kanker kepala leher

34
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker kepala dan leher adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tumor ganas yang berasal dari saluran aero digestive atas. Kanker kepala dan leher meliputi kanker-kanker yang tumbuh di bagian atasclavicula, kecuali kanker otak dan medulla spinalis.Kanker kepala dan leher merupakan kanker berbahaya yang terjadi pada rongga hidung, sinus, rongga mulut, faring, laring, kelenjar ludah, tiroid, dan kulit kepala dan leher Keganasan pada kepala danleher merupakan keganasan pada membran mukosa dan jaringan pembentuk daerah kepala dan leher, termasuk kulit. 1 Secara histopatologi, lebih dari 90% kanker kepala dan leher adalah squamous cell carcinomas, jenis lainnya adalahmucoepidermoid carcinoma,adenoid cystic carcinoma, danadenocarcinoma. 2 Setiap tahun ada sekitar 560.000 kasus kanker kepala dan leher yangdidiagnosis di seluruh dunia dan 300.000 pasien meninggal setiap tahunnya. 1 Di Indonesia, belum ada data insidensikanker kepala dan leher yang akurat dan mencakup seluruh keganasan kepaladan leher. Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah pengawasanDirektorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia, kanker kepala dan leher menempati urutan keempat dari

description

kkl

Transcript of kanker kepala leher

Page 1: kanker kepala leher

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker kepala dan leher adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan berbagai tumor

ganas yang berasal dari saluran aero digestive atas. Kanker kepala dan leher meliputi kanker-

kanker yang tumbuh di bagian atasclavicula, kecuali kanker otak dan medulla spinalis.Kanker

kepala dan leher merupakan kanker berbahaya yang terjadi pada rongga hidung, sinus, rongga

mulut, faring, laring, kelenjar ludah, tiroid, dan kulit kepala dan leher Keganasan pada kepala

danleher merupakan keganasan pada membran mukosa dan jaringan pembentuk daerah kepala

dan leher, termasuk kulit.1

Secara histopatologi, lebih dari 90% kanker kepala dan leher adalah squamous cell

carcinomas, jenis lainnya adalahmucoepidermoid carcinoma,adenoid cystic carcinoma,

danadenocarcinoma.2

Setiap tahun ada sekitar 560.000 kasus kanker kepala dan leher yangdidiagnosis di

seluruh dunia dan 300.000 pasien meninggal setiap tahunnya.1 Di Indonesia, belum ada data

insidensikanker kepala dan leher yang akurat dan mencakup seluruh keganasan kepaladan leher.

Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah pengawasanDirektorat Jendral Kesehatan

Republik Indonesia, kanker kepala dan leher menempati urutan keempat dari sepuluh besar

keganasan pada pria dan wanita,serta urutan kedua dari sepuluh besar kanker tersering pada pria.

Di Indonesia, tidak ada data insidensi kanker kepala leher yang akurat danmencakup

seluruh keganasan kepala leher. Menurut Badan Registrasi Kanker Indonesia dibawah

pengawasan Direktorat Jendral Kesehatan Republik Indonesia,kanker kepala leher menempati

urutan keempat dari sepuluh besar keganasan pada pria dan wanita, serta urutan kedua dari

sepuluh besar tersering pada pria.

Page 2: kanker kepala leher

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kanker yang dikenal sebagai kanker kepala dan leher biasanya dimulai dalam sel-sel

skuamosa yang melapisi permukaan mukosa di dalam kepala dan leher (misalnya, di dalam

mulut, hidung, dan tenggorokan). Kanker sel skuamosa sering disebut sebagai karsinoma sel

skuamosa kepala dan leher. Kanker kepala dan leher juga dapat dimulai dalam kelenjar ludah,

tetapi kanker kelenjar ludah relatif jarang. Kelenjar ludah mengandung berbagai jenis sel yang

bisa menjadi kanker, sehingga ada banyak jenis kanker kelenjar ludah.3

Kanker kepala dan leher seterusnya dikategorikan berdasarkan daerah kepala atau leher

di mana kanker mulai terbentuk.

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko

Merokok dan minum alkohol adalah faktor etiologi yang sering ditemukan pada kanker

kepala dan leher.Perokok berat beresiko 5 sampai 25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang

bukan perokok.Alkohol dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker.Seseorang dengan riwayat

merokok 40 bungkus per tahun dan minum alkohol 5 botol per hari dapat meningkatkan resiko

40 kali mengalami kanker.Efek langsung dari nikotin dan hidrokarbon polisiklik aromatik

dipertimbangkan bersifat karsinogenik. Merokok dan minum alkohol juga menyebabkan mutasi

dari gen supresor tumor p53.4

Faktor diet juga berpengaruh terhadap kejadian kanker.Kebiasaan makan makanan yang

mengandung nitrosamine meningkatkan resiko terjadinya karsinoma nasofaring (Shi et al,

2002).Human Papilloma Virus (HPV) dan Epstein Barr Virus (EBV) adalah virus yang erat

hubungannya dengan kejadian kanker, EBV berkaitan dengan karsinoma nasofaring dan HPV

berkaitan dengan karsinoma sel skuamosa kepala dan leher terutama pada orofaring dan laring,

dimana 25% dari seluruh karsinoma sel skuamosa terinfeksi virus HPV.4

2.3 Jenis kanker kepala dan leher

Page 3: kanker kepala leher

2.3.1 Kanker hidung dan sinus paranasal

Tumor hidung dan sinus paranasal jarang terjadi.Diperkirakan insidensi pertahun dari

tumor ini di Amerika serikat adalah kurang dari 1/100.000 orang.Beberapa factor lingkungan

dicurigai berperan dalam perkembangan tumor dalamregion sinonasal.Khususnya, tukang kayu,

tukang sepatu, dan furniture, memilikiresiko pekerjaan untuk berkembangnya adenokarsinoma

