TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM

7
TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM Kelompok IV : 1. Aries Gorin P.P ( V A/ 12613 ) 2. Deki Wijiatmaja ( V A/ 1261 ) 3. Dian Wa!"#ni ( V A/ 1261$ ) %. &eri Permana ( V A/ 1262% ) '. #l#k eti"anin*si! ( V A/ 12633 ) 6. +ar"anti ( V A/ 12636 ) . +ira K#mala ( V A/ 1263, ) ,. -atalia D i Pora I ( VA/ 126% ) $. 0o erta +. W. eta ( V A/126%' ) 1. iti 0# ai a . ( V A/126%, ) 11. Wi*a il4i D. ( V A/126'2 ) 12. 5essi 5#nika . ( V A/126'3 )

description

manlab

Transcript of TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM

TUGAS MANAJEMEN LABORATORIUM

Kelompok IV :1. 2. Aries Gorin P.P ( V A/ 12613 )3. Deki Wijiatmaja ( V A/ 12617 )4. Dian Wahyuni ( V A/ 12619 )5. Feri Permana ( V A/ 12624 )6. Luluk Setiyaningsih ( V A/ 12633 )7. Maryanti ( V A/ 12636 )8. Mira Kumala ( V A/ 12638 )9. Natalia Dwi Pora I ( VA/ 12640 )10. Roberta M. W. Leta ( V A/12645 )11. Siti Ruwaida B. ( V A/12648 )12. Wiga Silvi D. ( V A/12652 )13. Yessi Yunika S. ( V A/12653 )

AKADEMI ANALIS KESEHATAN MANGGALAYOGYAKARTA2014

BAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang

Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali. Kegemukan dan riwayat keluarga menderita kencing manis diduga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit ini.Pada diabetes tipe ini, faktor genetik memegang peran lebih penitng dibandingkan dengan pada diabetes tipe 1A. Di antara kembar identik, angka concordance (munculnya sifat bawaan pada kedua pasangan anak kembar) adalah 60% sampai 80%. Pada aggota keluarga dekat dari pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non identik) risiko menderita penyakit ini lima hingga sepuluh kali lebih besar daripada subjek (dengan usia dan berat yang sama) yang tidak memiliki riwayat penyakit dalam keluarganya. Pada intinya diabetes mellitus tipe 2 ini terjadi akibat predisposisi /kecenderungan genetik (gangguan sekresi insulin pada sel beta dan resistensi insulin) serta perpaduan dengan faktor lingkungan (obesitas misalnya).

