Tugas Manajemen KLB Dr Kakak Kelas
-
Upload
adhasari-agungnisa -
Category
Documents
-
view
235 -
download
4
description
Transcript of Tugas Manajemen KLB Dr Kakak Kelas
TUGAS
MANAJEMEN KLB dan BENCANA
Investigasi KLB Diare
Oleh:
Kelompok 10 IKM A 2012
Fitria Novita S 101211131013
Rizki Kurnia Illahi 1012 111 31022
Achmad Fachrul M 101211132110
Nurindah Nanda S 101211133012
Nurul Widyawatiningtyas 101211133024
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen KLB dan Bencana dengan judul Investigasi KLB Diare.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, penulisan tugas ini tidak mungkin dapat terwujud. Pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak dan Ibu dosen mata kuliah Manajemen KLB dan Bencana Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
2. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu
Akhirnya kami menyadari bahwa penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Untuk itu kami mengharap kritik dan saran guna
lebih sempurnanya penulisan tugas ini.
Surabaya, 15 Desember 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar isi iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kronologi Kejadian 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diare 3
2.1.1 Pengertian Diare 3
2.1.2 Penyebab Utama KLB diare 3
2.1.3 Cara Penularan Diare 4
2.1.4 Pencegahan Diare 5
2.2 KLB Diare 6
2.2.1 Definisi KLB Diare 6
2.2.2 Penanggulangan KLB Diare 7
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Rencana Persiapan Penyelidikan 9
3.2 Rencana Penyelidikan KLB Diare 9
3.3 Penyelidikan 10
3.3.1 Penetapan Status KLB 10
3.3.2 Pemastian Kasus Diare 12
3.4 Deskripsi KLB Menurut Waktu, Tempat, dan Orang 13
3.5 Penanggulangan 15
3.6 Rekomendasi 16
BAB VI PENUTUP
4.1 Kesimpulan 18
4.2 Saran 18
Daftar Pustaka 19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare menjadi penyebab 1,8 juta kematian tiap tahun terutama terjadi di
negara-negara berkembang (Igle and Hinge, 2012). Keterbatasan akses air bersih,
buruknya sanitasi merupakan salah satu sebab berjangkitnya kasus diare.
Diperkirakan sebanyak 884 juta orang terutama di Afrika dan Asia tidak memiliki
akses air bersih, ratusan juta lebih lainnya tidak mampu untuk mengupayakan
sumber air bersih yang layak (Lucas et al., 2011). Bahkan, air yang selama ini
dikonsumsi telah tercemar sejak proses penampungan, penyimpanan hingga
distribusi di rumah terutama pada penduduk status ekonomi rendah dengan
kualitas kesehatan yang buruk (Boisson et al., 2010). Di Indonesia, penyakit diare
dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000,
incidence rate (IR) penyakit diare sebesar 301/1.000 penduduk, tahun 2003 naik
menjadi 374/1.000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan
tahun 2010 menjadi 411/1.000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga
masih sering timbul dengan case fatality rate (CFR) yang masih tinggi. Pada
tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan dengan jumlah kasus 8.133 orang,
kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan
dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%),
sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4.204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). Kasus KLB diare
berdasarkan provinsi tahun 2010, terbanyak terjadi di Sulawesi Tengah, namun
CFR tertinggi terjadi di Provinsi Lampung(Kemenkes RI, 2011)
1.2 Kronologi Kejadian
Berdasarkan laporan petugas diare Puskesmas Tambu pada tanggal 16
maret 2009 bahwa dalam kurun waktu 2 minggu (tanggal 3 sampai dengan 16
Maret 2009) telah terjadi peningkatan kasus diare di desa Sibayu dusun Pinayu
dan dusun Siopi. Jumlah penderita yang dilaporkan sebanyak 25 orang, dengan
kematian 2 orang (CFR8%). Berdasarkan laporan tersebut, maka pada tanggal 17
1
Maret 2009, tim KLB diare Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala mengunjungi
lokasi dan melkakukan investigasi di lapangan. Ditemukan 3 orang penderita diare
(ayah dan anak) yang sementara dirawat di puskesmas Tambu. Menurut
keterangan petugas puskesmas, sebelumnya 2 orang anggota keluarganya (umur
11 tahun dan 7 tahun) tidak sempat dirawat di puskesmas dan telah meninggal
dunia akibat penyakit diare. Setelah melakukan penyuluhan tim dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Donggala mengambil sampel air dari 2 sumur gali yang
selama ini digunakan oleh warga untuk memasak dan minum. Sampel air ini
kemudian dibawa ke laboratorium, parameter yang diperiksa adalah E.coli dan
coliform. Dari hasil pemeriksaan sampel ternyata ke 2 sumur gali positif
mengandung E.coli.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 DIARE
2.2.1 Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar lembek, cair bahkan seperti air yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya, pada umumnya 3 kali atau lebih
dalam sehari. Penyakit diare hingga kini masih merupakan salah satu
masalah kesehatan utama, karena diare masih sering menimbulkan KLB
dengan jumlah penderita dan kematian yang besar terutama diare akut
yang disebabkan oleh infeksi dan keracunan makanan. KLB sering terjadi
di daerah dengan sanitasi buruk, tidak tercukupi air bersih,dan status gizi
buruk(Buku Pedoman Penyidikan dan Penanggulangan KLB, Depkes RI,
2004).
