Tugas Sesi 10 Pak
description
Transcript of Tugas Sesi 10 Pak
TUGAS SESI 10
PELAPORAN DAN AKUNTANSI KEUANGAN
Dosen Pengampu : Hermawan, M.Ak, CPMA, Ak
Kelas B
1. Juwenah 12MPAXXVIB14
2. Kurnia Ulli Nova Isa Wulan 12MPAXXVIC27
3. Leo Iskandar 12MPAXXVIC28
4. Nur Fajar Kusumawati 12MPAXXVIC36
5. Rifka Amalia Mirza 12MPAXXVIC38
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVESITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
PENDAHULUAN
Transaksi adalah suatu peristiwa ekonomi yang mempengaruhi sektor
keuangan suatu perusahaan. Peristiwa ekonomi ini akan mempengaruhi susunan
perubahan harta, utang, atau modal. Transaksi keuangan dibedakan menjadi
sebagai berikut:
1. Menurut pihak yang melakukan, transaksi keuangan dibedakan menjadi
berikut:
a). Transaksi intern, adalah peristiwa ekonomi yang terjadi di dalam
lingkup perusahaan tanpa melibatkan pihak luar. Misalnya, penetapan
biaya produksi, penetapan pemakaian perlengkapan, dan penetapan piutang
tidak tertagih.
b). Transaksi ekstern, adalah peristiwa ekonomi yang dilakukan
perusahaan dengan pihak luar. Pada transaksi ini, pihak luar perusahaan
ikut terlibatdalam transaksi. Misalnya pembelian peralatan dan
pembayaran utang
2. Menurut sumbernya, transaksi keuangan dibedakan menjadi berikut:
a). Transaksi modal, adalah transaksi yang bisa mempengaruhi perubahan
modal perusahaan. Misalnya, setoran modal dan pengambilan pribadi
(prive).
b). Transaksi usaha, adalah transaksi yang terjadi berkaitan dengan
kegiatan operasional perusahaan. Misalnya, pembelian barang,
perlengkapan, dan peralatan.
Perusahaan seringkali melaksanakan kegiatan transaksinya secara terpisah-
pisah melalui anak perusahaan dan atau perusahaan afiliasi untuk memperoleh
kepentingan dalam perusahaan lain untuk tujuan investasi atau untuk alasan
perniagaan dalam proporsi yang cukup untuk mengendalikan atau melaksanakan
pengaruh yang signifikan dalam pengambilan keputusan keuangan dan operasi perusahaan
penerima investasi (investee), hal ini disebut dengan pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa dan merupakan gejala normal dalam perniagaan
dan usaha.
Hubungan istimewa dengan suatu pihak dapat mempunyai dampak atas posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan pelapor. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dapat melakukan transaksi yang tidak akan dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Transaksi antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa juga dapat dilakukan dengan harga yang berbeda dengan transaksi serupa yang dilakukan antara pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa.
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 7 juga dinyatakan bahwa, laporan keuangan harus mengungkapkan transaksi dengan pihak – pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Yang termasuk dalam pihak – pihak yang memiliki hubungan istimewa adalah transaksi yang dilakukan dengan:
Perusahaan yang memiliki hubungan kepemilikan Perorangan sebagai pemilik atau karyawan yang mempunyai pengaruh
signifikan.
Anggota keluarga terdekat dari perorangan tersebut, dan
Perusahaan yang dimiliki secara substansial oleh perorangan tersebut.
. Agar pembaca laporan keuangan dapat mendapatkan gambaran tentang pengaruh hubungan istimewa, perusahaan pelapor wajib mengungkapkan adanya hubungan istimewa bila terdapat pengendalian (control), sehubungan dengan transaksi antara pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Posisi keuangan dan hasil usaha dari suatu perusahaan dapat terpengaruh oleh hubungan istimewa dengan suatu pihak walaupun tidak terjadi sesuatu transaksi dengan pihak tersebut. Suatu hubungan istimewa dapat mempengaruhi transaksi perusahaan pelapor dengan pihak lain. Sebagai contoh, suatu anak perusahaan dapat mengakhiri hubungan dengan suatu mitra dagangnya karena induk perusahaan telah mengakuisisi suatu perusahaan lain yang berusaha dalam bidang perdagangan yang sama dengan mitra dagang terdahulu. Di samping itu, suatu tindakan dapat tertunda karena pengaruh yang signifikan dari pihak lain.
PEMBAHASAN
1. Definisi Transaksi Hubungan Istimewa ( Transaksi Pihak yang Berelasi )
Berdasarkan pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 7 tentang
Pengungkapan pihak-pihak yang mempunyai Hubungan istimewa, Pihak-pihak
yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap
mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk
mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain
dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional. Transaksi antara pihak-
pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa adalah suatu pengalihan sumber daya
atau kewajiban antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa, tanpa
menghiraukan apakah suatu harga diperhitungkan. Dari penjelasan definisi
tersebut diuraikan lebih lanjut bahwa termasuk sebagai pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yaitu:
a. perusahaan dibawah pengendalian satu atau lebih perantara
(intermediaries)
b. perusahaan asosiasi (associated company)
c. perorangan yang memiliki hak suara yang berpengaruh secara
signifikan
d. anggota keluarga dekat
e. karyawan kunci
f. perusahaan yang dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung
oleh setiap orang yang berpengaruh signifikan.
Pengaruh Signifikan (untuk tujuan Pernyataan ini) adalah penyertaan
dalam pengambilan keputusan kebijakan keuangan dan operasi suatu perusahaan,
tetapi tidak mengendalikan kebijakan itu. Pengaruh signifikan dapat dijalankan
dengan berbagai cara antara lain berdasarkan perwakilan dalam dewan komisaris
atau penyertaan dalam proses perumusan kebijakan, transaksi antar perusahaan
yang material, pertukaran karyawan manajerial atau ketergantungan pada
informasi teknis. Pengaruh signifikan dapat diperoleh berdasarkan kepemilikan
bersama, anggaran dasar atau perjanjian. Dengan kepemilikan bersama, pengaruh
signifikan dianggap sesuai dengan definisi yang dimuat dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan No. 4 tentang Laporan Keuangan Konsolidasi.
Sedangkan pihak-pihak berikut tidak dianggap sebagai pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa:
Dua entitas hanya karena mereka memiliki direktur atau anggota
memiliki direktur atau anggota manajemen kunci yang sama, atau
karena anggota dari manejemen kunci dari satu entitas mempunyai
pengaruh signifikan terhadap entitas lain.
Dua venturer hanya karena mereka hanya karena mereka
mengendalikan bersama atas ventura.
Penyandang dana, serikat dagang, perusahaan pelayanan umum
(public utilities), departemen dan instansi pemerintah. Dalam
pelaksanaan urusan normal dengan perusahaan pelapor (meskipun
pihak-pihak tersebut dapat membatasi kebebasan suatu perusahaan
atau ikut serta dalam proses pengambilan keputusan).
Satu-satunya pelanggan, pemasok, pemegang hak franchise,
distributor atau perwakilan/agen umum dengan siapa suatu
perusahaan mengadakan transaksi usaha dengan volume yang
signifikan, semata-mata karena ketergantungan ekonomis yang
diakibatkan oleh keadaan.
2. Perlakuan Akuntansi Terhadap Pengungkapan Transaksi dengan Pihak Berelasi
Berdasarkan PSAK No. 7, transaksi dengan pihak berelasi harus
diungkapkan untuk memungkinkan pengguna L/K memahami dampak dari
hubungan pihak berelasi pada suatu entitas, maka hubungan antara entitas induk
dan entitas anak harus diungkapkan terlepas dari apakah telah terjadi transaksi
antara mereka. PSAK 7 mensyaratkan adanya tambahan pengungkapan terkait
transaksi dengan pihak berelasi dalam Laporan keuangan konsolidasian (PSAK
4). Entitas mengungkapkan kompensasi personil manajemen kunci secara total
dan untuk masing-masing kompensasi personil manajemen kunci secara total dan
untuk masing-masing kategori berikut:
a. Imbalan kerja jangka pendek, seperti upah, gaji, dan kontribusi jaminansocial,
cuti tahunan dan cuti sakit yang dibayar, bagi hasil dan bonus(jika dibayar dalam
waktu duabelas bulan setelah akhir periode) dan imbalan non keuangan (seperti
perawatan kesehatan, perumahan, mobil,dan barang/ jasa gratis yang disubsidi)
bagi karyawan saat ini.
b. Imbalan pascakerja, seperti pension, manfaat pension lain, asuransi jiwa
pascakerja dan perawatan medis pascakerja.
c. Imbalan kerja jangka panjang lainnya, termasuk cuti besar, cuti hari raya,
imbalan cacat permanen, dan bagi laba, bonus dan kompensasiyang ditangguhkan
(jika terutang seluruhnya lebih dari dua belas bulan pada akhir periode pelaporan.
d. Pesangon pemutusan kontrak kerja.
e. Pembayaran berbasis saham. Jika entitas memiliki transaksi dengan pihak-pihak
berelasi selama periode yang dicakup dalam laporan keuangan, maka entitas
mengungkapkan sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi serta informasi
mengenai transaksi dan saldo, termasuk komitmen, yang diperlukan untuk memahami
potensi dampak hubungan tersebut sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Sekurang-kurangnya, pengungkapan meliputi kategori berikut :
Jumlah transaksi
Jumlah saldo, termasuk komitmen
Penyisihan piutang ragu-ragu terkait dengan jumlah saldo tersebut
Beban yang di akui selama periode dalam hal pitang ragu-ragu
atau penghapusan piutang dari pihak-pihak berelasi. Pengungkapan yang
disyaratkan diatas dilakukan secara terpisah untuk masing- masing
kategori berikut:
1. Entitas induk
2. Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan
terhadapentitas
3. Entitas anak
4. Entitas asosiasi
5. Ventura bersama dimana entitas merupakan venturer
6. Personil manajemen kunci dari entitas atau entitas induknya
7. Pihak-pihak berelasi lainnya. Apabila ada transaksi antara pihak-
pihak berelasi, maka harus dilakukan dengan dasar nilai wajar.
