tugas pak zul

39
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fiqh Islam adalah sebuah kajian ilmiyah yang mempunyai nilai tinggi, bahkan merupakan bukti nyata ensiklopedi dunia Islam. Fiqih Islam itu kaya dengan pemikiran, padat dengan materi dan luas wawasan dan bidang kajiannya. Sekalipun ia memiliki kekayaan pemikiran yang besar, namun para peneliti dan pengkaji mengalami kesulitan-kesulitan formal yang mirip dengan sebuah hambatan. Keruwetan fiqih Islam dalam beberapa seginya itu tampak pada urutan masalah- masalah dan penyusunannya menurut hubungan yang berkesesuaian dengannya. Dan hal itu merupakan sisi metodis, dan celah ilmiah yang tak gampang dan tak mungkin dikurangi artinya. Masalah- masalah tersebut, sekalipun hanya berkaitan dengan segi formal, namun Ia berpengaruh terhadap substansi. Hal ini dipahami dengan baik oleh para penulis Islam dan ahli- ahli fiqih yang terkemuka. Syihab Al-Din Ahmad Ibnu Idris 1

Transcript of tugas pak zul

Page 1: tugas pak zul

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fiqh Islam adalah sebuah kajian ilmiyah yang mempunyai

nilai tinggi, bahkan merupakan bukti nyata ensiklopedi dunia Islam.

Fiqih Islam itu kaya dengan pemikiran, padat dengan materi dan

luas wawasan dan bidang kajiannya. Sekalipun ia memiliki

kekayaan pemikiran yang besar, namun para peneliti dan pengkaji

mengalami kesulitan-kesulitan formal yang mirip dengan sebuah

hambatan.

Keruwetan fiqih Islam dalam beberapa seginya itu tampak

pada urutan masalah- masalah dan penyusunannya menurut

hubungan yang berkesesuaian dengannya. Dan hal itu merupakan

sisi metodis, dan celah ilmiah yang tak gampang dan tak mungkin

dikurangi artinya. Masalah- masalah tersebut, sekalipun hanya

berkaitan dengan segi formal, namun Ia berpengaruh terhadap

substansi. Hal ini dipahami dengan baik oleh para penulis Islam dan

ahli-ahli fiqih yang terkemuka. Syihab Al-Din Ahmad Ibnu Idris Al-

Qarirafi berkata:1 “Anda tentu mengetahui bahwa fiqih itu,

sekalipun ia merupakan bidang ilmu yang besar, apabila ia tidak

disusun dengan rapi, maka hikmahnya juga akan berkurangnya

keindahannya, dan tuntutannya dihati pun ikut lemah”. Apabila

ketetapan-ketetapan hukum itu ditata dan ditarik dari kaedah-

kaedah syara’, dibangun berdasarkan sumber-sumbernya, maka

1 Ia adalah salah seorang ulama mazhab Maliki yang terkemuka. Ia wafat pada tahun 684 H. ia memiliki banyak karya tulis yang bermutu dalam bidang fiqih, ushul fiqh dan kaedah- kaedah fiqih.

1

Page 2: tugas pak zul

dengan sendirinya timbul keinginan untuk mengutipnya serta

sangat mengaguminya sehingga semua tuntutannya diamalkan.2

Dalam menata bab-bab fiqih Islam, persoalannya menjadi

ganda; karena fiqih ternyata tidak memakai sistematika yang

seragam. Bab-bab yang ditempatkan dibagian awal oleh satu

mazhab, ternyata oleh mazhab yang lain ditempatkan dibelakang.

Umpanya bab muamalat didahulukan atas bab nikah bagi ulama

syafiiyah dan hanabilah sedangkan menurut ulama hanafiyah dan

malikiyah adalah sebaliknya, bab nikah didahulukan atas bab

muamalat.

Disamping adanya perbedaan bab-bab dan pasal-pasal yang

termasuk dalam bagian-bagian pokok antara satu mazhab dengan

mazhab lainnya, bagian muamalat pun umpamanya menurut

mazhab maliki, syafii dan hambali hanya dimaksudkan untuk

transaksi jual beli atau yang seumpamanya sementara menurut

ulama hanafi, hal itu lebih umum dan lebih luas dari pada itu, sebab

muamalat bagi mereka ditujukan untuk semua transaksi yang

berimbal materi, perkawinan, perselisihan, amanah dan harta

peninggalan.

Demikian pula, mereka kadang-kadang berbeda arah dalam

membahas topik yang sama. Sebahagian mereka menempatkan

satu topik masalah dalam bagian ibadat, sementara yang lainnya

menempatkannya dalam bagian Mu'amalat, seperti bab

perlombaan (al-sabq) atau (al-musabaqah). Ulama Malikyah

memandangnya sebagai bagian dari ibadat. Jadi, ia lebih melekat

pada jihad. Sementara Ulama Hambali memandangnya sebagai

bagian dari bab Mu'amalat, demikian seterusnya terhadap masalah-

2 ‘Abd al-Wahab’ Abd al-Lathif dan ‘Abd al-Sami’ Ahmad Imam, Al- dzakhirat, cet 2, (Kuwait; kementrian waqaf dan urusan agama islam, thn 1402H./ 1982M) jilid 1 hlm 34

2

Page 3: tugas pak zul

masalah lainnya yang akan dikemukakan rincian serta penjelasan

kaitan-kaitannya.

BertItik tolak dari pemikiran di atas, penulis merasa tertarik

untuk melakukan peneltian dengan judul : “STUDI TENTANG

SISTEMATIKA PENYUSUNAN KITAB FIQH DAN KORELASI

FILOSOFISNYA MENURUT MAZHAB SYAFI’I DAN MAZHAB HANBALI”

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistematika penyusunan kitab fiqh menurut

perspektif mazhab Syafi’i dan mazhab Hanbali

2. Bagaimana munasabah (keterkaitan) antara satu bab dengan

bab yang lain atau antara satu topik dengan topik yang lain

dalam menyusun sistematika kitab fiqh menurut perspektif

mazhab Syafi’i dan Hambali

C. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana sistematika penyusunan kitab

fiqh menurut perspektif mazhab Syafi’i dan Hambali

2. Untuk mengetahui bagaimana munasabah (keterkaitan)

antara satu bab dengan bab yang lain atau satu topok dengan

topik yang lain dalam menyusun sistematika kitab fiqh

menurut perspektif mazhab Syafi’I dan Hambali

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

3

Page 4: tugas pak zul

1. Menambah wawasan dan khsanah keilmuan terutama

memahami pola menyusunan sistematiak kitab fiqh dari

masing-masing mazhab.

