Tugas Kks Gigi Dan Mulut Marini
-
Upload
okta-kurniawan-saputra -
Category
Documents
-
view
84 -
download
0
Transcript of Tugas Kks Gigi Dan Mulut Marini
TUGAS KKS GIGI DAN MULUT
Pembimbing:
Drg. Billy Sujatmiko
Oleh:
Marini
04114708017
Periode: 2 Desember 2013-19 Desember 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2013
1
1. WHITE SPOT LESSION
White spot atau lesi putih adalah proses awal terjadinya karies namun pada fase
ini permukaan gigi masih utuh. Lesi email awal dikenal pula dengan “white spot
lesion” karena secara klinis lesi ini terlihat sebagai bercak yang berwarna putih
pada gigi. Daerah white spot ini akan terlihat jelas pada gigi karena gigi yang asli
berwarna putih transparan dan mengkilat serta dilapisi pelikel (lapisan tipis bening
dan tipis pada gigi). Jika pelikel ditumbuhi oleh kuman maka terbentuklah plak
dan hal ini jika dibiarkan, lama kelamaan akan terkalsifikasi (bercampur dengan
kalsium), mengeras dan membentuk karang gigi. Karang gigi inilah yang
mengganggu keseimbangan proses demineralisasi – remineralisasi tadi. White
spot ini ditemukan pada area yang mudah tertimbun plak seperti permukaan gigi
incisivus maksila, area pit dan fissur serta dibawah kontak pointdiantara gigi
geligi.
Lesi ini terjadi akibat level pH pada permukaan gigi lebih menurun dan tidak
dapat diimbangi dengan proses remineralisasi. Ion-ion asam dapat berpenetrasi ke
dalam lapisan prisma yang porus sehingga menyebabkan demineralisasi dibawah
permukaan gigi. Sedangkan permukaan gigi diatasnya tetap utuh karena adanya
peningkatan level ion Ca2+, HPO42-, fluoride, dan kapasitas dapar oleh saliva.
2. KARIES
Definisi
Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam
yang ada dalam karbohidrat melalui perantaraan mikroorganisme yang terdapat
2
dalam saliva. Karies ini juga merupakan proses kronis regresif yang dimulai
dengan larutnya mineral email akibat terganggunya keseimbangan email dan
sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat
sehingga timbul destruksi komponen organic dan terjadi kavitas.
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi
hingga menjalar ke dentin. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi
pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Proses ini
ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak
putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila
tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga
sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga
menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.
Klasifikasi
Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya
dikelompokan menjadi:
a. Karies pada email
Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu.
b. Karies pada dentin
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang.
c. Karies pada ke pulpa
Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang
rasa sakit.
3
Berdasarkan kedalamannya karies gigi dibagi atas:
a. Karies superfisialis yaitu karies yang hanya mengenai email
b. Karies media yaitu karies yang mengenai email dan telah mencapai dentin
c. Karies profunda yaitu karies yang telah mendekati atau telah mencapai
pulpa.
Menurut ICDAS, karies diklasifikasikan :
1. D1, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering
2. D2, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah
3. D3, karies mencapai email
4. D4, karies hampir menyerang dentin (mencapai DEJ)
5. D5, karies menyerang dentin
6. D6, karies menyerang pulpa
3. IRITASI PULPA, HYPEREMI PULPA, DAN PULPITIS
a. Iritasi pulpa
Iritasi pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan enamel gigi
mengalami kerusakan sampai batas dentino enamel junction
Gejala-gejala :
a. Kadang-kadang ngilu bila makan/ minum dingin, manis, asam dan
bila sikat gigi
b. Rasa ngilu akan hilang bila rangsangan dihilangkan
Pemeriksaan objektif :
4
a. Terlihat karies yang kecil
b. Dengan sonde : tidak memberi reaksi, tetapi kadang-kadang terasa
sedikit
c. Tes thermis : dengan chlor etil terasa ngilu, bila rangsang
dihilangkan biasanya rasa ngilu juga hilang
Therapi :diberi tumpatan sesuai indikasinya
b. Hyperemi pulpa
Hyperemi pulpa merupakan lanjutan dari iritasi pulpa. Hyperemi
pulpa adalah suatu keadaan dimana lapisan dentin mengalami kerusakan,
terjadi sirkulasi darah bertambah karena terjadi pelebaran pembuluh darah
halus di dalam pulpa.Pulpa terdiri dari saluran pembuluh darah halus,
serabut saraf,dan saluran lympe
Gejala-gejala :
a. Terasa lain jika terkena makanan/ minuman manis,asam panas dan
dingin.
b. Makanan/minuman dingin lebih ngilu daripada makanan/minuman
panas.
c. Kadang-kadang sakit kalau kemasukan makanan
Pemeriksaan objektif :
a. Terlihat karies media atau propunda
b. Bila di tes dengan chlor etil terasa ngilu
c. Di test dengan sonde kadang terasa ngilu,kadang tidak
d. Perkusi tidak apa-apa
Terapi :
a. Bila ada karies media ditambal sesuai indikasinya,bila mahkota
cukup baik.
b. Bila karies propunda dilakukan pulpa capping , bila mahkotanya
baik
5
c. Pulpitis
Pulpitis merupakan peradangan pulpa, kelanjutan dari hiperemi pulpa,
yaitu bakteri yang telah menggerogoti jaringan pulpa. Menurut Ingle, atap
pulpa mempunyai persyarafan terbanyak dibanding bagian lain pada
pulpa. Jadi saat melewati pembuluh saraf yang terbanyak ini, bakteri akan
menimbulkan peradangan awal dari pulpitis akut.
Reaksi pulpa sebagian disebabkan oleh lama dan intensitas
rangsangnya. Rangsang yang ringan dan lama bisa menyebabkan
peradangan kronik, sedangkan rangsang yang berat dan tiba-tiba besar
kemungkinan mengakibatkan pulpitis akut (Walton dan Torabinejad,
2003).
Berdasarkan gambaran histopatologi dan diagnosis klinis, pulpitis
terbagi atas:
1. Pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel merupakan inflamasi pulpa yang tidak parah. Jika
penyebabnya dihilangkan, inflamasi akan menghilang dan pulpa akan kembali
normal. Stimulus ringan seperti karies insipien, erosi servikal, atau atrisi
oklusal, sebagian besar prosedur operatif, kuretase periodontal yang dalam,
dan fraktur email yang menyebabkan tubulus dentin terbuka adalah faktor
yang dapat mengakibatkan pulpitis reversibel.
Pulpitis reversibel yaitu vitalitas jaringan pulpa masih dapat dipertahankan
setelah perawatan ortodonsi. Yang termasuk pulpitis reversibel adalah:
a) Peradangan pulpa stadium transisi
b) Atrofi pulpa
c) Pulpitis akut
Pulpitis reversibel biasanya asimtomatik. Aplikasi cairan dingin dan panas,
dapat menyebabkan nyeri sementara yang tajam. Jika stimulus ini dihilangkan,
nyeri akan segera hilang. Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa
sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan
minuman dingin dari pada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul spontan
dan tidak berlanjut bila penyebabnya ditiadakan. Perbedaan klinis antara
6
pulpitis reversibel dan ireversibel adalah kuantitatif; rasa sakit pulpitis
ireversibel adalah lebih parah dan berlangsung lebih lama. Pada pulpitis
reversibel, penyebab sakit umumnya peka terhadap stimulus, seperti air dingin
atau aliran udara, sedangkan pada pulpitis ireversibel rasa sakit datang tanpa
stimulus yang nyata. Pulpitis reversibel asimtomatik dapat disebabkan karena
karies yang baru mulai dan menjadi normal kembali setelah karies dihilangkan
dan gigi direstorasi dengan baik
2. Pulpitis irreversibel.
Pulpitis irreversibel merupakan perkembangan dari pulpitis reversibel.
Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang luas selama
prosedur operatif, terganggunya aliran darah pada pulpa akibat trauma, dan
pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat menyebabkan pulpitis
irreversibel. Pulpitis irreversibel merupakan inflamasi parah yang tidak akan
dapat pulih walaupun penyebabnya dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversibel
dapat berupa nyeri tajam, tumpul, lokal, atau difus dan berlangsung hanya
beberapa menit atau berjam-jam. Aplikasi stimulus eksternal seperti termal
dapat mengakibatkan nyeri berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas
pada jaringan pulpa dan tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes
palpasi dan perkusi berada dalam batas normal.
Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan
asimtomatik. Pulpitis irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis
pulpitis irreversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti
bahwa stimulus tidakj elas. Nyeri spontan terus menerus dapat dipengaruhi
dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak
diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat
inflamasi. Sedangkan pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain
dari pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat
dihilangkan. Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya
disebabkan oleh paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang
mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang lama.
7
3. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis
irreversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu
suplai darah ke pulpa.
Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak
memiliki sirkulasi darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam
ruang pulpa menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga akhirnya
terjadi nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis
irreversibel didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang terbuka,
proses nekrosis akan tertunda dan jaringan pulpa di daerah akar tetap vital
dalam jangka waktu yang lama. Jika terjadi hal sebaliknya, mengakibatkan
proses nekrosis pulpa yang cepat dan total.
Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial) dan
nekrosis total. Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti pulpitis
irreversibel dengan nyeri spontan sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan
gejala dan tidak ada respon terhadap tes termal dan tes listrik.
Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi (pengentalan dan
pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap
atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan adalah suatu bentuk nekrosis
koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti keju, yang terdiri
atas protein yang mengental, lemak dan air.
Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan
menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus. Pulpa
terkurung oleh dinding yang kaku, tidak mempunyai sirkulasi daerah
kolateral, dan venul serta limfatiknya kolaps akibat meningkatnya tekanan
jaringan sehingga pulpitis irreversible akan menjadi nekrosis likuifaksi. Jika
eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversible diserap atau didrainase
melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang tebuka ke dalam rongga mulut,
proses nekrosis akan tertunda; pulpa di daerah akar akan tetap vital dalam
jangka waktu yang cukup lama.
8
Gejala –gejala :
a. Tidak ada keluhan sakit
b. Warna gigi berubah
Pemeriksaan objektif :
a. Gigi berubah warna
b. Gigi dengan tumpatan silikat
c. Dengan test termis tidak menimbulkan reaksi apa-apa
d. Test vitalitas tidak mempunyai reaksi
Terapi :
Untuk gigi yang mempunyai akar satu diadakan perawatan urat
syaraf. Untuk gigi yang mempunyai akar lebih dari satu diadakan
pencabutan bila ada keluhan.
4. PERIODONTITIS
Periodontitis adalah seperangkat peradangan penyakit yang mempengaruhi
periodontium yaitu jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi. Periodontitis
melibatkan hilangnya progresif dari tulang alveolar di sekitar gigi dan jika tidak
diobati dapat menyebabkan melonggarnya jaringan periodontium serta
kehilangan gigi. Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang
melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena
suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak
dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya
sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan
9
merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan
akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya
inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal
dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.
Periodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis
biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini
melekat pada permukaan gigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak
yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di
atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga
terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis. Keadaan gigi yang tidak
beraturan, ujung tambahan yang kasar dan alat-alat yang kotor berada dimulut
(alat ortodontik, gigi tiruan) dapat mengiritasi gusi dan meningkatkan faktor
resiko. Serta kesalahan cara menyikat gigi juga yang dapat mempengaruhinya
10
Adapun etiologi dari periodontitis kronis, yaitu :
Akumulasi plak dan kalsifikasi kalkulus (tartar) diatas (supra) dan/atau
dibawah (subgingiva) pada batas gingiva.
Organisme penyebab periodontitis kronis, antara lain :
a. Porphiromonas gingivais (P.gingivais)
b. Prevotella intermedia (P.intermedia)
c. Capnocytophaga
d. A.actinomycetem comitans (A.a)
e. Eikenella corrodens
f. Campylobacter rectus(C.rectus)
Reaksi inflamasi yang diawali dengan adanya plak yang berhubungan
dengan kehilangan yang progressif dari ligament periodontal dan tulang
alveolar, dan pada akhirnya akan terjadi mobilitas dan tanggalnya gigi :
a. Perlekatan gingiva dari gigi
b. Membrane periodontal dan tulang alveolar mengalami kerusakan.
c. Celah yang abnormal (poket) yang berkembang antara gigi dan
gingiva.
d. Debris dan poket yang dihasilkan oleh poet (pyorrhea)
Gambaran klinis
Periodontitis kronis bisa terdiagnosis secara klinis dengan mendeteksi
perubahan inflamasi kronis pada marginal gingival, kemunculan poket periodontal
dan kehilangan perlekatan secara klinis. Penyebab periodontal ini besifat kronis,
kumulatif, progresif dan bila telah mengenai jaringan yang lebih dalam akan
11
menjadi irreversible. Secara klinis pada mulanya terlihat peradangan jaringan
gingiva disekitar leher gigi dan warnanya lebih merah daripada jaringan gingiva
sehat. Pada keadaan ini sudah terdapat keluhan pada gusi berupa perdarahan
spontan atau perdarahan yang sering terjadi pada waktu menyikat gigi.
Bila gingivitis ini dibiarkan melanjut tanpa perawatan, keadaan ini akan
merusak jaringan periodonsium yang lebih dalam, sehingga cement enamel
junction menjadi rusak, jaringan gingiva lepas dan terbentuk periodontal poket.
Pada beberapa keadaan sudah terlihat ada peradangan dan pembengkakan dengan
keluhan sakit bila tersentuh.
Bila keparahan telah mengenai tulang rahang, maka gigi akan menjadi
goyang dan mudah lepas dari soketnya.
5. PERSARAFAN GIGI DAN MULUT
Nervus sensori pada rahang dan gigi berasal dari cabang nervus cranial ke-V
atau nervus trigeminal pada maksila dan mandibula. Persarafan pada daerah
orofacial, selain saraf trigeminal meliputi saraf cranial lainnya, seperti saraf
cranial ke-VII, ke-XI, ke-XII.
