Tugas Review Skripsi

46
Tugas Review Skripsi Judul : ANALISIS PRODUKSI DAN TATANIAGA KARET RAKYAT DI KABUPATEN MADINA (Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan, Kab. Madina) Ditulis Oleh : Efrida Nasution - 030304012 DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Direview oleh : Dani Mulyana - 41185009120012 Ulfah Muflihah - 42285009130012 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI 1

Transcript of Tugas Review Skripsi

Page 1: Tugas Review Skripsi

Tugas Review Skripsi

Judul : ANALISIS PRODUKSI DAN TATANIAGA KARET RAKYAT DI

KABUPATEN MADINA

(Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan, Kab. Madina)

Ditulis Oleh :

Efrida Nasution - 030304012

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Direview oleh :

Dani Mulyana - 41185009120012

Ulfah Muflihah - 42285009130012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ISLAM “45” BEKASI

2014

1

Page 2: Tugas Review Skripsi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Tugas Review Skripsi yang Berjudul : ANALISIS PRODUKSI DAN

TATANIAGA KARET RAKYAT DI KABUPATEN MADINA (Studi Kasus :

Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan, Kab. Madina) Ditulis Oleh : Efrida

Nasution - 030304012.

Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,

kepada keluarganya, sahabatnya serta kita selaku umatnya hingga akhir zaman.

Aamiin.

Tugas Review Skripsi ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Tataniaga Pertanian pada Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Islam

“45” Bekasi. Dalam penulisan Review Skripsi ini penulis menyadari masih jauh

dari kesempurnaan, baik isi maupun bahasa mengingat kemampuan penulis sangat

terbatas, oleh karena itu kritik dan saran-saran membangun akan penulis terima

dengan senang hati.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya atas segala bantuan, bimbingan, dan saran kepada:

1. Ahya Kamilah, Ir., M.Si. selaku dosen mata kuliah Dasar Manajemen yang

telah memberikan tugas dan pengarahan dalam proses pembuatan makalah

ini.

2. Secara khusus untuk keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan moril

maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

3. Rekan-rekan faperta serta semua orang yang telah membantu penulis dalam

penyelesaian makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

semua pembaca.

Bekasi, Mei 2014

i

Page 3: Tugas Review Skripsi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................iDAFTAR ISI............................................................................................................iiDAFTAR TABEL...................................................................................................iiiDAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................ivBAB I PENDAHULUAN........................................................................................1BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN............................................................................................................4

2.1 Tinjauan Pustaka 42.2 Landasan Teori 52.3 Kerangka Pemikiran 72.4 Hipotesis Penelitian 9

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................103.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian 103.2 Metode Pengambilan Sampel 103.3 Metode Analisis Data 113.4 Batasan Operasional 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................134.1 Proses Produksi Usahatani Tanamanan Karet 13

4.2 Analisis Usahatani 154.3. Sistem Tataniaga 164.4 Price Spread dan Share Margin 174.5. Efisiensi Tataniaga 184.6 Kendala Dalam Tataniaga Karet Rakyat 19

BAB V PENUTUP.................................................................................................215.1 Kesimpulan 215.2 Saran 22

BAB VI KOMENTAR PEREVIEW.....................................................................23DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24LAMPIRAN 1 ........................................................................................................ 24

ii

Page 4: Tugas Review Skripsi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Price spread dan Share Margin Untuk Tiap Tataniaga Cup lump di Desa Tanobato, Tahun 2007 ............................................................................. 17

Tabel 2 Rekapitulasi Volume Pembelian, Harga Beli, Biaya Tataniaga, Harga Jual, Profit dan Margin Tataniaga setiap lembaga tataniaga di Desa Tanobato tahun 2007 ................................................................................ 18

Tabel 3 Rekapitulasi Share Margin Pada Saluran Tataniaga Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007 ................................................................................................ 18

Tabel 4 Tingkat Efisiensi Tataniaga Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007 ............. 19Tabel 5 Sampel Kesalahan Penulisan dalam Skripsi ............................................. 23

iii

Page 5: Tugas Review Skripsi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Cover Skripsi ...................................................................................... 25

iv

Page 6: Tugas Review Skripsi

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam latar belakang, penulis mengangkat tentang kondisi perkebunan

karet di Indonesia yang pada awalnya merupakan penghasil karet utama dunia,

kini sudah digantikan oleh Malaysia (Siregar, 1995). Di sini penulis menyajikan

data produksi karet di Indonesia bahwa, pada tahun 2006 dengan luas areal seluas

3,31 juta Ha dapat menghasilkan produksi karet sebesar 2,27 juta Ton karet kering

yang produksi terbanyaknya berasal dari Sumatera Utara. Tak lupa penulis juga

memaparkan potensi perkebunan di wilayah Sumatera Utara, khususnya di

Kabupaten Mandailing Natal. Menurut data yang didapat penulis, Mandailing

Natal mempunyai luas daerah 662.070 Ha atau 9,23 persen dari total wilayah

Provinsi Sumatera Utara yang 11.778,5 Ha-nya merupakan areal perkebunan

(Dinas Pekebunan Madina, 2005).

Penulis dalam latar belakang skripsinya memaparkan definisi perkebunan

berdasarkan fungsi pengelolaan yaitu sebagai usaha untuk menciptakan lapangan

pekerjaan, peningkatan pendapatan, devisa negara dan pemeliharaan Sumber

Daya Alam. Berdasarkan jenis pengelolaannya dibagi menjadi perkebunan rakyat,

perkebunan besar milik negara atau swasta, perkebunan perusahaan inti rakyat dan

perkebunan unit pelaksanaan proyek. Definisi tersebut dikutip penulis dari

Syamsulbahri, 1996. Selanjutnya penulis menganalisa mengapa perkebunan karet

rakyat selalu memiliki produktivitas yang lebih rendah. Menurut sumber yang

diperoleh penulis (Anonimous, 2003), penyebab rendahnya produktivitas

perkebunan karet rakyat disebabkan oleh terbatasnya modal yang dimiliki oleh

petani, sehingga petani tidak mampu untuk menggunakan teknik-teknik budidaya

yang sesuai dengan standar teknis yang diperlukan.