2. Memenuhi tugas akhir mata kuliah Manhaj istinbath fiqh Islam

pada Program S3 PPS UIN Suska Riau

D. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library

research). Data yang dikumpulkan bersumber dari literatur-literatur

yang terkaita dengan masalah peneltian ini. Untuk studi ini, dari

mazhab Syafi'i diambil kitab : “Minhaj al-Thalibin”, karya Syaikh al-

Islam Muhyi al-Din Abi Zakariya Yahya ibn Syarf Syaraf Al-Nawawi

(wafat pada tahun 676 H). Kitab ini banyak mengundang perhatian.

Ia menjadi poros berbagai kegiatan fiqh pada abad terakhir dari

kalangan ulama al-Syafi'iyah, banyak yang menulis syarah dan

ringkasannya, sampai-sampai dua syarahnya :

1. Tuhfat al-Muhtaj, karya Ahmad ibn Muhammad ibn Ali ibn

Hajar al-Haitami (wafat pada tahun 974 H).

2. Nihayat al-Muhtaj Syarah al-MInhaj, karya Syams al-Din

Muhammad ibn Ahmad ibn Hamzah al-Ramli (wafat tahun

1004 H.)

Kitab ini menjadi dua kitab standar mazhab dan telah menjadi

ketetapan di kalangan ulama al-Syafi'iyah, bahwa seorang mufti

tidak boleh mengeluarkan fatwa yang berlawanan dengan isi dua

syarah tersebut, dan bahkan dengan kitab tuhfat dan al-Nihayat itu

sendiri.3 Ditambah lagi dengan kitab-kitab mazhab Syafi’i yang lain

seperti : Hasyiah Tuhfah al-Habib ‘ala Syarh al-Khatib, oleh

3 Ibid

4

Page 5: tugas pak zul

Sulaiman al-Bujairimi, dan Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Lafz

al-Minhaj, oleh Muhammad Khatib al-Syirbani.

Dalam mazhab hambali, pilihan jatuh pada kitab “ Muntaha

al-Iradat fi Jam al – Muqni’ ma’a al-Tanqih wa al-Ziyadat “, karya

Muhammad ibn ahmad ibn Abd al- Aziz al-Futuhi, terkenal dengan

sebutan Ibn al- Najjar, ( wafat pada tahun 972 H). Kitab ini menjadi

handalan, khususnya dalam masalah tarjih, pada keterangan

pinggirnya “al- iqna’ li – thalib al- intifa’“, karya Musa ibnu Ahmad

al- Hijawi ( wafat pada tahun 968 H) karena kitab ini dinilai lebih

cermat disbanding 2 kitab “ al- tanqih al-musybi’” karya al-

Mardhawi dan al-Iqna’ karya al-Hijawi…”4. Ditambah lagi dengan

kitab mazhab Hanbali yang lain seperti : Al-Mubdi fi Syarhil Mughni,

oleh Ibrahim bin Muhammad Ibnu Muflih.

Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan metode

deskriptif-analisis-komparatif dengan memberikan gambaran

bagaimana sistematika penyusunan kitab fiqh mazhab Syafi’i dan

mazhab Hambali, kemudian dianalisis untuk melihat hubungan dan

logika filosofisnya dari sistematisasi bab dab fasal kitab fiqh dua

mazhab tersebut.

4 Ali ibnu Muhammad al-Kindi, Muqaddimah fi Bayan al- Mustalahat al- Fiqhiyyah ala al-Mazhab al- Hambali ( Makkah; mathabi’ quraisy, tahun. 1378 H. / 1978M.), hal. 14

5

Page 6: tugas pak zul

BAB II

SISTEMATUKA PENULISAN FIQH DAN KORELASI FILOSOFISNYA MENURUT MAZHAB SYAFI’I

Dalam menyusun topik-topik fiqh, para ulama Syafi'iyah

menempatkan cara husus, dengan lebih memperhatikan makna-

makna dan pemikiran-pemikiran agar lebih mudah diingat, cepat

dirujuk dan dijangkau, berikut ini dipaparkan wujud nyata dari

bentuk penyususnan bab-bab tersebut disertai dengan hubungan

rasional antara masing-masingnya sebagaimana terdapat dalam

kitab-kitab fiqg karya ulama Syafi'iyah.

Al-'Allamah Syams al-Din Muhammad Ibn Ahmad Al-Ramli

menjelaskan arti penting dari topik-topik fiqh serta posisi masing-

masingnya bagi yang lain, sesuai arti pentingnya. Penjelasan itu

secara keseluruhannya, menggambarkan bab-bab fiqh yang ada

dalam mazhab Syafi'i , sebagaimana dapat dilihat dalam

pernyataan berikut :

Pemuka-pemuka ulama Syafi'iyah mengawali pembahasan

kitabnya dengan bab Al-Thaharah, sesuai dengan khabar dari Rasul

saw : مفتا ح الصالة الطهور (pembuka shalat itu adalah bersuci). 5

Demikian lagi, bahwa Rasul saw. ketika menyebutkan syiar Islam

yang lima meletakkan shalat pada urutan kedua setelah

syahadatain yang merupakan kajian ilmu kalam- selain itu adalah

karena thaharah itu merupakan syarat shalat yang terpenting yang

mereka dahulukan atas syarat yang lainnya, sebab ia adalah ibadah

jasmani yang utama setelah iman. Dan syarat, menurut tabiatnya,

5 ? Al-Hakim Al-Mustadrak, jilid I, hal. 132

6

Page 7: tugas pak zul

harus didahulukan atas masyruth, karena itu dalam penyusunan

buku ia harus didahulukan.

Tidak syak lagi bahwa hukum-hukum syara’ itu tak terlepas

kaitannya, baik dengan ibadat, mu'amalat, munakahat maupun

jinayat. Sebab, tujuan diutusnya Rasul saw. Itu adalah untuk

menata keadaan hamba, baik untuk hari esok maupun untuk

kehidupan duniawi. Teraturnya kehidupan manusia itu hanya dapat

tercapai apabila daya berfikir, daya biologis, dan daya amarah

الغضبية) ) manusia itu sempurna. Apabila pembahasan

yang terdapat dalam fiqh itu berkaitan denga kesempurnaan

berfikir atau mentalitas (كمال النطقية) maka itu adalah

bidang-bidang ibadat, sebab dengan ibadat itulah daya berfikir

dapat sempurna. Jika pembahasan itu berkaitan dengan

kesempurnaan keinginan syahwat, (كمال الشهو ية) maka ia

terbagi kepada dua; yang berkaitan dengan persoalan makan dan

seumpamanya, disebut dengan Mm'amalat, dan yang berkaitan

dengan persetubuhan dan seumpamanya disebut munakahat. Dan

pembahasan yang berakitan dengan kesempurnaan daya amarah,

maka itu adalah bidang jinayat.

