Tugas Sejarah Kelas XI

34
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M . Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu. Tarumanagara 358–669 Wilayah Tarumanagara Ibu kota Sundapura (dekat Tugu dan Bekasi ) Bahasa Sunda , Sanskerta Agama Hindu , Buddha , Sunda Wiwitan Pemerintahan Monarki Sejarah - Didirikan 358 - Serbuan Sriwijaya pada tahun 650 669 Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta Raja-raja Tarumanegara No Raja Masa pemerintahan 1 Jayasingawarman 358 -382 2 Dharmayawarman 382 -395 3 Purnawarman 395 -434

description

Tugas

Transcript of Tugas Sejarah Kelas XI

Page 1: Tugas Sejarah Kelas XI

Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan, terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.

Tarumanagara← 358–669 →

Wilayah Tarumanagara

Ibu kota Sundapura (dekat Tugu dan Bekasi)

Bahasa Sunda, SanskertaAgama Hindu, Buddha,

Sunda WiwitanPemerintahan MonarkiSejarah - Didirikan 358 - Serbuan Sriwijaya pada tahun 650

669

Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta

Raja-raja TarumanegaraNo Raja Masa pemerintahan1 Jayasingawarman 358-3822 Dharmayawarman 382-3953 Purnawarman 395-4344 Wisnuwarman 434-4555 Indrawarman 455-5156 Candrawarman 515-5357 Suryawarman 535-5618 Kertawarman 561-6289 Sudhawarman 628-639

10 Hariwangsawarman 639-64011 Nagajayawarman 640-66612 Linggawarman 666-669

Page 2: Tugas Sejarah Kelas XI

Kerajaan Kutai

Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam.[1][2] Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.

.Mulawarman

Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.

Aswawarman

Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.

Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.

Berakhir

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.

Nama-Nama Raja Kutai

Page 3: Tugas Sejarah Kelas XI

1. Maharaja Kundungga, gelar anumerta Dewawarman pendiri2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)3. Maharaja Mulawarman4. Maharaja Marawijaya Warman5. Maharaja Gajayana Warman6. Maharaja Tungga Warman7. Maharaja Jayanaga Warman8. Maharaja Nalasinga Warman9. Maharaja Nala Parana Tungga10. Maharaja Gadingga Warman Dewa11. Maharaja Indra Warman Dewa12. Maharaja Sangga Warman Dewa13. Maharaja Candrawarman14. Maharaja Sri Langka Dewa15. Maharaja Guna Parana Dewa16. Maharaja Wijaya Warman17. Maharaja Sri Aji Dewa18. Maharaja Mulia Putera19. Maharaja Nala Pandita20. Maharaja Indra Paruta Dewa21. Maharaja Dharma Setia

Kerajaan Kalingga

Kalingga atau Ho-ling (sebutan dari sumber Tiongkok) adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu yang muncul di Jawa Tengah sekitar abad ke-6 masehi. Letak pusat kerajaan ini belumlah jelas, kemungkinan berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara sekarang. Sumber sejarah kerajaan ini masih belum jelas dan kabur, kebanyakan diperoleh dari sumber catatan China, tradisi kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang disusun berabad-abad kemudian pada abad ke-16 menyinggung secara singkat mengenai Ratu Shima dan kaitannya dengan Kerajaan Galuh. Kalingga telah ada pada abad ke-6 Masehi dan keberadaannya diketahui dari sumber-sumber Tiongkok. Kerajaan ini pernah diperintah oleh Ratu Shima, yang dikenal memiliki peraturan barang siapa yang mencuri, akan dipotong tangannya.

Catatan dari sumber lokal

Kisah lokal

Terdapat kisah yang berkembang di Jawa Tengah utara mengenai seorang Maharani legendaris yang menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kebenaran dengan keras tanpa pandang bulu. Kisah legenda ini bercerita mengenai Ratu Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal jujur dan taat hukum.

Page 4: Tugas Sejarah Kelas XI

Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya. Hingga tiga tahun kemudian kantung itu disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum menjatuhkan hukuman mati kepada putranya, dewan menteri memohon agar Ratu mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong kakinya.[1]

Carita Parahyangan

Berdasarkan naskah Carita Parahyangan yang berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima, Parwati, menikah dengan putera mahkota Kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak, yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh. Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sanaha yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjaya yang kelak menjadi raja Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).

Setelah Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.

Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada putranya dari Tejakencana, yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumi Sambara, dan memiliki putra yaitu Rakai Panangkaran.

Pada abad ke-5 muncul Kerajaan Ho-ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat

Prasasti

Prasasti peninggalan Kerajaan Ho-ling adalah Prasasti Tukmas. Prasasti ini ditemukan di ditemukan di lereng barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasa Sanskerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih. Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra dan bunga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.[3]

Sementara di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, ditemukan Prasasti Sojomerto. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama

Page 5: Tugas Sejarah Kelas XI

Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.

Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais. Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.

Kerajaan Kahuripan

Kahuripan adalah nama yang lazim dipakai untuk sebuah kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Airlangga pada tahun 1009. Kerajaan ini dibangun sebagai kelanjutan Kerajaan Medang yang runtuh tahun 1006.

Runtuhnya Kerajaan Medang

Raja Kerajaan Medang yang terakhir bernama Dharmawangsa Teguh, saingan berat Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1006 Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan. Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga lolos dalam serangan itu.

Airlangga adalah putera pasangan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh) dan Udayana raja Bali. Ia lolos ditemani pembantunya yang bernama Narotama. Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa di hutan pegunungan (wanagiri).

Airlangga Mendirikan Kerajaan

Pada tahun 1009, datang para utusan rakyat meminta agar Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang. Karena kota Watan sudah hancur, maka, Airlangga pun membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan.

Pada mulanya wilayah kerajaan yang diperintah Airlangga hanya meliputi daerah Gunung Penanggungan dan sekitarnya, karena banyak daerah-daerah bawahan Kerajaan Medang yang membebaskan diri. Baru setelah Kerajaan Sriwijaya dikalahkan Rajendra Coladewa raja Colamandala dari India tahun 1023. Airlangga merasa leluasa membangun kembali kejayaan Wangsa Isyana.

Peperangan demi peperangan dijalani Airlangga. Satu demi satu kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dapat ditaklukkannya. Namun pada tahun 1032 Airlangga kehilangan kota Watan Mas karena diserang oleh raja wanita yang kuat bagai raksasa. Airlangga kemudian membangun ibu kota baru bernama Kahuripan di daerah Sidoarjo sekarang. Musuh wanita dapat dikalahkan, bahkan kemudian Raja Wurawari pun dapat dihancurkan pula. Saat itu wilayah kerajaan mencakup hampir seluruh Jawa Timur.

Page 6: Tugas Sejarah Kelas XI

Nama Kahuripan inilah yang kemudian lazim dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin Airlangga, sama halnya nama Singhasari yang sebenarnya cuma nama ibu kota, lazim dipakai sebagai nama kerajaan yang dipimpin Kertanagara.

Pusat kerajaan Airlangga kemudian dipindah lagi ke Daha, berdasarkan prasasti Pamwatan, 1042 dan Serat Calon Arang.

