Tugas Pak Jokris

29
LATAR BELAKANG DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Provinsi Jawa Barat, dengan sungai utamanya yaitu Sungai Citarum sepanjang 297 km yang bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang mengalir melalui daerah Majalaya. Sungai ini selanjutnya mengalir ke bagian tengah Provinsi Jawa Barat dari selatan ke arah utara dan akhirnya bermuara di Laut Jawa di daerah Muara Gembong dengan melewati Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang (5). Secara keseluruhan, DAS Citarum melintasi 12 wilayah administrasi kabupaten/kota yaitu: Kab.Bandung, Kab.Bandung Barat, Kab.Bekasi, Kab.Cianjur, Kab.Indramayu, Kab.Karawang, Kab Purwakarta, Kab.Subang, Kab.Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Cimahi. Luas DAS Citarum kira-kira 7.400 km 2 , yang secara fisik ekologis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : (a). Bagian hulu memiliki luas 1.771 km2, dengan batas antara Majalaya sampai dengan inlet Waduk Saguling; (b).Bagian tengah dengan luas 4.242 km2, yaitu dari inlet Waduk Saguling sampai dengan outlet Waduk Jatiluhur; (c). Bagian hilir yaitu dari outlet Waduk Jatiluhur sampai dengan muara ke Laut Jawa dengan luas 1.387 km2. Rencana terpadu wilayah Sungai Citarum 2010 - 2025, merupakan kerangka acuan, masukan dan pertimbangan berbagai pihak, dimana adalah sebagai berikut 1. Berfungsinya DAS ( Daerah Aliran Sungai ) sungai Citarum untuk bentangan lahan yg mampu mengatur tata air 2. Mendukung ketersediaan air dan energi sampai masa yg akan datang 3. Memperpanjang umur pakai waduk

Transcript of Tugas Pak Jokris

Page 1: Tugas Pak Jokris

LATAR BELAKANG

DAS Citarum merupakan DAS terbesar di Provinsi Jawa Barat, dengan sungai utamanya yaitu Sungai Citarum sepanjang 297 km yang bersumber dari Gunung Wayang di Desa Cibeureum, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang mengalir melalui daerah Majalaya. Sungai ini selanjutnya mengalir ke bagian tengah Provinsi Jawa Barat dari selatan ke arah utara dan akhirnya bermuara di Laut Jawa di daerah Muara Gembong dengan melewati Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang (5). Secara keseluruhan, DAS Citarum melintasi 12 wilayah administrasi kabupaten/kota yaitu: Kab.Bandung, Kab.Bandung Barat, Kab.Bekasi, Kab.Cianjur, Kab.Indramayu, Kab.Karawang, Kab Purwakarta, Kab.Subang, Kab.Sumedang, Kota Bandung, Kota Bekasi dan Kota Cimahi.

Luas DAS Citarum kira-kira 7.400 km2, yang secara fisik ekologis terbagi menjadi tiga bagian, yaitu : (a). Bagian hulu memiliki luas 1.771 km2, dengan batas antara Majalaya sampai dengan inlet Waduk Saguling; (b).Bagian tengah dengan luas 4.242 km2, yaitu dari inlet Waduk Saguling sampai dengan outlet Waduk Jatiluhur; (c). Bagian hilir yaitu dari outlet Waduk Jatiluhur sampai dengan muara ke Laut Jawa dengan luas 1.387 km2. Rencana terpadu wilayah Sungai Citarum 2010 - 2025, merupakan kerangka acuan, masukan dan pertimbangan berbagai pihak, dimana adalah sebagai berikut

1.   Berfungsinya DAS ( Daerah Aliran Sungai ) sungai Citarum untuk bentangan lahan yg mampu mengatur tata air2.   Mendukung ketersediaan air dan energi sampai masa yg akan datang3.   Memperpanjang umur pakai waduk4.   Mengendalikan pencemaran dan menjaga kualitas air5.   Memperbaiki tingkat kesejahteraan masyarakat di hulu sampai hilir

Page 2: Tugas Pak Jokris

Gambar 2. Lokasi DAS Citarum

Page 3: Tugas Pak Jokris

PERMASALAHAN Tidak tepatnya penggunaan lahan pada DAS Citarum, terutama pada bagian hulu

Ketidaktepatan ini yaitu terdapatnya penggunaan lahan pertanian tegalan (Bandung, Bogor) dan area perindustrian (Majalaya, Nanjung Cimahi) pada hulu DAS Citarum. Sistem pertanian tegalan pada daerah hulu tidak tepat karena pupuk yang digunakan akan terbawa aliran air (baik air permukaan maupun air tanah), sehingga kualitas air di dalam DAS menjadi menurun. Para petani juga sering membuka lahan untuk pertanian hingga ke area hutan yang pada umumnya berlereng curam, bahkan pola penanamannya tegak lurus dengan garis kontur yang mana akan membuat tanah semakin mudah tererosi dan mengalir menuju aliran sungai. Sistem perakarannya pun pendek, sehinga tidak dapat menyerap banyak air dan tidak dapat pula menahan tanah dengan baik sehingga material tanah mudah terlepas (tererosi) (lihat Gambar 1). Hal ini jelas mengganggu fungsi hidrologi dan konservasi DAS. Luas lahan pertanian ini selalu bertambah dari tahun ke tahun, yang semula hanya 6000 Ha pada 1992, berkembang menjadi 37000 Ha pada 2001. Dan sebaliknya, luas hutan sendiri justru berkurang dari 35000 Ha pada 1992 menjadi 19000 Ha pada 2001. Luasan hutan tersebut hanya 10,2%, sangat jauh dari standar 30% suatu DAS haruslah kawasan RTH (Ruang Terbuka Hijau).

