tumbuh kembang

21
Pemeriksaan Tumbuh Kembang dan Pemberian Imunisasi pada Bayi Pendahuluan Anak Balita sebagai masa emas atau "golden age" yaitu insan manusia yang berusia 0-6 tahun, meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Secara psikologis, rentang usia tersebut dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak- kanak. 1 Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya. Pada setiap tahap perkembangan, terdapat beberapa aspek fisik dan psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi secara umum menunjukkan bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa, sedangkan saat anak memasuki awal masa kanak-kanak, 1

description

blok 13

Transcript of tumbuh kembang

Pemeriksaan Tumbuh Kembang dan Pemberian Imunisasi pada Bayi

PendahuluanAnak Balita sebagai masa emas atau"golden age"yaitu insan manusia yang berusia 0-6 tahun, meskipun sebagian pakar menyebut anak balita adalah anak dalam rentang usia 0-8 tahun. Kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio-emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.Secara psikologis, rentang usia tersebut dibagi dalam 3 tahapan yaitu masa sebelum lahir, masa bayi dan masa awal kanak-kanak.1 Pada ketiga tahapan tersebut banyak terjadi perubahan yang mencolok, baik fisik maupun psikologis, karena tekanan budaya dan harapan untuk menguasai tugas-tugas perkembangan tertentu, yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat tergantung pada faktor sosial, yaitu tuntutan dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya.Pada setiap tahap perkembangan, terdapat beberapa aspek fisik dan psikologis yang terjadi, misalnya pada masa bayi secara umum menunjukkan bahwa anak sangat tergantung pada orang dewasa, sedangkan saat anak memasuki awal masa kanak-kanak, ketergantungan mulai berkurang dan ada harapan serta perlakuan tertentu dari kelompok sosial serta mulai tumbuh kemandirian, yang akan berakhir saat anak mulai masuk sekolah dasar. Perkembangan pada setiap aspek memiliki tingkat dan kecepatan yang berbeda-beda baik, tergantung dari faktor individu maupun lingkungan yang menstimulirnya. Seluruh perkembangan ini akan dilampaui anak dan setiap aspek perkembangannya tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu sama lain.Berdasarkan hal tersebut, maka tumbuh kembang anak serta kemampuan mereka dapat diidentifikasi lebih awal, yang selanjutnya dapat dikembangkan. Berbekal pemahaman tentang perkembangan anak balita maka orang tua atau orang dewasa lainnya dapat mengetahui titik terpenting untuk pengembangannya, dengan menitik beratkan pada masa belajar anak. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan anak balita tersebut perlu diarahkan pada peletakan dasar-dasar yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik, daya pikir, daya cipta, sosio-emosional, bahasa, komunikasi yang seimbang sebagai dasar pembentukan pribadi.1,2

Anamnesis Anamnesa adalah riwayat kesehatan dari seorang pasien dan merupakan informasi yang diperoleh dokter dengan cara menanyakan pertanyaan tertentu, dan pasien dapat memberikan jawaban yang sesuai. Jika tidak bisa mendapatkan anamnesis yang jelas dari pasien (autoanamnesa), kita bisa menanyakannya pada kerabat pasien yang tahu secara persis keadaan pasien (alloanamnesa). Untuk skenario yang dibahas, dari hasil anamnesa yang dilakukan, kita bisa mendapatkan beberapa informasi penting, yaitu:1. riwayat kesehatan ibu2. faktor genetik3. faktor lingkungan4. faktor sosial5. riwayat kelahiran bayi6. riwayat kesehatan bayi

Pengertian Tumbuh KembangIstilah tumbuh kembang sebenarnya mencangkup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, akan tetapi saling berkaitan dan sulit di pisahkan yaitu perkembang dan petumbuhan.pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh), sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.1 Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur, sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki makna yang berbeda akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan, pertumbuhan menunjukkan arti perubahan kuantitatif. Pertambahan dalam ukuran dan struktur. Sedangkan, perkembangan menujukkan perubahan kuantitatif dan kualitatif sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu.2 Walaupun demikian, kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.

