Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

29
Tugas Kewirausahaan “WARALABA” Disusun oleh : AYI JAMALUDIN AZIZ NIM : 55513120104 PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA 1

description

Waralaba

Transcript of Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Page 1: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Tugas Kewirausahaan

“WARALABA”

Disusun oleh :

AYI JAMALUDIN AZIZ

NIM : 55513120104

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MERCU BUANAJAKARTA

2014

1

Page 2: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Mesin jahit Singer, konon produk waralaba pertama di dunia (photo trinitran-entrepreneuring.blogspot.com)

Waralaba

1. Sejarah Waralaba

Sebenarnya waralaba bukan barang baru, dia sudah dikenal sejak tahun 60-70an, khususnya di Amerika Serikat dengan istilah franchise. Meski demikian, Franchise sesungguhnya berasal dari Eropa (Perancis dan Inggeris). Nama Franchise sendiri berarti sebuah ‘kebebasan (Freedom). Saat itu kaum bangsawan diberikan oleh raja untuk menjadi tuan tanah (Tuan Takur) pada daerah-daerah tertentu. Bangsawan bisa melakukan apapun atas tanah yang dikuasakan kepadanya dengan kompensasi tertentu seperti membayar pajak/royalty/upeti kepada Raja sebagai pemberi mandate.

Dalam dunia usaha, waralaba konon pertama kali diperkenalkan oleh Isaac Singer pada tahun 1850an dengan tujuan untuk meningkatkan penjualan mesin jahit singernya. Namun pada masa tsb Waralaba bukan sebuah pilihan sehingga (menurut sejarah) upaya Isaac Singer mengalami kegagalan.

Waralaba mengalami peningkatan pesat ketika makanan cepat dan siap saji memasuki arena ini. Dimulai pada tahun 1919, ketika A&W Root beer mendirikan usaha tsb. Lalu pada tahun 1935 restoran modern cepat saji mulai menunjukkan dominasinya dalam bisnis waralaba, yaitu ketika Howard Deering Johnson yang bekerja sama Reginald Sprague dalam mengembangkan bisnis rrestoran modern ini.

Booming waralaba sendiri di negeri Uncle Sam itu terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2. Namun ‘kerikil’ barrier mengiringi boomingnya Warala dengan maraknya praktek penipuan. Banyak usaha yang mengaku Franchise namun belum teruji keberhasilannya. Yang paling menarik, banyak Franchisor (pemilik

2

Page 3: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Franchise/pemilik usaha pertama) yang lebih focus kepada menjual franchisenya ketimbang membangun usaha, system ataupun networkingnya. Akibatnya banyak investor/penanam modal, terutama mereka yang belum berpengalaman mengalami kegagalan. Kegagalan yang banyak dialami oleh para investor baru mendorong didirikannya asosiasi yang menaungi usaha ini dengan nama International Franchise Association (IFA) pada tahun 1960. Salah satu tujuan dari pendirian IFA adalah untuk menciptakan iklim usaha franchise yang terpercaya. Selain itu, IFA juga menelurkan kode etik Franchise sebagai pedoman bagi anggotanya

Payung Hukum Waralaba kemudian diterbitkanpada tahun 1978 oleh Federal Trade Commission (FTC) yang mengeluarkan peraturan tentang wajibnya setiap Franchisor atau pemilik usaha waralaba untuk memberikan penawaran peluang waralaba kepada public. Selain itu juga merek harus memiliki semacam brosur, proposal, klausul dan peluang / prospek bisnisnya serta informasi lengkap mengenai hal yang berkaitan dengan usaha yang di franchisekannya. Atau dalam bahasa mereka disebut dengan (Uniform Franchise Offering Circular).

2. Definisi Waralaba

Campbell Black dalam bukunya Black’’s Law Dict menjelaskan franchise sebagai sebuah lisensi merek dari pemilik yang mengijinkan orang lain untuk menjual produk atau service atas nama merek tersebut.

David J.Kaufmann memberi definisi franchising sebagai sebuah sistem pemasaran dan distribusi yang dijalankan oleh institusi bisnis kecil (franchisee) yang digaransi dengan membayar sejumlah fee, hak terhadap akses pasar oleh franchisor dengan standar operasi yang mapan dibawah asistensi franchisor.

Pengertian waralaba menurut PP RI No. 42 Tahun 2007 tentang waralaba, (Revisi atas PP No. 16 Tahun 1997 dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPR/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba), waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perorangan atau badan usaha terhadap sistem dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti hasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba.

Dari pengertian tersebut, secara sederhana dapat dipahami bahwa dalam suatu perjanjian waralaba, ada dua pihak yang terlibat, yaitu pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisor). Demikian juga, ada dua hal yang saling ‘diperdagangkan’, yaitu hak intelektual usaha dari si franchisor dan franchisee dan royalty fee dari si franchisee. Sebelum masuk ke pembahasan lebih lanjut, ada baiknya jika mengetahui terlebih dahulu pengertian dari beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam waralaba.