PROFIL PT. UNILEVER, Tbk.
PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933
sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh
Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur
Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16
Desember 1933 PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5
Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang
dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh
Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal
16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302
pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant
pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal
22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan
akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni
1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini
disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-
1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita
Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin,
minyak sayur dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan
minuman dari teh dan produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam
Rapat Umum Tahunan Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang tertulis
dalam akta notaris No. 82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H.
tertanggal 14 Juni 2000, perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama
dan memberi jasa-jasa penelitian pemasaran. Akta ini disetujui oleh Menteri
Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri Kehakiman) Republik
Indonesia dengan keputusan No. C-18482HT.01.04-TH.2000.
Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun 1933.
Perluasan Unilever Indonesia
Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan perjanjian dengan
PT Anugrah Indah Pelangi untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT
Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di bidang pembuatan, pengembangan,
pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan merk
dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merk-merk lain atas dasar lisensi
perusahaan kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan
Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT
Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-
barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7
November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan perjanjian jual beli
saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang dalam perjanjian tersebut
Texchem Resources Berhad sepakat untuk menjual sahamnya di PT Technopia
Lever kepada Technopia Singapore Pte. Ltd.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia
Beragamnya penjabaran konsep Talent Management ini menjadikan konsep
ini kian istimewa. “Kita bisa datang dengan label, istilah dan ruang-lingkup
yang berbeda-beda mengenai konsep “talent management”, namun
pengelolaan SDM atau “managing talent” sebenarnya sudah lama dilakukan
oleh demikian banyak organisasi dengan tingkat kecanggihan sistem dan
program SDM pendukung yang berbeda-beda,” urai Irwan Rei.
Gaungnya menurut Irwan semakin terdengar seiring dengan persaingan bisnis
yang semakin tinggi dan yang lalu mendorong organisasi untuk semakin
serius di dalam menarik dan mengelola SDM-SDM pilihannya. Berbeda dengan
misalnya konsep Balanced Scorecard dimana ada Kaplan dan Norton sebagai
pencetus idenya, tapi tidak mudah untuk menunjuk siapa yang melakukannya
untuk konsep talent management.
“Karena demikian banyak pihak, termasuk konsultan-konsultan besar di dunia
mempopulerkan istilah ini. Meski label atau istilah yang digunakan sama,
perbedaan umumnya didapatkan pada ruang lingkup (scope), proses maupun
istilah-istilah pendukung yang digunakan, walau kalau dicermati lebih-dalam,
semuanya fokus untuk menjawab tantangan bagaimana organisasi dapat
“mengelola talent” dengan baik sehingga tujuan-tujuan mereka dapat
tercapai,”terangnya lagi.
Irene Wuisan pun mengakui banyaknya penafsiran terhadapkonsep itu. “Kalau
kita lihat dari perusahaan satu ke perusahaan yang lain, itu banyak sekali
definisi-definisi yang berbeda-beda, jadi kembali tergantung kepada
perusahaannya itu sendiri,” ujar Irene.
Hanya saja Irene mengaku banyak melihat pergeseran pendekatan dalam
menerapkan konsep Human Resources Management yang ada. Kalau dulu
kata Irene, orang-orang itu harus disesuaikan dengan pekerjaannya, ini
menjadi focus dari konsep CBHRM, sekarang mulai bergeser.
“Sekarang mulai megarah kepada karyawannya sendiri, karyawannya punya
keahlian apa sih, karyawannya ini kelebihan-nya ada dimana, dan itulah yang
ditumbuhkan, dibina dan diangkat supaya karyawan ini potensinya bisa lebih
tergali, itulah yang dibilang memanage talent, jadi talent itu disini lebih
kepada si karyawannya sendiri,” terang Irene memaparkan konsep Talent
Managementnya.
VISI PT. UNILEVER, Tbk.
Salah satu perusahaan yang dianggap telah memiliki corporate culture yang
mapan adalah PT. Unilever Indonesia Tbk. Corporate culture yang mapan,
membuat perusahaan yang telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1933 ini
tumbuh menjadi perusahaan penyedia consumer products yang mempunyai
peran penting di Indonesia.
Kemapanan corporate culture di PT. Unilever, tidak begitu saja terbentuk. Hal
ini membutuhkan waktu dan proses yang terencana dengan matang. Keluar
dari krisis tahun 1998, PT. Unilever layaknya perusahaan lain, juga mengalami
penurunan penjualan. Namun memasuki tahun 1999, PT. Unilever bertekad
untuk kembali mencapai pertumbuhan seperti sebelum krisis. “Kami
menyimpulkan, jika mau kembali tumbuh dengan level pertumbuhan seperti
sebelum krisis, Unilever harus mengubah behavior orang-orangnya. Kami
harus mengubah the way we are,” ujar Joseph Bataona, Direktur HR PT.
Unilever Tbk. “Jadi kami harus re-direct semua yang sudah dipunyai. Karena
jika tidak akan membutuhkan waktu yang lama sekali untuk mewujudkan
tekad itu,” tambahnya lagi.
Banyak proses yang telah dilalui oleh perusahaan ini untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam masa persiapan, dilakukan diskusi secara internal. Mulai pada
level puncak dipimpin oleh chairman dan direksi, mencoba mengidentifikasi
apa saja elemen yang dimiliki perusahaan untuk tetap tumbuh atau tumbuh
lebih cepat lagi dan apa saja yang menghambatnya. “Itu adalah unsur awal
kami mencoba bicara tentang vision. Kami sebetulnya mau kemana dalam 5-
10 tahun mendatang dari titik ini. Dan itu kami lakukan sendiri,” jelas Joseph.
Kemudian disadari bahwa PT. Unilever terfokus pada consumer, costumer dan
community. Hingga kemudian muncul visi dari PT. Unilever yaitu To become
the first choice of consumer, costumer and community. Hal ini terwujud
pada komitmen PT. Unilever terhadap konsumennya yaitu menyediakan
produk bermerek dan pelayanan yang secara konsisten menawarkan nilai dari
segi harga dan kualitas, dan yang aman bagi tujuan pemakaiannya.
Banyak juga exercising yang dilakukan secara internal. Ada team kecil yang
berjumlah 5 orang, dipimpin oleh Joseph, diminta untuk menerjemahkan visi
itu ke dalam real values yang harus dimiliki karyawan. “Waktu itu saya minta
beberapa direksi untuk menuliskan momen dalam karier mereka dimana
mereka merasa satisfied, rewarded dan juga saat mereka merasa marah
besar, disappointed, dan very frustrated. Lalu mereka diminta untuk mencari
value apa yang membuat mereka merasa satisfied dan value yang membuat
mereka merasa frustrated. Dan mereka menulis apa saja values yang harus
ada untuk memacu perkembangan di perusahaan.”
Hasilnya, muncul sekitar 20 values, yang kemudian di bagikan pada level
puncak untuk dibahas yang akhirnya dihasilkan the top six. Yang termasuk
dalam the top six adalah Customer, consumer and community focus,
Teamwork, Integrity, Making things happen, Sharing of joy, dan Excellence.
Namun tim tidak berhenti di situ saja, tim harus mengidentifikasi behavior
seperti apa yang mendukung atau tidak mendukung dari ke-6 nilai-nilai itu. Ini
membutuhkan waktu kurang lebih 5 bulan. Joseph menilai, behavior tersebut
bukanlah sesuatu yang statis sifatnya. Behavior yang dianggap mendukung
dan tidak mendukung itu bukanlah sesuatu yang statis sifatnya. Ia
membutuhkan proses dalam pelaksanaannya. Meskipun sudah berjalan 4-5
tahun, ini belum juga selesai, masih harus terus di review from time to time.
Awal tahun 1999, akhirnya terbentuk organization effectiveness committee.
Komite ini bertugas untuk melihat the whole company dan memberikan advis
pada perusahaan untuk mewujudkan visi focus pada consumer, costumer and
community. Yang pertama dilakukan komite ini adalah business process
improvement plan. Untuk membuat semua mengerti bahwa seluruh proses itu
dilakukan agar costumer, consumer dan community dapat merasa puas.
“Dalam hal ini pertanyaan yang selalu muncul adalah apakah proses ini add
value kepada costumer, consumer dan community, jika tidak kami cut,” tegas
Joseph.
Kemudian ditunjuk satu group yang disebut sebagai facilitator perubahan,
karena hal ini tidak bisa dikerjakan oleh board atau unit secara sendiri-sendiri.
Ia harus dilakukan secara paralel di semua bagian dalam perusahaan. “Kami
identifikasi dari seluruh divisi untuk menjadi facilitator, karena yang sedang
kami rencanakan adalah transformasi, dan ini butuh support dari seluruh
bagian. Kalau tidak akan pincang jadinya,” jelasnya.
Keberagaman yang ada di perusahaan, bagi PT. Unilever Tbk. juga tidak
menjadi masalah, bahkan dianggap sebagai nilai tambah bagi perusahaan.