Hal-hal yang Berpengaruh terhadap Tumbuh Kembang Secara umum terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu faktor genetic dan faktor lingkungan. Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut. Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang tuanya. Sedangkan, yang dimaksud faktor lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada. Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa.3 Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh kembangnya.Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi tiga kebutuhan dasar yaitu:1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)Kebutuhan fisik-biomedis atau asuh meliputi pangan atau gizi, pemukiman yang layak, kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan, pakaian, rekreasi, kesegaran jasmani dan perawatan kesehatan dasar seperti imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur dan pengobatan.2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial.3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya. Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.3

Pemeriksaan Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu. Terjadi perubahan ukuran fisik selama pertumbuhan. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya.1,2 Ukuran fisik manusia dapat diukur. llmu yang mempelajari ukuran fisik pada bagian tubuh tertentu dikenal dengan sebutan antropometri. Polapertumbuhan dibatasi oleh dua hal yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti pengambilan zat gizi, infeksi penyakit, sanitasi lingkungan, dan pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi pola pertumbuhan. Pengukuran pertumbuhan secara antropometri akan berkait dengan umur yang nantinya akan dipadukan dengan ukuran berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lemak di bawah kulit dan lingkar lengan atas. Berat badan untuk umur (BB/U), panjang badan untuk umur (PB/U), berat badan untuk panjang badan (BB/PB) dan IMT.2-4 Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu:31. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (Current Nutrirional Status).2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.3. Berat badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Pada tahun 1978, WHO lebih menganjurkan penggunaan BB/TB, karena menghilangkan factor umur yang menurut pengalaman sulit didapat secara benar, khususnya di daerah terpencil dimana terdapat masalah tentang pencatatan kelahiran anak. Indeks BB/TB juga menggambarkan keadaan kurang gizi akut waktu sekarang.4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkolerasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB.4. Pengukuran IMTPada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U. IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat. Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya. Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu : Berat badan (kg)IMT = ---------------------------------------------- Tinggi badan 2 (meter)

Setelah melakukan pengukuran masing-masing indikator, maka langkah selanjutnya adalah membaca grafik yang telah ditetapkan oleh WHO Child Growth Standards dan melakukan penilaian, untuk menentukan status gizi anak balita antara usia 0-60 bulan, harus dibandingkan dengan standar WHO 2005. Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah dengan Z-skor atau persentil.3,4 Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi dibagi dengan simpangan baku populasi referensi. Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi (WHO/NCHS), yang dijelaskan dengan nilai seseorang sama atau lebih besar daripada nilai persentase kelompok populasi. Klasifikasi dapat dilakukan menurut berbagai lembaga. Klasifikasi WHO agak sedikit berbeda dengan klasifikasi menurut Kementerian Kesehatan RI. Klasifikasi status gizi yang dihitung dengan menggunakan Z-skor menurut WHO dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel 1 Indikator Pertumbuhan. 4