Beberapa istilah tersebut antara lain :

3

Page 4: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

1. Pemberi waralaba (franchisor)

Franchisor adalah badan usaha atau perseorangan yang memberikan hak kepada pihak lain (franchisee) untuk memanfaatkan segala ciri khas usaha dan segala kekayaan intelektual, seperti nama, merek dagang dan sistem usaha, yang dimilikinya.

2. Penerima waralaba (franchisee)

Franchisee adalah badan usaha atau perseorangan yang diberikan atau menerima hak untuk memanfaatkan dan menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh franchisor.

3. Master franchisee

Master franchisee adalah franchisee yang diberi hak oleh franchisor untuk memberikan hak lanjutan kepada para pihak ketiga untuk membuka gerai waralaba pada suatu area tertentu.

4. Franchisee fee

Franchisee fee atau biaya waralaba adalah kontribusi biaya dari franchisee kepada franchisor, sebagai imbalan atas pemberian hak pemanfaatan dan penggunaan hak intelektual yang dimiliki oleh franchisor dalam kurun waktu tertentu. Sering kali, franchisee fee ini disebut juga sebagai one time/initial fee karena hanya dibayarkan untuk satu kali.

5. Royalty fee

Royalty fee adalah kontribusi biaya dari operasional usaha franchisee yang dibayarkan kepada franchisor secara periodik (biasanya secara bulanan). Lazimnya, royalty fee berupa persentase tertentu dari besarnya omset penjualan franchisee.

6. Retrofranchising

Retrofranchising adalah lokasi yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh franchisor dan tidak akan dijual (di-franchise-kan).

7. Refranchising

Refranchising adalah suatu lokasi yang pada awalnya dimiliki oleh franchisee tetapi akhirnya gerai tersebut dimiliki (dibeli kembali) dan dikelola oleh franchisor.

4

Page 5: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

3. Manfaat Mewaralabakan Usaha

3.1. Bagi Franchisor

Mengembangkan usaha dengan cara waralaba memberikan keuntungan yang cukup banyak bagi franchisor maupun franchisee. Berikut adalah keuntungan yang diperoleh franchisor :

1. Pengembangan usaha dengan biaya relatif murahDengan sistem waralaba, memungkinkan untuk dapat mengembangkan usaha tanpa perlu mengeluarkan biaya yang sama seperti memulai pertama kalinya, karena franchisee yang akan menanggung sebagian besar biayanya.

2. Potensi passive income yang besarYang dimaksud dengan passive income adalah pendapatan yang terus mengalir meskipun franchisor tidak lagi mengurus bisnis tersebut. Dalam konsep waralaba terdapat komponen passive income ini, yaitu pada royalty fee yang dibayarkan franchisee kepada franchisor. Royalty fee ini akan terus dibayarkan selama franchisee masih memegang hak waralaba tersebut sebagai imbalan hak intelektual berupa nama, merek, sistem dan lain sebagainya yang diberikan franchisor.

3. Efek bola salju dalam hal brand awareness dan brand equityModel waralaba sangat berpotensi mengakselerasi perkembangan dan kemajuan usaha dan seiring dengan perkembangan usaha, nama atau merek (brand) akan semakin dikenal oleh masyarakat. Banyaknya gerai menunjukkan bahwa nama mereka adalah jaminan sukses, karena terbukti diterima dimana-mana. Hal ini tentu saja terjadi karena banyak orang yang menjadi franchisee dari merek-merek tersebut. Semakin banyak orang yang menjadi franchisee, semakin banyak gerai waralaba, semakin dikenal pula brand perusahaan. Efek seperti ini akan terus berlanjut seperti bola salju yang semakin lama mengelinding akan semakin besar. Semakin nama merek perusahaan dikenal orang, semakin banyak pula yang akan mengajukan permohonan untuk menjadi franchisee. Disini dapat dilihat bahwa ada efek bola salju dalam kaitannya dengan brand awareness dan brand equity merek. Artinya, semakin tinggi kesadaran masyarakat pada merek (brand awareness) akan membuat harga merek (brand equity) semakin tinggi, sehingga orang berlomba-lomba untuk menjadi franchisee. Pada gilirannya, semakin banyak franchisee juga semakin mengukuhkan brand awareness. Hubungan ketiganya seperti pada gambar 2.1.

