TUGAS PATOLOGI

download TUGAS PATOLOGI

If you can't read please download the document

description

PATOLOGI

Transcript of TUGAS PATOLOGI

KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudulPerubahan post mortem ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Patologi. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca dan khususnya untuk penulis, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai patologi. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini menuju arah yang lebih baik.BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar BelakangMati merupakan berhentinya kehidupan, seluruh organ vital berhenti bekerja. Ada beberapa istilah dibakai dalam berbagai keadaan yang mendekati mati. Misalnya: Mati suri yaitu keadaan seperti (menyerupai) mati, tetapi masih dapat diatasi dengan alat bantu aktifitas prgan vital yang telah sangat melemah; aktifitas susunan saraf pusat masih tampak walaupun lemah. Koma adalah keadaan tidak sadar diri, tidak dapat dibangunkan karena ada gangguan susunan saraf pusat akibattrauma kapatis berat, keracunan, gangguan keseimbangan elektrolit, apopleksia (yunani: apoplexia= apoplexy = pendarahan interaknial yang berdampak timbulnya gejala mendadak-serius dariaspek neurologi, seperti kelumpuhan alat gerak sati sisi atau pada kedua sisi disertai/tanpa disertai gangguan atau sama sekali tidak bisa berbicara); kematian somatic (somatic dealt), keadaandimana seluruh aktifitas berhenti. Visum (tanda pernyataan) dokter (pemeriksaan dengan stetoskop), atas tidak terdengarnya lagi detak jantung dan suara pernafasan penderita yang dinyatakan mati. Perubahan post mortem dipengaruhi banyak faktor, seperti: ada tidaknya penyakit infeksi/sepsis, ketegangan jiwa saat menjelang kematian, perbedaan suhu badan dengan suhu sekitar.1.2 Rumusan Masalah1.3 Tujuan MasalahBAB IIPEMBAHASAN2.1 KEMATIAN SEL Kematian sel(nekrosis sel)terjadi apabila suatu rangsangan terlalu kuat dan berkepanjangan. Nekrosis sel dapat bersifat luas didalam tubuh sehingga menyebabkan kematian individu. Beberapa ahli mengatakan bahwa mendatarnya EEG(electroencephalogram), yang berarti berhentinya fungsi otak dapat dianggap saat kematian, tanpa menghiraukan fungsi alat tubuh lainnya. Kematian tubuh disebut juga sebagai stomatic death, adalah suatu kematian sel (nekrosis) yang terjadi secara umum.Sebab-sebab kematian sel:TraumaTerjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi dengan baik terhadap rangsangan. Berat ringan trauma akan menentukan apakah sel terseut dapat pulih lagi atau terjadi kematianHipoksia lamaHipoksia adalah penurunan konsentrasi oksigen di dalam darah. Oksigen diperlukan oleh mitokondria untuk fosforilasi oksidatif dan pembentukan ATP. Pada saat sel-sel kekurangan ATP, maka mereka tidak dapat lagi mempertahankan fungsinya.InfeksiAdalah kerusakan yang terjadi secara langsung atau tidak langsung akibat reaksi imun dan peradangan yang muncul sebagai respon terhadap mikroorganisme.Akibat kematian selSel-sel yang mati akan mengalami pencairan atau koagulasi kemudian dibuang atau diisolasi dari jaringan yang baik oleh sel-sel imun. Apabila dapat terjadi mitosis dan daerah nekrosisnya tidak terlalu luas, maka sel-sel baru dengan jenis yang sama akan mengisi ke kosongan ruang yang ditinggalkan sel mati. Pada ruang yang kosong tersebut akan timbul jaringan parut apabila pembelahan sel tidak terjadi atau apabila daerah nekrosis terlalu luas.PENGERTIAN POST MORTEM DAN PERUBAHAN POST MORTEMPost mortem adalah meninggal/setelah kematian. Sedangkan perubahan-perubahan yang timbul setelah kematian dinamakan post mortem. Perubahan-perubahan post mortem ini juga dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Diantaranya, suhu sekitar, suhu tubuh pada saat terjadi kematian dan adanya infeksi umum.2.3 Tahap-Tahap Perubahan Post Mortem1. Algor MortisAdalah perubahan suhu badan, sehingga suhu badan menjadi kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya. Algor mortis merupakan salah satu perubahan yang dapat kita temukan pada mayat yang sudah berada pada fase lanjut post mortem. Perubahan ini terjadi karena metabolisme yang terhenti. Terdapat dua hal yang mempengaruhi cepatnya penurunan suhu yakni:Faktor internalSuhu tubuh saat mati : Sebab kematian, misalnya perdarahan otak dan septikemia, mati dengan suhu tubuh tinggi. Suhu tubuh yang tinggi pada saat mati ini akan mengakibatkan penurunan suhu