Tugas TAK - Ch. 8 (Compile)

27
Makalah Teori Akuntansi LIABILITIES AND OWNER’S EQUITY Disusun oleh: Farisan W. Miranti Novita Wardhani Rayhan S. Al-Ayyubi PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN AJARAN 2015/2016

description

teori akuntansi godfrey

Transcript of Tugas TAK - Ch. 8 (Compile)

Makalah Teori AkuntansiLIABILITIES AND OWNERS EQUITY

Disusun oleh:Farisan W.MirantiNovita WardhaniRayhan S. Al-Ayyubi

PROGRAM EKSTENSI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS INDONESIATAHUN AJARAN 2015/2016

4

STATEMENT OF AUTHORSHIP Kami yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir merupakan murni hasil dari pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.Materi ini belum/tidak pernah dasajikan/digunakan sebagai bahan makalah/tugas mataajaran lain kecuali makalah/tugas ini saya kumpulkan dapat diperbanyak dan dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.Nama: Farisan WanaputraNPM: 1406645304Tanda Tangan:

Nama: MirantiNPM: 1406645701Tanda Tangan:

Nama: Novita WardhaniNPM: 1406645872Tanda Tangan:

Nama: Rayhan S. Al-AyyubiNPM: Tanda Tangan:

Mata Ajaran: Teori AkuntansiJudul Makalah/Tugas: Liabilities and Owners EquityTanggal: 5 Oktober 2015Dosen: Ibu Desi ADaftar IsiStatement Of Authorship2Daftar Isi3Pendahuluan4LO 1. Teori Hak Milik Dan Teori Entitas5LO 2. Definisi Liabilitas8LO 3. Pengukuran Aset11LO 4. Tantangan Untuk Para Penyusun Standar17Daftar Pustaka20

PENDAHULUAN

Sebuah perusahaan memiliki aset karena masing-masin dari pemilik dan pihak berelasi yang lain telah turut serta dalam mendanai aset tersebut. Namun demikian masing-masing pihak tersebut memiliki proporsi kepemilikan yang berbeda-beda. Kepemilikan tersebut dapat berasal dari pihak kreditur yang disebut dengan liabilitas, dan pihak pemilik yang disebut dengan ekuitas. Hak dari pemilik dan kreditur juga berbeda. Kreditur memiliki hak yang lebih prioritas atas aset apabila perusahaan dilikuidasi dibandingkan dengan pemilik. Hak dari para kreditur adalah kewajiban bagi perusahaan yang kemudian dilaporkan dalam laporan keuangan sedangkan hak para pemiliki bukanlah kewajiban perusahaan.Selanjutnya, akan dibahas mengenai definisi, kriteria pengakuan dan pengukuran dari liabilitas dan ekuitas. Materi ini mengacu pada IASB/AASB mengenai Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement untuk dijadikan pedoman bagi para penyusun standar. Akan di bahas pula mengenai isu-isu terkait dengan penerapan dari definisi dan kriteria liabilitas dan ekuitas tersebut. Dan di akhir makalah akan dibahas mengenai tantangan-tantangan yang dihadapi oleh para penyusun standar dan para auditor sebagai tambahan.