Selanjutnya pada BAB ini, penulis juga menguraikan karakteristik produk

pertanian yaitu, diproduksi secara musiman, selalu segar, mudah rusak, jumlahnya

banyak tetapi nilainya relatif sedikit. Dari ciri tersebut dapat mempengaruhi

mekanisme pasar, hal ini juga berdampak pada harga produk pertanian menjadi

berfluktuasi secara tajam. Karena sering berfluktuasi tajam, maka yang sering

dirugikan jelas saja petani atau produsen. Karena kejadian semacam ini petani

1

Page 7: Tugas Review Skripsi

memerlukan kekuatan sendiri atau berkelompok dangan yang lain untuk

melaksanakan pemasaran (Soekartawi, 1990).

Menurut Dinas Perkebunan Sumatera Utara (2006), bahwa Kabupaten

Madina menduduki peringkat ketiga daerah penghasil karet terbanyak di Sumatera

Utara. Dimana luas penanaman karet mengalami penurunan pada tahun 2003

sampai tahun 2004, dan pada tahun 2005 kembali mengalami kenaikan dengan

luas penanaman sebesar 69.760,0 Ha. Selain itu, produksi perkebunan karet rakyat

di Sumatera utara pada tahun 2003 sampai tahun 2005 secara umum mengalami

penurunan. Sedangkan di daerah penelitian Kabupaten Madina produksi

perkebunan karet rakyat juga mengalami penurunan pada tahun 2002 sampai

tahun 2004, sedangkan pada tahun 2005 kembali mengalami kenaikan seluas

32.768,00 Ton.

Dalam mengidentifikasi masalah berdasarkan uraian pada latar belakang,

penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian ?

2. Apa saja komponen biaya produksi terbesar pada usahatani karet rakyat

dan berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usahatani karet rakyat

di daerah penelitian?

3. Bagaimana bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian ?

4. Bagaimana price spread, share margin pada saluran tataniaga karet rakyat

di daerah penelitian ?

5. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat

di daerah penelitian ?

6. Kendala apa saja yang dihadapi petani dalam sistem usahatani dan

tataniaga karet rakyat serta apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut.

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah :

1. Untuk mengetahui proses produksi usahatani karet rakyat di daerah

penelitian.

2. Untuk mengetahui komponen biaya produksi terbesar pada usahatani karet

rakyat dan berapa besar penerimaan dan pendapatan bersih usahatani karet

rakyat di daerah penelitian.

2

Page 8: Tugas Review Skripsi

3. Untuk mengetahui bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah

penelitian.

4. Untuk mengetahui price spread, share margin pada saluran tataniaga karet

rakyat di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui tingkat efisiensi Tataniaga pada saluran tataniaga karet

rakyat di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi petani dalam sistem usahatani

dan tataniaga karet rakyat serta upaya untuk mengatasi kendala tersebut.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan informasi bagi petani karet dalam rangka menyalurkan hasil

usahataninya secara efisien sehingga mereka mendapatkan keuntungan

yang diinginkan.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah ataupun lembaga lainnya untuk

menentukan strategi usahatani dan tataniaga, dalam usaha meningkatkan

produksi karet dan pendapatan petani.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang

berhubungan dengan penelitian.

3

Page 9: Tugas Review Skripsi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka, pertama-tama penulis mengklasifikasikan

tanaman berdasarkan taksonomi, sebagai berikut :

Divisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : DycotyledonaeOrdo : EuphorbialesFamili : EuphorbiacaeGenus : HeveaSpesies : Hevea brasiliensis

Penulis kemudian memaparkan bagaimana tanaman karet memasuki

Indonesia. Tanaman karet mulai dikenal di Indonesia sejak 1876. Henry A.

Wickham memasukkan beberapa biji karet ke kebun percobaan pertanian di

Bogor, dan kemudian disusul pemasukan bibit-bibit karet berikutnya tahun 1890,

1896, dan 1898. Walaupun demikian, memerlukan waktu yang cukup lama untuk

membudidayakan tanaman ini ( Setyamidjaja, D,. 1993 ).

Kemudian penulis menjelaskan ciri-ciri fisik tanaman karet. Tanaman

berbentuk pohon, tinggi 10-20 m, bercabang dan mengandung banyak getah susu.

Tanaman karet mengalami gugur daun sekali setahun pada musim kemarau, di

Sumatera Utara terjadi pada bulan Februari-Maret. Setelah gugur daun, terbentuk

bunga bila tanaman karet telah berumur 5-7 tahun, tergantung pada tinggi tempat

di atas permukaan laut. Masa produktif tanaman karet adalah 25-30 tahun

(Sianturi, 2001). Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok

untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15° LS dan 15° LU, curah hujan

yang cocok tidak kurang dari 2000 mm. Optimal 2500-4000 mm/tahun. Tanaman

karet tumbuh optimal di dataran rendah, yaitu pada ketinggian 200 m dpl sampai

600 mdpl dengan suhu 25-35° C (Setyamidjaja, D, 1993).

4

Page 10: Tugas Review Skripsi

2.2 Landasan Teori

Ada beberapa sumber sebagai rujukan yang digunakan penulis dalam

skripsi ini, salah satunya adalah teknik pembudidayaan tanaman karet menurut

Setyamidjaja (1993) dapat dilakukan dengan menggunakan klon karet unggul.