Nervus Trigeminus ( N. V ) : 1. N. Opthalmicus
2. N. Maxillaris
3. N. Mandibularis
a. N. Opthalmicus
Cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura
orbitalis superior.Inervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus
frontalis, palpebra superior.
b. N. Maksila
N. Maxillaris keluar dari cranium melalui foramen rotundum fossa
pterygopalatina terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior
canalis infra orbitalis.
Cabang maksila nervus trigeminus mempersarafi gigi-gigi pada maksila,
palatum, dan gingiva di maksila. Selanjutnya cabang maksila nervus
12
trigeminus ini akan bercabang lagi menjadi nervus alveolaris superior. Nervus
alveolaris superior ini kemudian akan bercabang lagi menjadi tiga, yaitu
nervus alveolaris superior anterior, nervus alveolaris superior medii, dan
nervus alveolaris superior posterior. Nervus alveolaris superior anterior
mempersarafi gingiva dan gigi anterior, nervus alveolaris superior medii
mempersarafi gingiva dan gigi premolar serta gigi molar I bagian mesial,
nervus alveolaris superior posterior mempersarafi gingiva dan gigi molar I
bagian distal serta molar II dan molar III.
Cabang N. Maxillaris
Saraf Lokasi Inervasi
1. 1. n. pharyngeus
2. n. palatinus mayus
3. n. palatinus minor
4. n. nasopalatinus
5. n. nasalis superior
n. palatinus mayus
keluar mell foramen
palatinus mayor
mucoperiosteum palatal molar & premolar RA
& beranastomosis dg n. nasopalatinal
n. nasopalatinus
keluar dari kanalis
nasopalatinus
mucoperiosteum palatal regio gigi anterior RA
(caninus ka-ki)
2. N. Alveolaris
Superior Posterior
semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi
molar 1 kec. Akar mesiobukal
3. N. Alveolaris
Superior Medius
gigi premolar 1 & 2 & akar mesiobukal gigi
molar 1 RA
13
4. N. Alveolaris
Superior Anterior
gigi insisivus sentral & lateral, caninus,
membran mukosa labial, periosteum, alveolus
semua pada satu sisi RA
V. N. Infra orbitalisKeluar melalui
foramen infra orbitalis.
palpebra inferior, sisi lateral hidung & labium
oris superior
c. N. Mandibula
Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri. Dari cranium keluar melalui
foramen ovale membentuk 3 cabang; n. buccalis longus, n. Lingualis, n.
alveolaris inferior
Cabang awal yang menuju ke mandibula adalah nervus alveolar inferior.
Nervus alveolaris inferior terus berjalan melalui rongga pada mandibula di
bawah akar gigi molar sampai ke tingkat foramen mental. Cabang pada gigi
ini tidaklah merupakan sebuah cabang besar, tapi merupakan dua atau tiga
cabang yang lebih besar yang membentuk plexus dimana cabang pada inferior
ini memasuki tiap akar gigi.
Selain cabang tersebut, ada juga cabang lain yang berkonstribusi pada
persarafan mandibula. Nervus buccal, meskipun distribusi utamanya pada
mukosa pipi, saraf ini juga memiliki cabang yang biasanya di distribusikan ke
area kecil pada gingiva buccal di area molar pertama. Namun, dalam beberapa
kasus, distribusi ini memanjang dari caninus sampai ke molar ketiga. Nervus
lingualis, karena terletak di dasar mulut, dan memiliki cabang mukosa pada
beberapa area mukosa lidah dan gingiva. Nervus mylohyoid, terkadang dapat
melanjutkan perjalanannya pada permukaan bawah otot mylohyoid dan
memasuki mandibula melalui foramen kecila pada kedua sisi midline. Pada
beberapa individu, nervus ini berkontribusi pada persarafan dari insisivus
sentral dan ligament periodontal.
14
Cabang N. Mandibularis
Saraf Lokasi Inervasi
I. N. Buccalis
longus
Berjalan diantara kedua caput m.
pterygoideus externus menyilang
ramus dan masuk ke pipi melalui
m. buccinators
membran mukosa bukal,
mucoperiosteum lateral gigi molar atas
dan bawah
II. N. Lingualis
Berjalan ke bawah superfisial
dari m. pterygoideus internus
berlanjut kelingual apeks gigi
molar ke-3 RB. Masuk ke basis
lidah melalui dasar mulut
2/3 anterior lidah, mucoperiosteum &
membran mukosa lingual
III. N. Alveolaris
Inferior
Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m. pterygoideus externus
disebelah posterior-lateral n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula &
ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula.
Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam canalis mandibula &
mengeluarkan percabangan untuk inervasi geligi RB dan keluar melalui
foramen mentale
Cabang N. Alveolaris
Inferior
1. n. Mylohyoideusm. Mylohyoideus, venter anterior m.
digastrici di dasar mulut.
2. r. Dentalis brevismolar, premolar, proc. Alveolaris &
periosteum, membran mukosa bukal
3. r. Mentaliskulit dagu, membran mukosa labium oris
inferior
4. r. Incisivus gigi incisivus sentral-lateral, caninus
ANTIBIOTIK
Pemilihan antibiotik harus dilakukan dengan hati-hati. Sering terjadi salah
pemahaman bahwa semua infeksi harus diberikan antibiotik, padahal tidak semua
infeksi perlu diberikan antibiotik. Pada beberapa situasi, antibiotik mungkin tidak
banyak berguna dan justru bisa menimbulkan kontraindikasi. Untuk
menentukannya, ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan. Yang pertama adalah
keseriusan infeksi ketika pasien datan ke dokter gigi. Jika pasien datang dengan
pembengkakan yang ringan, progress infeksi yang cepat, atau difuse celulitis,
15
antibiotik bisa ditambahkan dalam perawatan. Faktor yang kedua adalah jika
perawatan bedah bisa mencapai kondisi adekuat. Pada banyak situasi ekstraksi
bisa menyebabkan mempercepat penyembuhan infeksi. Pada keadaan lain,
pencabutan mungkin saja tidak bisa dilakuakan. Sehingga, terapi antibiotik sangat
perlu dilakukan untuk mengontrol infeksi sehingga gigi bisa dicabut.
Pertimbangan yang ketiga adalah keadaan pertahanan tubuh pasien. Pasien yang
muda dan dengan kondisi sehat memiliki antibodi yang baik, sehingga
penggunaan antibiotik bisa digunakan lebih sedikit. Di sisi lain, pasien dengan
penurunan pertahanan tubuh, seperti pasien dengan penyakit metablik atau yang
melakukan kemoterapi pada kanker, mungkin memerlukan antibiotik yang cukup
besar walaupun infeksinya kecil.
Indikasi penggunaan antibiotik :
1. Pembengkakan yang berproges cepat
2. Pembengkakan meluas
3. Pertahanan tubuh yang baik
4. Keterlibatan spasia wajah
5. Pericoronitis parah
6. Osteomyelitis
Kontra indikasi penggunaan antibiotik :1. abses kronik yang terlokalisasi
2. abses vestibular minor
3. soket kering
4. pericoronitis ringan
Penisilin masih menjadi drug of choice yang sensitif terhadap
organisme Streptococcus (aerobik dan anaerobik), dimana bakteri ini paling
banyak ditemukan dan efektif melawan bakteri anaerobik spektrum luas.
