Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

31
BAB I PENDAHULUAN Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2005, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilan / persalinan selama hidupnya; di banyak negara Afrika 1 : 14; sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. Lebih dari 50 % kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relatif rendah. (1) Angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di negara maju seperti Amerika. Angka kematian ibu di negara berkembang di ketahui sampai 450/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Amerika hanya 30 /100.000 kelahiran hidup. (2) Tingginya angka kematian ibu diduga sebagian akibat kurangnya mutu pelaksanaan pelayanan antenatal selama dilakukan pemeriksaan kepada ibu hamil. Target internasional pada tahun 2005, angka kematian ibu (AKI) dibawah 125/100.000 kelahiran hidup dan 75/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1

Transcript of Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Page 1: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

BAB I

PENDAHULUAN

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian usia subur disebabkan hal

berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama

mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 2005, WHO

memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di

Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1 : 18 meninggal akibat kehamilan / persalinan selama

hidupnya; di banyak negara Afrika 1 : 14; sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366.

Lebih dari 50 % kematian di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi

yang ada serta biaya relatif rendah. (1)

Angka kematian ibu di negara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di

negara maju seperti Amerika. Angka kematian ibu di negara berkembang di ketahui sampai

450/100.000 kelahiran hidup, sedangkan di Amerika hanya 30 /100.000 kelahiran hidup. (2)

Tingginya angka kematian ibu diduga sebagian akibat kurangnya mutu pelaksanaan

pelayanan antenatal selama dilakukan pemeriksaan kepada ibu hamil. Target internasional

pada tahun 2005, angka kematian ibu (AKI) dibawah 125/100.000 kelahiran hidup dan

75/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, dan angka kematian bayi (AKB) ditargetkan

menjadi 15/1.000 kelahiran hidup (Depkes, 2005). (3)

Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu merupakan masalah besar. Pada

tahun 2006, angka kematian ibu (AKI) masih menduduki urutan tertinggi di Negara ASEAN

yaitu 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi (AKB) sebesar 35/1.000

kelahiran hidup. (3)

Tingginya AKI di Indonesia yang menduduki urutan tertinggi di ASEAN,

menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas. Penyebab langsung kematian

ibu di Indonesia, seperti halnya negara lain adalah perdarahan, infeksi dan preklampsia/

eklampsia. Dalam perdarahan dan infeksi sebagai penyebab kematian, sebenarnya tercakup

pula kematian akibat abortus terinfeksi dan partus lama. Hanya sekitar 5 % kematian ibu di

sebabkan oleh penyakit yang memburuk akibat kehamilan, misalnya penyakit jantung dan

infeksi yang kronis.

1

Page 2: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan anak seperti

halnya yang terdapat di negara berkembang lainnya, ada 3 faktor penyebab yaitu: keadaan

sarana pelayanan kesehatan ibu dan anak belum memadai, penggunaan sarana pelayanan

kesehatan ibu dan anak yang masih kurang dan karakteristik ibu hamil yang buruk terutama

berupa multiparitas, umur tua, anemia dan jarak antara dua kehamilan yang terlalu pendek. (4)

Penyebab Obstetrik langsung dari kematian ibu sudah diketahui dan dapat ditangani,

meskipun pencegahannya terbukti sulit. Berbagai strategi dalam dekade terakhir mengarah

kepada pelajaran yang dapat dipetik sebagai berikut:

1. Kehamilan yang tidak diinginkan

2. Aborsi yang tidak aman

3. Pelayanan antenatal

4. Manajemen komplikasi obstetri yang memadai

5. Keterampilan kebidanan

6. Dukun bayi terlatih

7. Pelayanan Obstetri esensial

Kebijakan Departemen kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada

dasarnya mengacu kepada intervensi strategi “Empat Pilar Safe motherhood yang terdiri atas

Keluarga Berencana (KB), pelayanan antenatal, persalinan yang aman, serta pelayanan

obstetri esensial.

2

Page 3: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

BAB II

PROGRAM KB (KELUARGA BERENCANA)

II.1 DEFINISI

Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan

nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya

penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan

produksi nasional (Depkes,1999).

II.2 TUJUAN MELAKSANAKAN PROGAM KB

Tujuan pelaksanaan program KB diantaranya adalah:

A. Penjarangan kehamilan ,meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayi serta

mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian

kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia.

B. Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan

meningkatkan kesejahteraan keluarga.