5

Page 6: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Gambar 2.1. Skema Efek Bola Salju

(Sumber: Pietra Sarosa, RFA, Mewaralabakan Usaha Anda, 2004, p.16)

3.2. Bagi Franchisee

Berikut adalah keuntungan yang diperoleh franchisee :

1. Memperkecil resiko kegagalan usahaResiko kegagalan usaha yang biasa dihadapi oleh para pengusaha yang mencoba membangun bisnis dengan sistem sendiri adalah resiko kegagalan sistem itu sendiri. Sudah menjadi hal yang umum diketahui bahwa tidaklah mudah untuk menciptakan suatu sistem yang mantap dan berhasil guna. Sistem yang dimaksud adalah suatu sistem yang komprehensif dengan sub- sistemnya, seperti sub-sistem pemasaran, sub-sistem produksi, sub-sistem keuangan dan administrasi, hingga sub-sistem sumber daya manusianya. Dengan membeli hak waralaba yang sudah ada di pasaran, bisa dikatakan bahwa tidak perlu menciptakan sistem sendiri karena tinggal mengaplikasikan sistem yang sudah ada dan sudah terbukti berhasil. Berangkat dari kenyataan ini maka sering kali dikatakan bahwa dengan membeli waralaba yang sudah ada berarti juga memperkecil resiko kegagalan yang disebabkan oleh kegagalan sistem.

Anang Sukandar, ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) pernah mengungkapkan bahwa memulai bisnis dengan cara membeli waralaba ibaratnya seperti memulai bisnis bukan dari nol, melainkan dari angka 60. Di Amerika, pernyataan ini diperkuat dengan data yang diungkap oleh Amir Karamoy, seorang pengamat waralaba, bahwa usaha membeli waralaba mempunyai tingkat

6

Page 7: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

keberhasilan 93% dibandingkan dengan usaha umumnya (membuat sistem sendiri) yang hanya 34%.

2. Menghemat waktu, tenaga dan dana untuk proses trial & errorJika seandainya pengusaha berhasil membangun usaha dengan sistem miliknya sendiri, pasti diperlukan proses trial & error yang mungkin bisa tidak terhitung banyaknya. Selain memakan banyak tenaga dan dana, proses trial & error ini juga memakan cukup banyak waktu sebelum akhirnya bisa mencapai tahap kemapanan dan keberhasilan sistem sesuai hasil yang diinginkan. Dengan mengadopsi sistem yang dimiliki franchisor, otomatis franchisee sudah menghemat banyak waktu, tenaga dan dana yang seharusnya dikeluarkan untuk melakukan proses trial & error ini, karena franchisor yang telah melakukan proses itu sebelum akhirnya yakin bahwa sistemnya telah berhasil dan layak diwaralabakan.

3. Memberi kemudahan dalam operasional usahaManfaat lain dari membeli waralaba yang sudah ada adalah adanya banyak kemudahan dalam operasional usaha karena biasanya pihak franchisor akan membantu semaksimal mungkin. Misalkan dalam hal pelatihan karyawan, biasanya akan dibantu pelaksanaannya oleh franchisor. Pengadaan pasokan bahan baku atau persediaan biasanya juga akan ada bantuan, termasuk standarisasi dari pihak franchisor. Kemudahan operasional usaha yang bisa diberikan oleh franchisor seperti halnya pelatihan berkala, bantuan untuk masalah legal, kemudahan untuk promosi bersama dan lain sebagainya.

4. Penggunaan nama merek yang sudah lebih dikenal masyarakatSatu lagi masalah yang sering dihadapi oleh pengusaha yang baru mendirikan usaha sendiri adalah belum dikenalnya nama atau merek usahanya tersebut oleh masyarakat.Kesulitan ini dapat diatasi dengan sistem membeli waralaba yang mana biasanya nama merek waralaba yang ditawarkan sudah lebih dikenal masyarakat. Dengan demikian, franchisee pun juga tidak perlu repot- repot membentuk nama baru dan memperkenalkannya kepada masyarakat karena nama waralaba yang dibeli haknya tersebut sudah lebih dikenal masyarakat. Mengingat banyaknya keuntungan yang bisa diambil dengan membeli hak waralaba yang sudah ada, tak heran jika saat ini banyak kalangan yang mempunyai dana diam cukup besar dan bingung bagaimana cara memutar uangnya kemudian memutuskan menempuh ’jalur cepat’ menjadi pengusaha dengan cara membeli hak waralaba. Membeli hak waralaba memang menguntungkan dan memberi banyak kemudahan bagi para pengusaha baru. Namun, satu hal yang perlu diingat adalah untuk mendapatkan segala kemudahaan ini, ada harga yang harus dibayar yaitu seharga investasi dan franchisee serta royalty fee yang biasanya bernilai nominal cukup besar.