Yang terpenting di antara yang empat ini adalah : Ibadat,

karena ia terkait dengan yang maha mulia, dan setelah itu

mu'amalat, karena ia sangat dibutuhkan, dan berikunya adalah

munakahat, karena kebutuhan terhadapnya berada di bawah

Mu'amalat jinayat, lebih jarang terjadinya dibanding dengan bidang-

bidang terdahulu sebelumnya. Oleh karena itu, maka susunlah fiqg

itu menurut urutan ini……. 6

6 ? Syamsuddin Muhammad bin Ahmad al-Ramli, Nihayah al-Muhtaj Ma Syarhi al-Minhaj : (Mesir : Syarikah Maktabah wa Mathbaah Musthafa al-Babil Halby, 1386 H), hal. 59

7

Page 8: tugas pak zul

Bertitik tolak dari hal tersebut, ulama Syafi'iyah membagi

bab-bab dan topik-topiknya kedalam empat pokok :

Bagian pertama : ibadat (ربع العبادة)

Bagian kedua : Mu'amalat (ربع المعامالث)

Bagian ketiga : nikah (ربع النكاح)

Bagian keempat : jinayat dan Al-Mukasamat والمخا) الجناية ربع

(صماث

Bab faraid berdri sendiri, terpisah dari bagian ini. Ia

ditempatkan antara bagian Mu'amalat dan nikah. Berikut ini adalah

penjelasan tentang urutan bagian-bagian ini dan bab-bab fiqh yang

terkandung didalamnya serta hubungan masing-masingnya.

A. Kitab al-Ibadat ( كتا ب العبا دات )

Kitab al-Ibadat termasuk di antara bab-bab fiqh yang

terpenting dan paling diperlukan oleh umat Islam. Ia merupakan

tujuan pertama dari ilmu fiqh. Kebahagian seseorang di dunia dan

di akhirat sangat tergangtung pada terlaksananya ibadat dengan

baik atau tidaknya, dalam arti sesuai dengan ajaran-ajaran syariat

Islam. Di dalam masalah ibadat ini tidak ada lapangan gerak bagi

akal. Al-'Allamah Sulaiman Al-Bujairimi (wafat thn 1221 H). berkata :

“Ibadah didahulukan atas yang lainnya, karena ia lebih penting …”

Ia juga menjelaskan, bahwa bagian ibadat itu bertujuan untuk

mencapai keberhasilan di akhirat”. 7

Bagian ibadat ini mencakup masalah –masalah sebagai

berikut :

Kitab Al-Thaharah

Kitab Al-Shalat

7 ? Sulaiman al-Bujairimy, Hasyiyah al-Habib ‘Ala Syarah al-Khatib, (Mesir : Maktabah al-Baby al-Halby, 195), hal. 300-2

8

Page 9: tugas pak zul

Kitab Al-Zakat

Kitab Al-Syiam

Kitab Al-I’tikaf

Kitab Al-Hajj

B. Kitab al-Mu'amalat ( كتاب المعامالت )

Mu'amalat berada pada peringkat kedua sesudah ibadat,

karena hanya dengan mu'amalat lah kehidupan manusia dapat

berlangsung, kebutuhan manusia akan mu'amalat, berada pada

tingkat kebutuhan darurat, mengingat akan keperluan terhadap

mu'amalat itu lebih penting dari yang lainnya. 8 Dan juga karena

tujuannya adalah untuk keberhasilan di dunia sebagai factor pokok

untuk keberhasilan di akhirat. 9

Bagian mu'amalat ini mencakup topic-topik fiqh yang

berkaitan dengan Mu'amalat, yang terpenting diantaranya adalah :

Bab Riba,

Bab jual beli yang terlarang,

Bab khiyar,

Bab al-Tauliyah,

Bab tentang jual beli pokok kayu dan buah-buahan,

Bab berbedanya pendapat dua orang yang berjual beli dan

Bab Mu'amalatnya hamba.

Termasuk juga : kitab Al-salam, kitab al-rahn, ktab altaflis, kitab

Al-Syarikah, kitab Al-wikalah, kitab Al-Ikrar, al-ariyah, kitab Al-

Qhasab kitab Al-Qhiradh, kitab Al-ijarah kitab Ihyat Al-Mawat,

8 ? I b i d

9 ? I b i d

9

Page 10: tugas pak zul

kitab Al-Waqf, kitab Al-Hibah, Kitab Al-Luqhatah, Kitab Al-Laqith

dan kitab Al-Ju’alah. Setelah itu disebutkan Kitab Al-Fara’id.

Banyak pensyarah dan penulis yang lupa menyebutkan

hubungan ilmu fara’id dengan sejumlah topik-topik fiqh lainnya.

Al-'Allamah Sulaiman mencoba mengungkapkan rahasia ini dalam

kalimat berikut : “Mereka tidak sampai membicarakan rahasia ini

bagi faraid, barang kali karena faraid itu merupakan bidang ilmu

yang berdiri sendiri, atau karena ia secara hukum dimasukkan ke

dalam mu'amalat, karena sasrannya asalah pembagian harta

peninggalan, jadi ia serupa dengan mu'amalat”10.

Mengenai latar belakang ditempatkannya kitab faraid

sesudah bagian mu'amalat dan ibadat, Al-'Allamah Bujairimi

menyebutkan sebagai berikut : “Kitab Fara'id ditempatkannya di

belakang ibadat dan mu'amalat adalah karena ibadat dan

mu'amalat itu sangat diperlukan oleh manusia atau salah satu dari

keduanya sejak manusia dilahirkan tanpa henti-hentinya atau pada

ghalibnya sampai ia meninggal dunia. Dan juga karena kedua-

duanya berkaitan denga proses pengabdian hidup menjelang mati,

sedangkan fara'id adalah separoh dari ilmu, oleh karena itu maka

pada tempatnya lah ia disebutkan diparohan kitab”. 11

Setelah menjelaskan kitab faraidh, diantara yang menarik

perhatian di sini, bahwa sesudah kitab Fara'id dilanjutkan dengan

kitab wasiat, dan hubungannya dengan kitab Fara'id cukup jelas.

