Tugas Kelompok Tutorial 3 Blok 12patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal Dan Macamnya

15
Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal dan Macamnya Nama Kelompok: 1. Dian Pepriana Widyaningrum (20130320010) 2. Wahid Afrizal (20130320018) 3. Yunita Nurpuspa Sari (20130320043) 4. Eyasintri (20130320055) 5. Nurbaiti Arifin (20130320060) 6. Riska Apriliyadani (20130320065) 7. Rizka Putri Aprelia (20130320095) 8. Andira Azzahra (20130320097) 9. Magenda Bisma Yudha (20130320109) 10. M. Bagus Wibisono (20130320127) 11. M. Daroji Tahmidullah (20130320129) 12. Anindea Bucika (20130320137) FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA JalanLingkar Barat TamantirtoKasihanBantul Yogyakarta 55183 Telp. (0274) 387656 Ext.213, Fax. (0274) 387658 Tahun Ajaran 2015

description

patofis tumor

Transcript of Tugas Kelompok Tutorial 3 Blok 12patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal Dan Macamnya

  • Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal dan

    Macamnya

    Nama Kelompok:

    1. Dian Pepriana Widyaningrum (20130320010)

    2. Wahid Afrizal (20130320018)

    3. Yunita Nurpuspa Sari (20130320043)

    4. Eyasintri (20130320055)

    5. Nurbaiti Arifin (20130320060)

    6. Riska Apriliyadani (20130320065)

    7. Rizka Putri Aprelia (20130320095)

    8. Andira Azzahra (20130320097)

    9. Magenda Bisma Yudha (20130320109)

    10. M. Bagus Wibisono (20130320127)

    11. M. Daroji Tahmidullah (20130320129)

    12. Anindea Bucika (20130320137)

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

    JalanLingkar Barat TamantirtoKasihanBantul Yogyakarta 55183

    Telp. (0274) 387656 Ext.213, Fax. (0274) 387658 Tahun Ajaran 2015

  • KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr.wb.

    Alhamdulillah segala puja dan puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah

    SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat

    menyusun makalah tentang Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal dan

    Macamnya. Selanjutnya, makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas

    Blok 12 (Muskuloskeletal).

    Kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini, kami

    ucapkan banyak terima kasih atas segala upayanya sehingga makalah ini dapat

    kami susun dengan cukup baik. Kami menyadari banyak kekurangan dalam

    penulisan makalah ini, baik dari segi isi, bahasa, analisa, dan lain sebagainya.

    Oleh karena itu, kami meminta maaf atas segala kekurangan tersebut, hal ini

    disebabkan karena masih terbatasnya pengetahuan dan wawasan kami.

    Selain itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan, guna untuk

    kesempurnaan makalah ini dan perbaikan untuk kita semua. Semoga makalah ini

    dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan berupa ilmu pengetahuan untuk

    kita semua.

    Wassalamualaikum wr.wb.

    Yogyakarta, 8 Juli 2015

    Kelompok Tutorial 3

  • A. TRAUMA (SPRAIN DAN STRAIN)

    Trauma adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera yang

    diakibatkan beberapa penyebab. Banyak sekali yang menyebabkan trauma

    ini, seperti kecelakaan lalu lintas, olahraga, industri dan lain-lain. Akibat

    trauma pada tulang bergantung pada jenis trauma, kekuatan , dan arahnya.

    Pada trauma ini akan memunculkan banyak tanda dan gejalanya seperti

    nyeri mendadak dengan nyeri tekan lokal, edema, spasme otot, kelelahan

    otot, inflamasi, kaku, dan kejang. Untuk mengetahui secara lebih tentang

    tentang trauma, disini kami akan membahas patofisiologi dari contoh

    trauma yaitu : sprain dan strain.

    a. Sprain

    Sprain merupakan cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat

    gerakan menjepit dan memutar. Fungsi ligamen adalah menjaga

    stabilitas namun masih memungkinkan mobilitas. Ligamen yang robek

    akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Pembuluh darah akan

    terputus dan terjadilah edema, sendi terasa nyeri tekan dan gerakan

    sendi terasa sangay nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat

    selama 2 sampai 3 jam setelah cedera akibat pembengkakan dan

    perdarahan yang terjadi. Pasien harus diperiksa dengan sinar-x untuk

    mengevaluasi bila ada cedera tulang. Fraktur avulasi (suatu fragmen

    tulang tertarik oleh ligamen atau tendon) dapat terjadi pada sprain.