7

Page 8: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

4. Tiga Fase Mewaralabakan Usaha

Proses pewaralabaan suatu usaha bisa dikelompokkan menjadi tiga fase besar. Setiap fase akan terdiri atas beberapa aktivitas yang mempunyai suatu fokus tujuan tertentu. Ketiga fase tersebut secara berurutan adalah :

1. Fase penyusunan sistem waralaba yang solid2. Fase pemasaran waralaba3. Fase pemeliharaan (maintenance) waralaba

Untuk lebih jelas mengetahui hubungan antar ketiganya, maka ketiga fase tersebut dapat digambarkan dalam suatu model seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Tiga Fase Mewaralabakan Usaha

(Sumber: Pietra Sarosa, RFA, Mewaralabakan Usaha Anda, 2004, p.32)

Ketiga fase inilah yang akan dijabarkan ke dalam unsur-unsur dan aktivitas- aktivitas yang membentuk fase-fase tersebut.

4.1. Fase Pertama : Membangun Sistem Waralaba yang Solid

Langkah pertama dalam mewaralabakan suatu usaha adalah menyusun sebuah sistem waralaba yang solid. Inilah perbedaan mendasar dari suatu sistem waralaba dengan suatu sistem usaha sendiri (stand-alone). Dalam suatu sistem waralaba, tantangannya adalah bagaimana menciptakan sistem yang ampuh dibandingkan pesaing dan tidak hanya teruji untuk satu cabang usaha, namun juga terjaga kesederhanaannya, sehingga dapat diduplikasikan dengan mudah untuk masing-masing franchisee. Tantangan lainnya adalah membuat keseluruhan sistem tadi dikenal orang hanya

8

Page 9: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

dengan sebuah nama merek (brand) yang bisa mewakili seluruh image yang ingin ditampilkan. Untuk menjawab semua tantangan tadi, ada tiga unsur yang berperan besar dalam keberhasilan fase penyusunan sistem waralaba ini, yaitu :

1. Menciptakan entitas usaha yang solid dan menguntungkan

Gambar 2.3. Skema Entitas Usaha

(Sumber: Pietra Sarosa, RFA, Mewaralabakan Usaha Anda, 2004, p.36)

Bagan di atas menggambarkan suatu proses bagaimana sebuah entitas bisa mencapai sesuatu yang diharapkan oleh semua bentuk usaha yaitu profit. Menguntungkan adalah syarat pertama bagi usaha Anda untuk dapat diwaralabakan. Franchisee tidak mungkin menanamkan uangnya dengan membeli waralaba Anda apabila tidak menguntungkan. Namun demikian, menguntungkan saja tidaklah cukup tapi juga harus ”tampil beda” dibandingkan pesaing lain.

Untuk dapat mewujudkan suatu usaha yang menguntungkan dan mampu ”tampil beda”, terdapat komponen yang terlibat di dalamnya, yaitu:

a. Produk yang unik, berkualitas dan marketableProduk yang dimaksudkan disini adalah barang maupun jasa yang ditawarkan. Produk merupakan senjata utama waralaba untuk menarik konsumen maupun calon franchisee. Untuk dapat menjadi produk andalan dari sebuah waralaba, setidaknya produk tersebut harus bisa memenuhi berbagai kriteria berikut ini :

Unik Berkualitas Marketable

b. Adanya Standard Operating Procedures (SOP) yang bakuSOP adalah sebuah aturan-aturan yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan adanya SOP ini, semua proses dalam aktivitas usaha dapat terkontrol. Selain itu SOP merupakan langkah awal untuk menciptakan keseragaman

9

Page 10: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

antar setiap gerai waralaba yang ada. Biasanya SOP ini akan divisualisasikan dalam bentuk aturan yang dibukukan yang harus dilaksanakan secara ketat oleh manajemen, karyawan dan franchisee.

c. Manajemen keuangan dan akutansi yang baikUntuk membentuk suatu entitas yang nantinya akan menghasilkan profit, adanya manajemen keuangan dan akutansi yang baik adalah hal penting. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen keuangan waralaba, yaitu : Penganggaran (budgeting) yang tepat. Penganggaran berguna untuk

memproyeksikan berapa perkiraan jumlah pemasukan dan pengeluaran. Penganggaran juga berfungsi sebagai alat kontrol untuk melihat apakah terjadi penyimpangan antara pemasukan dan pengeluaran aktual sehari-hari dengan yang telah dianggarkan.

Tingkat keuntungan, kalkulasi pengembalian modal, dan penghitungan jangka waktu balik modal (BEP - Break Even Point). Hal ini penting bagi para franchisee supaya mereka yakin bahwa mereka akan diuntungkan dengan menanamkan uangnya untuk membeli usaha waralaba.

Sistem akuntansi yang sesuai dengan standard akuntansi yang berlaku umum.

d. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terlatihBeberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan masalah SDM, yaitu: Sistem rekrutmen SDM untuk mendapatkan SDM yang berkualitas. Pelatihan sangat diperlukan untuk memberikan orientasi mengenai visi,

misi dan operasional sehari-hari sekaligus memberikan keahlian yang akan digunakan dalam menjalankan tugas sehari-hari.