Faktor risikoyang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II, diantaranya adalah:1) Usia (meningkat pada usia di atas 65 tahun)2) Obesitas3) Riwayat keluarga4) Kelompok etnik5) Aktifitas fisik kurang6) Penyakit lainMekanisme Pewarisan GenetikTidak seperti kelainan gen tunggal di mana ekspresi penyakit dipengaruhi oleh sebuah alel mutan pada satu lokus gen, pada diabetes mellitus tipe 2, ekspresi penyakit tergantung pada beberapa gen yang semuanya hanya memiliki efek yang kecil (poligen). Diabetes mellitus tipe 2 ini bisa juga disebut dengan penyakit multifaktor (multifactoral disease) yang mana gen yang terlibat tidak hanya saling berinteraksi satu sama lain, namun juga berinteraksi dengan faktor lingkungan. Berdasarkan model multifaktor ini, predisposisi penyakit dapat ditentukan dengan beberapa kombinasi genetik yang berbeda (genotip) dan faktor lingkungan. Maka ekspresi genotip tidak akan nampak bila tidak dipicu oleh faktor lingkungan. Misalnya pada diabetes ini faktor lingkungan yang berpengaruh dan ikut memicu terekspresikannya penyakit adalah usia, diet, kegiatan fisik, obesitas (penumpukan lemak pada daerah perut), kadar trigliserida darah yang tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (kolesterol yang baik), kadar gula darah setelah makan > 200 mg/dl, sedangkan kadar gula darah puasa > 100, adanya rambut yang berlebih pada wajah atau tubuh (perempuan), atau diabetes saat kehamilan. Untuk itu, Ibu setidaknya perlu melakukan pemeriksaan darah rutin kadar kolesterol serta kadar gula darah (setelah makan dan puasa).Sampai saat ini belum ditemukan faktor genetik apa yang menyebabkan terjadinya pewarisan penyakit diabetes mellitus ini. Namun beberapa penelitian tentang penyakit monogen menunjukkan beberapa gen yang menyebabkan diabetes mellitus. Namun, sayangnya penelitian ini masih sulit dihubungkan dengan gen pewarisan diabetes tipe 2 sebab terdapat perbedaan fenotip dari reseptor insulin pada hewan percobaan (tikus) dan manusia. Pada tikus, jika ia kekurangan reseptor insulin, maka masih bisa dilahirkan dengan berat normal, namun akan mati dengan cepat setelah mengalami ketoasidosis. Sedangkan manusia yang tidak mengalami mutasi, tidak akan dilahirkan (kemungkinan kecil) serta jarang akan tumbuh ketoasidosis.DM tipe 2 adalah insulin yang dibuat tidak cukup, kebanyakan insulin yang dihisap oleh sel-sel lemak akibat pola makan dan gaya hidup yang tidak baik. Sedangkan pancreas tidak dapat membuat cukup insulin untuk mengatasi kekurangan insulin sehingga kadar gula dalam darah naik.Farmakodinamik : glibenklamid merangsang sekresi insulin dari granul granul sel sel B langerhans pankreas. Glibenklamid berinteraksi dengan ATP-sensitive K channel pada membran sel beta, yang menimbulkan depolarisasi membran. Akibatnya kanal Ca terbuka dan ion Ca masuk ke sel beta, merangsang granul granul insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Penggunaan jangka panjang dan dosis besar berakibat pada hipoglikemia. Farmakokinetik : absorpsi melalui saluran cerna cukup efektif. Efektif dikonsumsi 30 menit sebelum makan. Masa paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya di hepar, 75% eksresi nya melalui empedu dan sisnya melalui urin. Tidak boleh digunakan pada penderita penyakit ginjal dan hepar. Farmakodinamik : Memiliki efek hipoglikemik yang poten (200 kali lebih kuat daripada Tolbutamida) sehingga pasien perlu diingatkan untuk melakukan jadwal makan yang ketat. Glibenklamid efektif dengan pemberian dosis tunggal. Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Dalam plasma sebagian besar pada protein plasma terutama albumin (70-99%). Pada protein plasma terutama albumin (70-99%). Studi menggunakan glibenklamid yang dilabel radioaktif menunjukkan bahwa, glibenklamid diserap sangat baik (84 9%). Glibenklamid diserap sangat baik (84 9%). Mula kerja (onset) glibenklamid, kadar insulin serum mulai meningkat 15-60 menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4 jam. Setelah itu kadar mulai menurun 24 jam setelah pemberian kadar, dalam plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar 15 - 24 jam. Hanya 25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal, sebagian besar diekskresi melalui empedu dan dikeluarkan bersama tinja. Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam, dapat bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal. Bila pemberian dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36 jam. Glibenklamid tidak diakumulasi di dalam tubuh, walaupun dalam pemberian berulang.

2. Masa

KASUS Mr.Jono, 65 tahun dibawa ke ruang gawat darurat Rumah Sakit Muhammadiyah oleh keluarganya karena tidak sadar sejak 3 jam yang lalu. Mr.Jono menderita DM Tipe 2 selama 5 tahun dan setiap hari mengkonsumsi tablet glibenclamide 5 mg. Menurut keluarganya, sebelum terjadi penurunan kesadaran, dia merasa dingin, berkeringat, jantung berdebar-debar, lemah, dan cemas setelah mengkonsumsi obat di pagi hari sebelum sarapan dan kemungkinan karena lupa,setelah sarapan penderita minum obat yang sama. Dokter jaga IGD lalu melakukan pemeriksaan fisik juga meminta analis kesehatan yang bertugas saat itu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium.PERTANYAAN1. Jika analis kesehatan yang bertugas saat itu adalah Anda, pemeriksaan apa yang akan Anda sarankan untuk pasien tersebut ? 2. Berikan alasan mengapa Anda menyarankan pemeriksaan itu ? 3. Metode pemeriksaan yang mana yang anda gunakan untuk kasus tersebut dan jelaskan alasan anda memilih metode tsb. 4. Ada berapa macam metode yang anda ketahui untuk pemeriksaan test laboratorium tsb diatas, sebutkan kegunaan, keuntungan dan kerugian dari masing masing metode pemeriksaan test laboratorium tsb diatas yang anda ketahui.

PEMBAHASAN1. Pemeriksaan yang akan dilakukan adalah tekanan darah dan glukosa darah sewaktu.