Tugas Makalah ICU

22
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nutrisi 1. Pengertian Nutrisi Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. 2. Kebutuhan Nutrisi 2.1 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit kritis dapat menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar dari tunjangan nutrisi yaitu:

description

nutrisi

Transcript of Tugas Makalah ICU

  • 8

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Nutrisi

    1. Pengertian Nutrisi

    Nutrisi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk

    melakukan fungsinya, yaitu energi, membangun dan memelihara

    jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000).

    Menurut Rock CL (2004), nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia

    menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan

    kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal

    setiap organ baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi.

    Sedangkam menurut Supariasa (2001), nutrisi adalah suatu proses

    organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal

    melalui proses degesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,

    metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

    mempertahankan kehidupan, pertumbuhan, dan fungsi normal dari

    organ-organ, serta menghasilkan energi.

    2. Kebutuhan Nutrisi

    2.1 Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

    Tunjangan nutrisi yang tepat dan akurat pada anak sakit

    kritis dapat menurunkan angka kematian. Terdapat dua tujuan dasar

    dari tunjangan nutrisi yaitu:

  • 9

    a. mengurangi konsekuensi respon berkepanjangan terhadap jejas

    yaitu starvation dan infrastruktur.

    b. Mengatur respon inflamasi, penentuan status nutrisi pada anak

    sakit kritis hendaknya dilakukan berulang ulang untuk

    menentukan kecukupan nutrisi dan untuk menentukan

    tunjangan nutrisi selanjutnya. Pemeriksaan yang berulang-

    ulang ini penting karena 16-20% anak yang dirawat di ruang

    Intensif mengalami defisiensi makronutrien 48jam setelah

    anak dirawat. Disamping itu disfungsi/gagal organ multipel

    dapat terjadi sesudah trauma, sepsis atau gagal nafas yang

    berhubungan dengan hipermetabolisme yang berlangsung lama

    (Setiati,2000).

    2.2 Beberapa cara mengukur kebutuhan nutrisi :

    a. Metabolic Chart- Indirect Calorimetry Resting Energy

    Expenditur (REE).

    [(konsentrasi O2)(0,39) + (produksi CO2)(1,11)] x 1440.

    Rumus ini kurang akurat pada pasien-pasien dengan FiO2

    lebih dari 40%.

    b. Persamaan Harris Benedict( untuk dewasa).

    Basal Energy Expenditure (BEE):

    Laki-laki: 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) (6,76 x Umur)

    Wanita: 655,1 + (9,56 x BB) + (1,85 x TB) (4,67 xUmur)

    Rata-rata BEE adalah mendekati 25 kkal/ kgbb /hari.

  • 10

    BB=berat badan, TB=tinggi badan

    Untuk menghitung BEE harus disesuaikan dengan factor-

    faktor metabolik, seperti: demam, operasi, sepsis, luka bakar

    dan lain-lain.

    c. 25-30 kkal/kgbb ideal/hari (untuk dewasa)

    120-135 kkal/kgbb/hari (untuk premature)

    120-140 kkal/kgbb/hari (untuk infant) (Setiati, 2000)

    d. Menghitung balance nitrogen dengan menggunakan urea urine

    24 jam dan dalam hubungannya dengan urea darah dan

    Albumin. Tiap gram nitrogen yang dihasilkan menggunakan

    energy sebesar 100-150 kkal (At Tock, 2007).

    Kebutuhan energi pada pasien kritis: Rule of Thumb dalam

    menghitung kebutuhan kalori, yaitu 25-30 kkal/kgbb/hari.

    Selain itu penetapan Resting Energy Expenditure (REE)

    harus dilakukan sebelum memberikan nutrisi. REE adalah

    pengukuran jumlah energy yang dikeluarkan untuk

    mempertahankan kehidupan pada kondisi istirahat dan 12-

    18 jam setelah makan. REE sering juga disebut Basal

    Metabolic Rate (BMR), Basal Energy Requirement

    (BER), atau Basal Energy Expenditure (BEE). Perkiraan

    REE yang akurat dapat membantu mengurangi komplikasi

    akibat kelebihan pemberian nutrisi (overviding) seperti

  • 11

    infiltrasi lemak ke hati dan pulmonary compromise

    (Wiryana, 2007).