Kahuripan sebagai ibu kota Janggala

Pada akhir pemerintahannya, Airlangga berhadapan dengan masalah persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Calon raja yang sebenarnya, yaitu Sanggramawijaya Tunggadewi, memilih menjadi pertapa dari pada naik takhta.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membagi kerajaannya menjadi dua, yaitu bagian barat bernama Kadiri beribu kota di Daha, diserahkan kepada Sri Samarawijaya, serta bagian timur bernama Janggala beribu kota di Kahuripan, diserahkan kepada Mapanji Garasakan.

Setelah turun takhta, Airlangga menjalani hidup sebagai pertapa sampai meninggal sekitar tahun 1049.

Kahuripan dalam sejarah Majapahit

Nama Kahuripan muncul kembali dalam catatan sejarah Kerajaan Majapahit yang berdiri tahun 1293. Raden Wijaya sang pendiri kerajaan tampaknya memperhatikan adanya dua kerajaan yang dahulu diciptakan oleh Airlangga.

Dua kerajaan tersebut adalah Kadiri alias Daha, dan Janggala alias Kahuripan atau Jiwana. Keduanya oleh Raden Wijaya dijadikan sebagai daerah bawahan yang paling utama. Daha di barat, Kahuripan di timur, sedangkan Majapahit sebagai pusat.

Pararaton mencatat beberapa nama yang pernah menjabat sebagai Bhatara i Kahuripan, atau disingkat Bhre Kahuripan. Yang pertama ialah Tribhuwana Tunggadewi putri Raden Wijaya. Setelah tahun 1319, pemerintahannya dibantu oleh Gajah Mada yang diangkat sebagai patih Kahuripan, karena berjasa menumpas pemberontakan Ra Kuti.

Hayam Wuruk sewaktu menjabat yuwaraja juga berkedudukan sebagai raja Kahuripan bergelar Jiwanarajyapratistha. Setelah naik takhta Majapahit, gelar Bhre Kahuripan kembali dijabat ibunya, yaitu Tribhuwana Tunggadewi.

Sepeninggal Tribhuwana Tunggadewi yang menjabat Bhre Kahuripan adalah cucunya, yang bernama Surawardhani. Lalu digantikan putranya, yaitu Ratnapangkaja.

Sepeninggal Ratnapangkaja, gelar Bhre Kahuripan disandang oleh keponakan istrinya (Suhita) yang bernama Rajasawardhana. Ketika Rajasawardhana menjadi raja Majapahit, gelar Bhre Kahuripan diwarisi putra sulungnya, yang bernama Samarawijaya.

Page 7: Tugas Sejarah Kelas XI

Kerajaan Kadiri

Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu, adalah sebuah kerajaan yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Latar Belakang Kerajaan Kediri

Sesungguhnya kota Daha sudah ada sebelum Kerajaan Kadiri berdiri. Daha merupakan singkatan dari Dahanapura, yang berarti kota api. Nama ini terdapat dalam prasasti Pamwatan yang dikeluarkan Airlangga tahun 1042. Hal ini sesuai dengan berita dalam Serat Calon Arang bahwa, saat akhir pemerintahan Airlangga, pusat kerajaan sudah tidak lagi berada di Kahuripan, melainkan pindah ke Daha.

Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan.

Menurut Nagarakretagama, sebelum dibelah menjadi dua, nama kerajaan yang dipimpin Airlangga sudah bernama Panjalu, yang berpusat di Daha. Jadi, Kerajaan Janggala lahir sebagai pecahan dari Panjalu. Adapun Kahuripan adalah nama kota lama yang sudah ditinggalkan Airlangga dan kemudian menjadi ibu kota Janggala.

Pada mulanya, nama Panjalu atau Pangjalu memang lebih sering dipakai dari pada nama Kadiri. Hal ini dapat dijumpai dalam prasasti-prasasti yang diterbitkan oleh raja-raja Kadiri. Bahkan, nama Panjalu juga dikenal sebagai Pu-chia-lung dalam kronik Cina berjudul Ling wai tai ta (117

Karya Sastra Zaman Kadiri

Seni sastra mendapat banyak perhatian pada zaman Kerajaan Panjalu-Kadiri. Pada tahun 1157 Kakawin Bharatayuddha ditulis oleh Mpu Sedah dan diselesaikan Mpu Panuluh. Kitab ini bersumber dari Mahabharata yang berisi kemenangan Pandawa atas Korawa, sebagai kiasan kemenangan Sri Jayabhaya atas Janggala.

Berikut adalah nama-nama raja yang pernah memerintah di Daha, ibu kota Kadiri:

Runtuhnya Kadiri

Kerajaan Panjalu-Kadiri runtuh pada masa pemerintahan Kertajaya, dan dikisahkan dalam Pararaton dan Nagarakretagama.

Page 8: Tugas Sejarah Kelas XI

Pada tahun 1222 Kertajaya sedang berselisih melawan kaum brahmana yang kemudian meminta perlindungan Ken Arok akuwu Tumapel. Kebetulan Ken Arok juga bercita-cita memerdekakan Tumapel yang merupakan daerah bawahan Kadiri.

Perang antara Kadiri dan Tumapel terjadi dekat desa Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan pasukan Kertajaya. Dengan demikian berakhirlah masa Kerajaan Kadiri, yang sejak saat itu kemudian menjadi bawahan Tumapel atau Singhasari.

Setelah Ken Arok mengangkat Kertajaya, Kadiri menjadi suatu wilayah dibawah kekuasaan Singhasari. Ken Arok mengangkat Jayasabha, putra Kertajaya sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258 Jayasabha digantikan putranya yang bernama Sastrajaya. Pada tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya, yaitu Jayakatwang. Jayakatwang memberontak terhadap Singhasari yang dipimpin oleh Kertanegara, karena dendam masa lalu dimana leluhurnya Kertajaya dikalahkan oleh Ken Arok. Setelah berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang membangun kembali Kerajaan Kadiri, namun hanya bertahan satu tahun dikarenakan serangan gabungan yang dilancarkan oleh pasukan Mongol dan pasukan menantu Kertanegara, Raden Wijaya.

Kerajaan Singhasari

Awal berdiri

Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.

Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.

Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel, namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.

Versi Pararaton adalah:

1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)

2. Anusapati (1247 - 1249)3. Tohjaya (1249 - 1250)4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 -

1272)

Versi Nagarakretagama adalah:

1. Rangga Rajasa Sang Girinathaputra (1222 - 1227)

2. Anusapati (1227 - 1248)3. Wisnuwardhana (1248 - 1254)4. Kertanagara (1254 - 1292)

Page 9: Tugas Sejarah Kelas XI

5. Kertanagara (1272 - 1292)

Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.

Kisah suksesi raja-raja Tumapel versi Pararaton diwarnai pertumpahan darah yang dilatari balas dendam. Ken Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang digantikan Kertanagara (putranya) secara damai. Sementara itu versi Nagarakretagama tidak menyebutkan adanya pembunuhan antara raja pengganti terhadap raja sebelumnya. Hal ini dapat dimaklumi karena Nagarakretagama adalah kitab pujian untuk Hayam Wuruk raja Majapahit. Peristiwa berdarah yang menimpa leluhur Hayam Wuruk tersebut dianggap sebagai aib.

