Tumbuh Kembang Anak Pasca Penyakit Kritis

27
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan perawatan intensif pediatrik telah berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan hidup anak dengan penyakit kritis. Namun hal tersebut juga meningkatkan sekuele fisik dan psikologis yang mempengaruhi kualitas hidup survivor anak dengan penyakit kritis, seperti pada survivor ICU dewasa. Sekuele tersebut dapat disebabkan oleh penyakitnya dan juga terapi / tatalaksana yang diberikan. Pengetahuan dan kewaspadaan terhadap timbulnya sekuele pada anak pasca penyakit kritis perlu ditingkatkan dalam rangka mencapai kualitas tumbuh kembang anak yang optimal. 4 Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial 1 Dengan mengetahui konsep tumbuh kembang anak dan sekuele yang muncul pada survivor anak dengan penyakit kritis diharapkan anak pasca penyakit kritis dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna. 1

description

tumbuh kembang pasca sakit kritis

Transcript of Tumbuh Kembang Anak Pasca Penyakit Kritis

BAB IPENDAHULUAN

Perkembangan perawatan intensif pediatrik telah berkontribusi dalam meningkatkan kemampuan hidup anak dengan penyakit kritis. Namun hal tersebut juga meningkatkan sekuele fisik dan psikologis yang mempengaruhi kualitas hidup survivor anak dengan penyakit kritis, seperti pada survivor ICU dewasa. Sekuele tersebut dapat disebabkan oleh penyakitnya dan juga terapi / tatalaksana yang diberikan. Pengetahuan dan kewaspadaan terhadap timbulnya sekuele pada anak pasca penyakit kritis perlu ditingkatkan dalam rangka mencapai kualitas tumbuh kembang anak yang optimal.4Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah dan ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis, dan sosial 1Dengan mengetahui konsep tumbuh kembang anak dan sekuele yang muncul pada survivor anak dengan penyakit kritis diharapkan anak pasca penyakit kritis dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang berguna.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Konsep umum tumbuh kembang anaka. DefinisiPertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).1, 2Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Di sini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.1, 2b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangSecara umum terdapat 2 faktor utama yang mempengaruhi terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:1, 21. Faktor internal / genetika) Perbedaan ras / etnik atau bangsaBila seseorang dilahirkan sebagai ras bangsa Eropa maka tidak mungkin ia memiliki fak tor herediter ras orang Indonesia atau sebaliknya. Tinggi badan tiap bangsa berlainan, pada umumnya ras kulit putih mempunyai ukuran tungkai yang lebih panjang daripada ras orang Mongol.b) KeluargaAda kecenderungan keluarga yang tinggi-tinggi dan ada keluarga yang gemuk-gemuk.

c) UmurKecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja.d) Jenis kelaminWanita lebih cepat dewasa dibanding anak laki-laki. Pada masa pubertas wanita umumnya tumbuh lebih cepat daripada laki-laki dan kemudian setelah melewati masa pubertas laki-laki akan lebih cepat.e) Kelainan genetikSebagai salah satu contoh Achondroplasia yang menyebabkan dwarfisme, sedangkan sindroma Marfan terdapat pertumbuhan badan yang berlebihan.f) Kelainan kromosomKelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Downs dan sindroma Turners2. Faktor eksternal / lingkungana) Faktor pranatali. GiziNutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin. Gizi ibu yang jelek sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menghasilkan bayi BBLR (bayi berat lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.ii. MekanisTrauma dan cairan ketuban yang kurang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasial atau kranio tabes.iii. Toksin / zat kimiaMasa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat teratogen. Aminopterin dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.iv. EndokrinDiabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal.

v. RadiasiPaparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.vi. InfeksiInfeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks), PMS (penyakit menular seksual) serta penyakit virus lainnya dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.vii. Kelainan imunologiRhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern icterus atau lahir mati.viii. Anoksia embrioAnaoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan tergangguix. Psikologis ibuKehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dapat menyebabkan cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.b) Faktor persalinanKomplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.c) Faktor pasca natal, secara umum dapat digolongkan menjadi:i. Lingkungan biologis1) Ras/suku bangsa: bangsa kulit putih/Eropa mempunyai pertumbuhan somatik yang lebih tinggi daripada bangsa Asia.2) Jenis kelamin: dikatakan bahwa anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian.3) Umur: umur paling rawan adalah masa balita. Pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Pada masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian, sehingga perlu perhatian khusus.4) Gizi: makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak.5) Perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan yang teratur tidak hanya pada saat sakit akan menunjang tumbuh kembang anak.6) Kepekaan terhadap penyakit. Dengan memberikan imunisasi maka diharapkan terhindar dari penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian.7) Penyakit kronis. Anak dengan penyakit kronis akan mengalami gangguan tumbuh kembang, pendidikan dan akan mengalami stres karena penyakitnya.8) Fungsi metabolisme. Terdapat perbedaan mendasar pada proses metabolisme pada berbagai usia, sehingga kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan pada perhitungan yang tepat.9) Hormon. Hormon yang berpengaruh terhadap pertumbuhan antara lain: growth hormon, tiroid, hormon seks, insulin, IGFs (Insulin-like growth factors) dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.ii. Faktor fisik1) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerahMusim kemarau berkepanjangan dan bencana alam dapat menyebabkan gagal panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi. Di daerah pegunungan banyak ditemukan gondok endemik karena air tanahnya kurang mengandung yodium.2) SanitasiSanitasi lingkungan memiliki peranan yang cukup dominan dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.3) Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian.4) RadiasiTumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi yang tinggi.iii. Faktor psikososial1) Stimulasi. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang/tidak mendapatkan stimulasi.2) Motivasi belajar. Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar.3) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar. Ganjaran akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya. Hukuman yang wajar akan menjadikan anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, sehingga akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari.4) Kelompok sebaya. Proses sosialisasi dengan lingkungannya, anak memerlukan teman sebaya, namun perlu pemantauan.5) Stres. Stres dapat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, misalnya anak akan menarik diri, rendah diri, nafsu makan menurun.6) Sekolah7) Cinta dan kasih sayang. Anak memerlukan kasih sayang dan perlakuan adil dari orangtuanya.8) Kualitas interaksi anak-orangtua. Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtuanya, sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat dipecahkan bersama karena adanya kedekatan dan kepercayaan antara orangtua dan anak.iv. Faktor keluarga dan adat istiadat1) Pekerjaan / pendapatan keluargaPendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orangtua dapat menyediakan semua kebutuhan anak.

2) Pendidikan ayah/ibuPendidikan orangtua yang baik akan dapat mengetahui cara pengasuhan yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.3) Jumlah saudaraJumlah anak yang banyak dengan jarak yang terlalu dekat akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak4) Jenis kelamin dalam keluarga5) Stabilitas rumah tanggaStabilitas rumah tangga mempengaruhi tumbuh kembang anak.6) Kepribadian ayah/ibu7) Adat istiadat, norma-norma, tabu-tabu8) Agama9) Urbanisasi10) Kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

c. Kebutuhan dasar anakKebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang secara umum digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar:11. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)a) Gizib) Perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit.c) Pemukiman yang layakd) Higiene perorangan, sanitasi lingkungane) Sandangf) Kesegaran jasmani, rekreasi2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)Pada tahun-tahun pertama kehidupan dibutuhkan hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengganti ibu dengan anak. hubungan tersebut harus diusahakan sedini dan selanggeng mungkin, misalnya dengan kontak fisik (kulit, mata), segera menyusui. Kasih sayang orangtuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar (basic trust). Sedangkan kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan akan memberikan dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun sosial emosi yang disebut sindroma deprivasi maternal.3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)Stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. stimulasi mental (ASAH) ini mengembangkan perkembangan mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral, etika, produktivitas dan sebagainya.