    2.3 Bentuk pemberian kalori yaitu :

    a. Karbohidrat: karbohidrat merupakan sumber energy yang

    penting. Setiap gram karbohidrat menghasilkan kurang lebih 4

    kalori. Asupan karbohidrat di dalam diit sebaiknya berkisar

    50%-60% dari kebutuhan kalori (Setiati, 2000)

    b. Lemak: komponen lemak dapat diberikan dalam bentuk nutrisi

    enteral maupun parenteral sebagai emulsi lemak. Pemberian

    lemak dapat mencapai 20% -40% dari total kebutuhan. Satu

    gram lemak menghasilkan 9 kalori. Lemak memiliki fungsi

    antara lain sebagai sumber energi, membantu absorbsi vitamin

    yang larut dalam lemak, menyediakan asam lemak esensial,

    membantu dan melindungi organ-organ internal, membantu

    regulasi suhu tubuh dan melumasi jaringan-jaringan tubuh

    (Setiati, 2000).

    c. Protein (Asam Amino): kebutuhan protein adalah

    0,8gr/kgbb/hari atau kurang lebih 10% dari total kebutuhan

    kalori. Namun selama sakit kritis kebutuhan protein meningkat

    menjadi 1,2-1,5 gr/kgbb/hari. Pada beberapa penyakit tertentu,

    asupan protein harus dikontrol, misalnya kegagalan hati akut

    dan pasien uremia, asupan protein dibatasi sebesar 0,5

    gr/kgbb/hari(Wiryana,2007). Setiati, 2000 juga berpendapat,

  • 12

    kebutuhan protein untuk BBLR 2,0-2,5g/kgbb/hari, bayi 2,5-

    3,0g/kgbb/hari, anak 1,5-2,5g/kgbb/hari.

    Kebutuhan micro nutrient juga harus dipertimbangkan, biasanya

    diberikan natrium, kalium 1 mmol/kgbb, dapat ditingkatkan jika

    terdapat kehilangan yang berlebihan. Elektrolit lain seperti

    magnesium, besi, tembaga, seng dan selenium, juga dibutuhkan dalam

    jumlah yang lebih sedikit. Pasien dengan suplementasi nutrisi yang

    lama membutuhkan pengecekan kadar elektrolit-elektrolit ini secara

    periodik. Elektrolit yang sering terlupakan adalah fosfat, kelemahan

    otot yang berhubungan dengan penggunaan ventilator yang lama dan

    kegagalan lepas dari ventilator, dapat disebabkan oleh hipofosfatemia

    (Wiryana,2007).

    Pasien kritis membutuhkan vitamin-vitamin A, E, K, B1 (tiamin), B3

    (niasin), B6 (piridoksin), vitamin C, asam pantotenat dan asam folat

    yang lebih banyak dibandingkan kebutuhan normal sehari-harinya

    (Wiryana,2007).

    3. Nutrisi Enteral

    Nutrisi enteral adalah nutrisi yang diberikan pada pasien yang tidak

    dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral, formula

    nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube),

    nasogastrik tube (NGT), atau jejunum dapat secara manual maupun

    dengan bantuan pompa mesin (At Tock, 2007). Menurut Wiryana

    (2007), Nutrisi enteral adalah faktor resiko independent pnemoni

  • 13

    nosokomial yang berhubungan dengan ventilasi mekanik. Cara

    pemberian sedini mungkin dan benar nutrisi enteral akan menurunkan

    kejadian pneumonia, sebab bila nutrisi enteral yang diberikan secara

    dini akan membantu memelihara epitel pencernaan, mencegah

    translokasi kuman, mencegah peningkatan distensi gaster, kolonisasi

    kuman, dan regurgitasi. Posisi pasien setengah duduk dapat

    mengurangi resiko regurgitasi aspirasi. Diare sering terjadi pada pasien

    di Intensif Care Unit yang mendapat nutrisi enteral, penyebabnya

    multifaktorial, termasuk therapy antibiotic, infeksi clostridium

    difficile, impaksi feses, dan efek tidak spesifik akibat penyakit kritis.

    Komplikasi metabolik yang paling sering berupa abnormalitas

    elektrolit dan hiperglikemi (Wiryana, 2007).

    4. Nutrisi Prenteral

    Nutrisi parenteral adalah suatu bentuk pemberian nutrisi yang

    diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran

    pencernakan (Wiryana, 2007). Nutrisi parenteral diberikan apabila

    usus tidak dipakai karena suatu hal misalnya: malformasi kongenital

    intestinal, enterokolitis nekrotikans, dan distress respirasi berat.

    Nutrisi parsial parenteral diberikan apabila usus dapat dipakai, tetapi

    tidak dapat mencukupi kebutuhan nutrisi untuk pemeliharaan dan

    pertumbuhan ( Setiati, 2000).

