Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

21
1 LIABILITAS DAN EKUITAS disusun oleh: Afina Fisabilia (12/MPA-XXVIC/01) Ajeng Santi Ratnatiwi (12/MPA-XXVIC/03) Bimo Muhammad (12/MPA-XXVIC/12) Donny Iskandarsyah (12/MPA-XXVIC/18) Dwi Putra R.A (12/MPA-XXVIC/19) Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2013

Transcript of Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

Page 1: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

1

LIABILITAS DAN EKUITAS

disusun oleh:

Afina Fisabilia (12/MPA-XXVIC/01)

Ajeng Santi Ratnatiwi (12/MPA-XXVIC/03)

Bimo Muhammad (12/MPA-XXVIC/12)

Donny Iskandarsyah (12/MPA-XXVIC/18)

Dwi Putra R.A (12/MPA-XXVIC/19)

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Gadjah Mada

Yogyakarta

2013

Page 2: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

2

1. LIABILITAS

1.1 Pengertian

Menurut FASB kewajiban diartikan sebagai pengorbanan manfaat ekonomik

masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan

usaha untuk menstransfer aset atau menyediakan/menyerahkan jasa kepada

kesatuan lain yang datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Selain

itu, KDPPLK paragraf 49 ayat b menyatakan liabilitas merupakan utang

perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaiannya

diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang

mengandung manfaat ekonomi.

Kewajiban memiliki tiga kharakteristik utama yang terdiri atas pengorbanan

manfaat ekonomik masa datang, keharusan sekarang untuk menstransfer aset, dan

timbul sebagai akibat transaksi masa lalu.

1. Menjadi pengorbanan sumber ekonomik yang cukup pasti di masa depan

(probable future sacrifices of economic benefits).

2. Menjadi kewajiban saat ini atau perioda ini (present obligation) untuk

menyerahkan kas, barang, atau jasa di masa datang.

3. Terjadi karena transaksi masa lalu.

1.2 Penggolongan Liabilitas

1.2.1 Kewajiban Lancar (current liabilities)

Kewajiban yang likuiditasnya diperkirakan secara layak memerlukan

penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva lancar

atau penciptan kewajiban lancar lainnya. Terdapat banyak jenis kewajiban lancar

yang berbeda, antara lain; hutang usaha, wesel bayar, jatuh tempo berjalan hutang

jangka panjang, kewajiban jangka pendej yang diharapkan akan didanai kembali,

Page 3: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

3

hutang dividen, deposito yang dapat dikembalikan, pendapatan diterima dimuka,

hutang pajak, kewajiban yang berhubungan dengan karyawan. Menurut PSAK

No.1 paragraf 67 suatu liabilitas diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek

jika:

a) Entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam

silklus operasi normal;

b) Entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;

c) Liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jk waktu 12 bln

setelah periode pelaporan; atau

d) Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian

liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bln setelah periode pelaporan.

Entitas mengklasifikan liabilitas yang tidak termasuk katagori tersebut sebagai

liabilitas jangka panjang.

1.2.2. Kewajiban Jangka Panjang (long-term liabilities)

Kewajiban jangka panjang terdiri dari pengorbanan manfaat ekonomi yang

sangat mungkin dimasa depan akibat kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan

dalam satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Jenis-jenis hutang jangka

panjang antara lain; Hutang obligasi, wesel bayar jangka panjang, hutang hipotik,

kewajiban pensiun.

1.3 Pengakuan dan Pengukuran Liabilitas

Pengakuan Liabilitas berdasarkan KDPPLK paragraf 91 yaitu liabilitas diakui

dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya yang

mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban

saat ini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal . dalam

praktik, kewajiban menurut kontrak yang belum dilaksanakan oleh kedua belah

pihak (misalnya, liabilitas atas persediaan yang belum diterima) pada umunya

tidak diakui sebagai liabilitas dalam laporan keuangan. Namun demikian,

Page 4: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

4

kewajiban semacam itu dapat memenuhi definisi liabilitas dan , kalau dalam

keadaan tertentu criteria pengakuan terpenuhi, maka kewajiban tersebut dapat

dianggap memenuhi syarat pengakuan. Dalam kasus ini, pengakuan liabilitas

mengakibatkan pengakuan aset atau beban yang bersangkutan.

Kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang

sebelumnya terjadi. Kewajiban dapat diakui atas dasar kriteria pengakuan yaitu

definisi, keterukuran, keterandalan, dan keberpautan. Kam (hlm 119-120)

mengajukan empat kaidah pengakuan untuk menandai pengakuan kewajiban yaitu

ketersediaan dasar hukum, keterterapan konsep dasar konservatisme, ketertentuan

substansi ekonomik transaksi, dan keterukuran nilai kewajiban. Keempat kaidah

tersebut dapat memberikan petunjuk tentang adanya bukti teknis untuk mengakui

kewajiban.

Pengukuran Liabilitas berdasarkan KDPPLK paragraf 100

a. Biaya historis : liabilitas dicatat sebesar jumlah yang diterima

sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu

(misalnya, pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)

yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam

pelaksanaan usaha yang normal.

b. Biaya kini : liabilitas dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara

kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted) yang mungkin akan

diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini.

c. Nilai realisasi / penyelesaian (realizable/settlement value).

Liabilitas dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu, jumlah kas

(atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan

dibayarkan untuk memenuhi liabilitas dalam pelaksanaan usaha

normal.

Dasar pengukuran kewajiban yang paling objektif adalah kos tunai atau

kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan cerminan dari aset, maka

Page 5: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

5

pengukurannya juga mengikuti pengukuran aset. Nilai nominal atau jatuh tempo

obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada saat penerbitan

obligasi baik bagi penerbit maupun bagi kreditor. Dasar pengukuran demikian

tidak tepat. Utang obligasi diukur dan diakui atas dasar jumlah rupiah yang

diterima dalam penerbitan obligasi, sedangkan diskon dan premium obligasi

merupakan jumlah rupiah penyesuaian bunga nominal untuk mendapatkan bunga

efektif. Kewajiban dapat bersifat moneter dan nonmeneter. Kewajiban moneter

adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa

kas dengan jumlah rupiah dan saat saat yang pasti. Kewajiban moneter ini dikukur

atas dasar nilai diskonan pembayaran kas masa datang (jangka panjang) dan atas

dasar nilai nominal (jangka pendek). Kewajiban nonmeneter adalah keharusan

untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti

yang biasanya timbul karena penerimaan pembayaran dimuka untuk barang dan

jasa tersebut. kewajiban nonmeneter diukur atas dasar pembayaran tersebut yang

menunjukkan harga yang disepakati untuk barang dan jasa.

1.4 Penyajian dan Pengungkapan Liabilitas

Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan

kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar

disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan

jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada

kewajiban jangka panjang . hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca

untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa

semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek

diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah

a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus

normal operasi perusahaan, atau

b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari

tanggal neraca.

Penyajian akun kewajiban lancar biasanya disajikan sbagai klasifikasi

pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca.

Page 6: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

6

Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut

jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya.

Penyajian akun kewajiban jangka panjang perusahaan yang mempunyai

banyak terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya

melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta

skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi

dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan

yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai

jaminan.

1.5 Provisi

Provisi adalah liabilitas yang waktu dan jumlahnya belum pasti (PSAK No.57

paragraf 10). Provisi dapat dibedakan dari liabilitas lain, seperti utang dagang dan

akrual, karena pada provisi terdapat ketidakpastian waktu atau jumlah yang harus

dikeluarkan pada masa datang untuk menyelesaikan provisi tersebut (PSAK

No.57 paragraf 11 dan Kieso 2011 hal. 677).