d. Ciri-ciri tumbuh kembang anakSecara garis besar 4 kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan yaitu:21. Perubahan ukuran2. Perubahan proporsi3. Hilangnya ciri-ciri lama4. Timbulnya ciri-ciri baru

Gambar. Perubahan proporsi tubuh manusia (dikutip dari Santrock)

Keunikan ciri-ciri pertumbuhan:1. Kecepatan pertumbuhan yang tidak teraturKecepatan pertumbuhan yang paling pesat yaitu pada masa pranatal, bayi dan adolesensi, sedangkan di luar itu pertumbuhan berlangsung lambat.2. Masing-masing organ memiliki pola pertumbuhan yang berbedaa) Pola pertumbuhan umumYang khas dari pertumbuhan secara umum ialah pertumbuhan tinggi badan. Sampai dengan usia 2 tahun, pertambahan tinggi badan berlangsung cepat, kemudian stabil sampai masa pubertas. Mulai masa pubertas pertumbuhan berlangsung cepat sampai akil balig.b) Pola pertumbuhan organ limfoidOrgan limfoid mengalami pertumbuhan secara cepat sehingga pada usia sekitar 12 tahun mencapai 200% dan berangsur menurun lagi sampai usia dewasa menjadi 100%.c) Pola pertumbuhan otak dan kepalaPertumbuhan otak dan kepala terjadi paling cepat dibanding bagian tubuh lain sejak kehidupan intrauterin, bahkan berlanjut sampai tahun-tahun pertama kehidupan sehingga pada usia 6 tahun pertumbuhannya telah mencapai hampir 90% otak dewasa.d) Pola pertumbuhan organ reproduksiSelama masa anak, pertumbuhan dan perkembangan organ reproduksi sangat lambat, baru pada masa pubertas terjadi percepatan yang luar biasa sehingga dalam waktu singkat menjadi matang.