Hanya saja ia disebutkan sesudah kitab Al-Wadiah-Kitab Bagian

Sedekah. Agaknya hubungan antara kitab wasiat dan kitab wadi’ah

ialah bahwa pada akhir kitab Wasiat terdapat pasal tentang Wasiat

10 ? Sulaiman al-Jamal, Hasyiyah al-Jamal ‘ala Syarhi al-Minhaj, (Mesir : Musthafa Muhammad, tt) jilid I, hal. 2611 ? Sulaiman al-Bujairimy, Op.Cit, hlm. 256

10

Page 11: tugas pak zul

untuk membayar hutang, melaksanakan Wasiat dan mengurus

anak-anak semua ini merupakan kumpulan dari beberapa amanah

pada diri penerima Wasiat, yang berdasarkan atauran taukilnya

harus ia laksanakan dengan jujur dan benar.

Wadi’ah ini termasuk kelompok amanah. Orang yang

menerima titipan adalah wakil dari yang menitip barang dalam hal

memelihara. Ia tidak boleh melakukan apa-apa terhadap barang

titipan kecuali atas izin penitip barang. Dan pengertian seperti ini

tampak jelas dalam defenisi wadi’ah sebagai berikut :

“Mewakilkan seseorang untuk memelihara barang milik atau

sesuatu yang dihargai yang istimewa menurut cara yang

khusus”.12

Jadi, kedua-dua kitab tersebut termasuk bagian dari amanah

dan wikalah. Sayid al-bakri syatha menyebutkan pengertian dari

urutan kitab ini sebagai berikut: dan wadi’ah itu ada

persesuaiannya dengan Fara'id, karena harta anak yatim yang

tanpa ahli waris itu berkedudukan sama dengan wadi’ah di bait al-

mal kaum muslimin. Adapun kitab bagian shadaqah, maka yang

paling tepat, disebutkan pada akhir kitab zakat. Bagian shadaqat ini

merupakan rekayasa sejumlah ahli fiqh Syafi'iyah. Hal ini

dikemukakan oleh Al-Khatib Al-Syarbini dalam pernyataannya :

“Kitab ini disebutkan oleh Al-Muzani Rahimahullah taala dan

kebanyakan ulama pada bagian zakat, dan dalam buku ini penulis

mengikuti pola mereka, karena masing-masing dari al-Fa’i, Al-

Ghanimah dan zakat itu, pengumpulannya ditangani oleh

12 ? Al-Syarbini, Mughny al-Muhtaj ila Ma’rifat Ma’ani Lafz al-Minhaj, (Beirut : Dar al-Fikr, 1978), jilid II, hal. 79

11

Page 12: tugas pak zul

penguasa”. 13 Di dalam kitab Al-umm, Kitab shadaqoh ini juga

disebutkan oleh imam Al-Syafi'i diakhir kitab Zakat.

C. Kitab Nikah ( كتاب النكاح )

Kitab al-Nikah ditempatkan sesudah kitab Mu'amalat karena

kebutuhan padanya dibawah kebutuhan Mu'amalat, karena

pertamakali yang diperlukan manusia dalam berusaha dalam

mempertahankan hidupnya, lalu apabila masalah kehidupan sudah

terpenuhi, dan ia telah mampu memenuhi kebutuhan dan bahkan

berlebi, maka ia mulai berfikir untuk kawin, jadi ia merupakan

keperluan pada urutan kedua setelah keperluan kehidupan.

Pengertian ini diungkapkan oleh ahli-ahli fiqh Syafi'i dalam

ungkapan-ungkapan yang berbeda diantaranya : “Didahulukan

Ibadat ……. kemudian Mu'amalat ……….. kemudian Nikah, karena

adanya nikah itu stelah terpenuhi keinginan badaniyah”.14

Kitab nikah ini meliputi masalah –masalah sebagai berikut :

Kitab Al-Shadaq, kitab AlHulu’, Kitab Al-Thalak, Kitab Al-Rajah, Kitab

Al-Ila’, kitab Al-Jihar, kItab al-li’an, kitab Al-Radha dan kitab Al-

Nafaqat .

D. Kitab Al-Jarah ( كتاب الجرح )

Sebagian ulama menamakan kitab ini dengan “Kitab al-

jinayat” al-sayyid bakri Syata Rahimahullah berkata :

“Menggunakan ungkapan “kitab Jinayat” lebih baik dari pada

menggunakan ungkapan “Al-Jarrah”, karena dengan istilah Al-

jarrah tersisih pengertian pembunuhan dengan sihir dan yang

13 ? I b i d, jilid III, hal. 10614 ? Sulaiman al-Bujairimi, Loc-Cit.

12

Page 13: tugas pak zul

seumpamanya seperti mencekik, dan tersisih pula tindakan

hukum yang berakibat hilangnya sifat-sifat maknawi seperti

pendengaran, lantas diputuskan bahwa hukumnya tidak sama

dengan hukum melukai, padahl bukan demikian”. 15

Dan disebutkan mengenai hubungan rasional ditempatkannya

kitab Al-Jinayat sesudah Mu'amalat dan Al-Nikah, bahwa apa yang

terdahulu (Kitab Mu'amalat dan Nikah) adalah sebagai sebab

terjadinya pergesekan antara pribadi yang sering kali menimbulkan

penganiayaan satu pihak atas pihak yang lain. Mengenai hal ini

diungkapkan oleh ahli-ahli Fiqh Syafi'I dengan pernyataan :

“Diakhirkan masalah Al-Jinayat dan Al-Mukasamat karena adanya

Jinayat itu, biasanya sesudah keinginan perut dan parj terpenuhi”. 16

Kitab Jinayat Ini meliputi beberapa topic Fiqh sebagai berikut :

-Kitab Al- Diyat, Kitab Al- Buqhat, Kitab Al- Riddha, Kitab Al- Zinna,

Kitab Hadd Al-Qadzaf, Kitab Qath’ Al-Sariqah, Kitab Al- Asyribah,

kemudian fasal mengenai Ta’zir. Termasuk juga kandungan dalam

bagian ini, “Kitab Al-Shiyal”, dan ia singgung juga .dalam Kitab itu

tentang hokum khitan dan hokum memusnakan hewan-hewan

ternak.