II.3 MACAM-MACAM KONTRASEPSI

A. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Cara kerja MAL dengan

penundaan/penekanan ovulasi.

3

Page 4: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full breast

feeding) , lebih efektif bila pemberian lebih 8x sehari, belum haid, umur bayi kurang dari 6

bulan, Efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan metode kontrasepsi lainnya.

B. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

Seorang ibu harus mengerti kapan masa suburnya berlangsung, efektif bila dipakai

dengan tertib, tidak ada efek samping, pasangan secara sukarela menghindari senggama pada

masa subur ibu, atau senggama pada masa subur utuk mencapai kehamilan. Macam KBA

salah satunya adalah: Metode lendir serviks atau lebih dikenal sebagai Metode Ovulasi

Billings /MOB atau metode 2 hari mukosa servik dan metode simti termal adalah yang paling

efektif. Cara yang kurang efektif misalnya sistem kalender atau pantang berkala karena

kegagalannya sudah cukup tinggi lebih dari 20 %. Metode tersebut tidak diajarkan lagi oleh

pengajar KBA.

C. Senggama Terputus.

Metode kontrasepsi tradisional yang dilakukan dengan cara mengeluarkan penis dari

vagina sebelum ejakulasi. Sperma tidak masuk dalam vagina sehingga pembuahan dapat

dicegah.

D. Metode Barier

Kondom

Selubung tipis dari karet, vinil atau produk alamiah yang diberi spermisida untuk

perlindungan tambahan. Selubung itu dipasangkan pada penis pada saat penis ereksi.

Kondom berbeda-beda kualitasnya tergantung bentuk, warna, lubrikasi/ pelumasan,

ketebalan, tekstur dan penambahan spermisidanya (biasanya nonoxynol-9).

Diafragma

Alat kontrasepsi dari lateks (karet) berbentuk kubah yang dimasukkan ke dalam

vagina sebelum melakukan hubungan seksual dan berfungsi untuk menutupi servik.

Spermisida

4

Page 5: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Merupakan bahan kimia (biasanya nonixynol-9) yang dapat menonaktifkan atau

membunuh sperma. Jenis-Jenis: Aerosol (busa), Tablet Vaginal, suppositoria atau

lapisan tipis yang bisa larut (dissolvable film) ,Krim.

E. Kontrasepsi Kombinasi Oral (Hormon Estrogen dan progesteron)

Jenis KKO :

a) Monofasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone

aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama, dengan 7 tabet tampa hormone

aktif.

b) Bifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dalam dosis yang berbeda, dengan 7 tabet tampa hormone

aktif.

c) Trifasik pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif

estrogen/progestin dalam 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tabet tampa hormone

aktif.

Suntikan Kombinasi

a) 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol valerat.

b) 50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat.

c) Efektivitas: 0.1–0.4 kehamilan per 100 wanita.

F. Kontrasepsi Progestin

1. Suntikan Progestin

a) Depo-ProveraÒ (DMPA): 150 mg depot-medroxyprogesterone acetate yang

diberikan setiap 3 bulan

b) NoristeratÒ (NET-EN): 200 mg norethindrone enanthate yang diberikan setiap

2 bulan

2. Mini pil

a) Kemasan 35-pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µg norethindrone

b) Kemasan 28-pil: 75 µg norgestrel

5

Page 6: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

3. Implan

a) NORPLANT

- Terdiri dari 6 kapsul

- Mengandung 36 mg levonorgestrel

- Lama kerja: 5 tahun

b) INDOPLAN/JEDE

- Terdiri dari 2 batang kapsul

- Mengandung 75 mg levonorgestrel

- Lama kerja 3 tahun

c) IMPLANON

- Terdiri dari 1 batang kapsul

- Mengandung 68 mg 3-keto-desogestrel

- Lama kerja 3 tahun

G. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Macam-Macam Akdr:

H. Kontrasepsi Mantap

a. Vasektomi

6

Page 7: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Vasektomi di Amerika Serikat Merupakan metoda kontraseptif yang paling populer

digunakan oleh 13% dari pasangan kawin dari usia subur. Penggunaan bertambah

tiga kali lebih cepat dibanding penggunaan pil kontraseptif oral

b. Tubektomi

Dengan menutup tuba fallopii (mengikat dan memotong, memasang cincin,

menjepit atau melakukan electro-cautery), sperma akan dicegah agar tidak dapat

mencapai ova dan menyebabkan terjadinya pembuahan

c. Rekanalisasi

Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak dikembangkan.