1.5.1 Pengakuan Provisi

Provisi diakui jika (PSAK No. 57 paragraf 14):

entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat

konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu;

kemungkinan besar (probable) penyelesaian kewajiban tersebut

mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat

ekonomi; dan

estimasi yang andal mengenai jumlah kewajiban tersebut dapat dibuat.

Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka provisi tidak diakui.

1.5.2 Pengungkapan Provisi

Dalam PSAK 57 Paragraf 84, untuk setiap jenis provisi, entitas mengungkapkan :

Page 7: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

7

nilai tercatat pada awal dan akhir periode;

provisi tambahan yang dibuat dalam periode bersangkutan, termasuk

peningkatan jumlah pada provisi yang ada;

jumlah yang digunakan yaitu jumlah yang terjadi dan dibebankan pada

provisi selama periode bersangkutan;

jumlah yang belum digunakan yang dibatalkan selama periode

bersangkutan; dan

peningkatan, selama periode yang bersangkutan, dalam nilai kini yang

timbul karena berlalunya waktu dan dampak dari setiap perubahan

tingkat diskonto.

Contoh 1:

Perusahaan X memberikan garansi kepada pelanggannya dalam penjualan

barang elektronik. Garansi yang diberikan berlaku tiga tahun dari barang yang

dijual. Berdasarkan pengalaman masa lalu, ada kemungkinan klaim dari

pelanggan yang ebeli barang-barang elektronik tersebut.

Q: Apakah Perusahaan X seharusnya mengakui biaya garansi pada laporan posisi

keuangannya?

A: 1. Garansi ini merupakan kewajiban masakini sebagai akibat peristiwa masa

lalu. Peristiwa masa lalu tersebut adalah penjualan barang-barang elektronik

dengan garansi yang disertakan.

2. Garansi mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung manfaat

ekonomi, sehingga adanya kemungkinan besar (probable) kalim dari para

pelanggan terhadap garansi yang telah didapatkan dari pembelian barang-baran

elektronik tersebut.

Maka, Perusahaan X harus mengakui provisi tersebut.

Contoh 2: Seorang karyawan menuntut sebuah perusahaan tempat ia bekerja

karena kecelakaan yang menimpanya saat jam kerja sehingga menimbulkan

Page 8: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

8

sebuah luka yang cukup serius akibat fasilitas perusahaan tersebut. Pengacara

perusahaan tersebut yakin bahwa perusahaan tersebut akan menang dalam

penuntutan tersebut. Setelah melakukan investigasi tersebut, pengacara yakin,

kemenangan yang akan perusahaan dapatkan diatas 50 persen.

Q: Apakah seharusnya perusahaan tersebut mengakui provisi tersebut pada akhir

periode?

A: Meskipun kecelakaan tersebut dari peristiwa masa lalu, namun perusahaan

tersebut tidak harus membayar kerugian kepada karyawannya karena pengacara

telah melakukan penyelidikan dan kecil kemungkinan untuk kalah.

Maka, Perusahan tidak perlu mengakui provisi tersebut, kecuali jika

pegacaranya menyatakan bahwa kemungkinan besar perusahaan akan kalah

dalam tuntutan tersebut, maka perusahaan harus mengakui provisi tersebut

pada akhir periode.

1.5.3 Pengukuran Provisi

IFRS menjelaskan bahwa jumlah yang seharusnya diakui adalah dari

estimasi terbaik dari sebuah pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan

kewajiban masa kini. Estimasi terbaik harus sesuai dengan jumlah besaran yang

akan entitas bayarkan untuk menyelesaikan kewajbannya pada laporan posisi

keuangan (Kieso, 2011, hal 680). PSAK No. 57 paragraf 37 juga menyatakan

bahwa estimasi terbaik pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan

kewajiban kini adalah jumlah yang rasional akan dibayar entitas untuk

menyelesaikan kewajibannya pada akhir periode pelaporan atau untuk

mengalihkan kewajibannya kepada pihak ketiga pada saat itu.