2.1.2. Penyebab Utama KLB Diare
Di Indonesia penyebab utama KLB diare adalah bakteri golongan
enterobactericeace antara lain, vibrio cholera, shigella disentriae,
salmonella dan escherichia coli patogen, juga golongan rotavirus dan
entamoeba histolitikca. Etiologi, masa inkubasi, gejala, sumber dan cara
penularan penyakit berpotensi KLB diare dapat dilihat seperti tabel 1,
berikut :
Tabel 1. Penyebab, masa inkubasi, gejala dan sumber serta cara
penularan diare.
EtiologiMasa
inkubasiGejala
Sumber dan
cara
penularan
V. cholera Beberapa
jam – 5
hari
Diare mendadak
tanpa rasa sakit
perut, muntah-
muntah, tinja
mengucur
Makanan dan
minuman yang
terkontaminasi
3
seperti air
cucian beras,
berbau amis,
dehidrasi, shock
Salmonella12 – 24
jam
Diare, demam,
sakit perut
Daging,
unggas, susu
dan telur yang
terkontaminasi
Shigella
disentriae2 – 3 hari
Diare, sakit
perut, tenesmus,
tinja berlendir
Makanan saus
dan kaleng
yang
terkontaminasi
E. coli 3 – 4 hari
Diare, kram
perut, mual,
muntah, diare
lendir dan
berdarah,
tenesmus
Makanan dan
minuman yang
terkontaminasi
2.1.3 Cara Penularan Diare
Cara penularan diare adalah secara fecal-oral. Tinja penderita diare
mengandung kuman, bila tidak di buang pada tempatnya akan mencemari
air bersih dan makanan. Cara penyebaran melalui lalat, tangan tercemar
dan sanitasi yang buruk. KLB diare sering terjadi pada daerah yang
memiliki sanitasi yang buruk, menurunnya kondisi kesehatan seseorang
dan status gizi yang buruk. Penyebab utama kematian diare adalah
dehidrasi akibat kehilangan dalam jumlah besar air dan elektolit/garam
dari tubuh. Penyebab kematian lainnya adalah akibat komplikasi infeksi
penyebab diare, misalnya pada disentri.
2.1.4 Pencegahan Diare
4
Upaya kegiatan pencegahan diare sebagai berikut::
A. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu
penting yaitu sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum
memegang bayi, setelah membersihkan anak dari BAB, dan
sebelum menyiapkan makanan
B. Menggunakan air bersih yang cukup. Masyarakat dapat
mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan
menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari
kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di
rumah. Yang harus diperhatikan oleh keluarga :
1) Ambil air dari sumber yang bersih
2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
gunakan gayung khusus untuk mengambil air
3) Jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan untuk
mandi anak-anak
4) Minum air yang sudah matang
5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih dan cukup
C. Makanan Sehat. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab
diare pada tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan.
Masaklah makanan dengan benar, pisahkan makanan yang
telah dimasak dan yang belum dimasak, pisahkan pula
makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci, dan
jaga makanan dari serangga seperti lalat.
