Tugas Sejarah Tika

download Tugas Sejarah Tika

of 13

description

sejarah

Transcript of Tugas Sejarah Tika

Perjuangan Mempertahankan

KemerdekaanD

I

S

U

S

U

NOleh Kelompok 1

Ketua

: Oka Kurnia Sari

Sekretaris : R.r Atika Widya Utama

Anggota : 1. Abdullah Akmal

2. Elko Rahman

3. Halimah Thussadiyah

4. Ilham Mawardi

5. Iyut Trisna Ayu

SMP N 8 PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2009-2010Kata Pengantar

Daftar Isi

Halaman Judul..i

Kata Pengantar.ii

Daftar Isi..iii

I. Pokok Bahasan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

A. Konflik Indonesia-Sekutu dan Nica1-3 B. Konflik Indonesia Melawan Belanda.4-5

C. Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda terhadap Keberadaan

Negara Kesatuan Indonesia..6-7 D. Kelanjutan Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan8-13II. Butir-butir Ilmu

III. Rangkuman Materi.

IV. Berlatih Soal

V. Daftar Pustaka..

A. Konflik Indonesia-Sekutu dan NicaSesudah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan,perjuangan bangsa Indonesia makin bertambah berat. Bangsa Indonesia harus berhadapan dengan Jepang di Indonesia lengkap senjatanya,Indonesia juga harus berhadapan dengan pasukan Sekutu yang berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Hal ini menimbulkan konflik antara Indonesia dengan Sekutu dan Belanda.

Sejak Jepang menyerah,komando Sekutu untuk Asia Tenggara ( South East Asia Command/SEAC) diserahkan oleh Amerika Serikat kepada Inggris. Pasukan Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Lond Lours Mountbatten mendapat tugas untuk mengambil alih kekuasaan Jepang di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Pasukan Sekutu yang akan bertugas ke Indonesia disebut Allied Forces Nethelas East Indie (AFNEI) yang dipimpin Letnan Jenderal Sir Philip Christison AFNEI merupakan bagian dari SEAC yang kedudukannya di Singapura. Sebelum memasuki Indonesia,SEAC mengirim misi terdiri atas 7 perwira di pimpin oleh Mayor A.G,Green Halgh. Tiba di Indonesia tanggal 8 September 1945. Setiba di Jakarta A.G mengadakan hubungan dengan pimpinan tentara Jepang di Jakarta,yaitu Jenderal Yamaguchi.

Sekembali dari Jakarta,A.G menyampaikan laporan kepada atasannya. Isi laporannya yaitu :

a. Rakyat Indonesia apatis terhadap masalah politik terhadap gerakan kemerdekaan.

b. Peristiwa 17 Agustus 1945 bukanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,tapi tindakan anarki oleh sekelompok kecil kaum nasionalis Indonesia.

Dalam laporannya,Greenhalg menyarankan agar pasukan Sekutu segera masuk ke Indonesia sehingga tugas utamanya dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Sebelum mendarat,Sekutu mengirimkan pasukan pelopor yang tiba di Tanjung Priok Jakarta tanggal 29 September 1945 dibawah pimpinan Laksamana Muda W.R. Patterson dengan kapal Cumberland. Dalam rombongan turut serta pejabat tinggi Belanda,C.H.O Van der Plas mewakili H/J.Van Mook,kepala Netherland Indies Civil Administration (NICA).

Inggris bersedia ditumpangi Belanda (NICA) karena terikat perjanjian yang di sebut Civil Affrais Agreement. Perjanjian antara pemerintah Kerajaan Inggris dan Belanda ditamda tangani tanggal 24 Agustus 1945 di Chequers (dekat London). Pada tanggal 29 September 1945,rombongan besar pasukan Sekutu yang tergabung dalam AFNEI di pimpin oleh Letnan Jenderal Sin Philip Christison masuk ke Indonesia dengan 3 divisi dan tugasnya :1. Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang.

2. Membebaskan Sekutu yang ditawan Jepang.

3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian di pulangkan.

4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan

kepada pemerintah sipil.

5. Menghimpun keterangan dan menuntut penjahat perang.

Melihat kedatangan Sekutu yang diboncengi NICA,Indonesia merasa curiga bahwa Sekutu akan menegakkan kembali kekuasaan Hindia Belanda di Indonesia. Kecurigaan ini makin kuat setelah NICA mempersenjatai KNIL yang baru di bebaskan dari tatanan Jepang. Sekutu menyadari bahwa dirinya tidak mampu menjalankan tugas tanpa bantuan pemerintah RI. Untuk itu, pada tanggal 1 Oktober 1945,Letnan Jenderal Sir Philip Christison mengakui secara de facto Negara RI dan bersedia berunding.