Dalam menentukan sebuah estimasi terbaik, manajemen entitas harus

menggunakan sebuah judgement berdasarkan pengalaman masa lalu atau jenis

perusahaan yang sejenis, berdiskusi dengan para ahli dan sebagainya (Kieso,

2011, hal. 680).

Page 9: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

9

Namun, jika estimasi yang andal tidak dapat dibuat, maka libilitas yang

ada tidak dapat diakui. Oleh karena itu, liabilitas tersebut diungkapkan sebagai

liabilitas kontinjensi (PSAK No.57 paragraf 26).

1.6 Liabilitas Kontinjensi

1.6.1 Pengertian Liabilitas Kontinjensi

Liabilitas kontinjensi adalah (PSAK No. 57 paragraf 10)

1. Kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa lalu, dan keberadaannya

menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya suatu peristiwa atau

lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali

entitas; atau

2. Kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi

tidak diakui karena:

a. Tidak terdapat kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya

yang mengandung manfaat ekonomi untuk menyelesaikan

kewajibannya; atau

b. Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

1.6.2 Pengakuan Liabilitas Kontinjensi

Menurut PSAK 57 paragraf 28, entitas tidak diperkenankan mengakui

liabilitas kontinjensi karena (Kieso, 2011, hal 691):

1. Sebuah kewajban yang mungkin (possible [belum dipastikan sebagai

kewajiban masa kini]);

2. Sebuah kewajiban maa kini yang kemungkinan besar tidak dapat

dilakukan pembayaran (peyelesaiannya); atau

3. Sebuah kewajiban masa kini yang tidak dapat diukur estimasinya secara

andal.

Page 10: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

10

Outcome Probability* Accounting Treatment

Vitually certain At least 90% Report as liability

(provision).

Probable (more likely than

not)

51-89% probable Report as liability

(provision).

Possible but not probable 5-50% Disclosure required.

Remote Less than 5% No disclosure required.

*In practice, the percentage for virtually certain and remote may deviate from those presented here

(Kieso, 2011 hal 691)

1.6.3 Pengukuran Liabilitas Kontinjensi

Karena kemungkinan arus keluar dalam sebuah penyelesaian kecil, maka

entitas harus mengungkapkan liabilitas kontinjensi pada akhir periode pelaporan,

menyediakan deskripsi yang singkat darimana asal liabilitas kontinjensi itu berasal

dan di mana secara praktis (Kieso, 2011, hal. 691):

1. Estimasi dari dampak keuangannya;

2. Sebuah indikasi dari ketidkpastian yang berhubungan dengan jumlah atau

waktu arus keluar; dan

3. Kemungkinan dari penggantian tersebut.

Hubungan atara Provisi dan Liabilitas Kontinjensi

Secara umum, provisi juga bersifat kontinjensi karena tidak pasti dalam

jumlah dan waktu (PSAK No. 57 paragraf 12). Perbedaan mendasar dari kedua

liabilitas tersebut adalah (PSAK No. 57 paragraf 13):

1. Provisi yang diakui sebagai liabilitas (dengan asumsi dapat dibuat estimasi

andal) karena merupakan kewajiban masa kini dan kemungkinan besar

(probable) mengakibatkan arus keluar sumber daya yang mengandung

manfaat ekonomi;

2. Sedangkan liabilitas kontinjensi yang tidak diakui sebagai liabilitas karena

liabilitas kontinjensi tersebut merupaka salah satu dari berikut ini:

Page 11: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

11

a. Kewajiban potensial karena belum pasti apakah entitas memiliki

kewajiban kini yang akan menimbulkan arus keluar sumber daya yang

mengandung manfaat ekonomi; atau

b. Kewajiban kini yang tidak memiliki criteria pengakuan secara

probable karena estimasi yang memadai dan andal tidak dapat dibuat.