Kaitan rasional antara topik-topik ini dengan fasal ta’zir

sebelumnya ; ialah bahwa di dalam topik-topik sebelum itu hanya

ada pelanggaran, sedangkan ta’zir disebabkan oleh pelanggaran

atas hak Allah SWT atau hambaNya. 17

15 ? Sayyid Bakri Syatha, I’anatut Thalibin ‘ala Hall Alfaz Fath al-Mu’in, jilib IV, hal. 10916 ? Sulaiman al-Bujairimi, Op-Cit, jilid III, hal. 217 ? Sayyid Bakri Syatha, Op-Cit, hal.170

13

Page 14: tugas pak zul

BAB III

SISTEMATIKA PENULISAN FIQIH DAN KORELASIFILOSOFISNYA MENURUT MAZHAB HAMBALI

Dalam menyusun topik-topik Fiqh, ulama Hanabilah

menempuh metode khusus yang berdiri sendiri yang bercirikan

sederhana dan mudah. Sistematika tersebut terbagi ke dalam lima

bagian pokok sesuai urutan berikut :

Pertama : bagian ibadat (العبا دات )

Kedua : bagian Mu'amalat ( ( المعا مالت

Ketiga : bagian munakahat ( المناكحات )

Keempat : bagian Jinayat ( الجنا يات )

Kelima : bagian Qhadha dan Khusumat (القضاء والخصمات )

A. Kitab al- Ibadat ( كتا ب العبا دات )

Para ahli Fiqh mazhab hambali, seperti halnya ahli-ahli Fiqh

dari mazhab-mazhab lainnya, mendahulukan Kitab Ibadat dari

bagian-bagian lainnya karena memandang ibadat sebagai sesuatu

yang urgen. Ia adalah tujuan pertama dan terakhir dari penciptaan

14

Page 15: tugas pak zul

makhluk, sesuai dengan firman Allah swt : اال الجن واالنس وما خلقت

ليعبدون

Dari ibadat, mereka dahulukan sarananya, yaitu Kitab Al-

Thaharah. Syeikh Ibnu Taimiyah berkata : "Adapun ibadat, maka

yang terbesar diantaranya adalah shalat. Orang yang memulai

masalah–masalah shalat dengan masalah bersuci, sesuai sabda

Rasul saw. “ kunci pembuka shalat itu adalah suci”, sebagaimana

urutan yang dilakukan oleh kebanyakan ulama. Adapula memulai

masalah-masalah ibadat dengan waktu-waktu pelaksanaannya,

sebagaimana dilakukan oleh imam Maliky dan yang lainnya”18.

Mengenai sebab dimulai bab-bab ibadah dengan Kitab Al-

Taharah, Al-'Allamah Ibrahim Ibn Muhammad Ibn Muflih

mengemukakan sebagai berikut : “Ibnu Qudhamah, pengarang “Al-

Muqhni” memulai pembahasan ibadat dengan masalah bersuci,

karena mengikuti cara para imam diantaranya adalah Al- Syafi'I,

karena rukan agama yang terkuat setelah syahadat adalah shalat,

dan ia harus dengan bersuci, sebab ia adalah syarat dan syarat itu

harus didahulukan atas masyrut, dan bersuci itu dilakukan dengan

menggunakan air dan tanah, dan air adalah alat bersuci yang

pokok. Dan mereka memulai dengan Rub’Al-Ibadat, karena

mementingkan persoalan-persoalan agama, karena itu pula ia

didahulukan atas persoalan-persoalan duniawi”. 19

Bagian ini meliputi topik-topik pokok berikut :

1. Kitab Thaharah,

2. Kitab Shalat

3. Kitab Shiyam

18 ? Ibnu Taimiyah, Fatawa Ibnu Taimiyah, jilid XXI, (Rabat : Maktabah al-Maarif, tt), hal. 519 ? Ibrahim bin Muhammad Ibnu Muflih, al-Mubdi’ fi Syarh al-Muqni’, jilid I, (Damsyiq : Maktabah al-Islami, 1974), hal. 29

15

Page 16: tugas pak zul

4. Kitab Haji

5. Kitab Jihad

Dihubungkan Kitab jihad dengan ibadat, karena ia lebih

banyak persesuainnya dengan ibadat, dan sudah pasti bahwa

dakwah menuju Allah dan beramal menyiarkan Islam adalah salah

satu pengabdian yang paling besar.

B. Bab al- Mu'amalat ( المعا مال ت )

Para ahli Fiqh mazhab hambali mendahulukan bab-bab

Mu'amalat atas bab-bab nikah karena memandangnya sebagai hal

terpenting yang diperlukan manusia setelah ibadat. Mu'amalat

adalah jalan untuk mencari penghidupan, melalui jalan itulah

manusia dapat memenuhi semua kebutuhan hidup, khususnya

kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat

tinggal. Terpenuhinya semua kebutuhan pokok ini, sekalipun dalam

batas minimal, akan membuat seseorang mampu mempertahankan

diri dan mampu menjamin survive, dan dengan begitu berarti ia

telah merealisasikan pokok kedua dari lima kebutuhan pokok

(dharury), yaitu memelihara jiwa.

Al-'Allamah Mansyur Al-Bahuti (wafat pada thn 1046 H)

menjelaskan kenapa didahulukan ibadat dari mu'amalat, di

antara sebab-sebabnya adalah makan dan minum dan yang

seumpamanya yang merupakan kebutuhan pokok yang diperlukan

oleh orang tua dan anak, dan yang keinginannya didahulukan atas

keinginan untuk menikah.20

Dan yang termasuk kedalam bagian ini beberapa bab pokok

berikut :

20 ? Mansyur bin Yunus al-Bahuty, Syarh al-Muntaha al-Iradat, (Madinah al-Munawwarah : Muhammad Abdul Muhsin al-Kattan, tt), jilid I, hal. 9