karna terhirupnya zatmutagen.Human papiloma virus (HPV) juga berhubungan dengan

perkembangankarsinoma sel pipih. Walaupun mekanisme molekularnya belum diketahui

pasiendengan HPV tipe 16 dan 18 memiliki resiko berkembangnya karsinoma.5

Ada beberapa tahap staging morfologi proses patologi menujuadenokarsinoma pada

kanker hidung, yaitu metaplasia dan dysplasia sebelumterjadinya karsinoma. Satu-satunya

keluhan adalah hidung terasa buntu sebelah,dan biasanya tidak ada rasa nyeri. Pada kaneker

sinus paranasal gejala awal yangdidapatkan adalah hidung mampet sebelah, atau keluar cairan,

perdarahan kecilatau tidak ada perdarahan, pada kanker sinus paranasal juga tidak didapatkan

rasanyeri, pertumbuhan lanjut kebawah dapat menyebabkan gigi graham lepas,sementara

pertumbuhan kearah lekuk mata dapat menyebabkan mata juling6

Klasifikasi karsinoma rongga hidung dan sinus paranasal berdasarkanhistopatologi

Carlson et al, 2011:

1. Karsinoma sel skuamosa

a. Keratinizing

b. Non keratinizing

2. Varian karsinoma sel skuamosa

a. Acatholiytic squamous cell carcinoma

b. Adenosquamous carcinoma

c. Basaloid squamous carcinoma

d. Papilary squamous cell carcinoma

e. Spindle cell squamous cell carcinoma

f. Verrocous carcinoma

3. Giant cell carcinoma

a. Lymphoephithelial carcinoma (non-nasopharingeal)

Page 4: kanker kepala leher

b. Sinonasal undifferentiated carcinoma.

2.3.2 Kanker rongga mulut

Karsinoma rongga mulut jarang terjadi.Diperkirakan kejadiannya 30%kanker ganas dari

kepala dan leher.Walaupun mayoritas kanker adalah karsinomasel skuamosa, sarcoma, dan umor

kelenjar air ludah minor tapi berbagai macam tumor dapat muncul pada rongga mulut. Di

amerika utara, faktor resiko yang paling sering dari perkembangan dari karsinoma rongga mulut

adalah merokok dankonsumsi alkohol, selain itu juga jeleknya kebersihan mulut dan iritasi

mekanik kronis juga dapat menyebabkan terjadinya karsinoma Lesi dapat menimbulkannyeri

lokal atau kesulitan menelan, tetapi banyak yang asimptomatik sehingga lesi yang terbiasa

dirasakan oleh lidah) diabaikan. akibatnya, banyak yang belumterdiagnosis sampai tahap yang

tiak dapat diobati.6

Tipe histopatologi dari kanker rongga mulut adalah squamous cell carsinoma,

adenocarsinoma, adenoid cyst carsinoma, ameloblastic carsinoma,adenolymphoma, mal. mixed

tumor, pleomorphic carsinoma, melanoma maligna,dan lymphoma maligna. Sebagian besar

(±90%) kanker rongga mulut berasal darimukosa yang berupa karsinoma epidermoid atau

karsinoma sel skuamosa dengandiferensiasi baik, tetapi dapat pula berdiferensiasinya sedang,

jelek, atauanaplastik. Bila gambaran patologis menunjukkan suatu rabdomiosarkoma,

fibrosarcoma, malignan fibrohistiocytoma atau tumor ganas jaringan lunak lainya6

2.3.3 Kanker nasofaring

Karsinoma nasofaring, kanker faring atas sangat jarang terjadi didunia barat, tetapi cukup

sering terjadi dikawasan Asia tenggara, termasuk Indonesia,Cina selatan, Afrika Utara, dan

Eropa Selatan. Banyak faktor penyebab yang penting.Selain infeksi virus Ebstein-Bar (Pencetus

penyakit Pfeifeer), juga berperan faktor genetik dan kebiasaan makan.Gejala pertamanya sering

tidak datang sering tidak datang dari tumor induknya yang tersembunyi tinggi di laring.Gejala

pertama baru muncul setelah pertumbuhan masuk dan perluasankelingkungan sekitar, misalnya

mata juling, kareana pertumbuhan masuk dan perluasan kejaringan sekitar (atap rongga

tenggorok).Disini terdapat saraf otak yang memasok otot mata, atau tuli satu telinga karena

tabung eustacius tertutup akibat tertekan, sehingga selaput gendang dilorong pendengar tidak lagi

Page 5: kanker kepala leher

dapat bergerak atau bengkak pada leher akibat metastasis dikelenjar limfa leher, nyeriyang hanya

dirasakan disatu telinga tanpa diketahui asalnya.6

Tiga varian histologik adalah karsinoma sel skuamosa keratinasi,karsinoma sel skuamosa

non keratinasi, dan karsinoma tidak berdiferensiasi.6

2.3.4 Kanker hipofaring

Karsinoma nasofaring jarang terjadi, jumlahnya kira-kira 4,3-7 % darikanker kepala dan

leher, dilaporkan insidensinya satu kasus per seratus ribu orang pertahun. Didunia, jumlahnya

bervariasi dengan rata-rata tertinggi ada di Prancissekitar 9,4/100000 orang pertahun. Pada laki-

laki ditemukan 75-90% kasus, dankebanyakan terjadi pada umur 60 sampai 70.6

Seperti tumor kepala dan leher lainnya, tumor di hipofaring juga lambatdalam

menimbulkan keluahan, banyak terjadi bahwa pada saat diagnosis, sudahada pertumbuhan masuk

kelingkungan sekitar atau bahkan sudah ada penyebaranke kelnjar limfa.Juga tidak jarang adanya

penyebaran hematogen.Keluhan yangmuncul adalah sulit menelan dan atau nyeri pada saat,

serak, napas bau, dan pembengkakan dikelenjar di leher (De jong, 2005).Secara Histopatologi,

lebih dari 90% karsinoma nasofaring adalahkarsinoma sel skuamosa, dengan differensiasi yang

jelek, yang lainnyaadenokarsinoma sebanyak 5%. Namun ada beberapa neoplasma lain

yangdilaporkan, yaitu,Hystiosytoma fibrosa ganas, liphosarcoma, sinovial sarcoma,dan mukosal

melanoma.6

2.3.5 Kanker laring

Karsinoma laring mencerminkan hanya sekitar 2% dari semua kanker.Tumor ini paling

sering terjadi pada usia setelah 40 tahun dan lebih seringterjadi pada laki-laki dari pada

perempuan. Pengaruh linkungan sangat penting sebagai penyebabnya, hampir semua kasus

terjadi pada perokok,sementara pajanan ke alkohol dan asbestos, mungkin juga berperan.6

