d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

47
SESI 7 – 10: PEMERIKSAAN STATUS MENTAL Must-to-know keypoints: 1. Observasi Penampilan Kesadaran Perilaku psikomotor 2. Pembicaraan Atensi dan Konsentrasi Pembicaraan dan Proses Pikir Orientasi Memori Afek 3. Eksplorasi Suasana Perasaan (Mood) Tingkat energi Persepsi Isi pikir Gejala Somatik yang Tidak Dapat Dijelaskan Secara Medis Konversi Disosiasi Serangan-serangan paroksismal (“spells”) Fungsi eksekutif Tilikan (Insight) Daya Nilai (Judgment) 49

description

pemeriksaan fisik

Transcript of d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Page 1: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

SESI 7 – 10:PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Must-to-know keypoints:

1. Observasi

Penampilan

Kesadaran

Perilaku psikomotor

2. Pembicaraan

Atensi dan Konsentrasi

Pembicaraan dan Proses Pikir

Orientasi

Memori

Afek

3. Eksplorasi

Suasana Perasaan (Mood)

Tingkat energi

Persepsi

Isi pikir

Gejala Somatik yang Tidak Dapat Dijelaskan Secara Medis

Konversi

Disosiasi

Serangan-serangan paroksismal (“spells”)

Fungsi eksekutif

Tilikan (Insight)

Daya Nilai (Judgment)

Metode Pembelajaran:

Tugas Baca

Diskusi interaktif

Demonstrasi / Role-play

49

Page 2: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Persiapan Sesi dalam kelas:

Pasien/pemeran pasien

Alat Bantu Latih (bila memungkinkan dan tersedia fasilitasnya):

o Video contoh wawancara

Alat bantu latih di luar kelas:

Daftar tilik pemeriksaan status mental (terlampir)

Daftar tilik: Pemeriksaan Status Mental

Daftar tilik ini dibuat untuk membantu pemeriksa menilai seluruh status mental pasien

secara lengkap. Jika terdapat hal yang belum terisi dapat diberi tanda.

Pilih angka yang paling sesuai

1. Pasien yang kooperatif dalam dapat saya periksa melalui metode: (dapat dipilih sampai

4 poin)

1 = observasi

2 = percakapan (conversation)

3 = eksplorasi (exploration)

4 = testing _____ _____ _____ _____

OBSERVASI

Penampilan

2. Karakteristik dari penampilan pasien berikut ini merupakan bagian dari diagnosis:

(dapat dipilih sampai dengan 3 poin)

1. tidak ada

2. ras

3. perbedaan dari usia penampilan dibandingkan dengan usia sebenarnya

4. nutrisi

5. bentuk tubuh

6. higiene

7. cara berpakaian

8. kontak mata _____ _____ _____

50

Page 3: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Kesadaran

3. Tingkat kesadaran pasien :

1. waspada/compos mentis

2. apatis

3. somnolen

4. stupor

5. koma ______

Perilaku psikomotor

4. Fungsi berikut mendukung diagnosis (dapat dipilih sampai 3 poin):

1. tidak ada

2. postur

3. gerakan ekspresif

4. gerakan reaktif

5. perawatan diri

6. symbolic gesture

7. gerakan bertujuan _____ _____ ______

5. Gerakan abnormal berikut dapat diobservasi:

1. tidak ada

2. tremor

3. gerakan athetotic

4. gerakan choreatic

5. stupor katatonik

6. tics _____ ______ ______

PERCAKAPAN (CONVERSATION)Atensi dan konsentrasi

6. Selama wawancara pasien tampak :

1. perhatian

2. perhatian mudah teralih (distractable)

3. apatis ______

51

Page 4: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Pembicaraan

7. Pasien memiliki masalah bicara sebagai berikut : (dapat dipilih sampai lebih dari 3 poin)

1. tidak ada

2. artikulasi terganggu

3. dysprosody

4. nonfluency

5. pressure of speech

6. circumscriptions

7. paraphasic language

8. neologistic language

9. tata bahasa yang salah _____ _____ _____

Proses pikir

8. Pasien memiliki gangguan berpikir berikut ini (dapat dipilih sampai lebih dari 3 poin):

1. tidak ada

2. penggunaan kata-kata yang konkret

3. penggunaan kata-kata yang overinclusive

4. sirkumstansial

5. tangensial

6. perseverasi

7. palilalia

8. clang association

9. blocking dan derailment

10. flight of ideas

11. non sequitur

12. fragmentasi

13. rambling

14. driveling

15. word salad ______ _______ _______

Orientasi

9. Pasien memperlihatkan adanya disorientasi berikut (dapat dipilih seluruhnya, jika ada)

1. tidak ada

52

Page 5: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

2. terhadap orang

3. terhadap hari dan minggu

4. terhadap hari dan bulan

5. terhadap waktu dalam hari tersebut

6. terhadap bulan

7. terhadap tahun

8. terhadap musim

9. terhadap tempat _____ _____ _____

Memori selama percakapan (conversation) :

10. Pasien menunjukkan bukti berikut dalam memori jenis immediate recall. Jangka

pendek, jangka panjang, dan remote memory:

1. mengulang nama anda (atau benda yang disebutkan)

2. immediate recall mengeja nama anda (atau 4 huruf)

3. mengulang nama anda (atau 4 huruf) selama perjalanan wawancara

4. mengingat kejadian dalam 24 jam

5. mendiskusikan kejadian-kejadian yang sudah berlangsung lama

_____ _____ _____

Afek

11. Afek yang mendominasi pasien saat wawancara :

1. sedih

2. elasi

3. disgust

4. cemas

5. marah

6. bingung

7. merasa bersalah

8. curiga

9. senang ______

12. Afek mana dari 9 yang tertulis diatas yang tidak ditemukan pada pasien : (gunakan

pilihan di nomor 11) _____ _____ _____ _____ _____

53

Page 6: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

13. Afek pasien terutama tampak pada:

1. gestur

2. ekspresi wajah

3. postur

4. grooming

5. gerakan reaktif

6. gerakan bertujuan

7. nada bicara

8. irama bicara

9. pemilihan kata ______ _____ _____

14. Pasien mengatur afeknya, terutama melalui :

1. supresi

2. kontrol yang sesuai

3. acting out

4. palsu (faking)

5. tidak salah satu diatas ______

15. Bagaimana intensitas afek pasien menurut pemeriksa

1. tinggi

2. sedang

3. rendah ______

16. Rentang afek pasien menunjukkan

1. sempit

2. sedang

3. luas ______

EKSPLORASI

Mood

17. Sebutan yang digunakan pasien untuk mendeskripsikan kualitas moodnya

18. Seberapa stabil mood pasien dalam 24 jam terakhir? Jika terdapat perubahan mood,

sebutkan jenisnya dan bagaimana mood pasien yang tampak?

54

Page 7: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

19. Seberapa reaktif pasien terhadap berita baik? Deskripsikan sedikitnya satu kejadian

baik dan reaksi pasien terhadap hal tersebut.

20. Berikan contoh yang mendemonstrasikan intensitas mood pasien

21. Deskripsikan jika mood pasien yang predominan berubah dalam 4 minggu terakhir dan

berapa lama mood tersebut bertahan?