Besarnya luasan DAS Citarum yang dalam kondisi kritisHal tersebut ditunjukkan ditunjukkan dengan tingginya tingkat erosi, sedimentasi, dan fluktuasi debit. Misalnya pada DAS bagian hulu Cisangkuy. Erosi cekungan bandung khususnya pada Sub DAS Cisangkuy sudah mencapai 163 /ha/thn. Demikian pula sedimentasi yang ditunjukkan dengan laju sedimentasi Waduk Saguling yang mencapai 3,02 - 4,32 juta m3 /tahun, dan fluktuasi debit maksimum dan minimum berkisar antara 49 - 394 m3/detik.Sedimentasi yang masuk ke sungai, pada akhirnya akan masuk ke waduk juga. Sebuah studi yang dilakukan pada 2004 oleh Indonesia Power menyebutkan bahwa sedimen yang masuk ke ketiga waduk tersebut berkisar 8 juta m3. Masuk dan mengendapnya sedimen pada waduk ini mengakibatkan berkurangnya umur (life time) waduk, yang artinya kapasitas tampungan waduk akan semakin berkurang, dan dalam jangka panjang artinya stok air di waduk pun akan semakin sedikit (padahal waduk-waduk pada DAS Citarum berperan strategis dalam menyediakan air baku untuk PDAM, industri, dan irigasi)

Terdapatnya beberapa wilayah DAS Citarum yang rawan banjirWilayah DAS Citarum yang rawan banjir terdapat pada bagian hilir. Kejadian banjir ini salah satunya dikarenakan besarnya limpasan permukaan (run off). Misalnya pada sub DAS Citarik, run off sebesar 66,08% dengan volume airnya sebesar 93.285.052,81 m3, terutama pada saat hujan. Daerah Bandung bagian selatan yang merupakan daerah banjir rutin terutama pada saat musim hujan, luas daerah yang tergenang banjir selalu berubah-ubah karena tergantung pada besar kecilnya curah hujan dan perubahan karakteristik daerah resapan.

Page 4: Tugas Pak Jokris

Semakin menurunnya kualitas air, akibat pencemaran oleh limbah domestik maupun limbah industri/pabrikBerdasarkan pantauan BPLHD Jawa Barat 2010, pada Sungai Citarum dari 10 titik pantau yang diteliti semuanya dalam kategori tercemar berat. Bahkan, pencemaran sudah terjadi di daerah hulu Citarum seperti Sapan, Dayeuhkolot, dan Majalaya (industri tekstil) (1) (2). Di sepanjang DAS Citarum memang terdapat banyak industri, kurang lebih berjumlah 1.400 industri berskala kecil maupun besar, yang tersebar mulai dari Kota Bandung, Kab. Bandung, Kab. Bandung Barat, Kab. Purwakarta, Bekasi hingga Karawang. Pencemaran oleh industri umumnya merupakan pencemaran logam berat, sedangkan pencemaran oleh limbah domestik umumnya adalah pencemaran bahan organik yang berasal dari aktivitas permukiman dan perkotaan. Tingginya pencemaran bahan organik pada Sungai Citarum memang wajar mengingat Sungai Citarum melintasi kota-kota besar yang pertumbuhan penduduk dan aktivitas perekonomiannya memang sangat pesat, seperti Bandung dan Bekasi. Pencemaran bahan organik ini menyebabkan eutrofikasi (meningkatnya kesuburan air) sehingga tanaman enceng gondok berkembang pesat, serta berkembang pula racun cyanobacterial yang dapat mematikan biota air. Pada waduk Saguling, muatan Nitrogen mencapai 33,350 ton per tahun, dan fosfor mencapai 4,370 ton per tahun. Lihat Gambar 2.

Page 5: Tugas Pak Jokris

Gambar 2. Kondisi salah satu bagian hulu DAS Citarum

Page 6: Tugas Pak Jokris

(5)

Gambar 3. Status Mutu Air Sungai Citarum

Page 7: Tugas Pak Jokris

Penggunaan lahan pertanian tegalan

Perakaran pendek

Akar tidak dapat menahan tanah

Penggunaan lahan tidak tepat pada hulu DAS (pertanian tegalan, permukiman)

Penggunaan lahan permukiman

Semakin sedikitlahan terbuka

TingginyaRun Off

Erosi & Longsor lahan

Sedimentasi masuk sungai

Banjir saat musim hujan

Menurunnya kualitas air

Pencemaran limbah organic

(Eutrofikasi, E-coli,

sampah padat)

Pencemaran logamberat Semakin sedikit air terserap

Sedikitnya potensi air tanah

Kekeringan saat kemarau

Aktivitas permukiman & peternakan

Aktivitas industri (baik

pada hulu, maupun hilir)

Semakin berkurangnya tutupan vegetasi (hutan)

Berkurangnya tutupan kanopi

Besarnya energy kinetik air hujan yang menyentuh tanah Pupuk

Sedimen masuk waduk

Pendangkalan waduk

Air sungai keruh

Mengganggu kehidupan

biota sungai

Air tidak sesuai dengan baku

mutu

Menipisnya tanah di hulu DAS (lahan

kritis)

Menurunnya kapasitas waduk

POHON MASALAH

Page 8: Tugas Pak Jokris

Penggunaan lahan pertanian tegalan

Perakaran pendek

Akar tidak dapat menahan tanah

Penggunaan lahan yang tepat pada hulu DAS

Penggunaan lahan permukiman

Semakin sedikitlahan terbuka

TingginyaRun Off

Kecilnya laju erosi & Longsor lahan

Sedimentasi masuk sungai

Tidak terjadi banjir saat musim hujan

Meningkatnya kualitas air

Pencemaran limbah organic

(Eutrofikasi, E-coli,

sampah padat)

Pencemaran logamberat Semakin sedikit air terserap

Sedikitnya potensi air tanah

Tercukupinya air saat kemarau

Aktivitas permukiman & peternakan

Aktivitas industri (baik

pada hulu, maupun hilir)

Semakin luas/bertambahnya tutupan vegetasi (hutan)