Kepastian kompensasi bagi SDM akan memberikan rasa tenang dalam bekerja sehingga dapat memberikan kinerja yang terbaik. Kepastian kompensasi ini menyangkut jumlah gaji, tunjangan maupun kompensasi lainnya.

Suasana kerja yang kondusif bagi SDM. Kepuasan karyawan yang berhubungan dengan kinerja mereka, tidak hanya dipicu oleh kompensasi materi semata, tetapi juga dengan adanya suasana atau iklim kerja yang nyaman.

e. Strategi pemasaran yang jituSebaik apapun produk atau sistem yang dimiliki tidaklah berguna apabila tidak mengkomunikasikan keunggulannya kepada orang lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya serangkaian strategi pemasaran yang jitu. Strategi pemasaran adalah kumpulan dari beberapa aktivitas pemasaran yang dapat menarik perhatian konsumen maupun para calon franchisee. Setidaknya ada

10

Page 11: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

tiga hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemasaran kepada calon franchisee, yaitu : Keuntungan yang diberikan Bagaimana bentuk proposal dan kontrak waralaba yang ditawarkan Bagaimana aktivitas pemasaran produk

f. Perlindungan hukum yang memadai

Dunia usaha tidak akan bisa terlepas dari urusan legal atau hukum. Dari awal mendirikan usahapun, sudah berurusan dengan hukum. Dengan mematuhi hukum, berarti berhak untuk mendapat perlindungan hukum atas usaha tersebut. Dengan adanya perlindungan hukum yang memadai, maka dapat menjalankan usaha dengan tenang.

g. Pengalaman yang mencerminkan kompetensi usahaAmir Karamoy, seorang konsultan waralaba, pernah mengatakan bahwa jika seseorang hendak mewaralabakan usahanya setidaknya perngusaha yang bersangkutan harus sudah mengeluti bisnis ini selama tiga tahun. (Sumber: Pietra Sarosa, RFA, Mewaralabakan Usaha Anda, 2004, p.48)Lamanya pengalaman berusaha pada umumnya mencerminkan kompetensi usaha, meskipun lamanya berusaha juga bukan merupakan jaminan sukses. Setidaknya, semakin lama pengusaha mengeluti bidang tersebut, mereka pasti akan semakin mengenal karakter dan seluk beluk bidang usaha yang digelutinya. Para calon franchisee pun tentu akan secara psikologis lebih tenang dalam berinvestasi dengan seorang pengusaha yang sudah berpengalaman.

2. Menciptakan Keseragaman dengan StandarisasiStandarisasi diperlukan dalam bisnis waralaba karena bisnis waralaba adalah bisnis jaringan yang terdiri atas gerai-gerai milik franchisee dan cara mengembangkannya adalah dengan menduplikasikan sistem ke dalam gerai franchisee, dimana cara penduplikasian tersebut adalah melalui acuan standard yang telah dibuat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menyusun dan melakukan standarisasi pada sistem waralaba yaitu :

a. Menyusun suatu panduan standarisasi yang dibakukanSemua kententuan yang telah dibakukan ke dalam suatu buku panduan atau yang biasa disebut SOP. SOP inilah yang nantinya akan menjadi acuan baku terhadap langkah-langkah yang diambil dalam melakukan praktek standarisasi sistem waralaba di lapangan nantinya. SOP ini nantinya akan mengikat dan bersifat wajib dilaksanakan oleh siapapun yang berada dibawah payung sistem waralaba, terutama para franchisee. Mereka wajib melaksanakan semua hal mengenai standarisasi yang telah digariskan dalam SOP. Supaya mereka dapat melaksanakan semua ketentuan dalam SOP, sebaiknya SOP tersebut memiliki sifat-sifat berikut :

11

Page 12: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Sederhana sehingga mudah dipahami Mudah diimplementasikan Dapat berlaku secara umum

Menurut Mandelsohn dalam bukunya ”Franchising:Petunjuk Praktis bagi Franchisor dan Franchisee” disebutkan bahwa SOP yang baik hendaknya dapat: Melenyapkan sejauh mungkin, risiko yang biasanya melekat pada

bisnis yang baru dibuka. Memungkinkan sesorang yang belum pernah memiliki

pengalaman atau mengelola bisnis secara langsung mampu untuk membuka bisnis dengan usahanya sendiri.

Menunjukkan dengan jelas dan rinci bagaimana bisnis yang diwaralabakan tersebut harus dijalankan.

b. Uji SOP tersebut pada ”laboratorium sistem waralaba”c. Monitor dan evaluasi apakah SOP tersebut sudah lulus ujid. mplementasikan SOP tersebut pada gerai-gerai milik franchiseee. Beri dukungan sepenuhnya untuk mengimplementasikan SOP dalam bentuk

asistensi.