Teknik ini tidak saja menyambung kembali tuba fallopi dengan baik, tetapi juga

menjamin keembalinya fungsi tuba. Hal ini disebabkan oleh teknik bedah mikro

yang secara akurat menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal,

mengurangi perlekatan pasca operasi, mempertahankan fisiologi tuba, menjamin

vibrae tuba tetap bebas sehingga fungsi penangkapan ovum masih tetap baik.

7

Page 8: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

BAB III

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)

III. 1 DEFINISI

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu

penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya selama

kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000

kelahiran hidup. AKI berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat,

status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan

terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu ibu melahirkan dan masa nifas. (5)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah

ditentukan dalam tujuan pembangunan millenium yaitu tujuan ke 5 yaitu meningkatkan

kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai

¾ resiko jumlah kematian ibu. (5)

III.2 AKI INDONESIA

Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah menunjukkan penurunan dari waktu ke

waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan millenium

masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus.

8

Page 9: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Gambar diatas menunjukkan trend AKI Indonesia secara Nasional dari tahun 1994

sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke

tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000

Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara

target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar 226 per

100.000 Kelahiran Hidup. Sedangkan Target yang ingin dicapai sesuai tujuan MDG & nsbp

ke-5 , pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian/100.000 kelahiran hidup.

III. 3 PENYEBAB KEMATIAN IBU MELAHIRKAN

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu hamil menjadi faktor

penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor yang harus diperhatikan untuk

menangani masalah ini. Persoalan kematian yang terjadi akibat indikasi yang lazim muncul

yakni:

1. Pendarahan

2. Preeklampsi-Eklampsi,

9

Page 10: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

3. Aborsi,

4. Infeksi.

Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting yang merupakan

faktor penyebab kematian ibu. Diduga angka kematian ibu yang tinggi ini juga erat

hubungannya dengan :

- Status  wanita Indonesia yang masing rendah. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya

diskriminasi terutama  dalam  soal makanan  dan pendidikan terhadap wanita, yang pada

akhirnya akan menyebabkan keadaan gizi yang kurang memadai dan pendidikan yang

tertinggal terutama pada wanita pedesaan.

- Pekerjaan wanita terutama di pedesaan  yang terlalu berat  dan tidak didukung oleh gizi

yang cukup.

- Proses reproduksi yang  berlangsung terlalu giat, terlalu dini, terlalu banyak dan terlalu

rapat, dan umumnya  semua ini berhubungan dengan kemiskinan,  ketidaktahuan dan

kebodohan.

- Pelayanan  obstetri masih sangat  terbatas cakupannya sehingga belum mampu

menaggulangi ibu hamil resiko tinggi dan kasus gawat darurat pada lini terdepan. 

Disamping itu transportasi yang sulit, ketidakmampuan membayar pelayanan yang baik

dan pantangan tertentu pada wanita hamil juga ikut berperan.

Dari uraian di atas terlihat faktor yang multi komplek yang masih ikut berperan dan

arus ditanggulangi untuk menurunkan angka kematian ibu bersalin.  Umunya sebagian besar

faktor-faktor di ataslah yang akan menyebabkan terjadinya  gangguan dan penyulit pada

kehamilan, persalinan dan nifas..

10

Page 11: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Grafik diatas menunjukkan distribusi persentase penyebab kematian ibu melahirkan,

berdasarkan data tersebut bahwa tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni ,

pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati

persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28 %), anemia dan kekurangan energi kronis

(KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang

merupakan faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari

seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara kurang dari 10

% sampai hampir 60%. Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah mengalami

pendarahan pasca persalinan, namun ia akan menderita akibat kekurangan darah yang berat

(anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (WHO).

III.3 PATOFISIOLOGI (PERDARAHAN, PRE EKLMAPSI DAN INFEKSI)

Perdarahan post partum

Pada pelepasan plasenta selalu terjadi perdarahan karena sinus-sinus maternalis di

tempat insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu sendiri tidak banyak,

sebab kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menekan pembuluh-pembuluh darah yang

terbuka, sehingga lumennya tertutup, kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan

darah. Seorang wanita sehat dapat kehilangan 500 ml darah tanpa akibat buruk. Istilah

perdarahan post partum digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml.