    Tunjangan nutrisi parenteral diindikasikan bila asupan enteral tidak

    dapat dipenuhi dengan baik. Terdapat kecenderungan untuk

  • 14

    memberikan nutrisi enteral walaupun parsial dan tidak adekuat dengan

    suplemen nutrisi parenteral. Pemberian nutrisi parenteral pada setiap

    pasien dilakukan dengan tujuan untuk dapat beralih ke nutrisi enteral

    secepat mungkin. Pada pasien IRIN, kebutuhan dalam sehari diberikan

    lewat infuse secara kontinyu dalam 24 jam. Monitoring terhadap faktor

    biokimia dan klinis harus dilakukan secara ketat. Hal yang paling

    ditakutkan pada pemberian nutrisi parenteral total (TPN) melalui vena

    sentral adalah infeksi (Ery Leksana, 2000)

    Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas: nutrisi

    parenteral sentral dan nutrisi parenteral perifer (Wiryana, 2007)

    Indikasi Nutrisi Parenteral :

    a. Gangguan absorbs makanan seperti pada fistula enterokunateus,

    atresia intestinal, colitis infeksiosa, obstruksi usus halus.

    b. Kondisi dimana usus harus diistirahatkan seperti pada pancreatitis

    berat, status pre operatif dengan malnutrisi berat, angina intestinal,

    diare berulang.

    c. Gangguan motilitas usus seperti pada ileus yang berkepanjangan

    d. Makan, muntah terus menerus, gangguan hemodinamik,

    hiperemisis gravidarum (Wiryana, 2007).

  • 15

    5. Status Nutrisi Pasien

    Status nutrisi adalah fenomena multidimensional yang

    memerlukan beberapa metode dalam penilaian, termasuk indikator-

    indikator yang berhubungan dengan nutrisi, asupan nutrisi dan

    pemakaian energy, seperti Body Mass Index (BMI), serum albumin,

    prealbumin, hemoglobin, magnesium dan fosfor (Wiryana, 2007).

    5.1 Penilaian status nutrisi

    a. Klinis: Metode yang sangat penting untuk menilai status gizi

    masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan

    yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

    gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti: kulit,

    rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat

    dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

    b. Biofisik: Penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

    fungsi dan melihat perubahan struktur dari jaringan.Cara yang

    digunakan adalah tes adaptasi gelap.

    c. Biokimiawi: Pemeriksaan specimen yang diuji secara

    laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

    tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine,

    tinja dll.

    d. Antropometri:

    Pengertian Antropometri: berasal dari kata anthropos dan

    metros. Anthropos artinya tubuh dan methros artinya ukuran.

  • 16

    Dari definisi di atas dapat ditarik pengertian bahwa

    anthropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai

    macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

    berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran

    tubuh antara lain: berat badan tinggi badan, lingkar lengan atas

    dan tebal lemak dibawah kulit.

    5.2 Antropometri

    Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

    mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal

    dari tubuh manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan,

    lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul,

    dan tebal lemak dibawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan

    parameter sebagai berikut:

    a. Umur

    Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.

    Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status

    gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat

    badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan

    penentuan umur yang tepat.

    Menurut Puslitbang gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan

    adalah tahun umur penuh (Completed Year) dan anak umur 0-2

    tahun digunakan bulan usia penuh (Completed Mounth)

  • 17

    Contoh: Tahun usia penuh (Completed Year)

    Umur : 7 tahun 2 bulan, dihitung 7 tahun

    6 tahun 11 bulan, dihitung 6 bulan

    Contoh: Bulan usia penuh (Completed Mounth)

    Umur : 4 bulan 5 hari, dihitung 4 bulan

    3bulan 27 hari, dihitung 3 bulan

    b. Berat badan

    Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan

    paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat

    badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.

    Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau

    dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat

    dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status

    gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites,

    edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat

    digunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

    Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan

    mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung

    meningkat dan protein otot menurun. Pada orang edema dan

    asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor

    dapar menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi

    pada orang kekurangan gizi.

  • 18

    Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai

    pertimbangan, antara lain :

    1) Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam

    waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan

    dan kesehatan.

    2) Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau

    dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik

    tentang pertumbuhan.

    3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara

    umum dan luas di Indonesia sehingga sehingga tidak

    merupakan hal baru yang memerlukan penjelasan secara

    meluas.

    4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi ketrampilan

    pengukur.

    5) Kartu Menuju Sehat (KMS) yang digunakan sebagai alat yang

    baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak

    menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.

    c. Tinggi Badan

    Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan

    yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui

    dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran

    kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan

    terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.

  • 19

    Pengukuran tinggi badan untuk bayi dan anak yang belum bisa

    berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi.

