Tugas.docx

9
Sandrya Deprisicka S 1102009259 1. Pariet, tablet 20mg 1x1 po Komposisi : Natrium rabeprazole Indikasi : Tukak duodenum aktif, tukak lambung jinak, GERD erosi atau ulseratif, penanganan jangka panjang (terapi pemeliharaan) GERD, terapi simtomatik GERD sedang sampai dengan sangat berat, eradikasi H. pylori. Dosis : Tukak duodenum aktif 20mg 1x/hr pada pagi hari selama 4-8 minggu, tukak lambung jinak 20mg 1x/hr selama 6-12 minggu, GERD erosi atau ulseratif 20mg 1x/hr selama 4-8 minggu, penanganan jangka panjang (terapi pemeliharaan) GERD 10 atau 20mg 1x/hr tergantung dari respon pasien, terapi simtomatik GERD sedang sampai dengan sangat berat 10mg 1x/hr pada pasien yang tidak mengalami esofagitis, eradikasi H. pylori 20mg pariet + klaritomisin 500mg + amoksisilin 1gr diberikan 2x/hr selama 7 hari. Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap pengganti benzimidazol, hamil dan laktasi. Perhatian : Kemungkinan adanya keganasan harus disingkirkan sebelum terapi. Terapi jangka panjang harus dilakukan dibawah pengawasan berkala. Gangguan hati berat. Dosis kumulatif harus dijaga seminimal mungkin. Anak-anak. Pantau fungsi tiroid. Dapat mengganggu kemampuan mengamudi dan menjalankan mesin. Efek samping : Sakit kepala, diare, mual, lain-lain : Rhinitis, nyeri perut, asthenia, kembung, faringitis, muntah, nyeri non spesifik atau nyeri punggung, pusing, gejala-gejala yang menyerupai flu, infeksi, batuk, konstipasi, insomnia. 2. PTU (Propiltiourasil), tablet 100mg 3x1 po Sub kelas terapi : Hormon tiroid dan anti tiroid

description

tugas

Transcript of Tugas.docx

Page 1: Tugas.docx

Sandrya Deprisicka S1102009259

1. Pariet, tablet 20mg 1x1 po Komposisi : Natrium rabeprazole Indikasi : Tukak duodenum aktif, tukak lambung jinak, GERD erosi atau ulseratif,

penanganan jangka panjang (terapi pemeliharaan) GERD, terapi simtomatik GERD sedang sampai dengan sangat berat, eradikasi H. pylori.

Dosis : Tukak duodenum aktif 20mg 1x/hr pada pagi hari selama 4-8 minggu, tukak lambung jinak 20mg 1x/hr selama 6-12 minggu, GERD erosi atau ulseratif 20mg 1x/hr selama 4-8 minggu, penanganan jangka panjang (terapi pemeliharaan) GERD 10 atau 20mg 1x/hr tergantung dari respon pasien, terapi simtomatik GERD sedang sampai dengan sangat berat 10mg 1x/hr pada pasien yang tidak mengalami esofagitis, eradikasi H. pylori 20mg pariet + klaritomisin 500mg + amoksisilin 1gr diberikan 2x/hr selama 7 hari.

Kontra indikasi : Hipersensitif terhadap pengganti benzimidazol, hamil dan laktasi.

Perhatian : Kemungkinan adanya keganasan harus disingkirkan sebelum terapi. Terapi jangka panjang harus dilakukan dibawah pengawasan berkala. Gangguan hati berat. Dosis kumulatif harus dijaga seminimal mungkin. Anak-anak. Pantau fungsi tiroid. Dapat mengganggu kemampuan mengamudi dan menjalankan mesin.

Efek samping : Sakit kepala, diare, mual, lain-lain : Rhinitis, nyeri perut, asthenia, kembung, faringitis, muntah, nyeri non spesifik atau nyeri punggung, pusing, gejala-gejala yang menyerupai flu, infeksi, batuk, konstipasi, insomnia.