tubuh menjadi lebih cepat. Sedangkan, pada hypothermia tingkat penurunannya menjadi sebaliknya.Keadaan tubuh mayat : Pada mayat yang tubuhnya kurus, tingkat penurunannya menjadi lebih cepat.Faktor eksternalSuhu medium : Semakin besar selisih suhu antara medium dengan mayat maka semakin cepat terjadinya penurunan suhu. Hal ini dikarenakan kalor yang ada di tubuh mayat dilepaskan lebih cepat ke medium yang lebih dingin.Keadaan udara di sekitarnya : Pada udara yang lembab, tingkat penurunan suhu menjadi lebih besar. Hal ini disebabkan karena udara yang lembab merupakan konduktor yang baik. Selain itu, Aliran udara juga makin mempercepat penurunan suhu tubuh mayatJenis medium : Pada medium air, tingkat penurunan suhu menjadi lebih cepat sebab air merupakan konduktor panas yang baik sehingga mampu menyerap banyak panas dari tubuh mayat.Pakaian mayat : Semakin tipis pakaian yang dipakai maka penurunan suhu mayat semakin cepat. Hal ini dikarenakan kontak antara tubuh mayat dengan suhu medium atau lingkungan lebih mudah.2. Rigor MortisKaku mayat atau rigor mortis adalah kekakuan yang terjadi pada otot yang kadang-kadang disertai dengan sedikit pemendekan serabut otot. Rigor mortis terjadi karena penipisan ATP pada otot. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan kimiawi pada protein yang terdapat pada serabut-serabut otot. Menurut Szen-Gyorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat penting. Seperti diketahui bahwa serabut otot dibentuk oleh dua jenis protein, yaitu aktin dan myosin, dimana kedua jenis protein ini bersama dengan ATP membentuk suatu masa yang lentur dan dapat berkontraksi Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi pada perubahan pada akto- miosin, dimana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi berkurang.Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post mortem dan mencapai puncaknya setelah 10-12 jam pos mortem, keadaan ini akan menetap selama 24 jam dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai dengan urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, lengan, dada, perut, dan tungkai.Faktor-Faktor yang mempengaruhi kaku mayat:Kondisi ototPersediaan glikogen : Cepat lambat kaku mayat tergantung persediaan glikogen otot. Pada kondisi tubuh sehat sebelum meninggal, kaku mayat akan lambat dan lama, juga pada orang yang sebelum mati banyak makan karbohidrat, maka kaku mayat akan lambat.Kegiatan Otot : Pada orang yang melakukan kegiatan otot sebelum meninggal maka kaku mayat akan terjadi lebih cepat. Pergerakan yang banyak sebelum kematian, misalnya prajurit. Demam yang tinggi, kecapaian dan suhu sekeliling yang tinggi, mempercepat terjadinya kaku mayat. Sebaliknya pada penderita yang sakit lama, kaku mayat lebih lama.Gizi : Pada mayat dengan kondisi gizi jelek saat mati, kaku mayat akan cepat terjadi.Usia : Pada orang tua dan anak-anak lebih cepat dan tidak berlangsung lama. Pada bayi premature tidak terjadi kaku mayat, kaku mayat terjadi pada bayi cukup bulan yaitu17,18 bulan.Keadaan Lingkungan : Keadaan kering lebih lambat dari pada panas dan lembab. Pada mayat dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lama. Pada udara suhu tinggi, kaku mayat terjadi lebih cepat dan singkat, tetapi pada suhu rendah kaku mayat lebih lambat dan lama. Kaku mayat tidak terjadi pada suhu dibawah 10 derajat celcius.Cara Kematian : Pada mayat dengan penyakit kronis dan kurus, kuku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada mati mendadak, kaku mayat terjadi lebih lambat dan berlangsung lebih lama.Waktu terjadinya rigor mortis (kaku mayat) :Kurang dari 3 4 jam post mortem : belum terjadi rigor mortis.Lebih dari 3 4 jam post mortem : mulai terjadi rigor mortis.Rigor mortis maksimal terjadi 12 jam setelah kematian.Rigor mortis dipertahankan selama 12 jam.Kaku mayat bisanya menetap sampai 2-3 hari, dan kemudian menghilang.3. Livor MortisLivor mortis merupakan perubahan warna yang terjadi karena sel-sel darah merah mengalami hemolisis dan darah turun ke bawah, sehingga mengakibatkan lebam-lebam mayat pada bagian terbawah. Lebam mayat terbentuk bila terjadi kegagalan sirkulasi darah dalam mempertahankan tekanan hidrostatik yang menggerakan darah mencapai capillary bed dimana pembuluhpembuluh darah kecil afferent dan efferent saling berhubung.Adanya eritrosit di daerah yang lebih rendah akan terlihat di kulit sebagai perubahan warna biru kemerahan. Oleh karena