Provisi dan Liabilitas Kontinjensi

Jika, sebagai akibat dari kejadian masa lampau, timbul kemungkinan entitas

akan mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dalam

rangka menyelesaikan: (a) kewajiban masa kini atau (b) kemungkinan

kewajiban yang keberadaannya akan menjadi pasti hanya dengan terjadinya

atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang belum pasti di masa

depan, yang (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada dalam kemdali entitas.

Terdapat kewajiban

kini yang kemungkinan

besar akan

mengakibatkan entitas

mengeluarkan sumber

daya.

Terdapat kemungkinan

kewajiban atau

kewajiban kini yang

kemungkinan, tetapi

tampaknya tidak, akan

mengakibatkan entitas

mengeluarkan sumber

daya.

Terdapat kemungkinan

kewajiban atau

kewjiban kini sangat

kecil kemungkinannya

entitas mengeluarkan

sumber daya.

Provisi diakui oleh

entitas (paragraf 14).

Provisi tidak diakui

(paragraf 27).

Provisi tidak diakui

(paragraf 27).

Dilakukan pengungkapan

mengenai provisi tersebut

(paragraf 84 dan 85).

Dilakukan pengungkapan

mengenai liabilitas

kontinjensi tersebut

(paragraf 86).

Tidak diperlukan

pegungkapan (paragraf

86).

Sumber: PSAK No.57 Lampiran A

Page 12: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

12

1.7 Aset Kontinjensi

1.7.1 Pengertian Aset Kontinjensi

Aset kontinjensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu

dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau

lebih peristiwa di masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam entitas kendali

entitas (PSAK No. 57 paragraf 10).

Kieso (2011, hal 692) menyebutkan beberapa tipikal dari aset kontinjensi:

1. Kemungkinan penerimaan dana dari hibah, donasi, bonus, hadiah;

2. Kemungkinan merestitusi selisih lebih pembayaran pajak kepada

pemerintah;

3. Penundaan kasus di pengadilan yang kemungkinan besar

menguntungkan.

1.7.2 Pengakuan Aset Kontinjensi

Menurut PSAK 57 paragraf 31, entitas tidak diperkenankan mengakui aset

kontinjensi. Hal ini disebabkan karena dapat menimbulkan pengakua peghasilan

yang mungkin tidak pernah terealisasikan, namun jika realisasi penghasilan sudah

dapat dipastikan, maka aset tersebut bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan

diakui sebagai aset.

Outcome Probability* Accounting Treatment

Vitually certain At least 90% probable Report as aset (no longer contingent).

Probable (more likely than not) 51-89% probable Disclose.

Possible but not probable 5-50% No disclosure required.

Remote Less than 5% No disclosure required.

*In practice, the percentage for virtually certain and remote may deviate from those presented here

(Kieso, 2011, hal. 692)

Page 13: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

13

Perlu diperhatikan bahwa pengungkapan aset kontinjensi tidak boleh

memberikan indikasi yang menyesatkan mengenai kemungkinan timbulnya

penghasilan (PSAK No. 57 paragraf 90).

Aset Kontinjensi

Jika, sebagai akibat dari kejadian masa lampau, terdapat kemungkinan

timbul aset yang keberadaannya akan menjadi pasti hanya dengan

terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa yang belum pasti

di masa depan, yang (peristiwa itu) tidak sepenuhnya berada dalam kendali

entitas.

Arus masuk manfaat

ekonomi bagi entitas

(pada dasarnya) dapat

dipastikan.

Kemungkinan besar

akan terjadi arus masuk

manfaat ekonomi, tetapi

tidak bisa dipastikan.

Tidak terdapat

kemungkinan besar

akan terjadi arus masuk

manfaat ekonomi.

Aset tersebut bukan

merupakan aset

kontinjensi (paragraf 33).

Tidak ada aset yang

diakui (paragraf 31).

Tidak ada aset yang

diakui (paragraf 31).

Dilakukan pengungkapan

(paragraf 89).

Tidak diperlukan

pegungkapan (paragraf

89).