Energi

22. Deskripsikan seberapa energik pasien.

23. Apakah rencana pasien terorganisir ya tidak

24. Apakah pasien mudah memulai sesuatu ya tidak

25. Apakah pasien banyak menunda ya tidak

26. Apakah pasien memiliki sikap persisten dalam mencapai tujuan ya tidak

27. Apakah pasien dapat menyelesaikan tugas-tugas ya tidak

Persepsi

28. Jika pasien memiliki halusinasi, deskripsikan isinya

29. Bagaimana tilikan pasien terhadap halusinasinya

Isi pikir

30. Jika pasien mempunyai waham, deskripsikan isinya

55

Page 8: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

31. Bagaimana tilikan pasien terhadap waham tersebut

32. Klasifikasikan waham pasien menurut isinya, yang predominan :

1. manik

2. depresif

3. skizofrenik

4. non spesifik _________

33. Deskripsikan overvalued ideas yang dimiliki pasien, jika ada

34. Deskripsikan jenis phobia yang dimiliki pasien

35. Jika pasien memiliki ide-ide obsesif, tuliskan

36. Jika pasien memiliki kompulsi, tuliskan

Keluhan somatik yang tidak dapat dijelaskan secara medis

37. Dari ketujuh keluhan somatik yang merupakan uji skrining cepat adanya gangguan

somatisasi, terdapat pada pasien

1. sesak napas

2. dismenore

3. rasa panas di organ seksual

4. rasa tercekik

5. amnesia

6. muntah

7. nyeri di ekstremitas _____ ______ _____ _____ _____

56

Page 9: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

38. Pada jawaban pertanyaan 37, lingkarilah gejala-gejala yang memiliki onset sebelum

usia 30 tahun dan tidak memiliki penjelasan medis.

Gejala konversi

39. Tuliskan jika ada

Kepribadian disosiatif

40. Deskripsikan jika pasien pernah memiliki periode amnestik, yang dianggap pasien

sebagai kepribadian yang lain

Serangan paroksismal (berulang)

41. Tuliskan serangan pasroksismal yang dimiliki pasien, jika ada

1. pingsan (fainting)

2. narcoleptic attacks

3. grand mal seizures

4. psedoseizures

5. complex partial seizures

6. panic attacks

7. alcoholic blackouts

8. psychogenic amnesia

9. fugue state

10. hypoglycemic attacks

11. transient global amnesia

12. transient ischemic attacks

13. tic Tourette’s

Tilikan

42. Klasifikasikan pemahaman pasien terhadap penyakitnya

1. Pasien menyadari gejala-gejala yang dimiliki pasien merupakan bagian dari

gangguan

57

Page 10: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

2. Pasien menyadari adanya gejala-gejala namun memberikan penjelasan yang

rasional

3. Pasien menyangkal gejala-gejala yang dimiliki pasien adalah bagian dari

gangguannya

Derajat tilikan yang dimiliki pasien :

1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan

2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan

pertolongan, dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya

3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab

eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya

4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang tidak

diketahui dari diri pasien.

5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai bagian

dari penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada dalam diri

pasien, namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu

selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)

6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti

tilikan derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada

pada diri pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal

ini membuat perubahan perilaku pada pasien.

Daya nilai

43. Deskripsikan rencana pasien ke depannya. Apakah hal tersebut realistik?

MATERI ACUAN

58

Page 11: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

MENILAI STATUS MENTAL

Penilaian status mental dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu observasi,

percakapan dengan pasien, dan eksplorasi saat melakukan wawancara dengan pasien.

Dalam observasi, pemeriksa dapat mengamati berbagai perilaku pasien kemudian

mencoba mengartikan perilaku tersebut. Dalam observasi, pemeriksa tidak membutuhkan

kerja sama dengan pasien, sementara dalam percakapan dan eksplorasi sangat

tergantung pada tingkat kooperatif pasien. Oleh karenanya pemeriksa perlu membina

rapport dengan pasien sehingga informasi lebih dapat tergali saat wawancara.

Dalam observasi pemeriksa dapat menilai perilaku, penampilan, kesadaran,

aktivitas psikomotor dan afek, yang mulai dapat terlihat sejak menit-menit pertama

wawancara. Untuk pasien-pasien yang menolak berbicara, observasi mungkin merupakan

satu-satunya cara untuk menilai kondisi pasien. Setiap kelainan yang dapat diamati

disebut sebagai tanda.

Percakapan merupakan komunikasi ringan yang tidak terstruktur dengan

pasiennya. Selama percakapan, pemeriksa dapat menilai kondisi pasien sementara

pasien belum menyadari bahwa pemeriksaan sudah dimulai. Pemeriksa dapat menilai

orientasi, pembicaraan, pikiran, perhatian, konsentrasi dan pemahaman, memori jangka

panjang, sedang, pendek dan segera. Pasien yang secara verbal keras, bermusuhan atau

curiga akan menolak ekplorasi, namun tidak menolak percakapan biasa.

Eksplorasi merupakan metode yang digunakan untuk memahami pengalaman

internal pasien yang tidak terlihat, seperti mood, motivasi, persepsi, isi pikir, tilikan dan

daya nilai (judgment). Untuk dapat mengeksplorasi pasien, pasien harus memiliki motivasi

untuk berbicara. Melalui eksplorasi ini, pemeriksa dapat menilai gejala-gejala pada pasien.

Pemeriksa perlu mengetahui kapan ia harus kembali ke percakapan biasa setelah

eksplorasi jika pasien menjadi lebih hostile.

1. ObservasiObservasi dimulai sejak sebelum pemeriksa berbicara dengan pasiennya. Yang

diamati pada pasien antara lain penampilan, tingkat kesadaran, perilaku psikomotor

dan afek. Untuk menilai afek selain dari observasi ekspresi wajah, perlu juga menanyakan

isi pikir pasien, yang akan dibahas pada percakapan dengan pasien.

Penampilan

59

Page 12: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Saat bertemu pasien, pemeriksa dapat mengamati jenis kelamin, usia, ras, status

nutrisi, bentuk tubuh, higiene, cara berpakaian dan kontak mata.

- Jenis kelamin dan usia

Sering kali jenis kelamin dan usia berhubungan dengan diagnosis. Seperti

misalnya pada wanita lebih sering dijumpai anorexia dan bulimia nervosa, somatisasi dan

gangguan mood. Sementara pada pria lebih sering dijumpai kepribadian antisosial, atau

penggunaan alkohol. Pada pasien usia muda gangguan anorexia nervosa, somatisasi,

kepribadian antisosial dan skizofrenia lebih sering dijumpai, sementara pada pasien usia

lanjut sering dijumpai demensia. Pasien yang tampak lebih tua dari usianya mungkin

mempunyai riwayat penggunaan zat, gangguan fungsi kognitif, depresi atau penyakit fisik.

- Latar belakang etnis dan ras

Pemahaman tentang latar belakang etnis dan ras tidak hanya diperlukan untuk

menggambarkan kondisi demografi. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber stres atau

reaksi penyesuaian. Beberapa kultur mempunyai penilaian yang berbeda terhadap

perilaku tertentu. Perbedaan etnis antara pasien dengan pemeriksanya dapat

mempengaruhi interaksi, dapat pula menimbulkan rasa curiga atau tidak percaya.

Apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi asumsi tentang suatu perilaku?

Kumpulkan informasi tentang makna perilaku dalam kulur dan etnik yang berbeda

tersebut. Minta bantuan pasien untuk membantu pemeriksa dalam memahami pandangan

pasien, keluarga, atau negara pasien tentang perilaku tersebut.

- Status nutrisi

Keadaan nutrisi yang buruk dapat merupakan akibat dari gangguan psikiatri seperti

anorexia nervosa pada wanita usia muda, penggunaan alkohol atau zat psikoaktif,

skizofrenia, depresi, atau penyakit medis seperti kanker, diabetes atau endokrinopati.

Sebaliknya kondisi obesitas mungkin berhubungan dengan ganguan makan, gangguan

somatisasi, gangguan mood dengan hiperfagia atau penggunaan obat psikotropika seperti

trisiklik, lithium, atau antipsikotik yang bersifat sedatif (thorazine, thioridazine, termasuk

clozapine).

- Higiene dan cara berpakaian

Perawatan diri yang kurang dapat berhubungan dengan adanya gangguan psikiatri

tertentu seperti demensia, penggunaan alkohol atau zat psikoaktif, depresi atau

60

Page 13: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

skizofrenia. Sebaliknya pasien yang tampak rapi secara berlebihan dapat juga

menunjukkan kemungkinan suatu gangguan obsesif kompulsif.