“Kami yakin bahwa diversity dalam hal apa saja di perusahaan ini perlu
dipupuk. Kami tidak perlu menjadikan seseorang sama semuanya. Kami yakin
meski berbeda mereka memiliki kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan
dan bahkan membawa nilai tambah,” tutur Joseph. Contohnya, Unilever
pernah punya accountant itu seorang flight engineer??atau pejabat HR yang
pendidikannya teknik arsitektur.
Setiap proses pasti memiliki tantangan, begitupun yang terjadi pada PT.
Unilever. Tantangannya yang ada yaitu apakah semua pihak memiliki
kesiapan yang sama dan apakah plan untuk program energizing sudah benar.
“Jika kami benar mau berubah, elemen transparansi atau keterbukaan juga
harus ada. Kami coba train karyawan di sini sebagai the whole being, yang
punya brain juga heart,” tutur Joseph.
Banyak hal telah dilakukan PT. Unilever untuk menyentuh hati para
karyawannya. Joseph mencontohkan banyak perusahaan yang menyediakan
fasilitas kesehatan dengan menyediakan rumah sakit gratis, tapi Unilever mau
manusia yang sehat. Yaitu dengan menyediakan ruang gym di lantai atas
untuk semua level. Contoh lain, di lantai bawah disediakan nursery room,
untuk ibu yang menyusui.
MISI PT. UNILEVER,Tbk.
Kemajuan sebuah perusahaan dipengaruhi oleh banyak aspek, mulai dari visi
dan misi perusahaan, bisnis plan dan dalam edisi ini Human Capital akan
membahas mengenai succession plan atau rencana suksesi. Untuk menggali
pengalaman mengenai rencana suksesi ini rasanya sangat wajar jika kita coba
berkaca pada perusahaan besar seperti PT. Unilever Indonesia Tbk.
Bagi PT. Unilever Indonesia tbk, rencana suksesi dianggap sangat penting
karena berkaitan dengan kelangsungan perusahaan. “Rencana suksesi itu
menurut saya sangat penting karena kami beroperasi jangka panjang bukan
hanya operasi satu atau dua tahun,” tutur Joseph Bataona, Human Resources
Director PT. Unilever Indonesia tbk. Menurut Joseph, kalau sebuah perusahaan
beroperasi dalam jangka panjang, perusahaan tersebut harus mempunyai
rencana yang jelas dalam jangka panjang tentang bagaimana mendorong
bisnis dalam kaitannya dengan penyediaan tenaga kerja di berbagai level
dengan capability yang diperlukan di periode yang berbeda-beda.
Suksesi yang dilakukan PT. Unilever tidak selalu hanya berhubungan dengan
posisi yang bisa dikatakan tinggi. “Unilever tadi malam merayakan dan
memberi penghargaan bagi karyawannya yang sudah bekerja paling tidak 15,
25 dan sudah akan pensiun,” papar Joseph. Rencana suksesi dipersiapkan
secara matang oleh Pt. Unilever. “Tahun ini saja mereka yang akan memasuki
masa pensiun itu 54 orang, yang 25 tahun itu ada 214 orang, dan yang 15
tahun itu ada 14 orang, jadi total yang kami rayakan ada 282 orang. Jadi
bayangkan bahwa untuk tahun ini saja kami harus menyediakan penggantian
untuk mereka di berbagai level,” tambahnya. Yang memasuki masa kerja 25
tahun itu 214 orang itu berarti mereka juga akan segera masuk ke masa
pensiun dan kita harus Persiapkan penggantinya dan itu di berbagai level.
Yang kita lakukan itu memang terencana dan tidak ada yang dadakan. Artinya
kita lihat ke depan dalam jangka panjang. Lalu kita plot pertahunnya. Jadi
sudah kita diskusikan siapa yang akan pergi termasuk pertambahan karyawan
seiring dengan pertumbuhan perusahaan.
Secara teknis rencana suksesi PT. Unilever ke depan, seperti dijelaskan
Joseph, pertama karena pertumbuhan perusahaan ke depan harus melihat
apakah perusahaan akan punya karyawan yang sama atau mengalami
pertambahan atau pengurangan, kedua apakah perusahaan mempunyai stock
tenaga kerja dan apakah stock ini akan cukup atau perlu ditambah atau
mungkin orangnya tetap sama tetapi perlu dididik lagi untuk memenuhi
requirement di tahun mendatang. Dalam konteks unilever, sejak awal tahun
70-an telah mempunyai program untuk merekrut fresh graduate dari
perguruan tinggi. “Mereka yang direkrut adalah mereka yang punya potensi
bisa naik setinggi mungkin di dalam organisasi ini. Kami didik mereka untuk
bisa di posisi baik vertical maupun horizontal,” jelas Joseph. “Hal ini
memungkinkan mereka belajar, untuk bisa mengisi posisi yang ada baik
disamping atau di atas mereka. Hasil dari itu saat ini direksi lokal kami adalah
mantan management trainee yang kami rekrut saat masih fresh graduate,”
ujarnya bangga.
Selain itu, untuk mendukung rencana suksesi di perusahaan, PT. Unilever
mempunyai buku panduan yang dinamakan ‘Professional Skill Dictionary’.
“Masing-masing role di perusahaan ini mempunyai petunjuk pengetahuan apa
yang harus dia punya untuk semua level. Di sini kami definisikan ada basic
awareness, working knowledge, fully operational dan yang paling tinggi
leading act,” papr Joseph. Jadi setiap karyawan selalu dibandingkan dengan
requirement dari pekerjaannya, apakah cocok atau tidak, jika belum cocok
yang akan dilakukan perusahaan adalah pengembangan orangnya. Rencana
suksesi ini dilakukan juga untuk menghadapi keadaan darurat seperti ketika
karyawan yang tiba-tiba pindah ke perusahaan lain. Meski demikian tetap
tidak menutup kemungkinan jika karyawan pengganti harus diambil dari luar
perusahaan. “Mungkin dalam perkembangan perusahaan yang cepat ada
yang setelah kami identifikasi ternyata kami tidak punya tenaga itu di dalam
atau untuk menunggu pengembangan tenaga di dalam itu terlalu lama,”
tukasnya.
TUJUAN PT. UNILEVER, Tbk.
Kebijakan deviden merupakan penentuan seberapa besar laba akan dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai deviden dan seberapa besar laba
tersebut akan ditahan. Resiko keuangan dan resiko bisnis suatu perusahaan
akan tergantung sejauh mana perusahaan memiliki biaya tetap sebagai akibat
dari penggunaan leverage keuangan. Pada perusahaan yang sudah go publik,
harga dari saham yang diterbitkannya cenderung menjadi tolok ukur
keberhasilan di dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan dan
memakmurkan kekayaan para pemegang sahamnya. Perusahaan dikatakan
tumbuh jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar dari keuntungan
yang dinikmati oleh investor. Suatu alat analisis finansial adalah tingkat
pertumbuhan yang berkesinambungan. Ukuran ini menunjukan besarnya
tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dipertahankan apabila perusahaan
hanya menggunakan modal sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan kebijakan
deviden apakah memiliki hubungan dan pengaruh atau tidak terhadap resiko
keuangan, resiko bisnis, harga saham serta pertumbuhan laba. Apabila di
dalam proses penelitian ditemukan tidak adanya hubungan dan pengaruh dari
kebijakan deviden, maka akan di cari penyebabnya serta di cari faktor-faktor
lainnya yang kemungkinan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap resiko
keuangan, resiko bisnis, harga saham serta pertumbuhan laba. Objek dari
penelitiannya adalah kebijakan deviden, resiko keuangan, resiko bisnis, harga
saham serta pertumbuhan laba dari studi kasus PT. Mandom Tbk., PT. Unilever
Tbk., dan PT. Indofood Tbk.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada PT. Mandom Tbk kebijakan deviden
memiliki hubungan dan pengaruh yang negatif terhadap resiko keuangan,
resiko bisnis, harga saham serta pertumbuhan laba. Dan pengaruhnya tidak
signifikan/ tidak nyata/ dapat diabaikan terhadap resiko keuangan, resiko
bisnis, harga saham serta pertumbuhan laba perusahaan, dengan tingkat
signifikansi masing-asing sebesar .731, .514, .238, dan .602. Pada PT. Unilever
Tbk kebijakan deviden memiliki hubungan dan pengaruh yang positif terhadap
resiko keuangan, dan negatif terhadap resiko bisnis, harga saham serta
pertumbuhan laba. Dan pengaruhnya tidak signifikan/ tidak nyata/ dapat
diabaikan terhadap resiko keuangan, resiko bisnis dan harga sahamnya,
dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar .483, .509, dan .479.
Namun pengaruhnya signifikan/ nyata/ tidak dapat diabaikan terhadap
pertumbuhan laba perusahaan, dengan tingkat signifikansi sebesar .000. Pada
PT. Indofood Tbk kebijakan deviden memiliki hubungan dan pengaruh positif
terhadap resiko keuangan dan harga sahamnya, dan negatif terhadap resiko
bisnis dan pertumbuhan laba. Dan pengaruhnya signifikan/ nyata/ tidak dapat
diabaikan terhadap pertumbuhan laba dan harga sahamnya, dengan tingkat
signifikansi masing-masing sebesar .011 dan .021, namun memiliki pengaruh
yang tidak signifikan/ tidak nyata/ dapat diabaikan terhadap resiko keuangan
dan resiko bisnis perusahaan, dengan tingkat signifikansi masing-masing
sebesar .329 dan .162.
FAKTOR KEBERHASILAN PT. UNILEVER, Tbk.