Learning Objectives 1Teori Hak Milik dan Teori Entitas

Terdapat 2 teori yang menjelaskan tentang liabilitas dan ekuitas pemilik. Yang pertama adalah teori hak milik yang berdasarkan dari ide bahwa pemilik merupakan pusat perhatian, yang berarti semua regulasi akuntansi diakukan berdasarkan kepentingan pemilik entitas. Sedangkan teori entitas menyatakan bahwa adanya pemisahan antara entitas dan prosedur akunting terhadap transaksi entitas.Teori Hak MilikTeori ini dapat dikalkulasikan sebagai berikutProprietorship = Assets LiabilitiesAset dimiliki olek pemilik dan liabilitas merupakan kewajiban dari pemilik. Tujuan dari akuntansi tersebut adalah untuk melihat penghasilan bersih yang dimiliki pemilik. Hal ini mengindikasikan peran pemilik tidak hanya sebagai hak milik, tetapi juga pengelola perusahaan. Pendapatan dan beban terjadi karena semua keputusan berada pada pemilik.Pendapatan bersih, merupakan kenaikan dari kekayaan pemilik dari operasional perusahaan dalam periode tersebut. oleh karena itu segala aspek yang mempengaruhi perubahan kekayaan pemilik harus dimasukkan juga, bahkan termasuk juga pada adanya unrealised gain/loss. Secara garis besar, bagi pemilik, dividen dinyatakan sebagai pembagian keuntungan. Beban bunga dan pajak masukan dinyatakan sebagai beban. Untuk kepemilikan tunggal dan kemitraan, gaji yang dibayarkan pada pemilik yang bekerja dalam bisnis tersebut tidak dinyatakan sebagai beban, karena pemilik usaha dan perusahaan merupakan satu kesatuan. Investasi jangka panjang juga diakui sebagai kepentingan pemilik. Sehingga investor mencatat profitnya sebagai bagian dari persentase keuntungan perusahaan.Modal keuangan dianggap lebih cocok untuk menerapkan teori hak milik ini. Karena penekanan terhadap sisi keuangan dari pemilik juga merepresentasikan kemampuan perusahaan untuk menjaga level operasionalnya. Teori ini tidak melihat adanya perbedaan antara aset pemilik dan aset milik perusahaannya, sehingga keuntungan perusahaan harus didistribusikan ke pemilik dan perusahaan. Apabila perusahaan membutuhkan sumber daya, dana yang dipakai untuk membiayai sumber daya tersubut juga dapat menggunakan dana pemilik.Teori ini berkembang ketika bisnis perusahaan masih berukuran kecil dan memiliki pemilik yang bersifat tunggal. Namun mulai berkembangnya bisnis usaha tersebut, teori ini mulai tidak relevan lagi sebagai dasar akuntansi bagi perusahaan. Berdasarkan hukum, perusahaan dan pemilik merupakan dua hal yang terpisah dan memiliki hak tersendiri. Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan kepemilikan, bukan pemiliknya. Apalagi pada perusahaan besar, terdapat gap yang sangat luas antara pemilik dan manajemen, yang sulit untuk menerapkanteori tersebut.Teori EntitasTeori ini lahir seagai respon dari teori hak milik yang tidak relevan lagi karena adanya hukum pemisahan antara pemilik dan pengelola perusahaan. Martin menguraikan ada 2 asumsi yang menjadi dasar terhadap gagasan akuntansi tersebut: Separation, yaitu pemisahan antara pemilik dan pengelola. Viewpoint, yaitu sistem akuntansi berdasarkan dari sisi perusahaan.Entitas dan pemilik merupakan 2 hal yang harus dipisah, karena entitas merupakan sebuah institusi. Oleh karenanya, kelangsungan hidup perusahaan tidak dapat bergantung kepada kelangsungan hidup pemiliknya. Dan dari perspektif akuntansi, entitas merupakan areal kepentingan ekonomi yang harus dipisah dari kepentingan pemiliknya.Teori ekuitas tradisional menyatakan bahwa perusahaan beroperasi untuk kepentingan pemiliknya. Laporan tahunan perusahaan harus dilaporkan ke pemilik sebagai konsekuensi dari investasi yang diberikan. Sedangkan dalam teori yang baru, perusahaan dianggap sebagai binis tersendiri dan keselamatan perusahaan berdasarkan kinerja perusahaan tersebut. dalam menunjang keselamatan tersebut, tujuan pelaporan tahunan yang dilakukan perusahaan terhadap pemilik hanya untuk memenuhi persyaratan hukum dan mejaga hubungan baik dengan pemilik. Walaupun kedua teori ini menyebutkan perusahaan dianggap sebagai subjek yang independen, versi tradisional masih beranggapan bahwa pemilik masih memiliki kepentingan dalam bisnis, sedangkan versi baru menganggap pemilik diluar dari kepentingan bisnis entitas.Dalam teori ini dapat dikalkulasikan rumus akuntansi sebagai berikut:Assets = EquitiesBerkebalikan dari teori hak milik, Pemilik merepresentasikan total aset yang dimiliki perusahaan, sedangkan kewajiban/liabilitas merupakan tanggung jawab perusahaan, bukan pemilik. Hal ini karena jumlah yang diinvestasikan oleh pemilik (sebelah kanan, ekuitas) harus sama dengan jumlah sebelah kiri (total aset). Investasi yang dikeluarkan oleh pemilik haruslah diinvestasikan oleh perusahaan dalam bentuk aset. Apabila terdapat perubahan nilai aset, tanggung jawab entitas terhadap pemilik hanya berupa penyesuaian terhadap nilai aset, karena dalam teori ini, pemilik sangat memperhatikan/concern terhadap nilai aset mada masa kini, untuk memberikan keputusan yang tepat.