Cara berpakaian dapat menunjukkan status sosial, atau kondisi mood pasien saat

itu seperti depresi dan mania. Pasien yang berpakaian meriah dengan dandanan

berlebihan, sering menunjukkan adanya gejala manik atau histerikal atau suatu gangguan

kognitif. Pasien yang berpakaian aneh dan tidak sesuai, sering menunjukkan adanya

perilaku psikotik. Tanda-tanda ini perlu disadari pemeriksa, namun jangan sampai menjadi

prasangka terhadap pasien. Pemeriksa perlu mengkonfirmasikan cara berpakaian pasien

tersebut, sebelum memutuskan bahwa hal itu memang bagian dari tanda yang

berhubungan dengan suatu gangguan jiwa.

- Kontak mata

Dalam wawancara, sebagian besar pasien dapat menunjukkan kontak mata yang

baik dengan pemeriksa. Kontak mata yang sulit karena pandangan pasien sering

berpindah-pindah dapat merupakan bagian dari gejala distractibility, halusinasi visual,

mania, atau gangguan kognitif. Sementara pasien yang menghindari kontak mata dapat

merupakan suatu ekspresi bermusuhan, malu atau cemas. Terus menjaga kontak mata

dengan pasien dapat mengurangi kecurigaan yang ada pada pasien. Jika memungkinkan,

tanyakan pada pasien tentang hal ini, dan jawaban pasien dapat membantu pemeriksa

untuk menentukan patologi pasien.

Kesadaran

Tingkat kesadaran dapat berubah pada penggunaan zat psikoaktif atau karena

serangan paroksismal dari penyakit-penyakit tertentu, seperti petit mal, grand mal, kejang

parsial kompleks, pingsan, serangan narkoleptik, atau pseudoseizure. Dalam wawancara,

pemeriksa perlu menanyakan riwayat penurunan kesadaran seperti ini sebelumnya.

Apatis (lethargy) juga dapat menggambarkan adanya suatu gangguan mental

akibat kondisi medis umum atau terkait dengan delirium, demensia, kondisi amnesia, atau

gangguan kognitif yang lain. Sebaiknya tidak selalu mengaitkan apatis/lethargy sebagai

akibat dari depresi, intoksikasi alkohol atau zat psikoaktif lain sebelum eksplorasi dan

pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan etiologinya.

Stupor psikogenik juga dapat menyertai panik, somatisasi dan gangguan mood.

Selain itu juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenia katatonik, kondisi delirium,

demensia, amnesia dan gangguan kognitif yang lain.

61

Page 14: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Perilaku psikomotor

Perilaku psikomotor pasien dapat memberi gambaran diagnostik tentang

kesadaran pasien, afek pasien, tingkat energinya, agitasi, gangguan pergerakan yang

merupakan gangguan psikiatri atau neurologi. Pemeriksa perlu menilai :

- Postur

Yang mempertahankan postur tubuh adalah tonus otot seseorang. Tonus otot

berkaitan dengan tingkat energi orang tersebut dan tegangannya. Pasien yang mengalami

agitasi dan tegang akan tampak dengan tonus otot yang tinggi, sementara pasien yang

mengantuk dan tenang akan memperlihatkan tonus otot yang rendah. Postur tubuh tegak

menggambarkan tingkat energi yang tinggi, sementara pasien dengan postur yang

membungkuk mungkin terkait dengan energi yang kurang. Perlu juga diperhatikan adanya

mannerisme, catalepsy, posturing, waxy flexibility yang merupakan tanda-tanda pada

pasien skizofrenia katatonik, gangguan mood yang tidak spesifik atau adanya lesi

midbrain.

- Gerakan psikomotor

Gerakan psikomotor dan bicara merupakan ekspresi dari pikiran dan tindakan.

Gerakan psikomotor dapat dibedakan atas gerakan yang bertujuan, bahasa tubuh

ekspresif dan ilustratif (expressive and illustrative gestures), serta bahasa tubuh simbolik

(symbolic gesture). Sebagai pemeriksa, dokter perlu menilai apakah gerakan yang

dilakukan pasien telah mencapai tujuan. Contohnya pada pasien manik, gerakan yang

dilakukan seringkali tidak selesai atau tidak mencapai tujuan. Gerakan bertujuan akan

berkurang pada pasien depresi, parkinson atau parkinsonisme akibat obat neuroleptik.

Pada pasien dengan gangguan pemusatan perhatian/hiperaktif, akan kesulitan bertahan

melakukan satu aktivitas misalnya wawancara dengan pemeriksa. Gerakan tubuh

ekspresif dan ilustratif digunakan oleh pasien untuk menekankan apa yang ingin

disampaikan oleh pasien secara verbal. Gerakan ilustratif dapat menggambarkan ucapan

verbal pasien, misalnya saat pasien ingin menunjukkan tinggi, lebar atau bentuk suatu

benda. Sementara gerakan ekspresif digunakan menyertai ucapan verbal pasien untuk

menambah pengekspresian peraasaan atau sikap pasien. Bahasa tubuh simbolik

umumnya tergantung budaya pasien dan menggantikan apa yang ingin dikatakan secara

verbal.

- Gerakan tubuh yang menggambarkan afek pasien

62

Page 15: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Gerakan ini dapat diobservasi dan tampak lebih jelas saat pembicaraan dengan

pasien. Gerakan ini akan dibahas pada komponen pemeriksaan afek.

- Gerakan abnormal kompleks

Yang termasuk gerakan abnormal kompleks adalah stupor, excitement dan

tindakan impulsif. Gerakan excitement akan tampak pada pasien depresi agitasi, mania,

skizofrenia tipe katatonik dan paranoid. Pada excitement katatonik, ekspresi emosi akan

menurun, sementara gerakan lain akan berlebih-lebihan dan kaku. Perilaku kekerasan

disertai tindakan destruktif sering merupakan karakteristik dari postepileptic confusion atau

intoksikasi alkohol yang patologis.Tindakan impulsif menggambarkan adanya defisit pada

tilikan dan daya nilai pasien.

Selain itu perlu pula dinilai adanya gerakan abnormal dengan dasar neuropatologi,

seperti tremor, akathisia, tardivie dyskinesia, choreatic, gerakan athetotic dan tic. Tremor

yang terkait dengan pasien histerikal, biasanya hanya pada satu ekstremitas, bersifat

irregular dan berubah-ubah sejalan dengan waktu. Tremor juga dapat ditimbulkan oleh

rasa takut atau cemas, dan hal ini dapat dikurangi dengan mengalihkan perhatian pasien.

Obat-obat neuroleptik juga dapat mengakibatkan tremor, akathisia dan tardive dyskinesia.

Gerakan athetotic dam choreatic biasanya mengindikasikan adanya gangguan neurologis.

2. Percakapan (Conversation)

Dalam komunikasi yang berbentuk percakapan biasa, perasaan pasien bahwa

dirinya sedang diperiksa akan lebih berkurang. Meskipun dalam percakapan ini pemeriksa

sering kali belum dapat menentukan masalah utama dari diri pasien, namun dapat

mengevaluasi banyak hal, seperti atensi dan konsentrasi, pembicaraan, pikiran pasien dan

afeknya. Hal-hal yang didapatkan pada percakapan ini dapat membantu mengarahkan

pemeriksa ke masalah pasien dan dapat mengevaluasi lebih lanjut pada hal tersebut.

Atensi dan konsentrasi

Ketika bertemu dengan pasien baru, pemeriksa dapat menanyakan pasien datang

dengan siapa, dimana ia memarkir kendaraannya, atau kapan ia membuat janji untuk

datang pada pemeriksa saat ini. Dari pertanyaan tersebut, pemeriksa dapat menentukan

seberapa besar atensi, konsentrasi, orientasi dan memori. Jika pasien menjawab singkat,

coba untuk mendapat informasi yang lebih banyak dan detail. Monitor apakah pasien

63

Page 16: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

dapat tetap mengikuti pertanyaan pemeriksa atau beralih. Apakah konsentrasi pasien

hanya terbatas pada subyek yang menarik baginya? Dapatkah pasien berkonsentrasi saat

ia sedang bicara atau mendengarkan pemeriksa?