16

Page 17: tugas pak zul

Kitab Al-Ba’i

Bab Al-Riba Wa Al-Syarf Wa Tahrim Al-Hiyar

Bab Al-Qardh

Bab Al-Rahn

Bab Al-Daman Wa Al-kifalah

Bab al-Hiwalah

Bab Al-shulh Wa Ahkam Al-Jiwar

Bab Al-Hajar

Bab Al-wikalah

Kitab Al-Syarikah

Bab AL-Ijarah

Bab Al-Syuf’ah

Bab Al-Ju’alah

Bab Al-Luqhathah

Bab Al-Hibah Wa AL-Atiyah

Kitab Al-Washaya

Kitab Faraid

Yang perlu diamati ialah bahwa tga topic terakhir ; bab Al-

Hibah Wal Al-tiyah Kitab Al-Washaya dan Kitab al-Faraid, dari segi

topoknya, berbeda dengan kitab Mu'amalat. Barang kali makna

yang dikehendaki dari penempatannya dari tempat ini, ialah bahwa

mencari hidup dengan salah satu bentk transaksi-transaksi

terdahulu kan menghasilkan harta kekayaan menurut jalan yang

disyariatkan, maka tindakan yang dilakukan harus sesuai dengan

kebuthan-kebutuhan manusia selama ia masih hidup, sedangkan

diantara bentuk tindakan yang dapat dilakukan padanya adalah

saling membantu dengan bentuk hibah dan pemberian. Kadang

kala orang yang berhasil mengumpulkan harta berwasiat agar

17

Page 18: tugas pak zul

seseorang mengurus hartanya setelah ia berpisah dari kehidupan

untuk kepentingan silat Al-Rahim dan saling membantu, dan ini

tentunya adalah topic wasiat. Kadang kala pula manusia meninggal

dengan mendadak lalu ia tak sempat berwasiat maka semua

hartanya ketika itu menjadi objek dari qismah yang syar’I dimana

seorang pun dapat ikut camput tangan dalamnya, dan tak

seorangpun dapat mengambil bagian yang lebih dari kadar yang

telah ditentukan oleh syara’.

Sistematika penyususnan bab-bab yang ditentukan

ulama hambali secara umum sejalan dengan sistematika

yang dianut oleh ulama Syafi'iyah dimana bab hibah, faraid

dan wasiat ditempatkan diakhir kedua-duanya.

C. Kitab al-Nikah ( كتاب النكاح )

Kaiatan bagian ini dengan bagian yang sebelumnya, ialah

bahwa manusia, ketika ia telah mampu memenuhi kebutuhan-

kebutuhan dirinya berupa makanan, minuman dan pakaian yang

menjamin keberlangsungan hidup, maka dengan kelebihan harta

yang dimilikinya, ia mulai mencari jalan untuk membentuk keluarga

yang tonggak utamanya adalah istri yang baik yang selalu

memelihara diri dan hubungannya dengan suami dari satu sisi, dan

menjamin keberlangsungan hidup manusia dari sisi lain. Semua ini

tidak akan sempurna kecuali setelah ia merasa yakin akan

kemapuannya untuk menyediakan tempat tinggal yang pantas

untuk istrinya serta mendahulukan semua yang diperlukannya baik

berupa makanan, minuman ataupun pakaian yang sesuai denga

standar pakain masyarakat umumnya.

18

Page 19: tugas pak zul

Secara garis besar, pemahaman ini telah ditunjukkan oleh

Al-'Allamah Ibrahim Ibn Muflih (wafat tahun 884 H) dalam

pernyataannya : “Mereka dahulukan masalah nikah atas masalah

jinayat dan mukhassammat, adalah karena jinayat itu biasanya

terjadi setelah masalah kebutuhan perut dan faraj telah

terselesaikan:. 21

Bagian nikan ini meliputi topik-topik berikut :

Bab tentang dua rukun nikah dan pelaksanaan nikah

Bab mengenai syarat-syarat dalam pelaksanan

pernikahan

Bab mengenai berbagai aib dalam pernikahan

Bab mengenai pernikahan orang-orang kafir

Bab mengenai Al-Shidaq (mas kawin)

Bab mengenai walimah (pesta kawi)

Bab tentang pergaulan denagan wanita

Kitab huluk

Kitab Al-Thalak

Kitab tentang thalah Soreh dan Kinayah

Bab tentang sebab-sebab terjadinya perbedaan

tentang terjadinya perbedaan tentang bilanagn thalak

serta hal-hal yang berkaitan dengannya.

Bab mengenai pengeculaian melakukan thalak

Bab mengenai talak dimasa lalu dan masa yang akan

datang

Bab mengenai menggantungkan talak

Bab mengenai takwil dalam sumpah

Bab tentang keraguan dalam talak

21 ? Sulaiman al-Jamal, Loc-Cit

19

Page 20: tugas pak zul

Kitab mengenai rujuk

Kitab mengenai ila’ dan Ketentuan-ketentuan hukum

orang yang melakukan ila’

Kitab Al-zihar

Kitab Al-Li’an

Kitab Al-‘adad

Kitab Al-Radha’

Kitab Al-Nafaqat

Sebagaimana tampak jelas dari pemaparan ini bahwa, bab-

bab dan kitab yang tampil dibawah judulnya cocok dan sejenis

semuanya, tak ada diantaranya topik yang aneh dan asing. Jadi

hubungan antaranya adalah satu, mengingat semuanya berputar

sekitar topik-topik nikah baik secara bersambung maupun terpisah

begitu juga dari segi hasil dan Ketentuan-ketentuan hukumnya.

D. Kitab al-Jinayat ( كتاب الجنايات )

Ulama mazhab hanbali melihat kepada masalah penempatan

Kitab Al-Jinayat sesudah bagian mu'amalat dan nikah dengan

mengangkat gambaran yang alami pada manusia, yaitu bahwa

apabila ia telah dapat memenuhi kebutuhan makanan, minuman an

pakaian yang merupakan hasil dari keja sama saling

menguntungkan serta kerja sama bisnis lainnya, dan ini juga

merupakan sarana bagi seseorang untuk menjaga kebersihan diri

melalui pernikahan. Kemudian, masing-masing dari dua jenis

transaksi itu – transaksi kehartaan dan transaksi pernikahan

adalah menjadi bidang temu pergesekan langsung serta kompetisi

perorangan, yang kadang-kadang menyebabkan timbulnya

20

Page 21: tugas pak zul

penganiayaan dari satu puhak dan pada pada pihak lainnya serta

pelanggaran batas ketentuannya. Kadangkala, karena sebab itu,

pertikaian dapat meningkat menjadi pembunuhan dalam bentuk

pelanggaran yang paling keras dan paling kejam. Boleh jadi pula

pelanggaran itu terhadap kehormatan, harta atau terhadap

batasan-batasan syariat yang mulia. Semuanya itu adalah

peristiwa-peristiwa hukum yang menuntut adanya Ketentuan-

ketentuan hukum yang mengaturnya serta undang-undang yang

membatasi orang-orang yang berlomba mengejarnya. Oleh kaena

itu, maka cococklah apabila urutan Kitab Al-Jianayat serta bab-bab

dan fasalanya ditempatkan sesudah mu'amalat dan nikah.