D. Menggunakan Jamban. Pengalaman di beberapa negara
membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai
dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit
diare. Yang harus diperhatikan oleh kelurga :
1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan
dapat dipakai oleh seluruh keluarga.
2) Bersihkan jamban secara teratur.
5
3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke
tempat buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh
dari rumah, jalan setapak, dan tidak di tempat anak-anak
bermain serta lebih kurang 10 meter dari sumber air.
4) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar
Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar
serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas, dan lain-lain).
2.2 KLB Diare
2.2.1 Definisi KLB
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.
949/Menkes/SK/VIII/2004), Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah
suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau meningkatnya suatu
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis
pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu
(Lapau, Buchari. 2009).
Upaya penanggulang KLB diare diarahkan tertuma untuk
mencegah terjadinya dehidrasi dan kematian, akan tetapi
identifikasi faktor lingkungan sangat penting untuk mencegah
penyebaran penyakit.
Terjadi KLB diare di suatu wilayah tertentu apabila
memenuhi :
a. Angka kesakitan dan kematian yang mencolok disuatu
desa/kelurahan, selam 3 kali observasi berturut-turut (harian
atau mingguan).
b. Jumlah penderita/kematian 2 kali atau lebih dalam periode
waktu tertentu(harian?mingguan/bulanan) dibandingkan rata-
rata satu tahun terakhir.
c. Peningkatan CFR desa/kelurahan dalam waktu 1 bulan
dibandingkan dengan CFR pada bulan yang lalu.
d. Peningkatan jumlah kesakitan dan kematian dalam periode
waktu (mingguan, bulanan) disuatu desa/kelurahan
6
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun yang
lalu.
2.2.2 Penanggulangan KLB Diare
Untuk penanggulangan KLB diare dapat dibagi menurut phase
terjadinya KLB, yaitu masa pra-KLB, masa saat KLB, dan masa
paska KLB.
a. Masa pra-KLB
1) Meningkatkan kewaspadaan di puskesmas
2) Intensifikasi surveilans
3) Membentuk Tim Gerak Cepat
4) Mengintensifikasi penyuluhan kesehatan masyarakat
5) Meningkatkan kegiatan laboratorium
6) Perbaikan dan evaluasi sanitasi
7) Meningkatkan kegiatan lintas program dan sector
b. Masa saat KLB, tatalaksana penanggulangan:
1) Penyelidikan KLB yang kegiatannya terdiri atas 2 kegiatan
pokok yaitu pemutusan mata rantai penularan dan
intensifikasi pengamatan baik terhadap penderita maupun
terhadap faktor resiko.
2) Penanggulangan penderita diare, dengan ketentuan masa
KLB perlu dibentuk pusat rehidrasi, mengaktifkan Tim
Gerak Cepat dengan jumlah personilnya disesuaikan dengan
besar kecilnya KLB serta luas daerah operasionalnya.
3) Pemutusan rantai penularan dengan ketentuan, perhatian
utama upaya pemutusan rantai penularan penyakit diare
pada saat KLB diare meliputi, peningkatan kualitas
kesehatan lingkungan yang mencakup penyehatan dan
perbaikan kualitas air bersih, penyehatan dan perbaikan
kualitas sarana pembuangan kotoran, dan penyehatan dan
perbaikan kualitas persampahan meliputi pengendalian
vektor. Selain itu juga meliputi penyuluhan kesehatan yang
7
mencakup pemanfaatan jamban, pemanfaatan air bersih dan
memasak air untuk minum, kebersihan perorangan dan
lingkungan, dan pengendalian serangga atau lalat.
4) Pengamatan intensif terhadap penderita, pengamatan
dilakukan untuk memperoleh data tentang jumlah penderita
dan kematian serta penderita baru yang belum dilaporkan
dengan melakukan pengumpulan data secara harian pada
daerah fokus dan daerah sekitarnya yang diperkirakan
mempunyai resiko tinggi terjangkit diare.
c. Masa pasca- KLB
1) Pengamatan intensif masih dilakukan selama 2 minggu
berturut-turut, untuk melihat kemungkinan timbulnya
letusan kecil yang lain.
2) Perbaikan sarana lingkungan yang diduga penyebab
penularan.
3) Penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku hidup sehat
(Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2008).