Beberapa gangguan psikiatri dapat terlihat selama percakapan awal ini. Sebagai

contoh intoksikasi alkohol dapat menyebabkan pasien tampak mengantuk, mabuk dan

tidak dapat memperhatikan pemeriksa; depresi menurunkan minat dan konsentrasi;

pasien dengan lesi lobus frontal awalnya tampak sadar dan memiliki perhatian yang baik,

namun tidak lama kemudian fokus perhatian akan menghilang.

Pembicaraan dan Proses Pikir

Pembicaraan merupakan bentuk yang terucap dari apa yang dipikirkan pasien.

Memahami pembicaraan pasien adalah memahami apa yang sedang dipikirkan pasien.

Pembicaraan dan proses pikir harus dibedakan dalam pemeriksaan pasien. Pembicaraan

diatur oleh pusat bicara pada hemisfer korteks dominan. Gangguan pada pembicaraan

dapat menentukan adanya gangguan pada proses pikir, namun tidak selalu demikian.

Pembicaraan

Pembicaraan pasien dapat menunjukkan jendela untuk masuk ke dalam pikiran

pasien, perasaan yang ditunjukkan oleh afek, dan adanya gangguan artikulasi. Untuk

mengevaluasi hal ini , ajak pasien untuk membicarakan topik emosi sehingga pemeriksa

dapat menilai afek pasien. Untuk gangguan pembicaraan, dapat dievaluasi artikulasi,

irama dan aliran (flow) pembicaran. Sementara untuk proses pikir dapat dievaluasi

penggunaan kata, tata bahasa dan struktur kalimat. Untuk afek dapat dinilai adanya

periode laten dalam berespon terhadap pertanyaan pemeriksa, kecepatan, nada, jumlah,

volume dan naik turunnya pembicaraan pasien.

Gangguan artikulasi pasien (dysarthria atau slurring of speech) sering

mengindikasikan adanya gangguan neurologis atau intoksikasi zat , terutama sedatif,

hipnotik, dan alkohol. Gangguan irama pembicaraan sering disebut sebagai dysprosody,

sebagai contoh pembicaran scanning speech, yaitu pasien menggunakan jeda pada

setiap kata yang diucapkan dalam satu kalimat, terdapat pada multipel sklerosis.

Pembicaraan dengan irama stacato pada pasien epilepsi psikomotor dan irama

menggumam pada pasien chorea Huntington’s.

Bedakan antara kecepatan dan aliran kata. Jika aliran kata terganggu, pasien

berbicara dengan terfragmentasi atau menghubungkan kata-kata yang digunakannya. Jika

64

Page 17: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

pasien sulit diinterupsi, mungkin menandakan suatu kesulitan pada kontrol untuk

menghentikan pembicaraan. Aliran yang terus menerus (continous) atau aliran pressure

speech, sering kali terkait dengan adanya tekanan pada pembicaraan sehingga sulit

diinterupsi. Pasien mania, intoksikasi alkohol atau stimulan sering menunjukkan jenis

pembicaraan seperti ini, yaitu continous dan pressure. Pasien dengan anxietas, waham

persekutorik, atau obsesif kompulsif dapat menunjukkan adanya tekanan (pressure) saja

pada pembicaraan.

Kerusakan pada pusat bicara di otak berpengaruh pada kemampuan berbicara dan

menyebabkan bentuk afasia yang berbeda-beda. Kecepatan dan aliran pembicaraan juga

terpengaruh dalam afasia ini. Pembicaraan yang nonfluent, dengan banyak jeda dan

tanpa kata depan, kata sambung, dan pronoun diantara kata benda dan kata kerja,

disebut sebagai bentuk telegram. Pasien-pasien tersebut tampak berusaha untuk

menemukan kata yang sesuai dan terbatas pada kata-kata yang tidak dapat diingat

pasien. Pada kasus ini pasien memiliki afasia jenis ekspresif (motor), yaitu adanya

kerusakan pada area Broca’s pada bagian frontal hemisfer dominan. Hal ini dapat terjadi

spontan setelah trauma kepala atau stroke, atau terjadi lambat pada tumor otak, dan awal

penuaan (penyakit Alzheimer’s). Kondisi ini dapat membedakan gejala pada pasien

depresi dan demensia.

Kata yang dicampur tanpa pemahaman yang jelas dan terus menerus, disebut

sebagai word salad. Pasien yang tidak mampu memahami apa yang disampaikan oleh

pemeriksa mungkin memiliki afasia reseptif (sensorik). Pada afasia ini, area Wernicke’s

pada lobus termporal hemisfre dominan terganggu.

Pada pasien dengan paraphasia, pasien menggunakan kata yang salah,

menciptakan kata baru, atau mengganti struktur fonetik kata-kata yang digunakan. Pada

jenis parafasia semantik, pasien mengganti kata dengan kata, namun penggunaan dalam

kalimat tidak tepat. Contohnya : “ Saya senang mengemudi di dalam tenda saya” . Pada

jenis parafasia literal atau fonemik, pasien mengganti satu kata atau suku kata saja,

contohnya: “Saya menulis surat dengan lena saya”. Pada word approximation, pasien

mengganti satu kata yang benar dengan satu kata yang salah namun memiliki sedikit

hubungan dengan kata yang benar. Misalnya “Saya menulis surat dengang menggunakan

mainan tulis saya”. Pada neologisme terdapat beberapa kata baru yang diciptakan pasien,

contohnya “Saya menulis surat dengan zemps saya. Pada hari minggu saya senang

menonton flom”.

65

Page 18: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Parafasia juga muncul pada pasien skizofrenia atau jenis psikotik fungsional lain

yang bukan merupakan kelainan organik. Terdapat perbedaan antara afasia reseptif dan

parafasia pada pasien skizofrenia, yaitu pada afasia reseptif terdapat:

Miskinnya kata benda dan kata kerja

Banyaknya penggunaan kata sambung, kata depan dan kata-kata sisipan

Neologisme yang acak, tidak berulang, tanpa arti tertentu

Kalimat yang terbatas dan struktur gramatikanya salah

Sementara pada pasien skizofrenia biasanya penggunaan kata neologisme diulang-ulang

dan terkait dengan arti tertentu, struktur gramatika kalimat yang digunakan juga masih

baik. Pasien retardasi mental sering menunjukkan adanya penggunaan tata bahasa yang

salah, selain itu juga tampak pada beberapa pasien skizofrenia, pasien dengan kerusakan

area bicara di otak atau pasien yang berasal dari bangsa asing.

Pembicaraan dan afek

Afek dapat dinilai dari respon pasien, gerakan reaktif, wajah dan cara berpakaian,

serta pembicaraan pasien. Respon yang lambat dalam menjawab pertanyaan dapat

mengindikasikan adanya afek depresi, sementara respon yang cepat terdapat pada

pasien mania. Pasien skizofrenia menunjukkan waktu respon yang bervariasi. Bedakan

antara pasien dengan afek depresi dan kecerdasan yang rendah. Pasien retardasi mental

atau demensia, dapat menjawab pertanyaan sederhana dengan baik, namun menghindar

saat diberikan pertanyaan yang lebih kompleks.

Nada bicara juga dapat menggambarkan adanya suatu gangguan psikiatri. Pasien

manik dapat memperlihatkan nada yang kasar akibat bicara yang terlalu banyak.

Sementara nada bicara yang pelan, ragu-ragu dapat mengindikasikan adanya depresi

atau anxietas. Naik-turunnya nada bicara menggambarkan afek pasien saat itu. Misalnya

nada yang monoton dapat dijumpai pada pasien depresi atau skizofrenia, sementara pada

pasien mania atau somatisasi modulasi bicaranya amat berlebih. Pasien cemas dan

excited sering bicara dengan nada tinggi kemudian menurun dengna kesedihan.