Perdarahan primer terjadi dalam 24 jam pertama dan sekunder sesudah itu. Hal-hal yang

menyebabkan perdarahan post partum ialah: atonia uteri, perlukaan jalan lahir, terlepasnya

sebagian plasenta dari uterus, tertinggalnya sebagian dari plasenta umpamanya kotiledon atau

plasenta suksenturiata, retensio

Perdarahan postpartum dapat menyebabkan tubuh kehilangan banyak darah sehingga

dapat menyebabkan schok hemoragik yang dapat berujung pada kematian ibu.

Pre-eklamsia

Perubahan pokok yang didapatkan pada pre-eklamsia adalah spasmus pembuluh darah

disertai dengan retensi garam dan air. Hemokonsentrasi yang menyertai pre-eklamsia dan

eklamsi tidak diketahui penyebabnya. Terjadi disini pergeseran cairan dari ruang

11

Page 12: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

intravascular ke ruang interstisial. Kejadian ini, yang diikuti oleh kenaikan hematokrit,

peningkatan protein serum, dan sering bertambahnya edema, menyebabkan volume darah

mengurang, viskositet darah meningkat, waktu peredaran darah tepi lebih lama. Karena itu,

aliran darah ke jaringan di berbagai organ tubuh mengurang, dengan akibat hipoksia.

Eklamsia

Pada umunya kejangan didahului makin memburuknya pre-eklamsia dan terjadinya

gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di

epigastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan

timbul kejangan yang bisa berakhir pada keadaan koma bahkan kematian; terutama pada

persalinan bahaya ini besar.

Infeksi Nifas

Infeksi nifas dapat dibagi dalam 2 golongan; yaitu infeksi yang terbatas pada

perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium dan penyebaran dari tempat-tempat

tersebut melalui vena-vena, melalui jalan limfe, dan melalui permukaan endometrium.

Septikemia dan piemia merupakan infeksi umum yang disebabkan oleh Streptococcus

haemolyticus golongan A. Infeksi ini sangat berbahaya dan merupakan 50% dari semua

karena infeksi nifas.

Pada septicemia kuman-kuman dari sarangnya di uterus, langsung masuk ke dalam

peredaran darah umum dan menyebabkan infeksi umum. Adanya septicemia dapat dibuktikan

dengan dengan jalan pembiakan kuman-kuman dari darah. Pada piemia terdapat dahulu

tromboflebitis pada vena-vena di uterus serta sinus-sinus pada bekas tempat plasenta.

Tromboflebitis ini menjalar ke vena uterine, vena hipogastrika, dan atau vena ovarii

(tromboflebitis pelvika). Dari tempat-tempat thrombus itu, embolus kecil yang mengandung

kuman-kuman dilepaskan. Tiap kali dilepaskan, embolus masuk ke dalam peredaran darah

umum dan dibawa oleh aliran darah ke tempat-tempat lain, antaranya ke paru-paru, ginjal,

otak, jantung, dan sebagainya, dan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat-tempat

tersebut. Keadaan ini dinamakan piemia. Pada septicemia dari permulaan penderita sudah

sakit dan lemah. Sampai 3 hari post partum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai

dengan menggigil. Selanjutnya suhu berkisar antara 39-40OC, keadaan umum penderita cepat

memburuk, nadi menjadi cepat (140-160 kali per menit atau lebih). Penderita dapat

meninggal 6-7 hari post partum.

12

Page 13: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

III.4 PENCEGAHAN

Pencegahan Perdarahan

Perdarahan post partum merupakan salah satu komplikasi obstetri dengan beberapa

intervensi pencegahan yang efektif. Manajemen aktif persalinan kala III, didefinisikan

sebagai pemberian intramuskular 10 IU oksitosin, traksi tali pusat terkendali dan pijat fundus

setelah plasenta dilahirkan, secara substansial mengurangi risiko perdarahan post partum.

Sebuah meta-analisis dari empat fasilitas berbasis uji klinis menunjukkan penurunan 62%

dalam risiko perdarahan post partum terkait dengan manajemen aktif persalinan kala III

(Prendiville et al, 2000). World Health Organization (WHO), International Federation of

Gynecologists and Obstetricians (FIGO) dan International Confederation of Midwives (ICM)

merekomendasikan pendamping persalinan terampil memberikan manajemen aktif persalinan

kala III untuk semua kelahiran vagina (ICM dan FIGO, 2003; ICM dan FIGO, 2006).