Leraning Objectives 2Definisi Liabilitas IASB mendefinisi kewajiban dalam rerangka konseptualnya paragraf 49(b) sebagai berikut,a present obligation of the entity, from past events, the settlement of whicih is expected to result in an outflow from the entitiy of resources embodying economic benefits.Melalui definisi tersebut dapat kita tarik dua poin utamanya, yakni Kewajiban dimasa sekarang, yang membutuhkan penyelsaian dimasa depan Hasil dari transaksi dimasa lalu

Present ObligationBerdasarkan definisi dari IASB kewajiban diperkirakan akan membutuhkan penyelesaian dimasa depan yang menyebabkan berkurangnya manfaat ekonomi perusahaan, namun meskipun penyelesaiannya dilakukan dimasa depan, kewajiban tersebut telah ada atau tercatat dimasa sekarang. Sebagai contoh, akun hutang adalah kewajiban sekarang, yang berasal dari transaksi dimasa lalu dengan pihak luar. Perencanaan kegiatan maintenance akan dapat dilaksanakan jika kita telah mengakui adanya kewajiban untuk membayar fee pada pihak ketiga untuk melakukan proses maintenance. Sebuah perencanaan dimasa mendatang, tanpa adanya komitmen dari sekarang terhadap pihak ketiga tidak dapat dikatakan sebagai liablilitas dalam kerangka konseptual.Past TransactionSebuah persyaratan bahwa kewajiban harus merupakan hasil dari transaksi masa lalu menunjukan bahwa hanya kewajiban dimasa sekarang yang dicatat bukan kewajiban dimasa yang akan datang. Sebagai contoh penandatanganan kontrak maintenance menimbulkan kewajiban dimasa sekarang. Definisi transaksi masa lalu tersebut terkadang sulit untuk di interpretasikan. Sebagai contoh, pemesanan persediaan kepada suplier, yang dijadikan dasar transaksi masa lalu apakah pada saat pemesanan atau pada saat barang tersebut sampai kepada pembeli terkadang masih menjadi perdebatan. Namun demikian, berdasarkan peraturan saat ini, yang dikategorikan sebagai transaksi masa lalunya adalah ketika barang tersebut sampai bukan ketika order tersebut dibuat. Namun apabila kontrak pembelian bersifat resmi dan mengikat maka perjanjian kontrak tersebut dapat dijadikan dasar transaksi masa lalu.Liability RecognitionKetika sebuah definisi liabilitas tercipta, akuntan membutuhkan aturan untuk mengakui liabilitas tersebut. Peraturan tersebut diantaranya : Mengandalkan hukumSebuah kewajiban dapat diakui keberadaanya apabila telah terdapat hukum yang mengkonfirmasi adanya kewajiban tersebut. Meskipun kewajiban konstruktif atau kewajiban ekuitas telah memenuhi definisi suatu kewajiban, namun sebagian besar kewajiban ditentukan dari apakah terdapat dasar hukum nya atau tidak, sebagai contoh kewajiban restorasi pertambangan, secara konstruktif telah memenuhi definisi suatu kewajiban, namun akan bersifat mengikat perusahaan apabila telah diatur dasar hukumnya, apabila tidak maka bisa saja perusahaan melalaikan kewajiban tersebut karena tidak terdapat pihak ketiga yang akan secara jelas menuntut perusahaan tersebut apabila tidak melakukan restorasi. Penentuan substansi ekonomi Kriteria yang dibutuhkan agar dapat diakatakan sebagai kewajiban adalah substansi ekonominya. Arti dari substansi ekonomi adalah mengenai apakah kewajiban tersebut benar-benar muncul , atau apakah bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan apabila kewajiban tersebut dicatat dalam neraca. Nilai liabilitas dapat diukur Untuk bebrapa liabilitas nilainya dapat tercermin dari harga kontraknya. Namun terkadang nilai dari sebuah liabilitas bisa saja berbeda dari nilai nominalnya, perlu diperhatikan mengenai time value of money, dan pengukuran nilai liabilitas berdasarkan dari nilai present value dari perkiraan nilai manfaat yang akan kita peroleh dimasa yang akan datang. Menggunakan prinsip konservatismePrinsip konservatisme menyatakan bahwa, apabila terdapat beberapa alternaif dalam akuntansi, maka keputusan yang dipilih adalah keputsan yang memberikan dampak terburuk sebagai bentuk antisipasi perusahaan, oleh karena itu pengakuan liabilitas harus didahulukan dibandingkan dari pengakuan aset.