Proses pikir

Proses pikir diutarakan melalui pembicaraan, namun perlu dibedakan adanya

gangguan pada proses pikir dan gangguan dalam pembicaraan. Juga perlu disingkirkan

adanya gangguan dalam pemahaman berbahasa, sebelum mendiagnosa adanya

66

Page 19: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

gangguan proses pikir. Tiga kriteria yang dapat membantu menilai pikiran pasien, yaitu

konsep kata yang digunakan, kekuatan asosiasinya dan penggunaan kata yang bertujuan.

Konsep kata

Pasien yang memiliki gangguan dalam konsep kata, menggunakan kata dengan

arti yang konkrit dan overinclusive. Contohnya :

1. Proses pikir konkrit

Pemeriksa : Apa yang membawa anda datang ke sini?

Pasien : Mobil. Saya datang dengan mobil

Pemeriksa: Maksud saya, problem apa yang anda miliki?

Pasien : Kami tidak memiliki masalah dengan mobil kami, perjalanannya baik dan

saudara saya yang mengemudikan.

2. Overinclusive

Pasien memasukkan masalahnya sebagai bagian dari suatu skema permasalahan

besar. Contoh:

Pemeriksa : Apa yang membawa anda ke sini?

Pasien : Barat. Segala sesuatu yang datang dari hangat ke dingin, dari barat, akan

muncul. Saya tinggal di barat dan datang dengan angin dari barat. Seluruh

masalah lebih banyak berasal dari timur. Masalah saya membawa saya dari barat

ke timur.

Kekuatan asosiasi dan penggunaan kata bertujuan

Asosiasi dalam menggunakan kata dan kalimat yang digunakan pasien dapat

berbeda-beda dalam bentuk : perseverasi, verbigerasi atau palilalia, clang asociation,

blocking dan derailment, flight of ideas, non sequitur, fragmentasi, rambling, driveling, dan

word salad. Adanya kelonggaran asosiasi dalam kalimat yang digunakan pasien disebut

sebagai asosiasi longgar (loosening association). Gangguan pada asosiasi umumnya

mengakibatkan gangguan pada penggunaan kata yang bertujuan. Namun demikian pada

bentuk pikir sirkumstansial dan tangensial, penggunaan kata seluruhnya atau sebagian

masih mempunyai tujuan yang benar.

Yang dimaksud dengan sirkumstansial adalah proses pikir yang berputar-putar

dengan disertai detail-detail yang irrelevan. Asosiasi pada kalimat-kalimatnya memiliki

hubungan yang kuat dan pada akhir mencapai tujuan yang ingin disampaikan. Sementara

itu yang dimaksud dengan tangensial adalah proses pikir yang mungkin memiliki asosiasi

67

Page 20: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

yang kuat atau longgar, jawaban pasien sering tidak mencapai tujuan yang diinginkan

namun masih di sekitar topik tersebut.

Perseverasi : pasien mengulang kata atau frase yang sama meski subyek telah

diganti, atau pasien bertahan pada satu tema tertentu. Perseverasi dapat muncul pada

gangguan depresi mayor, kerusakan lobus frontal, skizofrenia tipe katatonik.

Verbigerasi atau palilalia: pasien mengulang kata-kata atau frase secara automatis,

terutama pada akhir kalimat.

Clang association: pasien menggunakan kata yang bunyinya sama atau mirip meski

tanpa arti yang logis.

Blocking dan derailment: pada blocking aliran berpikir tiba-tiba berhenti dan jika

setelah jeda beberapa saat pasien memulai dengan ide pikiran yang seluruhnya baru,

disebut dengan derailment.

Flight of ideas: pasien berbicara dengan ide yang melompat-lompat, akibat adanya

distraksi. Ketika pasien menjawab satu pertanyaan, pasien berubah pada ide yang lain

yang biasanya dicetuskan oleh salah satu kata yang diucapkan pada kalimat

sebelumnya. Biasanya ditemukan pada pasien manik dan disertai dengan kecepatan

bicara yang meningkat.

Non sequitur: respon pasien yang sama sekali tidak berkaitan dengan pertanyaan

yang diberikan, baik secara konkret maupun abstrak. Umumnya ditemukan pada

demensia atau skizofrenia.

Fragmentasi : pasien berbicara dengan frase yang tidak saling berkaitan satu sama

lain. Pasien memperlihatkan non sequitur yang terus menerus dalam frase yang

digunakannya. Fragmentasi tidak spesifik untuk gangguan psikiatri tertentu, dapat

berasal dari pasien bipolar, episode manik, skizofrenia tipe disorganized atau katatonik

atau demensia.

Rambling: pasien menggunakan kelompok kalimat yang berhubungan, namun diikuti

dengan kelompok kalimat lain yang tidak memiliki hubungan atau tujuan. Biasanya

didapatkan pada pasien delirium atau intoksikasi zat.

Driveling: pasien yang berbicara dengan tata bahasa dan kalimat yang tampaknya

berhubungan, namun apa yang dibicarakan pasien tidak dapat dimengerti.

Word salad: kata-kata yang digunakan tidak memiliki hubungan arti sehingga

pembicaraan tidak dimengerti.

68

Page 21: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Orientasi

Untuk menilai orientasi tempat, sebagai contoh pasien dapat ditanyakan

bagaimana caranya mencapai tempat pemeriksa. Umumnya pasien rawat jalan yang

mengalami disorientasi tempat yang berat diantar oleh keluarga atau temannya. Orientasi

waktu merupakan indikator sensitif untuk menilai orientasi. Untuk menilai orientasi waktu,

dapat ditanyakan kapan perjanjian untuk bertemu dengan pemeriksa dibuat oleh pasien

atau jika pasien dirawat, sudah berapa lama pasien dirawat. Selain itu juga dinilai orientasi

pasien terhadap orang, misal terhadap pemeriksa sebelumnya atau anggota keluarganya.

Memori

Penilaian memori pasien dapat dilakukan secara informal. Saat pemeriksa

memperkenalkan diri dan pasien dapat mengulang menyebut nama pemeriksa, hal ini

menandakan immediate recall pasien baik. Jika beberapa saat kemudian pasien

memanggil pemeriksa dengan nama pemeriksa, atau menceritakan bagaimana pasien

sampai ke tempat pemeriksa dan dimana ia memarkir kendaraannya, maka memori

jangka pendek pasien dapat dinilai baik. Untuk menilai memori jangka sedang dan

panjang, pasien dapat diajak untuk menceritakan kejadian yang telah beberapa lama

terjadi.

Afek

Afek merupakan manifestasi respon emosi pasien yang tampak dan terdengar,

terhadap kejadian eksternal dan internal yang dialami pasien, yaitu pikiran pasien, ide-ide

pasien, ingatan pasien yang tercetus dan refleksi. Afek dapat dinilai dari respon

autonomik, postur, gerakan wajah dan gerakan reaktif, cara berpakaian, nada bicara,

vokalisasi dan pilihan kata.

Afek perlu dibedakan dari mood, perbedaannya antara lain :

- afek bersifat singkat, dapat hanya berlangsung 1-2 detik, sementara mood

bertahan lebih lama.

- afek berkaitan dengan stimulus dari luar atau dari dalam dan dapat berubah akibat

stimulus tersebut, mood dapat berubah spontan.

69

Page 22: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

- afek merupakan emosi yang tampak langsung dari pasien, sementara mood yang

melatar belakangi emosi pasien.

- afek dapat diobservasi oleh pemeriksa (sign), mood dilaporkan oleh pasien

(symptom)

Pada gangguan psikiatri afek dapat berupa rasa jijik (disgust), perplexity (surprise), elasi

(kegembiraan), marah, anxietas/ takut, sedih, berminat, malu (merasa bersalah) dan

kecurigaan.