Di antara para raja di atas hanya Wisnuwardhana dan Kertanagara saja yang didapati menerbitkan prasasti sebagai bukti kesejarahan mereka. Dalam Prasasti Mula Malurung (yang dikeluarkan Kertanagara atas perintah Wisnuwardhana) ternyata menyebut Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama. Prasasti tersebut dikeluarkan oleh Kertanagara tahun 1255 selaku raja bawahan di Kadiri. Dengan demikian, pemberitaan kalau Kertanagara naik takhta tahun 1254 dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah bahwa Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri dahulu, baru pada tahun 1268 ia bertakhta di Singhasari. Diagram silsilah di samping ini adalah urutan penguasa dari Wangsa Rajasa, yang bersumber dari Pararaton.

Pemerintahan bersama

Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka.

Apabila kisah kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.

Kejayaan

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan

Page 10: Tugas Sejarah Kelas XI

dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

KeruntuhanCandi Singhasari dibangun sebagai tempat pemuliaan Kertanegara, raja terakhir Singhasari.

Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh.

Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.

Kerajaan Medang

Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu) adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi baik yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.

Pada umumnya, istilah Kerajaan Medang hanya lazim dipakai untuk menyebut periode Jawa Timur saja, padahal berdasarkan prasasti-prasasti yang telah ditemukan, nama Medang sudah dikenal sejak periode sebelumnya, yaitu periode Jawa Tengah.

Sementara itu, nama yang lazim dipakai untuk menyebut Kerajaan Medang periode Jawa Tengah adalah Kerajaan Mataram, yaitu merujuk kepada salah daerah ibu kota kerajaan ini. Kadang untuk membedakannya dengan Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16, Kerajaan Medang periode Jawa Tengah biasa pula disebut dengan nama Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu.

Daftar raja-raja Medang

Apabila teori Slamet Muljana benar, maka daftar raja-raja Medang sejak masih berpusat di Bhumi Mataram sampai berakhir di Wwatan dapat disusun secara lengkap sebagai berikut:

Page 11: Tugas Sejarah Kelas XI

Candi Prambanan dari abad ke-9, terletak di Prambanan, Yogyakarta, dibangun antara masa pemerintahan Rakai Pikatan dan Dyah Balitung.

1. Sanjaya , pendiri Kerajaan Medang2. Rakai Panangkaran , awal berkuasanya Wangsa Syailendra3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra4. Rakai Warak alias Samaragrawira5. Rakai Garung alias Samaratungga6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala8. Rakai Watuhumalang 9. Rakai Watukura Dyah Balitung 10. Mpu Daksa 11. Rakai Layang Dyah Tulodong 12. Rakai Sumba Dyah Wawa 13. Mpu Sindok , awal periode Jawa Timur14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya15. Makuthawangsawardhana 16. Dharmawangsa Teguh , Kerajaan Medang berakhir

Struktur pemerintahan

Raja merupakan pemimpin tertinggi Kerajaan Medang. Sanjaya sebagai raja pertama memakai gelar Ratu. Pada zaman itu istilah Ratu belum identik dengan kaum perempuan. Gelar ini setara dengan Datu yang berarti "pemimpin". Keduanya merupakan gelar asli Indonesia.

Ketika Rakai Panangkaran dari Wangsa Sailendra berkuasa, gelar Ratu dihapusnya dan diganti dengan gelar Sri Maharaja. Kasus yang sama terjadi pada Kerajaan Sriwijaya di mana raja-rajanya semula bergelar Dapunta Hyang, dan setelah dikuasai Wangsa Sailendra juga berubah menjadi Sri Maharaja.

Pemakaian gelar Sri Maharaja di Kerajaan Medang tetap dilestarikan oleh Rakai Pikatan meskipun Wangsa Sanjaya berkuasa kembali. Hal ini dapat dilihat dalam daftar raja-raja versi Prasasti Mantyasih yang menyebutkan hanya Sanjaya yang bergelar Sang Ratu.

Jabatan tertinggi sesudah raja ialah Rakryan Mahamantri i Hino atau kadang ditulis Rakryan Mapatih Hino. Jabatan ini dipegang oleh putra atau saudara raja yang memiliki peluang untuk naik takhta selanjutnya. Misalnya, Mpu Sindok merupakan Mapatih Hino pada masa pemerintahan Dyah Wawa.

Jabatan Rakryan Mapatih Hino pada zaman ini berbeda dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Patih zaman Majapahit setara dengan perdana menteri namun tidak berhak untuk naik takhta.

Jabatan sesudah Mahamantri i Hino secara berturut-turut adalah Mahamantri i Halu dan Mahamantri i Sirikan. Pada zaman Majapahit jabatan-jabatan ini masih ada namun hanya

Page 12: Tugas Sejarah Kelas XI

sekadar gelar kehormatan saja. Pada zaman Wangsa Isana berkuasa masih ditambah lagi dengan jabatan Mahamantri Wka dan Mahamantri Bawang.

Jabatan tertinggi di Medang selanjutnya ialah Rakryan Kanuruhan sebagai pelaksana perintah raja. Mungkin semacam perdana menteri pada zaman sekarang atau setara dengan Rakryan Mapatih pada zaman Majapahit. Jabatan Rakryan Kanuruhan pada zaman Majapahit memang masih ada, namun kiranya setara dengan menteri dalam negeri pada zaman sekarang.

keadaan pendudukTemuan Wonoboyo berupa artifak emas menunjukkan kekayaan dan kehalusan seni budaya kerajaan Medang.

Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram sampai periode Wwatan pada umumnya bekerja sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal sebagai negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.

Agama resmi Kerajaan Medang pada masa pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa. Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi kerajaan berganti menjadi Buddha aliran Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi.

Konflik takhta periode Jawa Tengah

Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi putra Rakai Pikatan (sekitar 856 – 880–an), ditemukan beberapa prasasti atas nama raja-raja lain, yaitu Maharaja Rakai Gurunwangi dan Maharaja Rakai Limus Dyah Dewendra. Hal ini menunjukkan kalau pada saat itu Rakai Kayuwangi bukanlah satu-satunya maharaja di Pulau Jawa. Sedangkan menurut prasasti Mantyasih, raja sesudah Rakai Kayuwangi adalah Rakai Watuhumalang.

Dyah Balitung yang diduga merupakan menantu Rakai Watuhumalang berhasil mempersatukan kembali kekuasaan seluruh Jawa, bahkan sampai Bali. Mungkin karena kepahlawanannya itu, ia dapat mewarisi takhta mertuanya.

Pemerintahan Balitung diperkirakan berakhir karena terjadinya kudeta oleh Mpu Daksa yang mengaku sebagai keturunan asli Sanjaya. Ia sendiri kemudian digantikan oleh menantunya, bernama Dyah Tulodhong. Tidak diketahui dengan pasti apakah proses suksesi ini berjalan damai ataukah melalui kudeta pula.

Tulodhong akhirnya tersingkir oleh pemberontakan Dyah Wawa yang sebelumnya menjabat sebagai pegawai pengadilan.

itu bernama Airlangga yang mengaku bahwa ibunya adalah keturunan Mpu Sindok. Kerajaan yang ia dirikan kemudian lazim disebut dengan nama Kerajaan Kahuripan.