2. PTU (Propiltiourasil), tablet 100mg 3x1 po Sub kelas terapi : Hormon tiroid dan anti tiroid Kelas terapi : Hormon, obat endokrin lain dan kontraseptik Dosis pemberian obat : Untuk pengobatan hipertiroidisme : dosis awal lazim

dewasa : 300-450 mg sehari : untuk pasien hipertiroidisme parah mungkin memerlukan dosis awal 600-1200 mg sehari : Secara umum jika suatu saat kontrol gejala telah terpenuhi, terapi dilanjutkan sesuai dosis awal selama 2 bulan. Dosis pemeliharaan propiltiourasil sangat bervariasi tapi secara umum berkisar dari satu pertiga sampai dua pertiga dosis awal. Untuk pengobatan krisis tirotoksik, dosis lazim propiltiourasil adalah 200 mg setiap 4-6 jam pada hari pertama, jika suatu saat gejala telah terpenuhi, dosis terapi diturunkan secara bertahap sampai tingkat dosis pemeliharaan. Untuk pengobatan hipertiroidisme pada anak, dosis lazim awal adalah 50-150 mg sehari untuk anak 6-10 tahun dan 150-300 mg atau 150 mg/m2 setiap hari untuk anak 10 tahun atau lebih. Dosis pemeliharaan ditandai dengan respon pasien. Untuk pengobatan hipertiroidisme pada bayi, dosis yang direkomendasikan adalah 5-10mg/kg setiap hari

Page 2: Tugas.docx

Farmakologi : Walaupun bergantung pada kondisi fisiologis dan patologis pasien, namun keadaan eutiroid pada terapi dengan propiltiourasil (PTU) umumnya baru dapat tercapai setelah terapi selama 2–4 bulan. PTU diabsorpsi dengan cepat dari saluran pencernaan. Pada pemberian per oral, konsentrasi puncak dalam serum tercapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian. PTU terkonsentrasi dalam kelenjar tiroid, dan karena efek kerjanya lebih ditentukan oleh kadarnya dalam kelenjar tiroid dibandingkan dengan kadarnya dalam plasma, maka hal ini menyebabkan perpanjangan atau prolongasi aktivitas antitiroidnya. Oleh sebab itu interval dosis dapat 8 jam atau lebih, bahkan dapat diberikan dalam dosis tunggal harian. Fraksi terikat protein dari PTU cukup besar, yaitu sekitar 70-80%, dan sebagian besar terionisasi pada pH fisiologis normal. Akibatnya, transport lintas plasenta dan distribusi ke dalam air susu tidak sebesar obat antiroid lain, misalnya metimazol. Waktu paruh plasma sekitar 1-2 jam. Waktu paruh eliminasi kemungkinan akan bertambah apabila terdapat gangguan fungsi hati atau ginjal. Kurang dari 10% PTU yang diekskresikan dalam bentuk senyawa asal (tak berubah), sebagian besar (lebih dari 50%) mengalami metabolisme hepatik yang ekstensif melalui reaksi glukuronidasi.

Kontra indikasi : Blocking replacement regiment tidak boleh diberikan pada masa kehamilan dan menyusui, hipersensitif terhadap propiltiourasil.

Efek samping : Efek samping yang paling sering terjadi adalah ruam kulit, urtikaria, pigmentasi kulit, dan kerontokan rambut. Efek samping lain yang agak umum antara lain nyeri sendi, demam, sakit kepala, nyeri tenggorokan, mual, muntah, dan kurang nafsu makan. Efek samping yang jarang terjadi tetapi berakibat serius pada terapi dengan PTU adalah agranulositosis atau leukopenia (turunnya jumlah sel darah putih di dalam darah), yang ditandai antara lain dengan lesi infeksi pada tenggorokan, saluran cerna, dan kulit disertai rasa lemah dan demam. Di samping itu juga dapat terjadi trombositopenia (penurunan trombosit) yang berakibat pada kecenderungan perdarahan.