Kebijakan deviden merupakan penentuan seberapa besar laba akan dibagikan
kepada para pemegang saham sebagai deviden dan seberapa besar laba
tersebut akan ditahan. Resiko keuangan dan resiko bisnis suatu perusahaan
akan tergantung sejauh mana perusahaan memiliki biaya tetap sebagai akibat
dari penggunaan leverage keuangan. Pada perusahaan yang sudah go publik,
harga dari saham yang diterbitkannya cenderung menjadi tolok ukur
keberhasilan di dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan dan
memakmurkan kekayaan para pemegang sahamnya. Perusahaan dikatakan
tumbuh jika tingkat keuntungan yang diperoleh lebih besar dari keuntungan
yang dinikmati oleh investor. Suatu alat analisis finansial adalah tingkat
pertumbuhan yang berkesinambungan. Ukuran ini menunjukan besarnya
tingkat pertumbuhan maksimal yang dapat dipertahankan apabila perusahaan
hanya menggunakan modal sendiri.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis keterkaitan kebijakan
deviden apakah memiliki hubungan dan pengaruh atau tidak terhadap resiko
keuangan, resiko bisnis, harga saham serta pertumbuhan laba. Apabila di
dalam proses penelitian ditemukan tidak adanya hubungan dan pengaruh dari
kebijakan deviden, maka akan di cari penyebabnya serta di cari faktor-faktor
lainnya yang kemungkinan memiliki hubungan dan pengaruh terhadap resiko
keuangan, resiko bisnis, harga saham serta pertumbuhan laba. Objek dari
penelitiannya adalah kebijakan deviden, resiko keuangan, resiko bisnis, harga
saham serta pertumbuhan laba dari studi kasus PT. Mandom Tbk., PT. Unilever
Tbk., dan PT. Indofood Tbk.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
1. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa bila satu pihak mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pihak lain atau mempunyai pengaruh signifikan atas pihak lain dalam mengambil keputusan keuangan dan operasional
2. Dalam prinsip kewajaran dan kelaziman usaha (arm’s length principle) penetapan harga dan laba transaksi haruslah sama dan sebanding antara transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak dipengaruhi hubungan istimewa. Sama dan sebanding tidaklah dalam arti sama persis, akan tetapi terdapat batasan-batasan rentang yang wajar.
CONTOH ANALISIS LAPORAN KEUANGANFEBRUARY 19, 2013 BY ASNAMAULIDA
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT.POLYCHEM INDONESIA TBK
DAN MEMBANDINGKAN TERHADAP ATURAN DALAM PSAK DAN
IFRS
Sebelum menganalisa lebih detail laporan sebuah perusahaan,
tentu kita akan bertanya mengapa di Indonesia harus melakukan
konvergensi IFRS? Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu
tidak lepas dengan kepentingan global yaitu agar dapat
meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan
perusahaan-perusahaan, terlebih untuk perusahaan-perusahaan
yang sahamnya sudah go public seperti perusahaan yang akan
kita bahas setelah ini. Penyusunan laporan keuangan suatu
perusahaan di Indonesia harus mengacu pada PSAK, yaitu
standar yang menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan
keuangan di Indonesia yang mana PSAK sendiri sedang berada
dalam proses penyesuaian terhadap IFRS. Untuk itulah penulis
akan mencoba membahas kesesuaian laporan keuangan
PT.POLYCHEM terhadap IFRS dengan pengetahuan dan
pemahaman yang terbatas.
Informasi Umum PT. Polychem Indonesia Tbk (Perusahaan
PT. Polychem Indonesia Tbk (Perusahaan), didirikan dengan akta
No. 62 tanggal 25 April 1986 dari Irawati Marzuki Arifin, SH,
notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah mendapat
pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusannya No. C2-1526.HT.01.01.Th.87 tanggal 21
Pebruari 1987 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik
Indonesia No. 28 tanggal 7 Nopember 1989, tambahan No. 2882.
Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan akta No. 16 tanggal18 Juli 2008 dari
Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo, SH, notaris di Jakarta dalam
rangka penyesuaian Undang-undang No. 40 tahun 2007
mengenai Perseroan Terbatas. Akta perubahan ini telah
memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dengan Surat Keputusannya No. AHU-64716.AH.01.02
Tahun 2008 tanggal 17 September 2008.
Perusahaan berdomisili di Jakarta, dengan pabrik berlokasi di
Tangerang, Karawang dan Merak. Kantor pusat Perusahaan
beralamat di Wisma 46 Kota BNI Lantai 20, Jalan Jend. Sudirman
Kav. 1, Jakarta.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar Perusahaan, ruang
Iingkup kegiatan Perusahaan meliputi industri pembuatan
polyester chips, polyester filament, engineering plastik,
engineering resin, ethylene glycol, polyester staple fiber dan
petrokimia, pertenunan, pemintalan dan industri tekstil.
Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun
1990. Hasil produksi dipasarkan di dalam dan luar negen
termasuk ke Asia, Amerika Serikat, Eropa, Australia dan Afrika.
Penawaran Umum Saham Perusahaan
Pada tanggal 17 September 1993, Perusahaan memperoleh
pernyataan efektif dari Ketua Bapepam (sekarang Bapepam-LK)
dengan suratnya No. S-1573/PM/1993 untuk melakukan
penawaran umum atas 80.000.000 saham Perusahaan kepada
masyarakat. Pada tanggal 20 Oktober 1993 saham tersebut telah
dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan tanggal 21 Oktober 1993
pada Bursa Efek Surabaya.
Pada tanggal 4 Nopember 1994, Perusahaan memperoleh
pernyataan efektif dari ketua Bapepam (sekarang Bapepam-LK)
dengan suratnya No. S-1817/PM/1994 untuk melakukan
Penawaran Umum Terbatas dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu sebesar 80.000.000 saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada tanggal
25 Nopember 1994.
Pada tanggal 26 Agustus 1996, Perusahaan memperoleh
pernyataan efektif dari ketua Bapepam (sekarang Bapepam-LK)
dengan suratnya No. S-1376/PM/1996 untuk melakukan
Penawaran Umum Terbatas II dengan Hak Memesan Efek
Terlebih Dahulu sebesar 800.000.000 saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada
tanggal 21 Oktober 1996.
Pada tanggal 25 Nopember 2004, Perusahaan telah melakukan
peningkatan modal ditempatkan dan disetor melalui pengeluaran
saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sesuai
dengan Peraturan Bapepam No. IX.D.4 sejumlah 1.649.179.559
saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Jakarta dan Surabaya pada tanggal 21 Desember 2004.
Pada tanggal 30 Juni 2011, seluruh saham Perusahaan telah
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia ( Bursa Efek Jakarta dan
Surabaya.)
Penyajian Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan
prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Dasar penyusunan laporan keuangan konsolidasi, kecuali untuk
laporan arus kas konsolidasi, adalah dasar akrual. Mata uang
pelaporan yang digunakan untuk penyusunan laporan keuangan
konsolidasi adalah mata uang Rupiah (Rp). Laporan keuangan
konsolidasi tersebut disusun berdasarkan nilai historis, kecuali
beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain
sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-
masing akun tersebut. Laporan arus kas konsolidasi disusun
dengan menggunakan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan
pendanaan.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Menurut PSAK 1 dan IAS 1 paragraf 10
1. Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode
2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode
3. Laporan perubahan ekuitas selama periode
4. Laporan arus kas selama periode
5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lain
6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos
dalam laporan keuangannya.
Laporan Keuangan PT POLYCHEM TBK.
1. Laporan posisi keuangan konsolidasi
2. Laporan laba rugi komprehensif konsolidasi
3. Laporan perubahan ekuitas konsolidasi
4. Laporan arus kas konsolidasi
5. Catatan atas laporan keuangan konsolidasi, berisi ringkasan
kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain
Ada sedikit perbedaan antara PSAK dengan penerapannya oleh
PT POLYCHEM TBK., yaitu tidak adanya Laporan posisi keuangan
pada awal periode komparatif. Hal ini disebabkan karena PT
POLYCHEM TBK. tidak menerapkan suatu kebijakan yang
retrospektif atau reklasifikasi sehingga tidak perlu dibuat
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif. Namun
hal ini masih tergolong wajar karena sebagian besar laporan
keuangan perusahaan yang saya amati tidak mencantumkan
laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif ini.
I. Pembahasan penyajian Laporan Posisi Keuangan
Laporan Posisi Keuangan (neraca) perusahaan ini disampaikan
dengan pemisahan penyusunan aset lancar dan aset tidak
lancar, liabilitas jangka panjang dan jangka pendek sebagaimana
yang diatur dalam PSAK 01 paragraf 57. Perusahaan ini
menyusun aset maupun liabilitas berdasarkan likuiditasnya, dan
mengklasifikasikannya dengan baik sesuai dengan aturan dalam
PSAK 01 paragraf 63-73.
PSAK 01 paragraf 75 mengatur mengenai rincian subklasifikasi
menyatakan bahwa :
a. Hal ini sudah dipatuhi oleh perusahaan. Rinciannya memang
tidak dituliskan secara langsung di neraca, namun dilampirkan
dalam catatan atas laporan keuangan.Pos-pos aset tetap
dipisahkan sesuai PSAK 16
b. Aturan ini juga telah dilaksanakan oleh perusahaan dengan
memisahkan piutang menjadi jumlah piutang dagang, piutang
dari pihak – pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.Pemisahan piutang
c. Sama seperti pemisahan aset tetap, perusahaan sudah
melakukan pemisahan walaupun tiddak secara langsung ditulis
di laporan keuangan, tapi dilampirkan dalam catatan atas
laporan keuangan.Pemisahan persediaan sesuai PSAK 14
d. Pemisahan provisi juga sudah dilaksanakan oleh perusahaan
dengan baik.
e. Pemisahan ekuitas juga telah dilaksanakan oleh perusahaan
dengan baik. Hanya saja ada beberapa aturan yang belum
dipenuhi. Antara lain: perusahaan tidak mencantumkan
rekonsiliasi jumlah saham yang beredar pada awal dan akhir
periode, perusahaam juga tidak mengungkapkan hak,
keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis
saham.