Sekitar 95% karsinoma laring adalah lesi sel skuamosa tipikal. Meskipun jarang, dapat

terjadi adenokarsinoma yang mungkin berasal dari kelenjar mukosa.Tumor biasanya terbentuk

dipita suara (tumor glotis) pada 60% hingga 75%kasus, meskipun juga dapat diatas pita

suara(supraglotis, 25% hingga 40%) ataudibawah pita suara (subglotis, kurang dari 5%).6

Page 6: kanker kepala leher

Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dinitumor pita

suara. Hal ini merupakan akibat dari gangguan fungsi fonasi laring.Pada tumor ganas laring, pita

suara gagal berfungsi dengan baik disebabkan olehketidak teraturan pita suara, oklusi atau

penyempitan celah glotik, terserangnyaotot0otot vokalis, sendi dan ligamen krikoritenoid, dan

kadang-kadang menyerangsaraf (Robinet al , 2007).Pada pemeriksaan laring diamati dengan

cermin kecil dan sebuahlaringoskop yang sekaligus dapat mengambil suatu biopsi. Tindakan

initergantung atas letak tumor, dilaksanakan dibawah pembiusan setempat

ataunarkosis.Penyebaran kanker laring lebih lambat dari kanker lainnya termasuk nasofaring.6

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95% samapi 98% dari semua tumor ganas laring.

Karsinoma sel skuamosa dibagi 3 tingkat diferensiasi:

a) Berdiferensiasi baik (grade 1)

b) berdiferensiasi sedang (grade 2)

c) berdiferensiasi buruk (grade 3) (Robinet al , 2007).

2.3.6 Kanker kelenjar liur

Sekitar 80% tumor kelenjar liur terjadi didalam kelenjar parotis dansebagian besar

sisanya dikelenjar submandibula. Angka kejadian anatara laki-lakidan perempuan adalah sama,

kanker kelenjar ludah banyak terjadi pada orang berusia lanjut, yaitu sekita 60 keatas.6

Tumor ini berbeda dari tumo-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit

yang panjang, ditandai oleh kekambuhan lokal yang sering,dan kekembuhan dapat terjadi setelah

15 tahun (Liston SL, 1997).Secara histopatologis, gambaran yang bisa ditemukan pada

kanker kelenjar liur adalah karsinoma mukoepidermoid, karsinoma adenokistik, kanker  sel asini,

adenokarsinoma, karsinoma sel clear,dankarsinoma sel skuamosa.6

2.3.7 Kanker tiroid

Karsinoma tiroid relatif jarang ditemukan di Amerika serikat danmerupakan penyebab

pada kurang dari 1% kematian akibat kanker.Pentingnyafaktor genetik digaris bawahi dengan

adanya kasus kanker tiroid dalam satukeluarga, selain itu pajanan ke radiasi pengion terutama

selama dua dekade pertama kehidupan, juga menjadi faktor terpenting terjadinya kanker tiroid.6

Page 7: kanker kepala leher

Ditemukan adanya predominasi perempuan pada pasien yang menderitakarsinoma

dewasa muda dan pertengahan, mungkin berkaitan dengan ekspresireseptor estrogen di epitel

tiroid neuplastik.Sebaliknya kasus yang timbul padaanak dan dewasa lanjut terdistribusi merata

pada laki-laki dan perempuan danterutama berkaitan dengan pengaruh eksogen.6

Subtipe utama karsinoma tiroid dan frekuensi relatifnya yang terbanyak yaitu karsinoma

papilar (75% hingga 85% kasus), karsinoma folikular (10%hingga 20% kasus), karsinoma

medular (5% kasus), dan yang terkecil karsinomaanasplatik (<5% kasus).6

2.4 Epidemiologi Molecular Dan Biologi Molekular1

Pola mutasi spesifik di dalam gen memberikan informasi yang penting tentang etiologi

kanker. Gen p53 dapat diinaktivasi oleh berbagai mutasi dan sering diinaktivasi pada kanker

manusia. Analisa pola gen p53 mutan pada 129 pasien HNSCC (head and neck squamous cell

carcinoma) menunjukkan bahwa insiden p53 mutan lebih banyak pada kelompok pasien yang

terpapar tembakau dan alcohol disbanding yang tidak terpapar. Ditemukan juga bahwa mutasi

CpG adalah jarang pada pasien perokok sigaret yang mutasi, sedangkan kebanyakkan mutasi

ditemukan pada non perokok dan non peminum. Mutasi C ke T pada CpG ini adalah penting

karena melalui metilasi dan deaminasi, akan menjadi tempat potensial untuk endogenous

mutasions. Data ini mendukung bahwa merokok menurunkan keseluruhan insiden kanker kepala

dan leher.

Kanker adalah penyakit genetikal kompleks yang berasal dari akumulasi berbagai

perubahan genetikal. Yang termasuk perubahan genetikal ini adalah aktivasi proto-onkogen dan

inaktivasi tumor suppressor gen. inaktivasi tumor suppressor gen membutuhkan inaktivasi semua

parental allel, umumnya dengan mutasi titik dan delesi kromosom. Model molecular seperti ini

merupakan paradigm untuk progresi berbagai solid tumor. Sejumlah kejadian genetikal,

epigenetic dan ekspresi gen telah diidentifikasi dalam progresi HNSCC.