Sumber: PSAK No.57 Lampiran A

Page 14: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

14

2. EKUITAS

Empat bentuk utama organisasi bisnis yaitu :

Perorangan

Entitas Perorangan bukan suatu badan hukum, dan

modalnya tidak terbagi atas saham. Harta kekayaan

pribadi pemilik entitas terikat pada utang piutang usaha

perorangan.

Partnership atau persekutuan

Modal firma tidak terbagi atas saham dan para anggota

Firma bertanggung jawab renteng atas kewajiban Firma

sebagai suatu persekutuan perorangan.

Modal suatu persekutuan CV harus dipisahkan antara

Modal Pesero Aktif dan Modal Pesero Komanditer. Pesero

aktif adalah pesero yang bertindak aktif sebagai pengurus

CV. Pesero Komanditer adalah pesero tidak aktif sebagai

pengurus CV dan hanya bertanggung jawab sebatas modal

CV yang menjadi bagiannya.

Corporation atau perseroan

Perseroan Terbatas (PT), Modal Perseroan Terbatas terdiri

atas saham. Tanggungjawab persero terbatas pada jumlah

modal saham yang disetor jika PT telah disahkan Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.

Koperasi

Koperasi adalah badan hukum. Modal pokok koperasi

adalah simpanan pokok anggota, mirip saham atas nama,

tak dapat dipindah tangankan dan dapat diambil kembali

bila anggota keluar dari keanggotaan koperasi. Ekuitas

koperasi atau kekayaan bersih koperasi adalah simpanan

pokok, simpanan lain, pinjaman-pinjaman, penyisihan hasil

usaha termasuk cadangan.

Page 15: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

15

Dari empat bentuk organisasi bisnis diatas, corporation atau perseroan

merupakan bentuk organisasi yang mampu menarik dan mengumpulkan

modal dalam jumlah besar. Karakteristik khusus dari bentuk corporation

yang mempengaruhi akuntansi termasuk :

Pengaruh hukum perseroan atau hukum corporation

Siapapun yang ingin mendirikan perusahaan harus melengkapi

ketentuan-ketentuan ataupun aspek legalitas yang telah ditentukan

oleh pemerintah. Setiap pemerintahan memiliki undang-undang

perseroan yang berbeda. Akuntansi untuk permodalan perseroan

mengikuti ketentuan undang-undang yang ada.

Sistem saham

Modal perseroan umumnya terdiri atas sejumlah besar saham.

Jumlah saham yang dimiliki menentukan kepemilikan masing-

masing pemilik.

Berbagai kepentingan pemilik.

Salah satu sumber modal perseroan adalah saham, saham biasa dan

saham preferen. Saham biasa melambangkan kepemilikan

perusahaan. Pemilik saham biasa memiliki hak untuk

mengendalikan manajemen perusahaan. Sedangkan saham preferen

memiliki hak awal untuk mengklaim bagian keuntungan

perusahaan. Berbagai kepentingan ini hanya terdapat di perseroan

yang salah satu sumber modalnya adalah saham.

2.1 Pengertian Ekuitas

Bedasarkan KDPPLK paragraf 49 dijelaskan bahwa ekuitas adalah

hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas.

Page 16: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

16

2.2 Penggolongan Ekuitas

Ekuitas pemegang saham dipisahkan dalam dua komponen penting yaitu

modal setoran dan laba ditahan. Modal setoran dipecah menjadi modal

saham sebagai modal yuridis dan modal setoran tambahan, dan komponen

lain yang merefleksi transaksi pemilik (misalnya saham treasuri atau

modal sumbangan).

Modal perseroan dipisahkan antara modal setoran dan laba ditahan.Modal

setoran dapat digolongkan menjadi:

A. Modal Setoran

1. Share Capital

Saham biasa adalah saham yang pelunasannya dilakukan dalam

urutan yang paling akhir saat perusahaan dilikuidasi, sehingga

resikonya adalah yang paling besar.

2. Share Premium

Agio Saham merupakan selisih antara nilai nominal dengan nilai

pasar.