Untuk pasien yang alergi penisilin, bisa digunakan clarytromycin dan
clindamycin. Cephalosporin dan cefadroxil sangat berguna untuk infeksi yang
lebih luas. Cefadroxil diberikan dua kali sehari dan cephalexin diberikan
empat kali sehari. Tetracycline, terutama doxycycline adalah pilihan yang baik
16
untuk infeksi yang ringan. Metronidazole dapat berguna ketika hanya terdapat
bakteri anaerob.
Pada umumnya antibiotik harus terus diminum hingga 2 atau 3 hari setelah
infeksi hilang, karena secara klinis biasanya seorang pasien yang telah dirawat
dengan pengobatan antibiotik maupun pembedahan akan mengalami
perbaikan yang sangat dramatis dalam penampakan gejala di hari ke-2, dan
terlihat asimptomatik di hari ke-4. Maka dari itu, antibiotik harus tetap
diminum hingga 2 hari setelahnya (total sekitar 6 atau 7 hari).
Dalam situasi tertentu dimana tidak dilakukan pembedahan (contohnya
endodontik atau ekstraksi), maka resolusi dari infeksi akan lebih lama
sehingga antibiotik harus tetap diminum hingga 9 – 10 hari. Penambahan
beberapa administrasi obat antibiotik juga dapat dilakukan untuk infeksi yang
tidak sembuh dengan cepat.
ANTIBIOTIKA DALAM KEHAMILAN
Kehamilan akan mempengaruhi pemilihan antibiotik. Umumnya penisilin
dan sefalosporin dianggap sebagai preparat pilihan pertama pada kehamilan,
karena pemberian sebagian besar antibiotik lainnya berkaitan dengan peningkatan
risiko malformasi pada janin. Bagi beberapa obat antibiotik, seperti eritromisin,
risiko tersebut rendah dan kadang-kadang setiap risiko pada janin harus
dipertimbangkan terhadap keseriusan infeksi pada ibu.
Beberapa jenis antibiotika dapat menyebabkan kelainan pada janin. Hal ini
terjadi karena antibiotika yang diberikan kepada wanita hamil dapat
mempengaruhi janin yang dikandungnya melalui plasenta. Antibiotika yang
demikian itu disebut teratogen. Definisi teratogen adalah suatu obat atau zat yang
menyebabkan pertumbuhan janin yang abnormal.
17
Kelas antibiotika berdasar sifat aktifitasnya
Dilihat dari daya basminya terhadap mikroba, antibiotika dibagi manjadi 2
kelompok yaitu yang berspektrum sempit dan berspektrum luas. Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antibiotika dibagi dalam 5 kelompok, yaitu:
1. Yang menggangu metabolisme sel mikroba. Termasuk disini adalah
Sulfonamid, trimetoprim, PAS, INH
2. Yang menghambat sintesis dinding sel mikroba. Termasuk disini adalah
Penisilin, sefalosporin, sefamisin, karbapenem,vankomisin
3. Yang merusak keutuhan membran sel mikroba. Termasuk disini adalah
Polimiksin B, kolistin, amfoterisin B, nistatin
4. Yang menghambat sintesis protein sel mikroba. Termasuk disini adalah
Streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, tobramisin, amikasin,
18
netilmisin, eritromisin, linkomisin, klindamisin, kloramfenikol, tetrasiklin,
spektinomisin
5. Yang menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba.
Termasuk disini adalah Rifampisin, aktinomisin D, kuinolon.
FARMAKOKINETIKA ANTIBIOTIKA
Faktor-faktor yang penting dan berperan dalam farmakokinetika obat adalah
absorpsi, distribusi, biotransformasi, eliminasi, faktor genetik dan interaksi obat.
Antibiotika yang akan mengalami transportasi tergantung dengan daya ikatnya
terhadap protein plasma. Bentuk yang tidak terikat dengan protein itulah yang
secara farmakologis aktif, yaitu punya kemampuan sebagai antimikroba.
Perubahan fisiologis pada ibu yang terjadi selama kehamilan bisa
mempengaruhi konsentrasi antibiotika dalam serum, sehingga bisa mempengaruhi
efek obat. Perubahan-perubahan itu adalah :
a. Kehamilan bisa merubah absorpsi obat yang diberikan peroral
b. Kehamilan bisa merubah distribusi obat yang disebabkan karena peningkatan
distribusi volume (intravaskuler, interstisial dan di dalam tubuh janin) serta
peningkatan cardiac output
c. Kehamilan merubah interaksi obat-reseptor karena timbul dan tumbuhnya
reseptor obat yang baru di plasenta dan janin
d. Kehamilan dapat merubah ekskresi obat melalui peningkatan aliran darah
ginjal dan filtrasi glomerulus
19
Pada tahun 1980, Food and Drug Administration memperkenalkan 5 kategori
untuk obat-obat yang diberikan selama kehamilan. Lima kategori itu adalah:
Kategori A : Obat-obat yang menurut studi terkontrol tidak menimbulkan
resiko pada janin
Kategori B : Untuk obat-obat yang berdasarkan studi pada binatang dan
manusia tidak menunjukkan resiko yang bermakna. Termasuk disini
adalah :
1. Dari studi pada binatang tidak menunjukkan resiko, tetapi belum ada
studi pada manusia mengenai hal tersebut
2. Dari studi pada binatang menunjukkan adanya resiko, tetapi dari hasil
studi yang terkontrol baik pada manusia menunjukkan tidak adanya resiko
Kategori C : Untuk obat-obat yang belum didukung studi adekuat, baik
pada binatang maupun pada manusia atau obat-obat yang menunjukkan
efek yang merugikan pada studi binatang tetapi belum ada studi pada
manusia
Kategori D : Untuk obat-obat yang ada bukti resikonya pada janin tetapi
manfaatnya jauh lebih besar
Kategori X : Untuk obat-obat yang terbukti mempunyai resiko terhadap
janin dan resiko itu lebih berat daripada manfaatnya.