Tindakan pencegahan lain dapat meningkatkan kesempatan wanita untuk bertahan

hidup atau mencegah kondisi yang berhubungan dengan penyebab perdarahan post partum.

Langkah-langkah ini meliputi:

Selama perawatan antenatal: Mendeteksi dan mengobati anemia, mengembangkan

rencana kesiapan lahir untuk memastikan melahirkan dengan petugas yang terampil,

mendistribusikan misoprostol untuk ibu hamil selama trimester ketiga kehamilan dalam

kasus mereka melahirkan tanpa persalinan oleh tenaga trampil

Selama persalinan: Gunakan partograf untuk memantau dan memandu pengelolaan

tenaga kerja dan cepat mendeteksi kemajuan yang tidak memuaskan, mendorong wanita

untuk menjaga kandung kemihnya kosong, batasi induksi atau penggunaan augmentasi

untuk alasan medis dan kebidanan, tidak mendorong-dorong sebelum leher rahim

melebar sepenuhnya, tidak menggunakan tekanan fundus untuk membantu kelahiran

bayi, melakukan episiotomi selektif untuk alasan medis dan kebidanan saja, membantu

wanita dalam melahirkan kepala bayi dan bahu secara terkendali untuk membantu

mencegah terjadinya robekan.

Selama kala III: Menyediakan manajemen aktif persalinan kala III (satu-satunya cara

yang paling efektif untuk mencegah perdarahan post partum), jangan memijat rahim

sebelum plasenta lahir, jangan gunakan tekanan fundus untuk membantu melahirkan

plasenta, tidak melakukan traksi tali pusat terkendali tanpa pemberian obat uterotonika,

13

Page 14: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

tidak melakukan traksi tali pusat terkendali tanpa memberikan countertraction untuk

mendukung rahim.

Setelah melahirkan plasenta: rutin memeriksa vulva, vagina, perineum, dan anus untuk

mengidentifikasi luka kelamin, secara rutin memeriksa plasenta dan membran untuk

kelengkapan, mengevaluasi apakah rahim berkontraksi baik dan pijat rahim secara

berkala setelah melahirkan plasenta untuk menjaga uterus berkontraksi dengan baik

(setidaknya setiap 15 menit selama dua jam pertama setelah kelahiran), mengajarkan

wanita untuk memijat uterus sendiri, memantau wanita untuk perdarahan vagina dan

kekerasan rahim setiap 15 menit untuk setidaknya dua jam pertama, mendorong wanita

untuk menjaga kandung kemihnya kosong selama periode pasca-melahirkan.

Pencegahan Pre-eklamsia

Pemeriksaan antenatal yang teratu dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-

eklamsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Kita perlu lebih

waspada akan timbulnya pre-eklamsia dengan adanya factor-faktor predisposisi. Walaupun

timbulnya pre-eklamsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya tidak dapat

dikurangi dengan pemberian penanganan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik

pada wanita hamil.

Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istirahat

tidak selalu berate berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi,

dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak,

karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.

Mengenal secara dini pre-eklamsia dan segera merawat penderita tanpa memberikan diuretika

dan obat antihipertensif, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan

antenatal yang baik.

Pencegahan Eklamsia

Pada umunya timbulnya eklamsia dapat dicegah, atau frekuensinya dikurangi. Usaha-

usaha untuk menurunkan frekuensi eklamsia terdiri atas:

1) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar semua wanita

hamil memeriksakan dini sejak hamil muda

14

Page 15: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

2) Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklamsia dan mengobatinya apabila

ditemukan

3) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila

setelah dirawat tanda-tanda pre-eklamsia tidak juga dapat dihilangkan.

Pencegahan Infeksi Nifas

Selama Kehamilan

- Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan

memperbaikinya. Keadaan gizi merupakan factor penting; karenanya, diet yang baik

harus diperhatikan.

- Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena daoat mengakibatkan pecahnya

ketuban dan terjadinya infeksi.

Selama Persalinan

- Usaha-usaha pencegahan terdiri dari atas membatasi sebanyak mungkin masuknya

kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut,

menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya

perdarahan banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin harus

menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernapasan tidak

diperbolehkan masuk ke kamar bersalin; alat-alat, kain-kain yang dipakai dalam

persalinan harus suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu,

indikasi serta kondisi untuk bedah kebidanan harus dipatuhi. Selanjutnya, terjadinya

perdarahan harus dicegah sedapat mungkin dan transfuse darah harus diberikan

menurut keperluan.