Page 13: Tugas Sejarah Kelas XI

8. Kerajaan Sunda/PajajaranBerdasarkan naskah kuno yang ditemukan, di daerah Jawa Barat telahberulang kali terjadi perpindahan pusat kerajaan Hindu sesudah Tarumanegara.Secara berurutan pusat-pusat kerajaan itu adalah Galuh, Prahajyan Sunda, Kawali,dan Pakwan Pajajaran.a. Bidang PolitikAkibat sumber-sumber sejarah yang sangat terbatas, aspek kehidupan politiktentang Kerajaan Sunda/Pajajaran hanya sedikit saja yang diketahui. Aspekkehidupan politik yang diketahui terbatas pada perpindahan pusat pemerintahandan pergantian takhta raja.1) Kerajaan GaluhSejarah di Jawa Barat setelah Tarumanegara tidak banyak diketahui.Kegelapan itu sedikit tersingkap oleh Prasasti Canggal yang ditemukan diGunung Wukir, Jawa Tengah berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal dibuatoleh Sanjaya sebagai tanda kebesaran dan kemenangannya. Prasasti Canggalmenyebutkan bahwa Sanjaya adalah anak Sanaha, saudara perempuan RajaSanna. Dalam kitab Carita Parahyangan juga disebutkan nama Sanjaya. Menurutversi kitab Carita Parahyangan, Sanjaya adalah anak Raja Sena yang berkuasadi Kerajaan Galuh.Sena adalah anak Mandiminyak dari hasil hubungan gelap dengan PwahRababu, istri Rahyang Sempakwaja yang merupakan kakak sulungMandiminyak, sebagai Raja Galuh. Diduga karena raja tidak mempunyai putramahkota, setelah Mandiminyak mangkat, Sena diangkat menjadi raja. Raja Senaberkuasa selama tujuh tahun. Suatu ketika Raja Sena diserang oleh RahyangPurbasora (saudara seibu) dan mengalami kekalahan. Akibatnya, Raja Senadiasingkan ke Gunung Merapi beserta keluarganya. 2) Pusat Kerajaan Prahajyan SundaNama Sunda muncul lagi pada Prasasti Sahyang Tapak yang ditemukan diPancalikan dan Bantarmuncang daerah Cibadak, Sukabumi. Prasasti itu berangkatahun 952 Saka (1030 M), berbahasa Jawa Kuno dengan huruf Kawi. Namatokoh yang disebut adalah Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen WisnumurtiSamarawijaya Sakalabhuwanaman-daleswaranindita Haro GowardhanaWikramottunggadewa, sedangkan daerah kekuasaannya disebut Prahajyan Sunda.Prasasti Sanghyang Tapak, antara lain menyebutkan bahwa pada tahun1030 Jayabhupati membuat daerah larangan di sebelah timur SanghyangTapak. Daerah larangan itu berupa sebagian sungai yang siapa pun dilarangmandi dan menangkap ikan di dalamnya. Siapa pun yang melanggar laranganakan terkena kutukan yang mengerikan, misalnya akan terbelah kepalanya,terminum darahnya, atau terpotong-potong ususnya.Berdasarkan gelarnya yang menunjukkan persamaan dengan gelar Airlanggadi Jawa Timur dan masa pemerintahannya pun bersamaan, ada dugaan bahwadi antara kedua kerajaan tersebut ada hubungan atau pengaruh. Akan tetapi,Jayabhupati berulang kali menyatakan bahwa dirinya adalah haji ri Sunda (rajadi Sunda). Jadi, Jayabhupati bukan raja bawahan Airlangga. 3) Pusat Kerajaan KawaliPada zaman pemerintahan siapa pusat Kerajaan Sunda mulai berada diKawali tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi, menurut prasasti di Astanagede(Kawali), diketahui bahwa setidak-tidaknya pada masa pemerintahan RahyangPerkembangan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia 39Niskala Wastu Kancana pusat kerajaan sudah berada di situ. Istananya bernama

Page 14: Tugas Sejarah Kelas XI

Surawisesa. Raja telah membuat selokan di sekeliling keraton dan mendirikanperkampungan untuk rakyatnya.Menurut kitab Pararaton, pada tahun 1357 Masehi terjadi peristiwaPasundan–Bubat atau Perang Bubat, yaitu peperangan antara Sunda danMajapahit. Pada masa itu Sunda diperintah oleh Prabu Sri Baduga Maharaja(ayah Wastu Kancana) dan Majapahit diperintah oleh Raja Hayam Wuruk. Padapertempuran itu Prabu Maharaja gugur. Ketika Perang Bubat terjadi, WastuKancana masih kecil sehingga pemerintahannya untuk sementara diserahkankepada pengasuhnya, yaitu Hyang Bunisora. Ia menjalankan pemerintahanselama 14 tahun (1357–1371).Wastu Kancana setelah dewasa menerima kembali tampuk pemerintahandari Hyang Bunisora. Wastu Kancana memerintah cukup lama (1371–1471)karena masyarakat mendukungnya. Wastu Kancana didukung masyarakat karenaselalu menjalankan agama dengan baik dan sangat memperhatikan kesejahteraanrakyatnya. Setelah mangkat, Raja Wastu Kancana dimakamkan di Nusalarang.4) Pusat Kerajaan Pakwan PajajaranSetelah Raja Rahyang Ningrat Kancana jatuh, takhtanya digantikan olehputranya, Sang Ratu Jayadewata. Pada Prasasti Kebantenan, Jayadewata disebutsebagai yang kini menjadi Susuhunan di Pakwan Pajajaran. Pada PrasastiBatutulis Sang Jayadewata disebut dengan nama Prabu Dewataprana Sri BadugaMaharaja Ratu Haji di Pakwan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Sejakpemerintahan Sri Baduga Maharaja, pusat kerajaan beralih dari Kawali ke PakwanPajajaran yang dalam kitab Carita Parahyangan disebut Sri Bima Unta RayanaMadura Suradipati. Menurut kitab Carita Parahyangan, raja menjalankanpemerintahan berdasarkan kitab hukum yang berlaku sehingga terciptalahkeadaan aman dan tenteram, tidak terjadi kerusuhan atau perang.Sang Ratu Jayadewata sudah memperhitungkan terhadap makin meluasnyapengaruh Islam di wilayah Kerajaan Sunda. Untuk membendung pengaruhtersebut, baginda menjalin hubungan dengan Portugis di Malaka. Pada tahun1512 dan 1521 diutuslah Ratu Samiam dari Sunda ke Malaka. Akan tetapi,pada tahun 1522 ketika Henrique leme memimpin perutusannya ke Sunda,Ratu Samiam sudah berkuasa sebagai raja dan disebut Prabu Surawisesa.Rupanya dialah yang menggantikan Sang Ratu Jayadewata. Ratu Samiammemerintah selama 14 tahun (1521–1535). Setelah itu, Ratu Samiamdigantikan oleh Prabu Ratudewata yang memerintah tahun 1535–1543. Padamasa itu sering terjadi serangan terhadap Kerajaan Sunda, antara lain darikelompok Islam yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin dan Maulana Yusufdari Kerajaan Banten. Keterangan ini tidak bertentangan dengan naskah PurwakaCaruban Nagari, berkaitan dengan sejarah Cirebon. Diceritakan pula dalamnaskah itu bahwa pada abad ke-15 M, di Cirebon telah ada perguruan Islam,jauh sebelum Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) berdakwah menyebutkanagama Islam.Jatuhnya Sunda Kelapa, pelabuhan terbesar Kerajaan Sunda ke tanganpasukan Islam pada tahun 1527 menyebabkan terputusnya hubungan antaraPortugis dan Kerajaan Sunda. Keadaan itu ikut melemahkan pertahanan Sundasehingga satu demi satu pantainya jatuh ke tangan musuh. Keadaan makinburuk karena Prabu Ratudewanata lebih berkonsentrasi sebagai pendeta dankurang memperhatikan kesejahteraan rakyat. Adapun penggantinya, Sang RatuSaksi yang memerintah tahun 1443–1551 adalah raja yang kejam dan gemar“main wanita”. Demikian pula penggantinya, Tohaan di Majaya yang