Pemeriksaan PerkembanganPenyimpangan perkembangan pada bayi dan anak usia dini sering kali sulit dideteksi dengan dideteksi dengan pemeriksaan fisik rutin. DDST dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan dalam mendeteksi masalah perkembangan anak seusia dini. Denver Developmental Screening Test (DDST) adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan secara luas untuk menilai kemajuan perkembangan anak usia 0-6 tahun.5 Denver II dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:1. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan usianya.2. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.3. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala kemungkinan adanya kelainan perkembangan.4. memastikan anak yang diduga mengalami kelainan perkembangan.5. Memantau anak yang berisiko mengalami kelainan perkembangan.Tujuan pokok DDST bukan untuk menetapkan diagnosis akhir gangguan perkembangan anak, melainkan sebagai metode cepat untuk mengidentifikasi anak-anak yang memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait perkembangan mereka. Dengan demikian, tes ini tidak memiliki kriteria kesimpulan hasil perkembangan anak abnormal, yang ada hanyalah normal, tersangka dan tak dapat diuji. Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor, yaitu: 1. Sektor personal-sosial, yaitu penyesuaian diri di masyarakat dan kebutuhan pribadi2. Sektor motorik halus-adaptif, yaitu koordinasi mata-tangan, kemampuan memainkan dan menggunakan benda-benda kecil, serta pemecahan masalah3. Sektor bahasa, yaitu mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa4. Sektor motorik kasar, yaitu duduk, berjalan, dan melakukan gerakan umum otot besar lainnya. Setelah menyelesaikan tes Denver II, kita perlu melakukan tes perilaku untuk membantu pemeriksa menilai seluruh perilaku anak secara subjektif, dan memperoleh taksiran kasar bagaimana seorang anak menggunakan kemampuannya. 5Dalam melaksanakan tes perkembangan anak dengan menggunakan Denver II, kita perlu melakukan langkah-langkah persiapan, diantaranya persiapan alat tes, formulir Denver II, pedoman pelaksanaan pengujian, baru dilanjutkan dengan penghitungan usia anak, dan terakhir pelaksanaan tes sesuai dengan usia anak. Alat-alat pokok yang dibutuhkan dalam penerapan Denver II antara lain, enang wol merah, icik-icik dengan gagang kecil, boneka kecil dengan botol susu, cangkir kecil dengan pegangan, kubus (dengan rusuk 2,5 cm) berjumlah 8 buah, berwarna merah, biru, kuning, dan hijau masing-masing 2 buah, botol kecil berwarna bening dengan tutup berdiameter 2 cm, manik-manik (dalam penerapannya, ada yang mengganti manik-manik dengan kismis atas pertimbangan tertentu), lonceng kecil dan bola tenis. Adapun formulir Denver II berupa selembar kertas yang berisikan 125 tugas perkembangan menurut usia pada halaman depan dan pedoman tes untuk item-item tertentu pada halaman belakang. Pada baris horizontal teratas dan terbawah, terdapat skala usia dalam bulan dan tahun yang dimulai dari anak lahir hingga 6 tahun. Pada usia 0-24 bulan, jarak 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1 bulan. Setelah usia 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.Telah disebutkan di awal bahwa penerapan DDST ditujukan untuk menilai perkembangan anak berdasarkan usianya. Dengan demikian, sebelum melakukan tes ini, terlebih dahulu kita harus mengetahu usia anak tersebut. Untuk menghitung usia anak, kita dapat mengikuti langkah-langkah berikut.1. Tulis tanggal, bulan, dan tahun dilaksanakannya tes.2. Kurangi dengan cara bersusun dengan tanggal, bulan, dan tahun kelahiran anak.3. Jika jumlah hari yang dikurangi lebih besar, ambil jumlah hari yang sesuai dari angka bulan di depannya.4. Hasilnya adalah usia anak dalam tahun, bulan dan hari.5. Ubah usia anak ke dalam satuan bulan jika perlu.6. Jika pada saat pemeriksaan usia anak di bawah 2 tahun, anak lahir kurang 2 minggu, atau lebih dari HPL, lakukan penyesuaian prematuritas dengan cara mengurangi umur anak dengan jumlah minggu tersebut. Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan tes adalah item yang kurang memerlukan keaktifan anak sebaiknya didahulukan, misalnya sektor personal-sosial, baru kemudian dilanjutkan dengan sector motorik halus-adaptif. Item yang lebih mudah didahulukan. Berikan pujian pada anak jika ia dapat menyelesaikan tugas dengan baik, juga saat ia mampu menyelesaikannya tetapi kurang tepat. Ini ditujukan agar anak tidak segan untuk menjalani tes berikutnya. Item dengan alat yang sama sebaiknya dilakukan secara berurutan agar penggunaan waktu menjadi lebih efisien. Hanya alat-alat yang akan digunakan saja yang diletakkana di atas meja. Pelaksanaan tes untuk semua sector dimulai dari item yang terletak di sebelah kiri garis umur, lalu dilanjutkan ke item di sebelah kanan garis umur. Penilaian perilaku dilakukan setelah tes selesai. Dengan menggunakan skala pada lembar tes, penilaian ini dapat membandingkan perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya. Kita boleh menanyakan kepada orang tua atau pengasuh apakah perilaku anak selama tes dengan perilaku sebelumnya. Terkadang anak tengah dalam kondisi sakit, atau marah sewaktu menjalani pemeriksaan tersebut. Jika demikian, tes dapat ditunda dan dilanjutkan pada hari lain saat anak telah kooperatif.4,5

