Ayi Tugas Surveilans

24
Pendahuluan istilah surveilans sudah dikenal oleh banyak orang,namun dalam aplikasinya orang menganggap bahwa surveilans indentik dengan pengumpulan data dan penyelidikan KLB,hal inilah yang menyebabkan aplikasinya system surveilans di Indonesia belum berjalan optimal,padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan.surveilans kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam bidang epideomiologi,namun dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epideomologi,maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat.surveilans sendiri mencangkup masalah borboditas, mortalitas, masalah gizi, demografi, penyakit menular, penyakit tidak menular, dan beberapa factor resiko pada individu, keluarga , masyarakat dan lingkungan sekitarnya. SURVEILAN EPIDEMIOLOGI PENGERTIAN SURVEILANS DAN EPIDEMIOLOGI Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah- masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah :

Transcript of Ayi Tugas Surveilans

Page 1: Ayi Tugas Surveilans

Pendahuluan istilah surveilans sudah dikenal oleh banyak orang,namun dalam aplikasinya orang menganggap bahwa surveilans indentik dengan pengumpulan data dan penyelidikan KLB,hal inilah yang menyebabkan aplikasinya system surveilans di Indonesia belum berjalan optimal,padahal system ini dibuat cukup baik untuk mengatasi masalah kesehatan.surveilans kesehatan masyarakat semula hanya dikenal dalam bidang epideomiologi,namun dengan berkembangnya berbagai macam teori dan aplikasi diluar bidang epideomologi,maka surveilans menjadi cabang ilmu tersendiri yang diterapkan luas dalam kesehatan masyarakat.surveilans sendiri mencangkup masalah borboditas, mortalitas, masalah gizi, demografi, penyakit menular, penyakit tidak menular, dan beberapa factor resiko pada individu, keluarga , masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

SURVEILAN EPIDEMIOLOGI

PENGERTIAN SURVEILANS DAN EPIDEMIOLOGI

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan

terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang

mempengaruhi resiko terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut

agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui

proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran informasi epidemiologi

kepada penyelenggara program kesehatan.

Menurut Karyadi (1994), surveilans epidemiologi adalah :

“Pengumpulan data epidemiologi yang akan digunakan sebagai dasar dari kegiatan-

kegiatan dalam bidang penanggulangan penyakit, yaitu :

1. Perencanaan program pemberantasan penyakit. Mengenal epidemiologi

penyakit berarti mengenal masalah yang kita hadapi. Dengan demikian suatu

perencanaan program dapat diharapkan akan berhasil dengan baik.

2. Evaluasi program pemberantasan penyakit. Bila kita tahu keadaan penyakit

sebelum ada program pemberantasannya dan kita menentukan keadaan

penyakit setelah program ini, maka kita dapat mengukur dengan angka-angka

keberhasilan dari program pemberantasan penyakit tersebut.

Page 2: Ayi Tugas Surveilans

3. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah. Suatu sistem surveilans

yang efektif harus peka terhadap perubahan-perubahan pola penyakit di suatu

daerah tertentu.Setiap kecenderungan peningkatan insidens, perlu secepatnya

dapat diperkirakan dan setiap KLB secepatnya dapat diketahui.Dengan

demikian suatu peningkatan insidens atau perluasan wilayah suatu KLB dapat

dicegah.`

Menurut Nur Nasry Noor (1997), surveilans epidemiologi adalah :

Pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit tertentu,

baik keadaan maupun penyabarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk

kepentingan pencegahan dan penanggulangannya.

Jadi, surveilans epidemiologi.

Merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau masalah kesehatan

serta faktor determinannya. Penyakit dapat dilihat dari perubahan sifat

penyakit atau perubahan jumlah orang yang menderita sakit. Sakit dapat

berarti kondisi tanpa gejala tetapi telah terpapar oleh kuman atau agen lain,

misalnya orang terpapar HIV, terpapar logam berat, radiasi dsb. Sementara

masalah kesehatan adalah masalah yang berhubungan dengan program

kesehatan lain, misalnya Kesehatan Ibu dan Anak, status gizi, dsb. Faktor

determinan adalah kondisi yang mempengaruhi resiko terjadinya penyakit

atau masalah kesehatan.

Merupakan kegiatannya yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus.