Menurut Eriksson dkk, ada 4 prinsip teratogenik yang menyebabkan suatu
antibiotika bisa menimbulkan efek teratogenik yaitu :1
1. Sifat antibiotika dan kemampuannya untuk memasuki tubuh janin
2. Saat obat bekerja
3. Kadar dan lama pemberian (dosis)
4. Kesempurnaan genetik janin
20
21
Obat Aman Bagi Kehamilan
Berikut beberapa contoh antibiotik yang dinyatakan aman digunakan selama
kehamilan:
Amoxicillin
Ampicillin
Clindamycin
Erythromycin
Penicillin
Daftar Obat Antibiotik yang Aman dan Berbahaya untuk Ibu
Hamil/Kehamilan & Menyusui :
22
Lactation Risk Categories Pregnancy Risk Categories
L1 (safest)
L2 (safer)
L3 (moderately safe)
L4 (possibly hazardous)
L5 (contraindicated)
A (controlled studies show no risk)
B (no evidence of risk in humans)
C (risk cannot be ruled out)
D (positive evidence of risk)
X (contraindicated in pregnancy)
Antibiotika [contents]
Amoxicillin Larotid, Amoxil Approved
B L1
Aztreonam Azactam Approved
B L2
Cefadroxil Ultracef, Duricef Approved
B L1
Cefazolin Ancef, Kefzol Approved
B L1
Cefotaxime Claforan Approved
B L2
Cefoxitin Mefoxin Approved
B L1
Cefprozil Cefzil Approved
C L1
CeftazidimeCeftazidime, Fortaz, Taxidime
Approved
B L1
Ceftriaxone Rocephin Approved
B L2
23
Ciprofloxacin [more]
Cipro Approved
C L3
Clindamycin Cleocin Approved
B L3
ErythromycinE-Mycin, Ery-tab, ERYC, Ilosone
Approved
BL1
L3 early postnatal
Fleroxacin - Approved
- NR
Gentamicin Garamycin Approved
C L2
Kanamycin Kebecil, Kantrex Approved
D L2
Moxalactam Moxam Approved
- NR
Nitrofurantoin Macrobid Approved
B L2
Ofloxacin Floxin Approved
C L2
Penicillin - Approved
B L1
Streptomycin Streptomycin Approved
D L3
Sulbactam - Approved
- NR
SulfisoxazoleGantrisin, Azo-Gantrisin
Approved
C L2
Tetracycline Achromycin, Sumycin,
Approved
D L2
24
Terramycin
TicarcillinTicarcillin, Ticar, Timentin
Approved
B L1
Trimethoprim/sulfamethoxazole
Proloprim, Trimpex
Approved
C L3
OBAT ANALGETIK
Obat Analgesik terbagi atas 2, yaitu :
a. Golongan Steroid
Contoh : Hidrokortison, Deksametason, Prednisone
b. Golongan AINS (non steroid)
Contoh : Parasetamol, Aspirin, Antalgin/Metampiron, AsamMefenamat,
Ibuprofen
Mekanisme Kerja
No. Golongan Obat Mekanisme Kerja
1. Steroid Menghambat enzim fosfolipase A2 sehingga tidak
terbentuk asam arakhidonat. Tidak adanya asam
arakhidonat berarti tidak terbentuknya
prostaglandin.
2. AINS (Non Steroid) Menghambat enzim siklooksigenase (cox-1 dan
cox-2) ataupun menhambat secara selektif cox-2
saja sehingga tidak terbentuk mediator-mediator
nyeri yaitu prostaglandin dan tromboksan
Pemakaian NSAID
Abses gigi sering kali dapat menimbulkan rasa nyeri. Nyeri gigi yang muncul
akibat keradangan salah satunya disebakan oleh adanya infeksi dentoalveolar
25
yaitu masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh melalui jaringan
dentoalveolar (Sukandar & Elisabeth, 1995). Untuk mengatasi hal tersebut
biasanya melalui pendekatan farmakologis dengan pemberian obat analgesik
untuk meredakan rasa nyeri dengan efek analgesiknya kuat dan cepat dengan
dosis optimal. Pasien dengan nyeri akut memerlukan obat yang dapat
menghilangkan nyeri dengan cepat, efek samping dari obat lebih dapat ditolerir
daripada nyerinya (Rahayu, 2007).
Gambar . Mekanisme aksi NSAIDs (non streroidal antiinflammatory drugs)
Obat anti inflamasi non steroid (non streroidal antiinflammatory drugs/
NSAIDs) adalah golongan obat yang terutama bekerja perifer dan memiliki
aktivitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis
prostaglandin melalui penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase. Efek
analgesik yang ditimbulkan ini menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat
menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi.
Prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia kemudian mediator
kimiawi seperti bradikini dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri
yang nyata.
Efek analgesik NSAIDs telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah
pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi telah tampak dalam waktu satu-
dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul bervariasi dari 1-4
minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya di dalam darah dicapai
26
dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak
dipengaruhi oleh adanya makanan.
Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik; sebagai antiinflamasi,
asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. Asam mefenamat
terikat sangat kuat pada protein plasma. Oleh karena itu, interaksi terhadap obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping pada saluran cerna sering timbul
misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosis asam
mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari.
OBAT KUMUR
Obat kumur merupakan larutan atau cairan yang digunakan untuk membilas
rongga mulut dengan sejumlah tujuan antara lain untuk menyingkirkan bakteri
perusak, bekerja sebagai penciut, untuk menghilangkan bau tak sedap,
mempunyai efek terapi dan menghilangkan infeksi atau mencegah karies gigi.
Obat kumur dikemas dalam dua bentuk yakni dalam bentuk kumur dan spray.
Untuk hampir semua individu obat kumur merupakan metode yang simpel dan
dapat diterima untuk pengobatan secara topikal dalam rongga mulut.
Komposisi yang terkandung dalam obat kumur
Hampir semua obat kumur mengandung lebih dari satu bahan aktif dan
hampir semua dipromosikan dengan beberapa keuntungan bagi pengguna.Masing-
masing obat kumur merupakan kombinasi unik dari senyawa-senyawa yang
dirancang untuk mendukung higiena rongga mulut. Beberapa bahan-bahan aktif
beserta fungsinya secara umum dapat dijumpai dalam obat kumur, antara lain:
a) Bahan antibakteri dan antijamur, mengurangi jumlah mikroorganisme
dalam rongga mulut, contoh: hexylresorcinol, chlorhexidine, thymol,
benzethonium, cetylpyridinium chloride, boric acid, benzoic acid,
hexetidine, hypochlorous acid
27
b) Bahan oksigenasi, secara aktif menyerang bakteri anaerob dalam rongga
mulut dan busanya membantu menyingkirkan jaringan yang tidak sehat,
contoh: hidrogen peroksida, perborate
c) Astringents (zat penciut), menyebabkan pembuluh darah lokal
berkontraksi dengan demikian dapat mengurangi bengkak pada jaringan,
contoh: alkohol, seng klorida, seng asetat, aluminium, dan asam-asam
organik, seperti tannic, asetic, dan asam sitrat
d) Anodynes, meredakan nyeri dan rasa sakit, contoh: turunan fenol, minyak
eukaliptol, minyak watergreen
e) Bufer, mengurangi keasaman dalam rongga mulut yang dihasilkan dari
fermentasi sisa makanan, contoh: sodium perborate, sodium bicarbonate
f) deodorizing agents (bahan penghilang bau), menetralisir bau yang
dihasilkan dari proses penguraian sisa makanan, contoh: klorofil
g) deterjen, mengurangi tegangan permukaan dengan demikian menyebabkan
bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut, dan juga dapat
menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Di
samping itu aksi busa dari deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke
luar rongga mulut, contoh: sodium laurel sulfate
Beberapa bahan inaktif juga terkandung dalam obat kumur, antara lain:
a. Air, penyusun persentasi terbesar dari volume larutan
b. Pemanis, seperti gliserol, sorbitol, karamel dan sakarin
c. Bahan pewarna
d. Flavorings agents (bahan pemberi rasa).
Contoh Obat Kumur
Untuk menjaga kesehatan gigi dan rongga mulut tidak cukup hanya
dengan menyikat gigi saja, obat kumur jadi penyempurna perawatan sehari-hari.
Beberapa kondisi yang disarankan agar menggunakan obat kumur yaitu ;
sariawan, karang gigi,dan adanya radang.