Klon tanaman karet yang lebih unggul dianjurkan untuk ditanam dalam berbagai

skala atau tingkatan. Hal ini mengingat beberapa pertimbangan, seperti luasnya

lahan, lokasi, cara pengolahan serta ketahanan terhadap hama dan penyakit,

produksi, ketahanan terhadap angin. Klon-klon yang dianjurkan untuk ditanam

diperkebunan rakyat adalah AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, GT 1, PR 261, PR

300, PR 303. Dalam usahatani tanaman karet, produk yang dihasilkan adalah

lateks (getah karet).

Selanjutnya untuk mendapatkan lateks, petani biasanya menerapkan sistem

sadap. Penyadapan bertujuan untuk pemutusan atau pelukaan pembuluh lateks

dikulit pohon. Kriteria utama layak sadap pada suatu areal pertanaman karet

adalah lilit batang pohon. Lilit batang dinilai sudah dapat memberi petunjuk

tentang ketebalan kulit dan kemampuan fisiologinya untuk menghasilkan lateks

dalam jangka waktu yang lama (20-25 tahun). Ditinjau dari umur tanaman,

biasanya lilit batang yang siap sadap berukuran ±≥ 45 cm yang diukur pada

ketinggian 130 cm dari pertautan populasi didekat permukaan tanah yang dicapai

pada umur 5-7 tahun (Siregar, 1995).

Dalam operasi usahataninya, petani akan menerima penerimaan dan

pendapatan dari usaha taninya. Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara

produksi dengan harga jual. Pendapatan usaha tani adalah selisih antara

penerimaan dengan semua biaya (Soekartawi, 1995).

Dalam perekonomian dewasa ini sebagian besar produsen tidak menjual

langsung barang-barang mereka kepada konsumen akhir, begitu juga dengan

konsumen. Oleh karena itu sangat dibutuhkan adanya saluran Tataniaga yang akan

menyampaikan barang dari produsen kepada konsumen yang akan melibatkan

lembaga-lembaga tataniaga seperti agen, pedagang pengumpul, pedagang

pengecer, dll (Kotler, P,. 2003).

Tataniaga mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna

waktu. Dalam menciptakan guna tempat , guna bentuk dan guna waktu ini

5

Page 11: Tugas Review Skripsi

diperlukan biaya tataniaga. Biaya tataniaga ini diperlukan untuk melakukan

fungsi-fungsi tataniaga oleh lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat dalam

proses tataniaga dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran

kinerja tataniaga ini memerlukan ukuran efisiensi tataniaga (Sudiyono, 2004).

Biaya tataniaga adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan tataniaga. Biaya

tataniaga meliputi biaya angkut, pengiriman, retribusi, dll. Besarnya biaya

tataniaga ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi, lokasi

pemasaran, macam lembaga tataniaga dan efektifitas tataniaga yang dilakukan

(Soekartawi, 1989).

Biaya tataniaga suatu produk biasanya diukur secara kasar dengan margin

dan spread. Margin menyatakan perbedaan antara harga yang dibayarkan

konsumen dan harga yang diterima petani. Sedangkan spread menyatakan

perbedaan kedua tingkat harga antara dua tingkat pasar. Marketing margin disebut

juga price spread dan jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga

beli konsumen maka diperoleh share margin (Sudiyono, 2004 ).

Selama dalam proses menyalurkan hasil akan mengalami marketing loss

(kehilangan hasil). Kehilangan hasil pada tanaman perkebunan pada hal nya

komoditi karet umumnya disebabkan oleh jarak antara kebun dan pabrik

pengolahan menyebabkan kerusakan atau penurunan mutu hasil perkebunan

rakyat dan juga disebabkan oleh cara dan waktu panen yang belum tepat

(Anonimous, 2005).

Efisiensi tataniaga dapat diukur dengan menjumlahkan profit petani dari

hasil penjualannya dengan profit middle-man (termasuk di dalamnya pedagang

pengumpul desa dan kecamatan maupun agen) dibagi dengan penjumlahan biaya

tataniaga dengan biaya produksi dan pemasaran hasil. Adapun kriteria efisiensi

adalah jika efisiensi tataniaga lebih besar dari 1(>1) maka pasar tersebut dikatakan

efisien, dan jika efisiensi tataniaga lebih kecil dari≤1)1 (maka keadaan pasar

tersebut tidak efisien (Mustafid, 2002) .

6

Page 12: Tugas Review Skripsi

2.3 Kerangka Pemikiran

Produksi adalah suatu proses pengeluaran usaha tani (karet) secara

keseluruhan atau proses pengeluaran hasil. Produksi Karet merupakan hasil usaha

tani dalam bentuk cup lump, yang dihitung dalam ukuran kg atau ton dan

dibedakan mutu serta ukuran produk.

Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi yang menggunakan input

(pupuk dan obat-obatan). Sistem usahatani karet meliputi teknik budidaya yang

terdiri dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai penyadapan.

Penggunaan input produksi akan menghasilkan output (pengeluaran) yang disebut

produksi. Untuk harga jual cup lump dipengaruhi hasil produk fisik.

Tataniaga adalah penyampaian aliran barang dari produsen ke konsumen

atau semua usaha yang mencakup kegiatan arus barang dan jasa mulai dari titik

usahatani sampai ditangan konsumen akhir. Tataniaga karet melibatkan berbagai

pihak yaitu petani, agen (pedagang), pedagang penggumpul, dan pasar getah.

Semua pihak atau lembaga yang terlibat dalam saluran tataniaga cup lump ini

melakukan fungsi-fungsi tataniaga antara lain pembelian, transportasi,

penyimpanan, pembiayaan, resiko usaha, informasi pasar dan standarisasi.