    Cara mengukur:

    1) Alat pengukur diletakkan di atas meja atau tempat yang datar

    2) Bayi ditidurkan lurus didalam alat pengukur, kepala

    diletakkan hati-hati sampai menyinggung bagian atas alat

    pengukur

    3) Bagian alat pengukur sebelah bawah kaki digeser sehingga

    tepat menyinggung telapak kaki bayi, dan skala pada sisi alat

    pengukur dapat dibaca.

    d. Lingkar Lengan Atas

    Lingkar lengan atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah

    satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah dilakukan

    dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga

    yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu

    mendapat perhatian, terutama jika digunakan sebagai pilihan

    tunggal untuk indeks status gizi.

    1. Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum

    mendapat pengujian yang memadahi untuk digunakan di

    Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang

    umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi KEP

    yang cukup berarti antar penggunaan LLA disatu pihak dengan

    berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi

  • 20

    badan maupun indeks-indeks lain dipihak lain, sekalipun

    terdapat korelasi statistik yang berarti antara indeks-indeks

    tersebut dengan LLA

    2. Kesalahan pengukuran pada LLA (pada berbagai tingkat

    ketrampilan pengukur) relative lebih besa dibandingkan

    dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi

    kurang, lebih sempit pada LLAdari pada tinggi badan. Ini

    berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LLA

    dibandingkan dengan tinggi badan.

    3. Lingkar lengan atas sensitive untuk suatu golongan tertentu

    (prasekolah), tetapi kurang sensitive pada golongan lain

    terutamaorang dewasa.

    Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengukur yang

    terbuat dari fiberglass atau jenis kertas tertentu berlapis plastik.

    Cara mengukur:

    a) Yang diukur ialah pertengahan lengan atas sebelah kiri.

    Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan

    dan kemudian dibagi dua.

    b) Lengan dalam keadaan bergantung bebas tidak tertutup

    kain/pakaian

    c) Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai

    cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan

    terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.

  • 21

    e. Lingkar Kepala

    Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran

    anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan

    pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.

    Contoh yang sering digunakan adalah kepala besar (Hidrosefalus)

    dan kepala kecil (Mikrosepalus).

    Lingkar kepala terutama dihubungkan dengan ukuran otak dan

    tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama

    tahun pertama, akan tetapi besar lingkar kepala tidak

    menggambarkan keadaan kesehatan dan gizi. Bagaimanapun juga

    ukuran otak dan lapisan tulang kepala dan tengkorak dapat

    bervariasi sesuai dengan keadaan gizi.

    Dalam antropometri gizi, rasio lingkar kepala dan lingkar dada

    cukup berarti dan menentukan KEP pada anak. Lingkar kepala

    dapat juga digunakan sebagai informasi tambahan dalam

    pengukuran umur.

    Alat dan tehnik pengukuran:

    Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiberglass)

    dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah.

    Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal. Caranya

    dengan melingkarkan pita pada kepala.

    Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai Standard of

    Reference. Tulang tengkorak atau lingkar kepala sedikit banyak

  • 22

    dipengaruhi oleh suku bangsa dan genetic. Juga dipengaruhi oleh

    kebudayaan seperti orang Amerika Utara, dimana kepala anak agak

    besar karena menderita penyakit tulang.

    f. Lingkar Dada

    Bisanya dilakukan pada anak berumur 2 sampai 3 tahun, karena

    rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.

    Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan

    pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun,

    rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini

    dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan,

    atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat

    digunakan sebagai indicator dalam menentukan KEP pada anak

    balita.

    Alat dan tehnik pengukuran

    Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah biasanya

    terbuat dari serat kaca (fiberglass). Pengukuran dilakukan pada

    garis putting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai

    akurasi pengukuran (pembacaan), karena pernapasan anak yang

    tidak teratur. Pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal.

  • 23

    5.3 Indeks Antropometri

    Penggolongan Keadaan Gizi Menurut Indeks Antropometri

    (Sumber Puslitbang Gizi, 1980. Pedoman Ringkas Cara

    Pengukuran Antropometri dan Penentuan Gizi, Bogor)

    Tabel 2.1. Ambang batas baku untuk keadaan gizi berdasarkan

    indeks

    Status Gizi BB/ U TB/ U BB/ TB LLA/ U LLA/ TB

    Gizi Baik >80% >85% >90% >85% >85%

    Gizi Kurang 61-80% 71-85% 81-90% 71-85% 76-85%

    Gizi Buruk 60% 70% 80% 70% 75%

    Tabel 2.2. Klasifikasi KEP: Antropometri

    BB/ U BB/ TB

    Ringan 70-80% 80-90%

    Sedang 60-70% 70-80%

    Berat

  • 24

    Selama ini disebut GIZI BAIK

    >2,0SD Berat Badan Lebih (BBL= overweigh)

    Selama ini disebut GIZI LEBIH

    TB/U

  • 25

    B. Pengetahuan Perawat

    1. Pengertian Pengetahuan

    Secara konseptual pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini

    terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek

    tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia terutama

    indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa-raba. Sebagian

    besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

    (Notoatmodjo, S. 1997).