Pemeriksaan Fisik UmumPemeriksaan fisik umum lainnnya yang dapat dilakukan adalah pemeriksaa tanda-tanda vital diantarannnya dengan hitung frekuensi napas, pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit. Pemeriksaan ini dikatakan normal pada bayi apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat ekspirasi. Hitung denyut jantung dengan stetoskop, pemeriksaan denyut jantung untuk menilai apakah bayi mengalami gangguan yang menyebabkan jantung dalam keadaan tidak normal, seperti suhu tubuh yang tidak normal, perdarahan, atau gangguan napas. Pemeriksaan denyut jantung ini dikatakan normal apabila frekuensinya antara 100-160 kali per menit. Serta pemeriksaan nadi permenit dikatakan normal pada bayi adalahh 120-130 x/mnt. Serta pemeriksaan suhu tubuh karena hipotalamus bayi belum sempurna, sehingga suhu tubuh belum stabil, terutama jika bayi terpapar udara yang dingin. Bayi mempertahankan suhu tubuh dengan sikap fleksi serta meningkatkan frekuensi pernafasan dan aktivitasnya. Kisaran suhu normal pada bayi adalah 36,50 C-37,50 C. 6

Tujuan Imunisasi serta Jenis dan Cara PemberianImunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi bertujuan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit. Walaupun cakupan imunisasi tidak sama dengan 100% tetapi sudah mencapai 70% maka anal-anak yang tidak mendapatkan imunisasi pun akan terlindungi oleh adanya suatu herd immunity.7Bila imunisasi dasar dilaksanakan dengan lengkap dan teratur, maka imunisasi dapat menguragi angka kesakitan dan kematian balita sekitar 80-95%. Pengertian teratur dalam hal ini adalah teratur dalam mentaati jadwal dan jumlah frekuensi imunisasi, sedangkan yang dimaksud imunisasi dasar lengkap adalah telah mendapat semua jenis imunisasi dasar yaitu BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali dan Campak 1 kali pada waktu anak berusia kurang dari 11 bulan. Imunisasi dasar yang tidak lengkap, maksimal hanya dapat memberikan perlindungan 25-40%. Sedangkan anak yang sama sekali tidak diimunisasi tentu tingkat kekebalannya lebih rendah lagi. Adapun jenis-jenis imunisasi adalah:1. Imunisasi BCGBacillus Calmette-Guerin.BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit TBC. Meskipun BCG merupakan vaksin yang paling banyak di gunakan di dunia, tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat bervariasi dan belum ada penanda imunologis terhadap tuberculosis yang dapat dipercaya. Kekebalan yang dihasilkan dari imunisasi BCG ini bervariasi. Dan tidak ada pemerikasaan laboratorium yang bisa menilai kekebalan seseorang pada penyakit TBC setelah diimunisasi. Berbeda dengan imunisasi hepatitis B, kita bisa memeriksa titer anti-HBsAg pada laboratotrium, bila hasilnya lebih dari 10 g dianggap memiliki kekebalan yang cukup terhadap hepatitis B. BCG dianjurkan diberikan pada bayi umur 2-3 bulan. Uji tuberkulin dilakukan terlebih dahulu bila usia anak lebih dari 3 bulan untuk mengetahui apakah anak telah terinfeksi TBC atau belum. Kekebalan untuk penyakit TBC tidak diturunkan dari ibu ke anak, karena itu anak baru lahir tidak punya kekebalan terhadap TBC. Makanya ibu-ibu harus segera memberikan imunisasi BCG buat anaknya. Imunisasi BCG diberikan dengan dosis 0,05 ml pada bayi kurang dari 1 tahun, dan 0,1 ml pada anak. Disuntikkan secara intrakutan, maksudnya disuntikkan ke dalam lapisan kulit (bukan di otot). Bila penyuntikan benar, akan ditandai kulit yang menggelembung.2. Imunisasi Hepatitis BImunisasi hepatitis B ini juga merupakan imunisasi yang diwajibkan, lebih dari 100 negara memasukkan vaksinasi ini dalam program nasionalnya. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terinfeksi virud hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawanya terus hingga dewasa.Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati. Upaya pencegahan adalah langkah terbaik.Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena Virus Hepatitis B, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk mengetahui apakah membawa virus atau tidak.Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya virus hepatitis B. Jumlah pemberian adalah sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga. Usia pemberian adalah sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi tersebut dilakukan tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum usia 24 jam. Pada anak lokasi penyuntikan adalah di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat anterolateral. Penyuntikan di bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. Tingkat kekebalan cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya setelah 3 kali suntikan, lbih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup.3. PolioImunisasi polio ada 2 macam, yang pertama oral polio vaccine atau yang sering dilihat dimana mana yaitu vaksin tetes mulut. sedangkan yang kedua inactivated polio vaccine, ini yang disuntikkan. Bila yang tetes mudah diberikan, murah dan mendekati rute penyakit aslinya, sehingga banyak digunakan. sedangkan yang injeksi efek proteksi lebih baik tapi mahal dan tidak punya efek epidemiologis. Selain itu saat ini, pemakaian vaksin polio injeksi hanya ditujukan pada penderita yang tidak boleh mendapat vaksin polio tetes karena daya tahan tubuhnya lemah. Polio atau lengkapnya poliomelitis adalah suatu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat menyebabkan lumpuh pada kedua kaki. Walaupun dapat sembuh, penderita akan pincang seumur hidup karena virus ini membuat otot-otot lumpuh dan tetap kecil. Virus polio menyerang dan merusak sistem saraf menimbulkan kelumpuhan permanen, biasanya pada kaki. Sejumlah besar penderita meninggal karena tidak dapat menggerakkan otot pernapasan. Virus polio menular secara langsung melalui percikan ludah penderita atau makanan dan minuan yang dicemari. Pencegahannya dengan dilakukan menelan vaksin polio 2 (dua) tetes setiap kali sesuai dengan jadwal imunisasi.4. DPTDeskripsi Vaksin Jerap DPT adalah vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan tetanus yang dimurnikan, serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi yang teradsorbsi ke dalam 3 mg / ml Aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Indikasi untuk imunisasi secara simultan terhadap difteri, tetanus dan batuk rejan. Vaksin harus dikocok dulu untuk menghomogenkan suspensi. Vaksin harus disuntikkan secara intramuskuler atau secara subkutan yang dalam. Bagian anterolateral paha atas merupakan bagian yang direkomendasikan untuk tempat penyuntikkan. Tidak boleh disuntikkan pada kulit karena dapat menimbulkan reaksi lokal. Satu dosis adalah 0,5 ml. Pada setiap penyuntikan harus digunakan jarum suntik dan syringe yang steril. Di negara-negara dimana pertusis merupakan ancaman bagi bayi muda, imunisasi DPT harus dimulai sesegera mungkin dengan dosis pertama diberikan pada usia 6 minggu dan 2 dosis berikutnya diberikan dengan interval masing-masing 4 minggu. Vaksin DPT dapat diberikan secara aman dan efektif pada waktu yang bersamaan dengan vaksinasi BCG, Campak, Polio (OPV dan IPV), Hepatitis B, Hib.dan vaksin Yellow Fever.5. CampakImunisasi campak, sebenarnya bayi sudah mendapatkan kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini.Untungnya campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak akan terkena lagi. Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerahan dan berair, si kecilpun merasa silau saat melihat cahaya. Kemudian, disebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare.satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38 0C hingga 40,5 0C.Jumlah pemberian imunisasi adalah sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).