Meskupun Sekutu mengakui secara de facto RI,nyatanya tetap tidak menghormati RI. Akibatnya,konflik Indonesia dengan Sekutu dan Belanda (NICA) tetap berlanjut.

1. Peristiwa Heroik di Surabaya

Pasukan Sekutu mendarat di Tanjung Perak,Surabaya pada tanggal 25 Oktober 1945 dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby. Kedatangan Sekutu membuat ulah yang sangat mengecewakan rakyat. Tentara Sekutu telah membebaskan orang-orang Belanda yang ditahan di penjara Kalisosok. Mereka juga telah menduduki Pangkalan Udara Tanjung Perak dan gedung Internation. Melihat ulah tentara Sekutu maka rakyat mulai mengadakan perlawanan. Pertempuran ini baru mereda setelah tercapai perundingan genjatan senjata. Akan tetapi,tembak-menembak masih terjadi di Gedung Internatio dekat Jembatan Merah. Dalam insiden tembak-menembak tersebut Jenderal Mallaby ditemukan tewas.

Tewasnya Jenderal Mallaby telah menjadikan hubungan tentara Sekutu (Inggris) dengan Indonesia makin memburuk. Pada tanggal 10 November 1945,terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu. Olek karna itu, pihak Inggris di bawah pimpinan E.C Mansengh mengeluarkan ultimatum agar tentara untuk menyerah paling lambat pukul 06.00. Ternyata ultimatum dari pihak Inggris itu tidak dipedulikan. Inggris naik pitam dan segera melancarkan serangan besar-besaran di kota Surabaya. Rakyat Surabaya pada umumnya menyambut dengan kekuatan senjata pula. Pengalaman dan persenjataan Sekutu yang unggul,tidak menyebabkan rakyat Surabaya menyerah. Para tokoh yang memimpin dan memberikan dorongan bagi pejuang kita,antara lain Gubernur Suryo dan Jonosewojo selaku Komandan Divisi Surabaya. Bung Tomo sebagai pemimpin perjuangan rakyat Surabaya meneriakan pekik Allahu Akbardiradio untuk membangkitkan semangat perjuangan. Serangan Sekutu yang membabi buta menyebabkan Kota Surabaya hancur. Tokoh yang berhasil membakar semangat selain Bung Tomo adalah Ktut Tantri. Ia seorang wanita Amerika yang ikut membakar semangat para pejuang kita untuk terus berperang melawan kekuatan asing. Banyak korban jatuh dalam pertempuran heroic itu. Untuk mengenang peristiwa heroik itu,setiap tanggal 10 November di peringati sebagai Hari Pahlawan sebagai peringatan,di Surabaya di bangun Tugu Pahlawan.B. Konflik Indonesia Melawan Belanda1. Perundingan Linggajati

Perundinggan Linggajati berlangsung pada tanggal 10-15 November 1946 di Linggajati,Kuningan,Cirebon. Dalam perundingan ini delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir dan Dr.A.K.Gani,sedangkan pihak Belanda dipimpin Prof.Schermerhorn dengan anggota Dr.Van Mook,F.De Boer.dan Van Poll.

2. Agresi Militer Belanda IPada tanggal 21 Juli 1947,Belanda melancarkan serangan kedaerah-daerah yang menjadi wilayah RI. Serangan inilah yang dikenal dengan Agresi Militer 1. Belanda mulai menduduki Sumatera,Jawa Barat,Jawa Tengah,dan Jawa Timur. Menghadapi tindakan licik Belanda ini,pasukan TNI berusaha melancarkan serangan udara. Namun,harus diakui Belanda memang lebih kuat.

Untuk mengatasi dan menyelesaikan persengketan antara Indonesia dan Belanda secara damai, Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Jasa Baik. Komisi itu kemudian terkenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota Komisi Tiga Negara dipilih oleh masing-masing Negara yang bertikai. Anggota Komisi Tiga Negara itu adalah :a. Australia diwakili oleh Richard Kirby (Negara pilihan Indonesia)

b. Belgia diwakili oleh Paul Van Zealand (Negara pilihan Belanda),dan

c. Amerika Serikat diwakili oleh Dr.Frank Graham (Negara pilihan Indonesia dan Belanda)