Selain perbedaan yang ada di atas, menurut aturan IFRS dan IAS
penyajian Neraca seharusnya berurutan dari Aset – Ekuitas –
Liabilitas sedangkan perusahaan ini menyajikannya dengan
urutan Aset – Liabilitas – Ekuitas sebagaiman aturan dalam PSAK.
II. Pembahasan penyajian Laporan Laba Rugi
Telah disebutkan di atas bahwa dasar penyusunan laporan
keuangan konsolidasi, kecuali untuk laporan arus kas konsolidasi,
adalah dasar akrual. Jadi metode pengakuan pendapatan yang
digunakan adalah accrual basis sesuai dengan PSAK 1 paragraf
24, bahwa pengakuan semua komponen laporan keuangan
termasuk pendapatan dan beban hendaknya menggunakan
metode accrual basis.
Pendapatan dari penjualan barang diakui bila seluruh kondisi
berikut dipenuhi:
• Perusahaan dan anak perusahaan telah memindahkan risiko
secara signifikan dan memindahkan manfaat kepemilikan barang
kepada pembeli;
• Perusahaan dan anak perusahaan tidak lagi mengelola atau
melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual;
• Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal;
Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan
transaksi akan mengalir kepada Perusahaan dan anak
perusahaan tersebut; dan
• Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan transaksi
penjualan dapat diukur dengan andal.
Selanjutnya mengenai pengakuan beban, perusahaan ini sudah
melaksanakan sesuai aturan yaitu menggunakan metode accrual
basis. Perusahaan menyusun beban berdasarkan fungsinya
sesuai aturan pada PSAK 01 paragraf 100.
Menurut aturan IFRS, interest expense sudah tidak lagi masuk ke
dalam kelompok beban dan pendapatan lain-lain, tetapi
dikelompokan ke dalam financing cost, karena merupakan biaya/
beban yang dikeluarkan untuk urusan pendanaan. Namun pada
laporan keuangan ini, interest expense masih dikelompokkan
dalam beban dan pendapatan lain-lain yang dirinci dalam
catatan atas laporan keuangan.
III. Pembahasan penyajian Laporan Perubahan Ekuitas
PSAK 01 paragraf 103 dan 105 mengatur komponen-komponen
yang harus ada dalam laporan perubahan ekuitas, diantaranya :
1. dapat dilihat bahwa perusahaan ini sudah menerapkan aturan
ini dengan menyajikan laporan perubahan ekuitas lengkap
dengan total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk dan kepada kepentingan non-kepengendali.Total
laba rugi selama satu periode dengan menunjukan pembagian
secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada
pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-kepengendali
2. Aturan ini sudah diterapkan dengan baik oleh perusahaan,
termasuk transaksi seperti penyetoran modal.Pengungkapan
perubahan yang timbul dari laba rugi, pendapatan komprehensif
lain, dan transaksi pemilik
Perubahan nilai investasi yang disebabkan terjadinya perubahan
nilai ekuitas anak perusahaan yang bukan merupakan transaksi
antara Perusahaan dengan anak perusahaan diakui sebagai
bagian dari ekuitas dengan akun Selisih Transaksi Perubahan
Ekuitas Anak Perusahaan, dan akan diakui sebagai pendapatan
atau beban pada saat pelepasan investasi yang bersangkutan.
3. Ditambahkan dalam paragraf 105, bahwa jumlah dan jenis
modal disetor seharusnya ditampilkan, namun perusahaan belum
menerapkan aturan ini.
Perusahaan telah dengan jelas melaporkan jumlah dividen yang
diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode
sebagaimana diatur dalam PSAK 01 paragraf 104.
IV. Pembahasan penyajian Laporan Arus Kas
Perusahaan telah menyusun laporan arus kas dengan baik
sebagaiman diatur dalam PSAK 01 paragraf 108 yang diperjelas
dengan PSAK 02 tentang Pelaporan Arus Kas. PT POLYCHEM TBK.
telah mengklasifikasikan arus kas sebagai arus kas dari aktivitas
operasi, arus kas dari aktivitas investasi, dan arus kas dari
aktivitas pendanaan. Perusaahaan juga telah menunjukan kas
dan setara kas pada awal dan akhir periode beserta
peningkatannya.
V. Pembahasan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan
Menurut PSAK 01 paragraf 109 mengenai struktur catatan atas
laporan keuangan, catatan atas laporan keuangan berisi
informasi yang disyarat oleh SAK yang tidak diungkapkan di
laporan keuangan manapun. PT POLYCHEM TBK. membuat
catatan atas laporan keuangan dengan cukup baik, perusahaan
melaporkan semua catatan-catatan yang relevan untuk
memahami laporan keuangan perusahaan sehingga
mempermudah pengambilan keputusan oleh para pihak-pihak
terkait.
Paragraf 111 PSAK 01 mengatur penyusunan catatan atas
laporan keuangan, yaitu :
a) PT POLYCHEM TBK. sudah menyediakan pernyataan ini
dengan judul Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan
menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia pada catatan no.2 , itu berarti bahwa perusahaan
mengaku bahwa perusahaan memang mematuhi peraturan yang
ada di PSAK.Pernyataan atas kepatuhan terhadap SAK
b) Perusahaan mencantumkannya dengan judul Penyajian
Laporan Keuangan Konsolidasi pada catatan nomor 2.Ringkasan
kebijakan akuntansi yang diterapkan
c) perusahaan sudah menyediakan informasi yang cukup
mengenai tambahan informasi pos-pos laporan keuangan,
contohnya pada catatan nomor 2 poin a sampai s.Informasi
tambahan atas pos-pos yang ada di laporan keuangan sesuai
dengan urutan penyajian masing-masing pos
d) Pengungkapan lainnya, seperti :
informasi segmen usaha pada catatan nomor 26hal-hal yang
tidak berhubungan dengan keuangan
Secara umum PT POLYCHEM TBK. sudah menyajikan seluruh
komponen yang seharusnya ada dalam catatan atas laporan
keuangan, hanya saja perusahaan belum menyusunnya sesuai
yang dianjurkan pada PSAK 01 paragraf 111.
I. Perbandingan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Aturan
IFRS
Laporan Keuangan Konsolidasi Perusahaan
a) Terdiri dari Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi, Laporan
Laba Rugi Konsolidasian Komprehensif, Laporan Arus Kas
Konsolidasian, Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian, serta
Catatan Atas Laporan Keuangan.
b) Metode penyisihan persediaan menggunakan metode rata-
rata tertimbang.
c) Penyusunan asset, liabilitas dan ekuitas disusun dari yang
tingkat likuiditasnya paling tinggi.
d) Penggunaan metode langsung dalam penyajian laporan arus
kas konsolidasian.
e) Aset keuangan yang ada dalam laporan keuangan diukur
dengan metode fair value.
f) Semua asset disajikan dalam satuan mata uang Rupiah,
kalaupun ada asset yang masih dalam satuan mata uang asing,
sudah dikonversikan ke Rupiah sesuai dengan nilai kurs yang
berlaku saat pelaporan keuangan
Aturan IFRS
a) Seharusnya ada elemen laporan tambahan berupa Laporan
Posisi Keuangan dalam hal penyajian kembali atau reklasifikasi.
b) Sudah sesuai, dalam IFRS penyisihan persediaan dapat
dilakukan dengan 2 cara; FIFO (first in first out) dan rata-rata
tertimbang
c) Penyusunan Laporan Posisi Keuangan pada bagian asset
dimulai dari asset tidak lancar, kemudian diikuti asset yang
paling lancar dalam perusahaan, selanjutnya ekuitas lebih dulu
dicantumkan sebelum liabilitas.
d) Penyajian laporan arus kas konsolidasian sudah sesuai, karena
dalam IFRS boleh menggunakan metode langsung atau tidak
langsung.
e) Sesuai dengan aturan IFRS, asset keuangan dapat diukur
menggunakan metode fair value saat asset tersebut dibeli, atau
saat asset itu ingin dijual.
f) IFRS membenarkan pelaporan dalam segala bentuk satuan
mata uang, dan harus disesuaikan dengan nilai kurs yang
berlaku saat tanggal pelaporan keuangan.
VI. Penutup
Menurut hasil pengamatan penulis, PT POLYCHEM TBK. dalam
membuat laporan keuangannya mengacu pada aturan yang
terdapat dalam PSAK namun belum sepenuhnya mengadopsi
IFRS. Laporan ini memenuhi tujuan dibuatnya laporan keuangan
yaitu untuk menyediakan informasi yag cukup bagi para
pembuat keputusan. Perusahaan menyajikan laporan dengan
relevan memenuhi kriteria:
‘comparability’ karena disediakan juga reklasifikasi untuk
membandingkan dengan laporan keuangan tahun 2009.
‘neutrality’ dan ‘full disclosure’ karena menyajikan semua
informasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan
dengan tidak memihak.
Laporan keuangan PT POLYCHEM TBK.memiliki beberapa
kekurangan diantaranya:
laporan keuangan ini disajikan kurang lengkap atau ‘complete’
karena tidak ada laporan posisi keuangan pada awal periode.
