Tugas Matrik Bioetika Ang,Bet,Arf

7
November 12, 2012 [BETTA A. GUNAWAN (B1J009023),R.M. ANGGA B. PERMADI (B1J009033), ARFIAN H. FERGHANY (B1J009035), SRI RAHAYU NINGSIH (B1J011127)] TUGAS MATRIK BIOETIKA 1. ISU ETIK Praktikum Taksonomi hewan memang diperuntukan agar mahasiswa mampu mengetahui teknik-teknik dan prinsip-prinsip dalam taksonomi hewan. Beragam acara yang diselenggarakan semata-mata demi mencapai tujuan utama praktikum tersebut. Salah satu acara praktikum yang wajib dilakukan adalah pengawetan spesimen. Umumnya pengawetan spesimen ada dua, yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering. Penggunaan hewan tertentu dalam pengawetan spesimen menentukan bagaimana tipe pengaawetan dilakukan. Misalkan hewan Molusca diawetkan dengan menggunakan teknik basah, sedang hewan vertebrata umumnya menggunakan teknik kering. Pengawetan basah menggunakan alkohol 70% atau formalin, dimana hewan uji dimasukan dalam wadah berisi larutan tersebut. Awetan kering dilakukan dengan mengambil daging dan juga tulang disisahkan kulitnya saja. Kemudian kulit tersebut direndam dalam formalin dan dikeringkan, selanjutnya kulit tersebut dijait serta dimasukan kapas sebagai pengganti daging dan tulang. Tentunya sebelum diberi perlakuan tersebut hewan terlebih dahulu dimatikan menggunakan chloroform. Tujuan utama adalah agar dapat mengetahui teknik pengawetan preparat untuk tujuan identifikasi dalam taksonomi hewan. FABIO UNSOED | KELAS A BIOETHIC 1

Transcript of Tugas Matrik Bioetika Ang,Bet,Arf

Page 1: Tugas Matrik Bioetika Ang,Bet,Arf

November 12, 2012

[, ARFIAN H. FERGHANY (B1J009035), SRI RAHAYU NINGSIH

(B1J011127)]

TUGAS MATRIK BIOETIKA

1. ISU ETIK

Praktikum Taksonomi hewan memang diperuntukan agar mahasiswa mampu

mengetahui teknik-teknik dan prinsip-prinsip dalam taksonomi hewan. Beragam acara

yang diselenggarakan semata-mata demi mencapai tujuan utama praktikum tersebut. Salah

satu acara praktikum yang wajib dilakukan adalah pengawetan spesimen. Umumnya

pengawetan spesimen ada dua, yaitu pengawetan basah dan pengawetan kering.

Penggunaan hewan tertentu dalam pengawetan spesimen menentukan bagaimana

tipe pengaawetan dilakukan. Misalkan hewan Molusca diawetkan dengan menggunakan

teknik basah, sedang hewan vertebrata umumnya menggunakan teknik kering. Pengawetan

basah menggunakan alkohol 70% atau formalin, dimana hewan uji dimasukan dalam

wadah berisi larutan tersebut. Awetan kering dilakukan dengan mengambil daging dan

juga tulang disisahkan kulitnya saja. Kemudian kulit tersebut direndam dalam formalin

dan dikeringkan, selanjutnya kulit tersebut dijait serta dimasukan kapas sebagai pengganti

daging dan tulang. Tentunya sebelum diberi perlakuan tersebut hewan terlebih dahulu

dimatikan menggunakan chloroform. Tujuan utama adalah agar dapat mengetahui teknik

pengawetan preparat untuk tujuan identifikasi dalam taksonomi hewan.

Penggunaan jasa pengawetan untuk menyelesaikan tugas praktikan terkadang

mencemaskan. Jasa tersebut hanya meminta praktikan membawa hewan uji untuk

diawetkan, kemudian ditunggu sampai menjadi awetan. Praktikan hanya memperoleh hasil

akhir tanpa mengetahui prosesnya. Ketidaktahuan akan proses pembuatannya

menimbulkan kecemasan, bagaimana hewan diperlakukan khususnya cara mematikannya.

| KELAS A BIOETHIC 1

Page 2: Tugas Matrik Bioetika Ang,Bet,Arf

November 12, 2012

[, ARFIAN H. FERGHANY (B1J009035), SRI RAHAYU NINGSIH

(B1J011127)]