    2. Tingkat Pengetahuan

    Tingkat pengetahuan seseorang banyak dipengaruhi oleh beberapa hal

    misalnya usia, pendidikan yang diperolehnya dan pengalaman dari

    seseorang. Seseorang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan

    lebih mudah dalam mengetahui, mengerti dan memahami.

    Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

    terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan yang cukup dalam

    domain kognitif pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku

    kesehatan mempunyai 6 tingkatan yaitu :

    a. Tahu (Know)

    Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

    sebelumnya. Termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah

    mengingat kembali (reccal) terhadap suatu obyek yang spesifik

    dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

  • 26

    diterima. Oleh sebab itu tahu adalah tingkatan pengetahuan

    paling rendah.

    Contoh: Perawat dikatakan tahu tentang tindakan pemberian nutrisi

    enteral bila mampu menyebutkan, mengestimasi, memberikan

    nutrisi sesuai dengan prosedur yang benar

    b. Memahami (Comprehension)

    Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

    benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

    materi tersebut secara benar.Seseorang dikatakan telah paham

    terhadap obyek atau materi apabila dapat menjelaskan,

    menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya

    c. Aplikasi (Application)

    Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

    yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil. Apabila disini

    dapat diartikan penggunaan hokum, rumus, metode prinsip dan

    sebagainya dalam kontek atau situasi lain. Misalnya: perawat

    mampu melakukan prinsip tindakan pemberian nutrisi enteral .

    d. Analisis (Analysis)

    Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

    obyek dalam komponen-komponen, tetapi masalah di dalam suatu

    struktur organisasi masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

  • 27

    e. Sintesis (Synthesis)

    Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

    atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk

    keseluruhan yang baru atau menyusun formulasi-formulasi yang

    ada.

    f. Evaluasi (Evaluation)

    Evaluasi dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

    atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu

    berdasarkan criteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

    kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, S. 1997).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah

    sebagai berikut: pendidikan, meskipun tidak mutlak namun semakin tinggi

    pendidikan seseorang makin tinggi pula tingkat pengetahuannya; sosial

    ekonomi, seseorang yang mempunyai tingkat social ekonomi baik,

    kemungkinan mempunyai tingkat pendidikan yang baik pula. Lingkungan,

    merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan;

    budaya, berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

    (Notoatmodjo, 1997).

  • 28

    C. Kerangka Teori

    Nutrisi

    1. Cara mengukur/menghitung

    kebutuhan nutrisi

    2. Nutrisi enteral dan parenteral

    3. Kebutuhan nutrisi pasien kritis

    Karbohidrat, protein, lemak,

    vitamin, mineral dan trase

    elemen

    Pengetahuan perawat

    1. pendidikan

    2. sosial ekonomi

    3. lingkungan

    4. budaya

    (Notoatmojo, 2002)

    Penilaian status nutrisi:

    1. Antropometri

    berat badan, panjang

    badan, ditentukan berat

    badan menurut umur,

    panjang badan menurut

    umur, dan berat badan

    menurut panjang badan.

    2. Klinis: kulit, rambut,

    mukosa mulut

    3. Biofisik: tes adaptasi

    gelap

    4. Biokimia

    a. Zat besi

    b. Serum protein

    c. Mineral

    (Supariasa, 2001)

  • 29

    D. Kerangka Konsep

    Independen Dependen

    Variabel Perancu

    E. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian dalam proposal penelitian ini adalah ada hubungan

    antara pengetahuan perawat dengan status nutrisi yang dinilai secara

    antropometri pada bayi yang dirawat di NICU dan BBRT Rumah Sakit Dr

    Kariadi Semarang.

    Perawat: 1. umur 2. tingkat

    pendidikan 3. masa kerja 4. tingkat

    pengetahuan Pasien : 1. usia 2. nutrisi enteral

    dan parenteral

    Antropometri :

    1. Berat badan menurut umur

    2. Panjang badan menurut umur

    3. Berat badan menurut panjang

    badan

    1. Pasian dengan gangguan nutrisi sebelumnya

    2. Pasien dengan komplikasai berat (Sepsis)

    3. Penyakit lain yang menyertai