Dalam kegiatan produksi usahatani karet rakyat, petani sering kali

mengalami masalah antara lain mahalnya harga sarana produksi seperti pupuk,

obat-obatan yang kadang tidak diimbangi dengan besarnya harga jual cup lump

serta rendahnya produksi karet. Dan salah satu yang dikeluhkan petani adalah

pohon karet sudah terlalu tua. Dan belum memadainya fasilitas pengolahan hasil

perkebunan khususnya komoditi karet. Upaya yang dilakukan petani diantaranya

dengan menggunakan sarana produksi yang efektif dan seefisien mungkin serta

mengadakan penanaman bibit baru ataupun membuka lahan baru, dan petani

berharap adanya pabrik Crumb Rubber.

7

Page 13: Tugas Review Skripsi

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

8

Petani Karet

Usaha Tani Karet

Agen

Cum Lump

Pedagang

Pengumpul

Produksi

Harga

Kendala

Usaha

Biaya Tataniaga

Pendapatan Bersih

Biaya Produksi

Penerimaan

Efisiensi Tataniaga

Price Spread dan Share MarginStruktur Pasar

Page 14: Tugas Review Skripsi

2.4. Hipotesis Penelitian

Penulis Berhipotesis seperti di bawah ini :

1. Ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit antara petani dan

pedagang perantara di daerah penelitian

2. Tingkat efisiensi Tataniaga pada saluran tataniaga karet rakyat di daerah

penelitian sudah efisien.

9

Page 15: Tugas Review Skripsi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penulis menentukan daerah penelitian secara purposive, yaitu desa

Tanobato, Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina, sebagai daerah

penelitian dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu sentra

produksi tanaman karet, dan petani sampel terpusat di daerah tersebut dan daerah

ini mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mudah melakukan penelitian.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

a. Petani Karet

Metode pengambilan sampel yang dilakukan dengan “Metode Sensus”.

Karena petani karet di Desa Tanobato hanya terdiri dari 30 KK. Oleh karena itu

semua petani karet akan dijadikan sebagai sampel di daerah penelitian.

b. Pedagang Pengumpul Desa dan Pedagang Pengumpul Kecamatan

Untuk pedagang pengumpul desa terdiri dari 3 orang pedagang

pengumpul, Sedangkan pedagang pengumpul kecamatan terdiri dari 7 orang.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus yaitu mengambil seluruh

populasi sebagai sampel.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden berdasarkan daftar

kuesioner yang telah disiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder

merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi ( Lembaga ) atau

dinas seperti BPS Tk I Sumatera Utara, Kantor Dinas Perkebunan Sumatera

Utara, Kantor Dinas Perkebunan Madina dan Kantor Camat serta literatur yang

berhubungan dengan penelitian ini.

10

Page 16: Tugas Review Skripsi

3.3 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1,2,3,6), penulis menggunakan analisis

deskriptif yaitu untuk mengetahui proses produksi, komponen biaya produksi

terbesar dan besar penerimaan dan pendapatan usahatani karet rakyat, serta

bagaimana saluran tataniaga karet rakyat dan kendala yang dihadapi petani dalam

usahatani dan tataniaga karet rakyat di daerah penelitian. Untuk identifikasi

masalah (4), pada hipotesis (1) digunakan rumus :

- Untuk menghitung Price Spread :

S = Pf

Pr

Keterangan : S = Price spread, dihitung dalam rupiah Pf = Biaya-biaya pada lembaga tataniagaPr = Harga beli konsumen

Untuk menghitung Price Spread ( Hutauruk, J,. 2003 ) :Sm = Pf x 100 %

PrKeterangan : S = Price spread, dihitung dalam rupiah

Pf = Biaya-biaya pada lembaga tataniaga

Pr = Harga beli konsumen

Hipotesis diterima bila petani mempunyai price spread dan share margin

profit lebih kecil dari pada pedagang perantara dalam penyaluran karet rakyat di

daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah (5), pada hipotesis (2) menghitung efisiensi

tataniaga digunakan rumus :

e = Z + ZMC +CM

Keterangan :

e = Efisiensi tataniaga Z = Profit pedagang pengumpulZM = Profit petani C = Biaya tataniagaCM = Biaya produksiMenurut Mustafid ( 2002) tataniaga dikatakan efisien, jika :

e > 1 = Efisien e ≤ 1 = Tidak efisien

11

Page 17: Tugas Review Skripsi

3.4 Batasan Operasional

a. Tempat penelitian adalah Desa Tanobato. Kecamatan Panyabungan Selatan, Kabupaten Madina.

b. Waktu penelitian adalah tahun 2007c. Sampel penelitian adalah petani karet rakyat, pedagang pengumpul desa/

kecamatan.

12

Page 18: Tugas Review Skripsi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Produksi Usahatani Tanamanan Karet

a. Persiapan Lahan

Proses pembukaan lahan dimulai dengan membabat semak-semak pohon

kecil dan menebang pohon-pohon besar. Kemudian lalu dibakar sehingga lahan

bersih yang kemudian dilakukan pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul,

lalu dilakukan pembuatan lubang tanam secara tugal. Setelah itu baru dilakukan

penanaman bibit karet.

b. Pembibitan

Pada umumnya bibit yang digunakan petani di daerah penelitian berasal

dari biji (seling) yang diperoleh petani dari pohon tanaman yang ada disekitar

ataupun dari kebun sendiri. Lalu dikecambahkan, Setelah biji berkecambah dan

tumbuh menjadi bibit tanaman yaitu sudah mempunyai 2-3 payung daun, maka

bibit tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah disiapkan di lapangan. Tetapi

ada juga petani yang membeli bibit yang telah siap tanam. Bibit yang digunakan

adalah bibit okulasi. Kemudian bibit yang telah dibeli tersebut langsung ditanam

pada lubang tanam yang telah dipersiapkan sebelumnya.