Interaksi obat : PTU dapat menurunkan efek antikoagulan (blood thinner) senyawa-senyawa turunan kumarin, misalnya warfarin (Coumadin). Oleh sebab itu, dosis warfarin harus disesuaikan apabila diberikan bersama dengan PTU, dan monitoring efek warfarin terhadap penggumpalan darah perlu dilakukan (risiko interaksi D: pertimbangkan modifikasi terapi). PTU dapat mengurangi efek Natrium Iodida. Untuk mengatasinya, hentikan pemberian antitiroid (PTU) 3-4 hari sebelum pemberian natrium iodida (risiko interaksi X: hindarkan kombinasi)

Peringatan : Sifat hepatotoksisitasnya diperkirakan lebih kuat dibandingkan dengan obat-obat antitiroid tiourea lainnya (misalnya karbimazol dan metimazol), sehingga sering menimbulkan gangguan fungsi hati asimptomatik. Harus diberikan dengan hati-hati dan dengan dosis yang lebih rendah pada penderita gangguan fungsi ginjal. . Bila ada tanda hipersensitivitas, pengawasan harus dilakukan dengan ketat untuk mendeteksi agranulositosis, antara lain pasien harus

Page 3: Tugas.docx

melaporkan bila ada nyeri tenggorokan. Bila ada neutropenia, obat harus dihentikan.

Mekanisme aksi : Hormon-hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3), disintesis dengan jalan mereaksikan molekul Iodium dengan senyawa protein prekursor hormon tiroid yang disebut tiroglobulin. Reaksi ini berlangsung dengan katalisator enzim tiroperoksidase. Propiltiourasil (PTU) bekerja menghambat kerja enzim tiroperoksidase sehingga sintesis T4 dan T3 terhambat. PTU juga menghambat kerja enzim 5'-deiodinase (tetraiodotironin 5' deiodinase) yang mengkonversi T4 menjadi T3. Karena T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka hal ini juga akan mengurangi aktivitas hormon-hormon tiroid secara keseluruhan.

Page 4: Tugas.docx

Mentari Effendi1102009169

Klasifikasi PPOKBerdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) 2007,

dibagi atas 4 derajat : Derajat I: PPOK ringan

Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Keterbatasan aliran udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% Prediksi). Pada derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.

Derajat II: PPOK sedangSemakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50% < VEP1 < 80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas. Dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena sesak nafas yang dialaminya.

Derajat III: PPOK beratDitandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin memburuk (VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP1 < 50% prediksi). Terjadi sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.

Derajat IV: PPOK sangat beratKeterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 < 30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita, oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin tidak bisa diprediksi dengan VEP1

Page 5: Tugas.docx

Furosemid

Furosemid adalah diuretik kuat yang digunakan untuk menghilangkan air dan garam dari tubuh. Di ginjal, garam (terdiri dari natrium dan klorida), air, dan molekul kecil lainnya yang biasanya akan disaring keluar dari darah dan masuk ke dalam tubulus ginjal. Akhirnya cairan yang disaring menjadi urin. Sebagian besar natrium, klorida dan air yang disaring dari darah diserap ke dalam darah sebelum cairan disaring menjadi urin dan dihilangkan dari tubuh. Furosemide bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan yang mendalam output urin (diuresis).

Komposisi :

Tablet 20 mg, 40 mg, 80 mg

Solusi oral: 10 mg / ml, 40 mg / 5 ml.

Injeksi: 10 mg / ml

Page 6: Tugas.docx

Levofloxacin

Sediaan:-     Tablet : 250 mg, 500 mg-     Vial: 5 mg/ml, 100 ml

Cara Kerja Obat:Levofloxacin merupakan isomer optik S- (-) dari ofloxacin dengan spektrum antibakteri yang luas, aktif terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif, termasuk bakteri anaerob. Levofloxacin juga aktif terhadap Chlamydia pneumoniae dan Mycoplasma pneumoniae. Mekanisme kerjanya dengan cara menghambat replikasi dan transkripsi DNA bakteri.