Sistematis melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan penyebaran

informasi epidemiologi sesuai dengan kaidah-kaidah tertentu, sementara terus

menerus menunjukkan bahwa kegiatan surveilans epidemiologi dilakukan

setiap saat sehingga program atau unit yang mendapat dukungan surveilans

epidemiologi mendapat informasi epidemiologi secara terus menerus juga.

Pada umumnya surveilans epidemiologi menghasilkan informasi epidemiologi yang

akan dimanfaatkan dalam :

Page 3: Ayi Tugas Surveilans

1. Merumuskan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan

evaluasi program pemberantasan penyakit serta program peningkatan derajat

kesehatan masyarakat, baik pada upaya pemberantasan penyakit menular,

penyakit tidak menular, kesehatan lingkungan, perilaku kesehatan dan

program kesehatan lainnya.

2. Melaksanakan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa penyakit dan

keracunan serta bencana.

3. Merencanakan studi epidemiologi, penelitian dan pengembangan program

Surveilans epidemiologi juga dimanfaatkan di rumah sakit, misalnya

surveilans epidemiologi infeksi nosokomial, perencanaan di rumah sakit dsb.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka kegiatan surveilans epidemiologi dapat

diarahkan pada tujuan-tujuan yang lebih khusus, antara lain :

a. Untuk menentukan kelompok atau golongan populasi yang

mempunyai resiko terbesar untuk terserang penyakit, baik berdasarkan

umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan lain–lain.

b. Untuk menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan

karakteristiknya.

c. Untuk menentukan reservoir dari infeksi.

d. Untuk memastikan keadaan–keadaan yang menyebabkan bisa

berlangsungnya transmisi penyakit.

e. Untuk mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.

f. Memastikan sifat dasar dari wabah tersebut, sumber dan cara

penularannya, distribusinya, dsb.

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

A. Pengertian Wabah/KLB serta Kriteria KLB

1. Wabah

Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit

menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata

Page 4: Ayi Tugas Surveilans

melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat

menimbulkan mala petaka (UU No.4, 1984).Menteri menetapkan jenis-jenis penyakit

tertentu yang dapat menimbulkan wabah.Menteri menetapkan dan mencabut

penetapan daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang terjangkit wabah sebagai

daerah wabah.

2. KLB

KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang

bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

(Peraturan Menteri Kesehatan RI, Nomor 560/Menkes/Per/VIII/1989).KLB penyakit

menular merupakan indikasi ditetapkannya suatu daerah menjadi suatu wabah, atau

dapat berkembang menjadi suatu wabah.

3. Kriteria Kerja KLB

Kepala wilayah/daerah setempat yang mengetahui adanya tersangka wabah

(KLB penyakit menular) di wilayahnya atau tersangka penderita penyakit menular

yang dapat menimbulkan wabah, wajib segera melakukan tindakan-tindakan

penanggulangan seperlunya, dengan bantuan unit kesehatan setempat, agar tidak

berkembang menjadi wabah (UU 4, 1984 dan Permenkes

560/Menkes/Per/VIII/1989).

Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi

kriteria sbb:

1. Timbulnya suatu penyakit/ menular yang sebelumnya tidak ada/ tidak dikenal.

2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu

berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu).

3. Peningkatan kejoadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan

dengan periode sebelumnya (jam, minggu, bulan, tahun).

Page 5: Ayi Tugas Surveilans

4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali atau

lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun

sebelumnya.

5. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali

lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun

sebelumnya.

6. Case Fatality rate (CFR) suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu

menunjukkan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode

sebelumnya.

7. Proportional Rate (PR) penderita dari suatu periode tertentu menunjukkan

kenaikan dua atau lebih diabnding periode, kurun waktu atau tahun

sebelumnya.

8. Beberapa penyakit khusus menetapkan kriteria khusus : kholera dan demam

berdarah dengue

a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah

endemis).

b. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu

sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang

bersangkutan.

9. Beberapa penyakit seperti keracunan, menetapkan 1 (satu) kasus atau lebih

sebagai KLB.

a. Keracunan makanan

b. Keracunan pestisida

Kriteria-kriteria diatas dalam penggunaan sehari-hari harus didasarkan pada akal

sehat atau ”common sense”. Sebab belum tentu suatu kenaikan dua kali atau lebih

merupakan KLB. Sebaliknya suatu kenaikan yang kecil dapat saja merupakan KLB

yang perlu ditangani seperti penyakit : poliomyelitis dan tetanus neonatorum, kasus

dianggap KLB dan perlu penanganan khusus.