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Rencana Persiapan Penyelidikan
Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat. Peningkatan kasus diare ini telah terjadi di
khususnya di Propinsi Sulawesi Tengah, yakni di Desa Sibayu, Kecamatan
Balaesang, Kabupaten Donggala yang berada dalam wilayah kerja
Puskesmas Tambu pada tahun 2009.
Untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
diare di wilayah kerja Puskesmas Tambu, maka upaya yang perlu
dilakukan adalah penyelidikan dan tindakan penanggulangan. Dalam
penentuan lokasi penyelidikan selain berdasarkan jumlah kasus juga
didasarkan pada kepentingan pembinaan Puskesmas dalam pengamatan
penyakit diare dalam rangka Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB Diare.
3.2 Rencana Penyelidikan KLB Diare
Untuk mengetahui penyebaran penyakit diare di wilayah kerja
Puskesmas Tambu terutama di daerah yang dikatakan sebagai daerah
endemis perlu adanya upaya penyelidikan.
Upaya penyelidikan yang dapat dilakukan dengan melakukan survey
lapangan, observasi, dan metode wawancara. Tujuan dari penyelidikan
KLB diare antara lain:
a. Memastikan diagnosa dari penyakit yang dilaporkan ke pihak
Puskesmas Tambu sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan strata pertama.
a. Menentukan dan memastikan etiologi KLB penyakit diare.
b. Memastikan terjadinya KLB diare.
c. Mengidentifikasi sumber penularan KLB diare.
d. Menggambarkan distribusi/penyebaran penyakit atau KLB diare
berdasarkan variabel epidemiologi (Time, Place, Person).
e. Meningkatkan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD).
9
Dalam penyelidikan KLB diare langkah-langkah yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Mengumpulkan data dari Puskesmas.
b. Survey pada tempat yang diduga terjadi KLB diare.
c. Mengobservasi tempat atau lingkungan wilayah yang diduga terjadi
KLB.
d. Melakukan wawancara dengan penderita atau orang yang
mempunyai riwayat menderita penyakit diare.
e. Menganalisis dan mengolah data sehingga menjadi sumber
informasi yang jelas dan siap untuk disebarluaskan.
f. Menarik kesimpulan dan mengembangkannya menjadi hipotesis.
Sistem Kewaspadaan Dini adalah tahapan kegiatan-kegiatan
pengamatan yang mendukung sikap tanggap terhadap adanya suatu
perubahan dalam masyarakat atau penyimpangan persyaratan yang
berkaitan dengan kecenderungan terjadinya kesakitan/ kematian atau
pencemaran makanan/ lingkungan, sehingga dapat dilakukan tindakan
cepat dan tepat untuk mencegah/ mengurangi jatuh korban.
3.3 Penyelidikan
3.3.1 Penetapan Status KLB
Diketahui berdasarkan laporan puskesmas setempat dalam
kurun waktu 2 minggu (tanggal 3 sampai dengan 16 maret 2009)
telah terjadi peningkatan kasus diare di desa Sibayu dusun Pinayu
dan dusun Siopi. Jumlah penderita yang dilaporkan sebanyak 25
orang dengan kematian 2 orang (CFR 8%).
Dalam jurnal ini tidak dimuat data detail kasus diare selama
minimal sebulan terakhir, tim investigasi KLB di puskesmas
tersebut hanya mencantumkan peningkatan kasus terakhir pada
puskesmas tersebut sehingga kami sebagai mahasiswa yang akan
menggunakan jurnal ini sebagai literature review kurang bisa
menganalisis apakah terjadi KLB atau tidak.
10
Terjadinya KLB diare di suatu wilayah tertentu apabila
memenuhi salah satu atau beberapa kriteria penetapan KLB.
Berikut kriteria penetapan KLB untuk menentukan apakah kasus
diare yang terjadi ditetapkan sebagai KLB atau tidak:
1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada
atau tidak menular
Diare merupakan penyakit endemis di berbagai daerah di
Indonesia termasuk wilayah kabupaten Donggala, sehingga pada
point ini kasus diare tidak dtetapkan sebagai KLB.
2. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus menerus
selama kurun waktu tiga kali berturut-turut menurut jenis
penyakit
Pada point ini kasus diare diduga terjadi KLB karena berdasarkn
data diatas terjadi peningkatan kasus diare terus menerus dalam
kurun waktu 2 minggu (tanggal 3 sampai dengan 16 maret
2009).