3. Perjanjian Renville

Belanda dan Indonesia akhirnya menerima naskah kesepakatan Perjanjian Renville. Perjanjian itu ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948. Isi Perjanjian Renville itu adalah sebagai berikut :

a. Persetujuan genjatan senjata,yakni kesepakatan untuk menghentikan tembak-menembak disepanjang Garis Van Mook.

b. Dasar-dasar politik,berisi kesediaan kedua pihak untuk menyelesaikan pertikaian secara damai dengan bantuan KTN.

c. Pasal-pasal tambahan,antara lain berisi keteneuan bahwa kedaulatan Indonesia untuk sementara berada di tangan Belanda dan akan diserahkan kepada pihak NIS (Negara Indonesia Serikat)

4. Agresi Militer Belanda II

Pada tanggal 18 Desember 1948,pejabat Belanda Dr.Beel menyatakan tidak lagi mengakui isi Perjanjian Renville. Dengan demikian,Belanda ingin bebas bertindak di Indonesia. Pada tanggal 19 Desember 1948,Belanda melancarkan Agresi Militer II . Lapangan terbang Maguwo dihujani tembakan. Sasaran serangan terus bergerak kea rah pusat ibu kota RI.C. Pengaruh Konflik Indonesia-Belanda Terhadap Keberadaan Negara

1. Menghadapi Pemberontakan PKI Tahun 1948

Pada saat bangsa Indonesia sedang berjuang keras menghadapi Belanda pada tahun 1948, PKI melancarkan pemberontakan di Madiun. Latar belakang pemberontakan itu tidak dapat terlepas dari ambisi PKI untuk berkuasa dan mengkomunikasikan itu tidak dapat terlepas dari ambisi untuk berkuasa dan mengkomunikasikan Indonesia. FDR (Front Demokrasi Rakyat) dibentuk pada tanggal 26 February 1948 dengan programnya antara lain :a. menuntut dibubarkannya cabinet Hatta.

b. membentuk cabinet baru yang mengikutsertakan kekuatan FDR dan PKI.

Pada tanggal 11 Agustus 1942,Muso (pimpinan PKI tahun 1920-an) kembali dari Uni Soviet. Amir Syarifudin dan sebagai besar pimpinan FDR di Jawa Timur yang telah bergabung dengan PKI sejak tahun 1935 menggabungkan FDR dengan PKI. Persiapan dan cara yang dilakukan PKI sebelum melakukan pemberontakan adalah dengan agitasi,propaganda,demonstrasi,dan pemogokan. Pada tanggal 1 September 1948,dibentuklah Comitte Central PKI (CCPKI) yang diketahui oleh Muso. Puncak gerakan PKI terjadi pada tanggal 18 September 1948.

Tindakan Muso dan Amir Syarifuddin tidak hanya berhenti disitu. Mereka selanjutnya memproklamasikan berdirinya Negara Republik Soviet Indonesia. Presiden Soekarno dan perdana menteri Moh.Hatta mengutuk keras tindakan PKI. Oleh karena itu,pemerintah segera melancarkan operasi penumpasan. Panglima Jenderal Sudirman kemudian mengeluarkan perintah harian yang isinya,antara lain,menunjuk Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Jawa Timur. Dengan gerakan Operasi Militer itu. Pada tanggal 30 September 1948,Madiun segera dapat direbut dan dikendalikan oleh pemerintah Indonesia.2. Menghadapi Gerakan DI/TII

Gerakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmaji Marijan Kanosuwiryo. Munculnya gerakan DI/TII di Jawa Barat itu bermula pada saat pelaksanaan isi perjanjian Renville. Untuk menghadapi DI/TII,Panglima Besar Jenderal Sudirman segera mengeluarkan intruksi kepada pasukan Siliwangi yang ada di Jawa Tengah untuk melakukan long march ke Jawa Barat sebagai persiapan perang gerilya. Gerakan DI/TII di jawa barat itu makin meningkat. DI/TII melakukan sabotase,perusakan,dan pembakaran rumah-rumah penduduk. Pada tanggal 7 agustus 1949, pimpinan DI/TII Kartosuwiryo memproklamasikan berdiri nya Negara Islam Indonesia. Setelah itu, gerakan DI/TII berkembang ke berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.3. Berdirinya Negara-Negara Bentukan Belanda

Berdirinya Negara-negara Belanda itu jelas mengganggu dan mengancam keberadaan Negara Kesatuan RI.