Aspek-aspek dasar dalam sistem waralaba yang memerlukan standarisasi adalah :

a. Aspek operasional gerai, terdiri atas :1. Proses operasi harian gerai2. Bahan baku / sumber daya yang digunakan3. Lokasi dan tampilan fisik gerai4. Penggunaan nama merek, logo, dan atribut waralaba lainnya

b. Aspek manajerial franchisee, terdiri atas :

1. Manajemen seleksi bagi calon franchisee2. Manajemen pemasaran3. Manajemen sumber daya manusia4. Manjemen keuangan dana5. Fee yang harus dibayarkan ke franchisor

3. Membangun Merek yang KuatMerek adalah sebuah kesatuan nama, simbol, dan atribut lain yang diharapkan bisa menjadi identitas dari sebuah produk atau usaha. Identitas inilah yang nantinya diharapkan dapat mewakili produk atau usaha tersebut secara keseluruhan dari mulai kualitas, harga, kinerja sampai image yang ingin ditanamkan oleh produk atau usaha tersebut ke dalam benak masyarakat luas.

12

Page 13: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

4.2. Fase Kedua : Pemasaran Waralaba

1. Memberikan keuntungan kepada FranchiseePada umumnya sebagai investor, pasti menginginkan keuntungan- keuntungan, baik keuntungan umum yang akan didapat jika menanamkan modal pada suatu bentuk investasi maupun keuntungan khusus yang hanya didapat jika calon investor menanamkan modalnya dalam sistem waralaba.Secara global, keuntungan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :

a. Keuntungan secara logika – perhitungan finansialAda beberapa hal yang biasa menjadi daya tarik bagi investor dalam hal pemberian keuntungan secara logis yang menguntungkan investor secara finansial. Oleh karena menjadi daya tarik maka sangat dianjurkan untuk bisa menciptakan hal-hal ini dalam sistem waralaba yaitu :

Hasil investasi yang menarik Jangka waktu pengembalian modal yang pendek Tingkat risiko yang lebih rendah

b. Keuntungan secara emosionalSelain keuntungan yang sifatnya logis, biasanya investor juga menginginkan keuntungan secara emosional dimana keuntungan yang bersifat emosional ini kadarnya bisa berbeda-beda untuk setiap investor. Beberapa contoh keuntungan emosional yang dicari para investor antara lain : Rasa aman Gengsi Kepuasan menjadi seorang pengusaha

2. Menyusun Perjanjian Waralaba yang Menarik

Untuk dapat mengkomunikasikan keuntungan yang akan diperoleh calon investor, franchisor harus menyusun sebuah proposal dan perjanjian yang menarik bagi calon franchisee. Perjanjian tersebut juga harus mematuhi ketentuan-ketentuan hukum dan diakui legalitasnya oleh pemerintah. Untuk menyusun suatu proposal dan perjanjian waralaba yang menarik sekaligus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku, setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

Garis bawahi keuntungan untuk franchiseeProposal yang dibuat harus dapat menyakinkan calon franchisee bahwa manfaat yang ditawarkan oleh waralaba sebanding atau bahkan lebih besar dari biaya yang harus dikeluarkan. Jadi, sangat dianjurkan untuk menggarisbawahi manfaat yang ditawarkan terutama manfaat secara finansial berupa keuntungan usaha bagi franchisee.

Hak dan kewajiban franchisor dan franchiseeDalam melakukan kerja sama apapun, hak dan kewajiban masing- masing pihak yang terlibat haruslah dijabarkan secara transparan dan mendetail pada awal perjanjian dan dituliskan dalam sebuah perjanjian tertulis. Hal ini

13

Page 14: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

penting untuk menghindari masalah-masalah yang tidak diinginkan di kemudian hari, berkaitan dengan merasa dilanggarnya hak satu pihak. Sebagai bahan pertimbangan mengenai hak dan kewajiban franchisor dan franchisee, penulis mengutip Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 259/MPP/Kep/1997 pasal 7 seperti yang tertulis berikut ini.

Gambar 2.4. Hak dan Kewajiban Franchisor dan Franchisee

(Sumber: Pietra Sarosa, RFA, Mewaralabakan Usaha Anda, 2004, p.120-123)

14

Page 15: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Siapkan klausul untuk mengantisipasi force majeur dan kejadian tidak terduga yang belum diantisipasi dalam perjanjian.Force majeur adalah suatu keadaan yang sama sekali diluar kendali kedua belah pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian, oleh karena itu sering kali akibatnya juga tidak bisa diprediksikan sehingga sulit sekali dituangkan dalam pasal-pasal baku didalam perjanjian waralaba. Contoh force majeur antara lain adalah bencana alam dan perang atau huru hara atau kerusuhan besar. Force majeur biasanya berdampak pada terganggunya operasi usaha franchisor atau franchisee, atau malah keduanya. Untuk dapat mengantisipasi bilamana terjadi kondisi force majeur, perlu diberikan klausul yang berisi antara lain mengenai penyelesaian masalah antara kedua belah pihak jika terjadi kondisi ini.