28
Dalam memilih obat kumur yang dijual bebas terbatas memang tidak bisa
dilakukan dengan mengujinya lebih dahulu. Karena itu, kalau anda tidak
mengalami gangguan tertentu pada rongga mulut, sebaiknya pilih obat kumur
dengan kandungan Tanpa Alkohol, Chlorhexidine, Fluoride, Antiplaque,
Deodorizing dan Oxidizing, Agents, Oxygenating Agents, Astringents.
Berikut merek dan Kandungan Obat kumur yang baik di gunakan sehari-hari.
1. ALPHADINE
Komposisi : Povidone-iodine.
Indikasi :
Antiseptik dan desinfektan pada rongga mulut dan tenggorokan.
Pencegahan infeksi setelah pencabutan gigi atau pembedahan mulut.
Sariawan.
2. KIN
Komposisi : mouthwash mengandung chlorhexidine 0,12% dan Natrium
Fluoride 0,05%.
Chlorhexidine sebagai bahan utama mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dan bakteri plak, sehingga meningkatkan fungsi jaringan
gingiva. Chlorhexidine merupakan jenis antiseptik yang broad spektrum
sehingga bisa membunuh bakteri gram positif, negatif, aerob dan anaerob,
yeast serta fungi.
Pada pasien rawat ICU, chlorhexidine berfungsi untuk antiseptik di 3
reservoir VAP (Ventilator Associated Pneumonia) yaitu di oral, nasal dan
mencegah bakteri dental plak.
Fluoride sebagai bahan sekunder KIN GINGIVAL membuat enamel gigi
lebih resisten terhadap aksi pelarutan asam yang dihasilkan oleh plak,
memblokir mekanisme terjadinya karies, dan secara bersamaan membuat gigi
menjadi tidak terlalu sensitif.
29
Komposisi :
Chlorhexidine digluconate………………0,12 g
Sodium fluoride……………………………0,05 g
Sodium Saccharin………………………..0,06 g
Exipient s.q.f………………………………100 ml
3. FORINFEC OBAT KUMUR
Komposisi : Iodin Povidon.
Indikasi :
Antiseptik lokal.
4. DACTYLEN KUMUR
Komposisi :
Alkohol 23,1 %, Eucalyptol 0,09 %, Mentol 0,04 %, Metil salisilat 0,05 %,
Timol 0,06 %.
Indikasi :
Kebersihan mulut, stomatitis (radang rongga mulut), gingivitis (radang gusi),
periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi), faringitis (radang
faring/tekak).
5. GARGLINCOOL & FRESH
Komposisi:
Active ingredients:
Chlorhexidine gluconate……… 0,04 % (w/v)
Sodium Chloride………………… 100 mg
Other ingredients:
Sodium bicarbonate, kollidone, acesulfame-K, menthol, honey liquid, sorbitol,
peppermint oil, gliserin, sodium benzoate, perisa lime, brillian blue, tartrazine.
30
6. SANORINE
Komposisi :
hyaluronic acid……………..0,1 %
Zat Tambahan :
eucalyptol,methyl salicylate,thymol,menthol,sodium fluoride,sodium
soccharin, sodium cydamate,sodium benzoate,eurocert green light,barley
mint,sorbitol, alcohol 21,85%,purifed water.
Kegunaan :
mempercepat penyenbuhan sariawan,mencegah radang gusi dan pertumbuhan
plak.
7. ALOCLAIR PLUS ORAL RINSE
Komposisi :
Aqua maltodextrin, propylene glycol, polyvinylpyrrolidone (PVP), aloe yera
extract, potassium sorbate, sodium benzoate, hydroxyethylcellulose, PEG-40
hydrogenated castor oil, disodium edetate, benzalkonium chloride, aroma,
saccharin sodium, sodium hyaluronate, glycyrrhetinic acid.
Indikasi :
Alloclair membantu dalam penatalaksanaan nyeri yang disebabkan oleh iritasi
pada mulut: stomatitis aftosa, ulkus aftosa, lesi kecil, termasuk lesi traumatik
yang disebabkan oleh kawat gigi dan gigi tiruan yang tidak sesuai. Juga
diindikasikan untuk ulkus aftosa difus. Aloclair membentuk selaput pelindung
yang melekat pada mukosa rongga mulut dan menghasilkan suatu barier
mekanik terhadap daerah yang terkena.
8. ENKASARI LOZENGES
Komposisi
Tiap takaran untuk dewasa mengandung :
Sari daun Saga (arbrus Precatorius Folia) : 0,167 %.Setara dengan bubuk
daun kering
Sari Daun Sirih (Piper Betle Folia) : 1,00 %. Setara dengan daun segar
31
Sari Akar Kayu Manis (Liquiritiae Radix) : 0,044 %. Setara dengan bubuk
akar kering
Mentholum : 0,022 %
Sariawan disebabkan oleh gangguan-gangguan pada alat-alat pencernaan.
Obat asli Indonesia masih banyak yang belum diselidiki meskipun khasiatnya
sudah banyak diketahui. Sebagai contoh dapat dikemukakan daun saga dan
akar kayu manis.Kedua obat ini sudah lama digunakan oleh nenek moyang
kita sebagai obat sariawan. Meskipun demikian sampai sekarang orang
masih bertanya-tanya zat-zat apa dan bagaimana bekerjanya zat-zat yang ada
dalam kedua bahan ini.Akhir-akhir ini ternyata bahwa akar kayu manis
misalnya, kecuali Glycyrrhizin terdapat suatu zat lain yang bekerja
spasmolitik, zat mana masih harus ditentukan identitasnya. Zat ini ternyata
efektif untuk menghilangkan gangguan-gangguan dalam lambung dan
duodenum (usus dua belas jari).Daun sirih terkenal khasiatnya sebagai
antiseptikum. Dalam obat sariawan ENKASARI, antiseptikum ini adalah
untuk mencegah superinfeksi, yang mudah timbul pada radang-radang
sariawan di mulut kalau dibiarkan tanpa pengobatan.Mentholum
menyegarkan, menghilangkan bau dalam mulut serta meniadakan rasa nyeri
yang disebabkan oleh radang sariawan. Maka kombinasi daun saga – akar
kayu manis – daun sirih – mentholum dalam larutan optimum sangat baik
untuk mengobati sariawan.
9. HEMISEAL MOUTH RINSE
Komposisi
Feracrylum...1% w/v Aqua... G.s
Indikasi
Perdarahan Gusi
Perdarahan kapiler selama bedah mulut minor
Memiliki efek anti Mikroba
Onset Kerja Cepat
Non Alkohol
32
Non Staining
Efek Hemostatik Hemiseal menghentikan perdarahan pada gusi (gingiva)
akibat penyakit periodontal atau operasi minor rongga mulut.
Efek anti mikroba Hemiseal melindungi gusi (gingiva) yang terluka dari
infeksi bakteri patogen
Hemiseal mengandung feracrylum yang merupakan polimer asam
poliakrilikyang larut dalam air namun tidak terabsorpsi ke dalam sirkulasi
sistemik.