Negara-Negara bentukan Belanda adalah sebagai berikut :

Negara Indonesia Timur

Negara Pasundan

Daerah Istimewa Borneo Barat

Negara Madura

Negara Sumatera Timur

Negara Jawa Timur

D. Kelanjutan Diplomasi dan Pengakuan Kedaulatan1. Konferensi Inter-Indonesia

Sikap Negara-negara bagian bentukan Belanda mulai berubah setelah Belanda melancarkan Agresi Militer II. Negara-negar bagian yang tergabung dalam BFO mulai bersimpati kepada RI. Sebelum pelaksanaan Konferensi Meja Bundar (KMB)maka diadakan KOnferensi Inter-Indonesia. KonferensiInter-Indonesia yakni konferensi antara Negara-negara BFO dengan RI. Konferensi diadakan pada tanggal 11-12 juli 1949 di Yogyakarta. Konferensi dilanjutkan di Jakarta pada tanggal 31 juli-1 Agustus 1949.2. Konferensi Meja BundarDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Suasana sidang Konferensi Meja Bundar

Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.[1]

Latar Belakang

Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan. Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja Bundar

Wikisumber memiliki naskah atau teks asli yang berkaitan dengan United Nations Security Council Resolution 63Wikisumber memiliki naskah atau teks asli yang berkaitan dengan Indonesia diterima menjadi anggota PBB Hasil konferensi

Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:

Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan bagian dari serahterima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.[2]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar" \l "cite_note-2"[3]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar" \l "cite_note-3"[4]

HYPERLINK "http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar" \l "cite_note-4"[5] Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai kepala negara

Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat

1. Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat.

2. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland.

3. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949

Sebagai kelanjutan pelaksanaan isi Persetujuan Roem-royen, pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB). KMB dilaksanakan di Den Haag,Belanda. Kelompok-kelompok yang hadir dalam KMB ini adalah

A. Delegrasi Indonesia, dipimpin Moh. Hatta dengan beberapa anggota seperti Moh. Roem Soepomo, J.Leimena, dan Ali

Sastromijoyo.

B. Delegrasi BFO, dipimpin oleh Sultan Hamid II

C. Delegrasi Belanda, dipimpin oleh Van Maarseveen

D. Delegrasi UNCI, diwakili Chritchley

Adapun hasil-hasil KMB adalah sebagai berikut :

a. Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS) pada akhir Desember 1949

b. masalah Irian Barat akan diselesaikan setahun setelah pengakuan

kedaulatan.

c. Dibentuk Uni Indonesia Belanda berdasarkan kerja sama sederajat.

d. RIS harus menanggung utang Belanda sejak tahun 1942.

3. Pembentukan RIS dan Pengakuan Kedaulatan

Republik Indonesia Serikat, disingkat RIS, adalah suatu negara federasi yang berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.

Republik Indonesia Serikat terdiri beberapa negara bagian, yaitu:

1. Republik Indonesia2. Negara Indonesia Timur3. Negara Pasundan4. Negara Jawa Timur5. Negara Madura6. Negara Sumatra Timur7. Negara Sumatra SelatanDi samping itu, ada juga negara-negara yang berdiri sendiri dan tak tergabung dalam federasi, yaitu:

1. Jawa Tengah2. Kalimantan Barat3. Dayak Besar4. Daerah Banjar5. Kalimantan Tenggara6. Kalimantan Timur (tidak temasuk bekas wilayah Kesultanan Pasir)

7. Bangka8. Belitung9. RiauRepublik Indonesia Serikat dibubarkan pada 17 Agustus 1950.

Republik Indonesia Serikat memiliki konstitusi yaitu Konstitusi RIS. Piagam Konstitusi RIS ditandatangani oleh para Pimpinan Negara/Daerah dari 16 Negara/Daerah Bagian RIS, yaitu

1. Mr. Susanto Tirtoprodjo dari Negara Republik Indonesia menurut perjanjian Renville.

2. Sultan Hamid II dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat

3. Ide Anak Agoeng Gde Agoeng dari Negara Indonesia Timur

4. R.A.A. Tjakraningrat dari Negara Madura

5. Mohammad Hanafiah dari Daerah Banjar

6. Mohammad Jusuf Rasidi dari Bangka

7. K.A. Mohammad Jusuf dari Belitung

8. Muhran bin Haji Ali dari Dayak Besar

9. Dr. R.V. Sudjito dari Jawa Tengah

10. Raden Soedarmo dari Negara Jawa Timur

11. M. Jamani dari Kalimantan Tenggara

12. A.P. Sosronegoro dari Kalimantan Timur

13. Mr. Djumhana Wiriatmadja dari Negara Pasundan

14. Radja Mohammad dari Riau

15. Abdul Malik dari Negara Sumatra Selatan

16. Radja Kaliamsyah Sinaga dari Negara Sumatra Timur