Selain force majeur, perlu juga dipertimbangkan untuk memasukkan klausul untuk mengantisipasi hal-hal tidak terduga lainnya yang sulit diantisipasi oleh pasal-pasal baku dalam perjanjian. Hal-hal yang tidak terduga ini juga dapat mengakibatkan terganggunya operasi usaha waralaba ini, seperti misalnya meninggalnya orang kunci franchisor atau franchisee.

Pelajari contoh proposal dan perjanjian waralaba yang sudah ada. dan ambil aspek-aspek yang baik untuk diterapkan, namun jangan menjiplak karena setiap waralaba memiliki karakteristik yang berbeda.

3. Strategi Pemasaran Waralaba

Strategi pemasaran merupakan kunci dari keberhasilan suatu produk. Berikut ini adalah beberapa cara pemasaran waralaba yang bisa digunakan dalam memasarkan waralaba :

1. Sediakan sebuah gerai sebagai contohGerai ini biasanya berupa gerai sendiri (fully owned), namun yang harus diperhatikan adalah gerai tersebut harus benar-benar menjadi prototipe dari keseluruhan gerai yang akan menjadi milik franchisee, sehingga dengan melihat gerai tersebut, calon franchisee bisa mendapat gambaran jelas mengenai gerai yang akan mereka miliki.

2. Lakukan pendekatan personalStrategi yang paling efektif pada masa-masa awal pemasaran waralaba adalah pendekatan personal kepada calon investor potensial. Hal ini dikarenakan sistem waralaba biasanya belum dikenal orang pada masa awal pemasaran, setidaknya orang belum mengetahui bahwa perusahaan tersebut dikembangkan dengan waralaba. Oleh karena itu, lebih baik dilakukan pendekatan personal kepada rekan atau relasi dalam jaringan yang dimiliki.

3. Lakukan publikasi di mediaSetelah mempunyai beberapa franchisee, lengkap dengan gerai-gerai milik mereka yang telah dibuka, sekarang saatnya untuk berpromosi melalui media. Dalam hal ini, berpromosi melalui media berarti bahwa harus

15

Page 16: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

mengusahakan agar waralaba tersebut dapat dan siap untuk diekspos atau diliput media (biasanya media cetak).

4. Mengikuti pameran franchisee dan UKMJika ingin mempromosikan waralaba, sangat disarankan untuk mengikuti ajang pameran ini. Dengan mengikuti pameran, ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan, antara lain :

Kesempatan bertemu dengan para calon franchisee potensial Waralaba bisa dikenal luas oleh masyarakat yang mengunjungi pameran Adanya publikasi atau ekspos dari media sekaligus kesempatan untk

menjalin hubungan dengan media Terkadang dalam pameran ada ajang penghargaan waralaba terbaik. Jika

dapat memenangkan penghargaan tersebut, nama waralaba tersebuit akan semakin terangkat.

5. Aktifkan pemasaran dari mulut ke mulutKecenderungan orang untuk lebih percaya pada apa yang direkomendasikan teman daripada iklan adalah inti dari pemasaran mulut ke mulut. Namun promosi ini bisa memiliki dua sisi yaitu bisa menguntungkan ataupun merugikan. Jika bagus maka franchisee Anda akan puas dan merekalah yang akan mempromosikan, namun jika tidak bagus, mereka pula yang bisa menghancurkan. Karena itulah, persiapkan semuanya dengan baik sebelum memulai usaha dengan sistem waralaba.

5. Waralaba di Indonesia

Waralaba di Indonesia berkembang sekitar tahun 1970an, ketika dimunculkan istilah Franchise plus. Makna Francishe plus adalah si pewaralaba selain diberi lisensi sebagai juga dibimbing/dibantu untuk merakit/membuat produk yang sesuai dengan aslinya. Di periode berikutnya franchisor mengembangkan sistemnya dengan memberikan bantuan manajemen agar si perawalaba dapat meraih keuntungan atas investasi yang ditanam di bidang tsb.

Saat ini bisnis dan sistem waralaba sudah berkembang demikian pesat. Tidak hanya bidang otomotif (seperti awalnya) namun juga memasuki ranah publik lainnya, bahkan masuk dalam relung kehidupan keluarga.

Namun tak dapat dipungkiri bahwa dominasi usaha waralaba masih dipegang oleh makanan cepat saji, mengingat budaya khas masyarakat Indonesia yang sangat senang berkumpul (guyub) sambil menikmati makanan, cemilan, dan atau teman untuk sebuah kegiatan.

16

Page 17: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

7 eleven, salah satu waralaba kelontong modern (elha.doc)

Investasi yang diperlukan untuk waralaba juga tidak lagi sebesar dahulu. Kini hanya dengan modal Rp. 35 Juta kita sudah bisa membeli/memiliki lisensi usaha merk tertentu. Bahkan ada yang menawarkan investasi hanya Rp. 25 juta rupiah saja.