Bertambahny tutupan kanopi

Kecilnya energy kinetik air hujan yang menyentuh tanah Pupuk

Sedimen masuk waduk

Pendangkalan waduk

Air sungai keruh

Mengganggu kehidupan

biota sungai

Air tidak sesuai dengan baku

mutu

Menekan laju hilangnya solum

tanah di hulu DAS (lahan tidak kritis)

Menjaga kapasitas waduk

POHON TUJUAN

Page 9: Tugas Pak Jokris

POTENSI DAS CITARUM Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang di Jawa Barat (297 km) dan merupakan salah satu sungai strategis nasional S.Citarum termasuk kategori sungai super prioritas berdasarkan Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri No.19/1984; Menteri

Kehutanan No.059/1984 dan Menteri Pekerjaan Umum No.124/1984 (5) Terdapat tiga waduk pada DAS Citarum, yaitu waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur.

TabelKapasitas Waduk pada DAS Sungai Citarum

Ketiga waduk ini berperan penting sebagai:1) Sumber air baku (air minum dan industri), bagi DKI Jakarta (80% suplai air bersih Jakarta) dan tentunya Jawa Barat (4)2) Sumber irigasi pertanian seluas 420.000 Ha (4)(6), terutama untuk wilayah pantai utara Jawa Jawa Barat3) Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Dari ketiganya diproduksi energi listrik untuk pasokan interkoneksi Jawa-Bali. Proses produksinya, Saguling membutuhkan 982 juta m3 air untuk menghasilkan energi listrik 700 MW, Cirata 2.165 juta m3 untuk 1.000 MW, dan Jatiluhur 3.000 juta m3 untuk 187,5 MW.

Adanya Non Government Organization/Investor yang bersedia untuk mendanai pengelolaan DAS Citarum.Dana yang dipinjamkan sebesar 500 juta USD. Pinjaman ini diberi nama Integrated Citarum Water Resources Managament Investment Program  (ICWRMIP). Hutang ICWRMIP berdurasi selama  15 tahun dan dibagi ke dalam empat tranche, dimana untuk tranche pertama telah diberikan sebesar 50 juta USD untuk memperbaiki -merehabilitasi- Tarum Kanal Barat (TKB). Skema hutang ICWRMIP menggunakan skema pembiayaan baru, yang oleh ADB disebut sebagai Multi-Tranche Financing Facility (MFF) yaitu mekanisme pembiayaan seperti “kartu kredit”, dengan 500 juta USD sebagai batas pinjaman. Sebelum memberikan hutang kepada pemerintah Indonesia sebelumnya ADB juga telah memberikan empat kali bantuan teknis (Technical Assistance) untuk persiapan ICWRMIP yang nilai sebesar 2,18 juta USD.

WadukTahun

PembuatanKapasitas

W. Saguling 1986 982 juta m3W. Cirata 1988 2.165 juta m3W. Jatiluhur 1963 3.000 m3

Page 10: Tugas Pak Jokris

ANALISIS SWOTKekuatan (S)

Secara hidrologis, DAS Citarum memiliki curah hujan rata-rata 2.300 mm/tahun, atau debit alirannya mencapai 5,7 milyar m3/tahun. Hal ini merupakan potensi air yang besar (5)

DAS Citarum sebagai sumber air baku terutama bagi Provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta

DAS Citaram berfungsi untuk mengairi lahan pertanian

DAS Citarum menghasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Air

DAS Citarum merupakan salah satu DAS strategis nasional, sehingga mendapat prioritas penanganan dan pendanaan

BBWWS Citarum yang merupakan instansi pengelola DAS Citarum, telah melakuan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan DAS

Telah terbentuknya beberapa LSM berbasis masyarakat yang concern terhadap DAS Citarum, misalnya Forum DAS Citarum

Kelemahan (W) Penggunaan lahan pertanian berupa tegalan pada

bagian hulu, sehingga dapat mengakibatkan lahan kritis, serta men

Laju erosi yang tinggi akibat pemanfaatan lahan yang melebihi daya dukungnya

Sedimentasi yang tinggi sebagai dampak dari erosi Pembuangan limbah di daerah hulu maupun hilir Adanya industri tekstil di Pencemaran logam berat Pemerintah level provinsi dan nasional belum

menjalankan peran dan tanggung jawab masing-masing

Banyaknya instansi yang berperan dalam pengelolaan DAS Citarum sehingga membutuhkan waktu yang panjang dalam pengambilan keputusan dan kerap kali terdapat konflik kepentingan serta konflik kebijakan

Tingginya ketergantungan warga miskin terhadap hutan

Masih lemahnya regulasi pemanfaatan lahan Akibat banyaknya perusahaan/pabrik yang

membuang limbah ke Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum

Tingginya tekanan penduduk. DAS Citarum dihuni oleh 15.303.758 (37% dari warga Jawa Barat), dengan kepadatan penduduk 2.314 jiwa per km2

lemahnya pengawasan dan pembinaan dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Kab. Bandung terhadap industri

Peluang (O) Potensi yang dimiliki DAS Citarum akan menarik

minat Non Government Organization untuk turut serta mengelola, misalnya Asian Development Program (ADB) menawarkan pinjaman dana untuk

Pengelolaan DAS Citarum yang tidak hanya melibatkan instansi pemerintah, tetapi ada peran serta dari pihak swasta terutama Non Government Organization

Bentuk kerja sama yang tidak hanya berorientasi

Non Government Organization dapat meningkatkan pengelolaan lahan kritis

Peningkatan pengelolaan DAS yang terpadu dari kawasan hulu hingga hilir untuk mengurangi resiko permasalahan lingkungan

Page 11: Tugas Pak Jokris

perbaikan dan pemeliharaan Sungai Citarum. DAS Citarum berpeluang untuk dikelola berbagasi

stakeholder dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda. Hal tersebut menimbulkan adanya transfer teknologi dan pengelolaan