c. Penanaman

Bibit yang sudah ditanam adalah bibit yang mempunyai 2-3 payung daun

dengan jarak tanam yang bervariasi. Jarak tanam yang digunakan petani sampel

jarak tanam yang banyak digunakan adalah 4 m x 4 m sebanyak 10 sampel

(33.34%) dengan sistem bujur sangkar. Bila dibandingkan dengan teknologi

anjuran, karena jarak tanamnya ada yang terlalu rapat atau sempit, maka jarak

tanam yang dianjurkan adalah 4,25 m x 4,25 m. Sistem tanam yang digunakan

petani pada umumnya monokultur atau tanaman karet sebagai tanaman utama dan

tidak ada tanaman lain yang dibudidayakan diantara tanaman karet.

d. Penyisipan

Penyisipan dilakukan ketika bibit yang ditanam ada yang mati atau

pertumbuhannya kurang optimal. Bibit yang disisip ditanam di samping lubang

tanam bibit yang mati. Kematian bibit disebabkan karena kurang adanya seleksi

13

Page 19: Tugas Review Skripsi

bibit sebelum dilakukan penanaman serta serangan penyakit.

e. Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan

Adapun perawatan yang diberikan petani berupa pemberian pupuk dengan

frekuensi 1-2 setahun. Pemeliharaan lain yang dilakukan yaitu penyiangan gulma

yang bertujuan untuk :

Memperoleh pertumbuhan yang optimal bagi tanaman pokok

Mempermudah penyadapan dengan membersihkan gulma

Mengurangi persaingan antara tanaman pokok dengan tanaman

pengganggu terutama dalam hal pemupukan.

Penyiangan gulma yang dilakukan petani di daerah penelitian secara

kimiawi yaitu dengan menggunakan herbisida sebanyak 25 sampel

(83,34%) dan secara manual sebanyak 5 sampel (16,67).

f. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM)

Pemeliharaan pada TM tidak jauh berbeda dengan pemeliharaan TBM

terutama dalam hal penyiangan gulma. Dalam hal pemupukan, tidak semua petani

melakukan pemupukan. Umumnya petani menggunakan pupuk Urea, NPK, Kcl,

dan Sp-36 yang dilakukan dalam 1 – 2 kali setahun. Pemupukan yang dilakukan

pada tanaman karet yang telah menghasilkan adalah bertujuan untuk :

Meningkatkan hasil sadapan

Mempertahankan serta memperbaiki kesehatan dan kesuburan

pertumbuhan tanaman

Berdasarkan penelitian penulis, sebanyak 28 petani (93,33%)

menggunakan pupuk dan tidak melakukan pemupukan sebanyak 2 petani (6,67%).

g. Penyadapan dan Pengumpulan

Penyadapan dilakukan dengan menyayat atau mengiris kulit batang.

Tujuan penyadapan adalah untuk membuka pembuluh lateks sehingga lateks

mengalir keluar dengan cepat pada awal, kemudian menjadi lambat secara

perlahan-lahan. Umur tanaman mulai dapat disadap umumnya adalah berkisar 7-8

tahun. Penyadapan yang dilakukan di daerah penelitian adalah dengan sistem 4

hari sadap dan 1 hari untuk mengumpulkan hasil. Jadi penyadapan dilakukan 4

hari dalam seminggu pada hari normalnya. Tetapi ada juga yang tidak sampai 4

hari dalam seminggu, bisa saja 2 atau 3 hari penyadapan dalam seminggu, ini

14

Page 20: Tugas Review Skripsi

disebabkan oleh faktor cuaca misalnya musim penghujan atau hari kurang cerah,

sehingga petani tidak bisa atau sulit mengadakan penyadapan.

4.2 Analisis Usahatani

4.2.1 Sarana Produksi

Setelah dilakukan penelitian, rata-rata penggunaan sarana produksi bibit

adalah 1.553,3 batang/petani atau 384,72 batang/Ha, Sedangkan rata-rata

penggunaan sarana produksi pupuk yang terbesar adalah Urea sebesar 1139

Kg/petani atau 267,4 Kg/ Ha dan untuk herbisida (Roundup) sebesar 11,51

liter/Petani atau 2,37 liter/Ha. Sehingga dapat disimpulkan penggunaan sarana

produksi bibit sangat dominan pada usahatani karet dan kemudian diiringi oleh

sarana produksi pupuk pada usahatani karet di daerah penelitian. Rata-rata biaya

sarana produksi yang terbesar adalah bibit sebesar Rp. 6.070.000,-/petani atau Rp.

1.021.805,-/ha (61,57%) sedangkan yang terkecil adalah pupuk Kcl sebesar

Rp.345.866,6,- /petani atau Rp. 32.800,-/ha (1,98%).

4.2.2 Tenaga Kerja

Penggunaan tenaga kerja dalam usahatani karet rakyat di Desa Tanobato

terdiri dari Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar

Keluarga (TKLK). Rata-rata penggunaan tenaga kerja untuk TKDK adalah 165,2

HKP/petani atau 74,997 HKP/Ha (31,37%) sedangkan untuk TKLK adalah

sebesar 881.191 HKP/petani atau 164,090 HKP/Ha (68,64%). Lalu rata-rata

penggunaan TKDK adalah Rp.3.683.500,-/petani atau Rp.1.392.855,5,-/Ha

(23,44%) sedangkan untuk penggunaan TKLK Rp. 24.358.166,6,-/petani atau

4.549.198,14,-/Ha (76,56%) .