Pengakuan Kewajiban berdasarkan Kerangka IASBKriteria liabilitas berdasarkan dari kerangka IASB adalah :a) Dimugkinkan bahwa manfaat ekonomi dimasa depan akan mengalir dari atau ke perusahaanb) Memiliki nilai yang dapat diukur dengan handalNamun pada kenyataannya terkadang perusaahaan mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi kedua syarat tersebut. Perbedaan estimasi masing-masing individu kerap kali muncul dan menimbulkan ketidak konsistenan dalam pengukuran.

Learning Objectives 3Pengukuran Aset

Seluruh elemen dalam akuntansi saling terhubung dan pengukuran pendapatan disebabkan karena pengukuran perubahan net asset. Karena itu lah pengukuran asset menjadi sangat crucial dalam akuntansi. Mengukur nilai asset yang relevan dan faithful presentation sangat penting untuk mengukur perubahan kemakmuran. Pembuat standar berpendapat bahwa pengukuran asset adalah sebuat titik awal untuk mengukur pendapatan; khususnya, tidak mungkin mengukur pendapatan dengan cara lain selain mengukur net asset. Secara berkala peraturan dan praktik mengatur pengakuan asset dan pengukuran yang dapat memberikan efek dalam mengukur pendapatan yang akhirnya adalah ekuitas.Asset BerwujudUS GAAP sangat kental dengan historical cost nya, sampai akhirnya kesulitan dalam pengkapitalisasi dan revaluasi pada tahun 1929. Hingga 1978 dinyatakan bahwa minyak dan gas harus direvaluasi secara berkala, dengan perubahan nilai yang diambil dari income statement. Seperti US GAAP, standar IASB dibuat berdasarkan asumsi yang mana perhitungan utamanya dalam akuntansi adalah cost model (modified cost). Seperti contohnya, perhitungan property investasi dan PPE dihitung sesuat cost pada saat pembeliannya. Cost model merefleksikan pendekatan yang konservatif untuk pengukuran asset. Beberapa Negara GAAP menyukai penggunaan historical cost; seperti contohnya perancis dan jerman sampai tahun 2005. Perhitungan subsekuen berdasarkan dari historical cost yang artinya asset diukut pada biaya akuisisi dikurangi dengan akumulasi depresiasi dan impairment. Pengguna cost model beranggapan bahwa cost pada saat akuisisi menghasilkan bukti yang objektif dan dapat terverifikasi dari sebuah biaya asset dan pengaplikasian dari depresiasi dan impairment meyakinkan bahwa nilai saat ini terefleksi dalam neraca. Konsisten dengan pendekatan conservative untuk oengukuran, rugi dalam nilai dari asset yang diakui laporan keuangan tapi keuntungan tidak.Namun, standar IASB memperbolehkan penggunaan perhitungan kembali subsekuen pada asset berwujud. Opsi tersebut ada di dalam aturan IAS 16 PPE dan IAS 40 Properti /investasi. Didalam standar tidak disertakan bagaimana cara penggunaan perhitungan dengan nilai sekarang. Seperti dalam IAS 16 perhitungannya bisa denngan berbagai cara bisa dengan revaluasi, nilai pasar, atau bisa juga dengan estimasi. Kalau mau revaluasi, harus diperbaharui tiap tahun di neraca. Manajer dapat memilih menggunakan cost model atau fair value setelah pengakuan.Revaluasi dapat menghasilkan informasi lebih mengenai nilai asset daripada menggunakan historical cost, tapi hal tersebut kurang menarik untuk asset yang tidak fluktuasi di pasar. Manajer dapat menilai kembali tanah agar sesuai dengan nilai sekarang dan tidak kurang catat di neraca. Dalam penggunaan IFRS pada tahun 2005, revaluasi sudah mulai dikurangi penggunaannya, karena lingkungan inflasi yang rendah dapat mengurangi permintaan informasi nilai sekarang, dan pengenalan standar akuntansi baru yang mengatakan revaluasi tidak berpengaruh banyak pada nilai asset tersebut di neraca. Salah satu alasan yang melarang penggunaan perhitungan nilai sekarang adalah perhitungannya kurang dapat diandalkan dan subjektif. Dikatakan tidak andal karena perhitungan fair value menggunakan estimasi bukan observasi. Gain pada pengukuran kembali asset didapatkan dari revaluasi yang akan langsung masuk ke ekuitas. Nilai asset naik dalam neraca dan akan ada jurnal kredit untuk asset revaluasi pada kolom ekuitas (kebalikannya). Oleh karena itu, naiknya nilai asset tidak disertai dampak untung dan rugi. Asset Tidak BerwujudUntuk asset tak berwujud, pengukurannya menggunakan biaya akuisisi. Jarang ditemukan menghitung asset tak berwujud dengan nilai sekarang. IAS 38 memperbolehkan penggunaan revaluasi, tapi pada IAS 16 fair value harus mengukur keadaan pasar yang aktif. Karena biasanya asset tak berwujud biasanya tidak berada pada pasar yang aktif, jadi biasanya biaya digunakan pada metode pengukuran. IAS 38 melarang pengakuan penggunaan asset tak berwujud secara internal, walaupun pengeluarannya mendatangkan manfaat masa depan; tertulis pada standar bahwa tidak asset tidak berwujud tidak menghasilkan identifiable asset secara terpisah. Satu cara agar terlihat pada pemakaian internal adalah kapitalisasi pada biaya pengembangan. Instrument KeuanganSebuah kategori ketiga aset yang sekarang kita akan