Peningkatan fungsi DAS Citarum memberikan efek pada keberlanjutan berbagai sektor, seperti lingkungan, ekonomi, sosial, dan sistem kota. Pada akhirnya akan bermuara pada livelihood masyarakat perkotaan.

pada profit, tetapi menyangkut kesejahteraan masyarakat

Pengelolaan sumberdaya DAS oleh stakeholder yang melibatkan berbagai pihak dari disiplin ilmu perlu mempertimbangkan integritas sistem kota

Penyusunan suatu kebijakan pengelolaan DAS sebagai guideline bagi stakeholder yang berkepentingan dalam mengelola DAS

Peningkatan pengelolaan DAS yang komprehensif pada berbagai disiplin ilmu dan instansi terkait

Ancaman (T) Banyaknya pihak swasta yang turut terlibat dalam

pengelolaan DAS Citarum, sehingga sangat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan

Adanya konflik antara masyarakat dan pemerintah terkait dengan kebijakan pemerintah, misalnya pinjaman dana dari ADB yang tidak sesuai dengan harapan masyarakat

Tingginya laju konversi lahan dari hutan ke tegalan dan permukiman

Hilangnya mata air

Kebijakan yang tegas untuk mengatur batasan dalam pemanfaatan DAS

Adanya intensif dan disintensif bagi stakeholder yang memanfaatkan DAS

Peningkatan peran serta masyarakan pada proses awal hingga akhir dalam mengelola DAS

Peningkatan kualitas lingkungan sebagai prioritas kerjasama ADB dan pemerintah

Peninjauan kembali bentuk kerjasama antara pemerintah dan kerjasama untuk mencegah kerugian yang dialami masyarakat

Peningkatan sosialisasi program kepada masyarakat

VISI

Page 12: Tugas Pak Jokris

“Mewujudkan DAS Citarum Sebagai Sumber Penghidupan Masyarakat yang Berkelanjutan”

MISI1. Melakukan tindakan rehabilitasi dan konservasi lingkungan DAS Citarum2. Meningkatkan kapasitas stakeholder dalam pengelolaan DAS3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan pemanfatan sumberdaya lingkungan yang efektif dan efisien4. Mengelola dan memanfaatkan DAS Citarum yang memperhatikan keterkaitan antar ruang

VALUE1. Keberlanjutan 2. Kebijakan yang terintegrasi3. Pertumbuhan ekonomi berbasis lingkungan4. Konstelasi wilayah

GOAL1. Perbaikan fungsi ekologis DAS Citarum sebagai kesatuan ekosistem 2. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS Citarum3. Peningkatan fungsi DAS Citarum yang terintegrasi berbasis manajemen ruang4. Pengelolaan DAS Citarum sebagai sumber penghidupan masyarakat yang berbasis lingkungan

OBJECTIVE, STRATEGIES, ACTIVITIES

Page 13: Tugas Pak Jokris

GOAL I: PERBAIKAN FUNGSI EKOLOGIS DAS CITARUM SEBAGAI KESATUAN EKOSISTEM1.1 Rehabilitasi kawasan hutan yang telah rusak

1.1.1 Reboisasi dan penghijauan kawasan hutan dan ladang yang telah ditinggalkan1.1.1.1. Reinventarisasi lahan-lahan tidak produktif

1.1.1.1.1 Stakeholder level nasional hingga lokal memiliki data lahan-lahan yang tidak produktif1.1.1.1.2 Data-data yang tidak produktif diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu lahan tidak produktif yang tidak dapat

direhabilitasi dan lahan tidak produktif yang dapat direhabilitasi1.1.1.2. Reinventarisasi kawasan hutan yang telah habis masa hak masa penguasaan hutan

1.1.1.2.1 Adanya data yang kawasan hutan yang telah habis masa hak masa penguasaan hutan yang dimiliki stakeholder level nasional hingga lokal

1.1.1.2.2 Perhitungan persentase luasan kawasan hutan yang telah habis masa penguasaan hutan1.1.1.3. Reboisasi kawasan hutan yang telah rusak

1.1.1.3.1 60% lahan yang telah rusak harus direboisasi1.1.1.3.2 Jenis vegetasi yang digunakan untuk reboisasi sesuai dengan sifat lahan

1.1.1.4. Penghijauan pada kawasan hutan dan lahan kosong milik masyarakat lokal1.1.1.4.1 40% kawasan hutan harus ditanami vegetasi1.1.1.4.2 40% lahan kosong masyarakat harus ditanami1.1.1.4.3 Jenis vegetasi yang sesuai dengan sifat lahan

1.1.2 Memberikan waktu tenggang pada lahan setelah masa panen agar lahan dapat mengimpulkan kembali unsur hara1.1.2.1. Analisis rotasi tanaman berkelanjutan

1.1.2.1.1 Pengguna lahan baik swasta dan masyaarakat menerapkan rotasi tanaman baik jenis tanaman maupun vegetasinya untuk jangka panjang hingga 20 tahun1.1.2.1.2 Penggunaan lahan yang menerapkan rotasi tanaman harus disepakati masyarakat

1.1.2.2. Penerapan tanaman bergilir antara tanaman musiman dan tanaman tahunan1.1.2.2.1 Menghilangkan pola tanam musiman terutama untuk jenis tanaman sayuran yang merusak lingkungan1.1.2.2.2 Mengganti dengan jenis tanaman tahunan, dengan pergantian tanaman 6 bulan hingga 1 tahun sekali

1.1.2.3. Melakukan penyuburan tanah selama waktu tenggang melalui pengolahan tanah1.1.2.3.1 Tidak melakukan aktivitas menanam selama waktu tenggang

Page 14: Tugas Pak Jokris

1.1.2.3.2 Melakukan inokulasimikroba sehingga mempercepat proses perombakan bahan organik. 1.1.2.3.3 Percepatan perombakan sisa hasil tanaman dapat meningkatkan kandungan bahan organik dan ketersediaan hara tanah,

sehingga masa penyiapan lahan dapat lebih singkat dan mempercepat masa tanam berikutnya, yang berarti akanmeningkatkan intensitas pertanaman.