4.2.3 Biaya Produksi

Adapun yang termasuk ke dalam biaya produksi di Desa Tanobato adalah

biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya penyusutan. terbesar adalah

tenaga kerja sebesar Rp.28.041.666,6,-/petani atau Rp. 6.000.356,48,-/Ha

(73,90%) sedangkan yang terkecil adalah penyusutan sebesar Rp. 891.050,-/petani

atau Rp. 2.457.68,48,-/Ha (3,02%) jika dilihat dari Rp/petani/tahun, tetapi rata-

rata biaya terkecil jika dilihat dari Rp/Ha/tahun nya adalah sarana produksi yaitu

senilai Rp. 1.873.615,-/Ha (23,08%). Dari penelitian penulis, diketahui bahwa

biaya produksi petani sebesar Rp. 2.866,55,-/Kg (33,37%), sedangkan profit

15

Page 21: Tugas Review Skripsi

petani sebesar Rp. 5.723,45,-/Kg (66,63%).

4.2.4 Produksi, Penerimaan Dan Pendapatan Usahatani Karet Rakyat

Berdasarkan hasil penelitian penulis bahwa rata-rata produksi karet rakyat

sebesar 12.308,26 Kg/petani atau 257.267 Kg/ha dan produktifitas sebesar

2.945,11 Kg/Ha per petani, sedangkan harga rata-rata sebesar Rp. 8.613,- baik per

petani maupun per hektar, sedangkan penerimaan sebesar Rp. 107.906.693,3,-

/petani atau Rp. 25.788.577,78,-/Ha, total biaya produksi sebesar Rp.

38.490.400,-/petani atau Rp.8.048.419,2,-/Ha, dan pendapatan bersih sebesar .

69.416.293,3,-/petani atau Rp. 17.626.858,6,-/ha.

4.3. Sistem Tataniaga

Dari hasil penelitian diketahui bahwa lembaga-lembaga tataniaga yang

berperan dalam tataniaga cup lump adalah petani, pedagang pengumpul desa dan

kecamatan , dan agen. Produksi cup lump desa Tanobato sebesar 4.243.200

Kg/Tahun

Saluran tataniaga dapat dilihat sebagai berikut:

Saluran 1 :

Petani Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Agen

Konsumen Luar Kabupaten Madina.

Saluran 2 :

Petani Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan Konsumen

Luar Kabupaten Madina.

Dari saluran tataniaga tersebut dapat dipaparkan bahwa total produksi cup

lump desa Tanobato tahun 2007 sebesar 4.243.200 Kg. Petani melakukan

penjualan cup lump sebesar 3.292.800 Kg kepada pedagang pengumpul desa dan

kecamatan dengan harga yang bervariasi dengan harga rata-rata Rp.8590

Kg/petani, kemudian pedagang pengumpul menjual cup lump nya kembali kepada

agen (pedagang besar) dengan harga yang bervariasi juga dengan rata-rata

279.305,28 Kg/Tahun dan ada juga pedagang pengumpul yang menjual cup lump

nya yang telah dibeli dari petani langsung dijual ke konsumen luar Kabupaten

Madina, seperti yang dilihat pada saluran 2. Dari kedua saluran tataniaga diatas

yang paling baik adalah saluran ke 2, karena dapat menguntungkan petani. Karena

semakin panjang saluran tataniaga petani kurang diuntungkan.

16

Page 22: Tugas Review Skripsi

4.4 Price Spread dan Share Margin

Dan untuk mengetahui Price spread dan share margin pemasaran cup

lump ini dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 1. Price spread dan Share Margin Untuk Tiap Tataniaga Cup lump di Desa Tanobato, Tahun 2007.

No. Komponen Biaya Price spread Share margin (%)1. Rata-rata Harga Jual Petani

- Biaya Produksi- Profit petani

85902.866,555.723,45

98,2333,3765,45

2. Biaya Tataniaga- Upah T.kerja- Ongkos lapangan- Distribusi- Transfortasi- Penyusutan transfortasi- Penyusutan timbangan- Marketing Loss

0,5510,0390,0515,08618,9041,180

0,146 +25,957

0,0060,00040,00050,0580,2160,013

0,005+0,296

3. Profit Pedagang Pengumpul Desa dan Kecamatan 128,043 1,464

4. Harga Jual Pedagang pengumpul Desa dan Kecamatan 8744 100,000

Sumber : Data Primer Diolah, Tahun 2007.

Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa share margin biaya produksi petani karet

33,37%, sedangkan share margin profit petani 65,45%. Di tingkat pedagang

pengumpul desa dan kecamatan dapat diketahui bahwa share margin profit

sebesar 1,464%. Hal ini bahwa hipotesis (1) yang menyatakan bahwa ada

perbedaan nilai price spread dan share margin profit antara petani dan pedagang

pengumpul di daerah penelitian dapat diterima. Dari data-data pada saluran

pemasaran cup lump di Desa Tanobato dapat dibuat rekapitulasi seperti yang

terdapat pada Tabel 2.

17

Page 23: Tugas Review Skripsi

Tabel 2. Rekapitulasi Volume Pembelian, Harga Beli, Biaya Tataniaga, Harga Jual, Profit dan Margin Tataniaga Setiap Lembaga Tataniaga di Desa Tanobato Tahun 2007

Uraian PPD dan PPK Pabrik

1 Volume Pembelian (Kg) 4.243.200 3.413.638,2

2 Rata-rata Harga Beli Petani (Rp/Kg) 8590 10.185

3 Biaya Tataniaga (Rp/Kg) 25,957 -

4 Rata-rata Harga Jual ke sesama pedagang /Agen (Rp/Kg)

8744 10.185

5 Profit (Rp/Kg) 128,043 -

6 Margin Tataniaga (Rp/Kg) 154 -Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2007 Keterangan : PPD = Pedagang Pengumpul Desa PPK = Pedagang Pengumpul Kecamatan

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa biaya tataniaga pedagang pengumpul

sebesar Rp. 25,957/Kg, Sedangkan profit pedagang sebesar Rp.128,043/Kg, dan

margin tataniaga nya sebesar Rp.154/Kg.

