Tugas PPK
-
Upload
ipan-ferrel-heady -
Category
Documents
-
view
9 -
download
2
description
Transcript of Tugas PPK
PENDAHULUAN
Seorang Bapak S yang sekarang sudah berusia 71 tahun adalah seorang
pensiunan PNS AKMIL yang kebetulan di lingkungan bapak tersebut, bukan hanya
bapak ini yang mempunyai kejadian serupa, jadi kami memilih datang di tempat Bapak
S dalam menyelesaikan tugas kami. Saat itu kami hanya sekelompok kecil dari tutorial
13, disana kami melakukan anamnesis dan pemeriksaan Reflek Neurologis. Dari
anamnesis kami dapatkan bahwa Bapak S tersebut sudah tidak dapat menggerakan
tangan dan kaki sebelah kirinya sejak 3 Juli 2011. Menurut cerita beliau saat itu
terjadinya pas waktu subuh ketika beliau bangun tidur, nah.. tiba-tiba Bapak S ini
merasakan tangan dan kakinya yang sebelah kiri sudah tidak bisa digerakan lagi.
Dengan segera, keluarga Bapak S ini langsung membawa beliau ke RSUD Magelang
dan Bapak S ini di rawat inap selama 10 hari. Selain tangan dan kaki kiri yang tidak bisa
digerakan, wajah beliau juga terlihat Perot dan ketika berbicara, suara yang terdengar
Pelo. Namun, Alhamdulillah tangan dan kaki yang sebelah kanan masih berfungsi
dengan baik.
Setelah beberapa hari di RSUD Bapak S ini merasa tidak mengalami perbaikan
terhadap penyakitnya. Oleh karena itu, keluarga beliau mengusulkan untuk di rawat di
rumah. Setelah keluar dari RSUD Bapak S ini menjalani berbagai macam pengobatan
alternatif, salah satunya adalah totok darah, setelah melakukan beberapa kali
pengobatan, Alhamdulillah, beliau mulai merasakan tangan dan kaki kirinya sudah
mulai bisa digerakan, walaupun hanya sedikit-sedikit. Bukan hanya itu, wajah dan
bicara beliau juga sudah mulai keliatan normal kembali. Walaupun sudah mulai keliatan
agak baikan, namun ketika Bapak S ini berbicara terlalu lama, beliau merasa mudah
capek.
Sebelum Bapak S ini mengalami kejadian ini, pasien sempat mengalami
kesemutan, kram, bahkan hingga mati rasa. Tetapi hanya berlangsung beberapa saat saja
dan dapat kembali sembuh dengan sendirinya. Selain itu, Bapak S ini juga mempunyai
riwayat hipertensi dan diceritakan tekanan sistolnya mencapai 200 mmHg. Semenjak
Bapak S mengalami kejadian ini, beliau sudah tidak bisa pergi ke sawah seperti
biasanya. Untuk berdiri dan berpindah tempat saja, beliau harus membutuhkan bantuan
orang lain. Oleh karena beliau merasa pengobatan alternatif dapat membantu beliau,
maka beliau lebih suka pengobatan alternatif dari pada pergi ke dokter. Oleh dokter
beliau diberikan obat Piracetam 800 mg. Untuk obat alternatif sendiri beliau
menggunakan obat-obatan herbal seperti Propolis dan Nature Hemofit (Eksta Kental
Daun Ginko Biloba).
Setelah beberapa pertanyaan yang telah kami tanyakan dalam anamnesis,
kamipun meminta izin kesediaan beliau dalam melakukan pemeriksaan fisik mulai dari
Vital Sign dan pemeriksaan Reflek Neurologis. Pada pemeriksaan Vital Sign didapatkan
semuanya dalam keadaan normal, setelah itu kami melakukan pemeriksaan neurologis
di dapatkan : bisep kakan-kiri (+), trisep kanan-kiri (+), brakhioradialis (+) dan Reflek
Babinski (+) pada kaki kiri.
Setelah semua yang telah dilakukan, dalam pikiran saya timbul pertanyaan, apa
indikasi dokter memberikan pengobatan dengan Piracetam dan mengapa Bapak S lebih
suka berobat dengan menggunakan pengobatan alternatif? Apakah pengobatan yang
telah dilakukan oleh dokter masih belum cukup atau sudah bagus, atau karena
kurangnya kepatuhan dari pasien sendiri atau karena kurangnya informasi dan
kepedulian yang diberikan dokter ataupun pihak RSUD kepada pasien terhadap
penyakitnya sehingga beliau lebih suka dirawat di rumah dan menggunakan pengobatan
alternatif?