1.1.3 Meningkatkan kuantitas dan kualitas kawasan hutan sebagai daerah tangkapan air1.1.3.1. Meningkatkan luas hutan hingga 30% dari luas keseluruhan DAS

1.1.3.1.1 Pada tahun pertama luasan hutan meningkat 10%1.1.3.1.2 Pada tahun kedua luasan hutan meningkat 10%1.1.3.1.3 Pada tahun ketiga meningkat 10%1.1.3.1.4 Pada tahun berikutnya adalah tahapan konservasi berkesinambungan

1.1.3.2. Pemilihan pohon yang berakar kuat agar dapat mengikat air mapupun unsur hara1.1.3.2.1 Kawasan hutan yang ditanami pohon berakar kuat mencapai 70% dari luasan lahan1.1.3.2.2 Lahan yang tererosi berkurang 30%

1.1.3.3. Pengaturan jarak tanaman di hutan agar dapat menyerap air dengan baik1.1.3.3.1 Jarak tanaman di hutan adalah 3-5 meter

1.2 Konservasi lahan kritis dan air1.2.1 Menekan laju erosi

1.2.1.1. Menerapkan pola penanaman pertanian yang sejajar garis kontur1.2.1.1.1 Penanaman urut kontur yang dapat menahan erosi permukaan1.2.1.1.2 Pola penanaman dapat memberi penutupan ganda kepada permukaan tanah dan memberi penutup yang terus menerus1.2.1.1.3 Suplai hara yang habis terpakai oleh tanaman dapat tergantikan1.2.1.1.4 Memberi pertahanan terhadap run off

1.2.1.2. Membangun bangunan pengendali erosi1.2.1.2.1 Menerapkan teknik pembuatan teras sebagai konservasi tanah yang dapat mengendalikan erosi1.2.1.2.2 Menerapkan saluran pembuangan untuk membuang air yang dibuat tegak lurus kontur agar kecepatan alirannya tinggi1.2.1.2.3 Menerapkan bangunan terjunan untuk lahan dengan kemiringan besar, sehingga alirannya besar1.2.1.2.4 Penerapan bangunan pengendali erosi diharapkan dapat mengendalikan erosi hungga 50%

1.2.2 Menimalisir masuknya sedimen ke aliran sungai1.2.2.1 Membangun bangunan pengendali sedimen

1.2.2.1.1 Mengadakan pekerjaan teknik sipil untuk mengendalikan pergerakan sedimen menuju bagian sungai ditengah hilir

Page 15: Tugas Pak Jokris

1.2.2.1.2 Penerapan teknik sipil berupa bendung penahan, kantong lahar, bendung pengatur, bendung konsolidasi, normalisasi sungai, dan pengendali erosi di lereng pegunungan

1.2.2.1.3 Melalui penerapan teknik sipil sedimentasi dapat terkurangi hingga 40%1.2.2.2 Menghentikan segala kegiatan yang dapat menimbulkan sedimentasi, seperti pertanian dengan sistem ekstensifikasi yang dapat

menyebabkan eutrofikasi1.2.2.2.1 Aktivitas pertanian dapat berkurang hingga 10% pada tahun pertama1.2.2.2.2 Aktivitas pertanian dapat berkurang hingga 20% pada tahun ke dua1.2.2.2.3 Pengurangan aktivitas pertanian pada tahun-tahun berikutnya1.2.2.2.4 Aktivitas pertanian hanya terdapat pada zoning kawasan budidaya

1.3 Menjaga kelestarian keanekaragaman hayati1.3.1 Menekan laju penebangan liar

1.3.1.1 Disintensif berupa peraturan dan sanksi untuk membatasi penebangan liar1.3.1.1.1 Disintensif dibedakan menurut jenis pelanggaran1.3.1.1.2 Disintensif yang paling ringan adalah teguran dan yang paling berat adalah sanksi denda dan juga penjara1.3.1.1.3 Dengan adanya disintensif dapat mengurangi penebangan liar sebesasar 30%

1.3.1.2 Menempatkan polisi hutan untuk mencegah penebangan liar yang dilakukan oleh swasta maupun masyarakat1.3.1.2.1 Polisi hutan bertugas menjaga area hutan terutama di kawasan lindung1.3.1.2.2 Jumlah polsi hutan yang berjaga sebanding dengan luasan hutan1.3.1.2.3 Pergantian personil setiap 2 bulan sekali

1.3.1.3 Membatasi perizinan bagi pihak swasta yang ingin menjadikan kawasan hutan sebagai kawasan budidaya1.3.1.3.1 Pihak swasta hanya diperbolehkan menggunakan hutan yang statusnya sebagai kawasan budidaya1.3.1.3.2 Pemerintah dan masyarakat harus mengetahui program kerja pihak swasta1.3.1.3.3 Adanya monitoring dan evaluasi kinerja pihak swasta setiap satu bulan sekali untuk menjaga akuntabilitas dan transparansi

1.3.1.4 Membuat zonasi kawasan sebagai kawasan lindung dan budidaya1.3.1.4.1 Luasan hutan yang diperbolehkan sebagai preservasi 20%, konservasi 20%, dan pemanfaatan 60%1.3.1.4.2 Zonasi sesuai dengan kesepakatan antarstakeholder

1.3.2 Menekan laju perburan satwa liar1.3.2.1 Insisiasi berupa aktivitas gerakan melindungi satwa liar

Page 16: Tugas Pak Jokris

1.3.2.1.1 Inisiasi dipelopori oleh masyarakat1.3.2.1.2 Pemerintah dapat menjadi fasilitator, konseptor, dan berperan sebagai donor (substansi dan materi)1.3.2.1.3 Publikasi perlindungan satwa liar melalui media cetak dan elektronik