    Klasifikasi :

    1. Sprain Tingkat I

    Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan

    hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa

    nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

  • 2. Sprain Tingkat II

    Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus,

    tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera

    menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan

    yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian

    tersebut.

    3. Sprain Tingkat III

    Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya

    terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit,

    terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat

    bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakangerakan yang

    abnormal.

    4. Sprain Tingkat IV

    Robekan yang parah pada ligamen. Biasanyua ligamennya putus

    sehingga tulang-tulang yang dihubungkan olah ligamen akan

    terpisah.

    Patofisiologi

    Seseorang terjadi trauma seperti terjatuh atau terpelintir, sehingga

    terjasi tekanan pada tubuh, sehingga menyebabkan sendi bergeser yang

    kemudian akan mengalami cedera ligamen bahkan robekan. Keseleo

    atau sprain pada pergelangan kaki merupakan cedera sendi yang paling

    sering dijumpai dan kemudian diikuti oleh keseleo pada pergelangan

    tangan, siku, serta lutut. Sprain terbagi menjadi sprain ringan yang

    merupakan ligamen ptus dan mengakibatkan hematom, sprain sedang

    menyebabkan efusi cairan yang kemudian menjadi edema, dan sprain

    berat yang mana seluruh serabut ligamen putus yang menimbulkan

    pembengkakan, serta menyebabkan timbulnya nyeri pada lokasi

    trauma.

  • b. Strain

    Strain adalah tarikan otot akibat penggunaan yang berlebihan,

    peregangan berlebihan, atau stres yang berlebihan. Strain adalah

    robekan mikroskopistidak komplet dengan perdarahan ke dalam

    jaringan. Pasien mengalami rasa sakit atau nyeri yang mendadak

    dengan nyeri tekan lokal pada pemakaian otot dan kontraksi isometrik.

    Klasifikasi

    1. Derajat I / mild strain (ringan)

    Yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada

    penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretcing

    atau robekan ringan pada otot (ligament). Pada derajat ini gejala

    yang timbul adalah nyeri lokal meningkat apabila bergerak atau

    jika ada beban pada otot. Tanda-tandanya seperti adanya spasme

    otot ringan, bengkak, gangguan kekuatan otot. Derajat ini dapat

    memunculkan komplikasi seperti strain yang berulang, tendonitis,

    perioritis.

    2. Derajat II / medorate strain ( ringan)

    Yaitu adanya cedera pada unit muskolotendinous akibat kontraksi/

    pengukur yang berlebihan. Pada derajat ini timbul gejala seperti

    nyeri lokal meningkat apabila bergerak atau apabila ada tekanan

    otot, spasme otot sedang, bengkak,tenderness, gangguan kekuatan

    otot dan fungsi. Pada derajat ini memunculkan komplikasi yang

    sama seperti derajat I yaitu strain berulang, tendonitis, perioritis

    3. Derajat III/ strain severe (berat)

    Yaitu adanya tekanan atau penguluran mendadak yang cukup

    berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang

    menghasilkan ketidakstabilan sendi. Pada derajat ini memunculkan

    gejala seperti nyeri yang berat, adanya stabilitas, spasme,bengkak,

    tenderness, gangguan fungsi otot.

  • Patofisiologi

    Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung

    (impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini akibat otot

    tertarik pada daerah yang salah dan kontraksi otot yang berlebihan atau

    ketika terjadi kontraksi, ototnya belum siap. Kontraksi ini terjadi pada

    bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha

    bagian bawah), dan otot quadriseps. Fleksibilitas otot yang baik bisa

    menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.

    B. INFLAMASI (ARTRITIS DAN OSTEOMIELITIS)

    Inflamasi adalah upaya tubuh untuk perlindungan diri, yang bertujuan

    untuk menghilangkan rangsangan berbahaya, termasuk sel-sel yang rusak,

    iritasi, atau patogen dan memulai proses penyembuhan. Inflamasi ini salah

    satu bagian dari respon kekebalan tubuh. Pada inflamasi akan muncul

    tanda dan gejalanya seperti nyeri, kemerahan, immobilitas,

    pembengkakan, dan panas. Ada banyak sekali penyakit yang

    menyebabkan inflamasi, disini akan membahas melalui patofisiologi pada

    penyakit astritis dan osteomielitis.

    a. Artritis

    Artritis sering disebut dengan penyakit reumatik. Artritis adalah suatu

    istilah umum untuk peradangan (inflamasi) dan pembengkakan

    terdapat didaerah persendian. Gejala klinis yang sering muncul pada

    artritis adalah rasa sakit, ngilu, kaku, atau bengkak di sekitar sendi.