PEMBAHASAN
Pada pembahasan kali ini saya mulai mencari berbagai sumber yang dapat
menjawab rasa penasaran saya atas pertanyaan-pertanyaan pada pendahuluan di
halaman sebelumnya. Di lihat dari hasil diagnosis sebelumnya Bapak S ini menderita
Stroke. Nah, sebelum saya bahas lebih jauh lagi, saya mulai berfikir bahwa Stroke itu
sendiri adalah suatu kelaian pada pembuluh darah di otak, baik karena Iskemik ataupun
Hemoragik. Manifestasi yang ditimbulkan dari klasifikasi juga berbeda-beda. Dilihat
dari hasil diagnosis, Bapak S ini menderita Stroke Iskemik, yang di akibatkan karena
kurangnya asupan darah ke jaringan otak yang di akibatkan oleh suatu penyumbatan.
Beberapa manifestasi yang sangat keliatan adalah Bapak S ini mengalami wajah
yang terlihat perot, bicaranya pelo, serta bagian tubuh sebelah kiri tidak bisa di gerakan.
Saya mulai berfikir, kenapa dokter hanya memberikan obat yang indikasinya hanya
bersifat sentral saja, padahal bagian perifernya juga mengalami kelainan. Sayapun
merasa bingung dengan hal ini, oleh karena itu saya pun mulai mencari-cari informasi
tentang obat ini, dan ternyata obat ini hanya berguna untuk menjaga kualiatas hidup
Bapak S saja, dengan indikasinya seperti gejala involusi yang berhubungan dengan usia
lanjut (astenia, kemunduran daya pikir, gangguan adaptasi, gangguan reaksi
psikomotorik, alkoholisme kronik dan adiksi, disfungsi serebral sehubungan dengan
akibatpasca trauma (sakit kepala, vertigo, agitasi, gangguan ingatan, astenia). Walaupun
mempunyai indikasi seperti itu, tetapi belum bisa mengobati berbagai kelainan seperti
yang dirasakan Bapak S ini, dalam jurnal yang saya dapatkan juga ternyata percobaan
pada piracetam tidak memberikan bukti pasti dari manfaat atau efek berbahaya pada
stroke iskemik. Data yang tersedia juga tidak mendukung penggunaan rutin piracetam
dalam pengelolaan pasien dengan stroke iskemik akut. Selain itu percobaan yang di
lakukan pada hewan percobaan juga masih harus terus dilakukan, dan hipotesa yang di
dapatkan bahwa penggunaan Piracetam sebaiknya diberikan segera setelah onset stroke.
Piracetam telah dilaporkan dapat meningkatkan aliran darah di otak dan
metabolisme glukosa pada jaringan infark dan efektif dalam meningkatkan fungsi
bahasa pada pasien dengan afasia setelah menderita stroke. Meskipun ada keterbatasan
evidence mengenai mekanisme piracetam terhadap SSP, namun hal ini tetap diadakan
untuk memungkinkan pemulihan fluiditas membran dan untuk memfasilitasi
pemeliharaan yang yang terkait dengan fungsi membran sel, termasuk produksi ATP,
neurotransmission dan aktivitas second messenger, sehingga mampu melindungi neuron
dari kerusakan akibat iskemik.
Setelah saya membaca beberapa jurnal, dan textbook bahwa stroke adalah suatu
kondisi medis yang membutuhkan keterlibatan pelayanan jasa yang multi-disiplin, yaitu
dokter UGD, dokter spesialis saraf (stroke), ahli radiologi, dokter bedah vasculer,
perawat, teknisi laboratorium dan radiologi, serta ahli farmasi. Penangan pasien stroke
bukan hanya diberikan terapi hanya sekedar memberikan obat kepada pasien, tapi
kurangnya edukasi terhadap penyakit ini, pasien pun merasa bahwa penyakitnya ini
tidak akan sembuh jika terus-terusan meminum obat yang sama namun tidak ada
perbaikan dalam kondisi yang dialami. Obat yang di berikan dokter juga hanya sebagai
obat pemeliharaan, bukan untuk mengurangi keluhan-keluhan yang di derita pasien.
Buruknya komunikasi antar tiap disiplin akan memberikan koordinasi yang
buruk dan merupakan sumber kesalahan medis. Dalam suatu evaluasi retrospektif
berdasarkan review dari 234 kasus stroke iskemik dan perdarahan didapatkan insiden
kesalahan dalam pengobatan mencapai 19%. Hal ini mengakibatkan lamanya rawat inap
pada pasien stroke yang ditangani tidak tepat akan memanjang 3 kali lipat dibanding
pada pasien yang tidak mengalami kesalahan dalam pengobatan. Karena kurangnya
edukasi dan terapi yang tak kunjung membaik, pasien pun mencari alternatif lain,
seperti totok darah dan mengkonsumsi obat-obatan herbal, dan Alhamdulillah hasilnya
lumayan. Saya pun mulai berfikir, kenapa terapi alternatif mampu melakukan itu?
Memang sih terapi alternatif, selain mempunyai khasiat yang baik, juga tidak
menimbulkan efek samping yang memberatkan bagi pasien, di samping itu biayanya
juga tidak semahal di RSUD.