Dimensi primer dalam menilai afek adalah kualitas, intensitas, durasi dan

keserasian dengan stimuli. Dimensi sekunder adalah rentang (range) dan kontrol pasien

terhadap afeknya.

EKSPLORASI

Dalam observasi dan percakapan, pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan tanpa

adanya persetujuan dari pasien, namun dalam eksplorasi, pemeriksa perlu memiliki kerja

sama yang baik dengan pasien. Selama eksplorasi hal-hal berikut ini tidak boleh sampai

terlewatkan:

1. Keinginan suicide atau homicide yang menggambarkan adanya suatu kondisi yang

membahayakan

2. Kondisi organik pasien, atau kondisi medis umum yang berkontribusi pada

timbulnya gangguan saat ini

3. Penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lain yang menimbulkan intoksikasi,

withdrawal dan efek toksik lain pada otak dan sistem tubuh yang lain

4. Adanya gangguan dalam penilaian realita pada pasien, yang merupakan gejala

psikotik seperti halusinasi dan waham

Secara umum selama eksplorasi, pemeriksa dapat menilai mood, level energi pasien,

persepsi, tilikan (terutama tilikan pasien tentang gejala seperti halusinasi dan waham),

serta isi pikir pasien.

Mood

Mood merupakan kondisi perasaan pasien yang dipertahankan dalam waktu yang

cukup lama. Pasien dapat menyebutkan bagaimana moodnya saat ditanya oleh

pemeriksa. Kadang pemeriksa dapat melihat adanya perbedaaan antara afek dan mood.

70

Page 23: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Hal ini bisa terkait dengan kondisi bahwa afek dapat dikontrol oleh pasien dengan

menggunakan “topeng” sosial, namun mood tetap tergambar dari pasien.

Terdapat lima dimensi mood yang dinilai dalam eksplorasi terhadap pasien, yaitu:

kualitas, stabilitas, reaktivitas, intensitas dan durasinya.

Kualitas mood menggambarkan tema perasaan yang dialami pasien. Kualitas mood tidak

dapat diobservasi dari afek pasien, namun perlu ditanyakan pada pasien langsung,

dengan pertanyaan-pertanyaan seperti:

“Bagaimana perasaan yang mendominasi anda sehari-hari?”

“Bagaimana perasaan anda sekarang?”

Pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan perasaan pasien yang jelas, seperti “baik”,

“energik”, “semangat”, “sedih”, “lelah”, atau dengan jawaban yang kurang jelas, seperti

“saya merasa berat”, “saya sedang terombang-ambing”, “saya banyak berbaring di rumah

belakangan ini”, atau “ya..saya rasa..”. Untuk mengeksplorasi jawaban pasien yang

kurang jelas ini, pasien dapat diberi pertanyaan demikian:

“Apakah anda lebih sering merasa sedih, lesu, semangat berkurang atau merasa

semangat tinggi, besar, seperti berada di puncak?”. Jika pasien sulit untuk mengutarakan

perasaannya, pemeriksa dapat bertanya tentang aktivitas sehari-harinya atau fungsi

vegetatif pasien, seperti:

“Apakah anda merasa senang berbicara dengan saya?”

“Apakah anda merasa senang melakukan aktivitas kesukaan anda?”

“Apa rencana anda untuk hari-hari selanjutnya?”

“Apakah anda merasa puas dengan pekerjaan dan apa yang anda lakukan setiap

hari?”

“Bagaimana tidur anda, nafsu makan anda, dorongan sexual anda, dan energi

anda?”

Stabilitas Mood

Pemeriksa perlu menilai bagaimana kestabilan mood pasien dalam satu harinya.

Mood yang stabil akan memperlihatkan kondisi perasaan yang tetap sepanjang hari,

sementara mood yang tidak stabil akan berubah dalam satu harinya. Pada gangguan

mood, dikenal variasi diurnal, sehingga dapat ditanyakan pada pasien: “Coba bandingkan

mood anda di pagi hari dengan mood anda di malam hari, apakah terdapat perbedaan?”

“Kapan anda merasa lebih baik, saat sarapan pagi atau saat makan malam?”

Reaktivitas Mood

71

Page 24: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Tidak adanya reaktivitas perasaan merupakan suatu karakteristik pasien dengan

depresi endogen. Pasien merasa tidak ada satu pun hal yang dapat membuatnya merasa

lebih baik. Lain halnya dengan pasien disforik yang merupakan pengguna zat, gangguan

somatisasi atau gangguan kepribadian, pasien-pasien ini akan merasa lebih nyaman jika

situasi sosial lebih baik.

Intensitas Mood

Intensitas mood bervariasi antara dangkal dan intens(dalam). Pasien panik, mania,

atau excitement akibat penggunaan zat akan memperlihatkan mood yang intens. Pasien

skizofrenia memperlihatkan mood yang dangkal, sementara pada pasien depresi, mood

dapat bersifat intens meski dengan afek yang dangkal.

Durasi Mood

Lamanya mood juga dapat menggambarkan diagnosis. Disforia yang berlangsung

beberapa jam sampai hari, mungkin merupakan bagian dari gangguan kepribadian seperti

antisosial atau penggunaan zat. Mood depresi yang berlangsung 2 minggu atau lebih

merupakan suatu episode depresi. Demikian pula halnya dengan mood yang meningkat

selama lebih dari 1 minggu, menggambarkan adanya suatu episode manik.

Tingkat Energi

Tanyakan pada pasien tentang aktivitasnya dalam 24 jam terakhir. Pasien depresi

umumnya mengatakan ia tidak dapan merencanakan, memutuskan, memulai dan

melakukan kegiatan-kegiatannya. Pasien obsesif merasa khawatir akan keragu-raguan

mereka dan perilaku checking yang berulang-ulang. Pasien manik akan banyak memulai

melakukan kegiatan-kegiatan namun sedikit yang dapat diselesaikan. Pasien fobia akan

menunjukkan penghindaran terhadap hal-hal tertentu. Pasien dengan kepribadian

antisosial tampak aktif sehari-harinya, namun lebih banyak dihabiskan pada aktivitas

bersenang-senang dari pada aktivitas yang produktif. Semetara pasien skizofrenia

mungkin dapat menghabiskan waktu seharian untuk menonton televisi.

Persepsi

Persepsi normal berasal dari rangsangan terhadap reseptor sensorik spesifik.

Pada pasien dengan gangguan persepsi, terdapat persepsi panca indera tanpa adanya

stimulasi yang nyata. Pasien psikotik yang mendengarkan suara halusinasi, sering kali

juga menyangkal jika ditanyakan oleh pemeriksa. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh

72

Page 25: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

suara yang melarang pasien membicarakan keadaan ini pada pemeriksa. Oleh karenanya,

pemeriksa perlu menanyakan pada pasien meski pasien menyangkal adanya halusinasi.

Tilikan pasien terhadap halusinasi dapat bervariasi, dan menentukan bagaimana

tilikan pasien terhadap penyakitnya. Pasien dapat mengikuti halusinasinya, berperilaku

sesuai yang dikatakan oleh suara yang didengarnya. Pasien dapat mengatakan adanya

halusinasi namun tidak mengikuti apa yang diperintahkan suara halusinasinya, atau

pasien mengatakan pernah mendengar halusinasi beberapa saat yang lalu namun

menolak untuk membicarakannya lebih lanjut karena pasien menyadari adanya kontradiksi

antara persepsi yang dialaminya dengan realita. Pasien juga dapat mengalami halusinasi

di masa lalu, dan ia menganggap hal tersebut benar. Tilikan pasien yang paling tinggi

terhadap penyakitnya adalah apabila ia menyadari bahwa halusinasi yang pernah

dialaminya adalah bagian dari penyakitnya.