Feracrylum bereaksi dengan albumin (protein yang terdapat dalam darah) dan
mengubah fibrinogen menjadi fibrin yang tidak larut, sehingga terbentu koagulum
(bekuan) yang akan menghentikan perdarahan. Waktu rata-rata yang di butuhkan
untuk terbentuk nya koagulum adalah 30 detik
33
OBAT-OBATAN SEDATIF
Kebanyakan obat-obatan sedatif dikategorikan dalam satu dari tiga kelompok
utama, yaitu: Benzodiazepin, neuroleptik dan agonis a2- adrenoseptor. Obat-
obatan ini lebih sering di klasifikasikan sebagai jenis anestesi intravena, terutama
propofol dan ketamin, juga digunakan sebagai obat sedatif dengan dosis
subanestetik. Anestesi inhalasi juga sering digunakan sebagai sedatif dalam kadar
subanestetik.
a. BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin diklasifikasi berdasarkan lama kerja obat, yaitu sebagai
lama kerja panjang (diazepam), lama kerja sedang (temazepam), lama kerja
pendek (midazolam).
FARMAKOLOGI
Mekanisme Aksi
Benzodiazepin bekerja oleh daya ikatan yang spesifik pada reseptor
benzodiazepin, yang mana merupakan bagian dari kompleks reseptor asam g
aminobutirik (GABA). GABA merupakan inhibitor utama neurotransmiter di
susunan saraf pusat (SSP), melalui neuron-neuron modulasi GABA ergik.
Reseptor Benzodiazepin berikatan dengan reseptor subtipe GABAA. Berikatan
dengan reseptor agonis menyebabkan masuknya ion klorida dalam sel, yang
menyebabkan hiperpolarisasi dari membran postsinpatik, dimana dapat
membuat neuron ini resisten terhadap rangsangan. Dengan cara demikian
obat ini memfasilitasi efek inhibitor dari GABA. Reseptor benzodiazepin
dapat ditemukan di otak dan medula spinalis, dengan densitas tinggi pada
korteks serebral, serebelum dan hipokampus dan densitas rendah pada medula
spinalis. Tidak adanya reseptor GABA selain di SSP, hal ini aman bagi sistem
kardiovaskuler pada saat penggunaan obat ini.
34
Efek Benzodiazepin pada SSP ditunjukan pada hubungan dengan
kemampuan reseptor.
Dosis
midazolam
Efek Kemampua
n reseptor
(%)
Dosis flumazenil
untuk membalikan
Dosis rendah Antiepilepsi
Anxiolisis
Sedasi ringan
Penurunnan perhatian
Amnesia
Sedasi kuat
Relaksasi otot
20-25
20-30
25-50
60-90
Dosis rendah
Dosis tinggi Anestesi Dosis tinggi
Reseptor GABA merupakan reseptor dengan struktur besar yang
mempunyai ikatan yang terpisah dengan obat lain yaitu barbiturat, alkohol
dan propofol. Ikatan dengan komponen yang lain pada reseptor
benzodiazepin menunjukan efek sinergis dengan beberapa obat lain. Efek
sinergis ini menunjukan bahaya depresi SSP jika obat digunakan secara
bersamaan dan juga menyebabkan efek farmakologi toleransi silang dengan
penggunaan alkohol. Hal ini juga konsisten dengan penggunaan
benzodiazepin untuk mengatasi gejala timbal balik akut atau detoksifikasi
alkohol atau obat-obatan lain.
Antagonis benzodiazepin yaitu flumazenil dapat menempati reseptor tapi
tidak dapat menyebabkan aktifitas. Senyawa benzodiazepin telah
dikembangkan pada reseptor ligand tapi menyebabkan pergerakan terbalik
dari agonis, akibatnya terjadi rangsangan pada otak. Senyawa ini juga
merupakan antagonis dari flumazenil. Gambaran ini merupakan reaksi
berlawanan pada benzodiazepin yang sebelumnya adalah cadangan yang lama
dari flumazenil dan merupakan akibat dari eksaserbasi pada penambahan
dosis obat murni. Lebih dari itu dapat menyebabkan kegelisahan seperti pada
hipoksemia dan toksisitas anestasi lokal, yang seharusnya hal ini diperhatikan
terkebih dahulu.
35
Penggunaan benzodiazepin yang lama menyebabkan penurunan regulasi
dari reseptor dan juga terjadi penurunan ikatan dan funsi dari reseptor, pada
akhirnya menunjukan peningkatan toleransi. Penggunaan yang lama juga
dapat menyebabkan ketergantungan secara fisik maupun mental, yang
walaupun obat ini mempunyai efek adiktif yang rendah dari opiod dan
barbiturat. Hubungan timbal balik yang dalam dapat menyebabkan gejala
klinik yang sama seperti pada penggunaan alkohol akut, oleh sebab itu dosis
benzodiazepin diturunkan secara teratur setelah penggunaan yang lama.
Pada penderita yang telah lama menggunakan obat ini sensitif terhadap
efek dari benzodiazepin dan dosis harus diturunkan secara teratur.
b. DIAZEPAM
Diazepam adalah golongan benzodiazepin pertama yang tersedia untuk
penggunaan parenteral. Tidak larut dalam air dan pada awalnya
diformulasikan dalam propylene glikol, yang sangat iritan untuk vena dan
dihubungkan dengan peningkatan insidens dari tromboflebitis. Suatu emulsi
lemak (diazemuls) ditingkatkan/ditemukan selanjutnya. Kedua formasi
tersebut disediakan dalam ampul 2 ml yang terdiri dari 5 mg/ml. Diazepam
juga tersedia untuk oral yaitu tablet atau sirup dengan 100% bioavibilitas dan
larutan rectal dan supositoria. Eliminasi waktu paru 20-50 jam, tetapi
metabolit-metabolit aktif diproduksi termasuk desmetil diazepam dengan
waktu paru 36-200 jam, clearance menurun pada disfungsi hepar.
Dosis
· Premedikasi : 10 mg oral 1-1,5 jam sebelum operasi
· Sedasi : 5-15 mg IV perlahan-lahan, peningkatan bolus 1-2 mg.
· Status epileptikus : 2 mg, diulang setiap menit sampai kejang berhenti.
Dosis
· Maksimal 20 mg.
· Terapi intensif : Tidak cocok untuk infus, dosis bolus IV 5-10 mg/4 jam.
36
c. MIDAZOLAM
Midazolam adalah suatu derivat imidazoensodiazepinedan cincin imidazol
yang mencapai kelarutan air pada pH < 4. Pada pH darah, obat tersebut
menjadi lebih larut lemak dan mempenetrasi otak dengan cepat dengan onset
sedasi dalam 90 detik dan efek puncak pada 2-5 menit. Tersedia dalam vial
50 ml terdiri dari 1 mg/ml dan tablet 15 mg dan bioavailabilitas 44%.
Midazolam melewati metabolisme oksidatif hepatik dan memiliki waktu paru
± 1 jam dan meskipun aktif secara biologik, obat tersebut penting hanya
sesudah pemanjangan waktu infus pada pasien dengan kelainan ginjal.
Midazolam lebih potensial 1,5-2 kali dari diazepam dan memiliki
farmakokinetik yang lebih baik untuk digunakan sebagai suatu sedatif
intravena jangka pendek.