Pemahaman ini dapat ditangkap dari ungkapan sebagian ahli

Fiqh yang berbunyi sebagai berikut :

“Dan diantara sifat dasar manusia itu ialah bahwa apabila ia

telah kenyang dan menikah maka timbul sifat jahat dan sifat

hewannya, karena itu ia berlaku zhalim dan melanggar

hukum, dan karenanya pula diperlukan pembahasan tentang

jinayat”.22

Kitab jinayat ini meliputi bab-bab pokok berikut :

Bab syarat-syarat Qhisas

Bab tentang permintaan disempurnakannya qhishas

Bab tentang pemafaan dari qhishas

Bab mengenai tindak kejahatan selain pembunuhan

yang mengharuskan adanay hukum qhishas

Kitab mengenai dhiyat

Bab mengenai luka kepala dan patah tulang

Bab mengenai Al-Akilah serta tanggung jawab

22 ? Ali ibn Muhammad al-Hindi, Muqaddimah fi Bayan al-Mushthalahat al-Fiqhiyah ‘ala Mazhab al-Hanbali,, (Makkah : Matabi’ Quraisy, 1968), hal. 13

21

Page 22: tugas pak zul

Bab mengenai kafarat pembunuhan

Bab mengenai bagian yang disisikan oleh petugas

pembagi untuk dirinya sendiri

Kitab Al-Hudud

Kitab had Al-Zina

Bab mengenai Had al-Qazab

Bab mengenai hukuman bagi peminum minuman keras

Bab Al-Ta’zir

Bab mengenai potong tangan dalam masalah

pencurian

Bab mengenai menghadapi pembangkang dengan

peperangan

Bab mengenai hukum orang yang murtad (orang

muslimin yang meninggalkan agamanya)

Kitab mengenai beberapa jenis makanan

Bab mengenai zakat (penyembelihan)

Kitab tentang masalah berburu

Kitab mengenai sumpah

Bab mengenai nazar

Tampaknya pada lahirnya bahwa masuknya topik-topik tak

cocok ditempatkan di bawah bagian keempat (Al-Jinayat). Topik-

topik yang dimaksud adalah :

Kitab tentang jenis-jenis makanan

Bab Al-Dzakat (penyembelihan)

Kitab Al-Shaid (berburu)

Kitab Al-Aiman (sumpah)

Bab Al-Nazar

22

Page 23: tugas pak zul

Hal ini, sebagai mana dikatakan oleh sebagian orang,

sebabnya adalah bahwa topik pertama, kedua dan ketiga tadi

termasuk masalah yang didalamnya terjadi pelanggaran terhadap

jiwa hewan melalui penyembelihan atau perburuan. Hal itu, melihat

tempatnya, lebih tepat diletakan sesudah jinayat, yang hanya

merupakan pelanggaran terhadap manusia yang berharga dan

terhormat ( محترم ) guna dapat mengetahui hukum syara’ tentang

hal-hal yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap hewan,

dengan cara papun pelanggran itu, sebagaimana, sebelumnya,

telah diketahui hukum syara’nya, tentang pelanggaran terhadap

jiwamanusia sedangkan hewan itu diambil manfaatnya, diantara

bagian yang dimanfaatkan itu adalah makan daginganya dengan

adanaya pembahasan hعkum syara’nya maka jelsalah mana

diantaranya yang halal dan mana yang haram.

Adapun sumpah dan nazar, dari padanya dapat timbul

balasan yang bersifat materi, seperti padapelanggaran sumpah,

demikian pula nazar, sesungguhnya nazar Al-Lujaj, sebagai salah

satu jenis nazar, sesungguhnya nazar yang dibantukanoleh

sesorang pada sebuah syarat dengan maksud mencoba melakukan

sesuatu atau membebankaknya sehingga bagi orang yang

mengucapkan nazar tersebut diberi plihan anatar elakukan hal itu

dan membayar kafarat sumpah. Dan ini semua tergolong dalam

pengertian sanksi-sanksi fisik, (Al-Uqubat) dan dengan ini pula

lengkaplah hubungan tentang penempatan topik-topik ini pada

bagian keempat.

Mengenai penempatan sumpah dan nazar sebelum al-qhada’,

terdapat hubungan rasional yang telah dsebutkan terdahulu oleh

23

Page 24: tugas pak zul

ulama Al-Syafi'iyah.23 dan kesimpulannya, bahwa seorang hakim

kadang-kadang perlu ada saumpah bagi orang yang bertikai, oleh

karena itu ia harus menguasai secara penuh hukumhnya sehingga

dengan demikian maka keputusan hukum terhadap orang yang

harus melakukannya menjadi syah berdasarkan sumpah tersebut.

E. Kitab Al-Qadha wa al-Fitya ( كتاب القضاء و الفتيا )

Sesungguhnya persolan nikah, transaksi-transaksi yang

amanat dan berbagai tindak jinayat yang terdahulu itu, adalah topik

peradilan yang perlu diputusakan hukum nya. Memikian pula

Ketentuan-ketentuan hukum ibadat, semuanya merupakan sasaran

fatwa maka semua bab yang terdahulu, dengan kitab al-qadha’ ini,

dipandang bagaikan hubungan antara sebab dan musababnya.

Sedangkan bandingan semua Kitab, bab dan masalah yang

terdahulu bagi topik ini dalah bagaikan muqaddimah bagi natijah.