Dari Tabel 1. dapat dibuat rekapitulasi share margin yang diterima

lembaga tataniaga pada saluran tataniaga cup lump pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekapitulasi Share Margin Pada Saluran Tataniaga Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007

Uraian Share Share margin (%)1 Profit Petani 65,452 Biaya Produksi 33,373 Profit Pedagang Pengumpul Desa & kecamatan 1,4644 Biaya Tataniaga 0,296

Total 100,000Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2007.

Dari Tabel diatas dapat dilihat bahwa profit petani sebesar 65,45%,

sedangkan biaya produksinya sebesar 33,37%. Profit pedagang pengumpul desa

dan kecamatan sebesar 1,464% dan biaya Tataniaga sebesar 0,296%.

4.5. Efisiensi Tataniaga

Untuk menghitung efisiensi tataniaga hingga saat ini belum ada ukuran

yang jelas, akan tetapi penulis akan menentukan tingkat efisiensi yang diperoleh

pada saluran Tataniaga cup lump di Desa Tanobato. Efisiensi tataniaga di dapat

dari penjumlahan profit middle-man (pedagang pengumpul) dengan profit petani

dibagi dengan penjumlahan biaya tataniaga dan biaya produksi dan pemasaran

18

Page 24: Tugas Review Skripsi

hasil. Tingkat efisiensi tataniaga cup lump dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tingkat Efisiensi Tataniaga Cup Lump di Desa Tanobato Tahun 2007.

Profit Pedagang

Pengumpul

Desa

Profit Petani

(Rp)

Biaya

Tataniaga

(Rp)

Biaya

Produksi

(Rp)

Efisiensi

Tataniaga

128,043 5.723,45 25,957 2.866,55 2,02Sumber : Analisis Data Primer, Tahun 2007.

Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa tingkat efisiensi tataniaga sebesar

2,02. Dimana nilai tersebut diperoleh dari penjumlahan profit pedagang

pengumpul desa dan kecamatan dengan profit petani dibagi dengan penjumlahan

biaya tataniaga dengan biaya produksi. Besarnya efisiensi tataniaga tersebut lebih

besar dari 1 (e >1) yang berarti bila dilihat dari tingkat efisiensi tataniaga

menunjukkan bahwa saluran tataniaga karet yang ada di daerah penelitian masih

tergolong efisien. Hal ini berarti hipotesis (2) yang menyatakan tingkat efisiensi

tataniaga karet di daerah penelitian tergolong efisien dapat diterima.

4.6 Kendala Dalam Tataniaga Karet Rakyat

Harga karet yang berfluktuasi dan cenderung berubah-ubah setiap adanya

pasar getah dan kadangkala harga tidak normal

Terjadinya persaingan harga antara pedagang pengumpul desa maupun

kecamatan dengan pedagang besar (agen). Dimana di daerah penelitian

pedagang pengumpul kecamatan ada juga yang berposisi atau sekalian

merangkap sebagai pedagang besar (agen).

Keadaan jalan terhambat/rusak sehingga mengakibatkan terlambatnya tiba

ke pabrik, dimana tujuan pabrik pengolahan semua berada diluar Kab.

Madina (seperti : Tapsel, Tebing, Siantar, maupun Padang/ Sumbar),

dengan demikian susut menjadi naik.

Kadang-kadang harga nothering pabrik turun, karena disebabkan oleh

musim gugur atau berganti daun, mutu / kualitas karet yang kurang baik,

karena pabrik pengolahan mempunyai acuan tersendiri dalam menentukan

harga nothering.

Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tataniaga yang dihadapi :

Harga yang cenderung berubah-ubah ditentukan oleh pasar yang tidak

dapat diubah oleh satu pihak saja baik petani maupun lembaga pemasaran,

19

Page 25: Tugas Review Skripsi

sehingga yang dapat dilakukan petani hanyalah mengurangi kerugian jika

harga karet turun.

Dengan adanya persaingan harga, maka persaingan yang dilakukan dengan

cara persaingan yang sehat dengan harga terbuka dan memilih mutu

pembelian cup lump dengan kualitas yang baik .

Dengan keadaan jalan yang terhambat, sebaiknya didirikan pabrik

pengolahan karet (Remeling) di wilayah Mandailing Natal agar tidak

terjadi kenaikan susut yang tinggi selama menuju pabrik pengolahan,

karena pabrik pengolahan berada diluar Kabupaten Madina.

Dengan menghadapi turunnya harga nothering pabrik (misalnya pada

musim gugur dan berganti daun) hal ini tidak bisa kita elakkan, karena

pihak pabrik mempunyai acuan tertentu dalam menentukan harga, dan

sudah ada ketentuan waktu tertentu adanya musim gugur atau berganti

daun. Dan para pedagang seharusnya memilih mutu/ kualitas bahan cup

lump yang bagus dan tidak mengandung bahan (misalnya : cup lump

bercampur dengan kayu, tanah plastik) agar remeling memberikan harga

nothering yang bagus dan tidak rendah sesuai dengan kriterianya. Adapun

kriteria kadar penjualan mutu yang terbaik di remeling adalah sebagai

berikut :

a. Nomor 1 = Kualitas C (asli mengandung cup lump)

b. Nomor 2 = Kualitas B (mengandung kotoran ringan seperti; kayu tipis)

c. Nomor 3 = Kualitas F (bahan reject / kotor, mengandung kayu campur

tanah).