Tidak ‘verifiability’ karena belum diaudit
tidak semua laporan dibuat dengan asumsi ‘accrual basis’
Jadi secara keseluruhan dapat ditegaskan kembali bahwa PT
POLYCHEM TBK. dalam membuat laporan keuangan sudah
mengacu pada aturan yang terdapat dalam PSAK namun belum
sepenuhnya mengadopsi IFRS. Laporan tersebut disampaikan
dengan cukup baik, relevan dan mendukung untuk membuat
keputusan.
BAB 3
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Perkembangan Perusahaan
PT. Unilever Indonesia tbk. (“Perseroan”) didirikan pada tanggal 5 Desember
1933
dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No.23 Mr. A.H. van
Ophuijsen, Notaris
di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Geneeral van Nederlandsch-Indie
dengan surat N0.14
tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di Raad van Justitie di Batavia dengan
No.302 pada
tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant tanggal 9
Januari 1934
tambahan No.3.
Nama Perseroan diubah menjadi “PT.Unilever Indonesia” dengan akta No.171
tanggal
22 Juli 1980 dan Notaris Ny. Kartini Muljadi SH. selanjutnya perubahan
nama Perseroan
menjadi “PT. Unilever Indonesia Tbk”, dilakukan dengan akta No.92 tanggal
30 Juni 1997
dari notaris Tn. Mudofir Hadi SH. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman
dalam surat
keputusan No. C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan
diumumkan dalam
Berita Negara No.2620 tanggal 15 Mei 1998 tambahan No.39.
Pada tanggal 16 November 1981 Perseroan mendapat izin Ketua Badan
Pengawas
Pasar Modal (BAPEPAM) No.SI-009/PM/E/1981 untuk menawarkan 15%
sahamnya di Bursa
Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.
Berdasarkan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 24
Juni
2003, para pemegang saham menyetujui untuk melakukan pemecahan saham
(Stock Split)
dengan mengubah nilai nominal saham dari Rp.100 (Rupiah penuh) menjadi
Rp.10 (Rupiah
penuh) per lembar saham. Perubahan ini diaktakan dengan akta No.46 tanggal
10 Juli 2003
dari Notaris Singgih Susilo SH dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan
Menteri Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia dalam surat keputusan No. C-17533 HT.01.04
TH.2003.
Kegiatan usaha Perseroan meliputi pembuatan sabun, deterjen, margarin,
makanan
berinti susu, es krim, minuman dengan bahan pokok teh dan produk-produk
kosmetik. 51
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 13 Juni 2000,
yang diaktakan
dengan akta No.82 tanggal 14 Juni 2000 dari Notaris Singgih Susila SH,
Perseroan juga
bertindak sebagai distributor utama untuk produk-produk Perseroan dan
penyedia jasa
penelitian pemasaran. Akta ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan
Perundang-Undangan
(dahulu Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan surat keputusan No.
C-18482
HT.01.04 TH.2000.
Perseroan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Kantor Perseroan
berlokasi
di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav.15 Jakarta. Pabrik Perseroan berlokasi di
jalan jababeka
9 Blok D, Jalan Jababeka Raya Blok O, Kawasan Industri Jababeka Cikarang,
Bekasi, Jawa
Barat dan Jalan Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan industri Rungkut,
Surabaya, Jawa
Timur.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa tanggal 8 Desember 2003
Perseroan
telah mendapatkan Persetujuan Pemegang Saham Minoritas untuk
mengakuisisi saham PT.
Knorr Indonesia (“PT KI”) dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak
yang mempunyai
hubungan istimewa). Akuisisi ini dinyatakan efektif pada saat perjanjian Jual-
Beli antara
Perseroan dan Unilever Overseas Holdings Limited ditandatangani pada
tanggal 21 Januari
2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, Perseroan melakukan penggabungan usaha
dengan PT KI
di mana penggabungan usaha ini dicatat dengan menggunakan metode seperti
penyatuan
kepemilikan. Perseroan adalah pihak yang menerima penggabungan usaha ini
sesuai dengan
keputusan Badan Koordinasi Pasar Modal (BKPM) No. 740/III/PMA/2004
tanggal 29 Juli
2004.
3.1.1 Misi
“Menambah vitalitas dalam kehidupan”.
PT. Unilever Indonesia Tbk. Memenuhi kebutuhan nutrisi, kebersihan dan
perawatan pribadi
sehari-hari dengan produk-produk yang membantu para konsumen merasa
nyaman,
berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup. 52
3.1.2 Kegiatan-kegiatan PT. unilever Indonesia Tbk.
• Home Care “Menjadi tanggung jawab sosial pribadi”
Di tahun 2004, Home Care menghadapi tantangan pasar yang ketat, terutama
di kategori
deterjen dan sabun mandi. Unilever merasa bangga bahwa produk-produknya
menguat di
pasaran. Unilever juga mendorong para karyawannya untuk secara sukarela
memberikan
kontribusinya pada masyarakat. Dari masyarakat Unilever belajar banyak
tentang berbagi dan
bercita-cita tinggi. Pada akhirnya, tanggung jawab sosial bukan hanya sekedar
tanggung
jawab perusahaan, tetapi menjadi tanggung jawab sosial pribadi.
• Personal Care “Membantu sesama menjadi suatu kebutuhan”
Secara keseluruhan, Personal Care sekali lagi menikmati pertumbuhan pesat
meskipun
persaingan pasar sangat ketat. Keberhasilan ini didukung oleh inovasi luar
biasa dari Skin
Care, Oral Care, Hair Care dan Deodorant. Dengan memberi lebih kepada
masyarakat,
sesungguhnya membantu Unilever dalam menjalankan bisnis secara
berkesinambungan
dengan memperkaya pengetahuan Unilever tentang masalah kesehatan dan
kebersihan pada
masyarakat di sekitar Unilever. Membantu sesama kini menjadi suatu
kebutuhan, lebih
daripada sekedar kewajiban.
• Foods “Memberdayakan perempuan Indonesia di rumah”
Sekali lagi Unilever mencatat keberhasilan dengan meraih peningkatan 2 digit
di tahun 2004.
Unilever memastikan tercapainya target laba yang ditentukan, dan secara
progresif
meningkatkan marjin melalui efisiensi yang lebih tinggi. Sejalan dengan
perkembangan bisnis,
Unilever akan membutuhkan pengadaan bahan baku yang lebih banyak.
Karena itu Unilever
akan terus mendorong terciptanya harga yang stabil dan mengembangkan
mekanisme
penghargaan bagi para petani rekanan Unilever dengan semangat kerjasama
yang saling
menguntungkan.
• Ice Cream “Membangun kerjasama secara berkesinambungan”
Tim Ice Cream sekali lagi menyumbangkan pertumbuhan kuat atas penjualan
dan laba di
tahun 2004, dengan serangkaian inovasi sehat. Penjualan in-home, melalui
anjungan 53
penjualan modern/pasar swalayan, menunjukkan pertumbuhan yang kuat.
Hasil ini, Unilever
yakin adalah berkat hubungan erat Unilever dengan konsumen, pelanggan dan
masyarakat.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, Unilever memegang komitmen
untuk
memanfaatkan sumber lokal. Melalui kegiatan “Community Connection”,
Unilever telah berbagi
saat-saat bahagia dengan anak-anak, terutama dengan mereka yang kurang
beruntung.
• Supply Chain “Memilih untuk melibatkan masyarakat dalam rantai pasokan
Unilever”
Unilever bertekad untuk melibatkan masyarakat di sekitar pabrik dalam proses
usaha Unilever
dengan demikian Unilever dapat tumbuh bersama masyarakat secara
berkesinambungan.
Unilever yakin bahwa kepedulian pada masyarakat merupakan salah satu
aspek penting dalam
pertumbuhan bisnis yang menguntungkan secara berkesinambungan, dan
menjadi nilai yang
diyakini oleh rekanan Unilever apabila ingin berhasil.
• Development “Peduli lingkungan adalah bagian dari tugas Unilever”
Unilever bertanggung jawab kepada lingkungan sebagaimana tercermin dalam
komitmen untuk
menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan pada produk dan
kemasannya. Tak kalah
penting, untuk tim Development, Unilever yakin telah mencapai tahap lanjut
dari perjalanan
budaya melayani dan akan terus memberikan yang terbaik bagi pelanggan
Unilever konsumen
dan masyarakat pada umumnya.
• Customer Care “saat kenyataan mewarnai hubungan Unilever dengan
masyarakat setiap
hari”
“Saat kenyataan” merupakan saat-saat ketika karyawan Unilever berinteraksi
dengan
konsumen yang akan menentukan terjadi atau tidaknya transaksi penjualan.
Unilever yakin
bahwa kesuksesan bisnis harus dibangun atas dasar hubungan berharga.
Komitmen Unilever
untuk memastikan bahwa hubungan tersebut mencerminkan kepercayaan
timbal-balik, seperti
yang terlihat pada saat Unilever berhubungan dengan pelanggan, konsumen
dan masyarakat.
• Corporate Relations “Menjalin hubungan dengan masyarakat sebagai pihak
yang penting”
Corporate Relations memainkan peran penting dalam berhubungan dengan
tiga pihak utama
Perseroan, yaitu: masyarakat, pemerintah dan media. Untuk mempererat
ikatan antara 54
karyawan dan masyarakat Unilever menyelenggarakan program “Community
Connection”.
Karyawan Unilever dapat ambil bagian dalam aktivitas bersama masyarakat.
Unilever yakin,
hal ini dapat membangun kesan positif pada masyarakat. Unilever
berkembang bersama
masyarakat berlandaskan prinsip kesinambungan dan keuntungan bersama.