dipertimbangkan adalah aset keuangan. IAS 39 menciptakan kategori terpisah dari aset dan kewajiban keuangan dan memperkenalkan aturan pengukuran terkait. Bagaimana seharusnya aset-aset dan kewajiban diukur? Apakah aturan pengakuan dan pengukuran diterapkan pada aset berwujud dan tidak berwujud yang tepat? Kita tahu bahwa model pengukuran dominan adalah biaya historis. Namun,telah ada pendapat bahwa prinsip-prinsip biaya historis yang pantas untuk mengukur beberapa instrumen keuangan. Sebagai contoh, perhatikan derivatif, yang memiliki biaya. Seiring waktu, nilai mereka dapat berubah secara dramatis, tetapi di bawah model biaya perubahan nilai tidak akan dicatat dalam laporan keuangan. Haruskah perubahan nilai derivatif dimasukkan dalam neraca, untuk mencerminkan nilainya untuk entitas? Haruskah keuntungan atau kerugian memegang derivatif dimasukkan dalam pendapatan periode? Bagaimana investor memadai menilai risiko jika derivatif dan kontrak keuangan lainnya tidak diakui?FASB dan IASB telah menyimpulkan bahwa derivatif harus diukur pada nilai wajar daripada biaya. Dalam IAS 39 (ayat 9) nilai wajar didefinisikan sebagai.Jumlah yang merupakan aset dapat dipertukarkan atau kewajiban diselesaikan, antara pihak yang bersedia berpengetahuan dalam transaksi jangka panjang itu.Standar setter berpendapat bahwa dengan pengukuran aset keuangan pada nilai pasar, pengguna informasi disediakan informasi yang relevan mengenai nilai pasar. Standar setter seperti FASB dan IASB, mengingat tujuan kegunaan keputusan, dimasukkan pengukuran nilai wajar untuk instrumen keuangan dalam beberapa pernyataan. Sejak 1980-an FASB telah diperlukan pengukuran nilai wajar (baik secara langsung dalam laporan keuangan atau pengungkapan catatan) dalam standar seperti PSAK, No. 107 115, dan 144 119.123.125.133.140.142.143. PSAK 107, yang dikeluarkan pada tahun 1991, nilai wajar didefinisikan sebagai jumlah di mana instrumen tersebut dapat dipertukarkan dalam transaksi kini antara pihak bersedia, selain dalam penjualan paksa atau likuidasi. Standar lanjut digambarkan bagaimana nilai wajar dapat ditentukan. Harga pasar yang preffered tetapi manajemen perkiraan (berdasarkan harga pasar keamanan yang sama atau estimasi nilai sekarang dari arus kas masa depan didiskontokan pada tingkat risiko yang disesuaikan) dapat digunakan. Standar-standar instrumen keuangan telah meningkatkan relevansi informasi yang diberikan, namun beberapa pihak berpendapat bahwa kehandalan berkurang karena metode pengukuran eksak digunakan untuk menentukan nilai wajar.Pernyataan FASB ini telah dipilih berpengaruh dalam pengembangan standar instrumen keuangan diumumkan oleh IASB. Bahkan, IASB telah mengikuti memimpin FASB dalam pengaturan standar untuk instrumen keuangan. Dalam rangka untuk menyediakan satu set standar inti Organisasi internatioanl Of Provisi Efek (IOSCO) pada tahun 2000, IAS asli 39 Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran didasarkan pada PSAK 133. The IASB telah berkomitmen untuk penggunaan pengukuran nilai wajar untuk instrumen keuangan dalam rangka memberikan informasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan. Standar setter berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian instrumen keuangan harus diakui sebagai mereka muncul untuk melaporkan risiko terkait, untuk membuat laporan keuangan yang lebih transparan dan menghindari kompleksitas perlakuan akuntansi yang ada (seperti akuntansi lindung nilai). Di sisi lain, beberapa mempersiapkan memiliki aspek menentang dari pernyataan IASB, mengklaim bahwa pengukuran nilai wajar tidak akan mempromosikan relevan, pelaporan dapat diandalkan, dimengerti dan dapat diperbandingkan.Pengukuran instrumen keuangan mencerminkan kompleksitas mereka. Sebuah model pengukuran tunggal belum disahkan oleh pembuat standar dalam PSAK 39. Bahkan, sejumlah metode pengukuran yang digunakan. Semua instrumen keuangan dikategorikan menjadi empat jenis, masing-masing dengan metode pengukuran yang diperlukan. Ini ditunjukkan dalam tabel 7.1. Pada pengakuan awal, semua instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan (yang, pada tahap ini, setara dengan nilai wajar). Dalam pengakuan selanjutnya, suatu entitas dapat memilih untuk menghargai semua atau salah satu dari instrumen keuangan pada nilai wajar, dengan perubahan nilai wajar diakui dalam pendapatan, dengan menunjuk mereka sebagai nilai wajar melalui laporan laba rugi. Atau, suatu entitas dapat mengklasifikasikan aset ke dalam kategori lain, tunduk pada persyaratan dari 139 IAS 39/AASB. Sebuah diskusi tentang proses pengukuran dalam kaitannya dengan instrumen keuangan disediakan dalam teori dalam tindakan 7.1. Dalam sketsa ini, Credit Suisse melaporkan ke pasar bahwa mereka telah keliru dalam kaitannya dengan penilaian efek investasi, sehingga memberikan sebuah ilustrasi tentang kompleksitas pengukuran aset tersebut.