Indikasi:Untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang peka terhadap Levofloxacin, seperti :

-     Sinusitis maxilaris akut-     Eksaserbasi akut bronkitis kronik-     Community acquired pneumonia-     Infeksi saluran kemih terkomplikasi-     Prostatitis kronik-     Infeksi kulit dan jaringan kulit yang tidak terkomplikasi.

Kontraindikasi :Penderita yang hipersensitif terhadap levofloxacin, antimikroba golongan kuinolon dan komponen dari obat ini.

Dosis:Per Oral (diminum):

-     Sinusitis akut: 500 mg/hari selama 10 – 14 hari.-     Bronkitis kronik dengan eksaserbasi akut: 250 – 500 mg perhari selama 7 – 10 hari.-     Pneumonia komuniti: 500 mg satu atau dua kali sehari selama 7 – 14 hari.-     Infeksi saluran kemih terkomplikasi: 250 mg perhari selama 7 – 10 hari (3 hari pada infeksi tanpa

komplikasi).-     Prostatitis kronik: 500 mg selama 28 hari.-     Infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya: 250 mg perhari atau 500 mg satu sampai dua kali perhari

selama 7 – 14 hari.

Melalui infus intravena (minimal 60 menit untuk 500 mg):-     Pneumonia komuniti: 500 mg, satu sampai dua kali sehari.-     Infeksi saluran kemih dengan komplikasi: 250 mg perhari.-     Infeksi kulit dan jaringan lunak lainnya: 500 mg 2 kali sehari.

Peringatan dan Perhatian :-     Keamanan dan manfaat dari levofloxacin pada anak-anak, dewasa dibawah usia 18 tahun, wanita

hamil dan menyusui belum terbukti.-     Kolitis pseudomembranosa telah dilaporkan pada penggunaan beberapa antibiotika termasuk

levofloxacin, dari gejala yang ringan sampai yang mengancam jiwa, oleh karena itu perlu

Page 7: Tugas.docx

dipertimbangkan diagnosis keadaan tersebut pada penderita yang mengalami diare sehubungan dengan pemberian antibiotika.

-     Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan flora usus normal terbunuh dan pertumbuhan berlebih dari bakteri clostridia yang dapat menghasilkan toxin.

-     Konvulsi dan toxic psikosis pernah dilaporkan pada penggunaan antibiotika kuinolon termasuk levofloxacin.

-     Reaksi hipersensitif yang fatal pernah dilaporkan, hentikan penggunaan levofloxacin apabila timbul gejala-gejala hipersensitif.

-     Reaksi fototoksisitas ringan sampai berat telah diamati pada penderita yang terkena sinar matahari langsung selama menerima obat-obat golongan ini.

-     Sama dengan golongan kuinolon lainnya, levofloxacin harus digunakan dengan hati-hati pada penderita yang diketahui atau dicurigai menderita gangguan SSP karena dapat menjadi faktor predisposisi bangkitan kejang atau menurunkan ambang bangkitan kejang (seperti pada arteriosklerosis serebral berat, epilepsi) atau adanya faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi bangkitan kejang atau menurunkan ambang bangkitan kejang.

-     Sama dengan golongan kuinolon lainnya, gangguan glukosa darah, termasuk hiper dan hipoglikemia telah dilaporkan, biasanya pada penderita diabetes, yang menerima pengobatan bersama-sama dengan obat oral hipoglikemik atau dengan insulin.

Efek Samping :                    Efek samping yang dapat terjadi : diare, mual, kembung, konstipasi, nyeri perut, sakit kepala, insomnia, agitasi, anorexia, ansietas, arthralgia, mulut kering, dyspnea, edema, lelah, demam, genital pruritus, keringat berlebih, gelisah, rhinitis, gangguan kulit, somnolence dan hilang rasa.