RESPECT FOR WELLBEING AUTONOMY FAINESS

FAKULTAS DAN LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

Menambah koleksi spesimen

Kebebasan menentukan dan menambah koleksi spesimen

Kebebasan memberi kewenangan Laboratorium

ASISTEN DOSEN DAN DOSEN

- Mencapai kompetensi/ tujuan praktikum

- Menambah bahan praktikum

Kebebasan menentukan hewan uji

Praktikum berjalan sesuai dengan kompetensi/ tujuan

PRAKTIKAN

Memperoleh pengetahuan dan skill baru

Mengembangkan pengetahuan

Mendapat ilmu dalam praktikum

JASA PENGAWETAN SPESIMEN

Mempertahankan wirausaha

Kebebasan memberikan perlakuan dalam pengawetan

Mendapat balas jasa berupa uang

HEWAN UJI

Memiliki kemampuan untuk melestarikan dan mempertahankan hidupnya

Behavioural Freedom

Nilai intrinsik

2. MATRIK ETIKA

| KELAS A BIOETHIC 2

Page 3: Tugas Matrik Bioetika Ang,Bet,Arf

November 12, 2012

[, ARFIAN H. FERGHANY (B1J009035), SRI RAHAYU NINGSIH

(B1J011127)]

INSERT GROUPPRINSIP

A. WELLBEING B. AUTONOMY C. JUSTICE

FAKULTAS DAN LABORATORIUM TAKSONOMI HEWAN

Koleksi Infrastruktur Kewenangan

Ya Tidak Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Ya

Tidak

Abstain

DOSEN DAN ASISTEN DOSEN

Kompetensi/ Tujuan Kebebasan menentukan

Kompetensi

Ya Tidak Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Ya

Tidak

Abstain

PRAKTIKAN Pengetahuan dan skill

Pengetahuan Ilmu

Ya Tidak Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Ya

Tidak

Abstain

JASA PENGAWETAN SPESIMEN

Survive wirausaha Kebebasan Balas jasa

Ya Tidak Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Ya

Tidak

Abstain

HEWAN UJI Kelestarian Kebebasan/ Freedom

Nilai Intrinsik

Ya Tidak Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Ya

Tidak

Abstain

Fakultas dan Laboratorium Taksonomi Hewan:

Wellbeing: memperoleh tambahan spesimen untuk memperkuat identitas biologi

dan digunakan dalam praktikum maupun penelitian di laboratorium.

Autonomy: bebas menambah koleksi specimen dengan diselenggarakannya acara

pembuatan specimen tersebut.

Justice: memiliki kewenangan agar kompetensi dapat tercapai, mulai dari teknik

sampai subtansi.

Dosen dan Asisten Dosen:

Wellbeing: memiliki prioritas untuk mencapai kompetensi mahasiswa/praktikan

Autonomy: bebas menentukan hewan uji apa yang akan digunakan, bahkan

bermacam-macam hewan untuk kelompok masing-masing berbeda.

Justice: memiliki kewenangan untuk menentukan teknis praktikum dan hewan uji

agar kompetensi/tujuan dapat tercapai.

Praktikan:

| KELAS A BIOETHIC 3

Page 4: Tugas Matrik Bioetika Ang,Bet,Arf

November 12, 2012

[, ARFIAN H. FERGHANY (B1J009035), SRI RAHAYU NINGSIH

(B1J011127)]

Wellbeing: memperoleh tambahan pengetahuan dan skill dari praktikum tersebut.

Autonomy: mempunyai kebebasan untuk menambah pengetahuan dari acara

praktikum tersebut.

Justice: praktikan tidak memperoleh ilmu dari rangkaian acara tersebut karena

dalam prosedur pengawetan menggunakan jasa orang lain untuk mengawetkan specimen,

secara tidak langsung kompetensi/ tujuan tidak tercapai.

Jasa Pengawetan Spesimen:

Wellbeing: memdapatkan pelanggan (praktikan) untuk jasa pengawetan hewan

Autonomy: mempunyai kebebasan untuk menentukan cara bagaimana

mengawetkan termasuk cara mematikan hewan uji.

Justice: mendapatkan balas jasa berupa laba dari pelanggan (praktikan).

Hewan Uji:

Wellbeing: tidak memperoleh hak untuk lestari, karena digunakan sebagai awetan.

Meskipun hewan uji bukan merupakan hewan langka.

Autonomy: hak untuk lestari, hidup, dan berkembang biak tidak terpenuhi.

Justice: meskipun sebagai hewan, mereka perlu diperlakukan sebagai hewan

sebagaimana mereka berada di alam, dan memiliki nilai intrinsik tersendiri.

3. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Hewan sebagaimana manusia memiliki hak untuk hidup dan berkembang biak

untuk melestarikan jenisnya. Mereka harus diperlakukan sesuai nilai, tidak dapat

sembarangan. Meskipun awetan baik kering maupun basah dibutuhkan untuk

pengetahuan, maka agar hewan tersebut tetap mendapat haknya, dapat direkomendasikan

agar dalam setiap praktikum digunakan sedikit hewan uji dan diberi perlakuan yang sesuai

nilai intrinsik. Dalam kasus ini hendaknya pengawetan dilakukan oleh praktikan dan

diawasi oleh asisten dan dosen untuk menghindari perlakuan yang salah dari penyedia jasa

pengawetan spesimen.

| KELAS A BIOETHIC 4