Page 6: Ayi Tugas Surveilans

B. Penyakit-penyakit Menular yang Berpotensi Wabah/KLB

Penyakit-penyakit menular yang wajib dilaporkan adalah penyakit-penyakit

yang memerlukan kewaspadaan ketat yang merupakan penyakit-penyakit wabah atau

yang berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).

Penyakit-penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut:

1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting antara lain adalah:

DHF

Campak

Rabies

Tetanus Neonatorum

Diare

Pertusis

Poliomyelitis

2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau

mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program

eradikasi/eliminasi dan memerlukan tindakan segera:

Malaria

Frambosia

Influenza

Anthrax

Hepatitis

Page 7: Ayi Tugas Surveilans

Typhus abdominalis

Meningitis

Keracunan

Encephalitis

Tetanus

3. Penyakit-penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa

penyakit penting.

4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah

dan KLB tetapi diprogramkan, ditingkat kecamatan dilaporkan secara

bulanan melalui RR terpadu Puskesmas ke Kabupaten, dan seterusnya

secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit-penyakit tersebut

meliputi : Cacing, Lepra, Tuberculosa, Syphilis, Gonorhoe, Filariasis

& AIDS, dll. Sehingga petugas Poskesdes diharapkan melaporkan

kejadian-kejadian penyakit ini ke tingkat Kecamatan/Puskesmas jika.

Dari penyakit-penyakit diatas, pada keadaan tidak ada wabah/KLB secara rutin hanya

yang termasuk kelompok 1 dan kelompok 2 yang perlu dilaporkan secara mingguan.

Bagi penyakit kelompok 3 dan kelompok 4 bersama-sama penyakit kelompok 1 dan 2

secara rutin dilaporkan bulanan ke Puskesmas.

Jika peristiwa KLB atau wabah dari penyakit yang bersangkutan sudah berhenti

(incidence penyakit sudah kembali pada keadaan normal), maka penyakit tersebut

tidak perlu dilaporkan secara mingguan lagi.Sementara itu, laporan penyakit setiap

bulan perlu dilaporkan ke Puskesmas oleh Bidan desa/petugas di Poskesdes.

C. Laporan Kewaspadaan (dilaporkan dalam 24 jam)

Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita

penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskan menyampaikan laporan

kewaspadaan adalah:

Page 8: Ayi Tugas Surveilans

• Orang tua penderita atau tersangka penderita, orang dewasa yang tinggal

serumah dengan penderita atau tersangka penderita, Kepala Keluarga, Ketua RT,

RW, Kepala Desa.

• Dokter, petugas kesehatan yang memeriksa penderita, dokter hewan yang

memeriksa hewan tersangka penderita.

Laporan kewaspadaan disampaikan kepada Lurah atau Kepala Desa dan atau

Poskesdes/unit pelayanan kesehatan terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak

mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita atau tersangka penderita

(KLB), baik dengan cara lisan maupun tertulis. Kemudian laporan kewaspadaan

tersebut harus diteruskan kepada Poskesdes untuk diteruskan ke Puskesmas setempat.

Isi laporan kewaspadaan antara lain:

1. Nama atau nama-nama penderita atau yang meninggal

2. Golongan Umur

3. Tempat dan alamat kejadian

4. Waktu kejadian

5. Jumlah yang sakit dan meninggal

Diharapkan setelah adanya laporan kewaspadaan dari desa ke Puskesmas maka

pihak Puskesmas dapat segera merespon dengan melaporkan ke Dinkes

Kabupaten/Kota dengan menggunakan format W1 (laporan KLB) selama kurang dari

24 jam dan ditindaklanjuti dengan melakukan penyelidikan

epidemiologi.Penyelidikan Epidemiologi dapat dilakukan oleh Tim Gerak Cepat

(TGC) Puskesmas bekerjasama TGC Desa dan TGC Kabupaten.Bersamaan

Penyelidikan Epidemiologi dilakukan juga upaya-upaya penanggulangan dengan

melibatkan masyarakat setempat.