Isi Pikir

Gangguan psikiatri mempunyai karakteristik isi pikir yang patologis, oleh karenanya

dalam pemeriksaan status mental perlu dinilai isi pikir pasien.

1. Tendensi untuk melakukan bunuh diri (suicide) atau membunuh orang lain (homicide).

Pasien sering kali menolak untuk mengatakan adanya impuls agresif untuk membunuh

atau melakukan bunuh diri, oleh karenanya perlu ditanyakan langsung tentang adanya

kemungkinan ini.

2. Waham

Waham merupakan keyakinan yang salah, sering kali tentang suatu keadaan yang

terjadi pada diri pasien, misalnya tetangga yang memata-matai pasien, dan mempunyai

niat jahat terhadap diri pasien.

Yang perlu ditanyakan dalam menilai waham pasien, adalah:

- Isi waham : “Apakah anda pernah mempunyai pikiran yang aneh atau tidak biasa”

atau “Apakah orang lain pernah berpikir bahwa anda memiliki pikiran yang tidak

biasa?”

Kemudian dinilai apakah pasien memiliki waham dengan tema persekutorik,

ketidakadilan, diskriminasi, rasa bersalah, kebesaran, percintaan, kekuatan,

pengetahuan, kecemburuan, penyakit, pasivitas, nihilistik, kemiskinan, persepsi

ekstrasensorik, kemampuan supranatural, menjadi korban dari suatu kejadian yang

aneh atau tidak masuk akal.

73

Page 26: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

- Penjelasan tentang waham tersebut : memberi kesempatan pasien untuk

memberikan penjelasan tentang jenis waham yang dialami pasien.Sering pasien

berespon bahwa hal tersebut akan mengontrol, membahayakan, menghukum atau

memuja pasien.

- Maksud dan keinginan waham tersebut terhadap pasien: seringkali pasien

menjawab bahwa pasien merasa hal tersebut akan menyerang atau membuatnya

sulit.

- Reaksi pasien tentang waham: pasien misalnya mengatakan ia akan melawan

atau menyerah.

Macam-macam waham :

1. Waham dengan tema depresif

Isi Penjelasan pasien Harapan pasien Reaksi pasien

Rasa bersalah Merasa diri buruk,

berdosa,

dipengaruhi setan

Hukuman yang

berat

Mengininkan

pengampunan,

penyesalan diri,

pengorbanan diri

Kemiskinan Tidak produktif,

tidak berharga, tidak

bermoral

Diasingkan dari

masyarakat, tidak

lagi memiliki

kebaikan diri

Destruksi diri,

suicide

Nihilistik dan

kematian

Akibat dari

hukuman terhadap

dirinya

Korban yang tidak

mempunyai

harapan dan

kekuatan

Menyakiti diri sendiri

Penyakit Kelemahan dan

ketidakberdayaan

jiwa dan raga

Disabilitas yang

permanen,

kematian

Mencari

pertolongan,

pengorbanan diri

2. Waham dengan tema kebesaran

Isi Penjelasan pasien Harapan pasien Reaksi pasien

Kemampuan

mesias

Dipilih, dilahirkan

kembali, mendapat

Pemujaan,

pengakuan sebagai

Mengkotbahi,

membantu,

74

Page 27: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

penghargaan

spesial atas apa

yang diraih

pemimpin umat

manusia

menyembuhkan

Kekayaan Berhak atas

penghargaan

Pemujaan dan

pengakuan dari

masyarakat

Menggunakan

kekayaan untuk

menghilangkan

kemiskinan di dunia

Kekuatan dan

kelebihan

Berhak atas

penghargaan

Penghargaan Membantu dan

memimpin,

menciptakan suatu

yang besar

Kesehatan yang

tidak ada habisnya

dan hidup yang

kekal

Kelebihan dan

pilihan khusus,

terpilih

Pemujaan Memberikan

kelebihannya dalam

berbagai aktivitas

3. Waham dengan tema pasivitas

Isi Penjelasan

pasien

Contoh Reaksi pasien

Insertion of

sensation

(pasivitas

somatik)

Mengalami

perasaan

adanya

kekuatan yang

mengontrol

“Atasan saya memberi

tatapan yang berjalan sampai

ke dalam tubuh saya dan

memberikan sensasi pada

daerah genital saya”

Penerimaan pasif

Thought

broadcasting

Gelombang

radio,

gelombang

magnetik,

telepati

“Kepala saya seperti radio

yang dapat menyiarkan isi

pikir saya pada semua orang,

sehingga dapat didengar”

Tidak memiliki

kontrol, tidak ada

tindakan yang

diambil

Thought

withdrawal

Ada suatu

kekuatan yang

mencuri

“Suatu malam, terjadi angin

besar yang memompa dan

menarik seluruh pikiran saya

Keluhan dan

penerimaan

75

Page 28: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

pikirannya keluar dari kepala saya”

Though

insertion

Pikiran dari luar

dipaksa masuk

melalui

gelombang

mikro atau radio

“Tn.X di TV menggunakan

kepala saya untuk berpikir”

Patuh secara pasif

Insertion of

Feelings

Agen di luar diri

pasien

memproyeksikan

perasaannya ke

pasien

“Saudara saya yang sudah

meninggal menyalurkan

kemarahannya pada saya. Ia

berteriak dan menangis,

serta menggunakan tubuh

saya untuk berperilaku

seperti itu”

Pasien

memperlihatkan

perasaan yang

menurutnya

terpaksa ia rasakan

Insertion of

impulse

Impuls dari luar

diri pasien

ditanamkan

dalam diri pasien

“Ada kekuatan jahat yang

menggerakan kepala saya

dan membuat saya melihat

pada tubuh laki-laki”

Menerima

masuknya impuls

Insertion of

outside will

Kekuatan luar

menarik dan

mengontrol

tindakan pasien

Komputer universitas

mengirimkan impuls-impuls

ke seluruh otot saya dan

membuatnya bergerak,

mengontrol tindakan saya”

Kepatuhan seperti

boneka

Delusional

perception

Pasien

memberikan

penjelasan yang

bersifat

delusional

terhadap

persepsi yang

nyata

“Dokter menyilangkan

kakinya, kemudian saya tahu

ia menyuruh saya untuk

pulang dan melakukan

masturbasi”

Kepatuhan terhadap

pesan

4. Waham dengan tema persecutory

76

Page 29: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Isi Penjelasan pasien Harapan pasien Reaksi pasien

Persecution Cemburu Memenangkan

perselisihan dengan

orang yang

dicemburui

Berhati-hati, marah-

marah secara

verbal atau

kekerasan fisik.

Terdapat pada

pasien skizofrenia,

gangguan waham

Persecution Kerusakan moral,

dosa

Hukuman Penyalahan diri, menyerahkan diri untuk dihukum, mengharap pengampunan.Terdapat pada pasien depresi

Persecution Salah pengertian

terhadap maksud

baik persekutor

Pengakuan

terhadap maksud

baik pasien

Demonstrasi maksud baik yang dilakukan pasien.Terdapat pada pasien mania

Persecution Menjadi lebih wild,

tidak mampu

menentukan alasan

untuk persecution

Harapan untuk

menghentikan

persecution

Ketakutan, proteksi

diri yang hostile,

kepatuhan,

penyesalan.

Terdapat pada

pasien gangguan

kognitif

3. Overvalued ideas (ide-ide yang berlebihan)

Mirip dengan waham, ide-ide yang berlebihan ini tidak dapat dikoreksi dengan

alasan yang logis, meskipun kadang kala ide-ide tersebut tidak sepenuhnya salah. Ide-ide

tersebut dapat bersifat persisten dan kepentingannya dilebih-lebihkan.

4. Fobia

77

Page 30: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Phobia merupakan kecemasan terhadap stimulus spesifik tertentu yang bersifat tidak

beralasan dan tidak dapat dijelaskan, disertai dengan perilaku menghindar.