Ciri-ciri perkembangan adalah:21. Perkembangan melibatkan perubahan2. Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnyaSeseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.3. Perkembangan memiliki pola yang tetapa) Pola sefalokaudal: Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah kaudal.b) Pola proksimodistal: Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerakan kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang memiliki kemampuan dalam gerakan halus.4. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.Tahap perkembangan memiliki pola teratur, berurutan, tidak dapat dibalik.5. Perkembangan mempunyai kecepatan yang berbedaTangan dan kaki berkembang pesat pada masa awal remaja sedangkan bagian tubuh lainnya mungkin berkembang pesat pada masa lainnya.6. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, maka perkembangan juga demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.e. Tahap-tahap tumbuh kembang anak dan remajaTumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan berkesinambungan sejak konsepsi sampai dewasa. Setiap anak akan melewati pola tertentu yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan:1. Masa pranatal / masa intrauterina) Masa embrio: sejak konsepsi sampai usia kehamilan 8 minggub) Masa fetus: sejak usia kehamilan 9 minggu sampai kelahirani. Masa fetus dini: usia kehamilan 9 minggu sampai dengan trimester kedua kehamilan.ii. Masa fetus lanjut: trimester akhir kehamilan2. Masa postnatal atau masa setelah lahira) Masa neonatal: 0-28 harib) Masa bayi:i. Masa bayi dini : 1-12 bulanii. Masa bayi lanjut: 1-2 tahunc) Masa prasekolah: 2-6 tahund) Masa sekolah / masa prapubertas: wanita 6-10 tahun, laki-laki: 8-12 tahune) Masa adolesensi atau remaja: wanita 10-18 tahun, laki-laki: 12-20 tahunB. Outcome survivor anak dengan penyakit kritisPerkembangan perawatan intensif pediatrik telah berkontribusi dalam meningkatkan suvival anak dengan penyakit kritis. Namun yang perlu diwaspadai adalah timbulnya sekuele pasca perawatan di ruang intensive. Sekuele yang timbul dapat berupa kelainan fisik, psikologis maupun kualitas hidup anak. timbulnya sekuele dapat merupakan akibat dari penyakit yang mendasarinya ataupun merupakan konsekuensi dari tindakan dan terapi yang diberikan. Dari 27 penelitian yang menjelaskan tentang satu atau lebih aspek sekuele jangka panjang survivor PICU dan atau pada keluarganya, dapat diambil kesimpulan bahwa Sekuele yang dapat timbul pasca penyakit kritis yang dirawat di ruang intensif adalah sebagai berikut:4a. Fisik dan neurokognitif1. Neurologi: dari 5 penelitian yang melibakan 275 survivor sebagaian besar normal. Namun pada beberapa survivor terjadi gangguan pendengaran, koordinasi, gangguan perkembangan dan kognitif. Gangguan neurologi dapat memberikan dampak yang besar pada kehidupan sehari hari sehingga membutuhkan evaluasi yang standar, dukungan yang adekuat dan rehabilitasi yang sesuai.4Pada penelitian lainnya didapatkan sekuele neurologis dan neurokognitif berupa keterlambatan perkembangan psikomotor, epilepsi, pareses, gangguan perilaku dan konsentrasi pada 54 dari 186 anak yang dinilai.5 2. Sistem respirasi: dari 6 penelitian yang melibatkan 65 pasien didapatkan adanya penyakit obstruktif dan restriktif, hipoksemia selama aktivitas fisik. Pada bayi dan anak, paru masih berkembang sehingga fungsi paru dapat membaik pasca penyakit kritis. Pembatasan aktivitas anak disesuaikan dengan fungsi paru.4 3. Jantung: dari 2 penelitian yang melibatkan 23 survivor tidak dijumpai adanya kelainan jantung kecuali pada 1 anak yang mengalami hipertrofi ventrikel kiri. Pada anak yang mengalami syok septik dan membutuhkan obat vasoaktif, dapat terjadi interaksi dengan jantung yang sedang berkembang yang dapat memberikan efek menetap pada pertumbuhan dan fungsi jantung.44. Ginjal: dari 1 penelitian yang melibatkan 12 survivor, didapatkan 2 anak mengalami gangguan filtrasi glomerulus, 1 anak mengalami hipertensi, dan 1 anak mengalami proteinuria.45. Gangguan fisik lainnya: dari 1 penelitian didapatkan 15 dari 186 pasien (8%) mengalami masalah yang berkaitan dengan prosedur di PICU, diantaranya hoarseness karena kerusakan mukosa setelah intubasi endotrakea, gangguan pertumbuhan ekstremitas karena kerusakan vaskular setelah kateterisasi vena sentral.5 b. Psikologis: dari 5 penelitian yang melibatkan 202 nanak didapatkan gejala gangguan stres pasca trauma pada 11 dari 74 anak yang dinilai. Sedangkan pada 1 penelitian menemukan hubungan antara prosedur invasif dengan tingginya skor PTSD (Post Traumatic stress disorder).4 selain memberikan dampak psikologis pada anak yang sakit, juga dapat timbul dampak psikologis pada orangtua, saudara kandung dan pengasuhnya.3c. Kesehatan fungsional dan kualitas hidup: dari 3 penelitian yang melibatkan 821 anak sebagian besar menunjukkan fungsi kesehatan yang normal sementara pada beberapa anak didapatkan gangguan yang berat. Sedangkan dari 4 penelitian yang melibatkan 1.664 anak yang menilai kualitas hidup dengan 3 kuesioner yang berbeda, didapatkan sebagian besar anak memiliki kualitas hidup yang normal atau sama seperti sebelum masuk PICU. Pada beberapa anak memiliki kualitas hidup yang jelek.4C. Plastisitas otakPlastisitas otak (neuroplasticity) adalah kemampuan otak melakukan reorganisasi dalam bentuk adanya interkoneksi baru pada saraf. Plastisitas merupakan sifat yang menunjukkan kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi terhadap kebutuhan fungsional. Mekanisme ini termasuk perubahan kimia saraf (neurochemical), penerimaan saraf (neuroreceptive) , perubahan struktur neuron saraf dan organisasi otak. Plastisitas juga terjadi pada proses perkembangan dan kematangan sistem saraf.6Beberapa prinsip plastisitas pada otak normal:1. Perubahan pada otak dapat ditunjukkan pada beberapa level analisisSebuah perubahan perilaku pasti merupakan akibat dari perubahan pada otak, namun untuk mengetahui perubahan tersebut ada banyak cara. Perubahan global menunjukkan adanya perubahan sinaptik yang merupakan akibat dari perubahan molekuler seperti modifikasi kanal, ekspresi gen dan sebagainya. 2. Perubahan yang bergantung pada latihan cenderung fokal3. Perubahan plastisitas bergantung waktu4. Perubahan bergantung pada latihan saling berinteraksi5. Perubahan plastisitas bergantung usiaLatihan pada otak yang sedang berkembang akan lebih responsif dibandingkan pada otak dewasa.6. Tidak semua plastisitas itu baik.Meskipun banyak literatur yang mengatakan bahwa perubahan plastisitas otak dapat meningkatkan fungsi motorik dan kognitif serta dapat mempengaruhi perilaku, namun pada beberapa hal dapat terjadi maladaptif misalnya pada nyeri patologis, respons patologis terhadap sakit, schizifrenia, dan demensia.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan otak berkaitan dengan plastisitas otak adalah sebagai berikut:61. Latihan motor dan sensorikLatihan motorik dan sensorik dalam rentang yang luas dapat menjadikan perubahan plastisitas otak yang bertahan lama. Latihan yang sama dapat memberikan perubahan yang berbeda pada usia yang berbeda. Hubungan antara plastisitas sinaptik dan perilaku selama perkembangan tidak dapat digambarkan secara sederhana.2. Obat psikoaktifPaparan obat psikoaktif dapat memberikan efek pada perkembangan prefrontal yang berkaitan dengan perilaku.3. Hormon gonadHormon gonad dapat mempengaruhi perkembangan otak sehingga stimulan psikomotor tertentu memberikan respon yang berbeda pada jenis kelamin yang berbeda.4. Hubungan anak-orangtua5. Hubungan dengan teman sebaya6. StresStres awal yang terjadi pada masa gestasional dan bayi merupakan faktor risiko berkembangnya schizofrenia, ADHD, depresi dan adiksi obat.7. NutrisiNutrisi yang baik disertai dengan suplemen vitamin dan mineral dapat menunjang perkembangan otak.