Dan dari semua kriteria tersebut remeling (pabrik) memberikan harga dan

kadar yang berlaku sesuai dengan jenis bahan cup lump yang di jual pedagang

pengumpul dengan ketentuan yang telah disepakati oleh pihak pabrik .

20

Page 26: Tugas Review Skripsi

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian dan analisis yang dilakukan , penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses produksi usahatani karet rakyat di daerah penelitian belum sesuai

dengan teknologi budidaya anjuran.

2. Komponen biaya produksi terbesar dalam usahatani karet rakyat di daerah

penelitian adalah tenaga kerja, penerimaan sebesar Rp.25.788.577,78,-/Ha,

sedangkan pendapatan bersih sebesar Rp.17.626.858,6,-/Ha .

3. Terdapat dua bentuk saluran tataniaga karet rakyat di daerah penelitian,

yakni dimana saluran 2 lebih baik dari saluran 1, karena petani dapat lebih

untung.

4. Ada perbedaan nilai price spread dan share margin profit petani dan

pedagang pengumpul di daerah penelitian. Dimana petani mempunyai

price spread profit yang lebih besar dibandingkan profit pedagang

pengumpul desa dan kecamatan, dan sebaliknya pedagang pengumpul desa

dan kecamatan mempunyai share margin profit yang lebih besar dibanding

petani.

5. Tingkat efisiensi tataniaga karet rakyat yang ada di daerah penelitian

sudah tergolong efisien.

6. Kendala-kendala yang dihadapi dalam usahatani karet rakyat antara lain :

Mahalnya harga pupuk, petani kurang mengerti dalam mengendalikan

hama penyakit. Turunnya harga nothering pabrik. Upaya untuk mengatasi

kendala tersebut yaitu mayoriras petani menggunakan pupuk urea karena

harganya relatif terjangkau, dalam hal masalah hama penyakit petani

masih mempergunakan cara tersendiri dan belum sesuai dengan anjuran

budidaya. Upaya untuk kendala tataniaga dengan memilih mutu/ kualitas

bahan cup lump yang baik agar memperoleh keuntungan yang baik pula.

21

Page 27: Tugas Review Skripsi

5.2 Saran

a. Kepada petani karet rakyat di harapkan untuk dapat memperbaiki mutu dan

kualitas karet yang dihasilkan dan melakukan usahatani karet rakyat sesuai

dengan tekhnologi anjuran agar produktifitas karet rakyat bisa lebih bagus

lagi dan agar mampu bersaing dengan karet milik perkebunan swasta

sehingga nilai jualnya bisa lebih baik.

b. Kepada peneliti yang akan datang diharapkan untuk dapat memeliti lebih

lanjut tentang sistem produksi usahatani dan pemasaran karet di Kabupaten

Madina.

22

Page 28: Tugas Review Skripsi

BAB VI

KOMENTAR PEREVIEWMenurut Pereview, secara garis besar skripsi ini sudah memenuhi unsur

ilmiah dalam mengidentifikasi masalah. Akan tetapi skripsi ini seharusnya masih

bisa lebih baik, yaitu jika penulis menggunakan literatur yang lebih kekinian

karena masih ada literatur yang dianggap Pereview sudah lewat masanya dan

dikhawatirkan jika literatur tersebut sudah terbantahkan teorinya. Seperti literatur

dari Siregar yang membahas tentang Indonesia sebagai penghasil karet dunia yang

digantikan oleh Malaysia. Dalam hal ini sumber (Siregar) menuliskan hal tersebut

pada tahun 1995, sedangkan penulis menulis skripsinya sekitar tahun 2007-2008

kemungkinan Malaysia sebagai penghasil karet dunia sudah tergantikan oleh

negara lain . Selain itu penulis seharusnya lebih teliti lagi dalam masalah

penulisan huruf kapital dan salah ketik, seperti sampel yang terdapat pada tabel di

bawah ini.Tabel 5. Sampel Kesalahan Penulisan Dalam Skripsi

Dalam Tulisan Seharusnyamarkering loss marketing losskg Kgton Tonprice spread price spreadshare margin share marginproduktifitas produktivitasmarketing marketingsistim sistemtekhnik teknikSumber : Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (2009)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010)Skripsi Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (2008)

Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam skripsi ini yaitu kurang

kuatnya kaitan antara judul tulisan dengan latar belakang. Penulis cenderung

membahas profil tanaman karet di tempat penelitian dibanding dengan

permasalahan tataniaga yang notabene menjadi kajian utama dalam skripsi ini.

Meskipun begitu, tak dapat dipungkiri bahwa skripsi yang ditulis oleh Saudari

Efrida Nasution menyajikan pembahasan yang sistematis dan komprehensif.

Penulis mampu menganalisis tentang ekonomi usahatani secara detail , mulai dari

biaya tataniaga, share margin, price spread, penerimaan, pendapatan petani,

hingga akhirnya penulis mampu menemukan beberapa kendala dalam usahatani

karet rakyat.

23

Page 29: Tugas Review Skripsi

DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Efrida. 2008. “Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di

Kabupaten Madina”. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Depdikbud. 2009 . “ Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan”. Balai

Pustaka : Jakarta

Depdikbud. 2010. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Balai Pustaka : Jakarta .

24

Page 30: Tugas Review Skripsi

LAMPIRAN 1

ANALISIS PRODUKSI DAN TATANIAGA KARET RAKYATDI KABUPATEN MADINA

(Studi Kasus : Desa Tanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina )

SKRIPSI

OLEH :

EFRIDA NASUTION030304012

SEP/AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN2008

Efrida Nasution : Analisis Produksi Dan Tataniaga Karet Rakyat Di Kabupaten Madina (Studi Kasus : DesaTanobato, Kec. Panyabungan Selatan,Kab. Madina ), 2008.USU Repository © 2008

25

Page 31: Tugas Review Skripsi

26