Page 15: Tugas Sejarah Kelas XI

memerintah tahun 1551–1567, suka memperindah istana, berfoya-foya, danmabuk-mabukan. Oleh karena itu, pada masa pemerintahan Raja Nuisya MulyaKerajaan Sunda sudah tidak mungkin dipertahankan lagi dan akhirnya jatuh ketangan orang-orang Islam. Sejak tahun 1579 tamatlah riwayat Kerajaan Sundadi Jawa Barat.b. Bidang SosialNaskah Sanghyang Siksakandang Karesian memberi penjelasan adanyakelompok-kelompok masyarakat di dalam Kerajaan Sunda. Kelompok itu tidakberdasarkan jabatan dalam pemerintahan tetapi berdasarkan fungsi yang dimilikimasing-masing kelompok itu. Kelompok masyarakat itu, antara lain sebagaiberikut.1) Kelompok EkonomiKelompok ekonomi yang dimaksud adalah orang-orang yang melakukankegiatan ekonomi, misalnya, juru lukis (pelukis), pande dang (pembuat perabotrumah tangga), pande mas (perajin emas), palika (nelayan), rare angon(penggembala), dan penyawah (petani).2) Kelompok Alat NegaraKelompok masyarakat yang bertugas sebagai alat negara, misalnya bhayangkara(penjaga keamanan), prajurit (tentara), pam(a)rang (pemerang, tentara) nunangganan (jabatan di bawah mangkubumi) dan hulu jurit (kepala prajurit).3) Kelompok Rohani dan CendekiawanKelompok rohani dan cendekiawan adalah kelompok masyarakat yangmempunyai kemampuan di bidang tertentu, misalnya memen (dalang) yangmengetahui berbagai macam cerita; paraguna yang mempunyai pengetahuanberbagai macam lagu dan nyanyian; hempal yang mengetahui berbagai macampermainan; prepatun yang mempunyai berbagai macam cerita pantun; pratandaPerkembangan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia 41yang mengetahui berbagai macam tingkat dan kehidupan keagamaan; brahmanayang mengetahui berbagai macam mantra; janggan yang mengetahui berbagaimacam pemujaan yang dilakukan di sanggar.Tidak kalah menariknya pada masa Kerajaan Sunda juga telah diketahuikelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan tidak disukai orang. Pekerjaantidak terpuji itu, antara lain nyepet (mencopet), ngarebut (merampok), maling(pencuri), dan papanjingan (memasuki rumah orang). Pekerjaan seperti itudisebut cakap carut, yaitu sesuatu yang pantang diturut.Kehidupan manusia peladang akan menunjukkan ciri masyarakat peladang,yaitu sering berpindah-pindah. Bentuk kehidupan sering berpindah menyebabkanmasyarakatnya tidak membuat bangunan permanen dan kukuh. Oleh karenaitu, wajar kalau dari masyarakat Kerajaan Pajajaran tidak ditemui peninggalanberupa bangunan, misalnya candi.Hasil kebudayaan masyarakat Kerajaan Pajajaran yang sampai pada kitaumumnya berupa sastra tulis dan sastra lisan. Bentuk sastra tulis itu, misalnyakitab Carita Parahyangan, Sawakanda atau Serat Kanda, dan SanghyangSiksakandang Karesian. Adapun bentuk sastra lisan yang dijumpai umumnyaberupa cerita pantun, seperti Langgalarang Banyak Catra, Haturwangi, danSiliwangi.c. Bidang EkonomiMasyarakat Kerajaan Sunda umumnya hidup dari pertanian, khususnyaladang. Bukti ini didapat dari kitab Carita Parahyangan, misalnya ada keteranganpahuma (peladang), panggerek (pemburu), dan penyadap (penyadap).

Page 16: Tugas Sejarah Kelas XI

Ketiganya merupakan jenis pekerjaan di ladang.Selain bertumpu pada sektor pertanian, perekonomian Kerajaan Sunda jugadidukung oleh perdagangan. Hal itu dibuktikan dengan dimilikinya enam buahbandar yang cukup ramai dan penting. Melalui keenam bandar itu dilakukanusaha perdagangan dengan daerah dan kerajaan lain.Masyarakat Sunda di dalam melakukan jual beli telah menggunakan matauang

Kerajaan Balibali yang dikenal sebagai “Pulau Dewata” pada zaman duhulu kala sebelum kedatangan majapahit terdapat sebuah kerajaan yang muncul pertama kali di bali yaitu sekitar 914 M yang diketahui dari sebuah prasasti yang ditemukan di desa blanjong dekat Sanur yang memiliki pantai matahari terbit. Prasasti itu berangka tahun 836 saka yang menyebutkan nama rajanya “Khesari Warmadewa” memiliki istana yang ada di Singhadwala. Khesari Warmadewa adalah Ugrasena pada tahun 915 M - 942 M. Setelah meninggal, Abu dari jenasah dari raja Ugrasena dicandikan di Air Madatu, lalu digantikan oleh mahkota Jayasingha Warmadewa (960 M - 975 M). Dikatakan bahwa raja Jayasingha membangun dua pemandian di desa Manukraya, yang letaknya sekarang di dekat istana negara Tapak Siring. Raja Jayasingha Warmadewa digantikan oleh Raja Jayasadhu Warmadewa (975 M - 983 M), setelah itu wafat digantikan oleh seorang Ratu yang bernama Sri Maharaja Sriwijaya Mahadewi (983 M - 989 M). Kemudian digantikan oleh Dharmodayana (989 M - 1011 M) yang disebut juga Raja Udayana. Raja Udayana menikah dengan Gunapriayadharmapatni alias mahendradatta dari kerajaan Medang Kemulan jawa timur dan dari perkawinannya menghasilkan 3 orang anak yaitu : Airlangga, Marakata, dan Anak Wungsu. Kemudian Airlangga menikah dengan putri Raja Dharmawangsa (raja jawa timur). Raja Marakata menggantikan Raja Udayana sebab Airlangga berada di jawa timur. Raja Udayana wafat dan abu jenazahnya di candikan di Banu Wka. Marakata diberi gelar Dharmawangsa Wardana Marakatta Pangkajasthana Uttunggadewa yang memerintah di bali dari 1011 - 1022. Kemudian digantikan oleh anak Wungsu (1049 - 1077) yang memerintah selama 28 tahun dan dikatakan selama pemerintahannya keadaan negara aman tenteram. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan dan meninggal tahun 1077 dan di dharmakan di Gunung Kawi dekat Tapak Siring. Setelah Anak Wungsu meninggal, keadaan kerajaan di Bali tetap mengadakan hubungan dengan raja-raja di Jawa dan ada dikisahkan seorang raja Bali yang saat itu bernama Raja Bedahulu atau yang kenal dengan nama Mayadenawa yang memiliki seorang patih yang sangat sakti yang bernama Ki Kebo Iwa. Kedatangan Gadjah Mada dari kerajaan majapahit ke Bali adalah ingin menaklukan Bali di bawah pimpinan Kerajaan Majapahit, namun karena tidak mampu patih Majapahit itu mengajak Ki Kebo Iwa ke jawa dan disana disuruh membuat sumur dan setelah sumur itu selesai Ki Kebo Iwa di kubur hidup-hidup dengan tanah dan batu namun dalam lontar Bali Ki Kebo Iwa tidak dapat dibunuh dengan cara yang mudah seperti itu. Tanah dan batu yang dilemparkan ke sumur balik dilemparkan ke atas. Pada akhirnya dia menyerahkan diri sampai ia merelakan dirinya untuk dibunuh baru dia dapat dibunuh. Setelah kematian Ki Kebo Iwa, Bali dapat ditaklukan oleh Gadjah Mada pada tahun 1343. Setelah Bali ditaklukan oleh kerajaan Majapahit, sebagian penduduk Bali Kuno melarikan diri ke daerah pegunungan yang kemudian disebut penduduk “Bali Aga”. Sekarang keberadaan mereka dapat dijumpai di daerah Bali seperti di desa tenganan (Kab. Karangasem), tengangan pengringsingan (Kab. Buleleng) dan masih banyak lagi yang lainnya, mereka memiliki pakaian