Classification and Measurement of Financial InstrumentsType Of Financial AssetMeasurement Method

Originated loans and receivablesAmortisasi biaya. Aset tidak terpengaruh pada niat untuk menjual atau menahan jatuh tempo.

Held-to-maturity investment. Amortisasi, direview untuk penurunan nilai. Entitas dilarang menggunakan hingga jatuh tempo klasifikasi jika menjual atau mengalihkan lebih dari sebagian kecil dari investasi dimiliki hingga jatuh tempo sebelum jatuh tempo, selama dua tahun saat ini atau sebelumnya keuangan

Available-for-sale securitiesNilai wajar, dengan keuntungan atau kerugian dari pengukuran kembali diakui dalam ekuitas.

Financial assets held for trading,or classified as fair value through profit and loss, and derivatives.. Nilai wajar, dengan keuntungan dan kerugian yang timbul dari pengukuran yang diambil untuk keuntungan dan aset keuangan loss. Seluruhnya dilakukan pada biaya perolehan diamortisasi dan tersedia-untuk-dijual ini harus dinilai untuk penurunan pada setiap tanggal pelaporan.

Learning Objective 4Tantangan Untuk Para Penyusun Standar

IASB memiliki beberapa proyek terkini yang mana akan mempengaruhi definisi, pengakuan dan pengukuran kewajiban, termasuk hal-hal yang berhubungan dengan kerangka konseptual, instrumen keuangan, ketentuan serta hak-hak karyawan. Contohnya amandemen IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets dan IAS 19 Employee Benefits sebagai bagian dari kewajiban. Tujuan dari proyek ini (IAS 37 & IAS 19) adalah untuk menyatukan standar IASB dengan US GAAP dan untuk meningkatkan standar saat ini dalam kaitannya dengan identifikasi dan pengakuan kewajiban. Untuk mengilustrasikan tantangan yang di hadapi para pembuat standar, kita akan mendiskusikan tiga topik utama yang sesuai dengan chapter ini.