3. Adanya peningkatan kejadian atau kematian lebih dari sama
dengan dua kali dibandingkan periode sebelumnya.
Tidak bisa dianalisis apakah telah terjadi peningkatan kejadian
diare atau kematian diare lebih dari dua kali, karena data hanya
menyebutkan Jumlah penderita yang dilaporkan sebanyak 25
orang dengan kematian 2 orang pada satu waktu yaitu rentan
tanggal 3 sampai dengan 16 maret 2009.
4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan ada kenaikan lebih
dari sama dengan dua kali
Tidak bisa dianalisis apakah ada peningkatan jumlah penderita
baru diare dalam satu bulan, karena tidak dimuatnya data
laporan kasus diare dengan rentan waktu lebih dari 1 bulan.
5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukan
kenaikan lebih dari sama dengan dua kali dibandingkan angka
rata-rataper bulan dari tahun sebelumnya
11
Tidak bisa dianalisis apakah rata-rata perbulan selama satu
tahun mengalami jumlah penderita baru diare dalam satu tahun,
karena tidak dimuatnya data laporan kasus diare dengan rentan
waktu lebih dari 1 tahun.
6. CFR suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukan
kenaikan 50% atau lebih dibanding CFR periode sebelumnya
Tidak diketahui data CFR diare pada periode sebelumnya,
diketahui dalam rentan waktu tanggal 3 sampai dengan 16 maret
2009 CFR 8%. Sehingga tidak bisa dianalisis apakah terjadi
peningkatan CFR sebesar 50 % atau tidak.
7. Proporsional rate penderita baru dari suatu periode tertentu
menunjukan kenaikan lebih dari sama dengan dua kali
dibandingkan periode yang sama dan kurun waktu/tahun
sebelumnya
Tidak diketahui jumlah penduduk diwilayah ini, sehingga tidak
bisa dihitung proposional rate kasus diare dan tidak bisa
diketahui apakah terjadi KLB dengan melihat peningkatan
proporsional rate.
8. Beberapa penyakit khusus seperti kholera, DHF/DSS perlu
diperhtikan apakah daerah itu endemis atau tidak.
Kasus diare tidak digolongkan dengan penyakit khusus pada
point ini sehingga point ini tidak digunakan dalam analisis
penetapan kasusu KLB
9. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita pada
penyakit tertentu.
Tidak di sebutkan penyakit-penyakit penyerta kasus diare
sehingga pada point ini sehingga point ini tidak digunakan
dalam analisis penetapan kasusu KLB
3.3.2 Pemastian Kasus Diare
Di Indonesia penyebab utama KLB diare adalah bakteri
golongan enterobactericeace antara lain, Vibrio cholera, shigella
12
disentriae, salmonella dan escherichia coli patogen. Masa inkubasi
Vibrio cholera selama beberapa jam hingga 5 hari setelah tertular,
pada shigella disentriae masa inkubasinya selama 2 hingga 3 hari,
pada salmonella masa inkubasinya selama 12 hingga 24 jam
sedangkan pada escherichia coli masa inkubasinya berlangsung
cukup ama yaitu 3 hingga 4 hari.
Pemastian kasus diare dilakukan oleh Tim KLB diare dinas
kesehatan Kabupaten Donggala dengan cara mengunjungi lokasi
dan melakukan investigasi di lapangan. Pihak tersebut meninjau
lokasi perumahan penderita diare dan warga di dusun Pinayu
(sampel) serta memeriksa sarana sanitasi yang ada, kunjungan
kerumah melakukan wawancara dengan keluarga penderita diare
(sampel) untuk mendapatkan gambaran penyebab penyakit dan
penularannya. Upaya lain yang dilakukan pihak oleh Tim KLB
diare dinas kesehatan kabupaten Donggala ialah mengambil sampel
air dari 2 sumur gali yang selama ini digunakan oleh warga untuk
memasak dan minum warga sekitar. Sampel air ini kemudian
dibawa ke laboratorium, parameter yang diperiksa adalah E.coli
dan coliform. Dari hasil pemeriksaan sampel ternyata ke 2 sumur
gali positif mengandung E.coli.