• Human Resources “Mengembangkan manusia seutuhnya - pikiran dan jiwa”
Unilever percaya pada pengembangan karyawan seutuhnya, meliputi pikiran
dan jiwa
karyawan. Unilever berupaya untuk menyentuh jiwa mereka, lebih dari
sekedar pelatihan
keahlian dan kemampuan. Apabila Unilever mampu meyakinkan karyawan
untuk menuangkan
pikiran dan jiwa mereka dalam pekerjaan, maka karyawan bisa terdorong
sendiri dan siap
melakukan hal-hal besar.
3.1.3 Prinsip PT. unilever Indonesia Tbk.
• Standar perilaku
PT.unilever melaksanakan kegiatan dengan kejujuran, integritas dan
keterbukaan, dengan
menghormati Hak Asasi Manusia dan kepentingan para karyawannya, begitu
pula dengan
kepentingan relasi yang sah.
• Mematuhi hukum
Semua Perseroan Unilever dan para karyawannya berkewajiban mematuhi
ketentuan hukum
dan peraturan masing-masing negara di tempat mereka melaksanakan
usahanya.
• Karyawan
Unilever memiliki komitmen pada keanekaragaman dalam lingkungan kerja
yang diwarnai oleh
sikap saling percaya dan hormat di mana semua memiliki rasa tanggung jawab
atas kinerja dan
reputasi Perseroan. Unilever akan merekrut, mempekerjakan dan
mengembangkan para
karyawan hanya atas dasar kualifikasi dan kemampuan yang dibutuhkan bagi
pekerjaan yang
harus dilakukan. Unilever memiliki komitmen untuk menyediakan kondisi
kerja yang aman dan
sehat. Unilever tidak akan menggunakan sarana kerja apapun yang bersifat
paksa atau 55
mempekerjakan anak. Unilever memiliki komitmen untuk bekerja dengan
karyawan demi
mengembangkan dan memperkuat keterampilan dan kemampuan setiap
individu.
• Konsumen
Unilever memiliki komitmen untuk menyediakan produk bermerek dan
pelayanan yang secara
konsisten menawarkan nilai dari segi harga dan kualitas, yang aman bagi
tujuan
pemakaiannya. Produk-produk dan pelayanan-pelayanan akan diberi label,
diiklankan dan
dikomunikasikan secara tepat dan semestinya.
• Pemegang saham
Unilever melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan prinsip tata kelola
korporasi yang
baik setaraf internasional. Unilever menyediakan informasi atas kegiatannya,
struktur dan
situasi finansial serta kinerja kepada pemegang saham pada waktunya secara
teratur dan
dapat diandalkan.
• Mitra usaha
Unilever memiliki komitmen untuk menjalin hubungan yang saling
bermanfaat dengan para
pemasok, pelanggan dan mitra usaha. Dalam jalinan bisnis Unilever
mengharapkan mitranya
untuk mematuhi prinsip bisnis yang selaras dengan prinsip Unilever.
• Keterlibatan pada masyarakat
Unilever berupaya menjadi warga negara korporasi yang dapat diandalkan,
dan sebagai bagian
integral dari masyarakat, memenuhi kewajiban terhadap masyarakat dan
komunitas setempat.
• Kegiatan umum
Perseroan Unilever diharapkan untuk membela dan menggerakkan
kepentingan bisnisnya yang
sah. Unilever akan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan organisasi
lainnya, baik
secara langsung maupun asosiasi-asosiasi dalam rangka mengembangkan
usulan legislasi dan
peraturan lainnya yang mungkin mempengaruhi kepentingan bisnis.
• Lingkungan
Unilever memiliki komitmen untuk terus-menerus mengadakan perbaikan
dalam pengelolaan
dampak lingkungan dan mendukung sasaran jangka panjang untuk
mengembangkan suatu 56
bisnis yang berdaya tahan. Unilever akan bekerja melalui kemitraan dengan
pihak lain untuk
menggalakkan kepedulian lingkungan, meningkatkan pemahaman akan
masalah lingkungan
dan menyebarluaskan budaya karya yang lain.
• Inovasi
Dengan upaya melaksanakan inovasi ilmiah demi memenuhi kebutuhan
konsumen, Unilever
akan senantiasa merujuk pada keinginan konsumen dan masyarakat. Unilever
bekerja atas
dasar ilmu yang tepat dan menerapkan standar keamanaan produk secara ketat.
• Persaingan
Unilever percaya akan persaingan yang ketat namun sehat dan Pengembangan
PerundangUndangan tentang persaingan yang sesuai. Perseroan Unilever beserta
karyawannya akan
melakukan kegiatannya sesuai dengan prinsip persaingan sehat dan semua
peraturan yang
berlaku.
• Integritas bisnis
Unilever tidak menerima ataupun memberi, entah secara langsung atau tidak
langsung, suapan
atau keuntungan lainnya yang tidak pantas demi keuntungan bisnis atau
finansial. Tidak satu
pun karyawan yang boleh menawarkan, memberi, ataupun menerima hadiah
atau pembayaran
yang merupakan, atau dapat diartikan yang merupakan sarana suap. Tidak ada
transaksi dana
atau aset yang disembunyikan atau tidak dicatat. Semuanya akan dicatat dan
dibuktikan.
• Benturan kepentingan
Semua karyawan Unilever diharapkan menghindarkan diri dari kepentingan
pribadi dan
kepentingan finansial yang dapat bertentangan dengan prinsip pribadi mereka
terhadap
Perseroan. Para karyawan Unilever tidak dibenarkan mencari keuntungan
bagi dirinya sendiri
atau bagi orang lain melalui penyalahgunaan kedudukan mereka.
• Kepatuhan-kepatuhan pelaporan
Kepatuhan terhadap prinsip-prinsip ini merupakan unsur utama dalam meraih
keberhasilan
bisnis. Direksi Unilever bertanggung jawab agar prinsip ini dikomunikasikan,
dipahami dan
dipatuhi oleh seluruh karyawan. 57
3.1.4 Kerjasama
• Pada tanggal 22 November 2000 Perseroan mengadakan perjanjian
kerjasama dengan PT.
anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan sebuah perusahaan baru dengan
nama PT.
Anugrah lever (“PT AL”) yang bergerak dalam bidang produksi,
pengembangan,
pemasaran dan penjualan kecap , sambal, dan saus lainnya dengan merek
Bango, Parkiet
dan Sakura serta merek lainnya di bawah lisensi Perseroan kepada PT AL.
• Pada tanggal 3 Juli 2002 Perseroan mengadakan perjanjian kerjasama
dengan Texchem
resources Berhad, untuk mendirikan sebuah perusahaan baru dengan nama PT.
Technopia
Lever yang bergerak dalam bidang distribusi, ekspor dan impor barang
dagangan dengan
merek Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003, Texchem
resources Berhad
mengadakan perjanjian jual-beli saham dengan Technopia singapore. Pte.
Ltd., di mana
Texchem resources Berhad setuju untuk menjual penyertaannya di PT.
Technopia Lever
kepada Technopia Singapore. Pte. Ltd.
3.1.5 Prestasi dan Penghargaan
• Finance Asia Award
Best Managed Companies 2004, Best Corporate Governance and Most
Commited to strong
dividend policy dari majalah Finance Asia
• Finance Asia Award
Mr. Desmond G. Dempsey sebagai Best CFO di Indonesia
• IBBA Award
10 penghargaan (Sunlight, Molto, Rinso, Royco, Pond’s, Citra, Pepsodent,
Lux, Lifebuoy soap
dan Sunsilk) dari majalah SWA & MARS Research agency
• Investor Award
Top Listed Company 2004 di sektor produk rumah tangga dari majalah
Investor
• The Asset Award 58
Best Corporate Governance Award 2004 dari The Asset Magazine
• Penghargaan wajib Pajak Patuh
Unilever dinyatakan sebagai salah satu wajib pajak patuh dari Direktorat
Jenderal Pajak
• Investor Award
Top Performing Listed Company 2004 dari majalah Investor
3.2 Penjelasan Mengenai produk
Sunsilk merupakan produk sampo kecantikan yang ditujukan khusus untuk
wanita
Indonesia dengan usia antara 15-35 tahun yang terdiri dari beberapa varian
untuk merespon
kebutuhan yang berbeda-beda. Sunsilk mulai diproduksi di Indonesia pada
tahun 1950 dan
Sunsilk Conditioner mulai diproduksi pada tahun 1970.
Sunsilk Hair Nourisher diluncurkan dengan maksud agar setelah berkeramas,
kutikula
rambut yang terbuka akibat pemakaian sampo dapat tertutup kembali sehingga
manfaat dari
sampo tetap terjaga.
Varian dari Sunsilk Hair Nourisher :
• Sunsilk Full and Bouncy Hair Nourisher, diformulasikan dengan jojoba
essence, untuk
membuat rambut lepek menjadi berkembang dan lebih bervolume
• Sunsilk Healthy and Strong Hair Nourisher, diformulasikan khusus dengan
ekstrak
ginseng untuk menjadikan rambut rapuh tetap kuat
• Sunsilk Soft and Smooth Hair Nourisher, diformulasikan khusus dengan
Rice Extract
untuk membuat rambut kering dan rusak terasa lembut dan halus 59
3.3 Kondisi Bisnis Perusahaan
Kondisi bisnis perusahaan dapat dilihat dari kondisi persaingan PT. Unilever
Indonesia
Tbk. dalam industri. Kondisi ini dapat digambarkan dengan analisis Porter
yang menjelaskan
lima elemen kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam menghadapi persaingan
yang ada.