Debt vs Equity DistinctionBerdasarkan kriteria definisi dan pengakuan yang telah kita bahas di chapter ini, saham yang telah di terbitkan kepada investor termasuk bagian dari equity sedangkan pinjaman dari kreditor di klasifikasikan sebagai liabilities. Lalu bagaimana dengan akun yang memiliki hybrid instrument? Contohnya, saham preference yang dianggap sebagai bagian dari modal dan diklasifikasi sebagai equity. Namun, saham preference juga memiliki karateristik yang sesuai dengan liabilities yakni: Memiliki penerimaan yang tetap Tidak memiliki partisipasi dalam pembagian dividen lebih ke arah specified rate Memiliki prioritas lebih utama dibandingkan dengan saham biasa dalam pengembalian modal Pada umumnya tidak memiliki hak voting.Meskipun saham preference di klasifikasikan sebagai equity namun saham preference juga memiliki definisi dari liabilities. IAS 32/AASB 132 paragraf 18 mengatakan :The substance of financial instrument, rather than its legal form, governs the classification... substance and legal form are commonly consistent, but not always. Some financial instrument take the legal form of equity but are liabilities in substance and other may combine features associated with equity but are liabilities in substance and other may combine features associated with equity instrument and features associated with financial liabilities.Jadi IAS 32/AAS 132 mengatakan bahwa saham preference yang memberikan penerimaan tetap atau yang telah ditentukan untuk masa mendatang dikategorikan sebagai financial liabilities. Sebuah instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegang instrumen untuk dikembalikan dan diganti dengan cash atau financial asset lainya di kategorikan sebagai financial liabilities. Extinguish DebtHutang dapat di selesaikan dengan cara membayar lunas atau memberikan jasa kepada kreditur. Namun bila debitur tidak mampu melunasi hutangnya, kreditur dapat menghapuskan hutang debitor. IAS 32/ AASB 132 membahas hal ini. Hal ini memungkinkan debitor untuk menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset financial bersih atau hutang hanya jika entitas tersebut di perbolehkan secara hukum.Employee Shares Para akuntan berdebat apakah pembayaran karyawan dalam bentuk gaji dimasukan kedalam beban atau tidak. Isu lainya adalah pemberian upah karyawan dalam bentuk saham perusahaan dikategorikan ke dalam liabilities atau equity. Bila termasuk ke dalam liabilities, economic benefit apa yang akan dikorbankan? Mereka yang berargumen employee shares menciptakan expense dan liabilities berpendapat para karyawan mendapatkan sesuatu yang bernilai, oleh karenanya ada cost oleh perusahaan. Cost inilah yang dianggap beban. Dan liabilities ada sampai dilunasi dengan hutang dan ekuitas bertambah. Bagi mereka yang berpendapat employee shares tidak menciptakan expense mereka beranggapan employee shares tidak lebih menciptakan additional shares. Sebaliknya para shareholder-lah yang mengalami penurunan nilai saham.ASB telah memutuskan untuk memperlakukan imbalan dalam bentuk saham kedalam beban.IFRS 2/AASB 2, pembayaran dalam bentuk saham dibedakan menjadi dua cash settled dan equity settled. IFRS2/AASB 2 juga mengarahkan perlakuan yang berbeda untuk Fair value yang berhubungan dengan cash settled dan equity settled. Nilai wajar dari equity settled di tetapkan pada tanggal pemberian sedangkan perubahan berikutnya di abaikan. Sedangkan untuk cash settled di adjust tiap periode.Issues for AuditorLengkapnya liabilities yang diakui, pengungkapan note dan obligasi lainya merupakan salah satu isu yang di hadapi para auditor. Mereka wajib mengumpulkan bukti bahwa account payable, accrual, dan other liabilities disajikan secara benar. Auditor perlu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya penyimpangan waktu, dimana liability yang ada sebelum akhir periode tidak dicatat oleh entitas sampai dimulainya periode baru. Dengan uji cut off para auditor dapat mengumpulkan bukti bahwa transaksi dicatat dalam perode yang tepat.Pengenalan IFRS2/AASB Share-based Payment meningkatkan paduan otoritas untuk auditor saaat menilai kewajaran dari nilai fair value yang di berikan. Standar menyatakan bahwa fair value dapat ditentukan baik oleh nilai saham yang diberikan atau dengan nilai barang/jasa yang diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, Jayne, et al. Accounting Theory. Australia: John Wiley & Sons, 2010

2Liabilities and Owners Equity