Page 17: Tugas Sejarah Kelas XI

adat sendiri yang khas dimana bahan dan bentuknya sedikit berbeda dengan pakaian adat Bali pada umumnya.

Berdasarkan Prasasti Blanjong yang berangka tahun 914, Raja Bali pertamaadalah Khesari Warmadewa. Istananya berada di Singhadwalawa. Rajaberikutnya adalah Sang Ratu Sri Ugrasena. Ia memerintah tahun 915–942,istananya berada di Singhamandawa. Kemungkinan Singhamandawa terletakPerkembangan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia 33antara Kintamani (Danau Batur) dan Pantai Sanur (Blanjong), kira-kira di sekitarTampaksiring dan Pejeng atau di antara aliran Sungai Patanu dan Pakerisan.Masa pemerintahannya sezaman dengan Empu Sindok di Jawa Timur. SangRatu Sri Ugrasena meninggalkan sembilan prasasti. Pada umumnya, prasastiitu berisi tentang pembebasan pajak pada daerah-daerah tertentu. Selain itu,ada juga prasasti yang memberitakan tentang pembangunan tempat-tempatsuci. Setelah wafat, Sang Ratu Sri Ugrasena didharmakan di Air Mandatu.Pengganti Sang Ratu Sri Ugrasena adalah raja-raja yang memakai gelarWarmadewa. Raja yang pertama adalah Sang Ratu Aji Tabanendra Warmadewa.Ia memerintah bersama permaisurinya, Sang Ratu Luhur Sri SubhadrikaDharmadewi. Raja ini yang memerintah tahun 955–967 M.Pengganti berikutnya adalah Jayasingha Warmadewa. Ada yang mendugabahwa Jayasingha Warmadewa bukan keturunan Tabanendra karena pada tahun960 M (bersamaan dengan pemerintahaan Tabanendra) Jayasingha Warmadewasudah menjadi raja. Akan tetapi, mungkin juga ia adalah putra mahkota yangtelah diangkat menjadi raja sebelum ayahnya turun takhta. Raja Jayasingha telahmembuat telaga (pemandian) dari sumber suci di Desa Manukraya. Pemandianitu disebut Tirta Empul yang terletak di dekat Tampaksiring. Raja JayasinghaWarmadewa memerintah sampai tahun 975 Masehi.Raja Jayasingha digantikan oleh Janasadhu Warmadewa. Ia memerintahtahun 975–983. Tidak ada keterangan lain yang dapat diperoleh dari raja inikecuali tentang anugerah raja kepada Desa Julah. Pada tahun 983 M munculseorang raja wanita, yaitu Sri Maharaja Sri Wijaya Mahadewi. Menurut SteinCallenfels, ratu itu berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Namun, Damais mendugabahwa ratu itu adalah putri Empu Sindok (Jawa Timur). Hal ini didasarkan atasnama-nama jabatan dalam Prasasti Ratu Wijaya sendiri yang sudah lazim disebutdalam prasasti di Jawa, tetapi tidak dikenal di Bali, seperti makudur, madihati,dan pangkaja.Pengganti Ratu Sri Wijaya Mahadewi adalah raja dari keluarga Warmadewa,bernama Dharma Udayana Warmadewa. Ia memerintah bersama permaisurinya,yaitu Gunapriya dharmapatni atau lebih dikenal sebagai Mahendradatta, anakdari Raja Makutawangsawardhana dari Jawa Timur. Sebelum naik takhtadiperkirakan Udayana berada di Jawa Timur sebab namanya tercantum dalamPrasasti Jalatunda.Setelah pernikahan itu, pengaruh kebudayaan Jawa di Bali makinberkembang. Misalnya, bahasa Jawa Kuno mulai digunakan untuk penulisanprasasti dan pembentuk dewan penasihat seperti di pemerintahan kerajaankerajaanJawa mulai dilakukan.Udayana memerintah bersama permaisurinya hingga tahun 1001 M karenapada tahun itu Gunapriya mangkat dan didharmakan di Burwan. Udayanameneruskan pemerintahannya hingga tahun 1011 M. Setelah mangkat, iadicandikan di Banuwka. Hal ini didasarkan pada Prasasti Air Hwang (1011)

Page 18: Tugas Sejarah Kelas XI

yang hanya menyebut nama Udayana sendiri. Menurut Prasasti Ujung (Hyang),Udayana setelah mangkat dikenal sebagai Batara Lumah di Banuwka.34 Sejarah SMA/MA Kelas XI Program BahasaRaja Udayana mempunyai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata, danAnak Wungsu. Airlangga tidak pernah memerintah di Bali karena menjadimenantu Dharmawangsa di Jawa Timur. Oleh karena itu, pengganti RajaUdayana dan Gunapriya ialah Marakata. Setelah naik takhta, Marakata bergelarDharmawangsawardhana Marakata Pangkajasthana Uttunggadewa. Marakatamemerintah dari tahun 1011 hingga 1022. Masa pemerintahan Marakatasezaman dengan Airlangga.Karena persamaan unsur nama dan masa pemerintahannya, Stutterheimberpendapat bahwa Marakata sebenarnya adalah Airlangga. Apalagi jika dilihatdari kepribadian dan cara memimpin yang memiliki kesamaan. Marakatadipandang sebagai sumber kebenaran hukum yang selalu melindungi danmemperhatikan rakyat. Oleh karena itu, Marakata disegani dan ditaati olehrakyatnya. Selain itu, Marakata juga turut membangun sebuah presada ataucandi di Gunung Kawi di daerah Tampaksiring, Bali.Setelah pemerintahannya berakhir, Marakata digantikan oleh Raja AnakWungsu. Ia bergelar Paduka Haji Anak Wungsu Nira Kalih Bhatari Lumah iBurwan Bhatara Lumah i Banu Wka. Anak Wungsu adalah Raja Bali Kunoyang paling banyak meninggalkan prasasti (lebih dari 28 prasasti) yang tersebardi Bali Utara, Bali Tengah, dan Bali Selatan. Anak Wungsu memerintah selama28 tahun dari tahun 1049–1077. Anak Wungsu dianggap sebagai penjelmaanDewa Wisnu. Anak Wungsu tidak memiliki keturunan. Baginda mangkat padatahun 1077 dan dimakamkan di Gunung Kawi (dekat Tampaksiring).Setelah berakhirnya Dinasti Warmadewa, Bali diperintah oleh beberapaorang raja secara silih berganti. Raja yang pernah memerintah Bali, antara lainsebagai berikut.1) JayasaktiJayasakti memerintah dari tahun 1133–1150 M dan sezaman denganpemerintahan Jayabaya di Kediri. Dalam menjalankan pemerintahannya,Jayasakti dibantu oleh penasihat pusat yang terdiri atas para senapati danpimpinan keagamaan baik dari Hindu maupun Buddha. Kitab undang-undangyang digunakan adalah kitab Utara Widdhi Balawan dan kitab Rajawacana.2) RagajayaRagajaya mulai memerintah tahun 1155 M. Kapan berakhir masapemerintahannya belum dapat diketahui karena tidak ada sumber tertulis yangmenjelaskannya.3) JayapangusRaja Jayapangus dianggap penyelamat rakyat yang terkena malapetakaakibat lalai menjalankan ibadah. Jayapangus menerima wahyu dari dewa untukmengajak rakyat kembali melakukan upacara agama yang sampai sekarangdikenal dan diperingati sebagai upacara Galungan. Kitab undang-undang yangdigunakan adalah kitab Mana Wakamandaka. Raja Jayapangus memerintahpada tahun 1172–1176.Perkembangan Kerajaan Hindu-Buddha dan Islam di Indonesia 354) EkajalancanaEkajalancana memerintah sekitar tahun 1200–1204 Masehi. Dalammemerintah, Ekajalacana dibantu oleh ibunya yang bernama Sri MaharajaAryadegjaya.