Dosis
· Premedikasi : 15 mg oral atau 5 mg IM, anak > 6 bulan 70-100 µg/kg
· Sedasi : 2-7 mg IV (lebih tua : < 4 mg)
· Terapi intensif : IV 0,03-1 mg/kg/j
d. TEMAZEPAM
Golongan benzodiazepin ini hanya tersedia bentuk oral, namun digunakan
lebih luas sebagai suatu obat premedikasi karena sifat anxiolitiknya.
Pemberian secara oral absorpsinya sempurna tapi membutuhkan waktu
sampai dengan 2 jam untuk mencapai konsentrasi puncak di plasma.
Metabolisme berlangsung di hepar lewat konjugasi dengan glukoronidase dan
tidak ada produksi metabolit yang penting. Memiliki eliminasi waktu paru
relatif lama 8-15 jam. Dosis 20 mg efektif dalam 1-2 jam dan bertahan sekitar
2 jam, dengan gejala siksa mengantuk. Toleransi dan ketergantungan jarang
terjadi pada pemakaian lama dari temazepam, ditujukan secara luas sebagai
suatu hipnotik.
37
e. LORAZEPAM
Obat ini tersedia untuk penggunaan parenteral dan oral, tetapi tidak
digunakan secara rutin sebagai sedatif IV karena dibatasi oleh aksi dari onset
yang pelan. Metabolisme oleh glukoronidasi dengan eliminasi waktu paru 15
jam dan durasi yang lebih panjang dibandingkan temazepam. Jika digunakan
untuk premedikasi, dosis 2-4 mg diberikan malam sebelumnya atau pada
permulaan hari pembedahan. Amnesia adalah suatu tanda yang menyertai
pemberian obat ini.
Saat ini lorazepam IV merupakan drug of choice pada penanganan status
epileptikus, karena memiliki durasi yang lebih panjang untuk aksi
antilepilepsi dibanding diazepam. Juga bisa digunakan untuk penanganan
serangan akut panik yang berat, baik secara IM/IV dengan dosis 25-30 µg/kg
(dosis biasa 1,5-2.5 mg). Jalur IM hanya digunakan jika tidak ada jalur lain
yang tersedia.
EFEK SAMPING
Efek samping dari benzodiazepin tergantung dosis dan dapat diprediksi
dari efek farmakodinamiknya. Oversedasi, depresi ventilasi, ketidakstabilan
hemodinamik dan obstruksi jalan napas dapat terjadi pada kelebihan dosis
yang tidak diperhatikan dan lebih sering terjadi pada orang tua atau pasien
dengan kondisi yang lemah.
f. FLUMAZENIL
Flumazenil adalah suatu kompetitif antagonis berafinitas tinggi untuk
semua ligand reseptor benzodiazepin. Obat ini secara cepat melawan semua
efek benzodiazepin di CNS dan juga efek berbahaya yang berpotensi muncul
melawan efek fisiologis termasu depresi respirasi dan kardiovaskuler dan
obstruksi jalan napas.
Flumazenil memiliki sangat sedikit aktivitas intrinsik pada dosis tinggi dan
ditoleransi dengan baik dengan efek samping minimal.
38
Flumazenil secara cepat dibersihkan dari plasma den dimetabolisme oleh
hati. Flumazenil memiliki waktu paruh eliminasi yang sangat singkat yaitu
kurang dari 1 jam. Lama kerja tergantung pada dosis yang diberikan dan
identitas dan dosis agonis. Berkisar antara 20 menit sampai 2 jam untuk
potensi resedasi jika agonis memiliki waktu paruh yang lebih panjang, yang
mengharuskan suatu periode observasi tertutup.
Dosis dan pemberian
Flumazenil tersedia untuk penggunaan IV dalam ampul 5 ml terdiri dari
100 µg/ml. Dosis efektif yang biasa digunakan adalah 0,2-1 mg diberikan
dalam bentuk 0,1-0,2 mg bolus dan diulang tiap interval 1 menit. Dosis untuk
pasien koma tidak boleh lebih dari 2 mg.
Indikasi
· Pemulihan sedasi. Megurangi waktu dari sedasi pada penderita atau
pasien yang lemah. Resiko resedasi membuat obat ini tidak digunakan
secara rutin.
· Pada keracunan. Terapi dari benzodiazepin kelebihan dosis dapat
menyebabkan tidak sadar dan depresi pernapasan. Dosis ulangan atau
infus terus dibutuhkan sampai konsentrasi dalam plasma agonis menurun.
Pada keadaan koma yang tidak diketahui penyebabnya, flumazenil dapat
menjadi suatu alat diagnostik.
· Pada ITU (Intensive Therapy Unit). Perpanjangan sedasi, sering
dihasilkan dari akumulasi midazolam pada pasien dengan gagal ginjal.
Dapat diterapi dengan suatu infus dari flumazenil. Sebagai tambahan
bolus obat ini mengurangi efek sedasi dan bolehmenilai keadaan
neurogikal.
· Pencegahan
· Pasien epilepsi. Pasien epilepsi memiliki resiko kejang khususnya jika
suatu benzodiazepin diresepkan sebagai terapi antiepilepsi.
· Ketergantungan benzodiazepin. Gejala putus obat dapat terjadi.
· Reaksi cemas. Dapat terjadi pada pemberian secara cepat pada sedasi
yang lama.
39
· Pasien dengan trauma kepala yang berat. Flumazenil dapat
mepercepat suatu peningkatan tiba-tiba dari tekanan intrakranial.
TREPANASI
Tujuan trepanasi adalah menciptakan drainase melalui saluran akar atau
melalui tulang untuk mengalirkan sekret luka serta mengurangi rasa sakit. Jika
timbul abses alveolar akut, berarti infeksi telah meluas dari saluran akar melalui
periodontal apikalis sampai ke dalam tulang periaapeks. Nanah dikelilingi oleh
tulang pada apeks gigi dan tidak dapat mengalir keluar. Pada stadium ini belum
tampak pembengkakan. Perasaan sangat nyeri terutama bila ditekan sehingga
untuk menghilangkannya perlu segera dilakukan drainase. Untuk itu dapat dipakai
dua cara:
1. Trepanasi melalui saluran akar
Usaha awal untuk memperoleh drainase adalah membuka saluran akar lebar-
lebar sampai melewati foramen apikalis dan saluran akar dibiarkan terbuka
beberap hari supaya sekret dapat mengalir keluar. Kedalam kavum pulpa
dimasukkan kapas yang longgar agar sisa makanan tidak menutup jalan
drainase. Setiap hari kapas diganti dan saluran dibersihkan dengan larutan
garam fisiologis atau NaCl 0,5% bila sekret pus tidak ada lagi. Dalam hal ini,
Schroeder (1981) menganjurkan terapi alternatif, yaitu pemberian preparat
antibiotik kortikosteroid dan menutup saluran dengan oksida seng eugenol.
Setelah rasa sakit berkurang, dan drainase telah berhenti, saluran akar
dipersarafi dengan sempurna dan diisi dengan bahan pengisi saluran akar.
2. Trepanasi di daerah apeks akar
Trepanasi melalui tulang dikenal dengan nama fistulasi apikal.
40