1.3.2.2 Menempatkan polisi hutan untuk mencegah perburuan liar1.3.2.2.1 Polisi hutan bertugas menjaga area hutan terutama di kawasan lindung1.3.2.2.2 Jumlah polsi hutan yang berjaga sebanding dengan luasan hutan1.3.2.2.3 Pergantian personil setiap 2 bulan sekali

1.4 Mengubah perilaku masyarakat agar lebih ramah lingkungan1.4.1 Melakukan kegiatan yang tidak hanya bertumpu pada sektor pertanian

1.4.1.1 Mengembangkan aktivitas pariwisata yang sesuai dengan kaidah keberlanjutan lingkungan1.4.1.1.1 Penerapan konsep ekowisata1.4.1.1.2 Menggerakkan masyarakat sebagai subjek dan objek pariwisata1.4.1.1.3 Atraksi pariwisata berupa kelestarian alam beserta ekosistemnya1.4.1.1.4 Dengan adanya kegiatan pariwisata yang berkonsep ekowisata dapat meningkatkan kelestarian hutan mencapai 30%

1.4.1.2 Mengembangkan aktivitas perikanan yang sesuai dengan kaidah keberlanjutan lingkungan1.4.1.2.1 Aktivitas pertanian dapat menggantikan aktivitas pertanian1.4.1.2.2 Aktivitas perikanan dapat meningkatkan 20% pendapatan masyarakat1.4.1.2.3 Menggunakan peralatan pertanian yang tidak merusak lingkungan, contohnya bahan peledak

1.4.1.3 Mengembangkan amenitas untuk aktivitas pariwisata yang tidak bersifat permanen1.4.1.3.1 Amenitas berupa sarana dan prasarana dibuat dengan bahan bangunan non permanen, seperti bambu, kayu, dll1.4.1.3.2 Amenitas tidak disediakan di kawasan lindung1.4.1.3.3 Persebaran amenitas merata dan sesuai dengan kebutuhan

1.4.2 Meminimalisir kegiatan yang dapat merusak lingkungan1.4.2.1 Tidak melakukan pembuangan limbah yang dapat mencemari sungai dan menimbulkan sedimentasi di kawasan hulu hingga

hilir1.4.2.1.1 Pemilahan limbah yang termasuk B3 dan yang bukan B31.4.2.1.2 Jumlah limbah non B3 yang dibuang ke laut tidak boleh melebihi batas asimilasi lingkungan sungai1.4.2.1.3 Semua limbah B3 tidak boleh dibuang langsung ke sungai, tetapi melalui tahap pengolahan1.4.2.1.4 Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode

pengolahan: pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi

Page 17: Tugas Pak Jokris

1.4.2.1.5 Limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur pembuangan).

1.4.2.2 Membatasi jumlah pemukiman yang berada di bantaran sungai1.4.2.2.1 Pada tahun pertama penambahan permukiman di bantaran sungai hanya 5%1.4.2.2.2 Pada tahun kedua penambahan permukiman di bantaran sungai hanya 2%1.4.2.2.3 Pada tahun berikutnya tidak ada penambahan permukiman di bantaran sungai1.4.2.2.4 Melakukan revitalisasi atau upgrading untuk meningkatkan kualitas kondisi lingkungan di abnataran sungai

GOAL II: MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN DAS CITARUM2.1 Mensosialisasikan sistem pengelolaan DAS kepada masyarakat

2.1.1 Diskusi intensif untuk untuk menjelaskan fungsi dan peran DAS2.1.1.1 Pertemuan dengan masyarakat minimal 1 bulan sekali untuk meenjelaskan fungsi dan peran DAS2.1.1.2 Diskusi yang melibatkan masyarakat sehingga tidak hanya berlangsung satu arah

2.1.2 Memberikan penyuluhan terkait kebijakan dan regulasi dalam pengelolaan DAS2.1.2.1 Menjelaskan kebijakan dan regulasi dalam pengelolaan DAS dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat2.1.2.2 Melibatkan stakeholder yang paham dan mengerti tentang kebijakan dan regulasi tersebut

2.1.3 Memberikan informasi kepada masyarakat terkait dengan dampak di masa yang akan datang jika pemanfaatan DAS tidak memperhatikan kelestarian lingkungan2.1.3.1 Memberikan informasi berupa ilustrasi yang digambarkan melalui poster tentang keterkaitan kondisi saat ini dan di masa yang akan

datang2.1.3.2 Pertemuan dengan masyarakat secara berkala untuk mendengarkan aspirasi ataupun laporan dari masyarakat mengenai kondisi hutan

2.1.4 Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan dalam pengelolaan DAS2.1.4.1 Diskusi tidak hanya dilakukan dengan pertemuan dalam forum, tetapi tinjauan lokasi dengan menjelaskan kepada masyarakat aktivitas budidaya yang boleh dilakukan dan zonasi kawasan budidaya2.1.4.2 Menjelaskan kepada masyarakat bentuk-bentuk aktivitas yang dapat merusak lingkungan2.1.4.3 Menjelaskan kepada masyarakat definisi keberlanjutan lingkungan dan implementasinya

2.2 Mendampingi masyarakat dalam memanfaatkan dan mengelola DAS2.2.1 Memberikan praktek percontohan dalam memanfaatkan DAS yang memperhatikan kelestarian lingkungan

2.2.1.1 Melakukan tahapan insisiasi dan mendampingi masyarakat dalam melakukan kegiatan pariwisata2.2.1.2 Menjelaskan dan mendampingi masarakat mengelola pertanian dengan intensifikasi

Page 18: Tugas Pak Jokris

2.2.1.3 Melakukan tahapan inisiasi dan mendampingi masyarakat dalam aktivitas pariwisata2.2.2 Merumuskan program dan kegiatan pemanfaatan DAS yang dilakukan oleh masyarakat dan stakeholder lainnya