    Arthritis dapat mempengaruhi bagian lain dari tubuh sehingga

    menyebabkan rasa sakit, kehilangan kemampuan bergerak dan kadang

    bengkak.

  • Klasifikasi

    1. Artritis rheumatoid

    Artritis rheumatoid merupakan reaksi autoimun yang terutama

    biasanya terjadi dalam jaringan sinifial. penyakit ini lebih sering

    terjadi pada wanita. Artritis rheumatoid memunculkan manifestasi

    klinik seperti rasa nyeri, pembengkakan, panas, eritema, dan

    gangguan fungsi pada sendi merupakan gambaran klinis yang

    klasik untuk artritis rheumatoid. Gejala yang paling sering di

    temukan adalah demam, anemia, keadaan mudah lelah, anemia,

    pembesaran kelenjar limfe dan fenomena Raynaud (vasopasme

    yang di timbulkan oleh cuaca dingin dan stress sehingga jari-jari

    menjadi pucat atau sianosis).

    2. Osteoatritis (penyakit sendi degeneratif)

    Osteoatritis merupakan kelainan sendi yang paling sering di

    temukan dan kerap kali menimbulkan (disabilitas). Osteoartritis

    sering di temukan pada orang yang usianya menjelang 75 tahun.

    Tanda gejala yang muncul pada penyakit osteoatritis adalah rasa

    nyeri, kaku, dan gangguan fungsional. Perasaan kaku yang paling

    sering di alami pada pagi hari atau sesudah bangun tidur biasanya

    berlangsung kurang dari 30 menit dan akan berkurang sesudah

    sendi-sendi itu di gerakkan.osteoatritis paling sering terjadi pada

    panggul, lutut, servikal, tulang belakang, sendi tengah dan ujung

    jari yang sering terkena.

    3. Gout (pirai)

    Gout merupaakan kelompok keadaan heterogenous yang

    berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin

    (hiperurisemia) pada keadaan ini bisa terjadi oversekresi asam urat

    atau defek renal yang mengakibatkan penurunan eksresi asam urat,

    atau kombinasi keduanya. Tanda gejala yang muncul pada

    penyakit gout mencakup atritis gout yang akut (serangan rekuren

  • inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan

    kristal yang menumpuk dalam jaringan artikuler, jaringan oseus,

    jaringan lunak seperti kartilago), nefropati gout (gangguan ginjal)

    dan pembentukan batu asam urat dalam traktus urinarius.

    Patofisiologi

    Dalam makalah ini kami akan akan membahas salah satu dari

    klasifikasi penyakit atritis yaitu GOUT

    Penyakit gout berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme

    purin (hiperurisemia). Hiperurisemia ini merupakan konsentrasi asam

    urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl [SI:0,4 mol/L]

    dapat (tetapi tidak selalu) menyebabkan penumpukan kristal

    monosodium urat. Penyakit gout memunculkan serangan yang

    berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak kadar

    asam urat serum. Jika kristal urat sudah mengendap dalam sebuah

    sendi maka akan menimbulkan respon inflamasi dan serangan gout

    akan muncul, ketika serangan gout berulang-ulang maka akan

    menyebabkan penumpukan kristal natrium urat yang disebut dengan

    tofus. Tofus ini akan mengendap dalam bagian perifer tubuh

    contohnya di ibu jari kaki, tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat atau

    disebut dengan batu ginjal dengan penyakit renal kronis yang terjadi

    skunder ini akibat dari penumpukan urat yang timbul.

    Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik

    menunjukkan bahwa faktor faktor non kristal mungkin berhubungan

    dengan reaksi inflamasi. Kristal monosodium urat yang ditemukan

    larut dengan imunoglobin yang terutama berupa IgG. IgG akan

    meningkatkan fogositosis kristal dan dengan demikian akan

    memperlihatkan aktivitas imunologik.