3.4 Deskripsi KLB
3.4.1 Deskripsi kasus diare di Desa Sibayu berdasarkan variabel
waktu
Dari hasil laporan petugas diare Puskesmas Tambu, diketahui terjadi
peningkatan kasus diare di Desa Sibayu dalam kurun waktu 2 minggu dari
tanggal 3-16 maret 2009. Didapati jumlah penderita sebanyak 25 orang
dengan kasus kematian sebanyak 2 kematian (CFR 8%).
13
3.4.2 Deskripsi kasus diare di Desa Sibayu berdasarkan variabel
tempat
Ditemukannya 2 kasus kematian akibat diare di Desa Sibayu tepatnya
adalah di Dusun Pinayu. Sewaktu masih sakit tidak sempat dibawa
kesarana kesehatan, alasan keluarga penderita karena tidak ada biaya
transportasi dan tidak mempunyai kartu Jamkesmas. Menurut keterangan
warga, petugas kesehatan dari puskesmas kinerjanya pun cukup
mengecewakan.
Di Dusun Pinayu yang terletak di tepi pantai, tidak ada sama sekali rumah
warga yang memiliki sarana Jamban Keluarga. Selama ini warga di dusun
itu buang air besar di sembarang tempat. Sarana air yang digunakan oleh
warga hanya 2 sumur gali yang selama ini digunakan oleh warga untuk
memasak dan minum. Sebagian warga diketahui mengonsumsi air yang
tidak dimasak. Dari hasil pemeriksaan sampel ternyata ke 2 sumur gali
positif mengandung E.coli. Untuk kegiatan mencuci, sebagian warga
menggunakan sungai yang airnya keruh di belakang rumah mereka.
Rumah warga juga keadaannya kumuh dan over crowded. Di antara rumah
penderita, ada yang ukurannya rumahnya hanya 3 x 5 meter dengan atap
rumbia dan dinding gabah–gabah yang dihuni sampai 8 orang.
3.4.3 Deskripsi kasus diare di Desa Sibayu berdasarkan variabel
orang
Distribusi usia penderita diare di Desa Sibayu tersebar pada seluruh
kelompok umur masyarakat baik dari usia anak-anak hingga dewasa. Hal
ini disebabkan karena kebiasaan buang air besar di sembarang tempat,
meminum air yang tidak dimasak, serta ditunjang oleh keadaan kumuh dan
padat dari hunian warga dusun.
14
3.5 Penanggulangan
3.5.1 Penanggulangan Terjadinya KLB
a. Mencegah munculnya angka kesakitan dan kematian karena
diare yang mencolok disuatu desa/kelurahan, selam 3 kali
observasi berturut-turut (harian atau mingguan).
b. Mencegah terjadinya jumlah penderita/kematian diare 2 kali
atau lebih dalam periode waktu
tertentu(harian/mingguan/bulanan) dibandingkan rata-rata
satu tahun terakhir.
c. Mencegah peningkatan CFR akhibat diare pada
desa/kelurahan dalam waktu 1 bulan dibandingkan dengan
CFR pada bulan yang lalu.
d. Mencegah Peningkatan jumlah kesakitan dan kematian
akhibat diare dalam periode waktu (mingguan, bulanan)
disuatu desa/kelurahan dibandingkan dengan periode yang
sama pada tahun yang lalu.
3.5.2 Penanggulangan Diare Berdasarkan Tingkat Dehidrasi
(WHO, 2005)
A. Tanpa Dehidrasi
Pada anak-anak yang berumur bawah dari 2 tahun
boleh diberikan larutan oralit 50-100ml/kali dan untuk usia
lebih dari 2 tahun diberikan larutan yang sama dengan dosis
100-200ml/kali diare. Bagi mengelakkan dehidrasi ibu-ibu
harus meningkatkan pemberian minuman dan makanan dari
biasa pada anak mereka. Selain itu dapat juga diberikan
zink (10-20mg/hari) sebagai makanan tambahan.