PT. Unilever Indonesia Tbk. merupakan perusahaan Perseroan. Bila dilihat ke
dalam
jenis pasarnya PT. Unilever Indonesia Tbk. termasuk dalam jenis pasar
persaingan
monopolistis yang dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat
banyak produsen
menghasilkan barang yang berbeda corak.
Gambar 3.1
Aplikasi Teori Analisa Five Competive Force Porter pada PT. Unilever
Indonesia Tbk.
Sumber : PT. Unilever Indonesia Tbk.
Ancaman Pendatang baru
PT. P & G
Daya Tawar Pembeli
Individu
Ancaman Produk Subtitusi
1. Shampoo + Conditioner
2. Vitamin rambut
Daya Tawar Pemasok
-
Industri
PT. Unilever Idonesia Tbk
Pesaing
1. PT. P & G
2. PT. Wings 60
Menurut Rangkuti (2002, P12 – 15), terdapat lima kekuatan kompetitif Porter
yang akan
menentukan keunggulan bersaing dalam industri, yaitu:
1. Ancaman pendatang baru
Bisnis ini tidak akan banyak mengalami kesukaran bagi para pendatang baru,
pendatang
baru pada dasarnya harus berusaha memproduksi barang yang lebih menarik
dari yang
sudah ada di pasar, dan harus dapat meyakinkan konsumen akan kebaikan
mutu barang
tersebut. Hal ini dikarenakan produk-produk yang diproduksi oleh PT.
Unilever sudah
menjadi brand/image yang mempunyai pelanggan setia dan pangsa pasar
yang besar.
Tetapi, ancaman pendatang baru bagi PT. Unilever sangat tinggi, Seperti PT.
P&G yang
mengeluarkan Rejoice Long yaitu conditioner untuk rambut lurus panjang
dan mempercepat
pertumbuhan rambut.
2. Ancaman produk pengganti (Threat of substitor product or service)
Produk pengganti conditioner Sunsilk adalah Shampoo+Conditioner dari
PT. LION WINGS.
Namun produk pengganti, seperti Shampoo+conditioner yang pemakaiannya
lebih praktis
cenderung relatif mahal. Produk pengganti berikutnya yaitu vitamin rambut
dari PT.
Kinocare Era Kosmetindo untuk menghaluskan dan melindungi rambut akibat
sinar UV.
Produk conditioner dari PT. Unilever memiliki kedua fungsi dari produk
tersebut, conditioner
Sunsilk selain pemakaiannya menghemat waktu, menghaluskan rambut, juga
melindungi
rambut dari akibat buruk sinar UV. Kelebihan yang ditawarkan Unilever
didukung dengan
harga yang murah membuat produk ini tetap laku di pasaran. Karena itu,
Unilever selalu
menyediakan produk di pasar sehingga konsumen tidak sulit mencari
produknya dan beralih
membeli produk pengganti.
3. Kekuatan tawar-menawar pemasok (Bargaining power of suppliers)
Dalam hal pemasok PT. Unilever tidak mengalami masalah, karena semua
kebutuhan untuk
proses produksi dipasok dari grup atau unit bisnis milik PT. Unilever
Indonesia sendiri. 61
4. Kekuatan tawar-menawar pembeli (Bargaining power of buyers/customers)
Kekuatan daya tawar pembeli bersifat lemah, karena banyaknya produk yang
tersedia di
pasaran, harga bukanlah penentu konsumen akan membeli produk tetapi dari
sifat barang
yang dihasilkannya. Untuk itu perusahaan harus memperbaiki mutu dan
desain barang,
melakukan iklan yang terus-menerus, memberikan syarat penjualan yang
menarik.
Perbedaan ini menyebabkan konsumen bersifat memilih, sehingga apabila
konsumen sudah
percaya dengan satu produk, maka walaupun harga dinaikkan konsumen akan
tetap membeli
produk tersebut.
5. Persaingan sesama industri (Rivalry among exiting competitors)
Perusahaan menghadapi persaingan yang cukup ketat dari pesaing utamanya
yaitu PT.
Procter & Gambler (PT. P&G) yang juga memproduksi produk yang sama
yaitu produk Hair
Care. P&G merupakan pesaing yang cukup kuat, karena produk-produk P&G
sudah dikenal
oleh masyarakat dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Seperti produk
Pantene dan
Rejoice. Setelah P&G pesaing berikutnya yaitu PT. WINGS yang juga
memproduksi produk
Hair Care seperti Zink shampoo+Conditioner. Persaingan yang cukup ketat
ini dikarenakan,
banyaknya perusahaan yang bergerak dalam industri yang sama dan
memproduksi produk
yang sama. PT. Uniliver dapat dijadikan kekuatan untuk bersaing, dengan
meminimalisasikan waktu penggunaan produk, yang hanya membutuhkan
waktu semenit (60
detik) dan hasilnya pun jauh lebih baik dari hasil yang diberikan oleh
shampoo+conditioner.
Dalam menghadapi persaingan yang cukup ketat Unilever melakukan
program pemasaran
berupa promosi yang gencar dan besar-besaran untuk mempertahankan
posisinya di
pasaran. 62
3.4 Struktur Organisasi dan Uraian Pekerjaan
3.4.1 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk.
Gambar 3.2
Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk.
Sumber : Laporan Tahunan 2004 PT. Unilever Indonesia Tbk.
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris
Presiden Direktur
Komisaris independen
Direksi
Komisaris Komisaris Komisaris
Direktur
Chief
Financial
Officer
Direktur
Foods
Direktur
Personal
Care
Direktur
Customer
Care
Direktur
Ice
Cream
Direktur
Human
Resources
Direktur
Supply
Chain
Direktur
Corporate
Relations
Direktur
Home
Care
Komite Komite
Group
Audit
Financial
Controller
Commercial Manager Divisi
Corporate Relation Manager
Communication Manager
General Manager
Yayasan ULI PEDULI
Legal Services Manager
General Affairs
CorporateSecretary
Akuntan Publik 63
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Louis Willem Gunning
Komisaris Independen : Robby Djohan
(Ketua Komite)
Anggota Komite : Tjan Hong Tjhiang
Anggota Komite : Benny Redjo Setyono
Komisaris : Theodore Permadi rachmat
Komisaris : Kuntoro Mangkusubroto
Komisaris : Cyrillus Harinowo
Direksi
Presiden Direktur : Maurits Lalisang
Direktur Vice Chairman/ : Desmond G. Dempsey
Chief Financial Officer
Direktur Development : Muhammad Saleh
dan Corporate Relations
Direktur Supply Chain : Mohammad Effendi
Direktur Human Resources : Josef Bataona
Direktur Ice Cream : Surya Dharma Mandala
Direktur Customer Care : Andreas Rompis
Direktur Personal Care : Deborah Herawati Sadrach
Direktur Foods : Rostinawati Leli
Direktur Home Care : May Kwah 64
3.4.2 Uraian Pekerjaan
• Dewan Komisaris
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas pengurusan Direksi dalam
menjalankan
perseroan, sebagaimana ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan dari waktu
ke waktu, dan memberi nasehat kepada Direksi serta melaksanakan hal-hal
lain, seperti
ditentukan dalam Anggaran Dasar Perseroan.
• Direksi
Tugas pokok Direksi adalah memimpin dan mengelola Perseroan sesuai
dengan tujuan-tujuan
Perseroan, yaitu: Menguasai, Memelihara dan Mengurus kekayaan Perseroan
untuk kepentingan
Perseroan. Chief Financial Officer bertanggung jawab untuk hubungan dengan
investor, dengan
keterlibatan seluruh anggota Direksi.
• Komite Audit
Peranan Komite Audit adalah membantu Dewan Komisaris memenuhi
tanggung jawab
pengawasan berkaitan dengan integritas Laporan Keuangan Perseroan,
pengendalian internal,
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, kinerja serta keterampilan dan
independensi akuntan
publik dan kinerja fungsi audit internal.
Aktivitas utama Komite Audit di tahun 2004, yaitu:
∗ Mengkaji ulang laporan keuangan kuartalan dan tahunan.
∗ Mengkaji ulang kebijakan dan administrasi akuntansi untuk menjamin
kesesuaian
dengan hukum, peraturan dan standar yang berlaku
∗ Mengkaji ulang kepatuhan terhadap regulasi, prinsip bisnis, pengendalian
resiko
korporasi dan tata kelola korporasi yang baik
∗ Mengkaji ulang laporan audit internal dan tindak lanjut berikutnya, lingkup
dan program
audit serta anggaran dan sumber daya yang dibutuhkan
∗ Diskusi secara independen dengan akuntan publik
∗ Melaporkan masalah-masalah penting kepada dewan komisaris 65
• Pengendalian Risiko Perseroan
Tim pengendalian resko perseroan diketuai oleh Chief Financial Officer,
dengan anggotanya yang
terdiri dari Group Audit Manager, Financial Controller, Commercial Manager
Divisi dan Corporate
secretary. Tujuannya adalah untuk membantu direksi dalam melaksanakan
kewajibannya
memastikan sistem pengendalian internal yang efektif.
• External Affairs dan Corporate Relations
Dipimpin oleh Direktur Corporate Relations, dengan anggota yang terdiri dari
Corporate
Relations Manager, Communication Manager, General Manajer yayasan ULI
PEDULI,
Corporate Secretary, Legal service Manager dan General Affairs. Bertugas
untuk membantu
Direksi sehubungan dengan hal-hal eksternal yang berdampak pada bisnis dan
memberi
masukan kepada Direksi tentang tanggung jawab sosial Perseroan dan
mengkaji ulang
strategi Corporate Relations Perseroan.