  • b. Osteomielitis

    Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang yang mencakup sumsum

    tulang yang disebabkan karena suatu infeksi yang disebarkan oleh

    darah yang disebabkan oleh staphylococcus. Gejala umum pada

    osteomielitis seperti demam, toksemia, dehidrasi, pada tempat tulang

    yang terkena panas dan nyeri, berdenyut karena nanah yang tertekan

    kemudian terdapat tanda-tanda abses dengan pembengkakan.

    KLASIFIKASI :

    - Menurut kejadiannya osteomyelitis dibagi menjadi dua yaitu

    osteomyelitis primer dan osteomyelitis sekunder.

    1. Osteomyelitis primer : bakteri-bakteri mencapai tulang secara

    langsung melalui luka.

    2. Osteomyelitis sekunder : bakteri- bakteri mencapai tulang

    melalui aliran darah dari suatu fokus primer ditempat lain,

    misalnya infeksi saluran nafas dan genitourinaria furunkel.

    - Menurut waktu berlangsungnya osteomyelitis dibedakan menjadi

    dua :

    1. Osteomyelitis akut

    Penelitian osteomyelitis akut ini terjadi sekitar 25% , apabila

    tidak ditangani dengan baik osteomyelitis akut akan menjadi

    osteomyelitis kronis.

    2. Osteomyelitis kronis

    Osteomyelitis dapat menjadi masalah kronis yang akan

    mempengaruhi kualitas hidup akan mengakibatkan kehilangan

    ekstremitas.

    - Menurut penyebabnya osteomyelitis dibedakan menjadi :

    1. Osteomyelitis piogenik Hematogen

    Biasanya terjadi pada anak-anak, osteomyelitis piogenik

    hematogen terutama disebabkan oleh staphylococcus aureus

  • kemudian diikuti oleh bacillus colli. Kecuali samonela,

    osteomyelitis hematogen biasanya bermanisfestasi sebagai

    suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan

    gejala nyeri setempat, perasaan tak enak, kemerahan dan

    pembengkakan.

    2. Osteomyelitis Tuberculosis

    Timbulnya secara tersembunyi dan cenderung mengenai rongga

    sendi. Daerah yang sering kena adalah tulang-tulang panjang

    dari ekstremitas dan tulang belakang. Osteomyelitis

    tuberkulosis dapat menyebabkan deformitas yang serius

    (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan perubahan

    sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.

    Patofisiologi

    Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%

    infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada

    osteomyelitis meliputi Proteus, Pseudomonas, dan Escerichiais coli.

    Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi

    dalam 3 bulan pertama (akut fulminan stadium 1) dan sering

    berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superfisial.

    Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan

    setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya

    akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah

    pembedahan.

    Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,

    peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis

    pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan

    iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan

    tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke cavitas

    medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan

  • lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat

    dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.

    Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan, namun

    yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.

    Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati,

    namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati

    (squestrum) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar. Rongga tidak

    dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan

    lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi

    sequestrum. Pada osteomyelitis kronis, meskipun tampak terjadi proses

    penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap ada tetap

    rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien.

    C. TUMOR DAN KEGANASAN

    Tumor adalah jaringan baru (neoplasma) yang timbul dalam tubuh akibat

    pengaruh berbagai faktor penyebab dan menyebabkan jaringan setempat

    pada tingkat gen kehilangan kendali normal atas pertumbuhnya. Tumor

    dapat terjadi di berbagai bagian tubuh termasuk pada sistem

    muskuloskeletal. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang tumor ini akan

    dibahas melalui patofisiologinya.

    Klasifikasi

    Klasifikasi tumor pada tulang ada dua yaitu : benigna (jinak) dan maligna.

    a. Benigna (Jinak)

    Yang termasuk dalam tumor tulang benigna adalah :

    1. Osteokondroma

    Merupakan tumor tulang jinak yang paling sering ditemukan.

    Biasanya menyerang pada usia 10-20 tahun. Tumor ini tumbuh

    pada permukaan tulang dengan benjolan keras.

  • 2. Kondroma Jinak

    Biasanya terjadi pada usia 10-30 tahun, sering timbul dibagian

    tengah tulang. Jenis kondroma ini dapat menimbulkan nyeri, jika

    tidak menimbulkan nyeri tidak perlu diangkat atau diobati.

    3. Kondroblastoma

    Merupakan tumor yang jarang terjadi, tumbuh pada ujung tulang.

    Biasanya timbul pada usia 10-20 tahun dan dapat menimbulkan

    nyeri.