Proto-onkogen dikenal sebagai activator gen selular pada bebrapa jenis neoplasma. Untuk

aktivasi onkogen seperti ras dengan mutasi titik atau amplifikasi juga memerlukan mekanisme

untuk aktivasi proto-onkogen locus. Penelitian definitive mendapatkan bahwa amplifikasi 11q13

berhubungan dengan amplifikasi proto-onkogen cyclin D1. Amplifikasi yang berhubungan

dengan peningkatan ekspresi gen D1 mengindikasikan kecenderungan progresi HNSCC. Peranan

cyclin D1 dalam progresi kanker saat ini sudah establish. Tumor suppressor gen, seperti Rb dan

Page 8: kanker kepala leher

p16 adalah regulator negative untuk cyclin D1 dan selalu diinaktivasi pada kanker. Pada kanker

kepala leher, p16 tampaknya merupakan sasaran mayor untuk diinaktivasi. Oleh karena itu

abnormal siklus melalui G1/S checkpoint ini mungkin merupakan perubahan genetikal yang

konsisten dalam mayoritas HNSCC. Walaupun diaktivasi p16 dan Rb adalah hampir selalu

eksklusif, amplifikasi cyclin D1 adalah tidak terikat dari diaktivasi p16 pada kanker kepala leher.

Amplifikasi 3q yang telah dikenal pada beberapa squamous cell carcinoma, juga terdapat

pada kanker kepala leher. Homolo p53 (p40/ p51/ p63) telah dikenal sebagai koloni yang

berlokasi di distal arm dari 3q. walaupun homolog terhadap p53, lokus genetikala ini ditemukan

mengalami amplifikasi dalam frekuensi tinggi pada karsinoma sel skuamous, dan amplifikasi ini

berkorelasi dengan peningkatan ekspresi pada RNA. P63 ini mungkin merupakan onkogen

sebenarnya dalam SCC. Penelitian menunjukkan bahwa p63 diamplifikasi dan over ekspresi

dalam HNSCC dan meningkatkan pertumbuhan onkogen in vitro.

Peningkatan moderate EGFR teridentifikasi dalam HNSCC, dan signal EGFR adalah

jalur kunci dalam tumorigenesis HNSCC. Pada beberapa jenis tumor, varian EGFR mempunyai

kontribusi dalam pertumbuhan kanker kepala leher dan resisten terhadap terapi dengan target

EGFR.

Tumor suppressor gen, secara umum diyakini bahwa hilangnya allel atau delesi

kromosomal adalah marker untuk inaktivasi tumor suppressor gene. Inaktivasi p53 merupakan

perubahan genetikal yang paling sering pada kanker yang menyerang manusia. Lebih dari 50%

dari semua HNSCC menunjukkan mutasi p53. Dari penelitian ditemukan bahwa mutasi p53

adalah marker prognostic independen dan predictor untuk hasil yang buruk pada reseksi tumor

primer.

Pada kanker kepala leher regio yang didelesi umumnya berlokasi pada kromosom 9q21-

22. Kehilangan kromosom 9q21 terjadi mayoritas tumor invasi dan juga terdapat pada frekuensi

tinggi dalam lesi dini, seperti dysplasia dan karsinoma in situ. Lebih lanjut, delesi homozygous

dalam regio ini adalah sering pada HNSCC dan merupakan perubahan genetic yang paling sering

ditemukan dalam semua neoplasma. Gen p16 terletak dalam region ini dan potensial untuk

menghambat cyclin D1/CDKN4 complex. Oleh karenanya p16 merupakan tumor suppressor gen

yang berubah dalam area delesi ini. Mutasi titik dari p16 adalah predisposisi untuk melanoma

familial dan hilangnya p16 tampaknya dibutuhkan untuk immortalisasi keratinosit. Homozygous

delesi dan metilasi dari region CpG dari p16 telah teridentifikasi ¼ dari kanker kepala leher.

Page 9: kanker kepala leher

Delesi lokus yang terbayak nomor dua tejadi pada kromosom 3p. kehilangan 3q21 dalam

HNSCC adalah sering pada lesi dini. Kromorom lain yang sering hilang adalah 17p sedangkan

kehilangan kromosom 10q jarang terjadi pada HNSCC.

2.5 Gejala Klinis1

Tanda dan gejala klinis tergantung lokasi spesifik tumor. Symptom yang paling sering

muncul adalah nyeri. Symptom lain yang mencurigakan kanker dari upper aerodigestive tract

adalah ulkus yang tidak sembuh, perdarahan, dispagia, odinopagia, otalgia, facial pain, masa di

leher atau lesi baru dalam rongga mulut. Simptom dapat juga akibat sekunder dari destruksi local

atau keterlibatan jaringan sekitar (saraf, jaringan lunak dan tulang). Tanda dan gejala diatas yang

tidak ada perbaikn dalam 2 minggu harus dievaluasi kemungkinan keganasan.

2.6 Diagnosis

Meskipun temuan klinis mungkin sangat membantu diagnosis SCC, pemeriksaan

histopatologi diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Pemeriksaan histopatologi juga

berguna untuk penilaian untuk invasiperineural, diferensiasi tumor, dan kedalaman tumor, faktor

yang penting untuk staging tumor dan prognosis

Biopsi - Shave, punch, atau biopsy eksisi dapat digunakan untuk diagnosis. Apa pun

teknik biopsy ysngdipilih, untuklesi yang papular, nodular, ataumencurigakanuntuk SCC invasif,

biopsi yang memperpanjang setidaknya kedalam pertengahan dermis reticular lebih disukai

untuk memungkinkan evaluasi yang memadai dari penyakit invasif. Biopsi lebih dangkal dapat

dilakukan pada pasien dengan lesi yang sugestif SCC in situ.