KesimpulanMemiliki anak dengan tumbuh kembang yang optimal adalah dambaan setiap orang tua. Untuk mewujudkannya tentu saja orang tua harus selalu memperhatikan, mengawasi, dan merawat anak secara seksama. Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah masalah kesehatan yang sangat penting untuk selalu diperhatikan sejak dini. Pemantauan pertumbuhan anak sejak lahir sangat penting. Selain dapat menentukan pola normal pertumbuhan pada anak, juga dapat menentukan permasalahan dan faktor yang mempengaruhi dan mengganggu pertumbuhan pada anak sejak dini. Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Pemberian imunisasi juga tak kalah penting di antra tujuan jangka pendek dari pelayanan imunisasi adalah pencegahan penyakit secara perorangan atau kelompok, sedangkan tujuan jangka panjang adalah eradikasi atau eliminasi suatu penyakit.

Daftar Pustaka

1. Hidayat, Alimul. Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba Medika;2008.h.120-34.2. Wahab, Samik. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC;2002.h.91-93. Khoirunnisa, Endang. Asuhan kebidanan neonatus, bayi, dan balita. Yogyakarta: Nuha Medika;2010.h.114-21.4. WHO-MGRS Group .Reliability of anthropometric measurement in WHO MGRS.Jakarta: EGC; 2006.h.38-46.5. Markum A.H. Ilmu kesehatan anak.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2000.h.54-62.6. Supartini, Yupi. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC;2004.h.66-90.7. Umar. Imunisasi Mengapa Perlu ? . Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara;2003 .h.16-23.13