2.2.2.1 Melakukan check list aktivitas di DAS Citarum yang direkomendasikan dan tidak direkomendasikan2.2.2.2 Menghilangkan aktivitas di chekck list yang dapat merusak lingkungan2.2.2.3 Mendiskusikan dengan masyarakat aktivitas baru yang tidak bertentangan dengan lingkungan dan dapat menggantikan aktivitas di check list yang dihilangkan

2.2.3 Memberikan praktek percontohan tentang pengelolaan DAS yang tepat2.2.3.1 Diskusi dan praktek dilapangan untuk melakukan pengelolaan vegetasi, tanah, dan keanekaragaman hayati2.2.3.2 Melakukan kegiatan reboisasi dengan menggerakkan stakeholder di kawasan hutan

2.3 Menciptakan teknologi tepat guna yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat2.3.1 Menemukenali kemampuan dan keahlian masyarakat dalam mengoperasikan teknologi

2.3.1.1 Mendiskusikan kepada masyarakat berbagai macam teknologi yang berguna untuk pengelolaan DAS2.3.1.2 Masyarakat memilih teknologi yang sesuai dengan kemampuan masyarakat

2.3.2 Memilih tekonologi yang sesuai dengan kapasitas masyarakat2.3.2.1 Menggunakan teknologi sederhana yang sesuai dengan kapasitas masyarakat, seperti teknik konservasi tanah dan air dengan metode vegetatif dan teknik sipil2.3.2.2 Memberikan landasan teori pengaplikasian teknik tersebut

2.3.3 Memberikan praktek percontohan penggunaan teknologi2.3.3.1 Mendampingi masyarakat dalam mengimplementasikan teknik tersebut secara berkala2.3.3.2 Mempraktekan langsung teknik tersebut yang dilakukan oleh masyarakat sendiri2.3.3.3 Memberikan bantuan berupa modal dan peralatan untuk melakukan teknik tersebut

2.4 Peningkatan kualitas sumberdaya manusia 2.4.1. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola DAS

2.4.1.1. Penyuluhan tentang pengelolaan DAS terpadu kepada aparat pemerintah desa2.4.1.2. Penyuluhan tentang pengelolaan DAS terpadu kepada masyarakat umum2.4.1.3. Pendidikan dini kepada anak-anak tentang pengelolaan DAS terpadu melalui media pembelajaran (komik)

2.4.2.

GOAL III: PENINGKATAN FUNGSI DAS CITARUM YANG TERINTEGRASI BERBASIS MANAJEMEN RUANG3.1 Meningkatkan potensi sumberdaya DAS Citarum agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat hulu hingga hilir

Page 19: Tugas Pak Jokris

3.1.1 Inventarisasi potensi sumberdaya3.1.1.1. Pembuatan poster dan peta potensi sumberdaya fisik

3.1.1.1.1. Membuat poster potensi sumberdaya lahan3.1.1.1.2. Membuat poster potensi sumberdaya air3.1.1.1.3. Membuat peta potensi sumberdaya lahan3.1.1.1.4. Membuat peta potensi sumberdaya air

3.1.1.2. Pembuatan poster dan peta potensi sumberdaya sosial-ekonomi-budaya3.1.1.2.1. Membuat poster potensi sosial3.1.1.2.2. Membuat poster potensi ekonomi3.1.1.2.3. Membuat poster potensi budaya

3.1.1.3. Pembuatan peta kemampuan dan kesesuaian lahan3.1.1.3.1. Membuat peta kemampuan lahan3.1.1.3.2. Membuat peta kesesuaian lahan

3.1.2 Sosialisasi Potensi sumberdaya kepada masyarakat3.1.2.1. Pengenalan peta potensi sumberdaya fisik

3.1.2.1.1. Melatih masyarakat membaca peta potensi sumberdaya lahan3.1.2.1.2. Melatih masyarakat membaca peta potensi sumberdaya air

3.1.2.2. Pengenalan peta potensi sumberdaya sosial-ekonomi-budaya3.1.2.2.1. Melatih masyarakat membaca peta potensi sosial3.1.2.2.2. Melatih masyarakat membaca peta potensi ekonomi 3.1.2.2.3. Melatih masyarakat membaca peta potensi budaya

3.1.2.3. Pelatihan cara meningkatkan potensi sumberdaya3.1.2.3.1. Melatih masyarakat cara meningkatkan potensi sumberdaya secara intensif3.1.2.3.2. Membuat jadwal pelatihan secara berkala3.1.2.3.3. Menarik perhatian masyarakat agar berkeinginan mengikuti pelatihan tersebut (terutama anak-anak dan remaja)

3.2 Mengoptimalkan peran pemerintah dalam penataan, pemanfaatan dan pengendalian ruang di DAS Citarum3.2.1 Pemberlakuan insentif bagi pengusaha yang menempatkan industri/usahanya pada lokasi yang sesuai (kawasan budidaya)

3.2.1.1 Memberikan bentuk penghargaan kepada pihak swasta yang menempatkan industri/usahanya pada lokasi yang sesuai3.2.1.1.1. Award industri cinta lingkungan DAS Citarum3.2.1.1.2. Memberikan dukungan pengembangan terhadap pengusaha yang menempatkan industrinya pada lokasi sesuai yang

selanjutnya dapat digunakan sebagai panutan pihak pengusaha lain

Page 20: Tugas Pak Jokris

3.2.1.2 Mempublikasikan penghargaan dan bentuk aktivitas pihak swasta tersebut agar dapat menjadi contoh pihak swasta lainnya3.2.1.2.1. Mencari panutan pihak swasta yang cinta lingkungan DAS Citarum 3.2.1.2.2. Menjalin kerjasama pengelolaan lingkugan DAS antar pihak swasta (studi banding)

