Tugas Pengganti Nilai UAS Dasar, Model Pendekatan Pakar Fisika
-
Upload
adi-sutrisno -
Category
Documents
-
view
5 -
download
2
description
Transcript of Tugas Pengganti Nilai UAS Dasar, Model Pendekatan Pakar Fisika
Tugas Pengganti Nilai UAS Dasar-Dasar MIPA
Nama : Adi Sutrisno
NIM : F03112066
Prodi : Pendidikan Fisika
Kelas A
Penyelesaian Masalah Fisika Kontekstual (Studi Kasus)
Melalui Model Pendekatan Pakar Fisika
Fisika merupakan salah satu bidang ilmu alam yang mempelajari gejala bentuk fisik tentang
ilmu alam, fenomena dan mekanisme yang terjadi didalamnya. Pada hakekatnya bidang
keilmuan fisika bersandarkan pada realita yang diimplementasikan melalui observasi
(pengamatan). Sehingga guru sebagai pembimbing dalam pembelajar dituntut harus mampu
menjelaskan dan menguasi bidang ilmu fisika yang dilakukkan secara profesional dalam proses
pembelajaran. Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu sains yang mempelajari fenomena dan
mekanisme yang terjadi dialam semesta. Dalam ilmu sains, fisika merupakan salah satu cabang
ilmu sains yang mengkaji hal-hal dasar yang terkait dengan fenomena dan gejala-gejala fisik
alam. Menurut Johari (2007), Sains merupakan ilmu pengetahuan yang berdasarkan penelitian
eksperimen dan penganalisisan sesuatu fenomena secara sistematik dan objektif dengan metode
khusus bagi menciptakan pengetahuan baru yang bisa dipercayai. Sedangkan menurut penulis
pribadi sains merupakan bidang wawasan pembelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan
kealaman yang berdasarkan realita yang terjadi sehingga dalam proses pembelajaran perlunya
melakukan observasi dan pengambilan keputusan ilmiah terhadadap hasil pengamatan. Dari
beberapa hasil penelitian ditemukan banyak pelajar yang bisa menyelesaikan masalah fisika
tetapi tidak bisa memahami konsep fisika yang terlibat (Kuo, 2001). Menurut penulis
kebanyakan pelajar hanya mampu menguasai teroinya sedang dalam hal praktek, pengembangan
dan penerepan disiplin ilmu fisika, ideks pencapaian mereka masih sangat minim. Kebanyakan
pelajar hanya mampu menyelesaikan permasalahannya saja tanpa memahami konsep fisika itu
sendiri, sebab penyelesaian permasalah fisika yang mereka lakukan itu benar berdasarkan atas
dasar kebetulan bukan pemahan konsep. Hal ini terjadi karena pelajar telah menghafal
penyelesaian sesuatu masalah terutama jika melibatkan masalah-masalah fisika rutin yang
diajarkan oleh gurunya di sekolah. Sehingga jika diberikan masalah fisika bukan rutin
(kontekstual) pelajar tidak bisa menyelesaikan soal tersebut. Menurut penulis pada umumnya
siswa belum menguasi materi dan konsep yang disampaikan seorang guru melainkan hanya
terhapal karena penyelesaian masalah tersebut disampaikan secara rutin. Ini merupan sebuah
permasalahan kontektual dimana sebuah soal fisika yang diberikan, dimana melibatkan
penggunaan konsep dan teroi yang tidak biasa digunakan sebelumnya sehingga pelajar sulit
untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan didalam soal tersebut. Solusi yang dapat
diberikan untuk menyelesaikan masalah fisika kontekstual pelajar, diperlukannya suatu proses
pemikiran secara khusus dan berbeda-beda antara masalah yang satu dengan masalah lain. Salah
satu hal yang menyebabkan banyaknya pelajar tidak dapat menyelesaikan masalah fisika
kontekstual karena kurangnya perhatian guru dalam mengajarkan kemahiran penyelesaian
masalah ini. Penelitian yang dijalankan oleh Sharif dan Razak (1996), menunjukkan bahwa
sewaktu proses pengajaran dan pembelajaran, guru banyak memberikan perhatian kepada
kemahiran berhitung saja sedangkan kemahiran menafsirkan masalah dan menyelesaikan
masalah sangat kurang.
Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sangat mendukung dan
memperhatikan penguasaan kemahiran menyelesaikan masalah dalam pengajaran dan
pembelajaran fisika. Hal ini dapat kita lihat dengan dimasukkannya aspek penyelesaian masalah
menjadi salah satu standar kompetensi dalam kurikulum mata pelajaran fisika. Standar
kompetensi keempat dalam kurikulum mata pelajaran fisika ialah mengembangkan kemampuan
pelajar untuk berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip
fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara
kualitatif maupun kuantitatif (Depdiknas, 2003). Meskipun Pemerintah menganggap pe-
nyelesaian masalah merupakan satu kemahiran yang penting dalam mempelajari ilmu fisika,
namun didalam kurikulum fisika itu sendiri tidak akan pernah kita temukan tentang penjelasan
dan panduan mengenai strategi penyelesaian masalah. Pemerintah mempercayakannya kepada
guru untuk mengajarkan kemahiran menyelesaikan masalah ini kepada pelajar sesuai dengan
strategi masing-masing.
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukkan oleh Muhammad Syukri dkk, diperolehlah
sebuah hasil penelitian mengenai strategi pendekatan penyelesaian masalah fisika kontekstual
yang dijalankan oleh pakar fisika dalam penelitian. Harapan dari hasil penelitian ini yaitu dapat
digunakan oleh guru sebagai salah satu rujukan untuk mengajarkan kemahiran penyelesaian
masalah fisika terutamanya yang melibatkan masalah fisika kontekstual. Adapaun Tujuan dari
penelitian yang dilakukkan oleh Muhammad Syukri dkk, adalah menghasilkan sebuah model
pendekatan pakar fisika dalam menyelesaikan masalah fisika kontekstual. Diharapkan model ini
dapat dijadikan sebagai panduan oleh guru fisika dalam mengajarkan kemahiran menyelesaikan
masalah. Penelitian yang mereka lakukkan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuannya ialah
untuk menentukan kerangka model penyelesaian masalah fisika kontekstual yang diperoleh dari
langkah-langkah pakar fisika sewaktu menyelesaikan masalah fisika kontekstual. Menurut
Creswell (2005) dalam penelitian kualitatif, hal yang dianggap penting bukannya hasil penelitian
melainkan proses yang dilalui oleh subjek penelitian untuk memperoleh hasil penelitian tersebut.
Selain itu pendekatan kualitatif juga membolehkan peneliti memperoleh kepahaman yang
mendalam tentang kasus yang diteliti. Adapun menurut pendapat penulis secara pribadi
menyatakan hal yang sangat setuju dengan pendapat Creswell yaitu ketika seorang peneliti
sedang melakukkan penelitian, yang paling bernilai dari kegiatan penelitian itu adalah proses
penelitian yang dilakukkan peneliti dengan demikian secara tidak lansung peneliti akan
menemukan hal dan pengalaman baru yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang terkait
dengan permasalahan yang sedang dipecahkan seorang peneliti.
Subyek penelitian yang dilakukkan oleh Muhammad Syukri dkk adalah sepuluh staf
pengajar (dosen) Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Penelitian dilakukan selama dua bulan (September 2011 –
November 2011). Data utama penelitian ini adalah data tulisan dan data lisan. Data tulisan
didapat dari jawaban tertulis masalah fisika kontekstual yang diselesaikan oleh semua subyek
penelitian (sepuluh pakar fisika), sedangkan data lisan didapat dari wawancara terstruktur setelah
mereka menyelesaikan masalah tersebut. Proses penelitian yang dilakukkan oleh Muhammad
Syukri dkk, yang pertama adalah memberikan permasalah fisika kontekstual adapun yang
menjadi bahan pembahassan subjek penelitian ini terdiri atas dua masalah (mekanika dan gaya
gesekan). Selanjutnya semua jawaban masalah fisika kontekstual yang telah diselesaikan oleh
subjek pnelitian ini akan dianalisis untuk mengetahui dan memahami semua pendekatan
penyelesaian masalah yang mereka lakukan. Setiap langkah penyelesaian yang mereka lakukan
diberi kode agar mudah dilakukan pengurutan dari awal sampai akhir. Setelah menganalisis
semua jawaban tertulis, peneliti selanjutnya melakukan wawancara terstruktur. Wawancara ini
dilakukan untuk lebih memahami semua pendekatan penyelesaian yang mereka lakukan sewaktu
menyelesaikan masalah fisika kontekstual dan juga untuk mengetahui apakah ada pendekatan
lain yang mereka gunakan selain yang telah diberi kode dari jawaban tertulis mereka. Akhirnya
semua pendekatan penyelesaian yang mereka lakukan akan dikelompokan kedalam beberapa
strategi penyelesaian masalah sesuai dengan model rujukan penelitian. Muhammad Syukri dkk
menggunakan model penyelesaian masalah Minnesota sebagai model rujukan.