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

BERBASIS MASYARAKAT

Page 9: Ayi Tugas Surveilans

Meskipun di lapangan banyak variasi pelaksanaannya, namun secara garis besarnya

langkah-langkah pokok yang perlu ditempuh adalah dengan melakukan persiapan

internal dan persiapan eksternal. Secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

Persiapan

1. Persiapan Internal

Hal-hal yang perlu disiapkan meliputi seluruh sumber daya termasuk petugas

kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, sarana dan prasarana pendukung dan biaya

pelaksanaan.

a. Petugas Surveilans

Untuk kelancaran kegiatan surveilans di desa siaga sangat dibutuhkan tenaga

kesehatan yang mengerti dan memahami kegiatan surveilans.Petugas seyogyanya

disiapkan dari tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Puskesmas sampai di tingkat

Desa/Kelurahan.Untuk menyamakan persepsi dan tingkat pemahaman tentang

surveilans sangat diperlukan pelatihan surveilans bagi petugas.

Untuk keperluan respon cepat terhadap kemungkinan ancaman adanya KLB, di setiap

unit pelaksana (Puskesmas, Kabupaten dan Propinsi) perlu dibentuk Tim Gerak Cepat

(TGC) KLB.Tim ini bertanggung jawab merespon secara cepat dan tepat terhadap

adanya ancaman KLB yang dilaporkan oleh masyarakat.

b. Pedoman/Petunjuk Teknis

Sebagai panduan kegiatan maka petugas kesehatan sangat perlu dibekali buku-buku

pedoman atau petunjuk teknis surveilans.

c. Sarana & Prasarana

Page 10: Ayi Tugas Surveilans

Dukungan sarana & prasarana sangat diperlukan untuk kegiatan surveilans seperti :

kendaraan bermotor, alat pelindung diri (APD), surveilans KIT, dll.

d. Biaya

Sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan surveilans. Biaya diperlukan untuk

bantuan transport petugas ke lapangan, pengadaan alat tulis untuk keperluan

pengolahan dan analisa data, serta jika dianggap perlu untuk insentif bagi kader

surveilans.

2. Persiapan Eksternal

Tujuan langkah ini adalah untuk mempersiapkan masyarakat, terutama tokoh

masyarakat, agar mereka tahu, mau dan mampu mendukung pengembangan kegiatan

surveilans berbasis masyarakat.Pendekatan kepada para tokoh masyarakat diharapkan

agar mereka memahami dan mendukung dalam pembentukan opini publik untuk

menciptakan iklim yang kondusif bagi kegiatan surveilans di desa siaga.Dukungan

yang diharapkan dapat berupa moril, finansial dan material, seperti kesepakatan dan

persetujuan masyarakat untuk kegiatan surveilans.

Langkah ini termasuk kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, agar mereka

mau memberikan dukungan.Jika di desa tersebut terdapat kelompok-kelompok sosial

seperti karang taruna, pramuka dan LSM dapat diajak untuk menjadi kader bagi

kegiatan surveilans di desa tersebut.

3. Survei Mawas Diri atau Telaah Mawas Diri

Survei mawas diri (SMD) bertujuan agar masyarakat dengan bimbingan petugas

mampu mengidentifikasi penyakit dan masalah kesehatan yang menjadi problem di

desanya.SMD ini harus dilakukan oleh masyarakat setempat dengan bimbingan

petugas kesehatan. Melalui SMD ini diharapkan masyarakat sadar akan adanya

masalah kesehatan dan ancaman penyakit yang dihadapi di desanya, dan dapat

Page 11: Ayi Tugas Surveilans

membangkitkan niat dan tekad untuk mencari solusinya berdasarkan kesepakatan dan

potensi yang dimiliki. Informasi tentang situasi penyakit/ancaman penyakit dan

permasalah kesehatan yang diperoleh dari hasil SMD merupakan informasi untuk

memilih jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang diselenggarakan di desa

tersebut.

4. Pembentukan Kelompok Kerja Surveilans Tingkat Desa.

Kelompok kerja surveilans desa bertugas melaksanakan pengamatan dan pemantauan

setiap saat secara terus menerus terhadap situasi penyakit di masyarakat dan

kemungkinan adanya ancaman KLB penyakit, untuk kemudian melaporkannya

kepada petugas kesehatan di Poskesdes. Anggota Tim Surveilans Desa dapat berasal

dari kader Posyandu, Juru pemantau jentik (Jumantik) desa, Karang Taruna,

Pramuka, Kelompok pengajian, Kelompok peminat kesenian, dan lain-lain.

Kelompok ini dapat dibentuk melalui Musyawarah Masyarakat Desa.