3. Accumulated Other Comprehensive Income

Seluruh perubahan modal selama periode tertentu kecuali yang

berasal dari investasi pemilik dan distribusi ke pemilik.

4. Treasury Shares

Treasury Shares adalah saham perusahaan yang dibeli kembali dari

peredaran untuk sementara waktu.

5. Non-Controlling Interest

Hak non pengendali merupakan pemegang saham minoritas,

kepimilikannya tidak signifikan.

B. Laba ditahan

Akumulasi perolehan laba ( rugi ) yang tidak dibagi sejak

perusahaan berdiri.

Page 17: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

17

2.3 Pengakuan dan Pengukuran Ekuitas

Berdasarkan KDPPLK paragraf 101, dasar pengukuran yang lazim

digunakan perusahaan dalam penyusunan laporan keuangan adalah biaya

historis.

2.4 Penyajian dan Pengungkapan Ekuitas

Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 77, disebutkan bahwa entitas

harus mengungkapkan hal-hal berikut dalam laporan posisi keuangan atau

laporan perubahan ekuitas, atau catatan atas laporan keuangan:

(a) untuk setiap jenis saham:

(i) jumlah saham modal dasar;

(ii) jumlah saham yang diterbitkan dan disetor penuh, dan yang

diterbitkan tetapi tidak disetor penuh;

(iii) nilai nominal saham, atau nilai dari saham yang tidak memiliki

nilai nominal;

(iv) rekonsiliasi jumlah saham beredar pada awal dan akhir periode;

(v) hak, keistimewaan, dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis

saham, termasuk pembatasan atas dividen dan pembayaran kembali

atas modal;

(vi) saham entitas yang dikuasai oleh entitas itu sendiri atau oleh entitas

anak atau entitas asosiasi; dan

(vii) saham yang dicadangkan untuk penerbitan dengan hak opsi dan

kontrak penjualan saham, termasuk jumlah dan persyaratan;

Page 18: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

18

(b) penjelasan mengenai sifat dan tujuan setiap pos cadangan dalam

ekuitas.

Berdasarkan PSAK No.1 paragraf 78 bagi entitas yang modalnya

tidak terbagi dalam saham, seperti persekutuan atau trust, mengungkapkan

informasi yang setara sesuai dengan paragraf 77 (a), yang memperlihatkan

perubahan selama suatu periode dari setiap jenis penyertaan, hak,

keistimewaan dan pembatasan yang melekat pada setiap jenis penyertaan.

Pada PSAK No.1 paragraf 104 mengenai laporan perubahan ekuitas

disebutkan bahwa entitas harus menyajikan laporan perubahan ekuitas

yang menunjukkan:

(a) total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang

menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan

kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-

pengendali;

(b) untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau

penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan

PSAK 25;

(c) untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat

pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan

masing-masing perubahan yang timbul dari:

(i) laba rugi;

(ii) masing-masing pos pendapatan komprehensif lain; dan

(iii) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai

pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi

dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan

hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak

menyebabkan hilang pengendalian.

Page 19: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

19

105. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam

catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai

distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per

saham.

106. Pada paragraf 104, komponen ekuitas termasuk, misalnya, masing-

masing jenis modal disetor, saldo akumulasi dari masing-masing

jenis pendapatan komprehensif lain dan saldo laba.

107. Perubahan ekuitas entitas di antara awal dan akhir periode pelaporan

mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode.

Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik

dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal,

akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya

transaksi yang secara langsung berkaitan dengan tranksaksi tersebut,

perubahan keseluruhan atas ekuitas selama periode yang

menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk

keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas

selama periode tersebut.

Page 20: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

20

REFERENCES

Kieso, Weygandt, and Terry D. Warfield, 2011. “Intermediete Accounting: IFRS

Edition”. United States: Jhon Willey.

PSAK 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan

PSAK 57 Tentang Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi

KDPP

Page 21: Liabilitas-ekuitas (Pak Sesi 4-Kel3)

21