pengumpulan darah terjadi secara pasif maka tempattempat di mana mendapat tekanan lokal akan menyebabkan tertekannya pembuluh darah di daerah tersebut sehingga meniadakan terjadinya lebam mayat yang mengakibatkan kulit di daerah tersebut berwarna lebih pucat.Fenomena lebam mayat yang menetap ini sifatnya lebih bersifat relatif. Perubahan lebam ini lebih mudah terjadi pada 6 jam pertama sesudah kematian. Akan tetapi waktu yang pasti untuk terjadinya pergeseran lebam ini adalah tidak pasti, ada beberapa pendapat yaitu Polson mengatakan untuk menunjukan tubuh sudah diubah dalam waktu sampai 12 jam, sedangkan Camps memberi patokan kurang lebih 10 jam.4. Pembekuan darahPembekuan darah terjadi segera setelah penderita meninggal. Dapat pula terjadi pada masa agoni (agonal clots). Beku darah yang terjadi setelah orang meninggal disebut postmortem clot, warnanya merah elastic atau seperti agar-agar(cruor clot) dan beku darah ini tidak melekat pada dinding pembuluh darah jantung.Bila beku darah terbentuk lambat, maka beku darah nampak berlapis-lapis, sel darah merah karena lebih berat maka menempati lapisan terbawah disebut juga sebagai cruor clot diantara leukosit. Lapisan teratas terdiri dari plasma darah dan sedikit leukosit yang berwarna kuning disebut juga sebagai chiken fat clot. Beku darah semacam ini terdapat dalam jantung dan dapat ditemukan pada bedah mayat.5. Pembusukan (putrefaction) dan autolisisPembusukan terjadi akibat pengaruh fermen-fermen pada tubuh, jaringan mengalami autodigestion. Pada jaringan tertentu seperti mukosa lambung, kantung empedu, autolisis cepat terjadi. Karena itu biasanya tidak dapat diperoleh sediaan mikroskopik yang baik. Pada umumnya makin tinggi diferensiasi jaringan, makin cepat autolisis. Pembusukan terjadi akibat masuknya kuman saprofitik. Biasanya kuman ini berasal dari usus. Secara garis besar terdapat 17 tanda pembusukan pada jenazah, yaitu:Wajah membengkakBibir membengkakMata menonjolLidah terjulurLubang hidung keluar darahLubang mulut keluar darahLubang lainnya keluar isinya seperti feses (usus), isi lambung, dan partus (gravid)Badan gembungBulla atau kulit ari terkelupasAborescent pattern / morbling yaitu vena superfisialis kulit berwarna kehijauanPembuluh darah bawah kulit melebarDinding perut pecahSkrotum atau vulva membengkakKuku terlepasRambut terlepasOrgan dalam membusukLarva lalatAutolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan secara spontan yang terjadi dalam tubuh setelah kematian dalam keadaan steril melalui proses kimia yang disebabkan oleh enzim- enzim intraseluler, sehingga organ-organ yang kaya dengan enzim- enzim akan mengalami proses autilisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki enzim, dengan demikian pankreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada jantung. Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganismeProses auotolisis terjadi sebagai akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena adalah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya, kemudian dinding sel akan mengalami kehancuran sebagai akibatnya jaringan akan menjadi lunak dan mencair. Autolisis mengacu pada pancernaan jaringan oleh substansi yang dilepaskan, seperti enzim dan lisosom.BAB IIIPENUTUPKesimpulanMati merupakan berhentinya kehidupan, seluruh organ vital berhenti bekerja. Kematian sel(nekrosis sel)terjadi apabila suatu rangsangan terlalu kuat dan berkepanjangan. Nekrosis sel dapat bersifat luas didalam tubuh sehingga menyebabkan kematian individu. Sebab-sebab kematian sel antara lain trauma, hipoksia lama, dan infeksi. Sel-sel yang mati akan mengalami pencairan atau koagulasi kemudian dibuang atau diisolasi dari jaringan yang baik oleh sel-sel imun. Sedangkan perubahan-perubahan yang timbul setelah kematian dinamakan post mortem Perubahan-perubahan post mortem ini juga dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Diantaranya, suhu sekitar, suhu tubuh pada saat terjadi kematian dan adanya infeksi umum. Tahap-tahap perubahan pada post mortem yaitu Algor mortis, Rigor mortis, Livor mortis, Pembekuan darah, dan Pembusukan (putrefaction) dan autolysis.SaranSetelah terselesaikannya makalah ini, kami mengharapkan agar makalah ini bermanfaat untuk pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Makalah yang kami buat jauh dari kata sempurna, sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan kedepan makalah yang kami buat.