5. Membuat Perencanaan Kegiatan Surveilans

Setelah kelompok kerja Surveilans terbentuk, maka tahap selanjutnya adalah

membuat perencanaan kegiatan, meliputi :

a. Rencana Pelatihan Kelompok Kerja Surveilans oleh petugas kesehatan

b. Penentuan jenis surveilans penyakit dan faktor risiko yang dipantau.

c. Lokasi pengamatan dan pemantauan

d. Frekuensi Pemantauan

e. Pembagian tugas/penetapan penanggung jawab lokasi pemamtauan

f. Waktu pemantauan

g. Rencana Sosialisasi kepada warga masyarakat

h. dll.

B. Tahap pelaksanaan

1. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Desa

Page 12: Ayi Tugas Surveilans

a. Pelaksanaan Surveilans oleh Kelompok Kerja

Surveilans Desa.

Surveilans penyakit di tingkat desa dilaksanakan oleh kelompok kerja surveilans

tingkat desa, dengan melakukan kegiatan pengamatan dan pemantauan situasi

penyakit/kesehatan masyarakat desa dan kemungkinan ancaman terjadinya KLB

secara terus menerus.Pemantauan tidak hanya sebatas penyakit tetapi juga dilakukan

terhadap faktor risiko munculnya suatu penyakit. Pengamatan dan pemantauan suatu

penyakit di suatu desa mungkin berbeda jenisnya dengan pemantauan dan

pengamatan di desa lain. Hal ini sangat tergantung dari kondisi penyakit yang sering

terjadi dan menjadi ancaman di masing-masing desa.

Hasil pengamatan dan pemantauan dilaporkan secara berkala sesuai kesepakatan (per

minggu/ per bulan/ bahkan setiap saat) ke petugas kesehatan di Poskesdes. Informasi

yang disampaikan berupa informasi :

1). Nama Penderita

2). Penyakit yang dialami/ gejala

3). Alamat tinggal

3). Umur

4). Jenis Kelamin

5). Kondisi lingkungan tempat tinggal penderita, dll.

Flu Burung

a. Masyarakat kesulitan memperoleh air bersih

b. Masyarakat merasakan kekurangan jamban.

c. Lingkungan tidak bersih (pengelolaan sampah yang tidak baik).

d. Terlihat beberapa tetangga/famili terserang penyakit.

a. Merasakan sebagian warganya masih kekurangan pangan.

b. Anak balita banyak yang tidak naik berat badannya.

Page 13: Ayi Tugas Surveilans

c. Anak balita banyak yang belum mendapat Imunisasi dan Vitamin A.

d. Terlihat beberapa anak yang terserang campak.

a. Masyarakat melihat dan merasakan banyak nyamuk di wilayahnya.

b. Masyarakat melihat dan merasakan banyak air yang tergenang.

c. Banyak kaleng-kaleng bekas yang tidak dikubur.

d. Banyak menemukan jentik pada tempat-tempat penampungan air.

a. Melihat beberapa tetangga atau famili terserang demam.

b. Masyarakat melihat dan merasakan timbulnya kasus batuk pilek yang menjurus

pada sesak nafas terutama pada anak-anak.

c. Terjadinya kebakaran hutan yang mengakibatkan kabut asap dan mengganggu

pernafasan.

• Masyarakat melihat munculnya kasus diare, muntah-muntah ataupun pingsan dari

beberapa orang sehabis menyantap makanan secara bersama-sama.

a. Terdapat kematian unggas secara mendadak dalam jumlah banyak.

b. Ditemukan warga yang menderita demam panas ? 38 °C disertai dengan satu atau

lebih gejala berikut : batuk, sakit tenggorokan, pilek dan sesak nafas/ nafas pendek yg

sebelumnya pernah kontak dengan unggas yang mati mendadak.

Apabila ditemukan faktor risiko seperti tersebut diatas, maka perlu dilakukan

tindakan perbaikan oleh masyarakat dan apabila ditemukan kondisi di luar dari

biasanya, misalnya ditemukan jumlah kasus “penderita” meningkat atau ditemukan

kondisi lingkungan sumber air yang memburuk maka diharapkan masyarakat melapor

kepada petugas untuk bersama-sama mengatasi masalah tersebut.

b.Pelaksanaan Surveilans oleh Petugas Surveilans Poskesdes

Page 14: Ayi Tugas Surveilans

Kegiatan surveilans di tingkat desa tidak lepas dari peran aktif petugas petugas

kesehatan/surveilans Poskesdes. Kegiatan surveilans yang dilakukan oleh petugas

kesehatan di Poskesdes adalah :

1) Melakukan pengumpulan data penyakit dari hasil kunjungan pasien dan dari

laporan warga masyarakat.