5. Pikiran obsesif

Isi pikir berulang-ulang yang muncul dalam pikiran pasien, sering kali menghabiskan

waktu pasien dan menimbulkan kecemasan jika tidak diikuti dengan perilaku kompulsif

(perilaku berulang tanpa arti yang jelas, yang dilakukan pasien untuk mengikuti pikiran

obsesif atau aturan yang ditanamkan dari diri pasien). Pikiran obsesif ini bersifat ego

distonik.

Gejala Somatik yang Tidak Dapat Dijelaskan Secara Medis

Gejala-gejala somatik yang beraneka-ragam yang tidak dapat dijelaskan secara

medik menunjukkan kemungkinan adanya gangguan somatisasi. Untuk menyaring gejala-

gejala gangguan somatisasi secara efisien, tanyakan gejala-gejala berikut: sesak nafas,

dismenore, sensasi panas di organ seksual, perasaan seperti ada sumbatan di

tenggorokan, amnesia, muntah/mual, dan paralisis. Bila pasien mempunyai dua atau lebih

gejala-gejala tersebut, mengganggu kehidupan sehari-hari, tak dapat dijelaskan secara

medik, dan timbul sebelum usia 30 tahun, maka harus dipikirkan kemungkinan gangguan

somatisasi.

Konversi

Konversi adalah gejala-gejala neurologik yang secara medis tidak dapat dijelaskan,

misalnya paralisis, kebutaan, ketulian. Umumnya gejala konversi muncul setelah suatu

stres atau bersamaan dengan gejala somatik multipel, dan sering memiliki “secondary

gain” yaitu keuntungan eksternal bagi diri pasien.

Disosiasi

Gangguan identitas disosiatif merupakan keadaan yang relatif mudah dinilai

apabila pasien pribadi yang satu mengenali pribadi lainnya. Dalam keadaan ini pemeriksa

dapat menanyakannya langsung.

78

Page 31: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Bila kepribadian yang sekarang tidak menyadari adanya pribadi lainnya maka ia

akan menyangkal hal tersebut. Dalam hal itu anda dapat mencari adanya gangguan

memori atau hilangnya waktu tertentu dari ingatannya. Dapat juga diminta data dari

keluarga yang mengatakan bahwa pasien mengatakan memiliki nama yang lain,

berpakaian berbeda, bicara dengan suara yang berbeda atau dapat juga mengatakan

tidak mengetahui identitas aslinya. Anda juga dapat mewawancarai pasien berdasarkan

laporan ini. Dapat juga dilakukan hipnosis untuk mendapatkan data.

Penilaian terhadap gangguan disosiatif seringkali sulit apabila pasien menampilkan

hostilitas serta gejala yang mirip dengan gejala psikosis. Bila hostilitas ditujukan kepada

pewawancara, maka tenangkan pasien dengan neuroleptik dan lanjutkan wawancara

untuk menemukan sifat disosiatif dari perilakunya, tak perlu membina rapport lagi.

Anda dapat mengenali tanda-tanda disosiatif samar selama wawancara yaitu bila

ada fluktuasi rapport, afek, sikap, pandangan, memori, perilaku yang memberi kesan

adanya perubahan kepribadian. Hal ini dapat dipakai sebagai pintu masuk untuk

menelusuri gangguan kepribadian disosiatif.

Serangan Paroksismal

Keadaan ini seringkali tak terdeteksi karena pasien tidak merasa memiliki

gangguan psikiatrik tapi menderita gangguan neurologik atau medik. yang gambarannya

berupa serangan yang paroksismal (berulang). Jika dalam anamnesis pasien mengatakan

memiliki jenis serangan tertentu yang berulang, pemeriksa perlu mendeskripsikan apa

yang dimaksud pasien dengan serangan tersebut, gejala-gejalanya, durasinya, kapan dan

bagaimana munculnya apa yang memicu timbulnya gejala, bagaimana jenis-jenisnya.

Berikut adalah bentuk serangan yang paling sering didapati:

Pingsan (syncope)

Serangan-serangan narkoleptik

Grand mal seizures

Pseudoseizure

Complex partial atau temporal lobe seizure

Serangan-serangan panik

Serangan-serangan amnestik (alcoholic blackout)

Amnesia Disosiatif

Fugue Disosiatif

79

Page 32: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

Hypoglicemic attack

Transient global amnesia

Transient ischemic attacks (TIA)

Fungsi Eksekutif

Yang termasuk fungsi eksekutif adalah fungsi merencanakan, mengorganisasi,

mengurutkan, dan berpikir abstrak. Untuk menilai fungsi eksekutif dapat dilakukan dengan

pendekatan induktif dan deduktif. Pendekatan induktif berfokus pada fungsi kognitif dasar

seperti atensi, konsentrasi, shifting sets dan memori. Pada tingkat yang lebih kompleks

terdiri dari fungsi abstraksi, problem solving dan dimensi intelegensi.

Pendekatan deduktif mempunyai target pada fungsi yang paling kompleks yang

langsung berhubungan dengan kehidupan sehari-hari pasien. Carilah bukti-bukti adanya

penurunan efektivitas intelektual pasien yang tampak pada kegiatan sehari-hari. Hal ini

lebih penting dibandingkan dengan melakukan serangkaian tes pada pasien. Pemeriksa

dapat menilai tentang perencanaan dengan menanyakan pada pasien apakah ia tetap

melakukan kegiatannya sesuai dengan jadwal sehari-hari, merencanakan pengeluaran

sehari-hari, atau apakah ia menggunakan waktunya dengan bijaksana. Untuk menilai

fungsi mengurutkan, dapat ditanyakan apakah pasien dapat memprioritaskan kegiatan-

kegiatan sehari-harinya di pekerjaan atau di rumah. Pemeriksa dapat menilai kemampuan

berpikir abstrak dengan berdiskusi tentang prinsip-prinsip yang diambil pasien dalam

menetapkan prioritas.

Tilikan (Insight)

Yang dimaksud dengan tilikan adalah pemahaman pasien tentang penyakit yang

dialaminya.

Derajat tilikan yang dimiliki pasien :

1. Menyangkal sepenuhnya bahwa ia mengalami penyakit/gangguan

2. Sedikit memahami adanya penyakit pada dirinya dan membutuhkan pertolongan,

dan pada saat yang bersamaan pasien sekaligus menyangkalnya

3. Pasien menyadari dirinya sakit namun menyalahkan orang lain atau penyebab

eksternal atau faktor organik sebagai penyebabnya

80

Page 33: d - SESI 7-10 Pemeriksaan Status Mental - V1

4. Pasien menyadari dirinya sakit yang penyebabnya adalah sesuatu yang tidak

diketahui dari diri pasien.

5. Intellectual insight : pasien menerima kondisi dan gejala-gejala sebagai bagian dari

penyakitnya dan hal ini disebabkan oleh gangguan yang ada dalam diri pasien,

namun tidak menerapkan pemahamannya ini untuk melakukan sesuatu

selanjutnya (misalnya perubahan gaya hidup)

6. Emotional insight: pasien memahami kondisi yang ada dalam dirinya seperti tilikan

derajat 5, namun pasien juga memahami perasaan dan tujuan yang ada pada diri

pasien sendiri dan orang yang penting dalam kehidupan pasien. Hal ini membuat

perubahan perilaku pada pasien.

Daya Nilai (Judgment)

Judgment adalah kemampuan untuk memilih tindakan yang memiliki tujuan, dan

arti yang sesuai, yang dapat diterima secara sosial. Hal ini merefleksikan penilaian realita,

intelegensi dan pengalaman. Daya nilai dapat menjadi indikator sensitif untuk adanya

fungsi mental yang terganggu, karena daya nilai memerlukan integrasi dari pemahaman

realita eksternal, pemahaman internal dan keterampilan hidup.

Reference:

Othmer E, Othmer SC. The clinical interview using DSM-IV. Volume1: Fundamentals. Washington: American Psychiatric Press Inc., 1994., hal. 99 – 151.

_________________

81