D. Pemantauan tumbuh kembang anak pasca penyakit kritisBerdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, anak dengan penyakit kritis yang dirawat di PICU merupakan anak dengan faktor risiko untuk mengalami masalah gangguan tumbuh kembang di kemudian hari. Oleh karena itu survivor PICU memerlukan perhatian yang lebih pada pemantauan tumbuh kembangnya. Pelayanan kesehatan terhadap survivor PICU harus diupayakan untuk mengurangi dampak dari kondisi penyakitnya termasuk sekuele yang mungkin timbul, mencegah disfungsi kalau mungkin, mengoptimalkan tumbuh kembang anak baik perkembangan fisik, kognitif, maupun psikososial. Pelayanan kesehatan harus berorientasi pada keluarga karena keluargalah yang merawat anak sehari-hari dan di dalam keluarga pula anak menjalani kehidupannyaUntuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal pada anak pasca penyakit kritis, perlu penanganan yang komprehensif dan holistik. Komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan penyakitnya. Bila diperlukan melibatkan tim interdisipliner seperti ahli tumbuh kembang, neurologi anak, THT, mata, Radiologi, rehabilitasi medik, sosial worker dan lainnya sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan holistik meliputi meliputi intervensi lingkungan mikro, mini, meso dan makro. Lingkungan mikro yaitu yang berkaitan dengan kondisi ibu. Lingkungan mini berkaitan dengan ayah, kakak, adik, pengasuh, sarana bermain di rumah. Lingkungan meso berkaitan dengan lingkungan sekitar, tetangga, teman bermain, puskesmas, PAUD dan lain-lain. Lingkungan makro berkaitan dengan program pemerintah dan kebijakan pemerintah. Pelayanan kesehatan pada anak pasca penyakit kritis, dapat mengikuti bagan di bawah ini untuk mengetahui faktor risiko lain selain penyakit kritis yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya sehingga dapat disimpulkan permasalahan yang ada dan dapat dilakukan stimulasi dan intervensi yang sesuai dengan memanfaatkan adanya plastisitas otak.