SCC in situ (penyakit Bowen) didiagnosis ketika pemeriksaan histopatologi menunjukkan

dysplasia keratinocytic melibatkan ketebalan penuh epidermis tanpa infiltrasi sela tipikal ke

dalam dermis.Keratinosit pleomorphic dengan inti hyperchromatic dan banyak mitosis yang

hadir.Sering ada penebalan terkait epidermis (acanthosis), serta hyperkeratosis dan parakeratosis

dari stratum corneum. Berbeda dengan SCC in situ, actinic keratosis menunjukkan hanya

sebagian ketebalan epidermis displasia.

Page 10: kanker kepala leher

Invasif SCC - SCCs invasive memiliki keratinosit displastik melibatkan ketebalan penuh dari

epidermis yang menembus membran basal epidermis untuk melibatkan dermis atau jaringan

yang lebih dalam. SCC kulit baik dibedakan mengandung keratinosit atipikal yang sedikit

diperbesar dengan jumlah berlimpah sitoplasma. Keratinisasibiasanyahadir dalam diferensiasi

buruk SCC, keratinosit yang anaplastik dengan sedikit bukti untuk diferensia atau keratinisasi.

Beberapa mitosis sering terlihat. Kadang-kadang, asal keratinocytic dari sel-sel hanya dapat

ditentukan oleh imuno histokimianoda.

Beberapa varian histopatologi SCC invasive ada termasuk spindle sel SCC, acantholytic

(adenoid) SCC, sel jernih SCC, adenosquamous (musinpenghasil) SCC, desmoplastic SCC, dan

lain-lain.

Faktor-faktor yang sering membawa kita untuk melanjutkan dengan pemeriksaan radiologis

untuk penyakit nodal pada pasien dengan kulit SCC meliputi:

Tumor lebih besardari 2 cm

Tumor yang terletak dekat saraf besar di kepala atau leher

Dalam metastasis angkutan

Tumor menyerang struktur-struktur dalam (otot, tulang, tulangrawan)

Tanda-tanda atau gejala sistemik sugestif keterlibatan extracutaneous

Beberapa fitur berisiko tinggi

Temuan klinis atau histopatologis sugestif invasi perineural dari batang saraf besar (yaitu,

saraf dengan nama anatomi), seperti tanda-tanda atau gejala neurologis

Pilihan studi radiologis - Computed tomography (CT) sering digunakan untuk evaluasi status

limfonodi regional pada pasien dengan kulit SCC. Studi radiologis lain yang digunakan termasuk

magnetic resonance imaging (MRI) dan positron emission tomography (PET). Studi banding

tentang penggunaan modalitas ini untuk evaluasi untuk metastasis locoregional pada pasien

dengan kulit SCC masih kurang. Dengan demikian, banyak informasi yang digunakan untuk

memandu pemilihan studi didasarkan pada informasi dari studi pada kanker kepala dan leher dan

keganasan lainnya.

Page 11: kanker kepala leher

CT dan MRI - CT dan MRI adalah yang paling umum tes radiologis awal yang digunakan dalam

penilaian pasien dengan kulit SCC. Kedua CT dan MRI dapat mendeteksi metastasis kelenjar

getah bening.

Pencitraan Radiologis dengan CT atau MRI juga berguna untuk mengevaluasi sejauh mana

tumor untuk perencanaan praoperasi dan pementasan pada pasien dengan lesi yang besar atau

sangat invasif. CT lebih unggul MRI untuk evaluasi invasi dasar tengkorak, keterlibatan tulang

rawan, dan tulang erosi atau kerusakan, sementara MRI lebih berguna untuk mendeteksi invasi

perineural, memberikan kontras jaringan lunak, mendefinisikan pesawat jaringan, dan

mengidentifikasi tulang sumsumin filtrasi dalam ketiadaan kehancuran osseus signifikan.

CT lebih murah daripada MRI, dan dalam banyak pengaturan klinis, CT lebih mudah

dicapai.Sifat MRI melarang penggunaan pada pasien dengan perangkat ditanamkan

tertentu.Kontraindikasi untuk MRI ditinjau secara terpisah.

PET-Penggunaan tomografi emisi positron (PET) dalam pengaturan keganasan telah meningkat

dengan meningkatnya ketersediaan uji dan biaya pengujian menurun. Fungsi PET melalui

deteksi penyerapan dipercepat fluorodeoxyglucose intravena yang terjadi pada sel-sel

tumor.Sebuah fitur menguntungkan dari PET adalah kemampuannya untuk mendeteksi

metastasis di situs fibrosis, nekrosis, dan scar berkaitan dengan radioterapi, daerah-daerah yang

mungkin sulit untuk menilai dengan penelitian lain. Namun, hasil positif palsu yang umum

dengan PET karena deteksi insidentil metabolic aktif inflamasi, infeksi, atau lesi lainnya.

USG – Hasil studi yang menunjukkan bahwa USG-dipandu aspirasi jarum halus (FNA) mungkin

berguna untuk evaluasi kelenjar getah bening pada pasien dengan vulva SCC dan kanker kepala

danleher menimbulkan pertanyaan apakah prosedur mungkin nilai getah bening simpul

pengawasan pada pasien dengan kulit SCC. Dalam serangkaian 44 pasien dengan primary SCC

vulva, USG-dipandu FNA lebih sensitinf (80 vs 58 persen) dan spesifik (100 vs 75 persen)

dibanding CT untuk diagnosis metastasis kelenjar getah bening.

USG mengelakkan paparan rasiasi yang terkait dengan CT, tetapi utilitas dari prosedur ini dapat

dikompromikan oleh akurasi bergantung pada operator, kesulitan dalam mengikutil esi tertentu

dari waktu ke waktu, dan mengurangi kemampuan untukmen deteksi metastase kekelenjar

getahbening yang mendalam.Yang terakhir ini mungkin kurang mendapat perhatian pada kulit

Page 12: kanker kepala leher

SCC, yang biasanya bermetastasis kekelenjar getah bening dangkal, namun penelitian tambahan

diperlukan untuk menentukan peran USG dipandu-FNA untuk surveilans pada populasi ini.

Evaluasi untuk metastasis jauh - Paru-paru, hati, otak, dan tulang adalah situs yang paling sering

untuk metastasis jauh dari SCC kulit. Kami biasanya mengevaluasi metastasis jauh pada pasien

dengan lesi yang memiliki risiko sangat tinggi untuk metastasis, yang dikenal metastasis

locoregional, atau tanda-tanda atau gejala sugestif penyakit jauh.

CT, PET, dan PET-CT telah digunakan untuk pencitraan seluruh tubuh untuk evaluasi untuk

metastasis jauh.Kemanjuran komparatif studi ini untuk mendeteksi metastasis jauh belum

dievaluasi dalam kulit SCC. Data utilitas studi ini di kepala dan kanker leher tersedia secara

terpisah

Diagnosis Banding

Beberapa gangguan kulitl ainnya dapat menyerupai kulit SCC.

Actinic keratosis – dilemma yang paling umum diagnostic klinis melibatkan actinic

keratosis.Actinic keratosis yang kasar, bersisik, eritematosa makula yang berkembang pada kulit

rusak karena sinar matahari dan menunjukkan atypia keratinocytic pada pemeriksaan

histopatologi. Meskipun hanya sebagian kecildari 1 persen actinic keratosis berubah ke SCC,

sekitar 60 persen dari SCC timbul dari keratosis actinic.

Actinic keratosis sering ditemukan di dekat SCCs, dan dapat menyerupai SCC in situ atau awal

SCC.Kelembutan, perdarahan, dan substansi yang mendasari teraba menunjukkan kemungkinan

SCC, dan menunjukkan perlunya biopsi.

Gangguan lain - The berbatas tegas, scaling, plak merah muda SCC in situ dapat menyerupai

gangguan kulit inflamasi atau keganasan lain. Diagnosis diferensial sering mencakup:

eksim nummular

psorias

keratosis seboroik meradang

kutil virus

karsinomasel basal superfisial

Page 13: kanker kepala leher

melanoma amelanotic

penyakit Paget

Papulater definisi dengan baik-atau nodul baik dibedakan SCC dapat menyerupai:

Viral warts

prurigonodul

Merkel cell carcinoma

Karsinomasel basal

fibroxanthoma atypical

melanoma amelanotic

Cutaneous metastasis dari keganasan internal

Lesi granulomatosa atau verrucous mungkin meniru:

granuloma piogenik

Infeksi jamur mendalam atau mikobakteri.

Staging

Pada saat diagnosis, pasien dengan SCC harus diberikan pemeriksaan kulit seluruh tubuh yang

meliputi palpasi kelenjar getah bening regional untuk mengevaluasi SCC kulit tambahan dan

tanda-tanda klinis penyakit metastasis.

Page 14: kanker kepala leher

TERAPI NON-BEDAH

Pilihan non-bedahuntuk rawatan kulit skuamus karsinoma sel (SCC) adalah seperti berikut:

• Kemoterapi Topikal

• Topikal Pengubah Tindak Balas Imun

• Terapi Photodynamic (PDT)

• Terapi Sinar(Radioterapi)

• Kemoterapi Sistemik

• Immunosuppression

• Cryotherapy

SCC gred rendah dan luka-luka yang berbeza, seperti actinic keratosis, keratoacanthoma ,

dan penyakit Bowen (SCC di situ [ SCCIS ]), boleh diuruskan dengan terapi perubatan. Tiada

rawatan topikal tersedia untuk rawatan SCC ; penggunaan terapi topikal dan PDT secara

umumnya terhad kepada premalignant (iaitu, keratoses actinic ) dan dalam luka situ.

Page 15: kanker kepala leher

Terapi sinar adalah pilihan rawatan utama bagi pesakit dalam pembedahan yang tidak

boleh dilaksanakan dan merupakan terapi yg membantu bagi mereka dengan metastatik atau

berisiko tinggi kulit SCC.Dalam amalan semasa, kemoterapi sistemik digunakan semata-mata

untuk pesakit dengan penyakit metastatik. Walau bagaimanapun, baru, lebih disasarkan dadah,

seperti faktor pertumbuhan epidermis reseptor ( EGFR ) musuh (misalnya, Cetuximab ),

mempunyai profil yang menggalakkan kesan buruk dan menunggu ujian untuk menentukan sama

ada ia memberi manfaat dalam berisiko tinggi SCC.

TERAPI BEDAH

Pembedahan reseksi kekal merupakan standard baku untuk rawatan kanser kepala dan

leher. Pengurusan semua tetapi yang terawal metastasis leher disahkan adalah yang terbaik

dicapai dengan pembedahan .Penulisan laporan terapi radiasi untuk pesakit dengan N0 atau leher

N1 dan menyimpulkan bahawa radiasi atau pembedahan boleh merawat mereka sama-sama juga.

Kerana pesakit dengan kanser kepala dan leher sering mempunyai terapi radiasi sebelumnya ,

kepak mesti mempunyai bekalan darah yang mencukupi.

Teknik pembedahan SCC kulit kepala adalah seperti berikut:

• Electrodessication dan pengkuretan (ED & C) / pengkuretan dan electrosurgery -

Prosedur ini dianggap kurang berkesan untuk luka-luka berulang atau orang-orang yang

menyerang subcutis itu.

• Pemotongan , yang digambarkan sebagai berguna dalam tumor utama dan berulang ,

margin yang boleh disahkan oleh patologi

• Pembedahan Mohs micrographic , untuk tumor berulang dan luka-luka utama

memaparkan 1 atau lebih faktor yang dikaitkan dengan agresif biologi

• Laser pembedahan, yang boleh digunakan untuk pemotongan atau kemusnahan dan

mungkin mempunyai manfaat tambahan untuk memastikan hemostasis

TERAPI LAIN SCC KULIT KEPALA

Photosensitizers

Obat photosensitizing yang menumpukan dalam sel-sel kanser menjadi asas untuk terapi

photodynamic .Pengaktifan dadah dengan keputusan cahaya dalam kematian sel kanser. Laser

Page 16: kanker kepala leher

ablation photothermal boleh menjadi alternatif kepada pembedahan untuk rawatan paliatif kanser

kepala dan leher kerana akses yang tisu -membiarkan , kemungkinan rawatan berulang, dan bukti

eksperimen menunjukkan berulang lebih rendah pada margin tumor berbanding dengan

pembedahan. Gabungan terapi laser celahan dengan agen kemoterapi serantau yang diaktifkan

oleh cahaya atau haba sedang disiasat sebagai regimen terapi gabungan.

Terapi Imun

Pengambilan sel-sel imun dan pentadbiran stimulatory faktor imun untuk menambah

rawatan kanser melalui sambutan tuan rumah imun telah diperjuangkan tetapi mempunyai sedikit

kejayaan setakat dalam merawat kanser kepala dan leher. Rawatan sistemik immunoadjuvant

spesifik dengan faktor-faktor , seperti levamisole atau bacillus Calmette- Guerin ( BCG) , atau

rawatan yang disasarkan dengan suci atau faktor-faktor rekombinan , seperti Interferon atau

interleukin -2 ( IL- 2), tidak bertambah baik sama ada kadar tindak balas atau tempoh .

Keracunan teruk juga dikaitkan dengan penggunaan sistemik -faktor ini.

Terapi Gen

Terapi gen melibatkan pelbagai kenderaan penghantaran yang boleh memindahkan gen

terapi untuk sel-sel sasaran. Terapi gen boleh mengekod produk yang mendorong tindak balas

biologi , seperti arahan pengaktifan sistem imun dengan urutan interleukin dipindahkan. Kepala

dan leher kanser yang diketahui mempunyai tahap TP53mutations . Fungsi normal TP53 adalah

pengawal selia pertumbuhan sel. Kemasukan theTP53 gen ke dalam sel garisan pelbagai tumor

in vitro dan ke dalam model haiwan dalam vivo telah menyebabkan pertumbuhan sel ditindas

melalui kitaran penangkapan sel dan apoptosis. Kepala dan leher kanser boleh diakses untuk

terapi suntikan dan calon-calon yang baik untuk perbicaraan TP53 terapi gen.

Satu lagi bentuk penyampaian gen terapi adalah vektor adenovirus , yang menggunakan

virus genetik yang replikasi tidak cekap.

Prodrug terapi gen , juga dikenali sebagai bunuh diri terapi gen , direka untuk mendorong

pemilihan negatif sel-sel kanser. Dengan transducing sel-sel kanser dengan gen pengekodan

enzim yang metabolizes yang prodrug toksik ke dalam bentuk toksik , sel-sel kanser boleh

terpilih dibunuh.

Page 17: kanker kepala leher

KOMPLIKASI

Komplikasi utama berikutan rawatan karsinoma sel skuamus (SCC ) adalah berulang ,

yang biasanya berlaku dalam tempoh tahun pertama selepas pemotongan tetapi mungkin berlaku

lebih kemudian. Dalam kes-kes intraocular , serangan telah ditunjukkan dalam 2-8 %. Serangan

orbit telah dilaporkan dalam 12-16 % kes. Poor konjunktiva dan / atau pemulihan kornea boleh

berlaku , terutamanya jika Keratectomy agresif, sclerectomy , atau 100% permohonan etanol

telah dijalankan. Pembentukan Symblepharon adalah satu komplikasi pembedahan biasa

berikutan resection tumor dan pembinaan semula permukaan okular . Limbal kerosakan sel stem

boleh mengakibatkan pemotongan luka-luka besar.

Pembedahan untuk SCC boleh menyebabkan pendarahan , jangkitan, pembentukan

parut , kecacatan fizikal, dan kerosakan saraf. Penyingkiran luka mendalam invasif boleh

membawa kepada morbiditi yang besar, termasuk lumpuh dan sindrom kesakitan.

PROGNOSIS

Secara umum , kebanyakan pesakit dengan tumor peringkat awal tambang baik

(keseluruhan 5 -yr kadar survival > 90 %) apabila tumor dirawat secukupnya. Kebanyakan

pesakit hadir dengan tumor peringkat awal , dan prognosis adalah agak baik untuk luka-luka

yang benar-benar dibuang . Pelbagai kadar kematian telah dilaporkan , dengan beberapa kadar

setinggi 4-8 %. Dengan mematuhi dasar pemotongan lengkap semua luka-luka, kadar berulang

adalah 10 % atau kurang. Hasil daripada pesakit dengan maju peringkat kulit SCC adalah jauh

lebih teruk. Bagi pesakit dengan metastasis nodus limfa , kelangsungan hidup 5 tahun adalah

lebih rendah , dianggarkan 25-45 %. Siri yang paling besar dalam kesusasteraan telah

melaporkan risiko nod atau metastasis jauh untuk tumor utama untuk menjadi 2-6 %.

Page 18: kanker kepala leher

Bab III

LAPORAN KASUS

Identitas pasien

Nama : AS

Sex : Laki-laki

Usia : 74 tahun

Alamat : Jalan Udara LK II Kec. Brastagi

Pendidikan terakhir : tamat SLTP

Agama : Islam

Suku : Batak

Pekerjaan : Kepling Ling II

Status sosial ekonomi : Menengah

Status : Menikah

Keluhan Utama ; Borok di kepala

Hal ini dialami pasien lebih kurang 1 bulan yang lalu. Awalnya dijumpai benjolan di kepala

sebesar kacang lebih kurang 5 bulan yang lalu. Semakin lama benjolan tersebut pecah dan

menjadi borok. Pasien tidak mengeluhkan rasa nyeri atau panas pada kulit kepala. Borok tidak

dijumpai pada bagian lain tubuh pasien. Benjolan dileher juga dijumpai lebih kurang 1 bulan

yang lalu dan pembesarannya semakin cepat dalam 2 minggu terakhir ini. Pola makan pagi,

siang, dan malam biasanya pasien makan mie atau nasi dengan ikan atau daging, pasien tidak

suka makan sayur sayuran, dan biasanya minum air putih. Minum jamu-jamuan disangkal oleh

pasien. Penurunan nafsu makan dijumpai, dan penurunan berat badan dijumpai dalam 1 bulan ini

lebih kurang 8 kg. Aktivitas sehari-hari biasanya pasien pergi ke kantor, pulang ke rumah,

membersihkan selokan warga. Hal ini dilakukannya hampir setiap hari. Riwayat pekerjaan

sebelumnya supir pembawa truk. Riwayat merokok dan minum alkohol dijumpai namun pasien

sudah berhenti merokok dan minum alkohol sejak lebih kurang 20 tahun yang lalu. Riwayat

hipertensi, DM disangkal pasien. Riwayat sering memakai cat rambut dijumpai, riwayat

keluarga yang menderita sama seperti pasien tidak dijumpai.

Page 19: kanker kepala leher

Status Presens (28 September 2013, jam 07.15 WIB)

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 96x/i

Pernapasan : 24x/i

Suhu : 36,8°c

Visual Analogue Scale : 1

Karnofsky : 90%

Status Generalisata

Kepala: (lihat status lokalisata)

Mata: Konj palp inf anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), Refleks Cahaya (+/+), Pupil isokor

Telinga : dalam batas normal

Hidung : dalam batas normal

Mulut : dalam batas normal

Leher ; Pembesaran KGB kiri(+), TVJ R-2 cm H2O

Thoraks :

Inspeksi : Simetris fusiformis, pernafasan torakoabdominal,

Palpalsi : Stem fremitus kiri < kanan; Ictus Cordis ICS V 1 cm medial midclavicularis

sinistra

Perkusi : beda di seluruh lapangan paru kiri; sonor di seluruh lapangan paru kanan; batas

jantung atas: ICS II; kiri: ICS V 1 cm midclaviclaris sinistra; kanan: ICS parasternalis sinistra

Auskultasi : SP: berkurangnya suara pernapasan pada lapangan paru kiri; suara pernapasan

vesikular pada lapangan paru kanan. ST: -

Abdomen

Inspeksi : simetris

Palpalsi : soepel, hepar/lien tidak teraba

Perkusi : timpani, batas paru hati ICS VI midclavicularis dextra

Auskultasi : peristaltik (+) normal

Page 20: kanker kepala leher

Ekstremitas

Superior : edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing (-/-)

Inferior : edema (-/-), sianosis (-/-), clubbing (-/-)

Status lokalisata (kulit kepala dan kelenjar getah bening leher)

Inspeksi : Tampak borok di kulit kepala bagian temporoparietal kiri, juga dijumpai satu

benjolan kulit kepala berwarna kehitaman di kulit kepala bagian temporoparietal kiri

Palpasi : Benjolan berkonsistensi keras, permukaan rata, berbatas tegas, immobile, tidak ada

nyeri tekan, ukuran 2,0x3,5 cm. Borok nyeri tekan (+), eritema (+), darah (+), ukuran

5,5x8,9cm. Benjolan KGB konsistensi kenyal, permukaan rata, batas tegas, mobile,

tidak ada nyeri tekan, ukuran 4,5x 3,0 cm

Hasil Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL

HGB 11,5 g% 12,6-17,4 g%

Ht 33,40 % 43-49 %

WBC 16,18 x 103/mm3 4,5-11 x 103/mm3

PLT 290 x 103/mm3 150-450 x 103/mm3

Foto Thoraks

Page 21: kanker kepala leher

tgl 12 september 2013 tgl 19 september 2013 tgl 28 september 2013

\

Hasil Patologi Anatomi:

Hasil histopatologi jaringan kulit kepala:

Keratinizing Squamous Cell Carcinoma

Hasil sitopatologi cairan pleura:

Suspicious of Malignancy

Penjajakan:

Darah lengkap

Faal Ginjal

Faal hati

KGD

Elektrolit

HST

Page 22: kanker kepala leher

USG hepar

Foto Toraks

EKG

Diagnosis Banding:

eksim nummular

psorias

keratosis seboroik meradang

kutil virus

karsinomasel basal superfisial

melanoma amelanotic

penyakit Paget

Diagnosis : Keratinizing squamous cell carsinoma o/t scalp T4bN1M1 + efusi pleura kiri

Penatalaksanaan:

Thorax drainage

Produksi cairan 200 cc/24 jam, warna merah.

Wide eksisi

Kemoterapi

DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society, 2010. Head and neck cancer backgrounder

Page 23: kanker kepala leher

2. Ridge J.A, et al. 2009. Head and neck squamous cell cancer and the human

papillomavirus: summary of a National Cancer Institute State of the Science

Meeting, November 9–10, 2008, Washington, D.C. Head and Neck; 31(11):1393–

1422.

3. National Cancer Institute, 2013. Head and Neck Cancer Fact Sheet.

4. Goldenberg D., 2004. Habitual risk factors for head and neck cancer.

Otolaryngology Head Neck Surg. 2004 Dec;131(6):986-93.

5. Chaboki, H., Wanna, G.B., Westreich, R., Kao, J. 2008. Carsinoma of the Nasal

cavity and Paranal sinus: Head and neck cancer Thime: New York.

6. Kumar V., Abbas A.K, Aster J.C. 2007 Robbins Basic Pathology. Elsevier

7.