Page 19: Tugas Sejarah Kelas XI

5) Sri Astasura Ratna Bumi BantenSri Astasura Ratna Bumi Banten adalah Raja Bali yang terakhir. Baliditaklukkan oleh Gajah Mada dan menjadi wilayah taklukan Kerajaan Majapahit.b. Bidang Sosial BudayaStruktur masyarakat yang berkembang pada masa Kerajaan Bali Kunodidasarkan pada hal sebagai berikut.1) Sistem Kasta (Caturwarna)Sesuai dengan kebudayaan Hindu di India, pada awal perkembangan Hindudi Bali sistem kemasyarakatannya juga dibedakan dalam beberapa kasta. Namun,untuk masyarakat yang berada di luar kasta disebut budak atau njaba.2) Sistem Hak WarisPewarisan harta benda dalam suatu keluarga dibedakan atas anak laki-lakidan anak perempuan. Anak laki-laki memiliki hak waris lebih besar dibandingkananak perempuan.3) Sistem KesenianKesenian yang berkembang pada masyarakat Bali Kuno dibedakan atassistem kesenian keraton dan sistem kesenian rakyat.4) Agama dan KepercayaanMasyarakat Bali Kuno meskipun sangat terbuka dalam menerima pengaruhdari luar, mereka tetap mempertahankan tradisi kepercayaan nenek moyangnya.Dengan demikian, di Bali dikenal ada penganut agama Hindu, Buddha, dankepercayaan animisme.Masyarakat Bali Kuno juga hidup dalam keteraturan dan taat menjalankanhukum. Hal itu juga disebabkan oleh keteladanan para pemimpin negara yangtaat hukum. Bahkan, pada masa pemerintahan Raja Sri Jayaksati yang sezamandengan masa pemerintahan raja Jayabaya dari Kediri, raja sangat patuh padahukum yang berlaku, Raja melaksanakan pemerintahan berdasarkan kitabUndang-Undang Uttara Widdhi Balawan dan Rajawacana.Ada hal yang menarik dalam sistem keluarga Bali yang berkaitan denganpemberian nama anak, misalnya Wayan, Made, Nyoman, dan Ketut. Untukanak pertama golongan brahmana dan ksatria disebut Putu. Diperkirakanpemberian nama seperti itu dimulai pada zaman Raja Anak Wungsu dan adakaitannya dengan upaya pengendalian jumlah penduduk.Kehidupan sosial dalam masyarakat Bali, yaitu masyarakat terbagi dalamkasta-kasta yang disebut caturwarna. Ketika Kerajaan Majapahit berhasilmenguasai Bali, terbentuklah golongan masyarakat baru yang disebut WongMajapahit. Wong Majapahit adalah orang-orang keturunan penguasa danpenduduk Kerajaan Majapahit.Masuknya pengaruh kebudayaan Hindu sangat besar sekali pada masyarakatBali. Bahkan, sampai sekarang dapat dikatakan bahwa mayoritas pendudukBali adalah penganut agama Hindu. Agama Buddha juga berkembang di Balimeskipun tidak sepesat perkembangan agama Hindu. Bahkan, pada masapemerintahan Raja Udayana, agama Buddha juga mendapat tempat sejajardalam kehidupan kerajaan. Hal itu tentu saja menunjukkan betapa toleransinyarakyat Bali pada agama yang lain.Seperti telah disebutkan di depan bahwa kesenian Bali juga mengalamiperkembangan pesat, meskipun dibedakan atas kesenian rakyat dan keseniankeraton. Hal ini bukan berarti rakyat tidak bisa menikmati bentuk keseniankeraton. Prasasti Julah (987 Saka/1065 Masehi) memberi keterangan adanyakesenian untuk raja (ihaji) dan kesenian yang melakukan pertunjukkan berkeliling

Page 20: Tugas Sejarah Kelas XI

(ambaran).Seni sastra tradisional juga berkembang dan digemari rakyat Bali. Karyasastra Bali pada awalnya merupakan teks sastra kuno yang dikarang di Jawaberdasarkan cerita Ramayana dan Mahabarata. Syair dan tulisan prosa tentangberbagai hal yang berhubungan dengan agama dan sejarah lokal yang dibuat diJawa pada abad ke-10 sampai dengan ke-16 dialihkan ke Bali. Mulai abad ke-16, orang Bali mulai menciptakan sastra mereka sendiri berdasarkan cerita klasikJawa Kuno. Penggunaan bahasa Bali sebagai bahasa sastra baru digunakanpada akhir abad ke-18 untuk cerita rakyat, terjemahan karya klasik, dan syairyang dibuat di Bali.Kehidupan kebudayaan lain yang juga sampai pada kita sekarang adalahpeninggalan berupa candi, prasasti, dan pura.Contoh prasasti peninggalan Kerajaan Bali, antara lain Prasasti Blanjong(tahun 914 M) dan Prasasti Air Hwang (1011). Peninggalan kebudayaanKerajaan Bali yang lain adalah kelompok Candi Padas di Gunung Kawi danPura Agung Besakih.c. Bidang EkonomiKegiatan ekonomi masyarakat Bali dititikberatkan pada sektor pertanian.Hal itu didasarkan pada beberapa prasasti Bali yang memuat hal-hal yangberkaitan dengan kehidupan bercocok tanam. Beberapa istilah itu, antara lainsawah, parlak (sawah kering), kebwan (kebun), gaga (ladang), dan kasuwakan(irigasi).Di luar kegiatan pertanian pada masyarakat Bali juga ditemukan kehidupansebagai berikut.1) Pande (Pandai = Perajin)Mereka mempunyai kepandaian membuat kerajaan perhiasan dari bahanemas dan perak, membuat peralatan rumah tangga, alat-alat pertanian, dansenjata.2) UndagiMereka mempunyai kepandaian memahat, melukis, dan membuatbangunan.3) PedagangPedagang pada masa Bali Kuno dibedakan atas pedagang laki-laki(wanigrama) dan pedagang perempuan (wanigrami).