Pemantauan pasca penyakit meningitisPemantauanWaktu

Pemeriksaan pendengaran- AOE-BERASegera setelah diagnosis meningitis 4 minggu pasca perawatan

Pemeriksaan gangguan neurologi: epilepsi, gangguan belajar, gangguan perkembanganSetelah perawatan PICU 4 minggu pasca perawatan, bila didapatkan gangguan diulang setiap bulan. Bila tidak didapatkan masalah pada anak kurang dari 1 tahun diulang setiap 3 bulan, pada anak lebih dari 1 tahun diulang setiap 6 bulan

Pemeriksaan perkembangan perilaku, psikososial dan psikiatriSetelah perawatan PICU-4 minggu pasca perawatan.Bila didapatkan kelainan diulang setiap bulanBila tidak didapatkan kelainan diulang setiap 6 bulan

Pemeriksaan sendiSetelah perawatan PICU 4 minggu pasca perawatan, Dilanjutkan pemantauan setiap tahun

Pemantauan komplikasi pada kulitSetelah perawatan PICU 4 minggu pasca perawatan, Dilanjutkan pemantauan perkembangan scar setiap tahun

Pemeriksaan fungsi ginjalSetelah perawatan PICU 4 minggu pasca perawatan

Skrining PTSD (post-traumatic stress disorder)Setelah perawatan PICU 4 minggu pasca perawatan, dilakukan pada anak dan keluarga

BAB IIIKESIMPULAN

Anak pasca penyakit kritis yang membutuhkan perawatan di PICU memiliki risiko untuk timbulnya sekuele baik fisik dan neurokognitif, psikologis, fungsi kesehatan dan kualitas hidupnya serta masalah psikologis pada keluarganya yang dapat disebabkan oleh penyakitnya sendiri ataupun disebabkan oleh prosedur invasif di PICU. Penatalaksanaan komprehensif dan holistik pada anak pasca penyakit kritis diharapkan memberikan kualitas hidup anak menjadi seoptimal mungkin. Stimulasi dan intervensi yang tepat diperlukan guna mencapai tumbuh kembang anak yang optimal. Dukungan maksimal dari keluarga dan sosial ekonomi keluarga juga sangat mempengaruhi keberhasilan stimulasi dan intervensi.

DAFTAR PUSTAKA1. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak.Jakarta: EGC, 1995:1-31.2. Tanuwidjaya S. Konsep umum tumbuh dan kembang. Dalam Buku ajar I tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama cetakan kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: CV.Sagung Seto, 2008: 1-11.3. Shudy M, de Almeida ML, Susan Ly, Landon C, Groft S, et al. Impact of pediatric critical illness and injury on families: a systemic literature review. Pediatrics. 2006; 118;S203.4. Knoester H, Grotenhuis MA, Bos AP. Outcome of paediatric intensive care survivors. Eur J Pediatr. 2007; 166: 1119-1128.5. Knoester H, Bronner MB, Bos AP. Surviving pediatric intensive care: physicsl outcome after 3 months. Intensive Care Med. 2008; 34:1076-1082.6. Kolb B, Gibb R. brain plasticity and behaviour in the developing brain. J Can Acad Child adolesc Psychiatry. 2011; 20(4):265-276.7. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak dengan kondisi kesehatan kronik. Dalam Buku ajar II tumbuh kembang anak dan remaja. Edisi pertama cetakan kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: CV.Sagung Seto, 2008: 61-69.8. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of invasive meningococcal disease in children and young people. A national clinical guideline. 2008

15