    4. Fibroma Kondromiksoid

    Merupakan tumor yang sangat jarang terjadi, terjadi pada usia

    kurang dari 30 tahun. Tumor ini mempunyai gambaran khas saat di

    periksa dengan foto rontgen.

    5. Osteoid Osteoma

    Tumor yang sangat kecil yang biasanya tumbuh dilengan atau

    tungkai, tetapi juga dapat terjadi di semua tulang. Biasanya timbul

    nyeri yang memburuk pada malam hari.

    6. Tumor Sel Raksasa

    Biasanya terjadi pada usia 20-30 tahun. Umumnya tumor ini

    tumbuh di ujung tulang dan dapat meluas ke jaringan sekitarnya.

    b. Maligna (Ganas)

    Yang termasuk dalam tumor tulang maligna adalah :

    1. Kondrosarkoma

    Tumor yang terdiri dari sel-sel kartilago (tulang rawan) yang

    ganas. Tumor ini tumbuh lambat dan merupakan tumor derajat

    rendah yang dapat disembuhkan dengan pembedahan.

    2. Ewings Sarcoma

    Ditemukan oleh Dr. James Ewing pada tahun 1921, dan sering

    ditemukan muncul pada masa pubertas dimana tulang tumbuh

    sangat cepat. Ewings sarcoma bisa tumbuh dibagian tubuh

  • manapun, tetapi sering ditemukan pada tulang panjang anggota

    gerak.

    3. Fibrosarkoma & Histiositoma Fibrosa Maligna

    Kanker ini berasal dari jaringan lunak (jaringan ikat selain tulang

    seperti ligamen, tendo, lemak, maupun otot). Biasanya ditemukan

    pada usia lanjut dan usia pertengahan. Bagian tulang yang sering

    terkena

    kanker ini adalah tulang pada tungkai, lengan, dan rahang.

    4. Mieloma Multipel

    Merupakan kanker tulang primer yang sering ditemukan, berasal

    dari sel sumsum tulang yang menghasilkan sel darah dan umumnya

    terjadi pada orang dewasa. Tumor ini dapat mengenai satu atau

    lebih tulang sehingga nyeri dapat timbul pada satu tempat atau

    lebih.

    5. Osteosarkoma

    Tumor tulang ganas yang berhubungan dengan kecepatan

    pertumbuhan pada masa remaja. Khususnya sering terjadi pada

    anak-anak dan terdiagnosis pada umur 15 tahun. Tumor ini

    cenderung tumbuh di tulang paha (ujung bawah), tulang lengan

    atas (ujung atas), dan tulang kering.

    6. Limfoma Tulang Maligna

    Biasanya timbul pada usia 40-50 tahun. Bisa berasal dari tulang

    atau dari tempat lain di tubuh yang kemudian menyebar ke tulang.

    Tumor ini menimbulkan nyeri dan pembengkakan, dan tulang yang

    rusak pun lebih mudah patah.

  • Patofisiologi Tumor Benigna & Maligna

    Osteosarkoma merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas.

    Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang di tempat yang paling sering

    terserang tumor seperti bagian ujung tulang panjang (lutut). Penyebab

    osteosarkoma masih belum pasti diketahui, tetapi hubungan keluarga

    menjadi suatu predisposisi. Beberapa virus onkogenik juga dapat

    menimbulkan osteosarkoma dan radiasi ion menjadi penyebab langsung

    osteosarkoma.

    Adanya tumor pada tulang menyebabkan reaksi tulang normal dengan

    respon osteolitik (destruksi tulang) atau respon osteoblastik (pembentukan

    tulang). Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang panjang dan biasa

    ditemukan pada ujung bawah femur, ujung atas humerus, dan ujung atas

    tibia. Selanjutnya, tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan

    menyebar ke jaringan lunak sekitar.

    Tumor yang terdapat pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi

    oleh sel tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik

    yaitu proses destruksi (penghancuran tulang) dan respon osteoblastik

    (pembentukan tulang). Kemudian, terjadilah destruksi tulang lokal. Pada

    proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadilah proses

    penimbunan periosteum tulang yang baru di dekat tempat lesi sehingga

    terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan

    Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8, Jakarta: EGC Penerbit Buku

    Kedokteran.

    Sudoyo, Aru W. dkk. (2010). Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: Interna Publishing.

    Price, Sylvia Anderson. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

    Penyakit. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC)