eustachius
Kelenjar limfe retrofaringeal/penyebaran
regional (paranasofaringeal/parafari
ngeal, erosi dasar tengkorak)
Penyebaran sistemik
Manifestasi Klinis
Gejala dapat dibagi dalam lima kelompok, yaitu:
1. Gejala nasofaring
2. Gejala telinga
3. Gejala mata
4. Gejala saraf
5. Metastasis atau gejala di leher
Manifestasi Klinis
Gejala telinga:– rasa penuh di telinga,– rasa berdengung,– rasa tidak nyaman di telinga – rasa nyeri di telinga,– otitis media serosa sampai perforasi membran timpani – gangguan pendengaran tipe konduktif, yang biasanya
unilateral
Manifestasi Klinis
Gejala hidung:– ingus bercampur darah,
– post nasal drip,
– epistaksis berulang
– Sumbatan hidung unilateral/bilateral
Gejala telinga, hidung, nyeri kepala >3 minggu sugestif KNF
Manifestasi Klinis
Gejala lanjut Limfadenopati servikal Penyebaran limfogen Konsistensi keras, tidak nyeri, tidak mudah
digerakkan Soliter KGB pada leher bagian atas jugular superior, bawah
angulus mandibula
Manifestasi Klinis
Gejala lokal lanjut gejala saraf Penjalaran petrosfenoid dapat mengenai saraf
anterior (N II-VI), sindroma petrosfenoid Jacob Penjalaran petroparotidean mengenai saraf
posterior (N VII-XII), sindrom horner, sindroma petroparatoidean Villaret
DIAGNOSIS
• Rhinoskopi posterior• Nasofaring direct/indirect• Biopsi• CT Scan/ MRI• Titer IgA anti :
– VCA: sangat sensitif, kurang
spesifik– EA: sangat kurang
sensitif, spesifitas tinggi
• DPL• Evaluasi gigi geligi• Audiometri• Neurooftalmologi• Ro Torax• USG Abdomen, Liver
Scinthigraphy• Bone scan
Staging Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut
UICC(Union Internationale Contre Cancer) (2002)
T : tumor primer T1 : tumor terbatas di nasofaring T2 : tumor meluas ke jaringan lunak orofaring dan/atau fossa hidung T2a – tanpa perluasan ke parafaring
T2b – dengan perluasan ke parafaring T3 : tumor menginvasi struktur tulang dan/atau sinus paranasal T4 : tumor dengan perluasan intracranial dan/atau keterlibatan saraf
cranial, fossa infratemporal, hipofaring, orbitN : pembesaran kelenjar getah bening regional
Nx : tidak jelas adanya keterlibatan kelenjar getah benih (KGB) N0 : tidak ada keterlibatan KGB N1 : metastasis pada KGB ipsilateral tunggal, 6 cm atau kurang di
atas fossa supraklabikula N2 : metastasis bilateral KGB, 6 cm atau kurangm di atas fossa
supraklavikula N3a : > 6 cm N3b : pada fossa supraklavikula
M : metastasis jauh M0 : tidak ada metastasis jauh M1 : ada metastasis jauh
PENGOBATAN
• RadioterapiStadium dini tumor primerStadium lanjut tumor primer (elektif),
KGB membesar• Kemoterapi
Stadium lanjut / kekambuhan • Operasi
– sisa KGB diseksi leher radikal– Tumor ke ruang paranasofaringeal/ terlalu besar
nasofaringektomi
FOLLOW UP
Pemeriksaan klinis, CT Scan ulang 2-3 bulan setelah radioterapi
Tiap 3 bulan(2 tahun pertama) tiap 6 bulan(2 tahun berikutnya) setiap tahun (10 tahun pascaterapi)
PERAWATAN PALIATIF
Menghilangkan rasa nyeri obat Mengontrol gejala Memperpanjang hidup Menomorsatukan kualitas hidup
PROGNOSIS
5-years survival rate dengan hanya diradioterapi:– stadium I (85-95%)
– stadium II (70-80%)
– stadium III & stadium IV (24-80%)
• Faktor yang memperburuk: – stadium lanjut– > 40 tahun– laki-laki– ras Cina– ada pembesaran kelenjar leher– lumpuh saraf otak– tulang tengkorak yang rusak– metastasis jauh
GEJALA & TANDA KLINIS KNF
Stadium awal : Tdk spesifik (tinnitus, blood stained discharge)
Stadium lanjut: Metastasis leher, ggn nervus kranialis
Advanced stage
ANGIOFIBROMA NASOFARING tumor jinak nasofaring, secara histologis jinak, secara klinis
bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya. Kaya pembuluh darah
- terjadi hanya pada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja. (7-21 tahun)
Etiologi (Belum jelas) teori jaringan asal, tempat perlekatan spesifik angiofibroma di
dinding posterolateral atap rongga hidung. Faktor ketidakseimbangan hormonal (pertumbuhan yang
abnormal dari kondrokartilago embrional, dimana hormon testosteron berperan dalam terbentuknya hamartomatous nidus dari jaringan konka inferior yang seharusnya tidak terdapat di nasofaring)
- trauma, inflamasi, infeksi, alergi, dan herediter.
Histopatologi memiliki lobulus-lobulus firm tidak berkapsul biasanya berwarna merah muda-keabuan atau ungu-
kemerahan Mikroskopis:
– memiliki pembuluh darah yang berdinding tipis dengan diameter beragam bergantung dari stroma jaringan ikat yang matang
– jaringan ikat
Gejala Klinis epistaksis yang hebat pembengkakan wajah Proptosis gejala okular (diplopia dengan atau tanpa gangguan
lapangan pandang)
Pemeriksaan Fisik Inspeksi : Bentuk muka (“frog face”), mata menonjol. Rinoskopi anterior, didapatkan tumor di bagian belakang
rongga hidung. Fenomena palatum negative. Rinoskopi posterior, didapatkan tumor di nasofaring
merah kebiruan.
Pemeriksaan Tambahan Ct scan, angiografi, MRI, untuk mengetahui perluasan
tumor. Biopsi tidak dianjurkan mengingat bahaya perdarahan.
– Ke lateral : Menutup ostium tuba Eustchius, terjadi oklusi tuba, otitis media.
– Ke anterior : Masuk ke rongga hidung menimbulkan buntu hidung unilateral / bilateral. Menimbulkan “frog face”. Masuk ke orbita, menyebabkan protrusion bulbi.
– Ke bawah : Mendesak palatum mole, menyebabkan bombans. Masuk ke orofaring, hipofaring, menyebabkan gangguan menelan dan sesak nafas..
– Ke atas : Mendesak dasar tengkorak, masuk ke rongga tengkorak.
Penatalaksanaan Terapi Bedah Rhinotomi lateral, transpalatal, transmaksilla, atau
melalui spenoethmoidal digunakan untuk tumor-tumor kecil (Fisch stadium I atau II).
Melalui infratemporal fossa digunakan untuk tumor yang sudah melebar ke lateral.
Melalui Midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort, improves posterior access to the tumor (gambar 2).
Terapi Hormon: Penghambat reseptor testosteron flutamide
Radioterapi
Tumor Kavum Nasi dan SPN(Bailey, 2006, Marentette et al, 2009, Lund et al, 2010).
1. Tumor Jinak
Chondroma
Craniopharyngioma
Fibrous Dysplasia
Inverted Papilloma
Lymphangioma
Meningioma
Neurofibroma
Ossifying fibroma
Osteoma
Osteoblastoma
Hemangioma
Schwannoma
2. Tumor Ganas
Adenoid cystic carcinoma
Basaloid carcinoma
Chondrosarcoma
Chordoma
Esthesioneuroblastoma
Fibrosarcorma
Hemangiopericytoma
Lymphoma
Malignant fibrous Histiocytoma
Osteosarcoma
Rhabdomyosarcoma
Malignant schwannoma
Etiologi
Kavum nasi dan sinus paranasal merupakan daerah yang jarang untuk tumor di daerah kepala dan leher. Sejumlah faktor berupa paparan industri, termasuk nikel, kromium, debu kayu, kulit, formaldehide, minyak mineral, isopropil,radium,iradiasi dan merokok. Hubungan antara faktor makan dan keganasan dari kavum nasi dan sinus paranasal serta alkohol dan makanan diasinkan meningkatkan terjadi resiko. Selain itu, Human Papiloma virus (HPV) dianggap memiliki hubungan dengan inverted papiloma dan karsinoma sel skuamosa (Chukuezy & Nwosu, 2010).
Gejala klinis
Gejala dini– hidung tersumbat
(56%)
– epistaksis (53%)
– hidung berair (50%)
Gejala lanjut– Parasthesia
– gangguan penciuman
– nyeri ketika membuka mulut,
– gangguan pendengaran,
– proptosis dan maloklusi
Sinus maksila
Tis : Carcinoma in situ
T1 : Terbatas pada sinus maksila
T2 : erosi tulang termasuk palatum durum dan meatus media, tanpa penyebaran ke dinding posterior sinus maksila
T3 : menginvasi dinding posterior sinus maksila, jaringan subkutaneus, dinding medial dan dasar orbita, fossa pterygoid, sinus etmoid
T4a : menginvasi dinding anterior orbita, kulit pipi, fossa intratemporal, lempeng pterygoid, plate cribiformis, sinus frontal dan sfenoid
T4b : menginvasi atap orbita, dura, kranial, fosa media kranial, saraf kranial.
Kavum nasi dan Sinus etmoid
Tis : Carcinoma in situ
T1 :tumor terbatas pada satu sisi, dengan atau tanpa destruksi tulang
T2 : tumor menginvasi dua sisi termasuk complex nasoethmoidal, dengan atau tanpa destruksi tulang
T3 : tumor meluas ke dinding medial dan dasar orbita, sinus maksila, palatum atau plate cribiformis
T4a : tumor menginvasi orbita anterior, kulit dari hidung dan pipi, ekstensi minimal dari fossa kranial anterior, plate pterygoid, sinus sfenoid dan frontal.
PF Kavum nasi dan sinus
– massa pada kavum nasi
– septum deviasi kontralateral
Kavum oris Wajah dan mata
– pembengkakan pada wajah, pipi dan kulit hidung
– proptosis+diplopia
Saraf kranial – olfaktorius (I) biasanya terjadi pada esthesioneuroblastomas
– optikus (II), sokulomotorius( III), trokhlearis (IV), saraf abdusen ( VI) dan supraorbital serta cabang maksilaris dari saraf trigeminal.
Penemuan fisik lain Penemuan fisik – otitis media serosa
PP CT scan (potongan aksial dan koronal) Positron emission tomography (PET) pemeriksaan histopatologi
Penatalaksanaan Pembedahan (endoskopik sinus) Drainase/debridement (sinusitis sekunder) Reseksi tumor (kuratif) Rehabilitasi (penyembuhan luka primer, memelihara
atau rekonstruksi bentuk wajah dan pemulihan oronasal yang terpisah kemudian memperlancar proses bicara dan menelan)
Radiasi (metode tunggal untuk membantu pembedahan atau sebagai terapi paliatif)
Kemoterapi (terapi paliatif, menggunakan efek cytoreductive untuk mengurangi rasa nyeri dan sumbatan)
INVERTED PAPILOMA tumor jinak, tetapi terdapat hiperplasi epitel yang tumbuh
dan masuk ke dalam jaringan stroma di bawahnya untuk kemudian membentuk kripte, dengan membrana basalis yang tetap utuh.
mampu merusak jaringan sekitar, cenderung kambuh lagi dan dapat menjadi ganas .
Etiologi belum jelas, terdapat bermacam-macam teori, antara lain:
infeksi kronis, virus, polip HPV 6, 11,16, and 18.
Faktor Resiko laki-laki: wanita = 3:1. Riwayat sinusitis sebelumnya
Histologi mirip dengan polip. variasi warna dari merah sampai merah
muda pucat. Lebih vaskular dibandingkan polip.
Gejala Klinis mirip dengan gejala tumor jinak hidung dan sinus paranasal, masa tumor mirip dengan polip hidung, tetapi biasanya
unilateral. obstruksi nasal disertai gejala seperti epistaksis, nyeri di hidung,
rhinorrhea, proptosis, dan epifora. Di literature lain disebutkan nyeri pada wajah, diplopia, suara bindeng, facial pruritus, dan anosmia.
Penatalaksanaan Tindakan bedah (rhinotomy lateral dengan maxilektomi medial,
lateral osteotomy dari tulang nasal serta midfacial degloving) Radioterapi (adjuvan)
Keganasan Kepala LeherDeteksi dini pada penderita dg faktor risiko
Annual physical examination
Special attention to upper aerodigestive tract and neck with digital examination of oral cavity
Referral for evaluation of unexplained symptoms
Biopsy/follow-up for leukoplakia
Stupp R, Vokes EE. Current Cancer Therapeutics. 3rd ed. 1998;165.
Keganasan Kepala LeherSkreening penderita dengan risiko
Rendahnya tingkat partisipasi penderita berisiko dlm program skreening
Kondisi subklinis/tanpa gejala yg lama
Faktor waktu dan perlu edukasi di seting di pelayanan kesehatan primer
Pd umumnya tdk berhasil krn:
Schantz SP, et al. Cancer: Principles & Practice of Oncology. 6th ed. 2001;797-860.
Keganasan Kepala LeherSuseptibilitas penderita
Carcinogen-metabolizing enzymes
Pengaruh ras atau jenis kelamin
Human leukocyte antigen (HLA)
Cancer family syndromes
Gangguan repair DNA
Penelitian ttg faktor risiko yg bisa diidentifikasi bs meningkatkan skreening:
Schantz SP, et al. Cancer: Principles & Practice of Oncology. 5th ed. 1997;744-745.
Keganasan Kepala LeherPrevensi
Hindari tembakau dan alkohol
Pemeriksaan kesehatan rutin / tahunan
Ikut partisipasi dlm penelitian kemoprevensi
Stupp R, Vokes EE. Current Cancer Therapeutics. 3rd ed. 1998;165.