Selain itu, faktor kemudahan lainnya adalah diterbitkannya payung hukum yang menggawangi status legal formal si pemilik waralaba (pemilik usaha) dan pewaralaba (anggota yang ikut menanamkan investasinya), yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 42 / 2007 tentang Waralaba,2. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 31/M-DAG/PER/8/2008

Tentang penyelenggaraan Waralaba,3. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259/MPP/KEP/7/1997

Tentan Ketentuan Pendaftaran Usaha Waralaba.

Jenis Waralaba yang ditawarkan pun beragam, diantaranya :

1. Makanan Cepat saji seperti Donat, Chikens, Burger, Bakso, Pempek hingga yang tradisional seperti soto daerah dan Bakwan malang. Bahkan ada yang unik dan khas yaitu Singkong Keju,

Waralaba chicken (elha.doc)

17

Page 18: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

2. Bidang Pendidikan, misalnya tempat kursus dan bimbel seperti LP3I

3. Bidang Jasa seperti ke-agen-an produk automotif dan kendaraan roda dua hingga roda empat

4. Bidang Ritel. Bidang ini mulai mewabah sekitar satu dekade terakhir dengan lahirnya pasa modern seperti Indomaret, Alfamaret, Alfamidi dlsb.

5. Dan lainnya.

Tips & Trick Memilih Waralaba

Apakah bisnis Waralaba selalu menguntungkan? Apakah setiap usaha waralaba selaku menjajikan dan berprospek cerah? Yupz, jika usaha yang dipilih adalah jenis usaha yang sudah teruji keberhasilannya. Jika tidak….ya kelaut aja deh.

Anton, adalah salah satu pewaralaba yang tidak memperoleh keuntungan dari kegiatan bisnis ini. Setelah tertarik dengan informasi dan keberhasilan salah satu franchisor (pemilik waralaba) sebut saja Bakso ‘X’, dia menanamkan investasi sebesar Rp. 25 juta untuk masa kemitraan selama 3 tahun. Salah satu faktor yang membuatnya tertarik adalah pemilik atau pembuat bakso tsb meraih penghargaan Wirausaha terbaik kedua (?)

Bpk. Anton, tidak seberuntung yg lain (elha.doc)

Namun baru 7 bulan berjalan, angin tak sedap menerpanya. Pemilik usaha Bakso ‘X’, yang juga teman dekatnya ‘bercerai’ dengan pihak pembuat/produsen bakso, sehingga kiriman bakso yang diterima Anton berbeda baik dari sisi kualitas ataupun taste (rasa).

Side effectnya sudah bisa diterka, usaha waralaba yang dirintisnya selama 7 bulan sedikit dem sedikit mengalami kemunduran. Pelanggan seperti walking away. Pergi dan tak kembali.

18

Page 19: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Lalu bagaimana agar peristiwa seperti yang dialami Anton tidak terulang pada kita. Berikut tips dan tricknya :

1. Jangan terpengaruh oleh nama besar Brand Luar Negeri. Karena mayoritas lidah orang Indonesia adalah ‘Melayu’s Taste’.

Indomaret & Alfamaret yg sering berdekatan (elha.doc)

2. Memilih Merk atau Waralaba yang sudah populer dan dikenal masyarakat luas3. Jangan lupa, cicipi dulu rasa dan kualitas produk waralaba tsb4. Selidiki sejarah, keberhasilan dan reputasi dari usaha dan produk waralaba itu.5. Jangan malu untuk mencari tahu kondisi Manajemen perusahaan dan keuangan

perusahaan penerbit waralaba6. Tak lalah penting adalah pendapat masyarakat atas produk waralaba.7. Waralaba berbeda dengan usaha sendiri. Berbeda dengan pembelian saham dan

obligasi. Resiko waralaba lebih besar ketimbang semuanya. Jadi jangan segan untuk bertanya dan terus mencari informasi sedetail-detailnya.

8. Jika sudah memilih salah jenis usa waralaba, pelajari secara cermat kontrak dan klausul dari setiap bab/pasal kontrak tsb.

Bila kedelapan butir tips & trices tsb sudah dilakukan, Insya Allah resiko kerugian dapat diminimalisir.

19

Page 20: Tugas Kewirausahaan - Ayi J Aziz

Sumber :

1. http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2011/01/26/waralaba-solusi-dan-kemudahan- berinvestasi-336208.html (diunduh tanggal 28 November 2014)

2. http://direktori.umy.ac.id/uploads/munjiati/tugas/BISNIS%20WARALABA%20972003.doc . (diunduh tanggal 28 November 2014)

3. thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2Doc/bab2_05-115.doc (diunduh tanggal 28 November 2014)

20