Sayapun mulai mendapat jawaban atas pencarian saya, ternyata pengobatan
totok darah adalah salah satu cara menjaga kelancaran peredaraan darah. Dengan totok
darah dapat membuka penyumbatan-penyumbatan atau penyempitan pada pembuluh
vena. Merangsang simpul-simpul syaraf dan pusat syaraf, serta mempengaruhi fungsi-
fungsi kelenjar. Selain itu terapi totok darah dapat pula mengurangi atau
menghilangkan zat-zat pelelah (miyoglosis) yang menggumpal atau mengeras di sel-sel
otot, memperbaiki proses metabolisme di dalam tubuh dan menyempurnakan proses
pembagian zat-zat makanan ke seluruh tubuh.
Selain pengobatan dengan totok darah, pemakaian obat-obatan herbal seperti
propolis, mampu mengaktifkan enzim dan anti-inflamasi serta terbukti merangsang
berbagai macam enzim, metabolisme sel, sirkulasi dan pembentukan kolagen, serta
mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, Bapak S memilih pengobatan
alternatif yang cukup aman terhadap penyakitnya, dari pada di RSUD yang kira-kira
biaya rawat inap saja bisa sampai ratusan ribu rupiah, dari pada terus-terusan di RSUD
yang tak kunjung membaik, lebih baik dirumah, yang tinggalnya gratis. Sebenarnya dari
pihak rumah sakit, harus selalu memberikan edukasi yang baik terhadap pasien agar
setiap pasien memahami apa yang terjadi pada dirinya, dan tindakan-tindakan apa yang
akan dilakukan.
KESIMPULAN
Dari berbagai hal yang telah saya pelajari dari riwayat penyakit yang di derita
pasien (stroke) saya merasa bahwa tindakan terapi yang telah dilakukan dokter hanya
sebatas mencegah kemungkinan buruk yang akan terjadi pada pasien dengan stroke
iskemik, yang saya ingin tekankan bahwa edukasi sangatlah penting di lakukan, pasien
merasa bahwa tindakan yang di lakukan di RSUD tidak membantu dalam mengobati
kejadian yang terjadi pada diri Bapak S ini. Padahal kalau-kalau edukasi yang baik
dilakukan pasien pasti akan memahami tentang penyakitnya. Buktinya, saat kunjungan
pasien tidak tahu-menahu tentang penyakitnya, beliau hanya tahu kalau itu adalah
stroke, tapi beliau tidak tahu stoke itu apa? Bisa sembuh total atau tidak? Nah.. karena
mendengarkan pertanyaan-pertanyaan itu, kamipun berusaha menjawab hanya sebatas
sepengetahuan kami. Dan Alhamdulillah Bapak S mulai memahami.
Bukannya kami bertingkah sok pintar, ataupun menggurui, tapi kami berusaha
memberikan beberapa nasihat agar dapat membantu dalam menangani penyakit yang di
derita ini, seperti rajin-rajin keluar, jangan terus-terusan di kamar, latihan menggerakin
tangan dan kaki walau dalam posisi berbaring, kalau-kalau hari libur minta bantu
keluarga untuk jalan-jalan di sekitar rumah. Hal ini, Insya Allah dapat membatu urat-
urat syaraf agar tidak kaku.
Padahal jika hal ini dokter sendiri yang melakukannya pertama kali dengan cara
memberikan petunjuk-petunjuk dan memberikan contoh bagaimana cara melatih
penderita hemiparetik, Bapak S ini pasti akan senang sekali. Dalam hati saya, Alangkah
senangnya kalau Bapak S ini melihat dengan mata sendiri bahwa tangan dan kaki
kirinya sudah mulai bergerak sedangkan kemarin-kemarin masih lumpuh sama sekali.
Bapak S ini pasti akan sangat berterima kasih. Ia menganggap perbuatan dokter adalah
suatu kehormatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2011. Pengobatan Totok Darah. http://www.totokdarah.com/. Di akses pada 08
Oktober 2011.
Anonim., 2011. Propolis Platinum. http://www.k-link.co.id/products.php?act=detail&idp=
38. Di akses pada 08 Oktober 2011.
Anonim., 2011. Indikasi Piracetam 800 mg. http://www.farmasiku.com/index.php?target=
products&product_id=30779. Di akses pada 08 Oktober 2011
Gofir, A., 2011. Manajemen Stroke (Evidence Based Medicine) (2nd ed). Yogyakarta :
Pustaka Cendekia Press.
Graeme, J. H., Stefano, R., Maria, G. C., Teresa, A. C., Enrico, R. Piracetam for Acute
Ischemic Stroke. http://stroke.ahajournals.org/content/37/8/2191.full.pdf+html
Philippa, C.R., Wheble, E.S., Sena, M.R., Macleod. A Systematic Review and Meta-
Analysis of the Efficacy of Piracetam and Piracetam-Like Compounds in
Experimental Stroke. http://content.karger.com/produktedb/ produkte.asp?
DOI=00011 1493&typ=pdf
Sidharta, P., 2009. Neurologi Klinis Dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian Rakyat.