Kerajaan Kanjuruhan

Kanjuruhan adalah sebuah kerajaan bercorak Hindu di Jawa Timur, yang pusatnya berada di dekat Kota Malang sekarang. Kanjuruhan diduga telah berdiri pada abad ke-6 Masehi (masih sezaman dengan Kerajaan Taruma di sekitar Bekasi dan Bogor sekarang). Bukti tertulis mengenai kerajaan ini adalah Prasasti Dinoyo. Rajanya yang terkenal adalah Gajayana. Peninggalan lainnya adalah Candi Badut dan Candi Wurung.

Letak kerajaan Kanjuruhan adalah di Jawa Timur, dekat dengan kota Malang sekarang. Kerajaan Kanjuruhan ini tertulis dalam prasasti Dinaya, yang ditemukan di sebelah barat laut Malang, Jawa Timur. Angka tahunnya tertulis dengan Candrasengkala yang berbunyi : NAYAMA VAYU RASA = 682 Caka = 760 M. Isinya menceritakan bahwa pada abad 8 ada kerajaan yang berpusat di

Page 21: Tugas Sejarah Kelas XI

Kanjuruhan dengan rajanya yang bernama Dewa Simha. Ia mempuyai seorang putra yang bernama Liswa, setelah naik tahta dan melalui upacara abhiseka Liswa bernama Gajayana. Liswa ini mempunyai putri yang bernama Utteyana yang kawin dengan Janania.

Sistem pemerintahan dan agama yang dianut di Kanjuruhan. Selama pemerintahan Gajayana, dikatakan beliau beragama Hindu Siwa.Gajayana mendirikan tempat pemujaan untuk Dewa Agastya. Bangunan tersebut sekarang bernama candi Badut. Disebutkan pula, semula arca yang terbuat dari kayu cendana, kemudian diganti dengan batu hitam. Peresmiannya dilakukan pada tahun 760.

MajapahitMajapahit adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Timur, Indonesia, yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya menjadi kemaharajaan raya yang menguasai wilayah yang luas di Nusantara pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.Setelah kerajaan Singasari hancur, Raden Wijaya bersama-sama pengikutnya lari karena dikejar tentara Kediri. Sampai di desa Kudadu mendapat bantuan dari kepala desa di Kudadu, kemudian melanjutkan perjalanan ke Madura minta perlindungan kepada Aria Wiraraja. Raden Wijaya disuruh pura-pura menyatakan takluk, sesudah dipercaya Jayakatwang agar minta daerah di hutan Tarik. Di Tarik tersebut Raden Wijaya mendirikan kerajaan yang kemudian kita kenal dengan kerajaan Majapahit

a. Raja pertama Raden Wijaya, bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293-1309 M). Beliau menikah dengan ke empat puteri Kertanegara yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari (permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah Dewi Prajnaparamita, Dyah Dewi Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan.b. Setelah Raden Wijaya meninggal, tahta digantikan oleh Jayanegara atau Kala Gemet pada tahun 1309. Beliau merupakan raja yang lemah, sehingga banyak terjadi pemberontakan. c. Tribuwanatunggadewi (1328-1350 M) Karena Jayanegara tidak mempunyai putra, tahta seharusnya jatuh ke tangan Gayatri. Karena Gayatri memilih menjadi Biksuni, maka Tribuwanatunggadewi putrinya ditunjuk sebagai wakil dan diangkat menjadi raja ketiga bergelar Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani. Di bawah pemerintahannya terjadi pemberontakan Sadeng dan Keta, tapi semuanya dapat diatasi oleh Gajah Mada yang telah diangkat sebagai patih Majapahit. Pada saat upacara pelantikan Gajah Mada sebagai Patih Majapahit tahun 1331, beliau mengucapkan sumpah yang terkenal dengan nama Sumpah Palapa. Inti sumpah tersebut adalah bahwa Gajah Mada tidak akan makan Palapa (arti palapa mungkin semacam rempah-rempah), tidak akan bersenang-senang/istirahat sebelum seluruh kepulauan Nusantara bersatu dibawah kekuasaan Majapahit. Tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribuwanatunggadewi yang merupakan wakil ibunya

Page 22: Tugas Sejarah Kelas XI

segera turun tahta, menyerahkan tahtanya kepada putranya yaitu Hayam Wuruk.d. Hayam Wuruk (1350-1389 M) Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk ini, Majapahit mencapai jaman keemasannya. Cita-cita Gajah Mada yang diucapkan lewat Sumpah Palapa, disebut pula sebagai Wawasan Nusantara II dapat tercapai. Wilayah Majapahit, hampir sama dengan wilayah Republik Indonesia, maka Majapahit disebut sebagai Negara Maritim Nasional II. Selama pemerintahan Hayam Wuruk terjadi tiga peristiwa penting yaitu: peristiwa Bubad tahun 1357, perjalanan suci Hayam Wuruk ketempat leluhurnya serta upacara Crada yang diadakan untuk memperingati wafatnya Rajapadni tahun 1362. Dalam bidang ekonomi, Majapahit sebagai pusat perniagaan di Asia Tenggara waktu itu. Hasil-hasil yang diperdagangkan adalah beras, rampah-rempah, garam. Terjadi hubungan dengan negara lain seperti Siam, Ligor, Birma, Kamboja dan Annam.a) Hasil sastra jaman Majapahit antara lain:b) Kitab Negarakertagama karangan Prapancac) Kitab Sutasoma karangan Tantular . Terdapat Kitab “Kutaramanawa” yang berisi tentang aturan hukum di Majapahit. Sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada Majapahit mengalami kemunduran. Pengganti Hayam Wuruk adalah puterinya yang bernama Kusumawardhani.

Nama Raja Gelar TahunRaden Wijaya Kertarajasa Jayawardhana 1293 - 1309Kalagamet Sri Jayanagara 1309 - 1328Sri Gitarja Tribhuwana Wijayatunggadewi 1328 - 1350Hayam Wuruk Sri Rajasanagara 1350 - 1389Wikramawardhana 1389 - 1429Suhita Dyah Ayu Kencana Wungu 1429 - 1447Kertawijaya Brawijaya I 1447 - 1451Rajasawardhana Brawijaya II 1451 - 1453Purwawisesa atau Girishawardhana Brawijaya III 1456 - 1466Bhre Pandansalas, atau Suraprabhawa Brawijaya IV 1466 - 1468Bhre Kertabumi Brawijaya V 1468 - 1478Girindrawardhana Brawijaya VI 1478 - 1498Patih Udara 1498 - 1518

Daftar Pustaka1. http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Majapahit2. http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Hindu-Buddha#Kerajaan_Hindu.2FBuddha_di_Kalimantan3. http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kerajaan_yang_pernah_ada_di_Nusantara4.Listiani,Dwi Ari,(2009),Sejarah,Jakarta:Grahadi

Page 23: Tugas Sejarah Kelas XI