3.2.2. Pemberlakuan disinsentif bagi pengusaha yang menempatkan industri/usahanya pada lokasi yang tidak sesuai (kawasan lindung)3.2.2.1 Disintensif dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu peringatan/teguran, sanksi berupa denda dan tidak boleh beraktivitas dalam kurun

waktu tertentu, dan pencabutan izin usaha3.2.2.1.1. Membuat peraturan mengenai bentuk sanksi dan denda yang akan diberikan kepada pelaku pengusaha yang melanggar3.2.2.1.2. Mengimplementasikan peraturan tersebut dengan tepat dan sesuai

3.2.2.2 Menerapkan disintensif tersebut untuk seluruh pihak swasta3.2.2.2.1. Membuat peraturan mengenai disintensif yang bersifat khusus bagi pihak swasta

3.3 Memperkuat kerjasama antar stakeholder dalam pengelolaan DAS Citarum3.3.1 Meningkatkan efektivitas dan sinergitas forum pengelolaan DAS Citarum (melibatkan elemen pemerintahan, swasta, LSM, dan tokoh

masyarakat)3.3.1.1 Pertemuan intensif antar stakeholder

3.3.1.1.1. Membuat jadwal pertemuan antar stakeholder3.3.1.1.2. Membuat monitoring dan evaluasi setiap kali pertemuan dilakukan

3.3.1.2 Perumusan tujuan dan prioritas dengan seluruh stakeholder untuk pengelolaan DAS3.3.1.2.1. Menentukan tujuan pengelolaan DAS atas kesepakatan bersama seluruh stakeholder3.3.1.2.2. Menentukan prioritas pengelolaan DAS atas kesepakatan bersama seluruh stakeholder3.3.1.2.3. Membuat rumusan pengelolaan DAS yang terpadu sesuai kesepakatan seluruh stakeholder

3.3.1.3 Perumusan program pengelolaan DAS agar mencapai kesepakatan antarstakeholder3.3.1.3.1. Membuat prioritas program pengelolaan DAS berbasis keruangan dan lingkungan3.3.1.3.2. Membuat jadwal implementasi program pengelolaan DAS yang tepat sasaran

GOAL IV: PENGELOLAAN DAS CITARUM SEBAGAI SUMBER PENGHIDUPAN MASYARAKAT YANG BERBASIS LINGKUNGAN

4.1 Pertanian ramah lingkungan4.1.1. Mengubah pola pertanian dari ekstensifikasi menjadi intensifikasi

4.1.1.1. Sosialisasi pembuatan pupuk organic4.1.1.2. Penyuluhan pembuatan pupuk organic4.1.1.3. Pendampingan petani dalam proses mengubah pola pertanian

Page 21: Tugas Pak Jokris

4.1.2. Meminimalisir penggunaan obat kimia4.1.3. Penyesuaian pertanian yang sesuai dengan kondisi fisik lahan

4.1.1.1. Pemilihan jenis tanaman 4.1.1.2. Penentuan teknik menanam

4.2 Menekan laju limbah domestik (rumah tangga) 4.2.1. Pengelolaan limbah komunal berbasis masyarakat

4.2.1.1. Pembuatan IPAL komunal4.2.1.2. Pemilahan sampah rumah tangga

4.2.2. Penerapan pola permukiman yang menghadap ke sungai4.2.1.1. PROKASIH

4.3 Mengembangkan potensi ekonomi non pertanian yang berbasis lingkungan4.3.1. Industri ramah lingkungan

4.3.1.1. Monitoring buangan limbah industri4.3.1.2. Pembuatan IPAL komunal bagi industri kecil

REFERENSI1. Anonim a. “Limbah Pabrik Merusak Kualitas Air DAS Citarum”. Kamis, 17/05/2012. Diakses dari situs

http://www.pikiran-rakyat.com/node/188752 diakses tanggal 6 Juni 20122. Asdhiana, I Made. “DAS Citarum Terburuk di Dunia”. Kamis, 25 Maret 2010. Harian Tribun Jabar. Diakses tanggal 6 Juni 20123. Anonim b. “DAS Citarum Defisit Air, BPPT Lakukan Modifikasi Cuaca”. Jumat, 18 Februari 2011. Diakses dari situs

http://www.bppt.go.id/index.php/lain-lain/62-teknologi-kelautan-dan-kedirgantaraan/694-das-citarum-defisit-air-bppt-lakukan-modifikasi-cuaca tanggal 6 Juni 2012

4. Anonim c. “Dihuni oleh Lebih 15 Juta Orang DAS Citarum Kian Mengenaskan”. 30 Mei 2011. Diakses dari situs http://www.citarum.org/?q=node/820 tanggal 6 Juni 2012

5. Pusat litbang SDA. “Status Mutu Air Sungai (Studi Kasus S.Citarum)”. Diakses dari situs http://www.pusair-pu.go.id/artikel/ketiga.pdf tanggal 6 Juni 2012

6. Anonim d. “Kondisi DAS Citarum Sudah Sangat Buruk”. Pikiran Rakyat Online Selasa, 17/01/2012. Diakses dari situs http://www.pikiran-rakyat.com/node/188752 tanggal 6 Juni 2012.

7. Anonim e. “Citarum Integrated Water Resource Management Project Report on Roadmap and Program Development”. Diakses dari situs http://citarum.org/upload/upload/Citarum%20Fact% 20based% 20on%20Phase%203%20 Final%20Report.pdf tanggal 6 Juni 2012

Page 22: Tugas Pak Jokris

8. Supangat, Agung B. & Paimin. “Kajian Peran Waduk Sebagai Pengendali Kualitas Air Secara Alami”. Dalam Jurnal Forum Geografi, Vol. 21, No. 2, Desember 2007: 123 – 134 Diakses dari situs http://eprints.ums.ac.id/720/1/4._AGUNG_B_SUPANGAT.pdf tanggal 6 Juni 2012.