2) Membuat Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dengan menggunakan data

laporan tersebut diatas dalam bentuk data mingguan. Melalui PWS akan terlihat

kecenderungan peningkatan suatu penyakit. PWS dibuat untuk jenis penyakit

Potensial KLB seperti DBD, Campak, Diare, Malaria, dll serta jenis penyakit lain

yang sering terjadi di masyarakat desa setempat.

PWS merupakan bagian dari sistem kewaspadaan dini KLB yang dilaksanakannoleh

Poskesdes.Sebaiknya laporan masyarakat tidak dimasukkan dalam data W2, karena

dapat membingungkan saat analisis.Laporan masyarakat dapat dilakukan analisis

terpisah.Setiap desa/kelurahan memiliki beberapa penyakit potensial KLB yang perlu

diwaspadai dan dideteksi dini apabila terjadi. Sikap waspada terhadap penyakit

potensial KLB ini juga diikuti dengan sikap siaga tim profesional, logistik dan

tatacara penanggulangannya, termasuk sarana administrasi, transportasi dan

komunikasi.

Contoh PWS Penyakit Diare dari data mingguan :

3) Menyampaikan laporan data penyakit secara berkala ke Puskesmas

(mingguan/bulanan).

4) Membuat peta penyebaran penyakit. Melalui peta ini akan diketahui lokasi

penyebaran suatu penyakit yang dapat menjadi focus area intervensi.

5) Memberikan informasi/rekomendasi secara berkala kepada kepala desa tentang

situasi penyakit desa/kesehatan warga desa atau pada saat pertemuan musyawarah

masyarakat desa untuk mendapatkan solusi permasalah terhadap upaya-upaya

pencegahan penyakit.

Page 15: Ayi Tugas Surveilans

6) Memberikan respon cepat terhadap adanya KLB atau ancaman akan terjadinya

KLB. Respon cepat berupa penyelidikan epidemiologi/investigasi bersama-sama

dengan Tim Gerak Cepat Puskesmas.

7) Bersama masyarakat secara berkala dan terjadwal melakukan upaya-upaya

pencegahan dan penanggulangan penyakit.

2. Pelaksanaan Surveilans di Tingkat Puskesmas

Kegiatan surveilans di tingkat Puskesmas dilaksanakan oleh petugas surveilans

puskesmas dengan serangkaian kegiatan berupa pengumpulan data, pengolahan,

analisis dan interpretasi data penyakit, yang dikumpulkan dari setiap desa siaga.

Petugas surveilans puskesmas diharuskan:

1) Membangun sistem kewaspadaan dini penyakit, diantaranya melakukan

Pemantauan Wilayah Setempat dengan menggunakan data W2 (laporan mingguan).

Melalui PWS ini diharapkan akan terlihat bagaimana perkembangan kasus penyakit

setiap saat.

2) Membuat peta daerah rawan penyakit. Melalui peta ini akan terlihat daerah-daerah

yang mempunyai risiko terhadap muncul dan berkembangnya suatu penyakit.

Sehingga secara tajam intervensi program diarahkan ke lokasi-lokasi berisiko.

3) Membangun kerjasama dengan program dan sektor terkait untuk memecahkan kan

permasalah penyakit di wilayahnya.

4) Bersama Tim Gerak Cepat (TGC) KLB Puskesmas, melakukan respon cepat jika

terdapat laporan adanya KLB/ancaman KLB penyakit di wilayahnya.

5) Melakukan pembinaan/asistensi teknis kegiatan surveilans secara berkala kepada

petugas di Poskesdes.

6) Melaporkan kegiatan surveilans ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara

berkala (mingguan/bulanan/tahunan).

Page 16: Ayi Tugas Surveilans

DAFTAR PUSTAKA

1. Pusdiklat Pegawai Depkes. RI, Modul Surveilans Epidemiologi, untuk Pelatihan

Fungsional bagi Tenaga Surveilans di Puskesmas, Jakarta, 1997.

2. Junadi Purnawan, Pengantar Analisis Data, Edisi Pertama, Depok, Agustus 1993,

3. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan

Kesejahteraan Sosial dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor: 395/Menkes-

Kesos/SKB/V/ 2001 < Nomor 19 tahun 2001, tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Epidemiologi Kesehatan dan Angka Kredit.

4. Departemen Kesehatan RI, Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara nomor: 17/KEP/M.PAN/II/ 2000 Jabatan Fungsional Epidemiologi Kesehatan

dan Angka Kredit.