B. Dehidrasi Ringan
Pada keadaan ini diperlukan oralit secara oral
bersama larutan kristaloid Ringer Laktat ataupun Ringer
Asetat dengan formula lengkap yang mengandung glukosa
15
dan elektrolit dan diberikan sebanyak mungkin sesuai
dengan kemampuan anak serta dianjurkan ibu untuk
meneruskan pemberian ASI dan masih dapat ditangani
sendiri oleh keluarga di rumah. Berdasarkan WHO, larutan
oralit seharusnya mengandung 90mEq/L natrium, 20mEq/L
kalium klorida dan 111mEq/L glukosa.
C. Dehidrasi Sedang
Pada keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih
khusus dan pemberian oralit hendaknya dilakukan oleh
petugas di sarana kesehatan dan penderita perlu diawasi
selama 3-4 jam. Bila penderita sudah lebih baik
keadaannya, penderita dapat dibawa pulang untuk dirawat
di rumah dengan pemberian oralit. Dosis pemberian oralit
untuk umur kurang dari 1 tahun, setiap buang air besar
diberikan 50-100ml, untuk 3 jam pertama 300ml. Untuk
anak umur 1-4 tahun setiap buang air besar diberikan 100-
200ml, untuk 3 jam pertama 600ml.
D. Dehidrasi berat
Pada keadaan ini pasien akan diberikan larutan
hidrasi secara intravena (intravenous hydration) dengan
kadar 100ml/kgBB/3-6 jam. Dosis pemberian cairan untuk
umur kurang dari 1 tahun adalah 30ml/kgBB untuk 1 jam
yang pertama dan seterusnya diberikan 75ml/kgBB setiap 5
jam. Dosis pemberian cairan untuk anak 1-4 tahun adalah
30ml/kgBB untuk ½ jam yang pertama dan seterusnya
diberikan 70ml/kgBB setiap 2 ½ jam.
3.6 Rekomendasi
Dalam kejadian KLB ini perlu adanya perubahan dan juga
perbaikan baik dari segi fasilitas dan kebudayaan yang di miliki oleh
masyarakat setempat. Oleh karena itu beberapa rekomendasi yang
16
dapat di berikan kepada pemda, puskesmas dan masyarakat adalah
sebagai berikut :
a. Peningkatan Sistim Kewaspadaan Dini (SKD-KLB)
b. Peningkatan pencatatan dan pelaporan.
c. Percepatan pemberian kartu Jamkesmas kepada masyarakat.
d. Peningkatan penggunaan air sumur per keluarga untuk kebutuhan
air bersih sehari-hari.
e. Peningkatan pengetahuan warga tentang kualitas air minum.
f. Peningkatan penyuluhan terhadap bahaya diare.
g. Peningkatan penyuluhan terhadap masyarakat dengan materi PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
h. Peningkatan kualitas tatalaksana penderita diare
i. Memasyarakatkan Upaya Rehidrasi Oral (URO) sebagai cara
pengobatan diare di rumah tangga.
j. Peningkatan sarana MCK
17
BAB V
PENUTUP
4. 1 Kesimpulan
a. Di Indonesia kejadian diare masih cenderung meningkat dari
tahun 2000 hingga 2010
b. Keterbatasan akses air bersih, buruknya sanitasi merupakan
salah satu sebab berjangkitnya kasus diare
c. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering timbul
dengan case fatality rate (CFR) yang masih tinggi
4.2 Saran
a. Hendaknya pemerintah terus membangun akses air bersih bagi
masyarakat
b. Peningkatan sanitasi lingkungan oleh masyarakat dan pemerintah
c. Hendaknya surveilans KLB diare selalu melakukan pemantauan
agar bisa dilakukan kewaspadaan dini terhadap KLB
diare,sehingga KLB tidak sampai terjadi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak; FKUI. Jakarta
Anonim. 2004. Buku Pedoman Penyidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar
Biasa (Pedoman Epidemiologi Penyakit). Depkes RI, Dirjen PPM & PL.
Kandun, I Nyoman. 2000. Manual Pemberantasan Penyakit Menular James Chin,
MD. MPH editor. edisi 17
IDAI. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1. Badan Penerbit
IDAI
Satriya, 2008. Diare Pada Anak. FK-UNRI, Diponegoro, Pekanbaru: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUD Arifin Achmad.
Hari Santoso, S. M. (2005). Laporan Akhir Tim Analisis dan Evaluasi Hukum
tentang Wabah Penyakit Menular. Badan Pembinaan Hukum Nasional
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI.
19