Selama nifas

- Sesudah partus terdapat luka-luka di beberapa tempat pada jalan lahir. Pada hari-hari

pertama post partum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari

luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan daerah genital

harus suci hama.

- Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat

mungkin.

15

Page 16: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

- Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita-

wanita dalam nifas

III. 5 KEBIJAKAN DAN PROGRAM UNTUK MENURUNKAN ANGKA

KEMATIAN IBU

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu telah menjadi salah satu prioritas utama

dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Propenas. Kegiatan-

kegiatan yang mendukung upaya ini antara lain meningkatkan pelayanan kesehatan

reproduksi, meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi, meningkatkan

pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, menanggulangi KEK, dan menanggulangi anemia

gizi besi pada wanita usia subur dan pada masa kehamilan, melahirkan, dan nifas. (6)

Kehamilan yang aman sebagai kelanjutan dari program safe motherhood, dengan

tujuan untuk mempercepat penurunan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. MPS

terfokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam intervensi klinis dan

sistem kesehatan serta penekanan pada kemitraan antar institusi pemerintah, lembaga donor,

dan peminjam, swasta, masyarakat, dan keluarga. Perhatian khusus diberikan pada

penyediaan pelayanan yang memadai dan berkelanjutan dengan penekanan pada ketersediaan

penolong persalinan terlatih. Aktivitas masyarakat ditekankan pada upaya untuk menjamin

bahwa wanita dan bayi baru lahir memperoleh akses terhadap pelayanan. (6)

Ada empat strategi utama bagi upaya penurunan kesakitan dan kematian ibu. Pertama,

meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang

berkualitas dan cost effective. Kedua, membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama

lintas program, lintas sektor, dan mitra lainnya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan

keluarga melalui peningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong

keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu dan

bayi baru lahir. Ada tiga pesan kunci, yaitu setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan

terlatih, setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapatkan pelayanan yang memadai, dan

setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak

diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. (5)

Perhatian khusus perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berpendapatan rendah

baik di perkotaan dan pedesaan serta masyarakat di daerah terpencil. Program Kesehatan

16

Page 17: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Gratis yang telah dimulai sejak 2007 telah menyediakan pelayanan kesehatan dasar dan bidan

di desa secara gratis bagi penduduk miskin perlu dipertahankan dengan berbagai cara. (6)

Terlepas dari kebijakan dan program dengan fokus pada sektor kesehatan, diperlukan

juga penanganan dalam konteks yang lebih luas di mana kematian ibu terjadi. Kematian ibu

sering disebabkan oleh berbagai faktor yang kompleks yang menjadi tanggung jawab lebih

dari satu sektor. Terdapat korelasi yang jelas antara pendidikan, penggunaan kontrasepsi, dan

persalinan yang aman. Pelayanan kesehatan reproduksi remaja harus ditangani dengan benar,

mengingat besarnya masalah. Selain itu, isu gender dan hak-hak reproduksi baik untuk laki-

laki maupun perempuan perlu terus ditekankan dan dipromosikan pada semua level. (6)

III.6 SAFE MOTHERHOOD (USAHA KESELAMATAN IBU)

Safe Motherhood adalah usaha-usaha yang dilakukan agar seluruh perempuan

menerima perawatan yang mereka butuhkan selama hamil dan bersalin. (7)

Tujuan utama dari Safe Motherhood adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian ibu hamil, bersalin, nifas di samping menurunkan angka kesakitan dan kematian

bayi baru lahir terutama di negara berkembang. (8)

Pilar Safe Motherhood, meliputi 4 program penting di antaranya: (8)

1. Keluarga Berencana

Konsep Keluarga Berencana pertama kali diperkenalkan di Matlab, Bangladesh pada

tahun 1976. Tujuan dari program KB ini antara lain adalah merencanakan waktu yang

tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Yang

kegiatannya terdiri dari Pelayanan dan Konseling.

2. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal sangat penting untuk mendeteksi lebih dini komplikasi kehamilan

dan sarana edukasi bagi perempuan tentang kehamilan.

Komponen penting pelayanan antenatal meliputi:

Skrining dan pengobatan anemia, malaria, dan penyakit menular seksual.

Deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak, hipertensi, edema, dan

pre-eklampsia.

17

Page 18: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Penyuluhan tentang komplikasi yang potensial, serta kapan dan bagaimana cara

memperoleh pelayanan rujukan

3. Persalinan yang Aman

Persalinan yang aman bertujuan untuk memastikan bahwa setiap penolong persalinan

mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang

bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, pemberian

pelayanan obstetri esensial tingkat dasar guna menghindari kegawatdaruratan &

komplikasi yang berkaitan dengan kematian ibu

4. Pelayanan Obstetri Esensial

Kegiatan Safe Motherhood memiliki 6 kegiatan pelaksanaan utama yaitu: (8)

1. Deteksi dini dalam skrining Antenatal, mengenal faktor resiko; ibu resiko tinggi

2. Prediksi terjadinya kompilasi persalinan

3. Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)

4. Prevensi melakukan pencegahan pro-aktif, antisipasif terhadap ibu dan bayi.

5. Antisipasi

6. Intervensi

18

Page 19: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

Dukungan pelaksanaan Safe Motherhood: (8)

1. Dukungan suami

Sebagai salah satu orang terdekat dengan ibu, dukungan suami memegang peranan penting di

antaranya seperti merencanakan keluarga, menjaga serta menyelamatkan kesehatan ibu dan

anak, mendukung penggunaan kontrasepsi, mempersiapkan perawatan terlatih selama

persalinan, dan juga menjadi ayah yang bertanggung jawab.

2. Kebijakan politis, yaitu komitmen dan dukungan dari pimpinan wilayah dengan sector

terkait (Tingkat kabupaten / kota, kecamatan, dan pedesaan) yang berkesinambungan

dan berkelanjutan dalam pembinaan dan peningkatan untuk pelayanan kesehatan ibu

yang terjangkau dalam wadah Gerakan Sayang Ibu.

3. Persepsi sama, disemua tingkat pelayanan (Polindes, Puskesmas dan Rumah sakit)

dalam peningkatan pelayanan kesehatan ibu berbasis masalah keluarga dalam

kegiatan deteksi dan kendali.

4. Prilaku paradigma sehat melalui pendekatan pencegahan, pro-aktif antisipatif oleh

upaya kuratif rehabilitatif.

Ada dua alasan yang menyebabkan Safe Motherhood perlu mendapat perhatian.

Pertama, besarnya masalah kesehatan ibu dan bayi baru lahir serta dampak yang

diakibatkannya. Data menunjukkan bahwa seperempat dari wanita usia reproduktif di negara

berkembang mengalami kesakitan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan

nifas. Dampak sosial dan ekonomi kejadian ini sangat besar, baik bagi keluarga, masyarakat,

maupun angkatan kerja di suatu negara. Keberadaan seorang ibu merupakan tonggak utama

untuk tercapainya keluarga yang sejahtera dan kematian seorang ibu merupakan suatu

bencana bagi keluarganya. Kedua, Safe Motherhood pada hakikatnya merupakan intervensi

yang efisien dan efektif dalam menurunkan angka kematian ibu. (8)

19

Page 20: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

BAB IV

PERAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA TERHADAP PENURUNAN

ANGKA KEMATIAN IBU

20

Page 21: Tugas Obgyn Sos (Bab III-Aki)

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S. Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.

Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.

2. Yatim F. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor; 2008.

3. Departemen Kesehatan RI. Evaluasi Mutu Pelayanan Antenatal. Jakarta: Bakti

Husada; 2007.

4. Hacker NF. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates; 2007.

5. Angka Kematian Ibu. 2008. [cited 2012 July 23]. Available:

http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/index.php?.

6. Angka Kematian Ibu. 2009. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK.

7. Safe Motherhood. 2009. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.safemotherhood.org/.

8. Safe Motherhood. 2008. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.unfpa.org/public/mothers/.

9. Pelayanan Obstetri Esensial. 2010. [cited 2012 July 24]. Available:

http://whoindonesia.healthrepository.org/bitstream/.

10. Pelayanan Obstetri Esensial. 2009. [cited 2012 July 25]. Available:

http://gash5.wordpress.com/tag/depkes/.

11. Pelayanan Obstetri Esensial. 2011. [cited 2012 July 24]. Available:

http://www.searo.who.int/LinkFiles/Reporductive_Health_Profile_abbreviationsino.p

df.

21