Model Minnesota merupakan model umum penyelesaian masalah fisika yang dipelopori oleh
dua peneliti pendidikan fisika Patricia Heller dan Kenneth Heller dari University of Minnesota,
USA. Dalam model Minnesota terdapat lima kelompok strategi penyelesaian masalah yaitu:
fokus kepada masalah, formulasi fisika, merancang jawaban, melaksanakan rancangan, dan
memeriksa kembali jawaban. Setelah melalui analisis dari jawaban tertulis dan wawancara
semua subyek penelitian, Muhammad Syukri dkk menemukan 20 pendekatan yang dilakukan
oleh pakar fisika sewaktu menyelesaikan masalah fisika kontekstual. Berdasarkan perbandingan
dengan model pendekatan rujukan penelitian (model Minnesota), Muhammad Syukri dkk
membagi semua pendekatan hasil penelitian tersebut kedalam tiga kategori yaitu: pendekatan
yang sama dengan pendekatan model Minnesota, pendekatan penelitian tetapi bukan pendekatan
model Minnesota dan pendekatan model Minnesota tetapi bukan pendekatan hasil penelitian.
Perbedaan antara model hasil penelitian dengan model Minnesota lebih sebabkan oleh perbedaan
subjek penelitian dan materi masalahnya. ng
Dari hasil analisis semua model pendekatan penyelesaian masalah fisika kontekstual yang
dilakukan oleh sepuluh pakar fisika, Muhammad syukri dkk menentukan satu model pendekatan
yang selalu dilakukan oleh semua pakar fisika. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah
mengumpulkan informasi, menentukan prinsip/konsep, mengidentifikasi variabel, membuat
hubungan kuantitatif, membuat persamaan spesifik membuat substitusi, membuat perhitungan,
membuat keputusan, dan memeriksa jawaban.
Harapan dari Muhammad Syukri ddk tentang penelitian yang telah mereka lakukan ini dapat
digunakan oleh guru sebagai salah satu rujukan dalam pengajaran dan pembelajaran ilmu fisika
di sekolah. Dengan model pendekatan ini diharapkan pelajar mempunyai kemampuan dan
kemahiran dalam menyelesaikan masalah fisika.
Daftar Pustaka :
Creswell, J.W. 2005. Educational research: planing, conducting and evaluating quantitative and
qualitative research. New Jersey: Pearson.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika SMA & MA. Jakarta: Pusat
Kurikulum, Balitbang Depdiknas.
Kuo, V.H., Heller, K., Heller, P., Henderson, C. & Yerushalmi, E. 2001. Instructors’ Ideas about
Problem Solving-Grading. Proceedings of the Physics Education Research Conference,
Rocester, NY.
Sharif, M. & Habib, A. R. 1996. Penggiraan, Penterjemahan dan Penyelesaian Masalah dalam
Matematik: Kajian tentang Kesediaan Pelajar-pelajar Tingkatan Satu. Jurnal Pendidikan,
21:109-118.
Syukri, M dkk.2012. Model Pendekatan Pakar Fisika dalam Menyelesaikan Masalah Fisika
Kontekstual : Studi Kasus. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 8 : 61-67.