Pengertian ini dapat dipahami dari ungkapan berikut :

“Karena ini semuanya (Mu'amalat dan pernikahan) kadang kala

dapat berakibat pada perselisihan dan pertengakaran anatar

perorangan dan golongan, sedangkan manusia tidak bisa lepas dari

para hiakim yang memutuskan perkara diantara mereka dengan

keputusan yang sesuai dengan syariat, dan supaya kehidupan

manusia ini tidak lagi semraut, maka tampillah bagian peradialn

masalah dakwaan dan peradilan”.24

Kitab peradilan ini meliputi bebrapa bab dan topik-topik

pokok berkut :

Bab etika hakim

23 ? Mansyur bin Yunus al-Bahuty, Op-Cit, hal. 44924 ? Ali ibn Muhammad al-Hindi, Loc-Cit

24

Page 25: tugas pak zul

Bab jalan hukum dan sifatnya

Bab hukum surat hakim kepada hakim

Bab mengenai pembagian harta

Bab mengenai dakwa dan pembuktian

Kitab tentang kesaksiann

Bab mengenai syart-syarta orang yang diterima

kesaksiannya

Bab mengenai hatan-mhambatan kesaksian

Bab mengenai bagian-bagian yang di saksikan

Bab mengenai kesaksian atas kesaksian serta mindur dari

kesaksian

Bab mengenai sumpah pada berbagai dakwaan

Kitab mengenai ikrar (pengakuan)

Bab mengenai hal yang dapat menghasilakan ikrar

Bab mengenai ikrar secara global

Inilah akhir dari bab-bab dan topik-topik yang terapat dalam

Fiqh hambali, yang mana berakhir pada perhitungan duniawi, dan

itu mengisyaratkan pada tujuannya bahwa akhir dari semua

perbuatan manusia itu berakhir pada peghitungan dan pengujian

terhadap semua yang telah berlaku ketka masih hidup, hal mana

menuntut kesiapan untuk mehadapi penghitunga di akhirat kelak.

25

Page 26: tugas pak zul

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah mendeskripsikan secara umum tentang sistematika

penyusunan kitab fiqh menurut mazhab Syafi’i dan mazhab Hanbali,

dapat dicermati bahwa kedua mazhab tersebut memiliki alasan dan

argumen tersendiri dan korelasi filosofis di dalam menyusun

sistematika kitab fiqh mereka. Namun demikian kedua mazhab

tersebut memiliki beberapa persamaan di antaranya yaitu sebagai

berikut :

1. Sama-sama menempatkan masalah ibadat di atas

masalah-masalah yang laian, karena kedua mazhab

menganggap bahwa masalah ibadat merupakan masalah

pokok dan urgen melebihi masalah yang lain.

2. Menempat masalah muamalah di bawah ibadat dan

sebelum masalah nikah, masalah ibadah tidak tidak bisa

26

Page 27: tugas pak zul

berjalan dengan baik dan sempurna jika masalah

muamalah tidak berjalan dengan baik, sebab masalah

muamalah adalah penopang utama kehidupan manusia.

3. Sama-sama menempatkan masalah nikah setelah

masalah muamalat. Hal ini mengingat bahwa setelah

urusan makan dan minum selesai orang akan melanutkan

untuk memenuhi kebutuhan biologis melalui jalur nikah.

4. Dalam masalah ibadah kedua mazhab sama-sama

membuat klasifikasi kitab thaharah dan kitab shalat, tetapi

urutan selanjutnya terjadi perbedaan.

Meskipun kedua mazhab, Syafi’i dan Hambali, dalam

beberapa hal tertentu memiliki persamaan, namun keduanya

memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan karena

berbeda cara pandang dalam melihat korelasi filosofis dari masing-

masing kitab atau bab yang termuat dalam kitab fiqh mereka.

Perbedaan itu di antaranya sebagai berikut :

1. Mazhab Syafii membagi tema sentral kitab fiqih mereka

menjadi empat bagian yaitu : Ibadat, Muamalat, Nikah dan

Jinayat wal Mukhashamat. Sedangkan mazhab Hanbali

membaginya menjadi Lima: Ibadat, Muamalat, Manakahat,

Jinayat dan Qadha wal Khusumat.

2. Dalam lapangan Ibadat mazhab Syafi’i membaginya kepada :

Kitab thaharah, kitab shalat, kitab zakat, kitab shiyam, kitab

I’tikaf dan kitab haji. Sementara mazhab Hambali membagi

ibadat menjadi : kitab thaharah, kitab shalat, kitab shiyam,

kitab haji dan kitab jihad. Dimasukkannya jihad di dalam

ibadah karena ia lebih banyak persesuaiannya dengan ibadat,

27

Page 28: tugas pak zul

dan sudah pasti bahwa dakwah menuju Allah dan beramal

menyiarkan Islam adalah pengabdian yang paling besar dan

mulia.

B. Saran-saran

Memahami perbedaan dalam sistematika penyusunan kitab

fiqh dalam setiap mazhab memberi faedah yang sangat besar. Hal

ini di samping kita mengerti logika-filosofis masing-masing mazhab

dalam menyusun sistematika kitab fiqh mereka, kita juga juga akan

mendapatkan informasi yang jelas tentang masalah-masalah fiqh

perlu dirujuk di dalam kitab mazhab mazhab tersebut kita akan

dengan mengetahui bahwa masalah tersebut terletak di dalam

kitab atau bab itu. Karena penulis menyarankan kepada pencinta

fiqh untuk dapat kiranya memahami adanya perbedaan filosofis

dalam menyusun sistematika kitab fiqh di kalangan mazhab.

28

Page 29: tugas pak zul

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Mazhab Syafi’i

Al-Bujairimi, Sulaiman, Hasyiah Tuhfah al-Habib ‘ala Syarh al-Khatib, Mesir, Musthafa al-Baby al-Halby, 1951

Al-Jamal, Sulaiman, Hasyiah al-Jamal ‘ala Syarh al-Manhaj, Mesir, Musthafa Muhammad, tt

Ibnu Hajar al-Haitamy Syihabuddin Ahmad, Tuhfatul Muhtaj bi Syarhil Minhaj, Mesir, Musthafa al-Baby al-Halby, tt

Al-Ramli, Syamsuddin Muhammad bin ahmad, Nihayah al-Muhtaj Maa Syarh al-Minhaj, Mesir, Musthafa al-Baby al-Halby, 1386 H

Al-Syaarbini, Muhammad al-Khatib, Mughni al-Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani lafz al-Minhaj, Beirut, Dar al-Fikr, 1978

Mazhab Hanbali

Al-Bahuty, Manshur bin Yunus, Syarh Muntaha al-Iradat, Madinah,, Muhammad Abdul Muhsin al-Kattan, tt

Ibnu Taimiyah, Ibrahim bin Muhammad, al-Fatawa, al-Ribath, Maktabah al- Maarif,tt

Ibnu Muflih, Ibrahim bin Muhammad, Al-Mubdi’ fi Syarh al-Mughny, Damaskus, al-Maktabah al-Islamy, 1974

29

Page 30: tugas pak zul

Al-Hindy, Ali bin Muhammad, Muqaddimah fi Bayan al-Mushthalahat al-Fiqhiyah ‘ala Mazhab al-Hanbali,, (Makkah : Matabi’ Quraisy, 1968

30